Anda di halaman 1dari 36

M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Kepulauan Raja Ampat merupakan kepulauan yang berada di Barat pulau Papua di Provinsi
Irian Barat, tepatnya di bagian kepala burung Papua. Pada akhir tahun 2003, Raja Ampat
dideklarasikan sebagai kabupaten baru, berdasarkan UU No. 26 tentang Pembentukan Kabupaten
Sarmi, Kabupaten Kerom, Kabupaten Sorong Selatan, dan Kabupaten Raja Ampat, tanggal 3
Mei tahun 2002. Kabupaten Raja Ampat merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Sorong dan
termasuk salah satu dari 14 kabupaten baru di Tanah Papua. Kabupaten Raja Ampat terdiri dari
4 pulau besar yaitu Pulau Waigeo, Batanta, Salawati dan Misool. Pusat pemerintahan berada di
Waisai, Distrik Waigeo Selatan, sekitar 36 mil dari Kota Sorong. Kepemerintahan di kabupaten
ini baru berlangsung efektif pada tanggal 16 September 2005. Secara geografis Kepulauan Raja
Ampat berada pada 01
o
15 LU 2
o
15 LS dan 129
o
10 121
o
10 BT dengan luas wilayahnya
46.000 km2 terdiri dari wilayah lautnya 40.000 km2 dan luas daratannya 6.000 km2. Bisa
dikatakan sekitar 85% dari luasnya tersebut merupakan lautan, sisanya merupakan daratan yang
terdiri dari 610 pulau yang tidak berpenghuni.
Hanya pada 35 pulau saja keberadaan penduduk asli dari 10 suku dapat dijumpai. Secara
geoekonomis dan geopolitis, Kepulauan Raja Ampat memiliki peranan penting sebagai wilayah
yang berbatasan langsung dengan wilayah luar negeri. Pulau Fani yang terletak di ujung paling
utara dari rangkaian Kepulauan Raja Ampat, berbatasan langsung dengan Republik Palau.
Secara administratif batas wilayah Kabupaten Raja Ampat adalah sebagai berikut: Sebelah
selatan berbatasan langsung dengan Kabupaten Seram Utara, Provinsi Maluku. Sebelah barat
berbatasan dengan Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara. Sebelah timur
berbatasan dengan Kota Sorong dan Kabupaten Sorong, Provinsi Irian Jaya Barat. Sebelah Utara
berbatasan langsung dengan Republik Federal Palau. Dari luas wilayahnya di atas Kepulauan
Raja Ampat terbagi menjadi 10 distrik, 86 kampung, dan 4 dusun. Berdasarkan Undang-
Undang No. 26/2002, wilayah Kabupaten Raja Ampat terdiri dari 7 distrik yaitu:
1. Distrik Kepulauan Ayau.
2. Distrik Waigeo Utara.

M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 2
3. Distrik Waigeo Selatan.
4. Distrik Waigeo Barat.
5. Distrik Samate.
6. Distrik Misool Timur Selatan.
7. Distrik Misool.
Kemudian terjadi pemekaran 3 distrik baru, yaitu:
1. Distrik Kofiau.
2. Distrik Waigeo Timur.
3. Distrik Teluk Mayalibit.
Distrik dengan luas wilayah daratan terbesar adalah Distrik Samate yaitu 1.576 km2 dan
dengan luas terkecil adalah Distrik Kepulauan Ayau yaitu 18 km2 (Analisa Citra Landsat, 2006).
Sebagai wilayah kepulauan, daerah ini memiliki sekitar 610 pulau besar dan kecil, atol dan taka
dengan panjang garis pantai 753 km, dengan 34 pulau yang berpenghuni. Perbandingan wilayah
darat dan laut adalah 1:6, dengan wilayah perairan yang lebih dominan. Jumlah penduduk
berdasarkan data Kabupaten Raja Ampat Dalam Angka Tahun 2004 adalah 30.374 jiwa.
Potensi dan Pengembangan Wilayah Pesisir di Kepulauan Raja Ampat Kepulauan Raja
Ampat merupakan tempat yang sangat berpotensi untuk dijadikan objek wisata, terutama wisata
bahari (penyelaman). Perairan Raja Ampat menurut berbagai sumber, merupakan salah satu dari
10 perairan terbaik untuk diving site di seluruh dunia. Bahkan diakui sebagai nomor satu untuk
kelengkapan flora dan fauna bawah air pada saat ini. Sering disebut juga sebagai surga para
penyelam.
Pada tahun 2002, The Nature Conservancy (TNC) dan Pusat Penelitian Oseanografi (P2O)
LIPI mengadakan suatu penelitian ilmiah untuk memperoleh data dan informasi tentang
ekosistem laut, daerah bakau dan hutan Kepulauan Raja Ampat. Survei ini menunjukkan bahwa
terdapat sejumlah 537 jenis karang, yang sungguh menakjubkan karena mewakili sekitar 75%
jenis karang yang ada di dunia. Ditemukan pula 828 jenis ikan dan diperkirakan jumlah
keseluruhan jenis ikan di daerah ini 1.074. Di darat, penelitian ini menemukan berbagai
tumbuhan hutan, tumbuhan endemik dan jarang, tumbuhan di batuan kapur serta pantai
peneluran ribuan penyu. Selain itu ada beberapa kawasan terumbu karang yang masih sangat
baik kondisinya dengan persentasi penutupan karang hidup hingga 90% yaitu selat Dampier

M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 3
(Selat antara P. Waigeo dan P. Balanta), Kepulauan Kofiau, Kepulauan Misool Timur Selatan
dan Kepulauan Wayag. Di beberapar tempat ada keunikan tersendiri seperti di Kampung
Saondarek, ketika pasang surut terendah, bisa disaksikan hamparan terumbu karang tanpa
menyelam dan dengan adaptasinya sendiri, karang tersebut masih bisa hidup walaupun di udara
terbuka dan terkena matahari langsung.
Di Kepulauan Raja Ampat juga dapat ditemukan beberapa spesies unik saat menyelam
seperti pigmy seahorse atau kuda laut mini, wobbegong dan manta ray. Juga ada ikan endemic
Raja Ampat yaitu Eviota Raja sejenis ikan gobbie. Jika menyelam di Cape Kri atau chiken reef,
kita akan di kelilingi ribuan ikan seperti kumpulan ikan Tuna, snapper dan giant travellies.
Tetapi yang paling menegangkan jika kita dikeliligi ikan Barakuda. Kadang juga terlihat hiu
karang dan apabila beruntung melihat penyu sedang diam memakan sponge atau berenang serta
ada juga dugong atau duyung. Di Kepulauan Raja Ampat juga cocok untuk melakukan drift dive,
yaitu menyelam mengikuti arus kencang dengan air yang sangat jernih sambil menerobos
kumpulan ikan. Cocok juga untuk wreck dive karena disana kita dapat menjumpai Pesawat
karam bekas peninggalan perang dunia II seperti di P. Wai dan masih banyak lagi situs yang
belum pernah terjamah dan lebih menantang di Kepulauan Raja Ampat ini.
Sekali pun kebayakan wisatawan yang data ke Raja Ampat saat ini adalah para penyelam,
sebenarnya lokasi ini menarik juga bagi turis non-penyelam karena memiliki pantai-pantai
berpasir putih yang sangat indah dan gugusan pulau-pulau Karst nan mempesona dan flora-fauna
unik endemik seperti cendrawasih merah, cendrawasih Wilson, maleo waigeo, beranekaragam
burung kakatua, dan nuri, kuskus waigeo serta beragam jenis anggrek.
Dilihat dari segi sosial ekonomi ada beberapa biota laut yang diketahui mempunyai potensi
tertentu dan dapat dimanfaatkan. Potensi ini berupa bahan makanan dan sumber protein, jenis
potensial untuk dibudidayakan atau objek indah untuk dilihat. Penyu misalnya merupakan objek
untuk dilihat mauapun dimanfaatkan. Biota lautnya adalah ikan dan biota laut lainnya. Ikan-
ikan ini dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok ikan yang mempunyai arti untuk
dikonsumsi(ikan target), kelompok ikan yang memberikan indikasi tentang kondisi terumbu
karang(ikan indikator) dan kelompok ikan yang umumnya merupakan bagian dari ekosistem
terumbu (ikan utama/major fish).

