Anda di halaman 1dari 21

Kelompok 6

EKOSISTEM TERUMBU KARANG


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah : Ekosistem Laut
Dosen Pengampu : Abu Yazid Nukti, M.Pd

Disusun oleh
Ema Puspitasari
(1501140476)
Emeilia Afitri
(1701140503)
Khabiba Rohmah
(170110475)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI

TAHUN 2019 M
Daftar Isi

Daftar Isi .................................................................................................................................... 2


Kata Pengantar ........................................................................................................................... 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 6
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 6
1. Untuk mengetahui peranan terumbu karang ................................................................... 6
BAB II........................................................................................................................................ 7
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 7
A. Peranan Terumbu Karang ............................................................................................... 7
B. Ancaman Terhadap Ekosistem Terumbu Karang ......................................................... 10
C. Permasalahan dalam pengelolaan ekosistem Terumbu Karang .................................... 11
BAB III .................................................................................................................................... 18
PENUTUP................................................................................................................................ 18
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 18
3.Permasalahan dalam pengelolaan ekosistem Terumbu Karang ........................................ 19
B. Saran ............................................................................................................................. 19
Kata Pengantar

‫يم‬
ِ ‫الر ِح‬
َّ ‫من‬
ِ ْ‫الرح‬
َّ ِ‫س ِم هللا‬
ْ ‫ِب‬

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan rhido nya lah
kami bisa menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Ekosistem Terumbu Karang” tepat
pada waktunya. Satu harapan supaya makalah yang kami buat dapat meningkatkan
pengetahuan kita tentang berbagai macam pengetahuan tentang membran plasma.

Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan yang dapat ditemui
dan karena itu maka kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kami dapat
memperbaiki makalah ini sehingga lebih sempurna dan dapat mempermudah kita semua
dalam belajar mata kuliah Biologi Sel ini. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi siapapun yang membacanya.

Palangka Raya, November 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang luas lautannya lebih besar dari
daratan. Keadaan ini menjadikan Indonesia termasuk ke dalam Negara yang memiliki
kekayaan sumber daya perairan tinggi dengan sumber daya hayati perairan yang
sangat beranekaragam. Keanekaragaman sumberdaya perairan Indonesia meliputi
sumberdaya ikan maupun sumberdaya terumbu karang. Terumbu karang yang
dimiliki Indonesia luasnya sekitar 7000 km2 dan memiliki lebih dari 480 jenis karang
yang telah berhasil dideskripsikan. Luasnya daerah karang yang ada menjadikan
Indonesia sebagai Negara yang memiliki kenekaragaman ikan yang tinggi khususnya
ikan-ikan karang yaitu lebih dari 1.650 jenis spesies ikan.1

Terumbu karang ( coral reefs ) adalah suatu ekosistem di dasar laut tropis yang
dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur khususnya jenis-jenis karang batu
dan algae berkapur. Ekosistem terumbu karang adalah salah satu ekosistem khas
pesisir tropis yang memiliki berbagai fungsi penting, yaitu fungsi ekologis sebagai
penyedia nutrien bagi biota perairan, pelindung fisik, tempat pemijahan biota
perairan, tempat bermain, dan asuhan bagi berbagai biota, fungsi ekonomis
menghasilkan berbagai produk yang mempunyai nilai ekonomi penting seperti
berbagai jenis ikan karang, udang karang, alga, teripang, dan kerang mutiara,
sedangkan fungsi jasa yaitu sebagai tempat tujuan wisata bahari yang dapat
memberikan kepuasan bagi peminatnya.

Keberadaan terumbu karang sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan


baik yang bersifat fisik maupun kimia. Pengaruh itu dapat mengubah komunitas
karang dan menghambat perkembangan terumbu karang secara keseluruhan.
Kerusakan terumbu karang pada dasarnya dapat disebabkan oleh faktor fisik, biologi
dan karena aktivitas manusia. Terumbu karang memiliki fungsi biologi fisik yang
penting dalam zona psisir tropis. Terumbu karang memproteksi garis batas pesisir dari

1
Burke. L., Selig. E., dan M. Spalding. 2002. Terumbu Karang yang Terancam di
Asia Tenggara ( Ringkasan untuk Indonesia ). World Resources Institute, Amerika Serikat,
Washington D. C.hlm: 27
sebuah pulau dan benua dari ombak samudra, terumbu karang juga memberikan
kesempatan bagi perkembangan basin sedimen dangkal dan mangrove yang terkait,
serta komunitas lamun. Sebagai hasil dari tingkat produktivitasnya yang tinggi,
terumbu karang telah menjadi basis dari penghidupan, keamanan, dan budaya
masyarakat pesisir serta komunitas laut pada wilayah tropis.2

