Anda di halaman 1dari 11

ZONASI KAWASAN KONSERVASI RAJA AMPAT

disusun oleh:

Fadly Aifufu Lagefa 20051103064

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
KATA PENGANTAR

Rasa syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat dan tuntunanNya saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjalan
dengan baik dan selesai tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang
“ZONASI KAWASAN KONSERVASI RAJA AMPAT”.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Konservasi Sumber daya Hayati Laut. Selain itu, Makalah ini bertujuan untuk
menambah wawasan bagi saya sebagai penyusun dan bagi para pembaca.
Saya menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka
dari itu saya membutuhkan kritik dan saran yang bisa membangun kemampuan
saya, agar kedepannya bisa membuat makalah dengan lebih baik lagi. Semoga
Makalah ini bermanfaat buat para pembaca.
DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................ i
KATA PENGAANTAR .................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................... iii

BAB I (PENDAHULUAN)
A. KAWASAN KONSERVASI RAJA AMPAT............... 1
B. ZONASI KAWASAN KONSERVASI ......................... 1

BAB II (PEMBAHASAN)
A. PETA ZONASI KAWASAN KONSERVASI ............. 3

BAB III (PENUTUP)


KESIMPULAN .................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Kawasan Konservasi Raja Ampat

Keanekaragaman hayati yang dimiliki laut Raja Ampat menyediakan


beragam jasa lingkungan bagi masyarakat lokal, industri pariwisata, hingga
komunitas dalam skala global. Mulai dari aktivitas perikanan tradisional yang
tentunya mendukung ketahanan pangan, hingga kepada industri pariwisata. Semua
pemangku kepentingan memperoleh beragam manfaat dari laut Raja Ampat.
Sebagai bagian dari upaya untuk melindungi dan melestarikan sumber daya alam
hayati yang ada di Raja Ampat dari eksploitasi maupun aktivitas pemanfaatan
yang tidak berkelanjutan, serta untuk memastikan upaya tersebut dapat
dilaksanakan secara jangka panjang, maka pada tahun 2004 KKP pertama
didirikan, yang merupakan kawasan konservasi perairan yang pertama dari
sembilan kawasan yang kini ada di Raja Ampat.
KKP Kepulauan Raja Ampat kini mencakup luasan sebesar 1.668.479
hektar, ditambah dua kawasan lagi yang pengelolaannya berada di bawah
yurisdiksi pemerintah pusat seluas total 331.630 hektar, maka secara keseluruhan
pengelolaan kolaboratif jejaring KKP di Raja Ampat mencakup 2,000,109 hektar
kawasan perairan.
Dalam dokumen utama pengelolaan KKP, yaituRencana Pengelolaan dan
Zonasi KKP Kepulauan Raja Ampat Tahun 2019 – 2038, menetapkan beragam
syarat yang diperuntukkan bagi aktivitas terkait penelitian, rekreasi, hingga
kepada aktivitas yang bersifat komersial, yang sekiranya tepat secara ekologis,
dan masih mendukung aktivitas pemanfaatan tradisional.