M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 4
1.2.Rumusan Masalah
Kekayaan keanekaragaman hayati di Raja Ampat telah membuat dirinya memiliki tingkat
ancaman yang tinggi pula. Pengembangan pesisir dan laut Kepulauan Raja Ampat dihadapkan
pada berbagai isu dan permasalahan tersebut adalah :
1. Kekayaan keanekaragaman hayati di Kepulauan Raja Ampat memilki tingkat ancaman yang
tinggi pula. Daerah ini juga sangat dilirik oleh kepentingan-kepentingan sesaat yang ingin
mengeksploitasi sumber daya alamnya. Hal itu bisa dilihat dari kerusakan terumbu karang dan
hutan. Kerusakan terumbu karang umumnya dikarenakan penangkapan ikan yang tidak ramah
lingkungan seperti bom, sianida dan akar bore (cairan dari olahan akar sejenis pohon untuk
meracun ikan).
2. Masalah yang harus diperhatikan adalah pemilikan atau masalah ulayat dan adat.
Sebenarnya ini merupakan sebuah masalah atau tantangan, tetapi sebagai modal atau dorongan
dalam pembangunan yang tentunya melibatkan masyarakat Raja Ampat sendiri, sebagai pemilik
hak ulayat dan adat yang bisa ikut berperan dalam proses pembangunan. Budaya dan adat
istiadat akan menunjukan pada proporsi sebenarnya dan dengan bersama-sama pemerintah dan
stake holder lainnya akan membangun Kepulauan Raja Ampat sebagai wilayah yang
menjanjikan.
3. Potensi obyek pariwisata pantai dan pariwisata bahari yang belum dimanfaatkan secara
optimal. Hal ini disebabkan belum tersedianya infrastruktur dasar yang memadai dan sarana
prasarana pariwisata lainnya. Selian itu juga belum dilakukan promosi terhadap potensi
pariwisata di Kepulauan Raja Ampat.
4. Belum diprioritaskannya pembangunan di wilayah tertinggal oleh pemerintah daerah karena
dianggap tidak menghasilkan pendapatan asli daerah (PAD) secara langsung. Dengan demikian
dukungan antar sektor terkait untuk pengembangan Kepulauan Raja Ampat belum optimal.
5. Belum berkembangnya sistem informasi yang dapat memberikan akses pada informasi
produk unggulan, pasar, dan teknologi. Keterbatasan pengetahuan dan kemampuan dalam
penggunaan teknologi ini menjadi salah satu kendala dan pemicu adanya eksploitasi sumberdaya
yang merusak potensi lestari dan berdampak negatif bagi lingkungan.

M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 5
6. Belum tertatanya sistem kelembagaan dan manajemen yang belum terkelola baik untuk
pengelolaan pengembangan kawasan yang terpadu, dan berkelanjutan, dalam memberikan
dukungan kepada peningkatan daya saing produk dan kawasan yang dikembangkannya.
7. Kurangnya informasi mengenai potensi lingkungan beserta keanekaragaman hayatinya,
menyebabkan perlu adanya penelitian karakteristi tipe ekosistem dan keanekaragaman jenis
biotanya. Melalui kajian lebih mendalam, baik tingkat ekosistem maupun jenis yang ada di
Kepulauan Raja Ampat. Data tersebut diharapkan dijadikan bahan masukan upaya
pengembangan dan pemanfaatannya secara berkelanjutan. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan
Pesisir dan Laut Kepulauan Raja Ampat.
1.3.Tujuan dan Manfaat
Raja Ampat telah dikenal memiliki alam laut yang indah dan kaya akan keanekaragaman
hayati, baik secara nasional maupun internasional. Keanekaragaman hayati lautnya tertinggi di
dunia dengan satwa endemik dan habitat yang unik, serta bentang alam yang menakjubkan
memberikan fungsi biosik serta sosial ekonomi yang besar bagi masyarakat Raja Ampat, Papua
Barat, Indonesia. 75% terumbu karang dan ikan dunia ada di Raja Ampat. Kondisi alam yang
indah dan kaya ini sangat jarang ditemui di dunia, untuk itu perlu dijaga, dilestarikan dan perlu
dikelola secara bijaksana agar manfaatnya dapat dirasakan dalam jangka panjang. Demi menjaga
kelestarian di Raja Ampat diperlukan usaha-usaha konservasi agar keindahan alam di Raja
Ampat tidak rusak. Di daerah ini penting dilakukan usaha konservasi mengingat alamnya yang
sangat mempesona dapat rusak karena tangan-tangan jahil manusia.
Maksud kajian ini adalah untuk memberikan arah bagi pengelolaan terumbu karang di
Kabupaten Raja Ampat untuk kurun waktu lima tahun kedepan. Sedangkan tujuan
dilaksanakannya kegiatan penyusunan rencana strategi pengelolaan terumbu karang di
Kabupaten Raja Ampat ini adalah untuk:
(1) Mengidentifikasi isu dan permasalahan yang terkait dengan terumbu karang di Raja
Ampat
(2) Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang berperan dalam pengelolaan
terumbu karang di Raja Ampat.

M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 6
(3) Menyusun rencana strategis pengelolaan terumbu karang di Kabupaten Raja Ampat.
(4) Merumuskan program kerja jangka pendek untuk pengelolaan terumbu karang yang
optimal dan agar dapat memberikan manfaat yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Raja Ampat.
Manfaat dari kajian ini adalah meningkatkan daya guna dan hasil guna untuk setiap strategi
dan kebijakan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Raja Ampat dalam pengelolaan
sumberdaya terumbu karang. Disamping itu, sebagai acuan dasar dalam melakukan implementasi
kegiatan pengelolaan terumbu karang, agar lebih efektif, efisien, dan terintegrasi. Pengelolaan
sumberdaya terumbu karang yang optimal dan berkelanjutan, tentu diharapkan akan memberikan
kontribusi nyata dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Raja Ampat dan juga ekonomi
daerah setempat.




















M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Deskripsi Raja Ampat


Raja Ampat di Provinsi Papua Barat, ibarat surga kecil yang jatuh di bumi. Keindahannya
yang menakjubkan memang seperti yang selama ini selalu didengung-dengungkan dalam
sejumlah promosi. Lautnya yang jernih dengan ribuan ikan di terumbu karang dapat dengan
mudah dinikmati dari atas kapal, menjadi impian banyak orang untuk bisa pesiar di salah satu
provinsi terujung di ujung Timur Indonesia.
Surga Terakhir di Dunia, itulah julukan yang diberikan kepada Kepulauan Raja Ampat.
Mungkin terkesan berlebihan, tetapi tidaklah demikian bagi anda yang pernah datang ke sana.
Kepulauan Raja Ampat yang terdiri dari gugusan kepulauan besar dan kecil, untaian karang laut,
pegunungan, hutan tropis, pantai berpasir putih dan aneka ragam kehidupan satwa di dalamnya
membuat Raja Ampat memiliki pemandangan alam yang sulit tertandingi keindahannya.
Untaian keindahan alam Raja Ampat terangkai indah bagaikan rangkaian mutiara yang
akan mampu mempesona siapa saja yang melihatnya. Tidaklah mudah untuk menemukan
rangkaian kata yang tepat untuk bisa benar-benar melukiskan keindahannya. Pemandangan Raja
Ampat adalah pemandangan alam yang akan membuat hati anda bergetar, nafas menjadi tertahan
dan kulit anda merinding ketika anda menatapnya. Keindahannya akan mampu membuat
sebagian dari anda yang untuk menitikkan air mata demi mengagumi betapa megah dan
pemurahnya Sang Pencipta memberikan karunia kekayaan alam kepada kepulauan Raja Ampat.
Sepertinya tidak berlebihan bila Raja Ampat disebut sebagai "surga untuk para
penyelam". Letak geografis kepulauan Raja Ampat yang berada di pusat segitiga terumbu karang
dunia membuat perairan Raja Ampat kaya akan keanekaragaman hayati bawah laut.

M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 8
Dengan suhu air laut rata-rata 22
0
-30
0
Celsius, perairan Raja Ampat memiliki kekayaan
603 jenis terumbu karang keras. Jumlah ini yang merupakan 75% dari jumlah jenisterumbu
karang yang ada di dunia. Dari berbagai hasil penelitian yang di antaranya dilakukan oleh
beberapa badan konservasi alam dunia seperti Conservation International dan Nature
Conservancy, perairan laut Raja Ampat diestimasikan memiliki kekayaan 1397 jenis ikan.
Tidaklah salah bila perairan Raja Ampat disebut sebagai "Ibukota untuk Ikan di Dunia".
Selain ikan, di perairan laut di kepulauan Raja Ampat terdapat pula 60 jenis udang
karang, 699 jenis hewan lunak (jenis moluska) yang terdiri atas 530 siput-siputan (Gastropoda),
159 kerangkerangan (bivalva), 2 Scaphopoda, 5 cumi-cumian (Cephalopoda), dan 3 Chiton.
Kekayaan ini menjadikan kepulauan Raja Ampat sebagai kawasan pulau-pulau kecil yang
memiliki keanekaragaman hayati laut yang luar biasa besar dan tingginya. (sumber: Profil
Ragam Wisata Kabupaten Raja Ampat).
Ada beberapa kawasan terumbu karang yang masih sangat baik kondisinya dengan
persentase penutupan karang hidup hingga 90%, yaitu di selat Dampier (selat antara Pulau
Waigeo dan Pulau Batanta), Kepulauan Kofiau, Kepualauan Misool Tenggara dan Kepulauan
Wayag. Tipe dari terumbu karang di Raja Ampat umumnya adalah terumbu karang tepi dengan
kontur landai hingga curam. Tetapi ditemukan juga tipe atol dan tipe gosong atau taka. Di
beberapa tempat seperti di kampung Saondarek, ketika pasang surut terendah, bisa disaksikan
hamparan terumbu karang tanpa menyelam dan dengan adaptasinya sendiri, karang tersebut tetap
bisa hidup walaupun berada di udara terbuka dan terkena sinar matahari langsung.
Kekayaan aneka ragam kehidupan bawah laut yang ada di perairan aut Raja Ampat ini
menempatkan Raja Ampat menjadi salah satu tujuan wisata selam yang paling diminati oleh
penggiat olahraga scuba diving di dunia.
Kabupaten Raja Ampat di Provinsi Papua Barat biasa disebut kepala burung memiliki
luas wilayah 46.108 kilometer persegi, dan hampir 80 persen di antaranya laut. Panjang
pantainya mencapai 4.860 kilometer. Namun, penghuninya hanya sekitar 60.000 jiwa di 35 pulau
dari 610 pulau yang ada. Penduduknya tersebar di 98 desa dan 17 distrik. Penduduk lokalnya
terdiri atas 10 suku yang memiliki mata pencarian utama sebagai nelayan. Sejak perjalanan
dengan kapal cepat selama 2 jam dari Sorong ke Pelabuhan Waisai di Raja Ampat, mata sudah
dimanjakan dengan pemandangan laut nan biru dan jerih. Pemandangannya semakin
menakjubkan begitu memasuki wilayah Raja Ampat. Meski suhu udara rata-rata 45 derajat