Terumbu karang juga merupakan salah satu sumber daya ikan yang
mempunyai sifat dapat pulih kembali ( renewable ) namun kemampuan untuk pulih
kembali sangat terbatas. Di segi lain sumber daya terumbuu karang sebagai suumber
daya yang bersifat open access atau milik umum ( common properties ) yang dalam
pemanfaatannya orang cenderung berlomba-lomba untuk mengambil sebanyak-
banyaknya, tanpa berpedoman pada kaidah-kaidah pelestarian sumber daya alam.3

kekayaan sumber daya hayati perairan indonesia yang tinggi akan sangat
bermanfaat jika dilakukan pemanfaatan secara optimal dan bertanggung jawab
.pemanfaatan sumber daya hayati perairan ini dapat dilakukan melalui proses
penangkapan dan pembudidayaanya.penangkapan ikan yang dilakukan adalah proses
pemanfaatan sumberdaya perikanan yang bersifat ekonomis dari perairan secara
bertanggung jawab.

Dalam melakukan proses penankapan, nelayan harus mengikuti peraturan dan


undang-undang yang berlaku. Peraturan undang undang ini menjadikan asas dan
standar mengenai pola prilaku bagi nelayan dalam praktek penangkapan yang
bertanggung jawab dalam pengusahaan sumber daya perikanan dengan maksud untuk
menjamin terlaksananya aspek konservasi,pengelolaan dan pengembangan epektif
sumber daya hayati akuatik berkenaan dengan pelestarian.

2
Budiharsono, S. 2001. Teknik Analisa Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Pradnya Paramita,
Jakarta
3
Dahuri, R., J. Rais., S. P. Ginting dan M. J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir
dan Laut Secara Terpadu. Pradya Paramita, Jakarta.
B. Rumusan Masalah
1. Apa peranan terumbu karang ?
2. Apa saja yang menjadi ancaman terhadap ekosistem terumbu karang ?
3. Bagaimana permasalahan dalam pengelolaan ekosistem lamun?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui peranan terumbu karang
2. Untuk mengetahui ancaman yang dapat mengacam ekosistem terumbu karang
3. Untuk mengetahui permasalahan dalam pengelolaan ekosistem lamun.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peranan Terumbu Karang

Terumbu karang memiliki manfaat yang besar bagi kehidupan manusia dan
lingkungan. Terumbu karang (coral reef) bukan sekedar menjadi tempat hidup dan
berkembang biota laut belaka. Namun terumbu karang mempunyai fungsi dan peran
yang tidak bisa diremehkan bagi lingkungan secara keseluruhan (baik di laut, pesisir,
maupun darat), dan bagi kehidupan manusia.

Secara garis besar, fungsi dan manfaat terumbu karang bagi lingkungan dan
manusia dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yakni manfaat secara ekologi,
ekonomi, dan sosial. Manfaat secara ekologi mengandung arti sebagai peran terumbu
karang dalam hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya.4

1. Peranan Trumbu Karang secara Ekologi


Ekologi dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dan lingkungannya. Sehingga manfaat terumbu karang secara ekologi berarti
peran dan fungsi terumbu karang bagi lingkungan (alam sekitar) maupun bagi
biota laut lainnya. Lingkungan dapat berupa habitat di sekitar terumbu karang
berada maupun secara global, termasuk daerah pesisir dan daratan.
Secara ekologi, terumbu karang memiliki manfaat antara lain :
a. Penunjang Kehidupan
Sebagai sebuah ekosistem, secara langsung terumbu karang menjadi
penunjang kehidupan berbagai jenis makhluk hidup yang ada di sekitarnya.
Terumbu karang menyediakan tempat tinggal, mencari makan, dan
berkembang biak bagi berbagai biota laut. Rusaknya terumbu karang akan
berpengaruh langsung bagi kelangsungan hidup dan kelestarian berbagai
hewan dan tumbuhan di laut.
b. Sumber Keanekaragaman Hayati yang Tinggi
Terumbu karang menjadi ekosistem dengan biodiversitas (keanekaragaman
hayati) yang tertinggi dibanding ekosistem laut lainnya. Dengan tingkat
biodiversitas yang tinggi maka terumbu karang menjadi sumber
keanekaragaman genetik dan spesies. Keanekaragaman genetik menjadikan

