Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepulauan Raja Ampat merupakan kepulauan yang berada di Barat pulau Papua di Provinsi
Irian Barat, tepatnya di bagian kepala burung Papua. Pada akhir tahun 2003,

Raja Ampat dideklarasikan sebagai kabupaten baru, berdasarkan UU No. 26 tentang


Pembentukan Kabupaten Sarmi, Kabupaten Kerom, Kabupaten Sorong Selatan, dan Kabupaten
Raja Ampat, tanggal 3 Mei tahun 2002. Kabupaten Raja Ampat merupakan hasil pemekaran dari
Kabupaten Sorong dan termasuk salah satu dari 14 kabupaten baru di Tanah Papua. Kabupaten
Raja Ampat terdiri dari 4 pulau besar yaitu Pulau Waigeo, Batanta, Salawati dan Misool. Pusat
pemerintahan berada di Waisai, Distrik Waigeo Selatan, sekitar 36 mil dari Kota Sorong.
Kepemerintahan di kabupaten ini baru berlangsung efektif pada tanggal 16 September 2005.
Secara geografis Kepulauan Raja Ampat berada pada 01o15’ LU – 2o 15’ LS dan 129o10’ –
121o10’ BT dengan luas wilayahnya 46.000 km2 terdiri dari wilayah lautnya 40.000 km2 dan
luas daratannya 6.000 km2. Bisa dikatakan sekitar 85% dari luasnya tersebut merupakan lautan,
sisanya merupakan daratan yang terdiri dari 610 pulau yang tidak berpenghuni.

Hanya pada 35 pulau saja keberadaan penduduk asli dari 10 suku dapat dijumpai. Secara
geoekonomis dan geopolitis, Kepulauan Raja Ampat memiliki peranan penting sebagai wilayah
yang berbatasan langsung dengan wilayah luar negeri. Pulau Fani yang terletak di ujung paling
utara dari rangkaian Kepulauan Raja Ampat, berbatasan langsung dengan Republik Palau.
Secara administratif batas wilayah Kabupaten Raja Ampat adalah sebagai berikut: Sebelah
selatan berbatasan langsung dengan Kabupaten Seram Utara, Provinsi Maluku. Sebelah barat
berbatasan dengan Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara. Sebelah timur
berbatasan dengan Kota Sorong dan Kabupaten Sorong, Provinsi Irian Jaya Barat. Sebelah Utara
berbatasan langsung dengan Republik Federal Palau. Dari luas wilayahnya di atas Kepulauan
Raja Ampat terbagi menjadi 10 distrik, 86 kampung, dan 4 dusun. Berdasarkan Undang-
Undang No. 26/2002, wilayah Kabupaten Raja Ampat terdiri dari 7 distrik yaitu:

1. Distrik Kepulauan Ayau.


2. Distrik Waigeo Utara.
3. Distrik Waigeo Selatan.
4. Distrik Waigeo Barat.
5. Distrik Samate.
6. Distrik Misool Timur Selatan.
7. Distrik Misool.
Kemudian terjadi pemekaran 3 distrik baru, yaitu:
1. Distrik Kofiau.
2. Distrik Waigeo Timur.
3. Distrik Teluk Mayalibit.

Distrik dengan luas wilayah daratan terbesar adalah Distrik Samate yaitu 1.576 km2 dan
dengan luas terkecil adalah Distrik Kepulauan Ayau yaitu 18 km2 (Analisa Citra Landsat, 2006).
Sebagai wilayah kepulauan, daerah ini memiliki sekitar 610 pulau besar dan kecil, atol dan taka
dengan panjang garis pantai 753 km, dengan 34 pulau yang berpenghuni. Perbandingan wilayah
darat dan laut adalah 1:6, dengan wilayah perairan yang lebih dominan. Jumlah penduduk
berdasarkan data Kabupaten Raja Ampat Dalam Angka Tahun 2004 adalah 30.374 jiwa.

Potensi dan Pengembangan Wilayah Pesisir di Kepulauan Raja Ampat Kepulauan Raja
Ampat merupakan tempat yang sangat berpotensi untuk dijadikan objek wisata, terutama wisata
bahari (penyelaman). Perairan Raja Ampat menurut berbagai sumber, merupakan salah satu dari
10 perairan terbaik untuk diving site di seluruh dunia. Bahkan diakui sebagai nomor satu untuk
kelengkapan flora dan fauna bawah air pada saat ini. Sering disebut juga sebagai “surga para
penyelam”.

Pada tahun 2002, The Nature Conservancy (TNC) dan Pusat Penelitian Oseanografi (P2O)
LIPI mengadakan suatu penelitian ilmiah untuk memperoleh data dan informasi tentang
ekosistem laut, daerah bakau dan hutan Kepulauan Raja Ampat. Survei ini menunjukkan bahwa
terdapat sejumlah 537 jenis karang, yang sungguh menakjubkan karena mewakili sekitar 75%
jenis karang yang ada di dunia. Ditemukan pula 828 jenis ikan dan diperkirakan jumlah
keseluruhan jenis ikan di daerah ini 1.074. Di darat, penelitian ini menemukan berbagai
tumbuhan hutan, tumbuhan endemik dan jarang, tumbuhan di batuan kapur serta pantai
peneluran ribuan penyu. Selain itu ada beberapa kawasan terumbu karang yang masih sangat
baik kondisinya dengan persentasi penutupan karang hidup hingga 90% yaitu selat Dampier
(Selat antara P. Waigeo dan P. Balanta), Kepulauan Kofiau, Kepulauan Misool Timur Selatan
dan Kepulauan Wayag. Di beberapar tempat ada keunikan tersendiri seperti di Kampung
Saondarek, ketika pasang surut terendah, bisa disaksikan hamparan terumbu karang tanpa
menyelam dan dengan adaptasinya sendiri, karang tersebut masih bisa hidup walaupun di udara
terbuka dan terkena matahari langsung.

Di Kepulauan Raja Ampat juga dapat ditemukan beberapa spesies unik saat menyelam
seperti pigmy seahorse atau kuda laut mini, wobbegong dan manta ray. Juga ada ikan endemic
Raja Ampat yaitu Eviota Raja sejenis ikan gobbie. Jika menyelam di Cape Kri atau chiken reef,
kita akan di kelilingi ribuan ikan seperti kumpulan ikan Tuna, snapper dan giant travellies.
Tetapi yang paling menegangkan jika kita dikeliligi ikan Barakuda. Kadang juga terlihat hiu
karang dan apabila beruntung melihat penyu sedang diam memakan sponge atau berenang serta
ada juga dugong atau duyung. Di Kepulauan Raja Ampat juga cocok untuk melakukan drift dive,
yaitu menyelam mengikuti arus kencang dengan air yang sangat jernih sambil menerobos
kumpulan ikan. Cocok juga untuk wreck dive karena disana kita dapat menjumpai Pesawat
karam bekas peninggalan perang dunia II seperti di P. Wai dan masih banyak lagi situs yang
belum pernah terjamah dan lebih menantang di Kepulauan Raja Ampat ini.

Sekali pun kebayakan wisatawan yang data ke Raja Ampat saat ini adalah para penyelam,
sebenarnya lokasi ini menarik juga bagi turis non-penyelam karena memiliki pantai-pantai
berpasir putih yang sangat indah dan gugusan pulau-pulau Karst nan mempesona dan flora-fauna
unik endemik seperti cendrawasih merah, cendrawasih Wilson, maleo waigeo, beranekaragam
burung kakatua, dan nuri, kuskus waigeo serta beragam jenis anggrek.

Dilihat dari segi sosial ekonomi ada beberapa biota laut yang diketahui mempunyai potensi
tertentu dan dapat dimanfaatkan. Potensi ini berupa bahan makanan dan sumber protein, jenis
potensial untuk dibudidayakan atau objek indah untuk dilihat. Penyu misalnya merupakan objek
untuk dilihat mauapun dimanfaatkan. Biota lautnya adalah ikan dan biota laut lainnya. Ikan-
ikan ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok ikan yang mempunyai arti untuk
dikonsumsi(ikan target), kelompok ikan yang memberikan indikasi tentang kondisi terumbu
karang(ikan indikator) dan kelompok ikan yang umumnya merupakan bagian dari ekosistem
terumbu (ikan utama/major fish).

B. Rumusan Masalah

Kekayaan keanekaragaman hayati di Raja Ampat telah membuat dirinya memiliki tingkat
ancaman yang tinggi pula. Pengembangan pesisir dan laut Kepulauan Raja Ampat
dihadapkan pada berbagai isu dan permasalahan tersebut adalah :

1. Kekayaan keanekaragaman hayati di Kepulauan Raja Ampat memilki tingkat


ancaman yang tinggi pula.

Daerah ini juga sangat dilirik oleh kepentingan-kepentingan sesaat yang ingin
mengeksploitasi sumber daya alamnya. Hal itu bisa dilihat dari kerusakan terumbu
karang dan hutan.

Kerusakan terumbu karang umumnya dikarenakan penangkapan ikan yang tidak


ramah lingkungan seperti bom, sianida dan akar bore (cairan dari olahan akar sejenis
pohon untuk meracun ikan).

2. Masalah yang harus diperhatikan adalah pemilikan atau masalah ulayat dan adat.
Sebenarnya ini merupakan sebuah masalah atau tantangan, tetapi sebagai modal atau
dorongan dalam pembangunan yang tentunya melibatkan masyarakat Raja Ampat
sendiri, sebagai pemilik hak ulayat dan adat yang bisa ikut berperan dalam proses
pembangunan.
Budaya dan adat istiadat akan menunjukan pada proporsi sebenarnya dan dengan
bersama-sama pemerintah dan stake holder lainnya akan membangun Kepulauan
Raja Ampat sebagai wilayah yang menjanjikan.

3. Potensi obyek pariwisata pantai dan pariwisata bahari yang belum dimanfaatkan
secara optimal. Hal ini disebabkan belum tersedianya infrastruktur dasar yang
memadai dan sarana prasarana pariwisata lainnya.

Selian itu juga belum dilakukan promosi terhadap potensi pariwisata di Kepulauan
Raja Ampat.

4. Belum diprioritaskannya pembangunan di wilayah tertinggal oleh pemerintah daerah


karena dianggap tidak menghasilkan pendapatan asli daerah (PAD) secara langsung.

Dengan demikian dukungan antar sektor terkait untuk pengembangan Kepulauan


Raja Ampat belum optimal.

5. Belum berkembangnya sistem informasi yang dapat memberikan akses pada


informasi produk unggulan, pasar, dan teknologi.

Keterbatasan pengetahuan dan kemampuan dalam penggunaan teknologi ini menjadi


salah satu kendala dan pemicu adanya eksploitasi sumberdaya yang merusak potensi
lestari dan berdampak negatif bagi lingkungan.

6. Belum tertatanya sistem kelembagaan dan manajemen yang belum terkelola baik

untuk pengelolaan pengembangan kawasan yang terpadu, dan berkelanjutan, dalam


memberikan dukungan kepada peningkatan daya saing produk dan kawasan yang
dikembangkannya.

7. Kurangnya informasi mengenai potensi lingkungan beserta keanekaragaman


hayatinya, menyebabkan perlu adanya penelitian karakteristi tipe ekosistem dan
keanekaragaman jenis biotanya.
Melalui kajian lebih mendalam, baik tingkat ekosistem maupun jenis yang ada di
Kepulauan Raja Ampat. Data tersebut diharapkan dijadikan bahan masukan upaya
pengembangan dan pemanfaatannya secara berkelanjutan. Kebijakan dan Strategi
Pengelolaan Pesisir dan Laut Kepulauan Raja Ampat.

C. Tujuan dan Manfaat

Raja Ampat telah dikenal memiliki alam laut yang indah dan kaya akan keanekaragaman
hayati, baik secara nasional maupun internasional. Keanekaragaman hayati lautnya tertinggi di
dunia dengan satwa endemik dan habitat yang unik, serta bentang alam yang menakjubkan
memberikan fungsi biofisik serta sosial ekonomi yang besar bagi masyarakat Raja Ampat, Papua
Barat, Indonesia. 75% terumbu karang dan ikan dunia ada di Raja Ampat.

Kondisi alam yang indah dan kaya ini sangat jarang ditemui di dunia, untuk itu perlu dijaga,
dilestarikan dan perlu dikelola secara bijaksana agar manfaatnya dapat dirasakan dalam jangka
panjang. Demi menjaga kelestarian di Raja Ampat diperlukan usaha-usaha konservasi agar
keindahan alam di Raja Ampat tidak rusak.

Di daerah ini penting dilakukan usaha konservasi mengingat alamnya yang sangat mempesona
dapat rusak karena tangan-tangan jahil manusia.

Maksud kajian ini adalah untuk memberikan arah bagi pengelolaan terumbu karang di
Kabupaten Raja Ampat untuk kurun waktu lima tahun kedepan. Sedangkan tujuan
dilaksanakannya kegiatan penyusunan rencana strategi pengelolaan terumbu karang di
Kabupaten Raja Ampat ini adalah untuk:

(1) Mengidentifikasi isu dan permasalahan yang terkait dengan terumbu karang
di Raja Ampat
(2) Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang berperan dalam
pengelolaan terumbu karang di Raja Ampat.

(3) Menyusun rencana strategis pengelolaan terumbu karang di Kabupaten Raja Ampat.
(4) Merumuskan program kerja jangka pendek untuk pengelolaan terumbu karang yang
optimal dan agar dapat memberikan manfaat yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Raja Ampat.

Manfaat dari kajian ini adalah meningkatkan daya guna dan hasil guna untuk setiap
strategi dan kebijakan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Raja Ampat
dalam pengelolaan sumberdaya terumbu karang. Disamping itu, sebagai acuan dasar
dalam melakukan implementasi kegiatan pengelolaan terumbu karang, agar lebih
efektif, efisien, dan terintegrasi. Pengelolaan sumberdaya terumbu karang yang optimal
dan berkelanjutan, tentu diharapkan akan memberikan kontribusi nyata dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Raja Ampat dan juga ekonomi daerah
setempat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Raja Ampat

Raja Ampat di Provinsi Papua Barat, ibarat surga kecil yang jatuh di bumi.
Keindahannya yang menakjubkan memang seperti yang selama ini selalu didengung-
dengungkan dalam sejumlah promosi.
Lautnya yang jernih dengan ribuan ikan di terumbu karang dapat dengan mudah
dinikmati dari atas kapal, menjadi impian banyak orang untuk bisa pesiar di salah satu
provinsi terujung di ujung Timur Indonesia.
Surga Terakhir di Dunia, itulah julukan yang diberikan kepada Kepulauan Raja Ampat.
Mungkin terkesan berlebihan, tetapi tidaklah demikian bagi anda yang pernah datang ke
sana.
Kepulauan Raja Ampat yang terdiri dari gugusan kepulauan besar dan kecil, untaian
karang laut, pegunungan, hutan tropis, pantai berpasir putih dan aneka ragam kehidupan
satwa di dalamnya membuat Raja Ampat memiliki pemandangan alam yang sulit
tertandingi keindahannya.
Untaian keindahan alam Raja Ampat terangkai indah bagaikan rangkaian mutiara yang
akan mampu mempesona siapa saja yang melihatnya.
Tidaklah mudah untuk menemukan rangkaian kata yang tepat untuk bisa benar-benar
melukiskan keindahannya.
Pemandangan Raja Ampat adalah pemandangan alam yang akan membuat hati anda
bergetar, nafas menjadi tertahan dan kulit anda merinding ketika anda menatapnya.
Keindahannya akan mampu membuat sebagian dari anda yang untuk menitikkan air
mata demi mengagumi betapa megah dan pemurahnya Sang Pencipta memberikan
karunia kekayaan alam kepada kepulauan Raja Ampat.
Sepertinya tidak berlebihan bila Raja Ampat disebut sebagai "surga untuk para
penyelam". Letak geografis kepulauan Raja Ampat yang berada di pusat segitiga
terumbu karang dunia membuat perairan Raja Ampat kaya akan keanekaragaman hayati
bawah laut.

Dengan suhu air laut rata-rata 220-300 Celsius, perairan Raja Ampat memiliki kekayaan
603 jenis terumbu karang keras. Jumlah ini yang merupakan 75% dari jumlah
jenisterumbu karang yang ada di dunia.
Dari berbagai hasil penelitian yang di antaranya dilakukan oleh beberapa badan
konservasi alam dunia seperti Conservation International dan Nature Conservancy,
perairan laut Raja Ampat diestimasikan memiliki kekayaan 1397 jenis ikan.
Tidaklah salah bila perairan Raja Ampat disebut sebagai "Ibukota untuk Ikan di Dunia".
Selain ikan, di perairan laut di kepulauan Raja Ampat terdapat pula 60 jenis udang
karang, 699 jenis hewan lunak (jenis moluska) yang terdiri atas 530 siput-siputan
(Gastropoda), 159 kerangkerangan (bivalva), 2 Scaphopoda, 5 cumi-cumian
(Cephalopoda), dan 3 Chiton. Kekayaan ini menjadikan kepulauan Raja Ampat sebagai
kawasan pulau-pulau kecil yang memiliki keanekaragaman hayati laut yang luar biasa
besar dan tingginya. (sumber: Profil Ragam Wisata Kabupaten Raja Ampat).
Ada beberapa kawasan terumbu karang yang masih sangat baik kondisinya dengan
persentase penutupan karang hidup hingga 90%,
yaitu di selat Dampier (selat antara Pulau Waigeo dan Pulau Batanta), Kepulauan Kofiau,
Kepualauan Misool Tenggara dan Kepulauan Wayag.
Tipe dari terumbu karang di Raja Ampat umumnya adalah terumbu karang tepi dengan
kontur landai hingga curam.
Tetapi ditemukan juga tipe atol dan tipe gosong atau taka. Di beberapa tempat seperti di
kampung Saondarek, ketika pasang surut terendah, bisa disaksikan hamparan terumbu
karang tanpa menyelam dan dengan adaptasinya sendiri, karang tersebut tetap bisa hidup
walaupun berada di udara terbuka dan terkena sinar matahari langsung.
Kekayaan aneka ragam kehidupan bawah laut yang ada di perairan aut Raja Ampat ini
menempatkan Raja Ampat menjadi salah satu tujuan wisata selam yang paling diminati
oleh penggiat olahraga scuba diving di dunia.
Kabupaten Raja Ampat di Provinsi Papua Barat biasa disebut ”kepala burung”
memiliki luas wilayah 46.108 kilometer persegi, dan hampir 80 persen
di antaranya laut.
Panjang pantainya mencapai 4.860 kilometer. Namun, penghuninya hanya sekitar
60.000 jiwa di 35 pulau dari 610 pulau yang ada. Penduduknya tersebar di 98 desa dan
17 distrik. Penduduk lokalnya terdiri atas 10 suku yang memiliki mata pencarian utama
sebagai nelayan. Sejak perjalanan dengan kapal cepat selama 2 jam dari Sorong ke
Pelabuhan Waisai di Raja Ampat, mata sudah dimanjakan dengan pemandangan laut nan
biru dan jerih.
Pemandangannya semakin menakjubkan begitu memasuki wilayah Raja Ampat.
Meski suhu udara rata-rata 45 derajat celsius, bukan alasan untuk tidak menjajal
obyek wisata kabupaten yang dikelilingi gugusan pulau karang ini.

B. . Potensi Sumberhayati Laut di Raja Ampat

1). Sumberdaya Ikan

Kabupaten Raja Ampat memiliki potensi sumberdaya ikan yang melimpah.


Pada sektor perikanan tangkap, Kabupaten Raja Ampat memiliki komoditi
perikanan tangkap seperti ikan, udang, cumi-cumi, kerang/siput dan teripang yang
cukup potensial.
Secara umum, jenis ikan hasil tangkapan nelayan di Kabupaten Raja Ampat dapat
dikelompokkan sebagai ikan pelagis besar, ikan pelagis kecil, ikan demersal, dan ikan air
payau. Jenis-jenis ikan yang dominan ditangkap oleh nelayan lokal adalah ikan kembung
(Rastrelliger sp), tenggiri (Scomberomorus spp.), cakalang (Katsuwonus pelamis), tuna
(Thunus sp.), kerapu, napoleon dan teri. Ikan kembung banyak tertangkap di Distrik
Teluk Mayalibit.
Ikan tenggiri, cakalang dan tuna banyak ditangkap di daerah Waigeo Selatan, Waigeo
Barat, Samate, Misool, dan Misool Timur Selatan. Sementara, ikan kerapu dan napoleon
banyak dihasilkan dari Distrik Waigeo Barat, Ayau, Kofiau dan Misool Timur Selatan.
Kemudian, untuk ikan teri (Stolephorus sp.), biasa disebut juga ikan puri, banyak
tertangkap di daerah Waigeo Selatan, Misool, Misool Timur Selatan dan dijumpai juga di
Teluk Mayalibit. Selain ikan, hasil tangkapan lainnya adalah udang, cumi-cumi, cacing
laut, kerang serta siput. Udang yang umumnya tertangkap adalah jenis lobster (Panulirus
sp) yang banyak terdapat di daerah Waigeo Barat, Kofiau, Misool, dan Misool Timur
Selatan; dan udang halus (Ebi) yang banyak ditangkap di daerah Teluk Mayalibit sekitar
Kampung Beo dan Araway. Sementara, untuk cumi-cumi banyakterdapat di daerah
Waigeo Selatan dan Misool.
Ada 2 jenis cumi-cumi yang telah dimanfaatkan nelayan setempat, yakni cumi-cumi
ukuran kecil atau disebut cumi jarum (Sepiotheuthis sp.) dan cumi-cumi yang berukuran
besar (Loligo sp.). Untuk Jenis kerang dan siput yang dimanfaatkan oleh nelayan lokal
selain kerang mutiara adalah bia garu, pia-pia, batu laga, kepala kambing dan mata tujuh.
Kerang dan siput merupakan komoditi perikanan yang memiliki nilai ekonomis penting.
Lola, batu laga, bia garu, mata tujuh dan lain-lain selain dagingnya yang dapat
dimanfaatkan dalam bentuk segar atau beku, cangkangnya juga dapat dimanfaatkan atau
dijual.
Cangkang bia garu oleh masyarakat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kapur
yang digunakan untuk makan pinang. Sementara, Pinctado maxima atau kerang penghasil
mutiara, banyak dieksploitasi untuk diambil mutiaranya dan juga dimakan dagingnya.
.2. Sumberdaya Terumbu Karang dan Ikan Karang

Ekosistem terumbu karang di Kepulauan Raja Ampat terbentang di paparan dangkal


di hampir semua pulau-pulau. Namun, ekosistem terumbu karang yang terbesar terdapat
di Distrik Waigeo Barat, Waigeo Selatan, Ayau, Samate, dan Misool Timur Selatan.
.Pada beberapa bagian terdapat gosong (sand backs) yang juga memiliki terumbu karang
di sekelilingnya. Tipe terumbu yang terdapat di Kepulauan Raja Ampat umumnya berupa
karang tepi (fringing reef), dengan kemiringan yang cukup curam. Selain itu terdapat juga
tipe terumbu cincin (atol) dan terumbu penghalang (barrier reef).
Atol di Raja Ampat terdapat di Kepulauan Ayau dan Kepulauan Asia.
Kepulauan Raja Ampat memiliki terumbu karang yang indah dan sangat kaya akan
berbagai jenis ikan dan moluska. Berdasarkan hasil penelitian tercatat 537 jenis karang
keras (Cl, TNC-WWF), 9 diantaranya adalah jenis baru dan 13 jenis endemik. Jumlah ini
merupakan 75% dari jumlah karang di dunia. Tercatat juga 828 (Cl) dan 899 (TNC-
WWF) jenis ikan karang sehingga Raja Ampat diketahui mempunyai 1.104 jenis ikan
yang terdiri dari 91 famili.
Diperkirakan jenis ikan karang tersebut dapat mencapai 1.346 jenis, berdasarkan
kesinambungan genetik di wilayah Kepala Burung, sehingga menjadikan kawasan ini
menjadi kawasan dengan kekayaan jenis ikan karang tertinggi di dunia.
Berdasarkan Indeks Kondisi Karang, 60% terumbu karang dalam kondisi baik dan
sangat baik. Walaupun demikian, disebagian wilayah telah terjadi pengrusakan terumbu
karang yang disebabkan oleh penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak dan
potasium.
Di kawasan Raja Ampat juga ditemukan 699 jenis hewan lunak (jenis moluska) yang
terdiri atas 530 jenis siput-siputan (Gastropoda), 159 jenis kekerangan (bivalva), 2 jenis
Scaphopoda, 5 jenis cumi-cumian (Cephalopoda), dan 3 jenis Chiton.

3. Sumberdaya Padang Lamun

Padang lamun hampir tersebar di seluruh Kepulauan Raja Ampat. Padang lamun tersebar
di sekitar Waigeo, Kofiau, Batanta, Ayau, dan Gam. Padang lamun yang terdapat di
Kabupaten Raja Ampat umumnya homogen dan berdasarkan ciri-ciri umum lokasi,
tutupan, dan tipe substrat, dapat digolongkan sebagai padang lamun yang berasosiasi
dengan terumbu karang. Tipe ini umumnya ditemukan di lokasi-lokasi di daerah pasang
surut dan rataan terumbu karang yang dangkal.
Secara umum vegetasi dari padang lamun yang terdapat di Raja Ampat merupakan tipe
campuran dengan kombinasi dari beberapa jenis lamun yang tumbuh di daerah pasang
surut mulai dari pinggir pantai sampai ke tubir. Jenis lamun yang tumbuh antara lain jenis
Enholus acoroides, Thoiossio hemprichii, Holophilo ovolis, Cymodoceo rotundoto, dan
Syringodium isoetifoiium.
Pada rataan terumbu pulau-pulau Raja Ampat khususnya di tepi terumbu tidak ditemukan
lamun, kecuali di Pulau Meosarar ditemukan Enholus acoroides dengan prosentase
penutupan rata-rata 2%. Kecenderungan ketidakadaan lamun adalah pada kedalaman 4 - 7
meter, dimana substrat dasar pada kedalaman tersebut didominasi oleh terumbu karang.
Pada umumnya lamun ditemukan pada daerah reef top kedalaman 1 - 3 meter.
Kepadatan lamun relatif tinggi di Pulau Waigeo khususnya sekitar Pulau Boni dengan
tutupan rata-rata 65%. Jenis-jenis lamun yang ditemukan di Distrik Waigeo Barat dan
Selatan adalah Enholus ocoroides, Holodule pinifolio, Holophiio ovolis, Thoiossio
hemprichii dan Cymodoceo rotundoto. Secara umum kondisi ekosistem padang lamun di
Distrik Waigeo Barat dan Selatan prosentase penutupannya tergolong baik (50 - 75% ) dan
sangat baik (lebih dari 75%).
Potensi sumberdaya lamun cukup tinggi, khususnya dari segi perikanan dan sumbangan
nutrisi pada ekosistem terumbu karang di sekitarnya. Kondisi padang lamun yang masih
baik akan sangat mendukung bagi kehidupan berbagai biota dengan membentuk rantai
makanan yang kompleks.
Sejumlah biota yang dijumpai pada ekosistem ini antara lain adalah invertebrata: moluska
(kerang kampak - Pinna bicolor, siput labalaba - Lombis lombis, Cone - Conus sp., siput
zaitun - Olive sp,, miteer - Vexillum sp., Polute - Cymbiolo sp., kerang mutiara - Pinctodo
sp., kewuk - Cypreo sp. dan Conch - Strombus sp.), Echinodermata (Teripang -
Holothurio, Bulu babi - Diodemo sp.) dan bintang laut (Achontoster ploncii, Linckio sp.)
serta Crustacea (udang dan kepiting). Bahkan beberapa jenis penyu sering kali mencari
makanan pada ekosistem padang lamun.

4.Sumberdaya Mangrove

Luas hutan mangrove di Kepulauan Raja Ampat diperkirakan sebesar 27.180 hektar
(Mambrisaw, et al, 2006).
Hutan mangrove di Kabupaten Raja Ampat yang cukup luas terdapat di wilayah pantai
Waigeo Barat, Waigeo Selatan, Teluk Mayalibit, pantai Batanta, pantai timur Pulau
Salawati, dan pantai utara serta pantai timur Pulau Misool.
Hutan mangrove ini didominasi oleh famili Rhizophoraceae dan famili Sonneratiaceae.
Pulau Misool merupakan pulau yang memiliki sebaran mangrove terbesar, kemudian
diikuti oleh Pulau Waigeo, Salawati dan Batanta. Pulau Kofiau merupakan kawasan yang
memiliki sebaran mangrove yang lebih sedikit dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya.
Hutan mangrove di Raja Ampat umumnya dijumpai di dataran rendah dengan muara dan
sungai-sungai pasang surut yang menyediakan habitat yang cocok bagi asosiasi-asosiasi
Bruguiera-Rhizophora. Contoh komunitas yang terbaik terdapat di Pulau Misool, sepanjang
P. Gam dan Sungai Kasim.
Selain itu komunitas mangrove terdapat juga pada bagian hulu misalnya jenis Rhizophoro
mucronoto, Ceriops togol, Bruguiem gymnorrhizo, Nypo fruticons, dan juga terdapat pada
akhir aliran air tawar misalnya jenis Xylopcorpus gronotum, Dolichondrone spothoceo, dan
Heritiero littorolis. Kondisi ekosistem mangrove di Kabupaten Raja Ampat masih baik
dengan ditemukannya 25 jenis mangrove dan 27 jenis tumbuhan asosiasi mangrove.
Kerapatan pohon mangrove di Raja Ampat dapat mencapai 2.350 batang/hektar. Kerapatan
pohon mangrove di daerah ini masih lebih besar dibandingkan dengan kerapatan mangrove
di daerah Bintuni dan Muara Digul.
Pada ekosistem mangrove di Raja Ampat juga ditemukan beberapa jenis biota yang
dikelompokkan kedalam krustacea dan moluska yang memiliki nilai ekonomis penting, di
antaranya udang (Panaeid), kepiting bakau (Scylla serota), dan rajungan (Portunidae). Biota
yang umum ditemukan diekosistem ini adalah ikan blodok (Perioptholmus sp.), belanak
(Mugil dusumieri), bandeng (Chonos chonos), kepiting bakau (Scyllo serata), dan kerang.

C. Potensi Sumberhayati Laut di Raja Ampat


1). Sumberdaya Ikan

Kabupaten Raja Ampat memiliki potensi sumberdaya ikan yang melimpah. Pada sektor
perikanan tangkap, Kabupaten Raja Ampat memiliki komoditi perikanan tangkap seperti
ikan, udang, cumi-cumi, kerang/siput dan teripang yang cukup potensial.
Secara umum, jenis ikan hasil tangkapan nelayan di Kabupaten Raja Ampat dapat
dikelompokkan sebagai ikan pelagis besar, ikan pelagis kecil, ikan demersal, dan ikan air
payau. Jenis-jenis ikan yang dominan ditangkap oleh nelayan lokal adalah ikan kembung
(Rastrelliger sp), tenggiri (Scomberomorus spp.), cakalang (Katsuwonus pelamis), tuna
(Thunus sp.), kerapu, napoleon dan teri.
Ikan kembung banyak tertangkap di Distrik Teluk Mayalibit. Ikan tenggiri, cakalang dan
tuna banyak ditangkap di daerah Waigeo Selatan, Waigeo Barat, Samate, Misool, dan
Misool Timur Selatan. Sementara, ikan kerapu dan napoleon banyak dihasilkan dari
Distrik Waigeo Barat, Ayau, Kofiau dan Misool Timur Selatan.
Kemudian, untuk ikan teri (Stolephorus sp.), biasa disebut juga ikan puri, banyak
tertangkap di daerah Waigeo Selatan, Misool, Misool Timur Selatan dan dijumpai juga di
Teluk Mayalibit. Selain ikan, hasil tangkapan lainnya adalah udang, cumi-cumi, cacing
laut, kerang serta siput. Udang yang umumnya tertangkap adalah jenis lobster (Panulirus
sp) yang banyak terdapat di daerah Waigeo Barat, Kofiau, Misool, dan Misool Timur
Selatan; dan udang halus (Ebi) yang banyak ditangkap di daerah Teluk Mayalibit sekitar
Kampung Beo dan Araway. Sementara, untuk cumi-cumi banyakterdapat di daerah
Waigeo Selatan dan Misool.

Ada 2 jenis cumi-cumi yang telah dimanfaatkan nelayan setempat, yakni cumi-cumi
ukuran kecil atau disebut cumi jarum (Sepiotheuthis sp.) dan cumi-cumi yang berukuran
besar (Loligo sp.).

Untuk Jenis kerang dan siput yang dimanfaatkan oleh nelayan lokal selain kerang
mutiara adalah bia garu, pia-pia, batu laga, kepala kambing dan mata tujuh. Kerang dan
siput merupakan komoditi perikanan yang memiliki nilai ekonomis penting. Lola, batu
laga, bia garu, mata tujuh dan lain-lain selain dagingnya yang dapat dimanfaatkan dalam
bentuk segar atau beku, cangkangnya juga dapat dimanfaatkan atau dijual. Cangkang bia
garu oleh masyarakat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kapur yang
digunakan untuk makan pinang. Sementara, Pinctado maxima atau kerang penghasil
mutiara, banyak dieksploitasi untuk diambil mutiaranya dan juga dimakan dagingnya.

2. . Sumberdaya Terumbu Karang dan Ikan Karang

Ekosistem terumbu karang di Kepulauan Raja Ampat terbentang di paparan dangkal di


hampir semua pulau-pulau. Namun, ekosistem terumbu karang yang terbesar terdapat di
Distrik Waigeo Barat, Waigeo Selatan, Ayau, Samate, dan Misool Timur Selatan.
.Pada beberapa bagian terdapat gosong (sand backs) yang juga memiliki terumbu karang
di sekelilingnya.
Tipe terumbu yang terdapat di Kepulauan Raja Ampat umumnya berupa karang tepi
(fringing reef),
dengan kemiringan yang cukup curam. Selain itu terdapat juga tipe terumbu cincin (atol)
dan terumbu penghalang (barrier reef). Atol di Raja Ampat terdapat di Kepulauan Ayau
dan Kepulauan Asia.
Kepulauan Raja Ampat memiliki terumbu karang yang indah dan sangat kaya akan
berbagai jenis ikan dan moluska.
Berdasarkan hasil penelitian tercatat 537 jenis karang keras (Cl, TNC-WWF), 9
diantaranya adalah jenis baru dan 13 jenis endemik. Jumlah ini merupakan 75% dari
jumlah karang di dunia. Tercatat juga 828 (Cl) dan 899 (TNC-WWF) jenis ikan karang
sehingga Raja Ampat diketahui mempunyai 1.104 jenis ikan yang terdiri dari 91 famili.
Diperkirakan jenis ikan karang tersebut dapat mencapai 1.346 jenis, berdasarkan
kesinambungan genetik di wilayah Kepala Burung, sehingga menjadikan kawasan ini
menjadi kawasan dengan kekayaan jenis ikan karang tertinggi di dunia.
Berdasarkan Indeks Kondisi Karang, 60% terumbu karang dalam kondisi baik dan sangat
baik.
Walaupun demikian, disebagian wilayah telah terjadi pengrusakan terumbu karang yang
disebabkan oleh penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak dan potasium.
Di kawasan Raja Ampat juga ditemukan 699 jenis hewan lunak (jenis moluska) yang
terdiri atas 530 jenis siput-siputan (Gastropoda), 159 jenis kekerangan (bivalva), 2 jenis
Scaphopoda, 5 jenis cumi-cumian (Cephalopoda), dan 3 jenis Chiton.

3). Sumberdaya Padang Lamun

Padang lamun hampir tersebar di seluruh Kepulauan Raja Ampat. Padang lamun tersebar
di sekitar Waigeo, Kofiau, Batanta, Ayau, dan Gam. Padang lamun yang terdapat di
Kabupaten Raja Ampat umumnya homogen dan berdasarkan ciri-ciri umum lokasi,
tutupan, dan tipe substrat, dapat digolongkan sebagai padang lamun yang berasosiasi
dengan terumbu karang. Tipe ini umumnya ditemukan di lokasi-lokasi di daerah pasang
surut dan rataan terumbu karang yang dangkal.
Secara umum vegetasi dari padang lamun yang terdapat di Raja Ampat merupakan tipe
campuran dengan kombinasi dari beberapa jenis lamun yang tumbuh di daerah pasang
surut mulai dari pinggir pantai sampai ke tubir.
Jenis lamun yang tumbuh antara lain jenis Enholus acoroides, Thoiossio hemprichii,
Holophilo ovolis, Cymodoceo rotundoto, dan Syringodium isoetifoiium.
Pada rataan terumbu pulau-pulau Raja Ampat khususnya di tepi terumbu tidak
ditemukan lamun, kecuali di Pulau Meosarar ditemukan Enholus acoroides dengan
prosentase penutupan rata-rata 2%. Kecenderungan ketidakadaan lamun adalah pada
kedalaman 4 - 7 meter, dimana substrat dasar pada kedalaman tersebut didominasi oleh
terumbu karang.
Pada umumnya lamun ditemukan pada daerah reef top kedalaman 1 - 3 meter.
Kepadatan lamun relatif tinggi di Pulau Waigeo khususnya sekitar Pulau Boni dengan
tutupan rata-rata 65%. Jenis-jenis lamun yang ditemukan di Distrik Waigeo Barat dan
Selatan adalah Enholus ocoroides, Holodule pinifolio, Holophiio ovolis, Thoiossio
hemprichii dan Cymodoceo rotundoto.
Secara umum kondisi ekosistem padang lamun di Distrik Waigeo Barat dan Selatan
prosentase penutupannya tergolong baik (50 - 75% ) dan sangat baik (lebih dari 75%).
Potensi sumberdaya lamun cukup tinggi, khususnya dari segi perikanan dan sumbangan
nutrisi pada ekosistem terumbu karang di sekitarnya.
Kondisi padang lamun yang masih baik akan sangat mendukung bagi kehidupan
berbagai biota dengan membentuk rantai makanan yang kompleks.
Sejumlah biota yang dijumpai pada ekosistem ini antara lain adalah invertebrata:
moluska (kerang kampak - Pinna bicolor, siput labalaba - Lombis lombis, Cone - Conus
sp., siput zaitun - Olive sp,, miteer - Vexillum sp., Polute - Cymbiolo sp., kerang mutiara
- Pinctodo sp., kewuk - Cypreo sp. dan Conch - Strombus sp.), Echinodermata (Teripang
- Holothurio, Bulu babi - Diodemo sp.) dan bintang laut (Achontoster ploncii, Linckio
sp.) serta Crustacea (udang dan kepiting).
Bahkan beberapa jenis penyu sering kali mencari makanan pada ekosistem padang
lamun.
4). Sumberdaya Mangrove

Luas hutan mangrove di Kepulauan Raja Ampat diperkirakan sebesar 27.180 hektar
(Mambrisaw, et al, 2006). Hutan mangrove di Kabupaten Raja Ampat yang cukup luas
terdapat di wilayah pantai Waigeo Barat, Waigeo Selatan, Teluk Mayalibit, pantai
Batanta, pantai timur Pulau Salawati, dan pantai utara serta pantai timur Pulau Misool.
Hutan mangrove ini didominasi oleh famili Rhizophoraceae dan famili Sonneratiaceae.
Pulau Misool merupakan pulau yang memiliki sebaran mangrove terbesar, kemudian
diikuti oleh Pulau Waigeo, Salawati dan Batanta. Pulau Kofiau merupakan kawasan yang
memiliki sebaran mangrove yang lebih sedikit dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya.
Hutan mangrove di Raja Ampat umumnya dijumpai di dataran rendah dengan muara dan
sungai-sungai pasang surut yang menyediakan habitat yang cocok bagi asosiasi-asosiasi
Bruguiera-Rhizophora. Contoh komunitas yang terbaik terdapat di Pulau Misool,
sepanjang P. Gam dan Sungai Kasim. Selain itu komunitas mangrove terdapat juga pada
bagian hulu misalnya jenis Rhizophoro mucronoto, Ceriops togol, Bruguiem
gymnorrhizo, Nypo fruticons, dan juga terdapat pada akhir aliran air tawar misalnya
jenis Xylopcorpus gronotum, Dolichondrone spothoceo, dan Heritiero littorolis.
Kondisi ekosistem mangrove di Kabupaten Raja Ampat masih baik dengan
ditemukannya 25 jenis mangrove dan 27 jenis tumbuhan asosiasi mangrove. Kerapatan
pohon mangrove di Raja Ampat dapat mencapai 2.350 batang/hektar. Kerapatan pohon
mangrove di daerah ini masih lebih besar dibandingkan dengan kerapatan mangrove di
daerah Bintuni dan Muara Digul.
Pada ekosistem mangrove di Raja Ampat juga ditemukan beberapa jenis biota yang
dikelompokkan kedalam krustacea dan moluska yang memiliki nilai ekonomis penting, di
antaranya udang (Panaeid), kepiting bakau (Scylla serota), dan rajungan (Portunidae).
Biota yang umum ditemukan diekosistem ini adalah ikan blodok (Perioptholmus sp.),
belanak (Mugil dusumieri), bandeng (Chonos chonos), kepiting bakau (Scyllo serata),
dan kerang.
D. . Potensi Sumberdaya Lingkungan Laut

Salah satu sumberdaya lingkungan laut di Kabupaten Raja Ampat yang potensial sudah
berkembang adalah sumberdaya wisata laut.
Sumberdaya ini telah dimanfaatkan dan dikelola dibeberapa wilayah, yakni di Waigeo
Selatan, Waigeo Barat, Batanta, Kofiau dan Misool. Lokasi obyek wisata laut di Waigeo
Selatan terletak di daerah Arborek dan Sawandrek. Di Arborek, obyek wisata lautnya
adalah penyelaman (diving) dan wisata pantai, sedangkan di Sawandrek obyeknya adalah
berenang/snorkeling dan menyelam untuk menikmati keindahan karang.
Untuk lokasi obyek wisata laut di Waigeo Barat terletak di daerah Selpele dan Wayag.
Obyek wisata lautnya adalah aktivitas penyelaman. Lokasi ini sangat berpotensi, karena
selalu menjadi salah satu tempat utama dari para wisatawan liveaboard. Selain itu, pulau-
pulau karst yang terdapat di Wayag juga merupakan sebuah panorama alam yang sangat
menarik untuk dinikmati. Kemudian, lokasi wisata Pulau Wai dan Selat Dampier sangat
menantang dan mempunyai daya tarik tersendiri. Di Pulau Wai wisatawan umumnya
melakukan penyelaman untuk menikmati lokasi bangkai pesawat thunderbolt, peninggalan
PD II.
Selain itu, di lokasi ini juga terkenal dengan keberadaan manta atau ikan pari yang
berukuran sangat besar dan melimpah.
Kofiau selalu didatangi oleh para liveaboard dan wisatawan untuk menikmati keindahan
bawah laut dengan menyelam atau snorkeling. Selain keindahan di bawah laut, Kofiau
juga kaya akan keindahan panorama wilayah daratannya. keunikan pemandangan goa,
pulau-pulau karst, dan melakukan aktivitas penyelaman atau snorkeling. Di beberapa goa
yang tersebar di Tomolol terdapat lukisan telapak tangan manusia berukuran besar dan
hewan-hewan yang diduga dilukis oleh manusia goa.
Disamping beberapa obyek wisata yang sudah berkembang seperti tersebut diatas, Raja
Ampat juga kaya akan beberapa obyek wisata lainnya yang sangat berpotensi untuk
dikembangkan.
Beberapa potensi wisata yang dapat dikembangkan ini tersebar di beberapa kawasan,
diantaranya:
1). Kepulauan Ayau
Kepulauan ini terdiri dari gugusan pulau-pulau kecil yang berada di atas kawasan atol
yang sangat luas. Pantai-pantai di kepulauan ini berpasir putih dengan areal dasar laut
yang luas yang menghubungkan satu pulau dengan pulau lain.
Di kepulauan ini terdapat pulau-pulau pasir yang unik, masyarakat setempat
menyebutnya zondploot, dan di atasnya tidak terdapat tumbuhan/vegetasi.
Jenis wisata yang dapat dikembangkan di Kepulauan Ayau adalah keunikan
kehidupan suku dan budaya yang berupa penangkapan cacing laut (insonem) yang
dilakukan secara bersama-sama oleh ibu-ibu dan anak-anak, mengunjungi tempat
peneluran penyu hijau, dan wisata dayung tradisional dengan perahu karures.

2). Waigeo Utara

Di Waigeo Utara terdapat beberapa tempat yang dapat dijadikan lokasi wisata yaitu
goa-goa peninggalan perang dunia II dan keindahan bawah laut.
3). Waigeo Timur
Di sini, khususnya di depan Kampung Urbinasopen dan Yesner terdapat atraksi
fenomena alam yang sangat menarik dan unik yang hanya bisa disaksikan setiap
akhir tahun, yaitu cahaya yang keluar dari laut dan berputar-putar di permukaan
sekitar 10-18 menit, setelah itu hilang dan bisa disaksikan lagi saat pergantian tahun
berikutnya.
Masyarakat di kedua kampung ini menamakan fenomena ini sebagai "Hantu Laut".
4). Teluk Mayalibit
Lokasi wisata Teluk Mayalibit cukup unik, karena merupakan sebuah teluk yang
cukup besar dan hampir membagi Pulau Waigeo menjadi dua bagian. Banyak atraksi
yang bisa dilihat disini, seperti cara penangkapan ikan tradisional dan bangkai
kerangka pesawat yang bisa dijadikan sebagai tempat penyelama
5). Salawati
Di Salawati para wisatawan dapat menyaksikan bunker-bunker peninggalan Perang
Dunia II buatan Belanda dan Jepang (Jeffman) dan juga merupakan tempat yang
menarik untuk snorkeling dan diving.

E. Masyarakat Raja Ampat

Masyarakat Kepulauan Raja Ampat umumnya nelayan tradisional yang berdiam di


kampung-kampung kecil yang letaknya berjauhan dan berbeda pulau. Mereka adalah
masyarakat yang ramah menerima tamu dari luar, apalagi kalau kita membawa oleh-oleh
buat mereka berupa pinang ataupunpermen.
Barang ini menjadi semacam 'pipa perdamaian indian' di Raja Ampat. Acara mengobrol
dengan makan pinang disebut juga "Para-para Pinang" seringkali bergiliran satu sama
lain saling melempar mob, istilah setempat untuk cerita-cerita lucu.
Mereka adalah pemeluk Islam dan Kristen dan seringkali di dalam satu keluarga atau
marga terdapat anggota yang memeluk salah satu dari dua agama tersebut.
Hal ini menjadikan masyarakat Raja Ampat tetap rukun walaupun berbeda keyakinan.
Penduduk asli kabupaten Raja Ampat adalah terdiri dari lebih dari 10 suku adat. Suku
adat ini ada yang telah mendiami wilayah kepulauan Raja Ampat maupun yang
berimirgrasi dari wilayah kepulauan lain di sekitar Raja Ampat.
Dalam buku Profil Ragam Wisata Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, sebuah buku
yang dipublikasikan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kabupaten Raja Ampat,
disampaikan bahwa ada paling tidak ada 12 suku adat yang saat ini mendiami gugusan
kepulauan Raja Ampat, yaitu:
1. Suku Wawiyai (Wauyai)
2. Suku Kawe
3. Suku Laganyan
4. Suku Ambel (-Waren)
5. Suku Batanta
6. Suku Tepin
7. Suku Fiat, Domu, Waili dan Butlih
8. Suku Moi (Moi-Maya)
9. Suku Matbat
10. Suku Misool
11. Suku Biga
12.Suku Biak

Seperti lirik sebuah lagu karangan Frankie Sahilatua (alm) berjudul "Aku Papua" yang
seringkali dinyanyikan oleh artis asal Papua Edo Kondologit, ciri khas penduduk asli
kepulauan Raja Ampat adalah layaknya saudara kita yang berasal dari tanah Papua yaitu
berkulit hitam dan berambut keriting.
Sebagai penduduk yang mendiami wilayah kepulauan yang sebagian besar wilayahnya
adalah perairan laut, maka sumber mata pencaharian utama mayoritas masyarakat Raja
Ampat adalah dengan mengolah berbagai sumber daya alam yang berasal dari laut
seperti nelayan, pembuat ikan asin, pencari rumput laut, atau sebagai penyedia jasa
transportasi laut antar pulau dll.
Masyarakat suku adat kabupaten Raja Ampat memiliki rasa kekerabatan yang kuat
antara satu sama lain. Banyak suku dan kelompok adat yang masih merasa dirinya
berasal dari satu garis keturunan. Ciri-ciri kehidupan masyarakat ada kabupaten Raja
Ampat adalah:
Hidup berkelompok dalam sebuah suku dan tiap-tiap suku berpencar satu sama lain.
Hidupnya bergantung kepada hasil alam dan sering berpindah (kecuali yang sudah
mengenal budaya modern), Tali persaudaraan anta suku yang kuat, menganut gari
keturunan ayah dan ibu, memiliki kepercayaan magis dan tata cara adat.
Jumlah penduduk Kabupaten Raja Ampat pada tahun 2008 tercatat 41.170 jiwa
(Proyeksi 2008).
Sekitar 52.75% dari total penduduk adalah laki-laki, sisanya 47.25 % perempuan. Dilihat
dari struktur umurnya, komposisi penduduk Kabupaten Raja Ampat tergolong penduduk
muda. Persentase penduduk pada kelompok umur muda lebih besar daripada kelompok
umur tua. Pada kelompok umur 0 – 4 tahun tercatat 12,5 persen penduduk sedangkan
pada kelompok umur 75 tahun atau lebih tercatat 0,31 persen. (Sumber: Kabupaten Raja
Ampat dalam Angka).
Raja Ampat sebagai bagian dari provinsi papua barat di pulau Papua, kaya akan ragam
seni budaya musik, tari-tarian dan kerajinan tangan khas papua yang sangat eksotis.
Setiap suku yang tersebar di berbagai kepulauan Raja Ampat umumnya memiliki seni tari
dan tata cara adat sendiri.
Ciri umum dari seni tari dan musik dari Raja Ampat adalah gerakan tarian yang
umumnya ditampilkan dengan bersemangat serta diiringi oleh alat musik perkusi khas
papua yang bernama Tifa, gong (mambokon) dan tambur (bakulu). Selain alat musik
perkusi, alat musik bersenar seperti gitar dan alat musik tiup seperti seruling dan alat
musik tiup dari kerang laut juga sering digunakan untuk mengiringi tarian.
Beberapa contoh tarian yang sering ditampilkan dalam berbagai upacara adat maupun
penyambutan adalah Tarian Wor, Main Moun, Tarian Batpo, Tarian Yako dan kesenian
Suling Tambur.

Kostum penari wanita yang digunakan dalam berbagai tarian khas Raja Ampat biasanya
menggunakan perpaduan dari warna-warna terang dengan kontras tinggi seperti merah,
kuning tua, hijau terang dan biru terang. Sedangkan untuk kostum penari pria umumnya
adalah bertelanjang dada di bagian atas dan untuk menutupi bagian pinggang ke bawah
biasanya menggunakan kostum khas Papua yg mediami pesisisr pantai yaitu pakaian dari
bahan Sabut (ijuk), anyaman daun kelapa atau bulu dan kulit binatang tergantung dari
jenis tarian yang dibawakan. Ada pula kaum pria yang tampil menggunakan penutup
aurat khas papua yaitu koteka.Baik penari pria dan wanita akan tampil lengkap dengan
aksesoris dan rias wajah yang khas dan eksotis yang hanya bisa kita jumpai dalam seni
tradisional khas pulau papua.
Lagu-lagu khas Raja Ampat dan papua umumnya berirama riang tetapi seperti memiliki
semacam daya pikat yang menghanyutkan ketika kita menikmatinya.
Umumnya lagu-lagu Papua dinyanyikan dengan perpaduan suara vokal lebih dari satu
orang. Sangat indah untuk menikmati nyanyi-nyayian khas papua ini di tepi pantai sambil
bersantai atau untuk menemani perjalanan wisata anda di Raja Ampat.

F. Satwa Langka di Raja Ampat

Kekayaan alam kepulauan Raja Ampat bukan hanya ada di perairan tetapi juga di atas
daratan.
Karakter daratan di mana tidak ada gunung atau pegunungan yang melampaui ketinggian
1000 meter, menjadikan hutan di daratan Raja Ampat tergolong sebagai hutan dataran
rendah. Keanekaragaman satwa liar yang hidup di hutan-hutan di kaya sekali jenisnya.
Kelestarian ragam habitat kehidupan satwa liar ini dilindungi dalam wilayah cagar alam.
Terdapat 4 buah cagar alam yang ada di Kabupaten Raja Ampat yaitu:
1. Cagar Alam Pulau Waigeo Barat
2. Cagar Alam Pulau Batanta Barat
3. Cagar Alam Pulau Salawati Utara
4. Cagar Alam Pulau Misool Selatan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di kawasan Cagar Alam Waigeo Barat, tercatat
lebih dari 171 jenis burung dan 27 jenis mamalia diantaranya bandikut (Echymipera kalubu),
kus-kus bertotol (Phalanger maculatus), oposum bergaris (Dactylopsila trivirgata), kalelawar,
dan tikus pohon.ditemukan. Sedangkan survey di wilayah cagar Alam Misool Selatan mencatat
kehidupan 159 jenis burung diantaranya 4 jenis burung cendrawasih dan 5 jenis kelelawar.
Spesies yang unik yang bisa dijumpai pada saat menyelam adalah beberapa jenis kuda laut katai,
wobbegong, dan ikan pari Manta. Juga ada ikan endemik raja ampat, yaitu Eviota raja, yaitu
sejenis ikan gobbie.
Di Manta point yg terletak di Arborek selat Dampier, Anda bisa menyelam dengan ditemani
beberapa ekor Pari Manta yang jinak seperti ketika Anda menyelam di Kepulauan Derawan,
Kalimantan Timur. Jika menyelam di Cape Kri atau Chicken Reef, Anda bisa dikelilingi oleh
ribuan ikan. Kadang kumpulan ikan tuna, giant trevallies dan snappers. Tapi yang menegangkan
jika kita dikelilingi oleh kumpulan ikan barakuda, walaupun sebenarnya itu relatif tidak
berbahaya (yang berbahaya jika kita ketemu barakuda soliter atau sendirian).
Hiu karang juga sering terlihat, dan kalau beruntung Anda juga bisa melihat penyu sedang diam
memakan sponge atau berenang di sekitar anda.
Di beberapa tempat seperti di Salawati, Batanta dan Waigeo juga terlihat Dugong atau ikan
duyung.
Karena daerahnya yang banyak pulau dan selat sempit, maka sebagian besar tempat penyelaman
pada waktu tertentu memiliki arus yang kencang.
Hal ini memungkinkan juga untuk melakukan drift dive, menyelam sambil mengikuti arus yang
kencang dengan air yang sangat jernih sambil menerobos kumpulan ikan.
Selain itu, hutan-hutan di Raja Ampat juga merupakan surga untuk banyak sekali jenis burung
langka yang dilindungi kelestariannya. Di antaranya adalah burung kakatua putih jambul kuning
(Cacatua galerita), raja udang hutan (Halcyon macleayii), julang irian (Aceros plicatus), kakatua
raja (Probosciger aterrimus), bayan (Eclectus roratus), nuri merah kepala hitam (Lorius lory),
mambruk viktoria (Goura victoria), kasuari, cendrawasih (Paradisaea sp.), dan maleo
(Magrocephalus maleo). (Sumber: Pesona Ragam Wisata Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat,
2009).
Dari berbagai lokasi tersebut di atas lokasi Yenwaupnor, Sawinggrai, Yenbeser, dan Pulau Gam
adalah lokasi yang tergolong mudah dijangkau untuk menyaksikan kehidupan satwa liar
khususnya habitat satwa burung. Bila anda beruntung, anda akan dapat melihat sendiri keindahan
satwa burung yang sedang bermain-main di tepi pantai berpasir putih atau terbang dan berkicau
di pepohonan di sekitar anda.
Kekayaan aneka ragam hayati yang menakjubkan baik di bawah laut maupun di atas daratan ini
menjadikan Kepulauan Raja Ampat sebagai Surga untuk kegiatan ekowisata, baik kegiatan
wisata bawah laut maupun kegiatan wisata di atas daratan. Raja Ampat memiliki semua
keindahannya.

F. Wisata Kapal di Raja Ampat

Bila anda ingin mendapatkan pengalaman berwisata layaknya Kapten Jack Sparrow dalam
film Pirates of The Carribean yang mengarungi perairan kepulauan tropis sambil menyelam
di lokasi-lokasi terindah, di Raja Ampat pun anda bisa mendapatkannya. Berdasarkan data
yang dicatat oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Raja Ampat sampai dengan tahun 2011,
ada 38 kapal wisata yang aktif beroperasi di perairan Raja Ampat yang menawarkan jasa
wisata seperti ini. Menjelajahi kepulauan Raja Ampat dengan kapal wisata ini akan
memberikan pengalaman yang luar biasa karena anda akan di beri kesempatan untuk
menikmati hidup di dalam kapal layar selama perjalanan.
Umumnya kapal yang digunakan untuk tujuan kapal wisata adalah kapal layar yang dibuat
dari bahan kayu dan didesain sedemikian rupa agar memberikan pengalaman berlayar
layaknya pelaut di masa lalu. Bayangkan diri anda berada di atas kapal dengan tiang-tiang
layar yang tinggi, layar yang terkembang dan angin yang menghembus wajah anda saat
anda menikmati pemandangan kepulauan tropis. Walaupun di desain dengan bahan utama
akayu namun anda tidak perlu khawatir akan kenyamanan hidup anda selama berada di atas
kapal-kapal wisata ini. Beberapa kapal wisata bahkan memiliki pelayanan dan desain ruang
layaknya di hotel berbintang.
Rute yang ditempuh Kapal wisata ini bervariasi antara satu sama lain. Beberapa dari Kapal
wisata ini memulai perjalanannya dari kota Sorong lalu mengelilingi bagian utara pulau
Waigeo sampai ke kepulauan Wayag kemudian berlayar menuju selatan sampai dengan
Kepulauan Misool dan berakhir kembali di kota Sorong. Selama perjalanan kita akan di
ajak singgah di beberapa lokasi indah di mana kita bisa mampir untuk menikmati
pemandangannya dan tentu saja untuk menikmati pemandangan bawah laut dengan
menyelam. Selain rute ini, banyak pula kapal wisata yang menempuh rute yang
menghubungkan beberapa lokasi selam dan wisata di luar Raja Ampat.

G. Seni Budaya dan Kerajinan di Raja Ampat

Seni budaya Raja Ampat dalam bidang kerajinan tangan sangat beragam jenisnya.
Kita bisa mengenali ciri khas hasil kerajinan tangan asli Raja Ampat dari warna dan
motifnya. Warna yang umum digunakan adalah pepaduan warna dengan kontras tinggi
seperti seperti merah tua, kuning tua, hijau terang dan biru terang. Ornamen-ornamen motif
ukiran yang seringkali digunakan dalam seni patung, ukiran dan batik Raja Ampat adalah
motif khusus khas papua.
Dari berbagai macam jenis kerajinan tangan yang ada di Raja Ampat, terdapat dua jenis
kerajinan yang sangat diminati oleh wisatawan baik asing maupun lokal yaitu:
1. Topi Anyaman khas Arborek

Topi ini dibuat dari bahan anyaman. Topi ini berbentuknya bundar dan seringkali
digunakan wanita untuk melindungi wajah dan badannya dari sengatan matahari saat
berwisata ke pantai. Pembuatan topi ini awalnya dipelopori oleh Ibu Mambrasar dari
pulau Arborek, Raja Ampat dan kini topi khas tersebut telah menjadi kerajinan khas Raja
Ampat yang diproduksi secara berkelompok oleh ibu-ibu dari Pulau Arborek.

2. Batik Papua.
Kerajinan lain yang banyak diminati oleh wisatawan yang datang ke raja ampat adalah
Batik Papua. Berbeda dengan motif dan warna batik dari jawa yang kerap kali
menggunakan warna-warna natural maupun gelap, batik papua sangat diminati karena
menggunakan motif dan warna terang khas pantai. Batik dengan warna-warna terang ini
sangat direkomendasikan untuk digunakan saat anda berwisata di tepi pantai karena akan
menambah unsur etnis lokal dalam foto-foto liburan anda.

Selain kedua jenis kerajinan tersebut di atas, Pemerintah Daerah Kabupaten Raja Ampat
kini sedang giat-giatnya mempromosikan hasil kerajinan lain masyarakat kepulauan Raja
Ampat sebagai salah satu daya tarik wisata Raja Ampat. Beberpa jenis kerajinan lain
yang dihasilkan oleh penduduk kabupaten Raja Ampat adalah seni patung dan kerajinan
aksesoris dari bahan batu mulia, akar dan logam.

H. Wisata Kuliner Raja Ampat

Berwisata ke suatu daerah tidaklah lengkap rasanya tanpa mencicipi masakan asli daerah
tersebut.
Begitu pula bila kita mengunjungi kepulauan Raja Ampat. Di sini anda bisa mencicipi
berbagai macam ragam masakan khas Raja Ampat yang mengundang selera. Bila anda
ingin leluasa mencicipi masakan khas Raja Ampat, kami menyarankan untuk datang
ketika perayaan HUT Raja Ampat pada tanggal 9 Mei atau ketika Festival Raja Ampat
yang biasa diselenggarakan pada bulan Oktober setiap tahun sedang berlangsung. Di
kedua waktu ini biasanya anda akan punya kesempatan untuk mencoba berbagai masakan
khas Raja Ampat. Hal ini karena berbagai jenis masakan tersebut sengaja disajikan
sebagai salah satu daya tarik wisata yang sengaja ditampilkan untuk memperkenalkan
makanan khas Raja Ampat dan Papua pada umumnya kepada masyarakat luas.
Sebagai lokasi wisata yang sebagian besar wilayahnya adalah perairan, masakan khas
Raja Ampat tentunya banyak menggunakan sumber bahan olahan yang diambildari laut
seperti ikan, rumput laut, cacing laut dan lain sebagainya. Hal ini bukan berarti bahwa
semua jenis masakan khasRaja Ampat adalah berbahan dasar dari laut, ada juga beberapa
jenis masakan yang diolah dari daging ayam, sapi, sagu, ulat sagu dan lain-lain.
Beberapa contoh masakan khas Raja Ampat adalah Cacing Laut goreng yang gurih sekali
rasanya. Makanan ini diolah dari bahan dasar cacing laut yang digoreng sampai kering
menyerupai keripik. Makanan lain yang cukup terkenal di Raja Ampat dan berbahan
dasar dari laut adalah Ikan Sup Kuning. Masakan ini bukan hanya terkenal di wilayah
Raja Ampat saja namun juga hampir disetiap wilayah pesisir Pantai Papua Barat.
Selain itu ada pula jenis makanan bukan darilaut yang cukup terkenal yaitu Sate Ulat
Sagu. Ulat Sagu ini di dapatkan dari tempat hidupnya di batang pohon sagu yang telah
menua. Di masyrakat asli papua yang tlah terbiasa hidup di alam, ulat sagu ini seringkali
dikonsumsi langsung dari pohonnya tanpa diolah terlebih dahulu.
Dalam perkembangan penyajiannya saat ini ulat sagu ini seringkali diolah dengan cara
dibakar menyerupai sate. Rasa gurih dan asin yang keras merupakan ciri dari ulat sagu
ini. Jenis lain makanan khas yang bisa kita temui di Raja Ampat adalah Papeda. Papeda
adalah bubur Sagu yang disajikan hangat dengan kuah ikan serta buah tomat dan lemon
sebagai penambah cita rasanya.

Banyak sekali jenis masakan khas yang bisa kita cicipi saat kita mengunjungi Raja
Ampat. Terlampau banyak untuk dituliskan semua di sini. Seperti pernah kami
sampaikan di atas, bila anda ingin mencoba masakan khas Raja Ampat datanglah ketika
festival wisata Raja Ampat sedang berlangsung. Namun bila anda kebetulan datang di
lain waktu tersebut, cobalah memesannya di restoran-restoran yang menyajikan masakan
khas papua yang anda jumpai selama perjalanan anda.

I. . Peninggalan Prasejarah dan Sejarah di Raja Ampat

Di kawasan gugusan Misool ditemukan peninggalan prasejarah berupa cap tangan yang
diterakan pada dinding batu karang. Uniknya, cap-cap tangan ini berada sangat dekat
dengan permukaan laut dan tidak berada di dalam gua. Menurut perkiraan, usia cap-cap
tangan ini sekitar 50.000 tahun dan menjadi bagian dari rangkaian petunjuk jalur
penyebaran manusia dari kawasan barat Nusantara menuju Papua dan Melanesia.
Sisa pesawat karam peninggalan Perang Dunia II bisa dijumpai di beberapa tempat
penyelaman, seperti di Pulau Wai.

J. . Akses Menuju Raja Ampat

Mengunjungi kepulauan ini tidaklah terlalu sulit walau memang memakan waktu dan
biaya cukup besar.
Kita dapat menggunakan maskapai penerbangan dari Jakarta ke Sorong via Menado
selama 6 jam penerbangan. Dari Sorong –kota yang cukup besar dan fasilitas lumayan
lengkap- untuk menjelajahi Raja Ampat pilihannya ada dua, ikut tur dengan perahu
pinisi atau tinggal di resor Papua Diving. Sekalipun kebanyakan wisatawan yang datang
ke Raja Ampat saat ini adalah para penyelam, sebenarnya lokasi ini menarik juga bagi
turis non penyelam karena juga memiliki pantai-pantai berpasir putih yang sangat indah,
gugusan pulau-pulau karst nan mempesona dan flora-fauna unik endemik seperti
cendrawasih merah, cendrawasih Wilson, maleo waigeo, beraneka burung kakatua dan
nuri, kuskus waigeo, serta beragam jenis anggrek.

K. Pola Pemanfaatan Sumberdaya Laut di Raja Ampat

Pemahaman tentang pola-pola pemanfaatan sumberdaya laut dan peraturan pengelolaan


nya adalah sebuah komponen penting dalam sistem perikanan berkelanjutan dan
pengelolaan sumber mata pencarian di laut.
Sementara perikanan ilegal dan tidak diatur diketahui mengancam sumberdaya laut,
penelitian terbaru memperlihatkan bahkan perikanan artisanal berskala kecil pun dapat
menyebabkan tangkap-lebih jika tidak dikelola dengan baik. Jejaring KKP Raja Ampat
yang luas adalah ideal untuk perlindungan dan pemulihan ekosistem laut dan lokasi
tangkap yang penting, akan tetapi justru keterpencilannya menyebabkan kesulitan
mendeteksi aktivitas illgal yang dilakukan oleh nelayan. CI dan TNC menggunakan
kombinasi survei kapal laut dan udara untuk memantau pemanfaatan sumberdaya laut di
Raja Ampat, dan mendokumentasikan jenis, ukuran, lokasi dan kegiatan kapal-kapal
(termasuk tetapi tidak terbatas pada perahu), dan juga alat tangkap terpasang seperti
sero. Survei dengan kapal laut mempunyai keuntungan dalam mendokumentasikan asal
para nelayan dan memperkirakan jumlah tangkapan, sedangkan survei udara dapat
mencakup wilayah yang lebih luas dalam waktu singkat. Selama survei udara juga
dimungkinkan untuk mengidentifikasi hewan laut berukuran besar, seperti Paus, Lumba-
lumba, Duyung, Pari Manta, Hiu dan Penyu, serta pola-pola pemanfaatan pesisir
lainnya.

L. . Distribusi, Status dan Pengelolaan Lokasi Pemijahan Kerapu di Raja Ampat

Di Raja Ampat, jenis-jenis ikan karang mempunyai nilai budaya, ekologi dan ekonomi
yang penting untuk masyarakat, dan menjadi sumber mata penca-rian utama. Sayangnya
banyak nelayan melakukan kegiatan perikanan yang tidak berkelanjutan yang berdampak
negatif pada populasi ikan karang dan ekosistem laut. Contoh kegiatan perikanan yang
tidak berkelanjutan adalah penangkapan ikan de-ngan cara merusak (bom ikan, sianida)
menangkap anak-anak ikan-ikan atau ikan dewasa yang aktif bereproduksi.
Beberapa jenis ikan karang biasanyan berkumpul pada waktu tertentu di lokasi tertentu
untuk bereproduksi, yang lebih dikenal dengan istilah “Lokasi Agregasi Pemijahan Ikan”
atau singkatnya Lokasi Pemijahan
. Menangkap di lokasi pemijahan berarti mengambil ikan-ikan dewasa dalam jumlah besar
hanya beberapa waktu sebelum mereka berkembang biak, sehingga akan terjadi
penangkapan berlebih, terlebih jika kegiatan perikanan di lokasi pemijahan ini berskala
komersial. Secara global, perikanan agregasi (penangkapan di daerah pemijahan)
menyebabkan hilangnya lokasi pemijahan dan pengurangan kelimpahan stok ikan,
reproduksi, rekruitmen dan ukuran rata-rata ikan. Di Raja Ampat semua lokasi pemijahan
yang dikenal bernilai komersial tinggi sehingga menjadi target penangkapan Ikan Karang
Hidup Konsumsi yang diperdagangkan, untuk memasok ikan dari Indonesia ke pasar dan
rumah makan di kawasan Asia sejak tahun 1980-an. Dengan terus melakukan kegiatan
perikanan di lokasi pemijahan di Raja Ampat yang tidak berkelanjutan, LRFFT (Life Reef
Fish for Trade/ikan karang hidup) untuk diperdagangkan)telah berkontribusi terhadap
adanya penangkapan berlebih, dan pada beberapa kasus, terjadinya kelangkaan stok di
daerah tangkapan yang awalnya sangat produktif. Terlepas dari nilai ekonomi dari jenis
target pada LRFFT, hanya sedikit yang diketahui tentang status populasi, biologi
reproduksi atau kebutuhan pengelolaan dari jenis-jenis komersial utama di Indonesia.
Untuk mendukung keputusan kebijakan perikanan yang di Raja Ampat, dilakukan survei
nelayan, sensus visual bawah air dan penandaan ikan di lokasi-lokasi pemijahan di Ayau
dan Misol Tenggara untuk menentukan lokasi, waktu, komposisi jenis dan kelimpahan dari
ikan yang memijah. Penghitungan Tangkapan per Unit Usaha (CPUE) terhadap nelayan-
nelayan juga dilakukan di Ayau untuk memperkirakan dampak dari perikanan LRFFT lokal
terhadap kelayakan agregasi. Studi-studi tersebut dilakukan oleh para ilmuwan dan anggota
tim pemantau dari Universitas Hawaii-Hilo, TNC dan CI.

memijah. Penghitungan Tangkapan per Unit Usaha (CPUE) terhadap nelayan-nelayan juga
dilakukan di Ayau untuk memperkirakan dampak dari perikanan LRFFT lokal terhadap
kelayakan agregasi. Studi-studi tersebut dilakukan oleh para ilmuwan dan anggota tim
pemantau dari Universitas Hawaii-Hilo, TNC dan CI.
BAB III
STRATEGI PENGELOLAAN

A. Usaha Konservasi di Raja Ampat

Untuk menjaga kelestarian bawah laut Kepulauan Raja Ampat, usaha-usaha konservasi
sangat diperlukan di daerah ini. Ada dua lembaga internasional yang konsen terhadap kelestarian
sumber daya alam Raja Ampat, yaitu CI (Conservation International) dan TNC (The Nature
Conservancy). Pemerintah sendiri telah menetapkan laut sekitar Waigeo Selatan, yang meliputi
pulau-pulau kecil seperti Gam, Mansuar, kelompok Yeben dan kelompok Batang Pele, telah
disahkan sebagai Suaka Margasatwa Laut. Menurut SK Menhut No. 81/KptsII/1993, luas
wilayah ini mencapai 60.000 hektar.
Selain itu, beberapa kawasan laut lainnya telah diusulkan untuk menjadi kawasan konservasi.
Masing-masing adalah Suaka Margasatwa Laut Pulau Misool Selatan, laut Pulau Kofiau, laut
Pulau Asia, laut Pulau Sayang dan laut Pulau Ayau.
Pemerintah Raja Ampat saat ini bersama dengan TNC, CI dan mitra lainnya sedang bekerja
bersama dalam menyusun rencana pengelolaan dan zonasi jejaring KKP Raja Ampat.
Ketergantungan yang tinggi dari masyarakat lokal terhadap sumberdaya perikanan sebagai
sumber pangan dan penghasilan merupakan bahan pertimbangan serius dalam proses ini. Yang
juga penting adalah kebutuhan untuk melindungi habitat-habitat penting dan populasi ikan yang
menggantikan stok perikanan, dan menjaga jasa-jasa ekosistem seperti perlindungan daerah
pesisir. Rencana zonasi akan mengidentifikasi daerah-daerah yang cocok untuk pemanfaatan
yang berbeda; zona larang tangkap dapat mengakomodasi kegiatan-kegiatan konservasi,
penelitian dan pendidikan, sedangkan zona pemanfaatan berkelanjutan dapat digunakan untuk
kegiatan perikanan berkelanjutan lokal, pariwisata dan budidaya.
Tujuan dari kegiatan ini, yang dilakukan oleh TNC dan Universitas Queensland adalah
menyediakan informasi yang akan membantu para pengelola dalam memutuskan zonasi untuk
jejaring KKP Raja Ampat. Ada dua tujuan utama, yaitu: 1) mewakili kebutuhan para nelayan
artisanal yang menggantungkan mata pencarian dari sumberdaya laut, dan juga, 2) memenuhi
kriteria ‘mapan’ untuk keberhasilan konservasi baik ekologi maupun keanekaragaman hayatinya.
Semua informasi tentang karakteristik habitat ekologi, distribusi spesis langka, pola pemanfaatan
sumberdaya dan ancaman-ancaman dikumpulkan dari penelitian-penelitian dan basis data yang
ada, dan melalui latihan pemetaan yang melibatkan masyarakat dan para pemangku kepentingan
(stakeholder).
Sebuah perangkat lunak untuk tata ruang (MARXAN) digunakan untuk mengidentifikasi daerah-
daerah yang penting untuk konservasi dan perikanan, dan menyarankan rencana zonasi potensial
yang mungkin dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang kompleks dan sinergis. Zona larang
tangkap yang diusulkan oleh masyarakat lokal di masing-masing KKP dinilai bersama dengan
tujuannya untuk mewakili dan mereplikasi habitat-habitat kunci dan penting. Proyek ini
mendukung penyatuan je-jaring KKP Raja Ampat dengan memperhitungkan fitur-fitur unik dari
individu KKP dan hubungan dengan jejaring KKP yang lebih luas. Proyek ini juga memasukkan
informasi tentang pemanfaat-an sumberdaya dan pilihan-pilihan masyarakat ke dalam proses
zonasi.

B. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan dan Pembangunan Kepulauan Raja Ampat

Sebagai kabupaten yang baru, pemekaran kabupaten tersebut harus ada prioritas karena 87%
luas wilayahya merupaka lautan dan 13% daratan. Selain itu Kepulauan Raja Ampat sudah
sangat terkenal dengan kekayaan alam dan biota lautnya sehingga pembangunan wilayah yang
dilakukan adalah berbasis bahari.
Kebijakan pengelolaan dan pembangunannya Kepulauan Raja Ampat harus dilakukan
dengan Co-Management melibatkan unsur-unsur pemerintah (goverment based management)
baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah yang bekerja sama dengan masyarakat lokal
(community based management) dan investor (private sector) yang berwawasan lingkungan
(Rudyanto, 2004). Pemanfaatan wilayah pesisir dan laut harus dilakukan secara terpadu dengan
memperhatikan daya dukung lingkungan (carrying capasity) wilayah tersebut. Konsep
pengelolaan kawasan pesisir dan laut disajikan pada Gambar di bawah Berdasarkan pembahasan
di atas, maka beberapa kebijakan dan strategi harus berdasarkan kepada :
(1) pemahaman yang baik tentang proses-proses alamiah (eko-hidrologis)
yang berlangsung di kawasan pesisir yang sedang dikelola,
(2) kondisi ekonomi, sosial, budaya dan politik masyarakat, dan
(3 kebutuhan saat ini dan yang akan datang terhadap barang dan (produk) dan
jasa lingkungan pesisir (Rahmawaty, 2004).
Berikut ini diuraikan upaya pengelolaan pesisir dan laut Kepulauan
Raja Ampat secara terpadu dan berkelanjutan.

1. Pengembangan dan pemanfaatan hasil-hasil kelautan dan perikanan serta ekowisata


Kabupaten Raja Ampat ini dibangun dan didukung oleh potensi sumber daya alam yang
lestari untuk menuju masyarakat yang madani dalam konteks Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Dalam hal ini Bupati Raja Ampat mengusulkan pembangunan kawasan ini
beranjak dari hasil-hasil perikanan dan ekowisata Kawasan ini memilki kekayaan ikan
karang dan keindahan panorama yang hebat. Dalam pemanfaatan hasil laut yang sangat
melimpah program pemanfaatan dberpijak pada pengembangan budidaya perikanan,
pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir dan perlindungan terhadap potensi sumber
daya kelautan. Pembudidayaan akan difokuskan pada pelatihan masyarakat serta
membuat percontohan untuk budidaya rumput laut. Seperti yang kita ketahui bahwa
industry juga membutuhkan bahan mentah untuk kosmetika, obat-obatan dan agar-agar
tentunya meruakan potensi yang menjanjikan.

2. Pembangunan berwawasan lingkungan yang melibatkan masyarakat

Potensi yang ada di wilayah tersebut harus dikelola secara professional, dan secara
terpadu agar terangkat ekonomi daerah dan juga membantu ekonomi negara yang
semuanya bermuara pada pemberdayaan masyarakat atau meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Setelah ditetapkan sebagai kawasan wisata, maka lokasi ini mengundang perhatian
masyarakat sehingga masyarakt tersebut berperan dalam pembangunan dan pendapatan
daerah serta peningkatan ekonomi masyarakat itu sendiri.
Potensi yang sangat besar di darat maupun di laut diupayakan pemanfaatannya
sedemikian rupa dan diarahkan pada pembangunan yang berwawasan lingkungan,
artinya sumber daya alam itu dapat dieksploitasi, tetapi memperhatikan
lingkungan hidup dan pelestarian alamnya.
Eksploitasi mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya, tetapi tidak lupa bahwa tetap
mendukung keseimbangannya dan pelestarian lingkungan.

3. Konservasi Ekosistem Pesisir dan Laut

Kelestarian ekosistem pesisir dan laut sangat penting demi keberlanjutan pengelolaan
sumberdaya. Meskipun secara umum ekosistem hutan dan terumbu karang di kepulauan
Raja Ampat masih baik, namun tetap diperlukan upaya-upaya pengembangan program
konservasi bagi ekosistem tersebut dengan melakukan sosialisasi dan edukasi akan
pentingnya ekosistem tersebut. Beberapa kawasan Kepulauan Raja Ampat telah
ditetapkan sebagai kawasan konservasi darat dengan luas total 489.462 ha. Dua
diantaranya berada di Pulau Waigeo yaitu Cagar Alam Waigeo Barat (153.000 ha
berdasarkan SK Menhut No.395/kpts/Um/1981) dan Cagar Alam Waigeo Timur
(119.500 ha berdasarkan SK Menhut No.251/kpts-II/1992), Cagar Alam Misool (84.000
ha berdasarkan SK Menhut No.716/kpts/Um/1982) Cagar Alam Batanta Barat (10.000 ha
berdasarkan SK Menhut No.912/kpts/Um/1981). Selain itu laut sekitar Waigeo Selatan
meliputi pulau-pulau kecil, seperti Gam, Mansuar, kelompok Yeben dan kelompok
Batang Pele telah ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa Laut (60.000 ha berdasarkan
pada SK Menhut No.81/kpts-II/1993)

4. Peran serta aktif Pemerintah, Stake Holder dan masyarakat


Dalam pembangunan Kepulauan Raja Ampat ini harus adanya keterkaitan dan kerja sama
antar stake holder agar tidak adanya kepentingan yang tumpang tindih dan yang paling
penting setiap stake holder maupun organisasi mempunyai ketertarikan terhadap
lingkungan. Adapun strategi yang dipakai dalam proses pembangunan Raja Ampat ini,
yaitu sains, pengembangan masyarakat, kebijakan dan pengelolaan kolaboratif serta
penyadaran publik. Diharapkan dengan sains masyarakat akan lebih memahami betapa
pentingnya membangun wilayahnya dengan potensi yang ada, di lain pihak masyarakat
juga berkembang tingkat ekonominya karena pemanfaatan potensi tadi. Namun demikian
pemerintah daerah harus tetap mempunyai kebijakan untuk pembatasan manfaat dan
pengelolaan sumber daya alam yang merupakan potensi wilayah tersebut, yang harus
dilakukan dengan cara kerjasama dengan pihak luar yang mempunyai minat membantu
pembangunan Kepulauan Raja Ampat.

5. Pengelolaan Sumber daya alam berbasis masyarakat

Di Kepulauan Raja Ampat ini terdapat pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan
secara tradisional oleh masyarakat seperti penentuan batas wilayah Ulayat, pengakuan
hak-hak (misalnya pembatasan nelayan dari luar untuk desa-desa tertentu seperti di Desa
Arborek dan Fam), pengontrolan ukuran komoditas laut yang bisa ditangkap (pembatasa
ukuran bagi Lobster di Desa Sawinggrai dan lola di Desa Arborek) system momatorium
atau musim buka tutup (sasi gereja) untuk teripang, lobster dan lola adanya jenis-jenis
tabu yang tidak boleh ditangkap di daerah tertentu dan lain-lain. Sistem pengelolaan
tradisional ini dijadikan peluang dalam membangun strategi konservasi berbasis
masyarakat.
6. Sistem Informasi dan Komunikasi yang memadai
Kepulauan Raja Ampat ini memiliki keindahan bawah laut yang sangat menakjubkan
dan panorama yang indah tetapi sayangnya masih banyak wisatawan domestic dan
mancanegara yang belum kenal dengan lokasi ini. Oleh sebab itu pembangunan bahari
juga harus didukung dengan system informasi dan komunikasi yang memadai.
C,.Program Strategis di Raja Ampat

Untuk mencapai visi dan misi maka akan diadakan berbagai kegiatan yang terhimpun dalam
3 program utamanya yaitu :

1. Pembentukan lokasi/kawasan konservasi penyu;


Pulau Piai dan pualau Sayang di Kabupaten Raja Ampat adalah program
percontohan kawasan konservasi habitat peneluran penyu yang telah di lakukan
oleh YPP dan akan terus melakukan pengembangan program ke habitat-habitat
penting lainnya.

2, Melakukan kampanye/penyuluhan, diskusi terfokus dan memberikan


\ informasi tentang cara-cara perlindungan dan pelestarian penyu;
Pembuatan buklet, stiker, sosialisasi undang-undang konservasi penyu kepada
masyarakat dan diskusi-diskusi kelompok kecil adalah media penyadaran
masyarakat yang telah dikembangkan YPP. Kegiatan penyadaran difokuskan
kepada masyarakat/desa pengguna penyu. YPP juga telah memfasilitasi beberapa
pelatihan kepada masyarakat tentang teknik monitoring penyu di pantai peneluan.

3. Mengembangkan unit-unit manajemen pengelolaan kawasan konservasi


penyu (networking system).
Ini adalah strategi pengelolaan program yang direncanakan untuk skala
konservasi penyu yang lebih besar, yang melibatkan beberapa wilayah/
daerah lain baik di Papua (regional) maupun di luar Papua (skala nasional).
Saat ini YPP sedang mencoba untuk mendesain sistem
pengelolaan habitat-habitat peneluran yang ada di Raja Ampat.
D. . Valuasi Ekonomi Terhadap Jasa Ekosistem di Raja Ampat

Ekosistem yang sehat adalah aset yang sangat berharga yang dapat menjadi sulit atau
mustahil untuk menggantinya. Keputusan yang berdampak pada ekstraksi sumberdaya alam
harus dibuat dengan kesadaran penuh akan potensi kehilangan jangka panjang akibat keuntungan
langsung. Juga dengan para praktisi konservasi harus memahami intensif dari pemangku
kebijakan ketika mengusulkan skenario pengelolaan. Dalam rangka membantu memperoleh
informasi yang diperlukan di Raja Ampat, pada tahun 2006, Profesor dari Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Papua (UNIPA) dan dua ahli ekonomi sumbedaya alam melakukan: 1)
estimasi biaya dan manfaat ekonomi langsung seperti kegiatan perikanan, pariwisata dan
pertambangan; dan manfaat tidak langsung dari jasa ekosistem seperti perlindungan pantai; 2)
menganalisis dampak dan kerusakan yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi atau pemanfaatan
sumbedaya alam; 3) mengidentifikasi pilihan-pilihan untuk pengambil kebijakan untuk
mengoptimalkan pembangunan ekonomi untuk masyarakat di Raja Ampat, sekaligus
meminimalkan dampak negatifnya terhadap habitasn dan ekosistem penting. Data pariwisata
terbaru juga dilaporkan dalam dokumen ini.
Penelitian ini memberikan simulasi mendalam tentang kegiatan ekonomi yang saling
berkonflik di Kabupaten Teluk Mayalibit (Waigeo, Raja Ampat) untuk menggambarkan
hubungan dari sektor-sektor yang berbeda dan potensi kerusakan dari industri ekstraktif seperti
penebangan hutan dan penambangan dapat menutupi kegiatan ekonomi lain dan ekosistem
penting. Penebangan hutan dan penambangan nikel adalah industri yang yang sangat
menguntungkan akan tetapi dapat menghancurkan hutan tropis, hutan bakau dan terumbu karang
lewat sedimentasi dan erosi.
E. . Pengembangan Struktur Tata Kelola Untuk Jejaring KKP Raja Ampat
Pemerintah Raja Ampat membentuk jejaring KKP Raja Ampat pada tahun 2006 lewat
pendeklarasian 6 buah KKP, sehingga total KKP di dalam jejaring menjadi 7. Jejaring ini
memerlukan struktur penge-lolaan yang sejalan dengan peraturan pemerintah untuk
pengelolaan KKP, dan mengidentifikasi cara-cara memasukkan kepemilikan tradisional
dan sistem sasi ke dalamnya. Lembaga pengelolaan dan proses yang dihasilkan
selanjutnya dapat digunakan sebagai model untuk jejaring KKP dan calon KKP yang
dideklarasikan di bawah peraturan yang sama di seluruh Indonesia. Aspek-aspek penting
dari proses ini meliputi peran kepemimpinan yang kuat dari pemerintah dalam
penyusunan struktur pengelolaan ini, dan kebutuhan untuk pengakuan formal dari
peraturan KKP pada semua tingkat pemerintah di Indoensia.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Maksud utama dari penyusunan rencana strategi pengelolaan terumbu karang serta
sumberdaya hayati laut di Kabupaten Raja Ampat adalah menggagas strategi utama dan program
kerja yang perlu diambil untuk mempercepat keberhasilan pengelolaan sumberdaya terumbu
karang serta sumberdaya hayati laut di Kabupaten Raja Ampat. Hal ini juga dapat memberikan
arahan dalam mendayagunakan sumberdaya terumbu karang dan sumberdaya lainnya secara
optimal dan berkelanjutan guna mewujudkan pertumbuhan ekonomi (kemakmuran) daerah,
peningkatan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat, dan terpeliharanya daya dukung
ekosistem terumbu karang secara seimbang dan berkelanjutan. Argumentasi utama dalam
merumuskan rencana strategi ini, didasarkan pada kenyataan bahwa Kabupaten Raja Ampat
memiliki keanekaragaman sumberdaya hayati laut terbesar di dunia, oleh sebab itu sudah
seharusnya Pemerintah Daerah dan masyarakat Raja Ampat perlu memberikan perhatian yang
lebih besar terhadap usaha untuk mendayagunakan sumberdaya terumbu karang yang
dimilikinya guna mengembangkan daerahnya di masa kini dan masa mendatang. Karena,
keindahan ekosistem terumbu karang dapat menjadi andalan dan modal bagi pembangunan
Kabupaten Raja Ampat. Kemudian, untuk mewujudkan pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya terumbu karang secara optimal dan berkelanjutan ini, tentu diperlukan koordinasi
terpadu dan kerja keras dari semua pihak. Salah satu kunci keberhasilan dalam pengelolaan
kawasan ekosistem terumbu karang adalah partisipasi aktif dan dukungan penuh dari masyarakat
lokal yang sumber kehidupannya secara langsung bergantung pada hasil laut, serta bekerja sama
dengan lembaga-lembaga pemerintah dalam suatu pengaturan yang disepakati bersama.
B Saran
Pengelolaan pesisir dan laut Kepulauan Raja Ampat harus dilakukan secara bertahap
masih perlu adanya banyak kajian yang dilakukan dalam mendalami potensi-potensi yang ada.
Kepulauan Raja Ampat ini sangat berpotensi untuk pembangunan objek wisata, terutama wisata
bahari. Dalam pembangunannya pun harus lebih ke arah pembangunan berbasis lingkungan
dengan memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan tidak melupakan serta merusak
sumber dayanya tersebut. Selain itu yang paling penting adalah keterpaduan dari setiap sektor
serta adanya koordinasi antara pemerintah, stakeholder dan masyarakat agar terciptanya
pertumbuhan ekonomi untuk mensejahterakan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Daftar Pustaka
 Atiyah Oemie, 2007. Jurnal Raja Ampat. Di unduh tanggal 3 Oktober 2010
 Ikawati, Juni, 2010. Nasib Terumbu Karang Di Tangan Anda. Jakarta : Coremap LIPI
 Peristiwady, Teguh, 2006. Ikan-ikan Laut Penting Di Indonesia: Penting diidentifikasi.
Jakarta:LIPI Press
 Farid, Muhammad Anggraeni Dessy, 2005. Pengelolaan Sumber Dya Alam dan Pilihan
Konservasi Berbasis Masyarakat Di Waigeo Selatan Kepulauan Raja Ampat. Majalah
Tropika Volume 9 No 2. Jakarta : Conservation International Indonesia.
 Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting, dan M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya
Wilayah
 Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
 Rahmawaty. 2004. Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Kelautan secara Terpadu dan
Berkelanjutan. e-USU Repisotory Universitas Sumatera Utara.
 Rudyanto, A. 2004. Kerangka Kerjasama dalam Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan
Laut.
 Makalah disampaikan pada Sosialisasi Nasional Program MFCDP 22 September 2004.
 http://artikellama.blogspot.com
 http://regional.coremap.or.id
 http://bagusrn-fpk09.web.unair.ac.id
 http://www.pasirpantai.com
 http://travel.kompas.com
 http://www.gorajaampat.com

Anda mungkin juga menyukai