B. Zonasi Kawasan Konservasi

Definisi Kawasan Konservasi Perairan (KKP) adalah "Kawasan perairan


yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan
sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan." KKP di Indonesia
memiliki empat zona, yaitu: Zona Inti, Zona Pemanfaatan, Zona Perikanan
Berkelanjutan, dan Zona Lainnya.
Di Raja Ampat, di bawah Zona Pemanfaatan terdapat Sub-zona Ketahanan
Pangan dan Pariwisata, yang seperti Zona Inti merupakan no take zoneatau zona
larang tangkap (aktivitas perikanan). Lalu di bawah Zona Perikanan Berkelanjutan
terdapat Sub-zona Akuakultur dan Perikanan Berkelanjutan, dan Sub-zona Sasi
dan Pemanfaatan Tradisional. Selain itu, di beberapa KKP di Raja Ampat, di
bawah Zona Lainnya terdapat Sub-zona Jalur Pelayaran. Sebagai suatu kawasan
yang menampung beragam aktivitas, setiap KKP di Raja Ampat memiliki zona-
zona yang memiliki peruntukan spesifik. Zona-zona tersebut membantu untuk
melindungi dan mengelola sumber daya alam hayati dengan menerapkan aturan-
aturan yang memperbolehkan aktivitas tertentu, melarang beberapa aktivitas, atau
aktivitas apa saja yang memerlukan izin agar bisa dilakukan. Selain itu, aturan
zonasi juga mengatur bagaimana suatu aktivitas harus dilaksanakan.
Zonasi merupakan bagian integral dalam pengelolaan KKP di Raja Ampat,
dan merupakan strategi kunci untuk menopang dan meningkatkan kesehatan dan
daya tahan terumbu karang agar mampu menyediakan manfaat berupa ketahanan
pangan, stabilitas ekologi regional, serta manfaat kesehatan dan ekonomi bagi
masyarakat lokal dan juga pemangku kepentingan lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peta Zonasi Kawasan Konservasi


Ada beberapa wilayah yang termasuk dalam peta kawasan konservasi
Perairan Raja Ampat yaitu:

1. KKP Selat Dampier

Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Selat Dampier adalah KKP yang terbesar
kedua di Raja Ampat, meliputi total luasan sebesar 353.531 hektar. Secara geografis KKP
Selat Dampier terdiri dari tiga bagian, yaitu wilayah pesisir Gam dan Kepulauan
Mansuar, wilayah pesisir Pulau Batanta dan wilayah Pesisir Pulau Salawati Utara/Timur
Laut. Sementara Raja Ampat berada di jantung Segitiga Terumbu Karang Dunia, Selat
Dampier berada di jantung Raja Ampat. Arus laut yang kyat bergerak dari Samudra
Pasifik ke Selat Dampier, yang lalu bergabung dengan proses upwelling dari laut dalam
membawa nutrisi yang kaya ke perairan selat. Proses ini menyediakan lingkungan yang
ideal untuk sumber pakan hewan laut, dan juga bagi terumbu karang untuk tumbuh dan
berkembang. Terumbu karang hidup berwarna-warni dan bergerak, dengan karang
lunak dan keras saling berhubungan untuk membentuk habitat bagi beragam
invertebrata dan hewan pemamah (grazer) lainnya, yang pada gilirannya menarik
spesies pelagis dan predator yang lebih besar.
KKP Selat Dampier tercatat memiliki keragaman hayati tertinggi dari
seluruh wilayah di Raja Ampat, dan kini dikenal dengan terumbu karang dan
kehidupan laut yang teramat kaya.Wilayah Selat Dampier menarik banyak ikan
pelagis besar seperti hiu, tuna, kakap, kerapu, barakuda dan kue. Selain itu,
wilayah ini juga merupakan tempat berlindung dan koridor migrasi yang aman
bagi banyak mamalia laut seperti paus, lumba-lumba, dan duyung, serta diketahui
sebagai wilayah agregasi untuk dua spesies pari manta. Sebagai daerah dengan
sumber daya perikanan yang tinggi, masyarakat di Selat Dampier bersama-sama
Badan Layanan Umum Daerah Unit Pelaksana Teknis Daerah (BLUD UPTD)
Pengelolaan KKP Kepulauan Raja Ampat dan organisasi nirlaba seperti
Conservation International (CI) dan RARE mengembangkan inisiatif Kawasan
Perikanan Adat (KPA).

