Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SUMBER DAYA KEPULAUAN

Oleh :
1. Grace Lady First Bara / 2213010078
2. Aprilia Ni Anung / 2213010005
3. Yohanes E. Pranata / 2213010067
4. Jors Tinenti Marimba / 22130100

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PETERNAKAN, KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Adapun maksud dari makalah ini adalah sebagai salah satu tugas Mata Kuliah
Budidaya Lahan Kering Dan Kepulauan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua, teman-teman
kelompok dan terlebih khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen
Pengampu Mata Kuliah Budidaya Lahan Kering Dan Kepulauan yaitu Bapak
Welem L. Turupadang, S.Pi.,G.Dip.Sc.,M.Sc atas arahannya dalam penyelesaian
makalah ini.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan dalam penulisan makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Kupang, Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover ............................................................................................................i
Kata Pengantar ...........................................................................................ii
Daftar Isi ......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................2
1.3 Tujuan .....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Terumbu Karang......................................................................................3
2.2 Lamun......................................................................................................5
2.3 Mangrove ................................................................................................6
2.4 Potensi Energi Listrik dari Pasang Surut.................................................9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .............................................................................................13
3.2 Saran .......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki
beraneka ragam kebudayaan serta kaya akan Sumber Daya Laut Nasional
(SDLN). Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki hak
pengelolaan dan pemanfaatan laut di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), yaitu yang
berada 12-200 mil diukur dari garis pantai titik-titik terluar kepulauan (Subekti,
2010).
Sumber daya kepulauan mencakup berbagai aspek penting yang terkait
dengan kepulauan sebagai wilayah geografis dan sumber daya alam yang ada di
dalamnya. Kepulauan memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari
daratan utama. Topografi, iklim, dan lingkungan biologis kepulauan dapat
memberikan kontribusi signifikan terhadap sumber daya alam yang ada di
dalamnya. Misalnya, kepulauan sering kali menjadi rumah bagi flora dan fauna
endemik yang tidak ditemukan di tempat lain di dunia. Kepulauan memiliki
potensi yang kaya akan sumber daya alam, seperti sumber daya perikanan, energi
terbarukan (seperti energi angin dan surya), mineral, gas alam, dan minyak bumi.
Kehadiran sumber daya ini menjadi faktor penting dalam kepentingan ekonomi
dan pembangunan wilayah kepulauan.
Sumber daya alam kepulauan meliputi berbagai spesies tumbuhan dan
hewan yang tidak ditemukan di tempat lain. Kehadiran keanekaragaman hayati ini
memberikan nilai ekologis, ekonomis, dan sosial yang penting bagi manusia.
Wilayah laut di sekitar kepulauan menyediakan sumber daya kelautan berlimpah,
seperti ikan, moluska, krustasea, dan alga. Sumber daya kelautan ini memiliki
nilai ekonomi yang besar dalam sektor perikanan dan akuakultur.
Kepulauan sering memiliki potensi yang besar untuk pengembangan
energi terbarukan, seperti energi angin, energi surya, dan energi gelombang laut.
Kondisi alam kepulauan yang kaya akan sumber daya ini menawarkan peluang
untuk mengurangi ketergantungan terhadap sumber daya energi fosil dan
mengembangkan sektor energi berkelanjutan. Sebagian besar negara di dunia

1
termasuk Indonesia, suplai energi listrik masih mengandalkan pembangkit
berbahan bakar fosil yakni minyak bumi, gas alam dan batu bara yang terbatas
jumlahnya di alam dan suatu saat akan habis, sementara permintaan akan energi
listrik terus bertambah. Oleh karena itu pemanfaatan energi pada masa sekarang
ini sudah diarahkan pada penggunaan energi terbarukan yang ada di alam.
Misalnya energi air, energi angin, energi matahari, energi panas bumi, dan energi
nuklir.
Salah satu alternatifnya adalah pembangkit listrik tenaga pasang surut air
laut (Tidal Energy). Prinsip kerjanya sama dengan pembangkit listrik tenaga air
biasa / micro hidro, yaitu pergerakan air dimanfaatkan untuk memutar turbin dan
menghasilkan energi listrik. Energi diperoleh dari pemanfaatan variasi permukaan
laut terutama disebabkan oleh efek gravitasi bulan, dikombinasikan dengan rotasi
bumi dengan menangkap energi yang terkandung dalam perpindahan massa air
akibat pasang surut. Selain dengan persediaan yang tiada habisnya teknologi ini
juga ramah terhadap lingkungan dan dapat diperoleh secara gratis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja yang termasuk sumber daya kepulauan?
2. Apa yang dimaksud dengan sumber daya terumbu karang?
3. Mengapa terumbu karang sangat penting bagi kehidupan?
4. Apa yang dimaksud dengan sumber daya Lamun?
5. Mengapa lamun menjadi factor penting sumberdaya kepulauan?
6. Bagaimana potensi energi listrik dari pembangkit listrik tenaga pasang
surut air laut?
7. Bagaimana peranan mangrove sebagai sumber daya kepulauan?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk sumber daya kepulauan
2. Untuk mengetahui peranan terumbu karang sebagai sumber daya
kepulauan
3. Untuk mengetahui peranan lamun sebagai sumber daya kepulauan
4. Untuk mengertahui potensi dan peranan mangrove sebagai sumber
daya alam kepulauan