M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 9
celsius, bukan alasan untuk tidak menjajal obyek wisata kabupaten yang dikelilingi gugusan
pulau karang ini.

2.2. Potensi Sumberhayati Laut di Raja Ampat
1). Sumberdaya Ikan

Kabupaten Raja Ampat memiliki potensi sumberdaya ikan yang melimpah. Pada sektor
perikanan tangkap, Kabupaten Raja Ampat memiliki komoditi perikanan tangkap seperti ikan,
udang, cumi-cumi, kerang/siput dan teripang yang cukup potensial. Secara umum, jenis ikan
hasil tangkapan nelayan di Kabupaten Raja Ampat dapat dikelompokkan sebagai ikan pelagis
besar, ikan pelagis kecil, ikan demersal, dan ikan air payau. Jenis-jenis ikan yang dominan
ditangkap oleh nelayan lokal adalah ikan kembung (Rastrelliger sp), tenggiri (Scomberomorus
spp.), cakalang (Katsuwonus pelamis), tuna (Thunus sp.), kerapu, napoleon dan teri. Ikan
kembung banyak tertangkap di Distrik Teluk Mayalibit. Ikan tenggiri, cakalang dan tuna banyak
ditangkap di daerah Waigeo Selatan, Waigeo Barat, Samate, Misool, dan Misool Timur Selatan.
Sementara, ikan kerapu dan napoleon banyak dihasilkan dari Distrik Waigeo Barat, Ayau,
Kofiau dan Misool Timur Selatan.
Kemudian, untuk ikan teri (Stolephorus sp.), biasa disebut juga ikan puri, banyak
tertangkap di daerah Waigeo Selatan, Misool, Misool Timur Selatan dan dijumpai juga di Teluk
Mayalibit. Selain ikan, hasil tangkapan lainnya adalah udang, cumi-cumi, cacing laut, kerang
serta siput. Udang yang umumnya tertangkap adalah jenis lobster (Panulirus sp) yang banyak
terdapat di daerah Waigeo Barat, Kofiau, Misool, dan Misool Timur Selatan; dan udang halus
(Ebi) yang banyak ditangkap di daerah Teluk Mayalibit sekitar Kampung Beo dan Araway.
Sementara, untuk cumi-cumi banyakterdapat di daerah Waigeo Selatan dan Misool.
Ada 2 jenis cumi-cumi yang telah dimanfaatkan nelayan setempat, yakni cumi-cumi
ukuran kecil atau disebut cumi jarum (Sepiotheuthis sp.) dan cumi-cumi yang berukuran besar

M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 10
(Loligo sp.). Untuk Jenis kerang dan siput yang dimanfaatkan oleh nelayan lokal selain kerang
mutiara adalah bia garu, pia-pia, batu laga, kepala kambing dan mata tujuh. Kerang dan siput
merupakan komoditi perikanan yang memiliki nilai ekonomis penting. Lola, batu laga, bia garu,
mata tujuh dan lain-lain selain dagingnya yang dapat dimanfaatkan dalam bentuk segar atau
beku, cangkangnya juga dapat dimanfaatkan atau dijual. Cangkang bia garu oleh masyarakat
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kapur yang digunakan untuk makan pinang.
Sementara, Pinctado maxima atau kerang penghasil mutiara, banyak dieksploitasi untuk diambil
mutiaranya dan juga dimakan dagingnya.

2). Sumberdaya Terumbu Karang dan Ikan Karang

Ekosistem terumbu karang di Kepulauan Raja Ampat terbentang di paparan dangkal di
hampir semua pulau-pulau. Namun, ekosistem terumbu karang yang terbesar terdapat di Distrik
Waigeo Barat, Waigeo Selatan, Ayau, Samate, dan Misool Timur Selatan. .Pada beberapa bagian
terdapat gosong (sand backs) yang juga memiliki terumbu karang di sekelilingnya. Tipe terumbu
yang terdapat di Kepulauan Raja Ampat umumnya berupa karang tepi (fringing reef), dengan
kemiringan yang cukup curam. Selain itu terdapat juga tipe terumbu cincin (atol) dan terumbu
penghalang (barrier reef). Atol di Raja Ampat terdapat di Kepulauan Ayau dan Kepulauan Asia.
Kepulauan Raja Ampat memiliki terumbu karang yang indah dan sangat kaya akan
berbagai jenis ikan dan moluska. Berdasarkan hasil penelitian tercatat 537 jenis karang keras (Cl,
TNC-WWF), 9 diantaranya adalah jenis baru dan 13 jenis endemik. Jumlah ini merupakan 75%
dari jumlah karang di dunia. Tercatat juga 828 (Cl) dan 899 (TNC-WWF) jenis ikan karang
sehingga Raja Ampat diketahui mempunyai 1.104 jenis ikan yang terdiri dari 91 famili.
Diperkirakan jenis ikan karang tersebut dapat mencapai 1.346 jenis, berdasarkan kesinambungan
genetik di wilayah Kepala Burung, sehingga menjadikan kawasan ini menjadi kawasan dengan
kekayaan jenis ikan karang tertinggi di dunia. Berdasarkan Indeks Kondisi Karang, 60% terumbu

M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 11
karang dalam kondisi baik dan sangat baik. Walaupun demikian, disebagian wilayah telah terjadi
pengrusakan terumbu karang yang disebabkan oleh penangkapan ikan dengan menggunakan
bahan peledak dan potasium. Di kawasan Raja Ampat juga ditemukan 699 jenis hewan lunak
(jenis moluska) yang terdiri atas 530 jenis siput-siputan (Gastropoda), 159 jenis kekerangan
(bivalva), 2 jenis Scaphopoda, 5 jenis cumi-cumian (Cephalopoda), dan 3 jenis Chiton.

3). Sumberdaya Padang Lamun
Padang lamun hampir tersebar di seluruh Kepulauan Raja Ampat. Padang lamun tersebar
di sekitar Waigeo, Kofiau, Batanta, Ayau, dan Gam. Padang lamun yang terdapat di Kabupaten
Raja Ampat umumnya homogen dan berdasarkan ciri-ciri umum lokasi, tutupan, dan tipe
substrat, dapat digolongkan sebagai padang lamun yang berasosiasi dengan terumbu karang.
Tipe ini umumnya ditemukan di lokasi-lokasi di daerah pasang surut dan rataan terumbu karang
yang dangkal. Secara umum vegetasi dari padang lamun yang terdapat di Raja Ampat merupakan
tipe campuran dengan kombinasi dari beberapa jenis lamun yang tumbuh di daerah pasang surut
mulai dari pinggir pantai sampai ke tubir. Jenis lamun yang tumbuh antara lain jenis Enholus
acoroides, Thoiossio hemprichii, Holophilo ovolis, Cymodoceo rotundoto, dan Syringodium
isoetifoiium. Pada rataan terumbu pulau-pulau Raja Ampat khususnya di tepi terumbu tidak
ditemukan lamun, kecuali di Pulau Meosarar ditemukan Enholus acoroides dengan prosentase
penutupan rata-rata 2%. Kecenderungan ketidakadaan lamun adalah pada kedalaman 4 - 7 meter,
dimana substrat dasar pada kedalaman tersebut didominasi oleh terumbu karang. Pada umumnya
lamun ditemukan pada daerah reef top kedalaman 1 - 3 meter. Kepadatan lamun relatif tinggi di
Pulau Waigeo khususnya sekitar Pulau Boni dengan tutupan rata-rata 65%. Jenis-jenis lamun
yang ditemukan di Distrik Waigeo Barat dan Selatan adalah Enholus ocoroides, Holodule
pinifolio, Holophiio ovolis, Thoiossio hemprichii dan Cymodoceo rotundoto. Secara umum
kondisi ekosistem padang lamun di Distrik Waigeo Barat dan Selatan prosentase penutupannya
tergolong baik (50 - 75% ) dan sangat baik (lebih dari 75%). Potensi sumberdaya lamun cukup
tinggi, khususnya dari segi perikanan dan sumbangan nutrisi pada ekosistem terumbu karang di
sekitarnya. Kondisi padang lamun yang masih baik akan sangat mendukung bagi kehidupan
berbagai biota dengan membentuk rantai makanan yang kompleks. Sejumlah biota yang
dijumpai pada ekosistem ini antara lain adalah invertebrata: moluska (kerang kampak - Pinna
bicolor, siput labalaba - Lombis lombis, Cone - Conus sp., siput zaitun - Olive sp,, miteer -