4
Dahuri, R., J. Rais., S. P. Ginting dan M. J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir
dan Laut Secara Terpadu. Pradya Paramita, Jakarta
ditemukannya keberagaman variasi maskhluk hidup yang memiliki ketahanan
hidup yang lebih tinggi. Sedang keanekaragaman spesies berarti akan semakin
banyak jenis biota yang dapat dimanfaatkan.
c. Pelindung Pantai dan Pesisir
Terumbu karang, padang lamun, dan hutan bakau merupakan ekosistem yang
saling terkait dalam melindungi pantai dan daerah pesisir. Terumbu karang
mampu memperkecil energi ombak yang menuju ke daratan. Energi ini
kemudian diperkecil lagi dengan adanya padang lamun dan hutan bakau
(mangrove). Sehingga ombak tidak merusak pantai atau menyebabkan abrasi
pantai. Dan ekosistem di pantai pun dapat terlindungi.
d. Mengurangi Pemanasan Global
Gas CO2, selain diserap oleh hutan, juga diserap oleh air laut. Malalui reaksi
kimia dan batuan karang, CO2 akan diubah menjadi zat kapur yang bahan
baku terumbu. Dalam proses yang disebut sebagai kalsifikasi ini, karang
dibantu oleh zooxanthellae, tumbuhan bersel satu yang hidup di dalam
jaringan tubuh karang.5
2. Peranan Terumbu Karang secara Ekonomi
Terumbu karang, secara langsung maupun tidak langsung, menjadi sumber
ekonomi bagi masyarakat. Peranan terumbu karang secara ekonomi tersebut
antara lain :

a. Sumber Makanan
Terumbu karang menjadi tempat hidup dan berkembang biak berbagai biota
laut. Tidak sedikit diantara biota tersebut yang kemudian dimanfaatkan
sebagai sumber makanan oleh manusia. Seperti rumput laut yang dijadikan
agar-agar, berbagai jenis ikan, udang, kepiting, dan teripang.
b. Sumber Bahan Dasar untuk Obat dan Kosmetik
Berbagai jenis alga dimanfaatkan dalam pembuatan kosmetik dan bahan
pembungkus kapsul. Berbagai hewan laut pun diketahui memiliki senyawa
kimia yang berguna sebagai bahan antibiotika, anti radang, dan anti kanker.
Selain itu, diyakini, masih banyak lagi berbagai jenis biota laut yang belum
tergali potensinya.

5
Sudiono, G. 2008. Analisa Pengelolaan Terumbu Karang pada Kawasan Konservasi Laut Daerah (
KKLD ) Pulau Randayan dan Sekitarnya Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat. Tesis, Program
Studi Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang (Tidak diterbitkan)
c. Sebagai Objek Wisata
Keindahan ekosistem terumbu karang membuat takjub wisatawan. Berbagai
kawasan terumbu karang dijadikan Taman Laut, lokasi snorkeling
dan menyelam, dan wisata laut lainnya.
d. Sumber Mata Pencaharian
Keberadaan terumbu karang menunjang perekonomian masyarakat sekitar.
Masyarakat memiliki mata pencaharian baik sebagai nelayan, petani rumput
laut, dan sebagainya. Pengembangan terumbu karang ,menjadi objek wisata
pun mampu menciptakan berbagai lapangan pekerjaan bagi masyarakat mulai
dari pemandu wisata, penginapan, penyewaan kapal, warung makan dan
cinderamata, serta profesi-profesi lainnya.
e. Sumber Bibit Budidaya
Berbagai jenis ikan, teripang, dan rumput laut yang hidup di terumbu karang
dapat dimanfaatkan sebagai bibit untuk budidaya.6
3. Peranan Terumbu Karang Secara Sosial
Secara sosial terumbu karang memiliki peranan antara lain :

a. Penunjang Kegiatan Pendidikan dan Penelitian


Terumbu karang bermanfaat dalam kegiatan pendidikan terutama untuk
mengenal ekosistem pesisir, mengenal tumbuhan dan hewan laut, dan
pendidikan cinta alam. Selain itu terumbu karang berperan juga sebagai sarana
penelitian.
b. Sarana Rekreasi Masyarakat
Terumbu karang dengan keindahannya dapat dijadikan sarana rekreasi oleh
masyarakat.
Itulah berbagai peran dan manfaat terumbu karang baik bagi ekologi, ekonomi,
maupun sosial. Mengingat besarnya manfaat yang dapat dirasakan oleh manusia,
baik secara langsung amupun tidak langsung, maka perlu dijaga dan dilestarikan.
Pun bagi terunbu karang yang rusak, seperti adanya pemutihan terumbu karang,
perlu dilakukan upaya-upaya rehabilitasi. Sehingga berbagai manfaat terumbu
karang tersebut akan tetap dapat dirasakan oleh manusia, saat ini dan pada masa
yang akan datang.

