Anda di halaman 1dari 12

KETERKAITAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)

TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH PELABUHAN


Harish Wirayuhanto 04311750010011

Latar Belakang

AMDAL atau dapat disebut pula Analisis Mengenai Dampak Lingkungan merupakan
salah satu bentuk kajian dari kelayakan lingkungan. Kajian ini menganalisa mengenai dampak
besar dan penting dari suatu usaha atau kegiatan yang di rencanakan pada lingkungan. AMDAL
diperlukan ketika suatu pekerjaan diperkirakan akan memberi dampak atau pengaruh terhadap
lingkungan disekitarnya. Lingkungan yang dimaksud adalah aspek biotik, abiotik, dan kultural.
Adapun dasar hokum AMDAL yang berlaku di Indonesia adalah Peraturan Pemerintah No. 27
Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

Pembangunan pelabuhan diperlukan dalam pengembangan wilayah pesisir sehingga


aksesibilitas barang dan manusia dapat lebih mudah dan cepat, mengingat sebagian besar
wilayah Negara Indonesia merupakan perairan. Dalam perencanaan pembangunan pelabuhan,
terdapat tiga aspek terdampak dalam pembangunan yaitu ekosistem area rencana pelabuhan,
polusi, dan kultural masyarakat di rencana lokasi pembangunan. Ketiga hal tersebut dirangkum
menjadi AMDAL. Namun terdapat beberapa statuta AMDAL yang masih tumpang tindih,
padahal dalam kenyataanya AMDAL menjadi “senjata utama” sebuah proyek pembangunan
dapat di lanjutkan atau tidak. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai AMDAL sebagai
aspek perijinan dalam perencanaan dan pembangunan konstruksi, dalam hal ini adalah
perencanaan pelabuhan.

Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka dapat ditarik rumusan masalah yaitu :

1. Apa saja aspek-aspek yang dibahas dan dipertimbangkan dalam kajian AMDAL dalam
suatu pembangunan pelabuhan?
2. Bagaimana langkah mitigasi dalam menghadapi masalah-masalah kegiatan
pembangunan dan perencanaan pembangunan pelabuhan sesuai dengan syarat
AMDAL?
Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah dapat mengetahui aspek-aspek yang dibahas dalam
kajian AMDAL dalam hal perencanaan dan pembangunan terminal pelabuhan atau dermaga di
suatu wilayah yang baru serta mengetahui langkah-langkah mitigasi dalam timbulnya masalah
dalam perencanaan dan pembangunan pelabuhan.

Pembahasan

AMDAL atau Analisis Mengenai Dampak Lingkungan di Indonesia diberlakukan


berdasarkan PP 51 Tahun 1993 (sebelumnya PP 29 Tahun 1986) sebagai realisasi pelaksanaan
UU No. 4 Tahun 1992 mengenai Lingkungan Hidup yang saat ini sudah di revisi menjadi UU
No. 23 Tahun 1997. AMDAL merupakan instrumen pengelolaan lingkungan yang diharapkan
dapat mencegah kerusakan lingkungan dan menjamin upaya-upaya konservasi. Hasil studi
AMDAL adalah bagian penting dalam perencanaan pembangunan proyek itu sendiri. AMDAL
secara umum bersifat preventif, kajian ini harus dibuat pada tahapan paling awal dan dijadikan
satu menjadi proses tahapan perijinan proyek. Dalam PP 51 Tahun 1993 di tetapkan terdapat
empat jenis kajian AMDAL, yaitu

1. AMDAL Proyek, yaitu AMDAL yang berlaku bagi satu kegiatan yang berada dalam
kewenangan satu instansi sektoral. Misalnya rencana kegiatan pabrik tekstil yang
mempunyai kewenangan memberikan ijin dan mengevaluasi studi AMDALnya ada
pada Departemen Perindustrian