M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 12
Vexillum sp., Polute - Cymbiolo sp., kerang mutiara - Pinctodo sp., kewuk - Cypreo sp. dan
Conch - Strombus sp.), Echinodermata (Teripang - Holothurio, Bulu babi - Diodemo sp.) dan
bintang laut (Achontoster ploncii, Linckio sp.) serta Crustacea (udang dan kepiting). Bahkan
beberapa jenis penyu sering kali mencari makanan pada ekosistem padang lamun.

4). Sumberdaya Mangrove
Luas hutan mangrove di Kepulauan Raja Ampat diperkirakan sebesar 27.180 hektar
(Mambrisaw, et al, 2006). Hutan mangrove di Kabupaten Raja Ampat yang cukup luas terdapat
di wilayah pantai Waigeo Barat, Waigeo Selatan, Teluk Mayalibit, pantai Batanta, pantai timur
Pulau Salawati, dan pantai utara serta pantai timur Pulau Misool. Hutan mangrove ini didominasi
oleh famili Rhizophoraceae dan famili Sonneratiaceae. Pulau Misool merupakan pulau yang
memiliki sebaran mangrove terbesar, kemudian diikuti oleh Pulau Waigeo, Salawati dan Batanta.
Pulau Kofiau merupakan kawasan yang memiliki sebaran mangrove yang lebih sedikit
dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya. Hutan mangrove di Raja Ampat umumnya dijumpai
di dataran rendah dengan muara dan sungai-sungai pasang surut yang menyediakan habitat yang
cocok bagi asosiasi-asosiasi Bruguiera-Rhizophora. Contoh komunitas yang terbaik terdapat di
Pulau Misool, sepanjang P. Gam dan Sungai Kasim. Selain itu komunitas mangrove terdapat
juga pada bagian hulu misalnya jenis Rhizophoro mucronoto, Ceriops togol, Bruguiem
gymnorrhizo, Nypo fruticons, dan juga terdapat pada akhir aliran air tawar misalnya jenis
Xylopcorpus gronotum, Dolichondrone spothoceo, dan Heritiero littorolis. Kondisi ekosistem
mangrove di Kabupaten Raja Ampat masih baik dengan ditemukannya 25 jenis mangrove dan 27
jenis tumbuhan asosiasi mangrove. Kerapatan pohon mangrove di Raja Ampat dapat mencapai
2.350 batang/hektar. Kerapatan pohon mangrove di daerah ini masih lebih besar dibandingkan
dengan kerapatan mangrove di daerah Bintuni dan Muara Digul. Pada ekosistem mangrove di
Raja Ampat juga ditemukan beberapa jenis biota yang dikelompokkan kedalam krustacea dan
moluska yang memiliki nilai ekonomis penting, di antaranya udang (Panaeid), kepiting bakau
(Scylla serota), dan rajungan (Portunidae). Biota yang umum ditemukan diekosistem ini adalah
ikan blodok (Perioptholmus sp.), belanak (Mugil dusumieri), bandeng (Chonos chonos), kepiting
bakau (Scyllo serata), dan kerang.



M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 13
2.3. Potensi Sumberdaya Lingkungan Laut
Salah satu sumberdaya lingkungan laut di Kabupaten Raja Ampat yang potensial sudah
berkembang adalah sumberdaya wisata laut. Sumberdaya ini telah dimanfaatkan dan dikelola
dibeberapa wilayah, yakni di Waigeo Selatan, Waigeo Barat, Batanta, Kofiau dan Misool. Lokasi
obyek wisata laut di Waigeo Selatan terletak di daerah Arborek dan Sawandrek. Di Arborek,
obyek wisata lautnya adalah penyelaman (diving) dan wisata pantai, sedangkan di Sawandrek
obyeknya adalah berenang/snorkeling dan menyelam untuk menikmati keindahan karang. Untuk
lokasi obyek wisata laut di Waigeo Barat terletak di daerah Selpele dan Wayag. Obyek wisata
lautnya adalah aktivitas penyelaman. Lokasi ini sangat berpotensi, karena selalu menjadi salah
satu tempat utama dari para wisatawan liveaboard. Selain itu, pulau-pulau karst yang terdapat di
Wayag juga merupakan sebuah panorama alam yang sangat menarik untuk dinikmati. Kemudian,
lokasi wisata Pulau Wai dan Selat Dampier sangat menantang dan mempunyai daya tarik
tersendiri. Di Pulau Wai wisatawan umumnya melakukan penyelaman untuk menikmati lokasi
bangkai pesawat thunderbolt, peninggalan PD II. Selain itu, di lokasi ini juga terkenal dengan
keberadaan manta atau ikan pari yang berukuran sangat besar dan melimpah.
Kofiau selalu didatangi oleh para liveaboard dan wisatawan untuk menikmati keindahan
bawah laut dengan menyelam atau snorkeling. Selain keindahan di bawah laut, Kofiau juga kaya
akan keindahan panorama wilayah daratannya. keunikan pemandangan goa, pulau-pulau karst,
dan melakukan aktivitas penyelaman atau snorkeling. Di beberapa goa yang tersebar di Tomolol
terdapat lukisan telapak tangan manusia berukuran besar dan hewan-hewan yang diduga dilukis
oleh manusia goa. Disamping beberapa obyek wisata yang sudah berkembang seperti tersebut
diatas, Raja Ampat juga kaya akan beberapa obyek wisata lainnya yang sangat berpotensi untuk
dikembangkan. Beberapa potensi wisata yang dapat dikembangkan ini tersebar di beberapa
kawasan, diantaranya:
1). Kepulauan Ayau
Kepulauan ini terdiri dari gugusan pulau-pulau kecil yang berada di atas kawasan atol yang
sangat luas. Pantai-pantai di kepulauan ini berpasir putih dengan areal dasar laut yang luas yang
menghubungkan satu pulau dengan pulau lain. Di kepulauan ini terdapat pulau-pulau pasir yang
unik, masyarakat setempat menyebutnya zondploot, dan di atasnya tidak terdapat
tumbuhan/vegetasi. Jenis wisata yang dapat dikembangkan di Kepulauan Ayau adalah keunikan
kehidupan suku dan budaya yang berupa penangkapan cacing laut (insonem) yang dilakukan

M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 14
secara bersama-sama oleh ibu-ibu dan anak-anak, mengunjungi tempat peneluran penyu hijau,
dan wisata dayung tradisional dengan perahu karures.
2). Waigeo Utara
Di Waigeo Utara terdapat beberapa tempat yang dapat dijadikan lokasi wisata yaitu goa-goa
peninggalan perang dunia II dan keindahan bawah laut.
3). Waigeo Timur
Di sini, khususnya di depan Kampung Urbinasopen dan Yesner terdapat atraksi fenomena alam
yang sangat menarik dan unik yang hanya bisa disaksikan setiap akhir tahun, yaitu cahaya yang
keluar dari laut dan berputar-putar di permukaan sekitar 10-18 menit, setelah itu hilang dan bisa
disaksikan lagi saat pergantian tahun berikutnya. Masyarakat di kedua kampung ini menamakan
fenomena ini sebagai "Hantu Laut".
4). Teluk Mayalibit
Lokasi wisata Teluk Mayalibit cukup unik, karena merupakan sebuah teluk yang cukup besar
dan hampir membagi Pulau Waigeo menjadi dua bagian. Banyak atraksi yang bisa dilihat disini,
seperti cara penangkapan ikan tradisional dan bangkai kerangka pesawat yang bisa dijadikan
sebagai tempat penyelaman.
5). Salawati
Di Salawati para wisatawan dapat menyaksikan bunker-bunker peninggalan Perang Dunia II
buatan Belanda dan Jepang (Jeffman) dan juga merupakan tempat yang menarik untuk
snorkeling dan diving.