Sebagai bagian dari upaya untuk mengelola sumber daya alam hayati
secara berkelanjutan, KPA merupakan inisiatif yang menyepakati hak-hak
pemanfaatan perikanan di Selat Dampier berdasarkan wilayah adat dari masing-
masing kampung yang terletak di wilayah pesisir. Secara keseluruhan, terdapat 10
kampung di Pulau Batanta, dan 9 kampung di Pulau Salawati yang menjadi
bagian dari KPA. Karena lingkungan bawah lautnya yang luar biasa, dan karena
lokasinya yang dekat dengan ibukota Kabupaten Raja Ampat, Waisai, pemerintah
daerah telah menetapkan Selat Dampier sebagai salah satu daerah wisata bahari
utama, yang tentunya tunduk pada prinsip-prinsip pengelolaan dan pembangunan
berkelanjutan. Di dalam Selat Dampier, terdapat 28 desa di wilayah pesisir,
dengan 6 lainnya berada di pedalaman di timur laut Pulau Salawati. Desa-desa ini
memiliki kapasitas yang bervariasi untuk menunjang pariwisata dan konservasi
saat ini.
Desa-desa yang kini menjadi tujuan wisata budaya adalah Sawinggrai, Arborek,
Sawandarek, Yenbuba, Saporkren dan Arefi. Ketika berada di Selat Dampier,
pengunjung dapat berinteraksi dengan penduduk setempat, menonton tarian
tradisional, melihat Burung Cenderawasih endemik Raja Ampat, berkayak, atau
menginap di homestay lokal.

2. KKP Pulau Fam

Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Kepulauan Fam,dengan total luasan


360.000 hektar, sebenarnya masih termasuk ke dalam perairan Selat Dampier.
Secara geografis, Kepulauan Fam terletak di bagian barat daya Pulau Waigeo, dan
barat laut Pulau Batanta. Kawasan konservasi Kepulauan Fam berada di sebelah
barat dari kawasan konservasi perairan Selat Dampier (Area III), dan berbatasan
langsung dengan Laut Halmahera, Provinsi Maluku Utara.
Pulau-pulau karst kecil di Piaynemo seringkali dideskripsikan sebagai
miniatur dari Wayag, yang sekarang telah berkembang menjadi salah satu
destinasi wisata utama di Raja Ampat karena keindahan alamnya yang luar biasa
baik di darat maupun di laut.
Kepulauan Fam biasanya dibagi ke dalam tiga bagian (clusters), yaitu
pulau-pulau Piaynemo, pulau-pulau Pam dan sekitarnya, serta kepulauan Bambu.
Kepulauan Fam merupakan bagian dari Distrik Waigeo Barat Kepulauan, dan
memiliki tiga kampung: Kampung Pam di Pulau Pam Kecil, serta; Kampung
Saukabu dan Saupapir yang berlokasi di Pulau Pam Besar.
Kepulauan Fam diusulkan menjadi Kawasan Konservasi Perairan (KKP)
atas usulan inisiatif masyarakat adat setempat yang ingin melindungi dan
mengelola sumber daya alam hayatinya. Dalam prosesnya, masyarakat adat di
sana didampingi oleh Conservation International (CI), yang ditanggapi dengan
baik oleh Pemerintah Kabupaten (PEMKAB) Raja Ampat dan Pemerintah
Provinsi (PEMPROV) Papua Barat. Kepulauan Fam secara adat dideklarasikan
sebagai kawasan konservasi perairan pada bulan Februari 2017.
Terumbu karang di Kepulauan Fam sangatlah beragam. Mulai dari petak-
petak (patches) terumbu karang berwarna-warni yang ‘riuh’ dipenuhi kehidupan
bawah laut seperti spesies predator berukuran besar yaitu hiu dan tuna, ikan-ikan
karang seperti jenis damsel dan anthias, hingga kepada kima berusia ratusan tahun
yang hidup berdampingan diantara beragam jenis terumbu karang keras maupun
lunak.
3. KKP Kepulauan Ayau

Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Kepulauan Asia dan Ayau terletak di


ujung utara Raja Ampat dengan luasan 99.339 hektar, danmerupakan salah satu
gugusan kepulauan terdepandi Indonesia. KKP Kepulauan Asia dan Ayau terdiri
dari gugusan terumbu karang dan atol yang sangat luas, yang terletak di antara
pulau-pulau di sekitarnya. Kepulauan Asia dan Ayau dikenal sebagai situs
pemijahan ikan kerapu terbesar di Indonesia Timur, yang menyediakan pasokan
besar ikan kerapu dan telur ke perairan Maluku, Halmahera, dan sebagian besar
wilayah Bentang Laut Kepala Burung.
Hasil penelitian yang dilakukan di wilayah KKP Kepulauan Asia dan
Ayau menyimpulkan bahwa daerah Abor di Ayau Besar merupakan salah satu
lokasi pemijahan multi-spesies dari ikan KerapuSaiseng(Plectropomus
aereolatus) dan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) yang sangat produktif
dan masih aktif hingga saat ini (Wilson et al, 2010; Huffard dkk, 2012; Laporan
EBM Tahap II, 2010). Secara umum, Kepulauan Asia dan Ayau merupakan
habitat dan tempat agregasi bagi ikan-ikan yang bernilai ekonomis penting seperti
napoleon, tuna, cakalang, tenggiri dan ikan pelagis penting lainnya seperti bubara,
tongkol dan kembung atau selar. KKP Kepulauan Asia dan Ayau juga memiliki
pantai peneluran penyu yang penting baik bagi Penyu Hijau (Chelonia
mydas)maupun Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea). Selain penyu, di
perairan Asia dan Ayau juga dapat ditemukan jenis lumba-lumba hidung botol
(Tursiops truncatus), lumba-lumbaspinner(Stella longirostris),dan paus sperma
(Khazalie et al, 2011).

4. Kepulauan Misool

Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Kepulauan Misool merupakan


KKP terluas di Raja Ampat, dengan total luasan mencapai 346.189 hektar,
yang meliputi gugusan pulau-pulau yang tersusun dari bebatuan kapur.
Kepulauan Misool sendiri terbagi ke dalam tiga wilayah administrasi, yaitu
Distrik Misool Timur, Misool Selatan, dan Misool Barat.
Seperti halnya di tempat lain di Raja Ampat, Kepulauan Misool
memiliki terumbu karang yang melimpah, dan dikenal karena keragaman jenis
terumbu karang lunaknya. Mulai dari formasi bebatuan yang muncul ke
permukaan, bommies, hingga kepada struktur terumbu karang yang
menggantung (overhang), yang kesemuanya dipenuhi beragam biota laut.
Kondisi terumbu karang di KKP Kepulauan Misool secara umum masih
tergolong sehat, dimana penyakit dan pemutihan karang tercatat dibawah 1%,
dengan tutupan karang hidup sebesar 38,6% (Ahmadia et al., 2017).
Selain ekosistem terumbu karang, di pesisir KKP Kepulauan Misool
juga terdapat hutan bakau dan padang lamun, termasuk jenis bakau air tawar
yang langka. Persebaran hutan bakau di Misool cukup luas, mulai dari daerah
di sekitar Kampung Kapatcol, Biga, Gamta, Magei, Fafanlap, dan Tomolol.
Bagi masyarakat lokal di Misool, hutan bakau juga berfungsi sebagai habitat
penting penyedia sumber makanan seperti ikan, udang, dan kepiting.

5. Kepulauan Misool Utara

Di sebelah utara dari Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Kepulauan