6
Yuniarti. M., S, 2007. Pengelolaan Wilayah Pesisir di Indonesia ( Studi Kasus : Pengelolaan Terumbu
Karang Berbasis Masyarakat di Kepulauan Riau ). Karya Tulis Ilmiah (Makalah) Disampaikan di Bandung,
Agustus 2007, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, Jatinangor
B. Ancaman Terhadap Ekosistem Terumbu Karang

Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang sangat sensitif. Oleh


karen itu terumbu karang sangat mudah rusak. Kerusakan yang terjadi pada ekosistem
terumbu karang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti penangkapan,
pertambangan, pembangunan dan lain sebagainya. Beberapa dari kegiatan ini ada
yang mengakibatkan kerusakan bagi terumbu karang seperti penangkapan dengan
menggunakan bahan peledak ( bom ). Selain itu, kerusakan juga dapat disebabkan
oleh faktor alam seperti tsunami, banjir dan lain-lain.

Didalam peraturan Kementerian Kelautan dan Perikanan nomor


KEP.38/MEN/2004 tentang Pedoman Umum Pengelolaan Terumbu Karang,
dikatakan bahwa kegiatan manusia yang menyebabkan terjadinya kerusakan terumbu
karang antara lain7:

1. penangkapan ikan dengan menggunakan bahan dan/atau alat yang dapat


membahayakan sumber daya ikan dan lingkungannya;
2. penambangan dan pengambilan karang
3. penangkapan yang berlebih
4. pencemaran perairan
5. kegiatan pembangunan di wilayah pesisir
6. kegiatan pembangunan di wilayah hulu.
Sedangkan kerusakan terumbu karang yang diakibatkan oleh alam antara lain

1. pemanasan global
2. bencana alam seperti angin taufan
3. gempa tektonik
4. banjir
5. tsunami, serta fenomena alam lainnya.

Terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang sangat rentan terhadap


perubahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya termasuk gangguan yang berasal
7
Yuniarti. M., S, 2007. Pengelolaan Wilayah Pesisir di Indonesia ( Studi Kasus : Pengelolaan Terumbu
Karang Berbasis Masyarakat di Kepulauan Riau ). Karya Tulis Ilmiah (Makalah) Disampaikan di Bandung,
Agustus 2007, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, Jatinangor
dari kegiatan manusia dan pemulihannya memerlukan waktu yang lama. Burke
et al, ( 2002 ), mengatakan bahwa terdapat beberapa penyebab kerusakan terumbu
karang yaitu :
1. pembangunan wilayah peisisir yang tidak di kelola dengan baik
2. Aktivitas di laut antara lain dari kapal dan pelabuhan termasuk akibat langsung
dari pelemparan jangkar kapal
3. Penebangan hutan dan perubahan tata guna lahan yang menyebabkan
peningkatan sedimentasi
4. Penangkapan ikan secara berlebihan memberikan dampak terhadap
keseimbangan yang harmonis di dalam ekosistem terumbu karang
5. Penangkapan ikan dengan menggunakan racun dan bom
6. perubahan iklim global.8

C. Permasalahan dalam pengelolaan ekosistem Terumbu Karang

1. Rendahnya Kualitas Sumberdaya Manusia dan Kemiskinan

Masalah sumberdaya manusia menyangkut aspek potensi kependudukan,


pendidikan, kesehatan dan ketenagakerjaan. Salah satu tantangan mendasar dalam
pembangunan adalah dalam hal mengatasi masalah kependudukan dan meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia. Oleh karena itu dalam setiap perencanaan
pembangunan di kawasan pesisir persoalan sumberdaya manusia perlu mendapat
perhatian.

Rendahnya kualitas sumberdaya manusia tidak hanya terjadi pada masyarakat


wilayah pesisir saja tetapi juga pada sumberdaya manusia instansi terkait yang sangat
erat kaitannya dengan tingkat pendidikan yang rendah, baik pendidikan formal
maupun non formal.

