Anda di halaman 1dari 10

1

1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) merupakan salah satu wilayah maritim
yang terdiri dari 2.408 pulau dengan luas laut 95% sedangkan luas daratannya 5%
dari total luas wilayah. Letak geografis provinsi Kepri berada di pintu gerbang
Selat Malaka, yaitu alur pelayaran yang paling sibuk di kawasan Asia Tenggara
bahkan terpadat di dunia sejak berabad-abad yang silam.
Provinsi Kepri terdiri atas lima kabupaten dan dua kota yang tiap-tiap
kabupaten dan kota memiliki keistimewaannya masing-masing dalam berbagai
aspek. Misalnya Kota Tanjungpinang yang memiliki sejarah sebagai pusat
kerajaan Melayu di Pulau Penyengat pada masa silam yang juga sekaligus tempat
kelahiran Bapak Bahasa Indonesia, yaitu Raja Ali Haji. Atau Kota Batam yang
berbatasan langsung dengan pusat bisnis dan keuangan di Asia Pasifik yakni
Singapura. Saking dekatnya, bahkan dari pulau Batam tampak gedung-gedung
pencakar langit Negeri Singa tersebut. Kemudian Kabupaten Bintan yang
memiliki keindahan pariwisata bahari yang dikenal secara luas oleh dunia
internasional. Bersama Kabupaten Karimun, Kota Batam dan Kabupaten Bintan
merupakan kawasan perdagangan bebas (FTZ, free trade zone) yang menarik
banyak investor baik lokal maupun asing untuk berinvestasi di kawasan tersebut.
Di bagian lain dari provinsi Kepri, terdapat Kabupaten Lingga yang juga
pernah menjadi pusat peradaban Kerajaan Melayu Riau-Lingga. Kemudian
Kabupaten Anambas yang memiliki keanekaragaman hayati dan keindahan bahari
yang juga diakui oleh dunia internasional. Terakhir, Kabupaten Natuna
diperkirakan memiliki cadangan gas di laut yang merupakan salah satu cadangan
gas terbesar di dunia.
Dibalik semua keistimewaan tersebut, provinsi Kepri juga memiliki
beberapa masalah baik tingkat nasional maupun internasional. Di tingkat nasional,
misalnya kasus pulau Berhala yang pernah menjadi sengketa antara provinsi Kepri
dengan provinsi Jambi. Di tingkat internasional, kabupaten Natuna beberapa
tahun terakhir menjadi perbincangan dunia karena Republik Rakyat Tiongkok
mengklaim Natuna sebagai bagian dari wilayahnya. Selain itu kerap terjadi pula
kasus pencurian ikan oleh nelayan-nelayan asing di Laut Tiongkok Selatan.
Terhadap uraian diatas, diperlukan suatu upaya edukasi kepada generasi
muda, khususnya mahasiswa untuk menyaksikan dan menilai langsung realitas
kemaritiman yang ada di provinsi Kepri. Dengan menyaksikan dan menilai
langsung, diharapkan mahasiswa dapat memahami kekayaan maritim serta
semoga dapat menemukan solusi terhadap permasalahan yang ada di bidang
kemaritiman. Sehingga lahirlah gagasan mengenai pelayaran di provinsi Kepri
yang selama pelayaran akan dipenuhi dengan rangkaian kegiatan yang bersifat
ilmiah.
2

Tujuan
Adapun tujuan dalam gagasan ini adalah memberikan solusi alternatif
kepada berbagai pemangku kepentingan, yaitu pemerintah pusat, dalam hal ini di
bidang kemaritiman, khususnya Kementerian Koordinator Kemaritiman dan
Sumberdaya serta Kementerian Kelautan dan Perikanan, Tentara Nasional
Indonesia (TNI) Angkatan Laut, pemerintah daerah provinsi Kepulauan Riau,
serta perguruan tinggi tentang upaya edukasi kekayaan sumberdaya laut dan
permasalahan di bidang kemaritiman di provinsi Kepulauan Riau.

Manfaat
Gagasan ini dapat dijadikan sebagai kebijakan oleh pemangku kepentingan
yang terkait dalam rangka meningkatkan pemahaman generasi muda tentang
kemaritiman dan kecintaan terhadap tanah air. Pelayaran ini sekaligus dapat
menjadi wahana pengembangan sumberdaya manusia di bidang kelautan dan
perikanan sebagai upaya membangun budaya maritim menuju Indonesia sebagai
poros maritim dunia.

2. GAGASAN
a. Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan
Planet bumi sekitar 70 persen luas permukaannya merupakan perairan.
Dengan perairan yang seluas itu, berdasarkan laporan WWF yang dirilis pada
tahun 2015 bahwa nilai aset utama dalam laut diperkirakan secara
konservatif mencapai US$ 24 triliun. Angka itu membuat laut menempati
peringkat ketujuh saat disandingkan dengan 10 negara dengan tingkat ekonomi
tertinggi di dunia.
Luas 70 persen perairan di planet bumi hampir diciplak secara sempurna
oleh Republik Indonesia. Alhasil, diperkirakan potensi ekonomi maritim RI
mencapai Rp 7.200 triliun per tahun (pusakaindonesia.org, 2014), atau lebih dari
3 kali lipat dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2016
yang sebesar Rp 2.095 triliun.
Fakta tentang luasnya perairan di planet bumi dan Indonesia akan menjadi
semakin menarik bila kita mengunjungi provinsi yang wilayah lautnya mencapai
hanya 95 persen, yaitu Kepulauan Riau (Kepri).
Menurut Kusumastanto (2009) dalam Manik dan Sari (2014), potensi
pembangunan wilayah pesisir dan laut Indonesia dipandang dari segi
pembangunan antara lain: a) sumberdaya yang dapat diperbaharui, seperti;
perikanan (tangkap, budidaya, dan pascapanen), hutan mangrove, terumbu karang,
industri bioteknologi kelautan dan pulau-pulau kecil. b) sumberdaya yang tidak
dapat diperbaharui, seperti: minyak bumi dan gas, bahan tambang dan mineral
lainnya serta harta karun. c) energi kelautan, seperti; pasang-surut, gelombang,
angin, OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion). d) jasa-jasa lingkungan,
seperti; pariwisata, perhubungan dan kepelabuhanan serta penampung
3

(penetralisir) limbah. Hampir semua potensi pembangunan wilayah pesisir


tersebut secara istimewa terhampar merata di sekitar 2.408 pulau di provinsi ini.
Sumberdaya yang dapat diperbaharui yang dimaksud misalnya perairan
Kabupaten Anambas merupakan habitat endemik ikan Napoleon Wrasse
(Cheilinus undulatus) yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi, harganya
mencapai Rp 1,2 hingga 1,6 juta per kg. Potensi pengiriman ikan Napoleon
dengan Hongkong sebagai pasar utama per tahunnya mencapai US$ 50 juta atau
kurang lebih Rp 600 miliar (detik.com, 2014). Oleh masyarakat setempat, ikan ini
dibudidayakan secara tradisional. Namun eksploitasi ikan ini memiliki catatan
yang perlu menjadi renungan banyak pihak, dikarenakan ikan Napoleon termasuk
biota laut yang terancam punah.
Selanjutnya, berdasarkan penelitian yang dilakukan ahli kelautan provinsi
Kepri, termasuk di dalamnya mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Profesor
Rokhmin Dahuri memperkirakan nilai potensi usaha kelautan dan perikanan
provinsi Kepri mencapai Rp 150 triliun per tahun. Dari kawasan perairan Kepri
antara 4-12 mil laut terdapat 455.479 hektare lahan perairan yang bisa
dimanfaatkan sebagai tempat budidaya ikan laut, yang saat ini baru dimanfaatkan
kurang dari dua persen. Jika 30 persen dari potensi tersebut bisa digarap secara
baik maka potensi Rp 150 hingga 200 triliun dari budidaya ikan laut bisa
diperoleh Kepri. Dan zona yang paling besar untuk pemanfaatan budidaya
tersebut adalah perairan Natuna, Anambas dan Lingga (republika.com, 2013).
Adapun sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui, misalnya ladang gas
alam yaitu Blok Natuna D-Alpha di Kabupaten Natuna yang diperkirakan
memiliki cadangan gas alam terbesar di Asia Pasifik, bahkan dunia. Contoh
lainnya adalah mengenai harta karun dari kapal-kapal yang tenggelam di
Kepulauan Riau. National Geographic (2001) dalam Kompas.com (2009)
menyebutkan tentang 7 kapal kuno tenggelam di perairan Indonesia bagian barat,
terutama Selat Malaka, pada abad XVII-XX. Kapal-kapal itu adalah Diana
(Inggris), Tek Sing dan Turiang (China), Nassau dan Geldennalsen (Belanda),
Don Duarte de Guerra (Portugis), serta Ashigara (Jepang).
Kemudian jasa-jasa lingkungan, dari bidang pariwisata, semua
infrastruktur destinasi wisata yang terdapat di provinsi ini telah menjadikan Kepri
sebagai penyumbang angka kunjungan wisatawan mancanegara terbesar ke tiga di
Indonesia setelah Bali dan Jakarta, yaitu sekitar dua juta kunjungan wisatawan
mancanegara pada tahun 2015. Jasa-jasa lingkungan yang lain seperti
perhubungan dan kepelabuhanan, dimana Provinsi Kepri merupakan pintu
gerbang Indonesia bagian barat dengan Selat Malakanya, yaitu alur pelayaran
tersibuk dan terpadat di dunia saat ini. Kira-kira 70.000 kapal per tahun atau
sekitar 200 kapal setiap hari lewat di selat ini dengan pertumbuhan sekitar 7,8%
per tahun (DKP Kepri, 2013). Oleh Badan Pengusahaan Batam diterjemahkan
dalam suatu formula yang cemerlang, yaitu rencana pembangunan pelabuhan
4

seluas 1.000 hektare dengan kapasitas 4 juta TEUs di Tanjungsauh, sisi timur
Pulau Batam.
Namun demikian, upaya pembangunan berbasis kemaritiman dihadapkan
pada berbagai kendala. Menurut Manik dan Sari (2014) beberapa permasalahan
yang sekiranya dihadapi oleh Kepulauan Riau sebagai salah satu kawasan
perbatasan, dan menjadi tantangan utama untuk diselesaikan bersama diantaranya
adalah: masalah Kepulauan Karimun-Batam-Bintan-Anambas-Natuna yang
berbatasan dengan negara Singapura, Malaysia, Vietnam dan Thailand,
merupakan kawasan yang rawan terhadap kondisi keamanan dan kesenjangan
pengembangan wilayah seperti pencurian ikan, penyelundupan, serta berbagai
tindak kejahatan lainnya. Adapun permasalahan lain yang juga perlu diatasi yaitu
permasalahan lingkungan hidup, perusakan ekosistem laut, penangkapan ikan
secara berlebihan dan/atau dengan bahan peledak, pengambilan pasir laut yang tak
terkendali, tidak terjaganya hutan di pulau-pulau kecil dan kurangnya ketersediaan
sumber air baku tawar.
Sebagai upaya menuju cita-cita pemerintah saat ini yaitu sebagai poros
maritim dunia, yang sejatinya merupakan peradaban yang telah dicapai oleh
leluhur bangsa kita, paradigma mengenai budaya maritim harus dibangun
kembali. Lebih dari 300 tahun bangsa kita dijajah oleh Belanda dengan
melabuhkan pelaut-pelaut kita yang tangguh dan menjadikannya petani.
Kolonialis Belanda selama lebih dari 300 tahun berhasil mengubah paradigma
bangsa kita yang semula berorientasi maritim menjadi bangsa agraria. Maka untuk
mengembalikan paradigma maritim bangsa ini bukanlah hal yang mudah,
diperlukan konsistensi oleh seluruh pemangku kepentingan di negeri ini dalam
jangka waktu yang sangat panjang.

b. Solusi yang Pernah Ditawarkan


1. Ekspedisi Sejarah Maritim
Direktorat Geografi Sejarah, Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala,
Departemen Kebudayaan Pariwisata menyelenggarakan Ekspedisi Sejarah
Maritim: Arung Sejarah Bahari (Ajari) ke-4 pada 20-26 Juli 2009 di Kepulauan
Riau. Ekspedisi ini mengambil tema Menguak Jalur Utama Perdagangan dan
Pelayaran di Pusat Peradaban Melayu untuk menumbuhkan kecintaan generasi
muda terhadap peradaban maritim dan memahami potensi kelautan dalam
peningkatan sumber daya ekonomi.
Kegiatan ini diikuti oleh 100 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di
Indonesia yang diseleksi dari karya tulis berkaitan dengan sejarah maritim.
Selama kegiatan, mahasiswa melakukan ekspedisi mengarungi lautan dengan
mengunjungi pusat-pusat peradaban maritim di wilayah Kepualauan Riau, yang
dimulai dari Tanjungpinang-Bintan-Lingga-Batam.
5

2. Program Kapal Pemuda Nusantara/Lintas Nusantara Remaja dan Pemuda


Bahari (KPN/LRNPB)
Kapal Pemuda Nusantara/Lintas Nusantara Remaja dan Pemuda Bahari
(KPN/LRNPB) adalah program pengembangan kepemudaan oleh Kementerian
Pemuda dan Olahraga bekerjasama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan
dan TNI Angkatan Laut. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan
kecintaan pemuda terhadap tanah air, meningkatkan wawasan kebangsaan dan
nasionalisme, menggugah dan membangkitkan motivasi pemuda untuk kembali
ke laut dan mengembangkan jiwa wirausaha dan industri kebaharian, serta
meningkatkan persaudaraan dan kerjasama di kalangan pemuda.
Pelayaran KPN/LNRPB Sail Raja Ampat dilaksanakan sejak tanggal 6
Agustus hingga 3 September 2014 dengan rute pelayaran Jakarta-Makassar-
Sorong-Waisai-Kupang-Benoa dan kembali ke Jakarta. Selama pelayaran peserta
diberikan pembekalan mengenai wawasan nusantara, bela negara, kemaritiman
dan enterpreneurship dari berbagai narasumber. Selain itu, peserta juga dibagi
menjadi beberapa kelompok berdasarkan minat untuk kegiatan pasca sail.
Kelompok akan membuat satu proposal di bidang kebaharian dengan berbagai
subtema yang kemudian akan dipresentasikan langsung di depan Deputi Bidang
Kepemudaan Kementerian Pemuda dan Olahraga.

4. Ekspedisi Nusantara Jaya 2015 KRI Banda Aceh


Ekspedisi Nusantara Jaya (ENJ) 2015 dengan KRI Banda Aceh
diselenggerakan oleh Kementerian Kemaritiman dan Sumberdaya bersama TNI
Angkatan Laut dan Kementerian Perhubungan yang memiliki rute perjalanan
Jakarta-Makassar-Sorong-Saumlaki-Kupang dan kembali ke Jakarta. Selain KRI
Banda Aceh, terdapat 86 kapal perintis yang juga terlibat dalam ENJ 2015 dengan
rute yang berbeda-beda. Peserta yang mengikuti kegiatan ini berasal dari berbagai
perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta di seluruh Indonesia yang
dilaksanakan pada Mei-Juni 2015.
Kegiatan utama Ekspedisi Nusantara Jaya 2015 di antaranya memobilisasi
bahan kontak/barang bantuan yang berasal dari Kementerian/Lembaga, Program
CSR, yayasan sosial. Kegiatan-kegiatan sosial yang akan dilaksanakan meliputi
bakti sosial, bina cinta lingkungan laut dan pantai, pelatihan kepemudaan,
pengobatan gratis, operasi pasar murah, penukaran uang serta pentas seni dan
budaya.

5. Pelayaran Santri Bela Negara, Berlayar dengan KRI Banda Aceh


Pelayaran Santri Bela Negara merupakan kegiatan kerjasama antara
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dengan Kementerian Pertahanan,
Mabes TNI, TNI AL, Kementerian Riset dan Teknologi Ditjen Pendidikan Tinggi,
Kementerian Pemuda dan Olahraga, serta Lembaga Persahabatan Ormas Islam.
6

Seribu Santri Bela Negara Tiba di Surabaya


(Sumber: http://kominfo.jatimprov.go.id/read/umum/seribu-santri-pelayaran-bela-
negara-tiba-di-surabaya. Diakses pada 7 April 2016).

Pelayaran Santri Bela Negara berlangsung pada 20-26 November 2015


dengan rute Jakarta-Surabaya dan kembali Jakarta. Selain para santri perwakilan
seluruh Indonesia, kegiatan ini diikuti oleh pelajar, mahasiswa, tokoh pemuda,
dan Komunitas Islam Indonesia. Dalam kegiatan diatas kapal perang TNI AL
tersebut, dilaksanakan pelatihan kemampuan bela negara secara psikis,
intelegensia, fisik dan spiritual. Selain itu, pelayaran santri bela negara ini juga
dimaksudkan sebagai pembinaan kesadaran bela negara secara terpadu dan
berkelanjutan dari aspek wawasan kemaritiman nasional sesuai dengan visi
pemerintah untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia.

c. Gagasan yang Diajukan


Terinspirasi dan mengadopsi pelayaran-pelayaran yang disebutkan diatas
dan mengingat potensi kemaritiman serta permasalahan yang ada di provinsi
Kepulauan Riau, maka lahirlah gagasan Pelayaran Ilmiah Samudera (PIS).
Pelayaran Ilmiah Samudera (PIS) merupakan suatu pelayaran menggunakan kapal
perang Indonesia (KRI) yang berlayar mengarungi pulau-pulau di provinsi
Kepulauan Riau dimana selama pelayaran akan dipenuhi dengan rangkaian
kegiatan yang bersifat ilmiah. Peserta kegiatan ini merupakan mahasiswa seluruh
Indonesia yang diseleksi melalui mekanisme lomba karya tulis.
7

Adapun rangkaian kegiatan yang dimaksud antara lain:


1. Lomba Karya Tulis
Lomba karya tulis ini dapat terdiri dari beberapa kategori, misalnya
proposal bussnines plan untuk kategori berkelompok dan artikel ilmiah untuk
kategori individu. Peserta lomba karya tulis ini yang memenuhi syarat dan
ketentuan tertentu, misalnya 100 atau 200 besar finalis akan menjadi peserta pada
Pelayaran Ilmiah Samudera dan khusus proposal bussnines plan akan
mempresentasikan karya tulisnya selama kegiatan pelayaran berlangsung. Jumlah
peserta menyesuaikan dengan kesanggupan pihak penyelenggara.

2. Dialog Kemaritiman
Narasumber pada dialog kemaritiman ini diisi oleh intitusi-intitusi terkait
kemaritiman. Misalnya Kementerian Kemaritiman dan Sumberdaya, Kementerian
Kelautan dan Perikanan, serta pemerintah daerah provinsi Kepulauan Riau.
Misalnya:
- Kementerian Kelautan dan Perikanan dapat menjadi pembicara mengenai
kebijakan peledakan kapal.

Sebanyak 10 kapal asing ditenggelamkan oleh petugas KKP dan TNI AL


di Batam, Kepulauan Riau, 22 Februari 2016.
(Sumber: https://bisnis.tempo.co/read/news/2016/03/16/090754225/dalam-
2-5-bulan-40-kapal-asing-ditangkap-dan-32-ditenggelamkan. Diakses pada 20
April 2016).
8

Kapal asing Fishing Vessel (FV) "Viking" dikaramkan dan diledakkan


bagian lambungnya di Pangandaran, Jawa Barat, 14 Maret 2016. Kapal FV Viking
yang juga merupakan buronan Interpol ini tertangkap di Tanjungpinang,
Kepulauan Riau, pada Februari lalu. Peledakan ini menjadi bagian dari kampanye
perlawanan penangkapan ikan ilegal oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan
(kompas.com, 2016).

- Pemerintah Provinsi Kepri dapat mengisi materi mengenai Free Trade


Zone (FTZ) Batam-Bintan-Karimun. FTZ ini semula untuk mempermudah
perusahaan asing berinvestasi di Kepri. Namun pada praktiknya kerap
terjadi tumpang tindih kebijakan antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah.
- Pemerintah Kota Batam menjadi pembicara mengenai potensi, peluang
dan kebijakan terkait Selat Malaka.
- Pemerintah Kabupaten Karimun dapat menjadikan forum dialog ini
sebagai wadah diskusi dan sosialisasi mengenai wacana pembangunan
jembatan yang menghubungkan Indonesia-Malaysia, yaitu Johor-
Kepulauan Riau-Riau Daratan.
- Pemerintah Kabupaten Bintan menjadi pembicara mengenai pariwisata
bahari. Bintan dinilai cukup sukses dalam membangun destinasi wisata
berskala internasional dengan menggandeng investor baik lokal maupun
asing.
- Pemerintah Kabupaten Anambas dapat mengisi materi mengenai budidaya
ikan Napoleon oleh masyarakat yang dilakukan secara tradisional.
- Kabupaten Natuna dapat menjelaskan mengenai kekayaan gas yang
diperkirakan merupakan cadangan gas terbesar di dunia.
- Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Lingga mengisi materi mengenai
peradaban kerajaan-kerajaan Melayu yang pernah berdiri dan berjaya di
Kepulauan Riau.
- Institusi-institusi lain dapat juga menyampaikan materi-materi lain terkait
kemaritiman, misalnya Republik Rakyat Tiongkok yang sering berulah di
Laut Tiongkok Selatan dan pernah mengklaim Natuna sebagai bagian dari
wilayahnya. Atau mengenai pencurian harta karun peninggalan kapal
tenggelam yang kerap terjadi di perairan provinsi ini.

Melalui rangkaian dialog tersebut, diharapkan menjadi ajang diskusi yang


saling membangun baik bagi mahasiswa maupun pemerintah. Mahasiswa yang
umumnya kritis dapat memberi masukan pada pemerintah, sedangkan pemerintah
dapat menjadikan dialog tersebut sebagai wadah sosialisasi atas kebijakan-
kebijakan yang diambil.

3. Konservasi: Penanaman Mangrove dan Transplantasi Karang


9

Di pulau tertentu, peserta akan diajak untuk melaksanakan kegiatan


konservasi sebagai aksi yang turut menjaga kelestarian alam pesisir. Kegiatan-
kegiatan lain seperti aksi bersih pantai dapat menyesuaikan.

4. Rekreasi Bahari
Pelayaran di laut selama berhari-hari tentunya membuat peserta lelah
badan dan pikiran. Maka pada hari tertentu, pelayaran akan singgah di pulau
untuk berekreasi. Kepulauan Bawah di Kabupaten Anambas ditetapkan
sebagai peringkat pertama pulau tropis terindah di Asia pada tahun 2012
(detik.com, 2012). Kiranya pulau ini dapat menjadi tempat untuk beristirahat
sebelum melanjutkan pelayaran.

Pulau Bawah, Kabupaten Anambas


Sumber: http://jurnalmaritim.com/2014/12/menjejak-primadona-anambas-
destinasi-terindah-di-asia/. Diakses pada 1 April 2016).

Kegiatan-kegiatan lain seperti pentas seni dan budaya juga dilaksanakan,


selain sebagai hiburan bagi peserta, juga merupakan bagian dari melestarikan seni
dan budaya bangsa, di Kepulauan Riau khususnya mengenai budaya Melayu.

d. Pihak-pihak yang Membantu Mengimplementasikan Gagasan


Agar konsep ini dapat terealisasikan, adapun pihak-pihak yang dilibatkan
dalam mengimplementasikan konsep tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1) Organisasi Mahasiswa
Di provinsi Kepulauan Riau terdapat Universitas Maritim Raja Ali Haji
yang memiliki Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Melalui fakultas ini,
mahasiswa pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dapat bergerak
menjadi panitia penyelenggara Pelayaran Ilmiah Samudera (PIS).
Pengurus BEM membuat konsep berupa proposal kegiatan dan
mengajukan ke intansi-instansi yang dapat dijadikan mitra.
2) Kementerian
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Kementerian
Kemaritiman Kemaritiman dan Sumberdaya, Kementerian Kelautan dan
10

Perikanan serta Kementerian Pariwisata dapat dijadikan mitra oleh BEM


dalam penyelenggaraan pelayaran ini.
3) Pemerintah Provinsi Kepulaun Riau
Pemerintah provinsi Kepulauan Riau yang dimaksud antara lain gubernur
dan bupati/walikota, atau instansi yang mewakili dalam bidang terkait
untuk mendukung penyelenggaran kegiatan ini, baik moril maupun
materil.
4) TNI Angkatan Laut
BEM dapat menjadikan TNI AL sebagai mitra dalam teknis mengenai
pelayaran, misalnya penyediaan kapal perang Indonesia (KRI).

e. Langkah-langkah Strategis yang Dilakukan untuk Mengimplementasikan


Gagasan
Agar Pelayaran Ilmiah Samudera dapat terealisasikan, terdapat 2 opsi:
1) Organisasi Mahasiswa dapat menjadi penyelenggara kegiatan dengan
mengajukan proposal kegiatan yang bekerjasama dengan institusi-
institusi pemerintah untuk merealisasikan kegiatan.
2) Atau konsep ini dijadikan oleh institusi pemerintah sebagai bagian dari
kebijakan institusi tersebut, seperti Ekspedisi Nusantara Jaya yang
menjadi program dari Kementerian Kemaritiman dan Sumberdaya.

3. KESIMPULAN
Pelayaran Ilmiah Samudera (PIS) merupakan konsep suatu pelayaran
menggunakan kapal perang Indonesia (KRI) yang berlayar mengarungi pulau-
pulau di provinsi Kepulauan Riau, dimana selama pelayaran nanti akan dipenuhi
dengan rangkaian kegiatan yang bersifat ilmiah. Kompleksnya kekayaan maritim
provinsi Kepri juga disertai dengan berbagai permasalahan, dimana hal tersebut
dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran yang baik mengenai kemaritiman
Indonesia. Peserta kegiatan ini merupakan mahasiswa seluruh Indonesia yang
diseleksi melalui mekanisme lomba karya tulis.
Gagasan ini apabila direalisasikan diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman generasi muda tentang kemaritiman dan kecintaan terhadap tanah air.
Juga sekaligus menjadi wahana pengembangan sumberdaya manusia di bidang
kelautan dan perikanan sebagai upaya membangun budaya maritim menuju
Indonesia sebagai poros maritim dunia.

Anda mungkin juga menyukai