Disusun oleh
Ema Puspitasari
(1501140476)
Emeilia Afitri
(1701140503)
Khabiba Rohmah
(170110475)
TAHUN 2019 M
Daftar Isi
يم
ِ الر ِح
َّ من
ِ ْالرح
َّ ِس ِم هللا
ْ ِب
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan rhido nya lah
kami bisa menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Ekosistem Terumbu Karang” tepat
pada waktunya. Satu harapan supaya makalah yang kami buat dapat meningkatkan
pengetahuan kita tentang berbagai macam pengetahuan tentang membran plasma.
Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan yang dapat ditemui
dan karena itu maka kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kami dapat
memperbaiki makalah ini sehingga lebih sempurna dan dapat mempermudah kita semua
dalam belajar mata kuliah Biologi Sel ini. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi siapapun yang membacanya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang luas lautannya lebih besar dari
daratan. Keadaan ini menjadikan Indonesia termasuk ke dalam Negara yang memiliki
kekayaan sumber daya perairan tinggi dengan sumber daya hayati perairan yang
sangat beranekaragam. Keanekaragaman sumberdaya perairan Indonesia meliputi
sumberdaya ikan maupun sumberdaya terumbu karang. Terumbu karang yang
dimiliki Indonesia luasnya sekitar 7000 km2 dan memiliki lebih dari 480 jenis karang
yang telah berhasil dideskripsikan. Luasnya daerah karang yang ada menjadikan
Indonesia sebagai Negara yang memiliki kenekaragaman ikan yang tinggi khususnya
ikan-ikan karang yaitu lebih dari 1.650 jenis spesies ikan.1
Terumbu karang ( coral reefs ) adalah suatu ekosistem di dasar laut tropis yang
dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur khususnya jenis-jenis karang batu
dan algae berkapur. Ekosistem terumbu karang adalah salah satu ekosistem khas
pesisir tropis yang memiliki berbagai fungsi penting, yaitu fungsi ekologis sebagai
penyedia nutrien bagi biota perairan, pelindung fisik, tempat pemijahan biota
perairan, tempat bermain, dan asuhan bagi berbagai biota, fungsi ekonomis
menghasilkan berbagai produk yang mempunyai nilai ekonomi penting seperti
berbagai jenis ikan karang, udang karang, alga, teripang, dan kerang mutiara,
sedangkan fungsi jasa yaitu sebagai tempat tujuan wisata bahari yang dapat
memberikan kepuasan bagi peminatnya.
1
Burke. L., Selig. E., dan M. Spalding. 2002. Terumbu Karang yang Terancam di
Asia Tenggara ( Ringkasan untuk Indonesia ). World Resources Institute, Amerika Serikat,
Washington D. C.hlm: 27
sebuah pulau dan benua dari ombak samudra, terumbu karang juga memberikan
kesempatan bagi perkembangan basin sedimen dangkal dan mangrove yang terkait,
serta komunitas lamun. Sebagai hasil dari tingkat produktivitasnya yang tinggi,
terumbu karang telah menjadi basis dari penghidupan, keamanan, dan budaya
masyarakat pesisir serta komunitas laut pada wilayah tropis.2
Terumbu karang juga merupakan salah satu sumber daya ikan yang
mempunyai sifat dapat pulih kembali ( renewable ) namun kemampuan untuk pulih
kembali sangat terbatas. Di segi lain sumber daya terumbuu karang sebagai suumber
daya yang bersifat open access atau milik umum ( common properties ) yang dalam
pemanfaatannya orang cenderung berlomba-lomba untuk mengambil sebanyak-
banyaknya, tanpa berpedoman pada kaidah-kaidah pelestarian sumber daya alam.3
kekayaan sumber daya hayati perairan indonesia yang tinggi akan sangat
bermanfaat jika dilakukan pemanfaatan secara optimal dan bertanggung jawab
.pemanfaatan sumber daya hayati perairan ini dapat dilakukan melalui proses
penangkapan dan pembudidayaanya.penangkapan ikan yang dilakukan adalah proses
pemanfaatan sumberdaya perikanan yang bersifat ekonomis dari perairan secara
bertanggung jawab.
2
Budiharsono, S. 2001. Teknik Analisa Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Pradnya Paramita,
Jakarta
3
Dahuri, R., J. Rais., S. P. Ginting dan M. J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir
dan Laut Secara Terpadu. Pradya Paramita, Jakarta.