Penyebab utama rendahnya kualitas sumberdaya manusia antara lain karena:

1. rendahnya tingkat pendidikan masyarakat

8
Sudiono, G. 2008. Analisa Pengelolaan Terumbu Karang pada Kawasan Konservasi Laut Daerah (
KKLD ) Pulau Randayan dan Sekitarnya Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat. Tesis, Program
Studi Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang (Tidak diterbitkan)
2. terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan serta tenaga pendidik
3. rendahnya tingkat pendapatan masyarakat, sehingga sebagian besar
masyarakat tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang
lebih tinggi;
4. rendahnya tingkat kesehatan lingkungan pemukiman masyarakat
5. minimnya sarana dan prasarana kesehatan serta kurangnya tenaga medis
Konsekuensi rendahnya kualitas sumberdaya manusia antara lain:

a. sumberdaya alam wilayah pesisir belum dapat dimanfaatkan secara


optimal
b. pola pemanfaatan sumberdaya alam tidak memperhatikan aspek-aspek
kelestarian lingkungan
c. penguasaan teknologi pemanfaatan sumberdaya pesisir masih rendah,
d. partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan wilayah pesisir masih
rendah
e. sanitasi lingkungan pemukiman wilayah pesisir masih buruk.
Permasalahan lain dari sumberdaya manusia adalah sebagian besar masyarakat
pesisir asih dililit kemiskinan. Hasil Focused Group Discussion (FGD) terhadap
stakeholder di beberapa daerah memaparkan bahwa berbagai fenomena kerusakan
terumbu karang bukan hanya disebabkan oleh industrialisasi, tetapi juga seringkali
diakibatkan oleh penduduk miskin yang karena keterpaksaan (ketiadaan alternatif
mata pencaharian) harus mengekplotasi sumberdaya pesisir dengan cara-cara yang
tidak ramah lingkungan seperti penggunaan bahan peledak dan racun untuk
menangkap ikan. Lebih anjut hasil FGD menyatakan bahwa salah satu penyebab dari
kemiskinan masyarakat pesisir adalah karena tidak adanya konsep dan program
pengembangan masyarakat pesisir sebagai subyek dan obyek dari pembangunan
khususnya pembangunan masyarakat pesisir.

2. Degradasi Biofisik Lingkungan Pesisir

a. Mangrove

Ekosistem mangrove merupakan habitat bagi beragam jenis ikan, kepiting,


udang, kerang, reptil dan mamalia. Detritus dari mangrove merupakan dasar
pembentukan rantai makanan bagi banyak organisme pesisir dan laut. Penurunan luas
hutan mangrove dari tahun ke tahun dan dampaknya sudah mulai dirasakan.
Penyebab utama hilangnya mangrove adalah antara lain:(a) konversi lahan mangrove
untuk tambak udang; (b) pengelolaan pertambakan tidak berwawasan lingkungan; (c)
tidak ada kebijakan yang jelas mengenai penguasaan dan pemanfaatan lahan pesisir di
desa; (d) kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pelestarian mangrove
dan kondisi sosial-ekonomi masyarakat di sekitar hutan mangrove masih rendah.
Selanjutnya penebangan hutan mangrove secara besar-besaran mempunyai dampak
terhadap (1) penurunan luas vegetasi mangrove; (2) penurunan kualitas air terutama
meningkatnya sedimentasi yang berakibat negative terhadap kehidupan terumbu
karang; (3) penurunan hasil tangkapan, terutama kepiting, kerang dan udang

b. Penurunan Stok Ikan

Ada kecnderungan stok ikan di pantai Nias menurun, khususnya komunitas


ikan karang disebabkan oleh adanya penggunaan bom ikan (blast fishing) dan bahan
beracun (cyanide fishing) dalam kegiatan penangkapan ikan di sekitar karang.
Penggunaan bom ikan dan bahan beracun ini menyebabkan terdegradasinya ekosistem
karang yang sangat potensial sebagi spawning , nursery area dan feeding area.

Selanjutnya, dengan kondisi armada penangkapan yang didominasi oleh usaha


skala kecil (perikann rakyat) dengan permodalan yang terbatas, maka konsentrasi
daerah penangkpan sangat terbatas di wilayah pantai. Akibatnya, intensitas
penangkapan di sekitar pantai cukup tinggi untuk memanfaatkan potensi yang relative
terbatas, yang selanjutnya mengakibatkan over fishing.

c. Pencemaran

Pencemaran air merupakan salah satu masalah serius yang bisa mengganggu
kesehatan manusia, lingkungan bahkan bisa mempengaruhi kegiatan ekonomi. Bahan
pencemaran atau polutan di perairan pantai berasal dari kegiatan rumah tangga,
daerah aliran sungai, pertanian, dan lain-lain.