2
5. Untuk mengetahui potensi energi listrik dari pembangkit listrik tenaga
pasang surut air laut.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Terumbu Karang


Terumbu karang merupakan ekosistem utama perairan pesisir dan laut
tropis, kehadirannya sangat dominan di perairan pesisir dan pulau-pulau kecil
wilayah Kepulauan Indonesia. Sesuai Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011, luas
terumbu karang Indonesia mencapai 2.517.858 ha (Giyanto et al. 2017), terdiri
atas terumbu karang tepi yang dominan, diikuti terumbu penghalang, atol dan
terumbu tenggelam atau Patch Reef (Tuwo, 2011). Kondisi ini menyebabkan
Indonesia ditetapkan sebagai pusat keanekaragaman hayati terumbu karang dunia,
dan berada di pusat segitiga karang. Terumbu karang memiliki fungsi sebagai
tempat tinggal sementara maupun permanen, mencari makan, memijah, asuhan,
dan tempat berlindung berbagai spesies biota laut, serta tempat berlangsung siklus
biologi, kimiawi dan fisik global. Terumbu karang memiliki produktivitas hayati
yang tinggi, sebagai sumber bahan makanan, obat-obatan, dan bahan konstruksi
(Suharsono, 2008).

Gambar 1. Terumbu karang


Sumber: Google (https://tropis.co/2019/03/22/indonesia-ajak-dunia-konservasi-dan-kelola-
terumbu-karang

Terumbu karang dikategorikan sebagai sumber daya laut karena memiliki


nilai ekonomi, ekologi, dan sosial yang signifikan. Berikut adalah alasan mengapa
terumbu karang dianggap sebagai sumber daya laut:
 Keanekaragaman hayati: Terumbu karang adalah salah satu ekosistem
paling beragam di dunia. Mereka menyediakan tempat hidup bagi ribuan

3
spesies hewan dan tumbuhan, termasuk ikan, moluska, karang, spons, dan
organisme lainnya. Keanekaragaman hayati ini memungkinkan terumbu
karang menjadi tempat berlangsungnya interaksi ekologis yang kompleks
dan menyediakan habitat bagi spesies yang bermanfaat secara ekonomi,
seperti ikan tangkap dan moluska.
 Sumber daya perikanan: Terumbu karang menjadi tempat berkumpulnya
banyak spesies ikan dan invertebrata laut yang penting secara komersial.
Terumbu karang menyediakan perlindungan, makanan, dan tempat
berkembang biak bagi ikan-ikan komersial yang bernilai tinggi, seperti
ikan karang dan ikan pelagis yang bermigrasi ke terumbu karang. Sumber
daya perikanan dari terumbu karang berkontribusi pada sektor perikanan
dan keberlanjutan ekonomi masyarakat pesisir.
 Pariwisata: Terumbu karang yang indah dan keanekaragaman hayati yang
menakjubkan membuatnya menjadi tujuan pariwisata yang populer.
Snorkeling, menyelam, dan wisata kelautan lainnya di sekitar terumbu
karang menarik wisatawan dari seluruh dunia. Pariwisata terumbu karang
memberikan manfaat ekonomi yang besar, termasuk pendapatan dari
penyewaan alat selam, akomodasi, restoran, dan aktivitas lainnya.
 Keindahan alam: Terumbu karang memiliki nilai estetika yang tinggi.
Keindahan dan keunikan terumbu karang sebagai ekosistem bawah laut
menjadikannya sebagai daya tarik ekowisata dan rekreasi yang berharga.
Banyak orang mengagumi dan ingin menjaga keindahan terumbu karang,
yang menghasilkan dukungan dan kesadaran akan pentingnya konservasi.
 Perlindungan pantai: Terumbu karang berperan penting dalam melindungi
pantai dari abrasi dan dampak gelombang. Struktur karang dan vegetasi
terumbu karang membantu meredam energi gelombang dan
meminimalkan erosi pantai. Dengan memberikan perlindungan alami,
terumbu karang berkontribusi pada keberlanjutan wilayah pesisir dan
infrastruktur manusia yang ada di sana.
 Potensi obat-obatan: Organisme yang hidup di terumbu karang
menghasilkan senyawa kimia yang memiliki potensi farmasi dan
pengobatan. Senyawa-senyawa ini dapat digunakan dalam pengembangan

