BAB I
PENDAHULUAN
Dari latar belakang diatas maka dapat ditarik sebuah rumusan permasalahan, yaitu
berapa nilai pemanfaatan ekosistem sumber daya terumbu karang baik dari sektor pariwisata
dan perikanan di kawasan pulau sapudi. Dari nilai tersebut dapat dijadikan sebagai referensi
nilai pemanfaatan ekosistem yang kelak sebagai acuan pengembangan daerah, khususnya pulau
sapudi.
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai ekonomi biota
ekosistem terumbu karang yang berada di kawasan pulau sapudi, sumenep, Madura. Penelitian
ini mempunyai kegunaan untuk memberikan informasi mengenai kondisi pemanfaatan dan non
pemanfaatan terumbu karang dan nilai ekonomi dari terumbu karang yang ada di kawasan
pulau sapudi dan di harapkan dapat memberi masukan kepada pembuat kebijakan dalam
meningkatkan perencanaan dalam pengelolaan sumber daya terumbu karang di sekitar pulau
sapudi.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang khas yang ada di daerah
perairan yang memiliki temperatur tropis atau subtropis dan terletak antara 30 derajat
lintang utara dan 30 derajat lintang selatan. Karang dapat tumbuh berkembang dengan baik
di laut tropis karena perairan ini relatif hangat, dangkal dan umumnya dekat pantai. Karang
tumbuh pada temperatur air laut 15-30 OC, bersalinitas antara 30-35 o/oo (Murdiyanto
2003). Cahayanya yang cukup harus tersedia agar fotosintesis oleh zooxanthele simbiotik
dalam jaringan karang dapat terlaksana. Tanpa cahaya yang cukup maka laju fotosintesis
akan berkurang sehingga kemampuan karang untuk menghasilkan kalsium karbonat untuk
membentuk terumbu karang akan berkurang pula. Toleransi terumbu karang terhadap
cahaya yaitu sebesar 15-20 persen dari intensitas cahaya di permukaan.
Terumbu karang memiliki manfaat yang beragam berupa barang dan jasa bagi
kehidupan biota yang berasosiasi maupun bagi manusia. Millennium Ecosystem
Assessment (MEA) (2003) diacu dalam Burke (2008), mengidentifikasi bahwa barang dan
jasa ekosistem terumbu karang terbagi ke dalam empat kategori berdasarkan jasa yang
disediakan oleh ekosistem terumbu karang yaitu: jasa penyedia (provisioning services),
jasa pengontrol (regulating services), jasa kebudayaan (cultural services) and jasa
pendukung (supporting services) (Tabel 1).
Tabel 1. Barang dan Jasa Ekosistem Terumbu Karang
Nilai Ekonomi Total (TEV) di bagi ke dalam 3 komponen utama : (1) Use Value
(UV) (2) Option (OV) Value dan (3) Non Use Value (NUV) (Gambar 4). Putri (2009)
menjelaskan Use Value adalah nilai yang timbul dari penggunaan sebenarnya dari sumber
daya tersebut. Use Value ini dibagi lagi menjadi Direct Use Value (DUV) yaitu yang secara
langsung dapat digunakan seperti perikanan dan ekstraksi kayu dan lain-lain serta Indirect
Use Value (IUV) yaitu manfaat dari fungsi ekosistem seperti fungsi hutan sebagai penahan
air.
Option Value adalah nilai yang ditempatkan orang sebagai kemampuan kegunaan
masa depan dari lingkungan atau sumber daya tersebut (Tietenberg 2001). Ada yang
memasukan Option Value (OV) ke dalam Use Value dan ada juga yang memasukan OV
ke dalam non use value. Nilai yang ketiga adalah Non Use Value (NUV), menurut Putri
(2009), NUV lebih problematik dalam definisi dan perhitungannya, tapi biasanya dibagi
lagi menjadi Bequest Value (BV) yaitu nilai pewarisan dan Existence atau ‘passive’ Use
Value (XV) yaitu nilai keberadaan. . Sehingga secara matematis Total Economic value
dapat ditulis sebagai berikut :
Penelitian di lakukan pada aktivitas ekonomi yang berbasis sumberdaya alam yaitu
usaha penangkapan ikan Satuan kasusnya adalah areal ekosistem terumbu karang yang secara
administratif terletak di Pulau Sapudi yang terletak pada 114,25 o - 114,45 o BT dan 7,05 o –
7,20 o LS. Penentuan lokasi yang menjadi satuan kasus tersebut dilakukan secara purposive
(sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan distribusi terumbu karang.
Variabel yang diukur pada penelitian ini adalah luasan kawasan terumbu karang di Pulau
Sapudi dengan interrpretasi citra satelit. Luasan terumbu karang yang berfungsi sebagai
nursery ground (area pengasuhan) feeding ground (areasumber makanan), spawning ground
(area berpijah) maka luasan terumbu karang menjadi input bagi produktivitas hasil tangkapan
ikan. Metode yang digunakan berdasarkan kepada pendekatan hasil produksi (Effect on
Production Approach, EoP) yaitu dengan mengalikan hasil produksi dan harga maka nilai
manfaat langsung (benefit) dari terumbu karang dapat diestimasi. Teknik EoP yang digunakan
adalah Present Value generate Per Hectare Model – Income Approach. Teknik ini dilakukan
dengan mengkapitalisasi atau mendiskon aliran bersih dari manfaat terumbu karang (produksi
ekologis / biologis) yang diambil sebagai indikator nilai sekarang (present value) habitat
terumbu karang. Dengan membagi total present value dari produksi terumbu karang dengan
luas terumbu karang, akan diperoleh nilai sekarang per hektar dari sumberdaya terumbu
karang. Pendekatan metoda ini dengan memasukkan atau mengabaikan biaya produksi yang
dikeluarkan baik yang berasal dari tenaga kerja atau biaya faktor produksi lainnya (Azqueta
and Delacamara 2006).
Analisa data dilakukan dengan menggunakan pendekatan EoP yang dapat dijabarkan
sebagai berikut :
1. Present Value generated per Hectare Model – Income Approach
2. Present Value Residual Rent per Hectare Model – Model Income Approach
Dimana Bt adalah manfaat produksi perikanan dari sumberdaya terumbu
karang, r adalah real discount rate, T adalah jumlah tahun proyeksi nilai, L
adalah luas kawasan terumbu karang, dan Ct adalah biaya produksi perikanan.
3. Mengukur nilai per hektar kawasan terumbu karang, nilai didekati dengan
produksi ikan karang yang merupakan produk dominan dari kawasan terumbu
karang. Kemudian di duga hubungan antara jumlah produksi ikan (Ct) dengan
jumlah upaya tangkap (Et) dan luasan terumbu karang (Lt), formulanya adalah
sebagai berikut :
Dimana P adalah harga ikan per unit volume (kg), q adalah koefesien daya
tangkap, E adalah daya tangkap (trip), L adalag perubahan kawasan terumbu
karang, ß1 adalah koefesien perubahan kawasan terumbu karang.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta. Gramedia.
Fauzi A, Anna S. 2005. Pemodelan Sumber Daya Perikanan dan Kelautan.
Jakarta. Gramedia.
Murdiyanto B. 2003. Ekosistem Terumbu Karang. Jakarta.COFISH Project. 78 halaman.
Nybakken JW. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta : Gramedia
Jakarta. 445 hal.
Putri, Intan Adhi Perdana. 2009. Valuasi Ekonomi Terumbu Karang Kawasan Konservasi Laut
Kepulauan Seribu. Tesis Institut Pertanian Bogor.
Supriharyono. 2007. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Jakarta Djambatan.118
Hal