2. AMDAL Terpadu/Multisektoral, adalah AMDAL yang berlaku bagi suatu rencana


kegiatan pembangunan yang bersifat terpadu, yaitu adanya keterkaitan dalam hal
perencanaan, pengelolaan dan proses produksi, serta berada dalam satu kesatuan
ekosistem dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi. Sebagai contoh adalah
satu kesatuan kegiatan pabrik pulp dan kertas yang kegiatannya terkait dengan proyek
hutan tanaman industri (HTI) untuk penyediaan bahan bakunya, pembangkit tenaga
listrik uap (PLTU) untuk menyediakan energi, dan pelabuhan untuk distribusi
produksinya. Di sini terlihat adanya keterlibatan lebih dari satu instansi, yaitu
Departemen Perindustrian, Departemen kehutanan, Departemen Pertambangan dan
Departemen Perhubungan.
3. AMDAL Kawasan, yaitu AMDAL yang ditujukan pada satu rencana kegiatan
pembangunan yang berlokasi dalam satu kesatuan hamparan ekosistem dan
menyangkut kewenangan satu instansi. Contohnya adalah rencana kegiatan
pembangunan kawasan industri. Dalam kasus ini masing-masing kegiatan di dalam
kawasan tidak perlu lagi membuat AMDALnya, karena sudah tercakup dalam AMDAL
seluruh kawasan.
4. AMDAL Regional, adalah AMDAL yang diperuntukan bagi rencana kegiatan
pembangunan yang sifat kegiatannya saling terkait dalam hal perencanaan dan waktu
pelaksanaan kegiatannya. AMDAL ini melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi,
berada dalam satu kesatuan ekosistem, satu rencana pengembangan wilayah sesuai
Rencana Umum Tata Ruang Daerah, contoh AMDAL regional adalah pembangunan
kota-kota baru.

Secara teknis, instansi yang bertanggung jawab dalam merumuskan dan memantau penyusunan
AMDAL di Indonesia adalah BAPEDAL.

Dalam proyek KPBU (Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha) atau PPP (Private-
Public Partnership), terdapat peraturan yang mengharuskan perlunya kajian AMDAL untuk
proyek tersebut yaitu Peraturan Bappenas No. 3/2012 mengenai panduan umum pelaksanaan
kerjasama pemerintah dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur dan Peraturan
Menteri Perhubungan No. PM 83/2010 mengenai panduan pelaksanaan kerjasama pemerintah
dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur transportasi.

Dalam regulasi KPBU/PPP terdapat regulasi hukum yang dapat dikatakan sebagai area
abu-abu yaitu :

1. Peraturan KPBU/PPP mewajibkan dokumen AMDAL serta rencana pengadaan tanah


sebagai bagian dari proses. Namun, waktu pelaksanaanya yang tidak dijelaskan.
2. Peraturan AMDAL menetapkan bahwa proses AMDAL tidak bisa dimulai hingga
proyek disetujui dan diumumkan ke publik.
3. Komisi AMDAL tidak dapat terbentuk sampai proyek disetujui/diumumkan.
4. Pengadaan tanah tidak dapat secara resmi dimulai sampai proyek disetujui/diumumkan.

Beberapa hal tersebut yang masih menjadi tidak jelas mengenai waktu pelaksanaanya dan
tahapan-tahapan dalam rumusan AMDAL untuk KPBU/PPP.
Dalam lampiran 1 Peraturan Menteri LH 5/2012 memberikan aturan dalam proyek
pelabuhan bila terdapat objek tertentu sesuai dengan kriteria yang ada maka diperlukan kajian
AMDAL, yaitu :

1. Pembangunan jetty (sheet pile atau tiang terbuka) dengan panjang lebih dari 200 meter
atau ukuran lebih dari 6000m2.
2. Pembangunan dermaga dengan ukuran besar.
3. Pembangunan breakwater dengan panjang lebih dari 200m2.
4. Pembangunan fasilitas terapung dengan kapasitas lebih dari 10000 DWT.
5. Reklamasi dengan ukuran minimal reklamasi 25 Ha, bahan dijual minimal 500000 m3,
atau panjang minimal 50 meter.

Apabila dalam pembangunan terdapat lima jenis struktur tersebut, maka diperlukan adanya
kajian AMDAL yang lebih lanjut terkait pembangunan pelabuhan baru.

AMDAL dapat dimulai ketika lokasi pelabuhan sudah sesuai dengan rencana tata ruang
dan rencana induk daerah kerja pelabuhan itu berada. AMDAL hanya dapat disusun oleh
orang/perusahaan yang memiliki sertifikat kompentensi Penyusun AMDAL. Biasanya,
Badan/Lembaga yang akan mengajukan AMDAL ke komisi AMDAL adalah Otoritas
Pelabuhan. Komisi AMDAL terdiri dari KLH Lembaga/lingkungan dan instansi terkait lainnya
tergantung pada tingkat lingkup proyek, LSM, dan masyarakat yang terkena dampak. Jika
proyek diimplementasikan sebagai PPP, maka AMDAL harus disusun oleh Penanggung Jawab
Proyek Kerjasama (PJPK).

Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan kajian AMDAL diatur dalam Keputusan


Kepala Bapedal No. 8/2000. Otoritas Pelabuhan (yang mengajukan AMDAL sebagai
pemrakarsa proyek) akan melakukan pengumuman dan konsultasi publik sesuai dengan
persyaratan peraturan untuk melibatkan semua pemangku kepentingan yang terkena dampak
dan pengamat yang ditunjuk untuk gambaran proses AMDAL. Otoritas Pelabuhan harus
memfasilitasi dan mengatur pengumuman publik yang berkaitan dengan kegiatan AMDAL
melalui media massa, mengatur dan melakukan proses konsultasi publik yang diperlukan
dengan masyarakat di Kota/Kabupaten, kecamatan dan setiap daerah lain yang dianggap
bagian dari wilayah studi.

Dalam kajian AMDAL terdapat dua aspek yang menjadi pertimbangan disetujui atau
tidaknya proyek tersebut yaitu isu lingkungan dan Isu Sosial. Dalam isu lingkungan dibahas
beberapa pertimbangan utamanya yaitu :
1. Pengelolaan material pengerukan
dalam hal ini membahas mengenai :
 Kontaminasi Tanah
 Isu Geoteknik
 Kemungkinan Erosi Tanah
 Penurunan kualitas air dengan peningkatan Total Suspended Solid (TSS) dan
kekeruhan
 Kemungkinan gangguan kimia kelautan dan ekologi pesisir
 Peniadaan/penurunan habitat
2. Ekologi laut/pantai
Dalam hal ini membahas mengenai :
 Pergantian habitat laut dan pesisir akibat perubahan struktur sedimen
 Tertutupnya komunitas bentik karena pembuangan sedimen
 Penurunan pencahayaan untuk organisme yang tergantung cahaya
 Regresi rumput laut dan padang rumput
 Terganggunya burung dan hewan laut
 Memburuknya polusi air
 Berkurangnya sumber daya perikanan
3. Emisi udara
Dalam hal ini membahas mengenai :
 Menimbulkan partikel debu dari kegiatan konstruksi
 Emisi gas buang dari konsumsi bahan bakar alat berat
4. Pengelolaan sampah
Dalam hal ini membahas mengenai :
 Limbah dari pembongkaran, pembersihan, dan konstruksi jalan
 Limbah berbahaya, limbah padat, dan air limbah selama konstruksi
5. Pengelolaan bahan berbahaya dan oli
Dalam hal ini membahas mengenai :
 Bahan cair berbahaya (Bahan bakar dan bahan kimia)
 Limbah berbahaya (tanah terkontaminasi, limbah bahan bakar dan pelumas,
filter oli, dan baterai)
6. Kebisingan
Dalam hal ini membahas mengenai kebisingan dari peralatan dan mobilitas selama
kegiatan reklamasi dan pembangunan akses jalan
7. Keanekaragaman hayati dan Sumber daya Ekologi
Dalam hal ini membahas :
 Perusakan habitat fauna terrestrial
 Limpasan air yang tercemar
 Hilangnya habitat muara dan pantai
 Ekologi lokal terdampak debu dan emisi gas buang dari kendaraan dan mesin
konstruksi
8. Pengelolaan lalu lintas
Dalam hal ini membahas :
 Kerusakan perkerasan jalan selama konstruksi
 Kemacetan lalu lintas di sepanjang rute transportasi mempengaruhi usaha dan
masyarakat lokal
 Peningkatan lalu lintas lokal dan meningkatkan tingkat kebisingan
9. Dampak Visual
Dalam hal ini membahas :
 Kegiatan yang ekstensif di dermaga selama konstruksi
 Tumpahan cahaya lampu dari lokasi proyek selama konstruksi di malam hari
10. Keberlanjutan dan Perubahan Iklim
Dalam hal ini membahas :
 Emisi gas rumah kaca kumulatif dari peralatan kerja dan kendaraan selama
konstruksi
 Perubahan ekosistem dan hilangnya habitat darat dan perairan