Penyebab utama pencemaran wilayah pesisir adalah: (1) masih rendahnya


kepedulian industri sepanjang DAS dan pesisir terhadap sistem pengolahan limbah
cair yang masuk ke perairan umum ; (2) kurang ketatnya pengawasan limbah oleh
instansi terkait ; (3) belum jelasnya penerapan sanksi terhadap industri yang
melanggar isi dokumen Amdal dan peraturan perundangan yang berlaku (PP 27/99
tentang Amdal dan UU 23/97 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup) ; (4)
rendahnya kepedulian masyarakat pesisir terhadap pengelolaan sampah dan
kebersihan lingkungan sekitarnya serta pola bangunan yang membelakangi pantai; (5)
rendahnya pengetahuan masyarakat pantai tentang pengetahuan lingkungan.

Pencemaran perairan pantai dapat mengakibatkan (a) rendahnya daya dukung


lingkungan dan kualitas perairan pesisir ; (b) menimbulkan bau yang tidak
menyenangkan untuk daerah kunjungan wisata ; (c) meningkatnya wabah penyakit
menular terhadap kehidupan masyarakat pesisir ; (d) menurunnya tingkat keberhasilan
budidaya perikanan (tambak dan mariculture) dan kegiatan ekonomi lainnya
(pariwisata).

d. Sedimentasi , Abrasi Pantai dan Intrusi Air Laut

Penyebab utama meningkatnya sedimentasi di perairan pantai antara lain: (1)


penebangan hutan di daerah aliran sungai; (2) penambangan pasir di sepanjang aliran
sungai; (3) curah hujan yang tinggi. Selanjutnya sedimentasi dapat mengakibatkan
pendangkalan muara sungai dan alur pelayaran; kekeruhan air di muara sungai dan
laut serta rusaknya terumbu karang

Proses terjadinya abrasi pantai dan intrusi air laut sangat kompleks karena tidak
hanya mencakup hal-hal yang bersifat alami tetapi terkait juga dengan beberapa
kegiatan manusia. Intrusi air laut ke areal persawahan akibat konversi sawah jadi
tambak udang dibeberapa lokasi. Namun permasalahan ancaman abrasi pantai dengan
intrusi air laut dapat dipahami dan dicegah atau dikurangi dengan tindakan relatif
sederhana. Penyebab utama intrusi air laut adalah : (1) penebangan mangrove untuk
pemukiman; (2) masuknya air laut ke sawah; (3) eksploitasi air tanah yang
berlebihan. Sedangkan Akibat yang ditimbulkannya adalah degradasi kualitas air
tanah dan korosi konstruksi bangunan pipa logam di bawah tanah.

3. Belum Optimalnya Pengelolaan Perikanan Tangkap

Walaupun teknologi di bidang penangkapan telah berkembang namun


pemanfaatannya masih didominasi oleh perusahaan-perusahaan perikanan.
Sedangkan perikanan rakyat skala kecil belum dapat memanfaatkan teknologi maju
tersebut oleh karena adanya berbagai kendala antara lain (1) terbatasnya/lemahnya
permodalan yang dimiliki oleh nelayan (2) taraf pendidikan nelayan kecil umumnya
masih rendah sehingga belum menguasai teknologi maju.

Penyebab utama isu perikanan tangkap antara lain, (1) rendahnya kegiatan
pembinaan dan sarana pengawasan; (2) tidak terkontrolnya peningkatan jumlah dan
jenis alat tangkap,; (3) tidak dipatuhinya jalur-jalur penangkapan ikan yang telah
ditetapkan; (4) program pembangunan sarana/prasarana perikanan kurang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat nelayan; (5) perikanan rakyat skala kecil belum dapat
memanfaatkan teknologi maju. Hal ini dapat mengakibatkan (a) aktivitas
penangkapan secara ilegal seperti penggunaan jaring trawl, bahan peledak, potas; (b)
konflik antara nelayan dengan nelayan lain yang menyalahi jalur penangkapan, (c)
belum optimalnya pengelolaan perikanan tangkap sehingga produktivitasnya rendah..

4. Belum Tercapainya Industri Budidaya Ikan Lestari

Industri budidaya ikan di perairan Nias belum berkembang karena disebabkan


oleh beberapa faktor, yaitu : (1) masyarakat masih memiliki keterbatasan pengetahuan
dan keterampilan dalam budidaya ikan, (2) belum adanya fasilitas budidaya antara
lain pembenihan ikan, penyediaan pakan buatan, (3) belum berkembangnya
infrastruktur dan pemasaran hasil.