B. Rumusan Masalah
1. Apa peranan terumbu karang ?
2. Apa saja yang menjadi ancaman terhadap ekosistem terumbu karang ?
3. Bagaimana permasalahan dalam pengelolaan ekosistem lamun?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui peranan terumbu karang
2. Untuk mengetahui ancaman yang dapat mengacam ekosistem terumbu karang
3. Untuk mengetahui permasalahan dalam pengelolaan ekosistem lamun.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peranan Terumbu Karang
Terumbu karang memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan manusia dan
lingkungan. Terumbu karang (coral reef) bukan sekedar menjadi tempat hidup dan
berkembang biota laut belaka. Namun terumbu karang mempunyai fungsi dan peran
yang tidak bisa diremehkan bagi lingkungan secara keseluruhan (baik di laut, pesisir,
maupun darat), dan bagi kehidupan manusia.
Secara garis besar, fungsi dan manfaat terumbu karang bagi lingkungan dan
manusia dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yakni manfaat secara ekologi,
ekonomi, dan sosial. Manfaat secara ekologi mengandung arti sebagai peran terumbu
karang dalam hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya.4
4
Dahuri, R., J. Rais., S. P. Ginting dan M. J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir
dan Laut Secara Terpadu. Pradya Paramita, Jakarta
ditemukannya keberagaman variasi maskhluk hidup yang memiliki ketahanan
hidup yang lebih tinggi. Sedang keanekaragaman spesies berarti akan semakin
banyak jenis biota yang dapat dimanfaatkan.
c. Pelindung Pantai dan Pesisir
Terumbu karang, padang lamun, dan hutan bakau merupakan ekosistem yang
saling terkait dalam melindungi pantai dan daerah pesisir. Terumbu karang
mampu memperkecil energi ombak yang menuju ke daratan. Energi ini
kemudian diperkecil lagi dengan adanya padang lamun dan hutan bakau
(mangrove). Sehingga ombak tidak merusak pantai atau menyebabkan abrasi
pantai. Dan ekosistem di pantai pun dapat terlindungi.
d. Mengurangi Pemanasan Global
Gas CO2, selain diserap oleh hutan, juga diserap oleh air laut. Malalui reaksi
kimia dan batuan karang, CO2 akan diubah menjadi zat kapur yang bahan
baku terumbu. Dalam proses yang disebut sebagai kalsifikasi ini, karang
dibantu oleh zooxanthellae, tumbuhan bersel satu yang hidup di dalam
jaringan tubuh karang.5
2. Peranan Terumbu Karang secara Ekonomi
Terumbu karang, secara langsung maupun tidak langsung, menjadi sumber
ekonomi bagi masyarakat. Peranan terumbu karang secara ekonomi tersebut
antara lain :
a. Sumber Makanan
Terumbu karang menjadi tempat hidup dan berkembang biak berbagai biota
laut. Tidak sedikit diantara biota tersebut yang kemudian dimanfaatkan
sebagai sumber makanan oleh manusia. Seperti rumput laut yang dijadikan
agar-agar, berbagai jenis ikan, udang, kepiting, dan teripang.
b. Sumber Bahan Dasar untuk Obat dan Kosmetik
Berbagai jenis alga dimanfaatkan dalam pembuatan kosmetik dan bahan
pembungkus kapsul. Berbagai hewan laut pun diketahui memiliki senyawa
kimia yang berguna sebagai bahan antibiotika, anti radang, dan anti kanker.
Selain itu, diyakini, masih banyak lagi berbagai jenis biota laut yang belum
tergali potensinya.
5
Sudiono, G. 2008. Analisa Pengelolaan Terumbu Karang pada Kawasan Konservasi Laut Daerah (
KKLD ) Pulau Randayan dan Sekitarnya Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat. Tesis, Program
Studi Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang (Tidak diterbitkan)
c. Sebagai Objek Wisata
Keindahan ekosistem terumbu karang membuat takjub wisatawan. Berbagai
kawasan terumbu karang dijadikan Taman Laut, lokasi snorkeling
dan menyelam, dan wisata laut lainnya.
d. Sumber Mata Pencaharian
Keberadaan terumbu karang menunjang perekonomian masyarakat sekitar.