Sedangkan dalam isu Sosial dibahas beberapa hal, yaitu diantaranya :

1. Fasilitas sosial dan masyarakat


Dalam hal ini membahas :
 Penggunaan fasilitas masyarakat setempat menjadi berkurang
 Akses ke fasilitas masyarakat menjadi berkurang
 Penurunan jumlah wisatawan
 Menciptakan gangguan pemandangan dari pelabuhan
 Kehilangan pilihan rekreasi bagi warga sekitar
2. Warisan budaya dan masyarakat adat
Dalam hal ini membahas mengenai gangguan terhadap situs warisan etnografi dan
arkeologi
3. Barang/Pelayanan Ekosistem
Dalam hal ini membahas :
 Gangguan terhadap eksositem pesisir yang mempengaruhi kesehatan
lingkungan laut dan darat.
 Organisme-organisme dan habitat-habitat laut yang terkena dampak
4. Kesehatan dan Keselamatan Publik
Dalam hal ini membahas :
 Peningkatan resiko kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh emisi partikulat
dari penghilangan vegetasi, pekerjaan tanah dan pergerakan lalu lintas serta
pengolahan sampah dan air limbah yang tidak tepat
 Peningkatan penyakit kesehatan pernapasan akibat emisi debu selama
konstruksi
 Peningkatan penyakit yang ditularkan nyamuk (malaria dan demam berdarah)
karena area yang tergenang.
 Bahaya lalu lintas karena peningkatan lalu lintas dan mobilisasi peralatan
5. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dalam hal ini membahas :
 Potensial kendaraan tabarakan
 Kecelakaan atau luka terkait mesin.
 Gangguan pendengaran akibat tingkat kebisingan dan getaran yang berbahaya
dalam lingkungan kerja
 Kesehatan umum merusak hati, ginjal, reproduksi sistem saraf, gangguan
pernapasan dan kanker berasal dari tumpahan atau kebocoran pelarut (bahan
kimia)
 Bekerja di lingkungan suhu tinggi untuk waktu yang lama, bekerja dengan
listrik, dan kecelakaan terkait pekerjaan seperti jauh dari ketinggian.

Dari hal-hal tersebut diatas, dapat di lakukan beberapa tindakan preventif berupa
mitigasi agar kegiatan pembangunan pelabuhan dapat dijalankan dengan tanpa
mengganggu kondisi alamiah dan sosial masyarakat di sekitar lokasi proyek. Beberapa
tindakan mitigasi tersebut diantaranya :

1. Pengelolaan material pengerukan


 Penapisan bahan pengerukan
 Pembuangan bahan pengerukan secara tepat
 Memilih metode pengerukan secara seksama
 Pengurangan penyebaran kontaminan dengan penahanan
2. Ekologi laut/pantai
 Perencanaan yang tepat dari pekerjaan konstruksi, mengurangi kekeruhan
dengan menggunakan tirai lumpur/kekeruhan, peningkatan atau restorasi
habitat, pemantauan lingkungan, inspeksi berkala dari kegiatan konstruksi oleh
otoritas penegakkan hukum dan lembaga, survei karakteristik ekologi dengan
cermat serta pembatasan koridor kerja
3. Emisi udara
 Meminimalkan emisi debu, emisi gas buang, dan emisi volatile
4. Pengelolaan sampah
 Penggunaan material hasil pengurukan, daur ulang limbah beton, penyimpanan
limbah yang tepat dan terkategori, menjaga wilayah tetap bersih, SOP Prosedur
Tetap limbah berbahaya yang ditetapkan
5. Pengelolaan bahan berbahaya dan oli
 cairan berbahaya tersimpan sesuai dengan suatu rencana pengelolaan barang
berbahaya dalam wadah tertutup selama konstruksi, tempat penyimpanan
pengolahan dan pengiriman tanah yang terkontaminasi, penetapan Prosedur
Tetap (SOP) limbah berbahaya seperti penyimpanan sebagaimana mestinya dan
tertutup dengan baik.
6. Kebisingan
 saluran pembuangan knalpot yang selalu terpasang baik, terpelihara, dan semua
mesin dan kendaraan dioperasikan dengan efisien.
7. Keanekaragaman hayati dan Sumber daya Ekologi
 Pembatasan pembersihan terhadap vegetasi yang ada
 Merehabilitasi hutan mangrove yang hancur
 Pertimbangan spesies tanaman asli untuk pekerjaan lanskap
 Melindungi sisa daerah mangrove sekitar proyek
 Menyimpan limbah yang tepat untuk membatasi proliferasi hama
8. Pengelolaan lalu lintas
 perawatan dan pemeliharaan jalan, rencana pengelolaan lalu lintas, dan
mengidentifikasi rute-rute kendaraan berat
9. Dampak Visual
 Koridor hijau di pantai untuk mengurangi pandangan yang mengganggu
 Tempat penyimpanan berlokasi jauh dari jalan dan permukiman
 Mengurangi penggunaan pencahayaan berlebih di daerah pelabuhan dekat
pemandang sensitif
 Mensyaratkan penggunaan arah pencahayaan ke bawah dibandingkan arah
pencahayaan ke atas.
 Penggunaan warna dan bahan sesuai dengan visual lingkungan yang ada dan
meminimalkan potensi pantulan
10. Keberlanjutan dan Perubahan Iklim
 Pengendalian emisi dengan menggunakan metode pengolahan polusi udara,
strategi-strategi pengurangan waktu tunggu truk/kapal, hemat energi,
pengurangan polusi, peralatan kerja dan kendaraan dengan rendah emisi, desain
bangunan yang eko-efisien serta pencahayaan hemat energi.