5. Pencurian Ikan (Illegal Fishing))

Potensi perikanan tangkap di kawasan wilayah pantai Nias sangat besar


seperti ikan pelagis (tuna) serta demersel cukup besar karena daerah tersebut
merupakan jalur ikan tuna di Samudra Hindia. Namun permasalahannya adalah kasus
pencurian ikan di setiap propinsi pantai Barat Sumatra oleh nelayan luar propinsi atau
kapal negara asing masih sering terjadi, yaitu akibat (1) masih lemahnya sistem
Monitoring Controling and Surveillance (MCS) dan penegakan hokum; (2)
terbatasnya kemampuan nelayan tradisional dengan kapal yang sangat sederhana
untuk mengontrol dan mengawasi pencurian ikan dengan kapal yang lebih modern;
(3) belum berkembangnya organisasi nelayan seperti Himpunan Nelayan Seluruh
Indonesia (HNSI) maupun organisasi nelayan lokal; (4) belum effektifnya
kewenangan pengawasan sumberdaya kelautan yang dilakukan oleh TNI-AL
berkordinasi dengan Dinas Perikanan.

6. Sangat Terbatasnya Sistem Informasi Sumberdaya Pesisir dan Laut


Fasilitas sistem informasi sumberdaya pesisir dan laut di Indonesia sangat
kurang sehingga pemanfaatan sumberdaya perikanan di wilayah pantai dan laut tidak
optimal dan tidak berkelanjutan. Sebagai contoh, gagalnya industri tambak udang di
daerah pesisir akibat kurangnya data base tentang potensi sumberdaya alam, system
dan teknologi pengolahan tambak di suatu daerah. Dengan demikian keterpurukan
usaha budidaya udang di Indonesia sudah dapat dipastikan akibat kurangnya database
dari hasil penelitian tentang system dan teknologi budidaya udang. Umumnya
teknologi budidaya udang “diimport” dari negara asing tanpa ada suatu penelitian
adaptasi terhadap lingkungan Indonesia dan pemilik atau perusahaan tambak udang
kurang peduli terhadap kegiatan penelitian. Sehingga ada kecenderungan pengusaha
tidak memikirkan bagaimana mempertahankan produksi dalam jangka panjang
melainkan hanya memikirkan masa kini.

Contoh lainnya adalah belum terdatanya hasil sumberdaya ikan yang ditangkap
secara baik, sehingga tidak dapat diketahui secara pasti apakah sumberdaya ikan yang
terdapat di perairan sudah melampui potensi yang tersedia atau masih dalam batas-
batas potensi lestari. Hal itu terjadi karena banyaknya tangkahan-tangkahan yang
sulit dikontrol oleh dinas terkait sehingga jumlah dan jenis ikan yang didaratkan tidak
diketahui. Selain itu juga karena banyaknya nelayan-nelayan yang melakukan
transaksi jual beli ikan di laut sehingga sulit sekali dilakukan pengkontrolan.

7. Kurangnya Peraturan dan Penegakan Hukum

Rendahnya peraturan dan penegakan hukum tidak terlepas dari rendahnya


kualitas SDM baik dikalangan masyarakat maupun aparat hukum yang berada di
wilayah pesisir. Lemahnya peraturan dan penegakan hukum tercermin dari sikap dan
pengetahua masyarakat tentang hukum yang masih rendah, khususnya yang
berhubungan dengan UU No. 5 Tahun 1990, tentang Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati Dan Ekosistemnya, UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup serta UU No. 9 Tahun 1985 tentang Perikanan. Demikian juga halnya dengan
penaatan terhadap peraturan tentang jalur-jalur penangkapan ikan yang tertuang dalam
Kepmentan No. 392/kpts/IK 120/4/99.
Beberapa masalah yang sering timbul berkaitan dengan rendahnya ketaatan dan
penegakan hukum, antara lain banyaknya nelayan yang menangkap ikan dengan alat
yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan bahan peledak atau racun, serta
perambahan hutan mangrove secara ilegal di daerah jalur hijau (green belt).