4
obat-obatan baru untuk mengobati berbagai penyakit, seperti kanker,
penyakit jantung, dan infeksi.
Dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, ekologi, dan sosial ini,
terumbu karang dianggap sebagai sumber daya laut yang berharga dan perlu
dilindungi dan dikelola dengan baik untuk keberlanjutan masa depan.
2.2 Lamun
Lamun adalah sekelompok tumbuhan laut yang hidup di perairan dangkal
di sepanjang pantai, laguna, dan perairan berlumpur di wilayah tropis dan
subtropis di seluruh dunia. Lamun terdiri dari sejumlah spesies tumbuhan
berbunga yang termasuk dalam keluarga rumput-rumputan (Poaceae) atau
keluarga lamun (Zosteraceae dan Hydrocharitaceae). Mereka memiliki akar,
batang, dan daun yang khas, serta berperan penting dalam ekosistem pesisir.
Lamun memiliki keanekaragaman spesies yang cukup tinggi. Beberapa spesies
lamun yang umum termasuk rumput laut eelgrass (Zostera spp.), rumput laut
Halodule spp., rumput laut Thalassia spp., dan rumput laut Cymodocea spp.
Setiap spesies lamun memiliki preferensi habitat dan toleransi yang berbeda
terhadap kondisi perairan.
Lamun memiliki akar yang kuat yang menjangkau ke dalam substrat
perairan dangkal. Batang lamun umumnya berbentuk silinder, fleksibel, dan dapat
tumbuh hingga beberapa meter. Daun lamun berbentuk pita dan panjangnya
bervariasi tergantung pada spesiesnya. Beberapa spesies lamun juga menghasilkan
bunga dan biji.

Gambar 2. Lamun
Sumber: Google (https://geograph88.blogspot.com/2013/09/potensi-sumberdaya-ekosistem-
padang.html

5
Berikut beberapa potensi lamun sebagai sumber daya:
1. Sumber Daya Perikanan: Lamun menyediakan habitat dan tempat
perlindungan bagi ikan, udang, kepiting, dan organisme laut lainnya.
Lamun dapat berperan sebagai "nursery ground" (tempat berkembang
biak) untuk banyak spesies ikan komersial yang penting. Sebagai sumber
daya perikanan, lamun memberikan manfaat ekonomi dalam sektor
perikanan dan memelihara stok ikan yang berkelanjutan.
2. Pemberi Nutrien: Lamun dapat menghasilkan nutrien yang berlimpah
dalam bentuk daun yang mati atau lepas dari tanaman. Proses dekomposisi
lamun ini memberikan dukungan bagi produktivitas perairan dan siklus
nutrisi. Nutrien yang disediakan oleh lamun juga dapat berperan dalam
mendukung kehidupan mikroorganisme dan fitoplankton di perairan.
3. Perlindungan Pantai: Sistem akar lamun yang kuat dan batang yang
merangkak melintasi substrat perairan dangkal membantu menjaga
kestabilan pantai dan melindungi pantai dari erosi. Lamun berperan
sebagai penghalang alami yang mengurangi dampak gelombang, arus, dan
abrasi pada garis pantai.
4. Penyerapan Karbon: Lamun memiliki kemampuan untuk menyerap dan
menyimpan karbon dioksida (CO2) dalam jaringannya. Dalam proses
fotosintesis, lamun mengambil CO2 dari atmosfer dan mengubahnya
menjadi biomassa. Kemampuan lamun dalam mengikat karbon dioksida
membantu dalam mitigasi perubahan iklim dan penyerapan gas rumah
kaca.
5. Ekowisata dan Pariwisata: Lamun yang indah dan ekosistem yang kaya
membuatnya menjadi daya tarik bagi wisatawan. Aktivitas seperti
snorkeling, menyelam, dan pengamatan satwa liar di sekitar lamun
menjadi potensi pariwisata yang penting. Pariwisata lamun memberikan
manfaat ekonomi bagi komunitas pesisir dan dapat mendorong kesadaran
akan pentingnya konservasi dan perlindungan lamun.
2.3 Mangrove
Mangrove adalah jenis tanaman dikotil yang hidup di habitat air payau dan
air laut. Mangrove merupakan tanaman hasil dari kegiatan budidaya atau diambil

