Anda di halaman 1dari 3

Studi Kasus : Maraknya Aksi Penjualan Terumbu Karang (Koral) di Indonesia

Harish Wirayuhanto

Pascasarjana Departemen Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Latar Belakang
Terumbu karang merupakan salah satu sumber daya alam yang menjadi investasi bagi suatu negara.
Terumbu karang memiliki manfaat yang banyak bagi kehidupan masyarakat di suatu negara,
diantaranya sebagai sumber keanekaragaman hayati lautan, pelindung ekosistem lautan, dan dapat
mengurangi penyebab pemanasan global. Namun pada kondisi kenyataannya, terumbu karang kini
sudah berkurang eksistensinya akibat perubahan kondisi alam dan perilaku manusia. Dari penelitian
yang dilakukan oleh LIPI tahun 1993 - 2016, hanya 6,39% terumbu karang yang memiliki kondisi
sangat baik, sisanya sekitar 35,15% dalam kondisi buruk. Padahal dalam perkembangannya, terumbu
karang memerlukan 10-20 tahun untuk pulih kembali menjadi kondisi awalnya. Salah satu faktor
perilaku manusia yang menyebabkan kerusakan terumbu karang adalah eksploitasi dan
memperdagangkan secara illegal ke pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Keberadaan terumbu
karang dilindungi oleh undang-undang negara yang diatur dalam undang-undang, peraturan menteri
(permen), dan peraturan daerah (perda) setempat.

Permasalahan

Berdasarkan informasi yang dihimpun dari beberapa sumber media elektronik, pada bulan Agustus –
September 2017 ini terjadi sebuah kasus di kawasan Sulawesi Selatan, dimana tertangkapnya pelaku
penyelundupan terumbu karang (koral) dan anemon asal Sulawesi selatan yang akan di kirim menuju
Denpasar sebanyak 32 koli. Terumbu karang tersebut berasal dari perairan wilayah Sulawesi Selatan
yang dibeli dari nelayan di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Diselundupkan melalui Bandara
Internasional Sultan Hasanuddin menuju Bali. Kegiatan illegal ini dikarenakan tidak mengantongi ijin
dari BBKIPM Makassar.

Penelusuran dilakukan oleh Polda Sulsel, Polda Bali, dan BBKIPM Makassar, terbukti melibatkan
jaringan internasional, dimana terdapat warga Singapura yang terlibat dalam sindikat penyelundupan
terumbu karang secara illegal. Diduga terdapat kerjasama dengan oknum pihak BKSDA dan Aviation
Security (Avsec) sehingga dapat mudah lolos melalui bandara tanpa kontrol dari pihak BBKIPM.
Hingga saat ini kasus ini masih dalam tahap penyelidikan dan pegembangan hingga pelaku dan
pemilik barang terungkap. Terumbu karang ini diperoleh dari CV Virli Jaya Abadi milik Safruddin
alias Yogi, CV. Banyu Samudera Lestari milik Bambang Supriyo, UD Hidayah milik H Abd Haris,
CV Fadil Utama milik Isradi yang dikelola oleh Hendra Jufri. Setiba di Bali, terumbu karang ini
dimasukkan ke farm milik Desmond yang ada di daerah Buleleng, Kabupaten Singaraja, Provinsi
Bali. Dua hari kemudian, sebagian dari terumbu karang itu dikirim ke Luar Negeri.

Sementara 300 buah terumbu karang yang di 21 tas itu dibawa dari Makassar ke Bali oleh Saiful
Bahri dan Muhlis. Terumbu karang yang diperoleh dari UD Umega milik Nur Diansyah, UD Citra
Samudera milik Abd Latif yang dikelola oleh Marsuki Daeng Mile ini disita di Bandara Internasional
Ngurah Rai atas koordinasi antara Ditpolair Polda Bali dan BKIPM Denpasar. Diketahui jika terumbu
karang ini milik Marsuki Daeng Mile dan Nur Diansyah. Menurut Yuliar, petugas dari BKSDA dan
Avsec yang ikut 'bermain' saat ini dalam proses pemeriksaan. Disebutkan, 11 koli dalam 11 tas yang
berisi 62 buah terumbu karang dari berbagai jenis seperti coral cendol, koral otak dan coral cinarina
itu dibawa oleh Iqbal Kaluddin dan Neo Liok Swee alias Desmod dari Makassar.

Pembahasan

Kasus penjualan terumbu karang illegal ini bukan pertama kali terjadi. Pada tahun 2015,
satuan Polair Polres Pangkajene, Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan menangkap empat
orang pelaku pencurian terumbu karang. Dari salah satu kasus tersebut, diketahui bahwa terumbu
karang merupakan salah satu sumber daya alam yang cukup baik sebagai bahan baku pembakaran
batu gamping dan sebagai hiasan akuarium. Apabila kejadian tersebut berlanjut, maka terjadi
kerusakan terumbu karang secara masif dan dapat mempengaruhi keseimbangan lingkungan. Berikut
merupakan upaya untuk mencegah dan menanggulangi kerusakan yang terjadi pada terumbu karang:

a. Meningkatkan pendayagunaan potensi laut dan dasar laut.