Masyarakat memiliki mata pencaharian baik sebagai nelayan, petani rumput
laut, dan sebagainya. Pengembangan terumbu karang ,menjadi objek wisata
pun mampu menciptakan berbagai lapangan pekerjaan bagi masyarakat mulai
dari pemandu wisata, penginapan, penyewaan kapal, warung makan dan
cinderamata, serta profesi-profesi lainnya.
e. Sumber Bibit Budidaya
Berbagai jenis ikan, teripang, dan rumput laut yang hidup di terumbu karang
dapat dimanfaatkan sebagai bibit untuk budidaya.6
3. Peranan Terumbu Karang Secara Sosial
Secara sosial terumbu karang memiliki peranan antara lain :
6
Yuniarti. M., S, 2007. Pengelolaan Wilayah Pesisir di Indonesia ( Studi Kasus : Pengelolaan Terumbu
Karang Berbasis Masyarakat di Kepulauan Riau ). Karya Tulis Ilmiah (Makalah) Disampaikan di Bandung,
Agustus 2007, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, Jatinangor
B. Ancaman Terhadap Ekosistem Terumbu Karang
1. pemanasan global
2. bencana alam seperti angin taufan
3. gempa tektonik
4. banjir
5. tsunami, serta fenomena alam lainnya.
8
Sudiono, G. 2008. Analisa Pengelolaan Terumbu Karang pada Kawasan Konservasi Laut Daerah (
KKLD ) Pulau Randayan dan Sekitarnya Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat. Tesis, Program
Studi Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang (Tidak diterbitkan)
2. terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan serta tenaga pendidik
3. rendahnya tingkat pendapatan masyarakat, sehingga sebagian besar
masyarakat tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang
lebih tinggi;
4. rendahnya tingkat kesehatan lingkungan pemukiman masyarakat
5. minimnya sarana dan prasarana kesehatan serta kurangnya tenaga medis
Konsekuensi rendahnya kualitas sumberdaya manusia antara lain:
a. Mangrove
c. Pencemaran
Pencemaran air merupakan salah satu masalah serius yang bisa mengganggu
kesehatan manusia, lingkungan bahkan bisa mempengaruhi kegiatan ekonomi. Bahan
pencemaran atau polutan di perairan pantai berasal dari kegiatan rumah tangga,
daerah aliran sungai, pertanian, dan lain-lain.
Proses terjadinya abrasi pantai dan intrusi air laut sangat kompleks karena tidak
hanya mencakup hal-hal yang bersifat alami tetapi terkait juga dengan beberapa
kegiatan manusia. Intrusi air laut ke areal persawahan akibat konversi sawah jadi
tambak udang dibeberapa lokasi. Namun permasalahan ancaman abrasi pantai dengan
intrusi air laut dapat dipahami dan dicegah atau dikurangi dengan tindakan relatif
sederhana. Penyebab utama intrusi air laut adalah : (1) penebangan mangrove untuk
pemukiman; (2) masuknya air laut ke sawah; (3) eksploitasi air tanah yang
berlebihan. Sedangkan Akibat yang ditimbulkannya adalah degradasi kualitas air
tanah dan korosi konstruksi bangunan pipa logam di bawah tanah.
Penyebab utama isu perikanan tangkap antara lain, (1) rendahnya kegiatan
pembinaan dan sarana pengawasan; (2) tidak terkontrolnya peningkatan jumlah dan
jenis alat tangkap,; (3) tidak dipatuhinya jalur-jalur penangkapan ikan yang telah
ditetapkan; (4) program pembangunan sarana/prasarana perikanan kurang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat nelayan; (5) perikanan rakyat skala kecil belum dapat
memanfaatkan teknologi maju. Hal ini dapat mengakibatkan (a) aktivitas
penangkapan secara ilegal seperti penggunaan jaring trawl, bahan peledak, potas; (b)
konflik antara nelayan dengan nelayan lain yang menyalahi jalur penangkapan, (c)
belum optimalnya pengelolaan perikanan tangkap sehingga produktivitasnya rendah..
Contoh lainnya adalah belum terdatanya hasil sumberdaya ikan yang ditangkap
secara baik, sehingga tidak dapat diketahui secara pasti apakah sumberdaya ikan yang
terdapat di perairan sudah melampui potensi yang tersedia atau masih dalam batas-
batas potensi lestari. Hal itu terjadi karena banyaknya tangkahan-tangkahan yang
sulit dikontrol oleh dinas terkait sehingga jumlah dan jenis ikan yang didaratkan tidak
diketahui. Selain itu juga karena banyaknya nelayan-nelayan yang melakukan
transaksi jual beli ikan di laut sehingga sulit sekali dilakukan pengkontrolan.