6
dari alam. Tanaman mangrove tidak dilindungi/dilarang untuk memanfaatkan
bagian-bagian tanaman tersebut, misalnya dimanfaatkan untuk dijadikan bahan
baku kosmetik/farmasi atau bahan tambahan tekstil (Dirjen P2HP, 2015).

Hutan mangrove adalah salah satu jenis hutan yang banyak ditemukan
pada kawasan muara dengan struktur tanah rawa dan/atau padat. Mangrove
menjadi salah satu solusi yang sangat penting untuk mengatasi berbagai jenis
masalah lingkungan terutama untuk mengatasi kerusakan lingkungan yang
disebabkan oleh rusaknya habitat untuk hewan. Kerusakan ini tidak hanya
berdampak untuk hewan tapi juga untuk manusia. Mangrove telah menjadi
pelindung lingkungan yang sangat besar (Ana, 2015).
Menurut Desyanaputri (2016), Tanaman bakau tumbuh dipantai dan paling
banyak dijumpai pada batasan antara muara pantai dengan sungai. Ciri-ciri
tanaman bakau ini adalah hidup dengan berkelompok dalam jumlah yang banyak,
memiliki akar yang besar dan memiliki buah. Di pantai banyak para petani
menanam tanaman bakau, karena manfaatnya yang banyak bagi kelangsungan
pantai ditempatnya. Selain itu tanaman bakau juga dapat membuat suasana sekitar
pantai menjadi lebih indah. Di pantai Pariaman, tanaman bakau dijadikan sebagai
tempat wisata, dengan menaiki kapal yang sudah disediakan oleh pihak pengelola.
Dimana para wisatawan bisa duduk santai diatas kapal kecil sambil memutari
kawasan hutan bakau. Selain itu tanaman bakau juga memiliki manfaat yang
penting bagi kehidupan di sekitar lingkungannya.
Selanjutnya Ana (2015), menjelaskan bahwa hutan mangrove menjadi
salah satu subjek utama bagi pengembangkan lingkungan di Indonesia. Banyak
lembaga sosial yang bergerak dalam bidang lingkungan terus mensosialisasikan
manfaat mangrove. Hal ini mendukung kesadaran masyarakat bahwa mangrove
memang penting untuk melindungi lingkungan. Melestarikan kawasan mangrove
adalah usaha yang sangat baik untuk menstabilkan kondisi lingkungan dan
menyelamatkan semua habitat di hutan mangrove.
Mangrove memiliki potensi dan peran yang signifikan sebagai sumber
daya kepulauan. Berikut adalah beberapa aspek potensi dan peran mangrove
tersebut:

7
1. Keberagaman Hayati: Mangrove merupakan ekosistem yang kaya akan
keanekaragaman hayati. Mereka menyediakan habitat bagi berbagai
spesies hewan dan tumbuhan, termasuk ikan, moluska, krustasea, burung,
dan mamalia. Keberagaman hayati ini memungkinkan mangrove menjadi
sumber daya bagi perikanan, budidaya kerang, serta ekowisata dan
pariwisata alam di kepulauan.
2. Perlindungan Pesisir: Mangrove memiliki peran penting dalam melindungi
pulau-pulau dan pesisir kepulauan dari abrasi, erosi, dan dampak badai.
Akar mangrove yang kuat dan jaringan akar yang kompleks membantu
meredam gelombang dan mengurangi kecepatan arus air. Dengan
demikian, mangrove berfungsi sebagai pertahanan alami yang melindungi
pulau-pulau dari kerusakan fisik dan kehilangan lahan.
3. Penyerapan Karbon: Mangrove memiliki kapasitas yang tinggi untuk
menyerap dan menyimpan karbon dioksida (CO2) dari atmosfer. Hutan
mangrove merupakan salah satu ekosistem paling efisien dalam menyerap
karbon. Oleh karena itu, mangrove berperan penting dalam mitigasi
perubahan iklim dengan mengurangi konsentrasi CO2 di atmosfer dan
mengurangi efek rumah kaca.
4. Sumber Energi dan Bahan Bangunan: Mangrove juga menyediakan
sumber daya energi dan bahan bangunan bagi masyarakat kepulauan.
Kayu mangrove dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak dan
pemanas, mengurangi ketergantungan pada kayu bakar dari hutan primer.
Selain itu, kayu mangrove juga digunakan sebagai bahan bangunan dalam
konstruksi rumah, perahu, dan infrastruktur pesisir.
5. Ekonomi dan Penghidupan Masyarakat: Mangrove memiliki nilai ekonomi
yang penting bagi masyarakat kepulauan. Masyarakat lokal di sekitar
kepulauan sering mengandalkan mangrove sebagai sumber pendapatan,
seperti perikanan tradisional, budidaya udang, pengumpulan kerang, dan
pariwisata alam. Mangrove juga memberikan pekerjaan dan penghidupan
bagi komunitas pesisir melalui aktivitas seperti pengolahan kayu,
perikanan, wisata, dan kerajinan tangan dari produk mangrove.

8
6. Konservasi Sumber Daya: Mangrove memainkan peran penting dalam
menjaga keberlanjutan dan keberagaman hayati di kepulauan. Konservasi
dan pengelolaan yang berkelanjutan diperlukan untuk melindungi
mangrove dari ancaman seperti perambahan lahan, penebangan ilegal,
pencemaran, dan perubahan penggunaan lahan. Melalui upaya konservasi,
mangrove dapat terus menjadi sumber daya yang berkelanjutan dan
berkontribusi pada kehidupan manusia dan ekosistem kepulauan.
2.4 Potensi Energi Listrik dari Pasang Surut
Air merupakan sumber energi yang murah dan relatif mudah didapat,
karena pada air tersimpan energi potensial (pada air jatuh) dan energi kinetik
(pada air mengalir). Tenaga air (Hydropower) adalah energi yang diperoleh dari
air yang mengalir. Energi yang dimiliki air dapat dimanfaatkan dan digunakan
dalam wujud energi mekanis maupun energi listrik. Pemanfaatan energi air
banyak dilakukan dengan menggunakan kincir air atau turbin air yang
memanfaatkan adanya suatu air terjun atau aliran air di sungai. Sejak awal abad
18, kincir air banyak dimanfaatkan sebagai penggerak penggilingan gandum,
penggergajian kayu dan mesin tekstil (Danny Harri Siahaan, 2009).
Besarnya tenaga air yang tersedia dari suatu sumber air bergantung pada
besarnya head dan debit air. Dalam hubungan dengan reservoir air maka head
adalah beda ketinggian antara muka air pada reservoir dengan muka air keluar
dari kincir air/turbin air.
Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik
turunnya permukaan laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda
angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Demikian juga
menurut Dronkers (1964) pasang surut laut merupakan suatu fenomena
pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh
kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi
terutama oleh matahari, bumi, dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat
diabaikan karena jaraknya lebih jauh, dan ukurannya lebih kecil.
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek
sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan kearah luar pusat rotasi. Gravitasi
berbanding lurus dengan massa, tetapi berbanding terbalik dengan jarak.