2.4. Masyarakat Raja Ampat


Masyarakat Kepulauan Raja Ampat umumnya nelayan tradisional yang berdiam di
kampung-kampung kecil yang letaknya berjauhan dan berbeda pulau. Mereka adalah masyarakat

M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 15
yang ramah menerima tamu dari luar, apalagi kalau kita membawa oleh-oleh buat mereka berupa
pinang ataupunpermen. Barang ini menjadi semacam 'pipa perdamaian indian' di Raja Ampat.
Acara mengobrol dengan makan pinang disebut juga "Para-para Pinang" seringkali bergiliran
satu sama lain saling melempar mob, istilah setempat untuk cerita-cerita lucu.
Mereka adalah pemeluk Islam dan Kristen dan seringkali di dalam satu keluarga atau
marga terdapat anggota yang memeluk salah satu dari dua agama tersebut. Hal ini menjadikan
masyarakat Raja Ampat tetap rukun walaupun berbeda keyakinan.
Penduduk asli kabupaten Raja Ampat adalah terdiri dari lebih dari 10 suku adat. Suku
adat ini ada yang telah mendiami wilayah kepulauan Raja Ampat maupun yang berimirgrasi dari
wilayah kepulauan lain di sekitar Raja Ampat. Dalam buku Profil Ragam Wisata Kabupaten
Raja Ampat, Papua Barat, sebuah buku yang dipublikasikan oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata kabupaten Raja Ampat, disampaikan bahwa ada paling tidak ada 12 suku adat yang
saat ini mendiami gugusan kepulauan Raja Ampat, yaitu:
1. Suku Wawiyai (Wauyai)
2. Suku Kawe
3. Suku Laganyan
4. Suku Ambel (-Waren)
5. Suku Batanta
6. Suku Tepin
7. Suku Fiat, Domu, Waili dan Butlih
8. Suku Moi (Moi-Maya)
9. Suku Matbat
10. Suku Misool
11. Suku Biga
12.Suku Biak

Seperti lirik sebuah lagu karangan Frankie Sahilatua (alm) berjudul "Aku Papua" yang
seringkali dinyanyikan oleh artis asal Papua Edo Kondologit, ciri khas penduduk asli kepulauan
Raja Ampat adalah layaknya saudara kita yang berasal dari tanah Papua yaitu berkulit hitam dan
berambut keriting.

M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 16
Sebagai penduduk yang mendiami wilayah kepulauan yang sebagian besar wilayahnya
adalah perairan laut, maka sumber mata pencaharian utama mayoritas masyarakat Raja Ampat
adalah dengan mengolah berbagai sumber daya alam yang berasal dari laut seperti nelayan,
pembuat ikan asin, pencari rumput laut, atau sebagai penyedia jasa transportasi laut antar pulau
dll.
Masyarakat suku adat kabupaten Raja Ampat memiliki rasa kekerabatan yang kuat
antara satu sama lain. Banyak suku dan kelompok adat yang masih merasa dirinya berasal dari
satu garis keturunan. Ciri-ciri kehidupan masyarakat ada kabupaten Raja Ampat adalah: Hidup
berkelompok dalam sebuah suku dan tiap-tiap suku berpencar satu sama lain. Hidupnya
bergantung kepada hasil alam dan sering berpindah (kecuali yang sudah mengenal budaya
modern), Tali persaudaraan anta suku yang kuat, menganut gari keturunan ayah dan ibu,
memiliki kepercayaan magis dan tata cara adat.
Jumlah penduduk Kabupaten Raja Ampat pada tahun 2008 tercatat 41.170 jiwa (Proyeksi
2008). Sekitar 52.75% dari total penduduk adalah laki-laki, sisanya 47.25 % perempuan. Dilihat
dari struktur umurnya, komposisi penduduk Kabupaten Raja Ampat tergolong penduduk muda.
Persentase penduduk pada kelompok umur muda lebih besar daripada kelompok umur tua. Pada
kelompok umur 0 4 tahun tercatat 12,5 persen penduduk sedangkan pada kelompok umur 75
tahun atau lebih tercatat 0,31 persen. (Sumber: Kabupaten Raja Ampat dalam Angka).
Raja Ampat sebagai bagian dari provinsi papua barat di pulau Papua, kaya akan ragam
seni budaya musik, tari-tarian dan kerajinan tangan khas papua yang sangat eksotis. Setiap suku
yang tersebar di berbagai kepulauan Raja Ampat umumnya memiliki seni tari dan tata cara adat
sendiri. Ciri umum dari seni tari dan musik dari Raja Ampat adalah gerakan tarian yang
umumnya ditampilkan dengan bersemangat serta diiringi oleh alat musik perkusi khas papua
yang bernama Tifa, gong (mambokon) dan tambur (bakulu). Selain alat musik perkusi, alat
musik bersenar seperti gitar dan alat musik tiup seperti seruling dan alat musik tiup dari kerang
laut juga sering digunakan untuk mengiringi tarian. Beberapa contoh tarian yang sering
ditampilkan dalam berbagai upacara adat maupun penyambutan adalah Tarian Wor, Main Moun,
Tarian Batpo, Tarian Yako dan kesenian Suling Tambur.


M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 17

Kostum penari wanita yang digunakan dalam berbagai tarian khas Raja Ampat biasanya
menggunakan perpaduan dari warna-warna terang dengan kontras tinggi seperti merah, kuning
tua, hijau terang dan biru terang. Sedangkan untuk kostum penari pria umumnya adalah
bertelanjang dada di bagian atas dan untuk menutupi bagian pinggang ke bawah biasanya
menggunakan kostum khas Papua yg mediami pesisisr pantai yaitu pakaian dari bahan Sabut
(ijuk), anyaman daun kelapa atau bulu dan kulit binatang tergantung dari jenis tarian yang
dibawakan. Ada pula kaum pria yang tampil menggunakan penutup aurat khas papua yaitu
koteka.Baik penari pria dan wanita akan tampil lengkap dengan aksesoris dan rias wajah yang
khas dan eksotis yang hanya bisa kita jumpai dalam seni tradisional khas pulau papua.
Lagu-lagu khas Raja Ampat dan papua umumnya berirama riang tetapi seperti memiliki
semacam daya pikat yang menghanyutkan ketika kita menikmatinya. Umumnya lagu-lagu Papua
dinyanyikan dengan perpaduan suara vokal lebih dari satu orang. Sangat indah untuk menikmati
nyanyi-nyayian khas papua ini di tepi pantai sambil bersantai atau untuk menemani perjalanan
wisata anda di Raja Ampat.

2.5. Satwa Langka di Raja Ampat


Kekayaan alam kepulauan Raja Ampat bukan hanya ada di perairan tetapi juga di atas
daratan. Karakter daratan di mana tidak ada gunung atau pegunungan yang melampaui
ketinggian 1000 meter, menjadikan hutan di daratan Raja Ampat tergolong sebagai hutan dataran
rendah. Keanekaragaman satwa liar yang hidup di hutan-hutan di kaya sekali jenisnya.

M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 18
Kelestarian ragam habitat kehidupan satwa liar ini dilindungi dalam wilayah cagar alam.
Terdapat 4 buah cagar alam yang ada di Kabupaten Raja Ampat yaitu:
1. Cagar Alam Pulau Waigeo Barat
2. Cagar Alam Pulau Batanta Barat
3. Cagar Alam Pulau Salawati Utara
4. Cagar Alam Pulau Misool Selatan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di kawasan Cagar Alam Waigeo Barat,
tercatat lebih dari 171 jenis burung dan 27 jenis mamalia diantaranya bandikut (Echymipera
kalubu), kus-kus bertotol (Phalanger maculatus), oposum bergaris (Dactylopsila trivirgata),
kalelawar, dan tikus pohon.ditemukan. Sedangkan survey di wilayah cagar Alam Misool Selatan
mencatat kehidupan 159 jenis burung diantaranya 4 jenis burung cendrawasih dan 5 jenis
kelelawar.
Spesies yang unik yang bisa dijumpai pada saat menyelam adalah beberapa jenis kuda
laut katai, wobbegong, dan ikan pari Manta. Juga ada ikan endemik raja ampat, yaitu Eviota raja,
yaitu sejenis ikan gobbie. Di Manta point yg terletak di Arborek selat Dampier, Anda bisa
menyelam dengan ditemani beberapa ekor Pari Manta yang jinak seperti ketika Anda menyelam
di Kepulauan Derawan, Kalimantan Timur. Jika menyelam di Cape Kri atau Chicken Reef, Anda
bisa dikelilingi oleh ribuan ikan. Kadang kumpulan ikan tuna, giant trevallies dan snappers. Tapi
yang menegangkan jika kita dikelilingi oleh kumpulan ikan barakuda, walaupun sebenarnya itu
relatif tidak berbahaya (yang berbahaya jika kita ketemu barakuda soliter atau sendirian). Hiu
karang juga sering terlihat, dan kalau beruntung Anda juga bisa melihat penyu sedang diam
memakan sponge atau berenang di sekitar anda. Di beberapa tempat seperti di Salawati, Batanta
dan Waigeo juga terlihat Dugong atau ikan duyung.
Karena daerahnya yang banyak pulau dan selat sempit, maka sebagian besar tempat
penyelaman pada waktu tertentu memiliki arus yang kencang. Hal ini memungkinkan juga untuk
melakukan drift dive, menyelam sambil mengikuti arus yang kencang dengan air yang sangat
jernih sambil menerobos kumpulan ikan.
Selain itu, hutan-hutan di Raja Ampat juga merupakan surga untuk banyak sekali jenis
burung langka yang dilindungi kelestariannya. Di antaranya adalah burung kakatua putih jambul
kuning (Cacatua galerita), raja udang hutan (Halcyon macleayii), julang irian (Aceros plicatus),
kakatua raja (Probosciger aterrimus), bayan (Eclectus roratus), nuri merah kepala hitam (Lorius