(1) rendahnya pengetahuan masyarakat tentang hukum dan peraturan; (2) terbatasnya
sarana dan prasarana petugas penegak hukum; (3) masih lemahnya pelaksanaan
sosialisasi produk hukum ; (4) belum transparannya proses pembuatan produk hukum
(tanpa konsultasi publik); (5) belum terpadunya pengelolaan sumberdaya pesisir antar
sektor. Dan tentu hal ini dapat mengakibatkan (a) meningkatnya kegiatan Illegal
Fishing; (b) terjadinya konflik pemanfaatan sumberdaya alam wilayah pesisir; (c)
berkurangnya hutan mangrove; (d) terjadinya pencemaran air laut; (e) konflik
kewenangan antar instansi; (f) menurunnya keamanan di wilayah pesisir dan laut. 9
9
Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI (2001) Inventarisasi dan Penilaian Potensi Kawasan Konservasi
Laut Baru Pulau Derawan, Kakaban dan Maratua, Kecamatan Kepulauan Derawan, Kabupaten Berau,
Propinsi Kalimantan Timur. Laporan Penelitian. Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI. Jakarta.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Peranan trumbu karang di golongkan menjadi 3 yaitu:
a. Peranan terumbu karang secara ekologi
Penunjang Kehidupan
Sumber Keanekaragaman Hayati yang Tinggi
Pelindung Pantai dan Pesisir
Mengurangi Pemanasan Global
b. Peranan terumbu karang secara ekonomi
Sumber Makanan
Sumber Bahan Dasar untuk Obat dan Kosmetik
Sebagai objek wisata
Sumber mata pencaharian
Sumber bibit budaya
c. Peranan terumbu karang secara sosial
Penunjang kegiatan pendidikan dan penelitian
Sarana rekreasi
2. Ancama terhadap ekosistem terumbu karang
a. kegiatan manusia yang menyebabkan terjadinya kerusakan terumbu karang
antara lain
1. penangkapan ikan dengan menggunakan bahan dan/atau alat yang dapat
membahayakan sumber daya ikan dan lingkungannya;
2. penambangan dan pengambilan karang
3. penangkapan yang berlebih
4. pencemaran perairan
5. kegiatan pembangunan di wilayah pesisir
6. kegiatan pembangunan di wilayah hulu.
b. Sedangkan kerusakan terumbu karang yang diakibatkan oleh alam antara lain
1. pemanasan global
2. bencana alam seperti angin taufan
3. gempa tektonik
4. banjir
5. tsunami, serta fenomena alam lainnya.
3.Permasalahan dalam pengelolaan ekosistem Terumbu Karang
Rendahnya Kualitas Sumberdaya Manusia dan Kemiskinan
B. Saran
Pada penulisan makalah kali ini diharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan apabila ada kesalahan dalam penulisan diharapkan kritik dan saran
dari pembaca yang bersifat membangun
DAFTAR PUSTAKA
Budiharsono, S. 2001. Teknik Analisa Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan.
Pradnya Paramita, Jakarta
Burke. L., Selig. E., dan M. Spalding. 2002. Terumbu Karang yang Terancam di
Asia Tenggara ( Ringkasan untuk Indonesia ). World Resources Institute, Amerika
Serikat,
Dahuri, R., J. Rais., S. P. Ginting dan M. J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumber
Daya Wilayah Pesisir dan Laut Secara Terpadu. Pradya Paramita, Jakarta.
Sudiono, G. 2008. Analisa Pengelolaan Terumbu Karang pada Kawasan
Konservasi Laut Daerah ( KKLD ) Pulau Randayan dan Sekitarnya Kabupaten
Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat. Tesis, Program Studi Ilmu Lingkungan
Universitas Diponegoro, Semarang (Tidak diterbitkan)
Yuniarti. M., S, 2007. Pengelolaan Wilayah Pesisir di Indonesia ( Studi Kasus :
Pengelolaan Terumbu Karang Berbasis Masyarakat di Kepulauan Riau ). Karya Tulis
Ilmiah (Makalah) Disampaikan di Bandung, Agustus 2007, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Padjadjaran, Jatinangor
Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI (2001) Inventarisasi dan Penilaian Potensi
Kawasan Konservasi Laut Baru Pulau Derawan, Kakaban dan Maratua, Kecamatan
Kepulauan Derawan, Kabupaten Berau, Propinsi Kalimantan Timur. Laporan Penelitian.
Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI. Jakarta.