Peningkatan pendayagunaan potensi yang ada di lingkungan laut,baik luar maupun dalam laut.
Misalnya dalam pendayagunaan lingkungan laut sebagai pariwisata, budidaya rumput laut, terumbu
karang maupun budidaya ikan. Dimana dalam peningkatan ini peran pemerintah juga harus
diikutsertakan dalam proses pendayagunan laut ini, seperti yang sudah diatur dalam Undang-Undang
Repubik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan yaitu dalam BAB IV
Pasal 8 dan Pasal 9 serta dalam Undang-Undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

b. Meningkatkan harkat dan taraf hidup nelayan.

Penangkapan ikan sebagai cara mencari nafkah para nelayan ataupun untuk indutri perikanan dapat
diperbolehkan. Asal cadangan ikan yang mereka tangkap tidak dalam keadaan punah, sedangkan
untuk ikan yang belum mencapai besar tertentu, harus dilepaskan kembali ke dalam laut, yang telah
diatur dalam Undang-Undang Repubik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan yaitu dalam BAB III Pasal 5 dan Pasal 6. Penataan dan perlindungan daerah tangkapan
ikan nelayan lokal, penataan dan pengendalian penambangan pasir pantai.

c. Mengembangkan potensi industri kelautan.

Pengembangan potensi bisa dilakukan tanpa melakukan perusakan ekosistem yang ada di laut.
Pengendalian pencemaran oleh industri, hendaknya bersifat bahwa jumlah bahan yang mengakibatkan
polusi tidak harus berbahaya dan tidak mengganggu keberadaan biota laut dan terumbu karang. Oleh
karena itu, buangan limbah sebelum dialirkan ke sungai ataupun perairan perlu teknik pengolahan
imbah sesuai dengan yang ditentukan. Hasil sampah yang berasal dari kegiatan manusia harus di
kurangi dan didorong untuk mendaur ulang kotoran maupun limbah lain. Bahkan, kalau perlu
melarang pembuangan semua limbah ke lingkungan laut. Dalam perundangan diatur dalam Peraturan
Presiden Nomor 19 Tahun 1999 mengenai Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut dan
Peraturan Menteri Nomor Kep.38/Men/2004 tentang Pedoman Umum Pengelolaan Terumbu Karang.
d. Mempertahankan daya dukung dan kelestarian fungsi lingkungan laut.

Penanggulangan kerusakan tersebut,sdiharapkan warga yang ada di daerah pesisir laut untuk dapat
mempertahankan aset-aset yang terdapat dalam lingkungan laut tersebut, menyadari akan kepentingan
laut dan ekosistemnya yaitu sebagai sumber hayati, meletarikan kemampuan alam untuk menjadikan
sumber mata pencaharian penduduk sekitar laut sehingga menadikan suatu kesejahteraan
masyarakatnya. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

e. Peningkatan Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat.

Peningkatan Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan kesadartahuan
masyarakat akan pentingnya peranan terumbu karang dan mengajak masyarakat untuk berperan serta
aktif dan bertanggung jawab dalam mengelola dan memanfaatkan terumbu karang secara lestari,
seperti meningkatkan kesadaran mereka akan peranan penting terumbu karang, seperti sebagai tempat
pengembangan wisata bahari, bahan baku obat-obatan, kosmetika, bahan makanan dan lain-lain.
Penting juga untuk menanamkan arti dan manfaat terumbu karang bagi kelangsungan hidup
masyarakat pesisir sejak masa kanak-kanak.

Semua segala upaya tersebut bila terlaksana dengan baik dan sesuai dengan aturan yang ada, maka
kesejahteraan nelayan akan meningkat. Masalah utama dari permasalahan yang dibahas ini adalah
faktor ekonomi yang kurang sehingga para nelayan tergoda dengan memperoleh pendapatan banyak
dengan waktu singkat tanpa memperhatikan kondisi kedepan. Dengan kesejahteraan yang meningkat,
mempengaruhi terhadap kelestarian alam yang terjaga terutama ekosistem lautan.

REFERENSI

Peraturan Presiden No. 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau Perusakan Laut

Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

Peraturan Menteri Nomor Kep.38/Men/2004 tentang Pedoman Umum Pengelolaan Terumbu Karang.

Undang-Undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,

http://makassar.tribunnews.com/2017/08/04/diamankan-di-bali-21-box-terumbu-karang-hidup-asal-
sulsel-tiba-di-makassar-besok

http://makassar.tribunnews.com/2017/07/28/beredar-kabar-21-koper-terumbu-karang-asal-makassar-
digagalkan-di-bali-ini-kata-bksda-sulsel

http://makassar.tribunnews.com/tag/terumbu-karang?url=2017/08/23/penjualan-koral-ilegal-sulsel-
rugikan-negara-rp-11-milyar

Anda mungkin juga menyukai