M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 19
lory), mambruk viktoria (Goura victoria), kasuari, cendrawasih (Paradisaea sp.), dan maleo
(Magrocephalus maleo). (Sumber: Pesona Ragam Wisata Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat,
2009).
Dari berbagai lokasi tersebut di atas lokasi Yenwaupnor, Sawinggrai, Yenbeser, dan
Pulau Gam adalah lokasi yang tergolong mudah dijangkau untuk menyaksikan kehidupan satwa
liar khususnya habitat satwa burung. Bila anda beruntung, anda akan dapat melihat sendiri
keindahan satwa burung yang sedang bermain-main di tepi pantai berpasir putih atau terbang dan
berkicau di pepohonan di sekitar anda.
Kekayaan aneka ragam hayati yang menakjubkan baik di bawah laut maupun di atas
daratan ini menjadikan Kepulauan Raja Ampat sebagai Surga untuk kegiatan ekowisata, baik
kegiatan wisata bawah laut maupun kegiatan wisata di atas daratan. Raja Ampat memiliki semua
keindahannya.

2.6. Wisata Kapal di Raja Ampat



Bila anda ingin mendapatkan pengalaman berwisata layaknya Kapten Jack Sparrow
dalam film Pirates of The Carribean yang mengarungi perairan kepulauan tropis sambil
menyelam di lokasi-lokasi terindah, di Raja Ampat pun anda bisa mendapatkannya. Berdasarkan
data yang dicatat oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Raja Ampat sampai dengan tahun 2011,
ada 38 kapal wisata yang aktif beroperasi di perairan Raja Ampat yang menawarkan jasa wisata
seperti ini. Menjelajahi kepulauan Raja Ampat dengan kapal wisata ini akan memberikan
pengalaman yang luar biasa karena anda akan di beri kesempatan untuk menikmati hidup di
dalam kapal layar selama perjalanan.

M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 20
Umumnya kapal yang digunakan untuk tujuan kapal wisata adalah kapal layar yang
dibuat dari bahan kayu dan didesain sedemikian rupa agar memberikan pengalaman berlayar
layaknya pelaut di masa lalu. Bayangkan diri anda berada di atas kapal dengan tiang-tiang layar
yang tinggi, layar yang terkembang dan angin yang menghembus wajah anda saat anda
menikmati pemandangan kepulauan tropis. Walaupun di desain dengan bahan utama akayu
namun anda tidak perlu khawatir akan kenyamanan hidup anda selama berada di atas kapal-kapal
wisata ini. Beberapa kapal wisata bahkan memiliki pelayanan dan desain ruang layaknya di hotel
berbintang.
Rute yang ditempuh Kapal wisata ini bervariasi antara satu sama lain. Beberapa dari
Kapal wisata ini memulai perjalanannya dari kota Sorong lalu mengelilingi bagian utara pulau
Waigeo sampai ke kepulauan Wayag kemudian berlayar menuju selatan sampai dengan
Kepulauan Misool dan berakhir kembali di kota Sorong. Selama perjalanan kita akan di ajak
singgah di beberapa lokasi indah di mana kita bisa mampir untuk menikmati pemandangannya
dan tentu saja untuk menikmati pemandangan bawah laut dengan menyelam. Selain rute ini,
banyak pula kapal wisata yang menempuh rute yang menghubungkan beberapa lokasi selam dan
wisata di luar Raja Ampat.

2.7. Seni Budaya dan Kerajinan di Raja Ampat


Seni budaya Raja Ampat dalam bidang kerajinan tangan sangat beragam jenisnya. Kita
bisa mengenali ciri khas hasil kerajinan tangan asli Raja Ampat dari warna dan motifnya. Warna
yang umum digunakan adalah pepaduan warna dengan kontras tinggi seperti seperti merah tua,
kuning tua, hijau terang dan biru terang. Ornamen-ornamen motif ukiran yang seringkali
digunakan dalam seni patung, ukiran dan batik Raja Ampat adalah motif khusus khas papua.

M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 21
Dari berbagai macam jenis kerajinan tangan yang ada di Raja Ampat, terdapat dua jenis
kerajinan yang sangat diminati oleh wisatawan baik asing maupun lokal yaitu:
1. Topi Anyaman khas Arborek
Topi ini dibuat dari bahan anyaman. Topi ini berbentuknya bundar dan seringkali
digunakan wanita untuk melindungi wajah dan badannya dari sengatan matahari saat berwisata
ke pantai. Pembuatan topi ini awalnya dipelopori oleh Ibu Mambrasar dari pulau Arborek, Raja
Ampat dan kini topi khas tersebut telah menjadi kerajinan khas Raja Ampat yang diproduksi
secara berkelompok oleh ibu-ibu dari Pulau Arborek.


2. Batik Papua.
Kerajinan lain yang banyak diminati oleh wisatawan yang datang ke raja ampat adalah
Batik Papua. Berbeda dengan motif dan warna batik dari jawa yang kerap kali menggunakan
warna-warna natural maupun gelap, batik papua sangat diminati karena menggunakan motif dan
warna terang khas pantai. Batik dengan warna-warna terang ini sangat direkomendasikan untuk
digunakan saat anda berwisata di tepi pantai karena akan menambah unsur etnis lokal dalam
foto-foto liburan anda.



M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 22
Selain kedua jenis kerajinan tersebut di atas, Pemerintah Daerah Kabupaten Raja Ampat
kini sedang giat-giatnya mempromosikan hasil kerajinan lain masyarakat kepulauan Raja Ampat
sebagai salah satu daya tarik wisata Raja Ampat. Beberpa jenis kerajinan lain yang dihasilkan
oleh penduduk kabupaten Raja Ampat adalah seni patung dan kerajinan aksesoris dari bahan
batu mulia, akar dan logam.

2.8. Wisata Kuliner Raja Ampat



Berwisata ke suatu daerah tidaklah lengkap rasanya tanpa mencicipi masakan asli daerah
tersebut. Begitu pula bila kita mengunjungi kepulauan Raja Ampat. Di sini anda bisa mencicipi
berbagai macam ragam masakan khas Raja Ampat yang mengundang selera. Bila anda ingin
leluasa mencicipi masakan khas Raja Ampat, kami menyarankan untuk datang ketika perayaan
HUT Raja Ampat pada tanggal 9 Mei atau ketika Festival Raja Ampat yang biasa
diselenggarakan pada bulan Oktober setiap tahun sedang berlangsung. Di kedua waktu ini
biasanya anda akan punya kesempatan untuk mencoba berbagai masakan khas Raja Ampat. Hal
ini karena berbagai jenis masakan tersebut sengaja disajikan sebagai salah satu daya tarik wisata
yang sengaja ditampilkan untuk memperkenalkan makanan khas Raja Ampat dan Papua pada
umumnya kepada masyarakat luas.
Sebagai lokasi wisata yang sebagian besar wilayahnya adalah perairan, masakan khas
Raja Ampat tentunya banyak menggunakan sumber bahan olahan yang diambildari laut seperti
ikan, rumput laut, cacing laut dan lain sebagainya. Hal ini bukan berarti bahwa semua jenis
masakan khasRaja Ampat adalah berbahan dasar dari laut, ada juga beberapa jenis masakan yang
diolah dari daging ayam, sapi, sagu, ulat sagu dan lain-lain.

M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 23
Beberapa contoh masakan khas Raja Ampat adalah Cacing Laut goreng yang gurih sekali
rasanya. Makanan ini diolah dari bahan dasar cacing laut yang digoreng sampai kering
menyerupai keripik. Makanan lain yang cukup terkenal di Raja Ampat dan berbahan dasar dari
laut adalah Ikan Sup Kuning. Masakan ini bukan hanya terkenal di wilayah Raja Ampat saja
namun juga hampir disetiap wilayah pesisir Pantai Papua Barat.
Selain itu ada pula jenis makanan bukan darilaut yang cukup terkenal yaitu Sate Ulat
Sagu. Ulat Sagu ini di dapatkan dari tempat hidupnya di batang pohon sagu yang telah menua. Di
masyrakat asli papua yang tlah terbiasa hidup di alam, ulat sagu ini seringkali dikonsumsi
langsung dari pohonnya tanpa diolah terlebih dahulu. Dalam perkembangan penyajiannya saat
ini ulat sagu ini seringkali diolah dengan cara dibakar menyerupai sate. Rasa gurih dan asin yang
keras merupakan ciri dari ulat sagu ini. Jenis lain makanan khas yang bisa kita temui di Raja
Ampat adalah Papeda. Papeda adalah bubur Sagu yang disajikan hangat dengan kuah ikan serta
buah tomat dan lemon sebagai penambah cita rasanya.