Sedangkan dalam isu Sosial dapat dilakukan mitigasi berupa :

1. Fasilitas sosial dan masyarakat


 langkah-langkah penurunan polusi udara, kebisingan, lalu lintas dan ganggunan
visual.
2. Warisan budaya dan masyarakat adat
 Hindari kegiatan proyek dekat dengan situs warisan etnografi dan arkaelogi
(seperti situs makam Raja Tallo)
 Dilarang masuk ke situs untuk orang yang tidak berhak
 Segera melaporkan jika ada situs warisan lainnya yang ditemukan di wilayah
operasi
 Manajemen yang tepat dan tindakan perlindungan bagi situs warisan termasuk
pagar, papan petunjuk, penyelamatan, dan penelitian-penelitian ilmiah
 Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Warisan Budaya
3. Barang/Pelayanan Ekosistem
 Limbah dari konstruksi dibuang dengan benar
 Pembatasan Pembuangan ke laut
 Identifikasi dan pelestarian daerah penting bagi keanekaragaman hayati
4. Kesehatan dan Keselamatan Publik
 Pengurangan emisi debu, pelaksanaan tindakan pengendalian nyamuk,
pengelolaan sampah yang tepat, pelatihan dan program penyadaran bagi
pengusaha dan kontraktor mengenai pentingnya kesehatan dan keselamatan
masyarakat, menyediakan fasilitas kesehatan publik bagi masyarakat dan
karyawan, mencegah penyakit menular melalui karyawannya
5. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
 Menjaga kesehatan pekerja dan kapasitas kerja
 Meningkatkan kualitas lingkungan kerja
 Rencana Kesehatan dan Keselamatan Lingkungan (KKL)

Tindakan-tindakan mitigasi tersebut dapat dilakukan untuk memghindari terjadinya


kejadian yang tidak diinginkan selama proses konstruksi, sehingga AMDAL dapat
menilik pada parameter-parameter tersebut apakah sudah berjalan dengan baik dan
sesuai dengan seharusnya.