Disamping itu pelanggaran terhadap jalur-jalur penangkapan oleh kapal-kapal


perikanan berukuran besar sering memicu terjadinya konflik antara nelayan
tradisional dengan nelayan modern. Penyebab utama rendahnya penaatan dan
penegakan hukum antara lain:

(1) rendahnya pengetahuan masyarakat tentang hukum dan peraturan; (2) terbatasnya
sarana dan prasarana petugas penegak hukum; (3) masih lemahnya pelaksanaan
sosialisasi produk hukum ; (4) belum transparannya proses pembuatan produk hukum
(tanpa konsultasi publik); (5) belum terpadunya pengelolaan sumberdaya pesisir antar
sektor. Dan tentu hal ini dapat mengakibatkan (a) meningkatnya kegiatan Illegal
Fishing; (b) terjadinya konflik pemanfaatan sumberdaya alam wilayah pesisir; (c)
berkurangnya hutan mangrove; (d) terjadinya pencemaran air laut; (e) konflik
kewenangan antar instansi; (f) menurunnya keamanan di wilayah pesisir dan laut. 9

9
Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI (2001) Inventarisasi dan Penilaian Potensi Kawasan Konservasi
Laut Baru Pulau Derawan, Kakaban dan Maratua, Kecamatan Kepulauan Derawan, Kabupaten Berau,
Propinsi Kalimantan Timur. Laporan Penelitian. Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI. Jakarta.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Peranan trumbu karang di golongkan menjadi 3 yaitu:
a. Peranan terumbu karang secara ekologi
 Penunjang Kehidupan
 Sumber Keanekaragaman Hayati yang Tinggi
 Pelindung Pantai dan Pesisir
 Mengurangi Pemanasan Global
b. Peranan terumbu karang secara ekonomi
 Sumber Makanan
 Sumber Bahan Dasar untuk Obat dan Kosmetik
 Sebagai objek wisata
 Sumber mata pencaharian
 Sumber bibit budaya
c. Peranan terumbu karang secara sosial
 Penunjang kegiatan pendidikan dan penelitian
 Sarana rekreasi
2. Ancama terhadap ekosistem terumbu karang
a. kegiatan manusia yang menyebabkan terjadinya kerusakan terumbu karang
antara lain
1. penangkapan ikan dengan menggunakan bahan dan/atau alat yang dapat
membahayakan sumber daya ikan dan lingkungannya;
2. penambangan dan pengambilan karang
3. penangkapan yang berlebih
4. pencemaran perairan
5. kegiatan pembangunan di wilayah pesisir
6. kegiatan pembangunan di wilayah hulu.
b. Sedangkan kerusakan terumbu karang yang diakibatkan oleh alam antara lain
1. pemanasan global
2. bencana alam seperti angin taufan
3. gempa tektonik
4. banjir
5. tsunami, serta fenomena alam lainnya.
3.Permasalahan dalam pengelolaan ekosistem Terumbu Karang
 Rendahnya Kualitas Sumberdaya Manusia dan Kemiskinan

 Degradasi biofisik lingkungan pesisir


 Belum Optimalnya Pengelolaan Perikanan Tangkap
 Belum tercapainya industri budaya ika lestari
 Pencurian ikan (illegal ikan)
 Sangat Terbatasnya Sistem Informasi Sumberdaya Pesisir dan Laut
 Kurangnya peraturan dan penegakan hukum

B. Saran

Pada penulisan makalah kali ini diharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan apabila ada kesalahan dalam penulisan diharapkan kritik dan saran
dari pembaca yang bersifat membangun
DAFTAR PUSTAKA
Budiharsono, S. 2001. Teknik Analisa Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan.
Pradnya Paramita, Jakarta
Burke. L., Selig. E., dan M. Spalding. 2002. Terumbu Karang yang Terancam di
Asia Tenggara ( Ringkasan untuk Indonesia ). World Resources Institute, Amerika
Serikat,
Dahuri, R., J. Rais., S. P. Ginting dan M. J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumber
Daya Wilayah Pesisir dan Laut Secara Terpadu. Pradya Paramita, Jakarta.
Sudiono, G. 2008. Analisa Pengelolaan Terumbu Karang pada Kawasan
Konservasi Laut Daerah ( KKLD ) Pulau Randayan dan Sekitarnya Kabupaten
Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat. Tesis, Program Studi Ilmu Lingkungan
Universitas Diponegoro, Semarang (Tidak diterbitkan)
Yuniarti. M., S, 2007. Pengelolaan Wilayah Pesisir di Indonesia ( Studi Kasus :
Pengelolaan Terumbu Karang Berbasis Masyarakat di Kepulauan Riau ). Karya Tulis
Ilmiah (Makalah) Disampaikan di Bandung, Agustus 2007, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Padjadjaran, Jatinangor
Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI (2001) Inventarisasi dan Penilaian Potensi
Kawasan Konservasi Laut Baru Pulau Derawan, Kakaban dan Maratua, Kecamatan
Kepulauan Derawan, Kabupaten Berau, Propinsi Kalimantan Timur. Laporan Penelitian.
Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai