Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ekologi perikanan
Dosen Pengampu :
R. Mochamad Candra Wirawan Arief, Ph.D.
Disusun Oleh :
Kelompok 8
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
2023
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
1
perolehan devisa negara dan menyediakan lapangan pekerjaan dan lapangan usaha yang
signifikan (Puspitasari et al. 2016).
Berdasarkan uraian di atas, mengingat besarnya ancaman terhadap terumbu karang
dan ketergantungan masyarakat pesisir terhadap sumberdaya perikanan, maka diperlukan
pembahasan lebih lanjut mengenai ekosistem terumbu karang sebagai pengetahuan yang
lebih luas bagi kita sehingga diharapkan nantinya dapat diterapkan sebagai strategi dalam
pengelolaan ekosistem terumbu karang yang berkelanjutan.
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui apa itu ekosistem
terumbu karang, bagaimana karakteristik dari ekosistem terumbu karang, apa saja jenis dan
karakteristik organisme pada ekosistem terumbu karang, bagaimana pemanfaatan habitat
yang mendukung aktivitas perikanan kelautan pada ekosistem terumbu karang, apa saja
ancaman terhadap ekosistem terumbu karang, serta sebagai pemenuhan tugas mata kuliah
Ekologi Perairan.
1.4 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini diantaranya dapat mengetahui dan memahami
apa itu ekosistem terumbu karang, bagaimana karakteristik dari ekosistem terumbu karang,
apa saja jenis dan karakteristik organisme pada ekosistem terumbu karang, bagaimana
pemanfaatan habitat yang mendukung aktivitas perikanan kelautan pada ekosistem terumbu
karang, apa saja ancaman terhadap ekosistem terumbu karang, sehingga diharapkan
2
nantinya dapat diterapkan sebagai strategi dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang
yang berkelanjutan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Karbonat ini berupa endapan masif yang dihasilkan oleh organisme karang (filum Scnedaria,
klas Anthozoa, ordo Madreporaria Scleractinia), alga berkapur, dan organisme lain yang
mengeluarkan CaCO3 (Guilcher, 1988).
Arah perkembangan terumbu organik dikontrol oleh keseimbangan ketiga faktor
yaitu hidrologis, batimetris, dan biologis. Jika ketiga faktor seimbang, terumbu berkembang
secara radial dan akan terbentuk terumbu paparan dan apabila pertumbuhan ini berlanjut
akan terbentuk terumbu pelataran bergoba. Namun jika perkembangan radial dibatasi oleh
kondisi batimetri akan terbentuk terumbu paparan lonjong. Terumbu yang terakhir ini tidak
membentuk lagun yang benar dan depresi menyudut merupakan penyebaran pasir.
Sedangkan terumbu paparan dinding terbentuk pada kondisi batimetris dan hidrologis tidak
simetris, di mana perkembangan terumbu terbatas pada satu atau dua arah. Kondisi ini akan
menghasilkan perkembangan terumbu secara linier, dan membentuk terumbu dinding
berupa terumbu dinding tanduk dan terumbu dinding garpu. Terbentuknya terumbu dinding
garpu ini menunjukkan adanya arus pasang surut yang kuat. (Zuidam, 1985)
5
kondisi terumbu karang maka semakin besar peluang tingginya keanekaragaman jenis
megabentos, begitu juga sebaliknya
6
2.4.2. Wisata Snorkling
Berbeda dengan selam, snorkling diartikan sebagai salah satu jenis menyelam
dibawah air yang menggunakan snorkel, alat khusu berupa pipa yang dihubungkan dengan
udara yang membuat kita dapat bernapas di dalam air dengan posisi kepala tetap di dalam
air sambil menikmati keindahan yang berada di dasar (Santosos 1998)
Skin diving memiliki kriteria kelayakan suatu lokasi untuk dijadikan wisata selam, tidak
jauh berbeda dengan kegiatan scuba diving berupa kecerahan perairan, tutupan karang, jenis
bentuk pertumbuhan karang (lifeform) karang, jenis ikan karang, kecepatan arus dan
kedalam terumbu karang serta lebar hamparan karang (Yulianda 2007)
7
Pengasaman tersebut akan menghambat pertumbuhan karang sehingga merusak struktur
fisik karang (Suciramdani 2017)
Berikut adalah beberapa ancaman terhadap ekosistem terumbu karang :
1. Pencemaran yang Berasal dari Daerah Aliran Sungai (DAS)
Apabila ada kegiatan di suatu DAS maka kegiatan tersebut dapat mempengaruhi aliran
air di bagian hilir baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Pencemaran yang berasal dari
limbah manusia dapat mempengaruhi kondisi perairan di wilayah pesisir bahkan terumbu
karang. Kegiatan seperti penebangan hutan, pembajakan sawah, dan limbah rumah tangga
dapat membawa endapan ke sungai. Pada kawasan Coral Triangle Lebih dari 45% terumbu
karang mendapat ancaman serta pencemaran yang berasal dari Daerah Aliran Sungai dengan
presentase ancaman sebesar 25% khususnya di wilayah Indonesia tengah, Timor Leste,
Filipina dan sekitar Kepulauan Solomon (Ukas 2012).