Dapat diberikan sebuah studi kasus, pembangunan terminal pelabuhan curah X


di kawasan utara jawa timur. Dermaga X ini merupakan PPP/KPBU antara anak
perusahaan Pelindo 3 dengan BJTI port. Dermaga ini dirancang untuk melayani
terminal curah kering dan dermaga kontainer untuk wilayah Indonesia bagian timur,
mendukung fungsi pelabuhan Tanjung Perak dan Teluk Lamong. Dalam rencana
pembangunan, dermaga X ini akan membutuhkan lahan seluas 2933 Ha, dengan
pembangunan tahap awal seluas 1500 Ha. Pelabuhan ini memerlukan seaport seluas
406 Ha, sehingga perlu melakukan beberapa kali proses reklamasi di kawasan pantai
timur gresik. Proses reklamasi telah selesai seluas 85 Ha pada tahunn 2015, sehingga
ingin melakukan proses reklamasi kembali untuk mencapai target tersebut. Namun, dari
pihak provinsi Jawa Timur hanya memberikan ijin pemakaian lahan seluas 162 Ha.
Proses reklamasi terus berjalan, seiiring menunggu surat keputusan ijin penggunaan
lahan lanjutan keluar. Hal ini yang menyalahi aturan dalam proses pengajuan ijin dan
proses pengerjaan proyeknya.
Kajian AMDAL dilakukan kembali untuk area yang akan dilakukan untuk
terminal pelabuhan curah X tersebut, secara sosio ekonomi masyarakat dengan analisa
SWOT sekitar terminal mengalami kerugian sebesar Rp. 31.108.089.639, dengan nilai
manfaat ekonomi sebesar Rp. 80.592.000.000. Dengan kerugian sebesar itu, ancaman
dari luar terhadap perusahaan pengelola dermaga X semakin besar. Hal itu dikarenakan
hilangnya fishing ground penduduk sekitar yang mayoritas adalah nelayan. Beberapa
strategi dapat dilakukan untuk memperkecil ancaman masyarakat terhadap pengelola
dermaga X, yaitu dengan penyerapan tenaga kerja lokal yang semakin banyak dan
memberikan sarana peluang usaha bagi masyarakat sekitar. Dengan nilai manfaat
ekonomi sebesar itu, seharusnya perusahaan pengelola dermaga X dapat menjamin
kehidupan masyarakat sekitar dengan langkah tersebut.

Namun pada kenyataannya, langkah tersebut tidak sepenuhnya dilakukan,


masyarakat nelayan disekitar dermaga X tidak merasakan apa yang menjadi nilai
tambah dengan adanya dermaga X. Nelayan merasa rugi dengan adanya dermaga X
karena perlu melaut yang lebih jauh untuk mendapatkan ikan dan hasil tangkapan yang
lebih sedikit bila dibandingkan sebelum pembangunan dermaga X. Kerugian nelayan
per hari dapat mencapai Rp 150.000 sekali melaut. Kerusakan hutan mangrove menjadi
salah satu penyebab berkurangnya ikan yang ditangkap akibat perubahan fungsi lahan.
Dengan perubahan fungsi lahan, seharusnya nelayan diberikan pekerjaan lain yang
terkait dengan adanya pelabuhan baru tersebut, sehingga dapat memperoleh pendapatan
lain untuk menutup kerugian dari hasil melaut.

Kajian AMDAL diperlukan untuk memastikan apakah kegiatan yang dilakukan


oleh PT. X sebagai pelaksana dan pemilik perkerjaan pembangunan dermaga X di
kawasan Jawa Timur sudah sesuai dengan prosedur yang diatur mengenai konservasi
lingkungan. Hasil AMDAL untuk pembangunan juga perlu di beritahukan ke pihak-
pihak terkait termasuk masyarakat sehingga kedepannya tidak timbul kerugian yang
disebabkan oleh pembangunan dan operasional dermaga X.
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Thomas. 2015. Dampak Lingkungan Pembangunan Pelabuhan Perikanan.


Materi Kuliah Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan – FPIK ITB.

http://ocw.ui.ac.id/pluginfile.php/388/mod_resource/content/0/naskah%20sesi%20910
-AMDAL.pdf. Materi Kuliah AMDAL Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Kameria, Fitri. 2014. Pengaruh Reklamasi Java Integrated Industrial and Port Estate
(JIIPE) Terhadap Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat Gresik. Tugas Akhir Mahasiswa
Departemen Teknik Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Indonesia Infrastructure Initiative. 2014. Isu-Isu Lingkungan Hidup dan Sosial –


Proyek Pembangunan Pelabuhan & PPP di Indonesia. Australian AID – SMEC.

http://www.jiipe.com/profile

https://www.bangsaonline.com/berita/19731/komisi-d-dprd-jatim-temukan-sejumlah-
pelanggaran-proyek-jiipe-pakde-karwo-pasang-badan

https://www.antaranews.com/berita/450134/indonesia-perlu-regulasi-untuk-kelola-
sumber-daya-kelautan

Anda mungkin juga menyukai