9
Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari pada matahari, gaya tarik gravitasi bulan
dua kali lebih besar dari pada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang
surut laut. Hal ini karena jarak bulan lebih dekat dari pada jarak matahari ke bumi.
Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan
dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan
pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang
orbital bulan dan matahari (Gross, 1990).
Pasang-surut laut dapat didefinisikan pula sebagai gelombang yang
dibangkitkan oleh adanya interaksi antara bumi, matahari dan bulan.Puncak
gelombang disebut pasang tinggi (High Water/RW) dan lembah gelombang
disebut surut/pasang rendah (Low Water/LW). Perbedaan vertikal antara pasang
tinggi dan pasang rendah disebut rentang pasang-surut atau tunggang pasut (tidal
range) yang bisa mencapai beberapa meter hingga puluhan meter. Periode pasang-
surut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah
gelombang berikutnya. Harga periode pasang-surut bervariasi antara 12 jam 25
menit hingga 24 jam 50 menit (Ferry Sangari, 2012).
Pasang surut menggerakkan air dalam jumlah besar setiap harinya dan
pemanfaatannya dapat menghasilkan energi dalam jumlah yang cukup besar.
Dalam sehari bisa terjadi hingga dua kali siklus pasang surut. Oleh karena waktu
siklus bisa diperkirakan (kurang lebih setiap 12,5 jam sekali), suplai listriknya pun
relatif lebih dapat diandalkan daripada pembangkit listrik bertenaga ombak.
Namun demikian, hanya terdapat sekitar 20 tempat di dunia yang telah 17
diidentifikasi sebagai tempat yang cocok untuk pembangunan pembangkit listrik
bertenaga pasang surut.
Pada dasarnya ada dua metodologi untuk memanfaatkan energi pasang
surut, yaitu:
1. Dam Pasang Surut (Barrage Tidal System)
Prinsip Kerja Teknologi pasang surut dengan membangun dam merupakan
teknologi yang paling lama digunakan. Ekstrasi energi didapat dari
perbedaan ketinggian antara air di dalam dam dan diluar dam (laut). Dam
yang dibangun untuk memanfaatkan siklus pasang surut jauh lebih besar
daripada dam air sungai pada umumnya. Dam ini biasanya dibangun di

10
muara sungai dimana terjadi pertemuan antara air sungai dengan air laut.
Saat pasang air mengalir memasuki dam sampai kondisi tertentu lalu air
tersebut ditahan, bila laut sudah surut air dialirkan kembali ke laut
melewati turbin air sehingga energi listrik diperoleh.

Gambar 3. Prinsip kerja Barrage Tidal System

Dalam
perkembangannya sistem dam ini berdampak pada lingkungan, walau berhasil
menghasilkan energi listrik lumayan besar, namun ekologi air berbagai jenis satwa
yang berhubungan antara muara dan laut tidak berkembang biak dengan baik.
2. Turbin Lepas Pantai (Offshore Turbines)
Turbin lepas pantai ini lebih menyerupai pembangkit listrik tenaga angin
versi bawah laut.Bentuk dari tidal turbine sangat beragam seperti halnya wind
turbine. Tidal turbine terbesar dipasang Scotlandia berbobot 1300 ton dengan
tinggi sekitar 22 m, dengan kecepatan aliran laut 2.65 m/s mampu menghasilkan
daya sampai dengan 4000 Twh setiap tahun, diharapkan turbin ini mampu
digunakan lebih dari 1000 rumah tangga.

11
Gambar 4. Tidal turbin di dalam laut
Keunggulannya dibandingkan metode pertama yaitu: lebih murah biaya
instalasinya, dampak lingkungan yang relatif lebih kecil daripada pembangunan
dam, dan persyaratan lokasinya pun lebih mudah sehingga dapat dipasang di lebih
banyak tempat. Sistem ini tidak memerlukan bendungan, namun langsung
terpasang di lautan lepas, gaya dorong dihasilkan dari pegerakan energi kinetik
arus laut, dikarenakan densitas air lebih tinggi dari pada angin, offshore turbine
dapat menghasilkan energi yang lebih besar dengan ukuran yang sama untuk wind
turbine.
Prinsip Kerja Teknologi MCT bekerja seperti pembangkit listrik tenaga
angin yang dibenamkan di bawah laut. Dua buah baling dengan diameter 15-20
meter memutar rotor yang menggerakkan generator yang terhubung kepada
sebuah kotak gir (gearbox). Kedua baling tersebut dipasangkan pada sebuah sayap
yang membentang horizontal dari sebuah batang silinder yang diborkan ke dasar
laut. Turbin tersebut akan mampu menghasilkan 750-1500 kW per unitnya, dan
dapat disusun dalam barisan-barisan sehingga menjadi ladang pembangkit listrik.
Demi menjaga agar ikan dan makhluk lainnya tidak terluka oleh alat ini,
kecepatan rotor diatur antara 10-20 rpm (sebagai perbandingan saja, kecepatan
baling-baling kapal laut bisa berkisar hingga sepuluh kalinya). Dibandingkan
dengan MCT dan jenis turbin lainnya, desain Swan Turbines memiliki beberapa
perbedaan, yaitu: balingbalingnya langsung terhubung dengan generator listrik
tanpa melalui kotak gir. Ini lebih efisien dan mengurangi kemungkinan terjadinya