Misool, tepatnya perairan di sebelah timur dan utara – atau lebih dikenal
dengan nama Misool Utara – telah mendapatkan pengakuan secara adat
semenjak bulan Maret tahun 2018 melalui sebuah deklarasi yang diinisiasi
oleh masyarakat setempat, yang didampingi oleh Yayasan Nazaret Papua
(YNP) dan Conservation International (CI). Deklarasi KKP Adat Misool Utara
secara substansial merupakan aspirasi kolektif yang disepakati oleh
masyarakat Suku Matbat dan Matlou yang mendiami sembilan kampung di
sana, yaitu: Salafen, Waigama, Aduwey, Solal, Atkari, Audam, Limalas
Timur, Limalas Barat, dan Foley. Deklarasi tersebut menyepakati 315.477
hektar wilayah perairan Misool Utara sebagai kawasan yang dilindungi.
Wilayah perairan Misool Utara merupakan perairan dengan potensi sumber
daya alam hayati yang tinggi. Mulai dari ekosistem dan terumbu karang yang
sangat mendukung aktivitas perikanan selama ini, tempat duyung mencari
makan, wilayah perlintasan mamalia laut seperti paus dan lumba-lumba,
habitat penting bagi hiu dan pari manta, hingga kepada habitat bagi populasi
buaya air asin yang masih banyak ditemui di beberapa muara sungai di sana.
Namun seperti wilayah perairan lainnya di Raja Ampat, potensi yang
besar juga tentunya menghasilkan tantangan yang tidak kalah besarnya;
terutama dengan belum adanya tata kelola yang efektif. Perairan di Misool
Utara merupakan sasaran bagi aktivitas perikanan yang merusak seperti
penggunaan bom dan potasium, serta aktivitas perikanan yang tidak
berkelanjutan seperti pengoperasian bagan dan perikanan dengan
menggunakan alat tangkap berskala besar, dan juga perdagangan ilegal
tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Kepulauan Raja


Ampat (KKPD Kabupaten Kepulauan Raja Ampat) adalah salah
satu kawasan konservasi perairan daerah di Papua Barat Daya, Indonesia.
Nama lainnya adalah Taman Pulau-Pulau Kecil Daerah Raja Ampat.
Dasar hukum penetapannya adalah Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 36 Tahun 2014. Sebelumnya, penetapan KKPD Kabupaten
Kepulauan Raja Ampat telah dibahas dalam Peraturan Bupati Raja Ampat
No 66 Tahun 2007 yang diterbtikan pada tanggal 14 Juni 2007. Pembahasan
lebih lanjut diadakan dalam Peraturan Bupati Raja Ampat Nomor 05 Tahun
2009 yang diterbitkan pada tanggal 16 April 2009. Dalam sistem koordinat
geografi, KKPD Kabupaten Kepulauan Raja Ampat berada di 2 025' Lintang
Utara - 4025' Lintang Selatan dan 1300 -132055' Bujur
Timur. Luas wilayahnya adalah 993,740 Hektare. KKPD Kabupaten
Kepulauan Raja Ampat terbagi menjadi 5 kawasan yaitu Kawasan
Konservasi Perairan Kepulauan Ayau-Asia, Kawasan Konservasi Perairan
Selat Dampier, Kawasan Konservasi Perairan Teluk Mayalibit, Taman Pulau
Kecil Kofiau dan Taman Pulau Kecil Misool.
 Keanekaragaman hayati KKPD Kabupaten Kepulauan Raja Ampat
berupa segitiga terumbu karang. Spesies ikan yang membentuk habitat di
dalamnya adalah ikan terumbu karang, moluska dan krustasea. Spesies biota
laut di KKPD Kabupaten Kepulauan Raja Ampat lebih dari 2.000 jenis biota
laut dengan 450 jenis karang, 950 jenis ikan terumbu karang, dan 600 jenis
moluska. Ekosistem padang lamun berada di Pulau Kofiau dan ditumbuhi
oleh Enhalus acroides, Halodule sp., Halophila sp., Thalassia hemprichii,
Cymodocea sp. Selain itu ada di sekitar Pulau Ayau, bagian barat Pulau
Batanta, sekitar Pulau Gam dan di bagian barat Pulau Waigeo.
Ekosistem gulma laut juga ada di Misool, Samate dan Waigeo Utara.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/
Kawasan_Konservasi_Perairan_Daerah_Kabupaten_Raja_Ampat.

Zonasi | Kawasan Konservasi Perairan Raja Ampat (kkprajaampat.com)

Anda mungkin juga menyukai