Banyak sekali jenis masakan khas yang bisa kita cicipi saat kita mengunjungi Raja
Ampat. Terlampau banyak untuk dituliskan semua di sini. Seperti pernah kami sampaikan di
atas, bila anda ingin mencoba masakan khas Raja Ampat datanglah ketika festival wisata Raja
Ampat sedang berlangsung. Namun bila anda kebetulan datang di lain waktu tersebut, cobalah
memesannya di restoran-restoran yang menyajikan masakan khas papua yang anda jumpai
selama perjalanan anda.

2.9. Peninggalan Prasejarah dan Sejarah di Raja Ampat
Di kawasan gugusan Misool ditemukan peninggalan prasejarah berupa cap tangan yang
diterakan pada dinding batu karang. Uniknya, cap-cap tangan ini berada sangat dekat dengan
permukaan laut dan tidak berada di dalam gua. Menurut perkiraan, usia cap-cap tangan ini

M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 24
sekitar 50.000 tahun dan menjadi bagian dari rangkaian petunjuk jalur penyebaran manusia dari
kawasan barat Nusantara menuju Papua dan Melanesia.
Sisa pesawat karam peninggalan Perang Dunia II bisa dijumpai di beberapa tempat
penyelaman, seperti di Pulau Wai.

2.10. Akses Menuju Raja Ampat
Mengunjungi kepulauan ini tidaklah terlalu sulit walau memang memakan waktu dan
biaya cukup besar. Kita dapat menggunakan maskapai penerbangan dari Jakarta ke Sorong via
Menado selama 6 jam penerbangan. Dari Sorong kota yang cukup besar dan fasilitas lumayan
lengkap- untuk menjelajahi Raja Ampat pilihannya ada dua, ikut tur dengan perahu pinisi atau
tinggal di resor Papua Diving. Sekalipun kebanyakan wisatawan yang datang ke Raja Ampat saat
ini adalah para penyelam, sebenarnya lokasi ini menarik juga bagi turis non penyelam karena
juga memiliki pantai-pantai berpasir putih yang sangat indah, gugusan pulau-pulau karst nan
mempesona dan flora-fauna unik endemik seperti cendrawasih merah, cendrawasih Wilson,
maleo waigeo, beraneka burung kakatua dan nuri, kuskus waigeo, serta beragam jenis anggrek.

2.11. Pola Pemanfaatan Sumberdaya Laut di Raja Ampat
Pemahaman tentang pola-pola pemanfaatan sumberdaya laut dan peraturan pengelolaan
nya adalah sebuah komponen penting dalam sistem perikanan berkelanjutan dan pengelolaan
sumber mata pencarian di laut. Sementara perikanan ilegal dan tidak diatur diketahui
mengancam sumberdaya laut, penelitian terbaru memperlihatkan bahkan perikanan artisanal
berskala kecil pun dapat menyebabkan tangkap-lebih jika tidak dikelola dengan baik. Jejaring
KKP Raja Ampat yang luas adalah ideal untuk perlindungan dan pemulihan ekosistem laut dan
lokasi tangkap yang penting, akan tetapi justru keterpencilannya menyebabkan kesulitan
mendeteksi aktivitas illgal yang dilakukan oleh nelayan. CI dan TNC menggunakan kombinasi
survei kapal laut dan udara untuk memantau pemanfaatan sumberdaya laut di Raja Ampat, dan
mendokumentasikan jenis, ukuran, lokasi dan kegiatan kapal-kapal (termasuk tetapi tidak
terbatas pada perahu), dan juga alat tangkap terpasang seperti sero. Survei dengan kapal laut
mempunyai keuntungan dalam mendokumentasikan asal para nelayan dan memperkirakan
jumlah tangkapan, sedangkan survei udara dapat mencakup wilayah yang lebih luas dalam waktu
singkat. Selama survei udara juga dimungkinkan untuk mengidentifikasi hewan laut berukuran

M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 25
besar, seperti Paus, Lumba-lumba, Duyung, Pari Manta, Hiu dan Penyu, serta pola-pola
pemanfaatan pesisir lainnya.

2.12. Distribusi, Status dan Pengelolaan Lokasi Pemijahan Kerapu di Raja Ampat

Di Raja Ampat, jenis-jenis ikan karang mempunyai nilai budaya, ekologi dan ekonomi
yang penting untuk masyarakat, dan menjadi sumber mata penca-rian utama. Sayangnya banyak
nelayan melakukan kegiatan perikanan yang tidak berkelanjutan yang berdampak negatif pada
populasi ikan karang dan ekosistem laut. Contoh kegiatan perikanan yang tidak berkelanjutan
adalah penangkapan ikan de-ngan cara merusak (bom ikan, sianida) menangkap anak-anak ikan-
ikan atau ikan dewasa yang aktif bereproduksi.
Beberapa jenis ikan karang biasanyan berkumpul pada waktu tertentu di lokasi tertentu
untuk bereproduksi, yang lebih dikenal dengan istilah Lokasi Agregasi Pemijahan Ikan atau
singkatnya Lokasi Pemijahan. Menangkap di lokasi pemijahan berarti mengambil ikan-ikan
dewasa dalam jumlah besar hanya beberapa waktu sebelum mereka berkembang biak, sehingga
akan terjadi penangkapan berlebih, terlebih jika kegiatan perikanan di lokasi pemijahan ini
berskala komersial. Secara global, perikanan agregasi (penangkapan di daerah pemijahan)
menyebabkan hilangnya lokasi pemijahan dan pengurangan kelimpahan stok ikan, reproduksi,
rekruitmen dan ukuran rata-rata ikan. Di Raja Ampat semua lokasi pemijahan yang dikenal
bernilai komersial tinggi sehingga menjadi target penangkapan Ikan Karang Hidup Konsumsi
yang diperdagangkan, untuk memasok ikan dari Indonesia ke pasar dan rumah makan di
kawasan Asia sejak tahun 1980-an. Dengan terus melakukan kegiatan perikanan di lokasi
pemijahan di Raja Ampat yang tidak berkelanjutan, LRFFT (Life Reef Fish for Trade/ikan
karang hidup) untuk diperdagangkan)telah berkontribusi terhadap adanya penangkapan berlebih,
dan pada beberapa kasus, terjadinya kelangkaan stok di daerah tangkapan yang awalnya sangat
produktif. Terlepas dari nilai ekonomi dari jenis target pada LRFFT, hanya sedikit yang
diketahui tentang status populasi, biologi reproduksi atau kebutuhan pengelolaan dari jenis-jenis
komersial utama di Indonesia.
Untuk mendukung keputusan kebijakan perikanan yang di Raja Ampat, dilakukan survei
nelayan, sensus visual bawah air dan penandaan ikan di lokasi-lokasi pemijahan di Ayau dan
Misol Tenggara untuk menentukan lokasi, waktu, komposisi jenis dan kelimpahan dari ikan yang

M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 26
memijah. Penghitungan Tangkapan per Unit Usaha (CPUE) terhadap nelayan-nelayan juga
dilakukan di Ayau untuk memperkirakan dampak dari perikanan LRFFT lokal terhadap
kelayakan agregasi. Studi-studi tersebut dilakukan oleh para ilmuwan dan anggota tim pemantau
dari Universitas Hawaii-Hilo, TNC dan CI.




