12
kesalahan teknis pada alat.Perbedaan kedua yaitu, daripada melakukan pemboran
turbin ke dasar laut menggunakan pemberat secara gravitasi (berupa balok beton)
untuk menahan turbin tetap di dasar laut.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, kesimpulan yang diperoleh yaitu:
1. Sumber daya kepulauan terdiri dari sumber daya alam yaitu terumbu
karang, mangrove, lamun dan energi listrik dari tenaga pasang surut
2. Terumbu karang memiliki peranan sebagai sumber daya laut yaitu sebagai
keanekaragaman hayati (tempat berlindung dan berkembang biak Binatang
laut), sumber daya perikanan, pariwisata, memiliki nilai estetika yang
tinggi, melindungi pantai, obat-obatan, sebagai sumber nutrisi bagi ikan.
3. Peran lamun sebagai habitat dan tempat berlindung bagi ikan-ikan kecil,
pemberi nutrient, Perlindungan pantai, penyerapan karbon, ekowisata dan
pariwisata.
4. Mangrove memiliki peran yang sama seperti lamun namun ada tambahan
yaitu sebagai sumber energi dan bahan bangunan, ekonomi dan
penghidupan masyarakat, konservasi sumber daya.
5. Pembangkit Listrik Tenaga Pasang Surut Air Laut (PLTPs) pada dasarnya
sama seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) / Pembangkit Listrik
Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) dimana memerlukan dua data yang
penting yaitu debit air dan ketinggian jatuh untuk menghasilkan tenaga
yang bermanfaat dalam sistem konversi tenaga, menyerap tenaga dari
bentuk ketinggian dan aliran, dan menyalurkan tenaga dalam bentuk daya
mekanik ke daya listrik. Pada dasarnya ada dua metodologi untuk
memanfaatkan energi pasang surut, yaitu: Dam Pasang Surut (Barrage
Tidal System) dan Turbin Lepas Pantai (Offshore Turbines) kecepatan
aliran laut 2.65 m/s mampu menghasilkan daya sampai dengan 4000 Twh
setiap tahun, diharapkan turbin ini mampu digunakan lebih dari 1000
rumah tangga.
3.2 Saran
1. Untuk penggunaan alat dan bahan pembangkit listrik perlu dipilih yang
anti karat karena mudah sekali korosi dengan air laut sehingga tidak awet.

14
2. Perlu adanya observasi dan penjagaan sumber daya laut seperti mangrove
karena mangrove menghadapi berbagai ancaman seperti perambahan
lahan, penebangan ilegal, pencemaran, perubahan iklim, dan perubahan
penggunaan lahan. Begitu pula dengan lamun dan terumbu karang agar
bisa berkelanjutan dan tidak rusak.

15
DAFTAR PUSTAKA

Danny Harri Siahaan. 2009. Pengujian Sudu Rata Prototipe Turbin Air Terapung
Pada Aliran Sungai. FT: Universitas Sumatra Utara Medan.
Dronkers, J.J. 1964. Tidal Computationsin Rivers and Coastal Waters.
Amsterdam: North- Holland Publishing Company.
Giyanto, M. Abrar, T.A, Hadi, A. Budiyanto, M. Hafizt, A. Salatalohy, M.Y.
Iswari. 2017. Status Terumbu Karang Indonesia 2017. COREMAP-CTI,
Pusat Penelitian Oseanografi- LIPI: 30 hal, ISBN 978-602- 6664-09-9.
Gross, M.G. 1990. Oceanography; A View of Earth Prentice Hall, Inc.Englewood
Cliff. New Jersey
Pariwono, J.I. 1989. Gaya Penggerak Pasang Surut, dalam Pasang Surut. Ed.
Ongkosongo, O.S.R. dan Suyarso. Jakarta:P3O-LIPI.
Subekti,. 2010. Implikasi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut Di Indonesia
Berlandaskan Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) () 4:1
perspektif 7, hlm 7.
Suharsono. 2008. Jenis-Jenis Karang di Indonesia. Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia. LIPI Press, Anggota Ikapi, Jakarta.
Tuwo, A. H. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut: Pendekatan Ekologi,
SosialEkonomi, Kelembagaan dan Sarana Wilayah. Brilian International.
Surabaya

16

Anda mungkin juga menyukai