2. Penangkapan Berlebih dan Merusak
Sekitar 114 juta jiwa tinggal di pesisir di Kawasan Segitiga Karang dengan jarak 30 km
dari terumbu karang, mengakibatkan tingginya tekanan terhadap terumbu karang. Meskipun
pengelolaan ikan karang dioperasikan cukup baik sehingga bisa menjadi sumberdaya,
pertambahan jumlah penduduk, serta teknik penangkapan ikan yang baik serta naikknya
tingkat permintaan pasar internasional, tetapi berakibat pada cadangan ikan diseluruh
wilayah tesebut. Namun, teknik penangkapan ikan dengan cara merusak seperti
menggunakan bahan peledak dan penangkapan ikan menggunakan racun dapat
menghancurkan terumbu karang (Tatang 2015).
3. Perubahan Iklim
Perubahan iklim atau climate change merupakan perubahan yang signifikan pada
iklim, seperti suhu udara atau curah hujan, selama kurun waktu 30 tahun atau lebih.
Perubahan iklim merupakan proyeksi kelanjutan dari global warming (Almaendah 2013).
Perubahan iklim terjadi karena aktifitas manusia di darat. Sumber ancaman bisa terjadi secara
lokal, namun dengan intensitas yang cukup besar, atau umumnya bersifat global. Dampak
yang ditimbulkan (perubahan iklim) bersifat global, terjadi pada hampir semua wilayah
didunia, bahkan pada wilayah kutub sekalipun. Jenis ancaman ini disebut dengan istilah
ancaman global (Wiadnyadgr 2012). Peningkatan suhu dan konsentrasi CO2 memiliki efek
yang sangat besar terhadap iklim dan cuaca, misalnya perubahan awal musim, berkurangnya
penutupan salju dan es, kenaikan muka air laut, serta siklon dan badai laut yang lebih besar.
Inilah yang disebut perubahan iklim. Perubahan iklim memiliki dampak yang besar pada
8
seluruh ekosistem, khususnya terumbu karang. Perubahan iklim telah membawa dampak
yang nyata terhadap ekosistem pesisir di kawasan Coral Triangle melalui pemanasan global,
pengasaman dan naiknya permukaan laut. Naiknya suhu mengakibatkan pemutihan dan
kematian karang secara massal (Lawrence et al. 2012).
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Terumbu karang merupakan ekosistem perairan dangkal yang banyak dijumpai di
sepanjang garis pantai daerah tropis. Pembentukan terumbu karang merupakan proses yang
lama dan kompleks. Berkaitan dengan pembentukan terumbu, karang terbagi atas dua
kelompok yaitu karang yang membentuk terumbu (karang hermatipik) dan karang yang tidak
dapat membentuk terumbu (karang ahermatipik). Salah satu biota yang hidup pada
ekosistem terumbu karang yaitu Megabentos. Megabentos terbagi atas empat kelompok
seperti karang, echinodermata, moluska dan krustasea.
Ekosistem terumbu karang merupakan salah satu ekosistem wilayah pesisir
mempunyai peranan yang sangat penting baik dari aspek ekologis maupun ekonomis.
ekosistem terumbu karang yang indah merupakan objek wisata bahari yang menarik serta
merupakan daerah fishing ground terutama bagi nelayan tradisional.
Ancaman terhadap kerusakan terumbu karang yang terjadi disebabkan adanya
tekanan pada sumber daya laut dan pesisir seperti penangkapan hasil laut yang tak terbatas,
teknik penangkapan ikan yang merusak, polusi dari daratan, konservasi habitat di pesisir
serta perubahan iklim. Dampak dari naiknya suhu air laut mengakibatkan kematian terumbu
karang secara luas, sehingga menimbulkan reaksi pemutihan karang yaitu hilangnya
mikroalga simbionnya yang menyebabkan kematian karang.
3.2 Saran
Potensi wisata bahari khususnya ekowisata terumbu karang di wilayah pesisir
dilakukan sebagai upaya untuk menguatkan wisata bahari yang sudah ada. Selain itu perlu
mengetahui daya dukung wilayah secara fisik, lingkungan dan kewilayahan. Hal ini diperlukan
sebagai salah satu masukan dalam pemanfaatan sumber daya pesisir yang berkelanjutan.
Dalam pengelolaannya diperlukan keterpaduan antar berbagai pihak, yang tergabung dalam
satu koordinasi yang mengarahkan berbagai kegiatan yang ada di wilayah pesisir tersebut.
Hal ini dimaksudkan sebagai suatu upaya secara terprogram untuk mencapai tujuan yang
10
dapat mendukung antara berbagai kepentingan, agar terpelihara lingkungan dan tercapainya
pembangunan ekonomi yang memadai.
11
DAFTAR PUSTAKA
Anna E.W Manuputty, 2007. Kondisi Karang dan Megabentos di Perairan Maumere, Kabupaten
Sikka, Nusa Tenggara Timur. Prosiding Bidang Ilmu Kelautan
Alamendah.2013. Mengenal Pemanasan Global dan Perubahan Iklim.
Burhanuddin, A. I., 2011. The Sleeping Giant; Potensi dan Permasalahan Kelautan. Brilian
Internasional. Surabaya
Dr. Lawrence Anissa. Tonny Wagey Dr. Subhat Nurhakim Dr. Andreas Hutahaean. 2012.
Karbon Biru Sebuah terobosan baru untuk mengurangi dampak perubahan iklim melalui
konservasi dan pelestarian ekosistem pesisir di kawasan Coral Triangle. WWF, Australia.
Guilcher Andre. 1988. Coral reef Geomorphology. John Willey & Sons.Chhichester.
Interim Regional CTI Secretariat. 2010. “Regional Plan of Action : Coral Triangle Initiative on
Coral Reefs, Fisheries and Food Security”. Jakarta: Interim Regional CTI Secretariat
Irwan & Djamal. (2017). Prinsip-Prinsip Ekologi : Ekosistem, Lingkungan dan Pelestariannya.
Jakarta: Bumi Aksara. ISBN 9795261649.
Maulana, Fauzan. 2010. Pemanfaatan Makrozoobentos Sebagai Indikator Kualitas Perairan
pesisir.
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Diterjemahkan oleh H. M.
Eidman, Koesobiono, D. G. Bengen , M. Hutomo, dan S. Sukardjo. PT Gramedia. Jakarta.
xv + 459 hlm.
Odum & Eugune, P. (2013). Fundamentals of Ecology. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press. hlm. 577. ISBN 9794202843.
Oktarina, A., Kamal, E., & Suparno. (2014). Kajian Kondisi Terumbu Karang dan Strategi
Pengelolaannya di Pulau Panjang, Air Bangis, Kabupaten Pasaman Barat. Jurnal Natur
Indonesia, 16(1): 23-31.
Puspitasari, A. T. T., Amron, A., & Alisyahbana, S. (2016). Struktur Komunitas Karang
Berdasarkan Karakteristik Perairan di Taman Wisata Perairan (TWP) Kepulauan
Anambas. Jurnal Omni-Akuatika, 12(1): 55-72.
SUCIRAMDANI., DWI, F. 2017. UPAYA CORAL TRIANGLE INITIATIVE ON CORAL REEFS,
FISHERIES, FOOD SECURITY (CTI-CFF) DALAM MELESTARIKAN TERUMBU KARANG DI
WILAYAH SEGITIGA KARANG DUNIA (CORAL TRIANGLE) TAHUN 2007-2015. FISIP UMY.
Suharsono. (2008). Jenis-Jenis Karang di Indonesia. LIPI. Jakarta
Tatang, S.2015. Penangkapan Ikan yang Merusak Ekosistem Laut.
Ukas. 2012. Dampak Erosi bagi Daerah Aliran Sungai (DAS) serta Penanggulangannya
12
Veron, J. E. N. 1986 . Coral of The World. Edited by Mary Stafforf Smith. Australian Institute
of Marine Science. Townsville. Australia.
Wiadnyadgr. 2012. Ancaman pada sumber hayati laut.
Zuidam R. A. van. 1985. Aerial Photo-Interpretation in Terrain Analysis and Geomorphologic
Mapping. ITC, Enschede. The Netherlands.
13