M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 27
BAB III
STRATEGI PENGELOLAAN

3.1. Usaha Konservasi di Raja Ampat
Untuk menjaga kelestarian bawah laut Kepulauan Raja Ampat, usaha-usaha konservasi
sangat diperlukan di daerah ini. Ada dua lembaga internasional yang konsen terhadap kelestarian
sumber daya alam Raja Ampat, yaitu CI (Conservation International) dan TNC (The Nature
Conservancy). Pemerintah sendiri telah menetapkan laut sekitar Waigeo Selatan, yang meliputi
pulau-pulau kecil seperti Gam, Mansuar, kelompok Yeben dan kelompok Batang Pele, telah
disahkan sebagai Suaka Margasatwa Laut. Menurut SK Menhut No. 81/KptsII/1993, luas
wilayah ini mencapai 60.000 hektar.
Selain itu, beberapa kawasan laut lainnya telah diusulkan untuk menjadi kawasan
konservasi. Masing-masing adalah Suaka Margasatwa Laut Pulau Misool Selatan, laut Pulau
Kofiau, laut Pulau Asia, laut Pulau Sayang dan laut Pulau Ayau.
Pemerintah Raja Ampat saat ini bersama dengan TNC, CI dan mitra lainnya sedang
bekerja bersama dalam menyusun rencana pengelolaan dan zonasi jejaring KKP Raja Ampat.
Ketergantungan yang tinggi dari masyarakat lokal terhadap sumberdaya perikanan sebagai
sumber pangan dan penghasilan merupakan bahan pertimbangan serius dalam proses ini. Yang
juga penting adalah kebutuhan untuk melindungi habitat-habitat penting dan populasi ikan yang
menggantikan stok perikanan, dan menjaga jasa-jasa ekosistem seperti perlindungan daerah
pesisir. Rencana zonasi akan mengidentifikasi daerah-daerah yang cocok untuk pemanfaatan
yang berbeda; zona larang tangkap dapat mengakomodasi kegiatan-kegiatan konservasi,
penelitian dan pendidikan, sedangkan zona pemanfaatan berkelanjutan dapat digunakan untuk
kegiatan perikanan berkelanjutan lokal, pariwisata dan budidaya.
Tujuan dari kegiatan ini, yang dilakukan oleh TNC dan Universitas Queensland adalah
menyediakan informasi yang akan membantu para pengelola dalam memutuskan zonasi untuk
jejaring KKP Raja Ampat. Ada dua tujuan utama, yaitu: 1) mewakili kebutuhan para nelayan
artisanal yang menggantungkan mata pencarian dari sumberdaya laut, dan juga, 2) memenuhi
kriteria mapan untuk keberhasilan konservasi baik ekologi maupun keanekaragaman hayatinya.
Semua informasi tentang karakteristik habitat ekologi, distribusi spesis langka, pola pemanfaatan
sumberdaya dan ancaman-ancaman dikumpulkan dari penelitian-penelitian dan basis data yang

M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 28
ada, dan melalui latihan pemetaan yang melibatkan masyarakat dan para pemangku kepentingan
(stakeholder).
Sebuah perangkat lunak untuk tata ruang (MARXAN) digunakan untuk mengidentifikasi
daerah-daerah yang penting untuk konservasi dan perikanan, dan menyarankan rencana zonasi
potensial yang mungkin dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang kompleks dan sinergis.
Zona larang tangkap yang diusulkan oleh masyarakat lokal di masing-masing KKP dinilai
bersama dengan tujuannya untuk mewakili dan mereplikasi habitat-habitat kunci dan penting.
Proyek ini mendukung penyatuan je-jaring KKP Raja Ampat dengan memperhitungkan fitur-
fitur unik dari individu KKP dan hubungan dengan jejaring KKP yang lebih luas. Proyek ini juga
memasukkan informasi tentang pemanfaat-an sumberdaya dan pilihan-pilihan masyarakat ke
dalam proses zonasi.

3.2. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan dan Pembangunan Kepulauan Raja Ampat
Sebagai kabupaten yang baru, pemekaran kabupaten tersebut harus ada prioritas karena
87% luas wilayahya merupaka lautan dan 13% daratan. Selain itu Kepulauan Raja Ampat sudah
sangat terkenal dengan kekayaan alam dan biota lautnya sehingga pembangunan wilayah yang
dilakukan adalah berbasis bahari.
Kebijakan pengelolaan dan pembangunannya Kepulauan Raja Ampat harus dilakukan
dengan Co-Management melibatkan unsur-unsur pemerintah (goverment based management)
baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah yang bekerja sama dengan masyarakat lokal
(community based management) dan investor (private sector) yang berwawasan lingkungan
(Rudyanto, 2004). Pemanfaatan wilayah pesisir dan laut harus dilakukan secara terpadu dengan
memperhatikan daya dukung lingkungan (carrying capasity) wilayah tersebut. Konsep
pengelolaan kawasan pesisir dan laut disajikan pada Gambar di bawah
Berdasarkan pembahasan di atas, maka beberapa kebijakan dan strategi harus
berdasarkan kepada : (1) pemahaman yang baik tentang proses-proses alamiah (eko-hidrologis)
yang berlangsung di kawasan pesisir yang sedang dikelola, (2) kondisi ekonomi, sosial, budaya
dan politik masyarakat, dan (3) kebutuhan saat ini dan yang akan datang terhadap barang dan
(produk) dan jasa lingkungan pesisir (Rahmawaty, 2004). Berikut ini diuraikan upaya
pengelolaan pesisir dan laut Kepulauan Raja Ampat secara terpadu dan berkelanjutan.
1. Pengembangan dan pemanfaatan hasil-hasil kelautan dan perikanan serta ekowisata

M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 29
Kabupaten Raja Ampat ini dibangun dan didukung oleh potensi sumber daya alam yang lestari
untuk menuju masyarakat yang madani dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam hal ini Bupati Raja Ampat mengusulkan pembangunan kawasan ini beranjak dari hasil-
hasil perikanan dan ekowisata Kawasan ini memilki kekayaan ikan karang dan keindahan
panorama yang hebat. Dalam pemanfaatan hasil laut yang sangat melimpah program
pemanfaatan dberpijak pada pengembangan budidaya perikanan, pemberdayaan ekonomi
masyarakat pesisir dan perlindungan terhadap potensi sumber daya kelautan. Pembudidayaan
akan difokuskan pada pelatihan masyarakat serta membuat percontohan untuk budidaya rumput
laut. Seperti yang kita ketahui bahwa industry juga membutuhkan bahan mentah untuk
kosmetika, obat-obatan dan agar-agar tentunya meruakan potensi yang menjanjikan.
2. Pembangunan berwawasan lingkungan yang melibatkan masyarakat
Potensi yang ada di wilayah tersebut harus dikelola secara professional, dan secara terpadu agar
terangkat ekonomi daerah dan juga membantu ekonomi negara yang semuanya bermuara pada
pemberdayaan masyarakat atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Setelah ditetapkan
sebagai kawasan wisata, maka lokasi ini mengundang perhatian masyarakat sehingga masyarakt
tersebut berperan dalam pembangunan dan pendapatan daerah serta peningkatan ekonomi
masyarakat itu sendiri. Potensi yang sangat besar di darat maupun di laut diupayakan
pemanfaatannya sedemikian rupa dan diarahkan pada pembangunan yang berwawasan
lingkungan, artinya sumber daya alam itu dapat dieksploitasi, tetapi memperhatikan lingkungan
hidup dan pelestarian alamnya. Eksploitasi mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya, tetapi
tidak lupa bahwa tetap mendukung keseimbangannya dan pelestarian lingkungan.
3. Konservasi Ekosistem Pesisir dan Laut
Kelestarian ekosistem pesisir dan laut sangat penting demi keberlanjutan pengelolaan
sumberdaya. Meskipun secara umum ekosistem hutan dan terumbu karang di kepulauan Raja
Ampat masih baik, namun tetap diperlukan upaya-upaya pengembangan program konservasi
bagi ekosistem tersebut dengan melakukan sosialisasi dan edukasi akan pentingnya ekosistem
tersebut. Beberapa kawasan Kepulauan Raja Ampat telah ditetapkan sebagai kawasan
konservasi darat dengan luas total 489.462 ha. Dua diantaranya berada di Pulau Waigeo yaitu
Cagar Alam Waigeo Barat (153.000 ha berdasarkan SK Menhut No.395/kpts/Um/1981) dan
Cagar Alam Waigeo Timur (119.500 ha berdasarkan SK Menhut No.251/kpts-II/1992), Cagar
Alam Misool (84.000 ha berdasarkan SK Menhut No.716/kpts/Um/1982) Cagar Alam Batanta

M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 30
Barat (10.000 ha berdasarkan SK Menhut No.912/kpts/Um/1981). Selain itu laut sekitar Waigeo
Selatan meliputi pulau-pulau kecil, seperti Gam, Mansuar, kelompok Yeben dan kelompok
Batang Pele telah ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa Laut (60.000 ha berdasarkan pada SK
Menhut No.81/kpts-II/1993)
4. Peran serta aktif Pemerintah, Stake Holder dan masyarakat
Dalam pembangunan Kepulauan Raja Ampat ini harus adanya keterkaitan dan kerja sama antar
stake holder agar tidak adanya kepentingan yang tumpang tindih dan yang paling penting setiap
stake holder maupun organisasi mempunyai ketertarikan terhadap lingkungan. Adapun strategi
yang dipakai dalam proses pembangunan Raja Ampat ini, yaitu sains, pengembangan
masyarakat, kebijakan dan pengelolaan kolaboratif serta penyadaran publik. Diharapkan dengan
sains masyarakat akan lebih memahami betapa pentingnya membangun wilayahnya dengan
potensi yang ada, di lain pihak masyarakat juga berkembang tingkat ekonominya karena
pemanfaatan potensi tadi. Namun demikian pemerintah daerah harus tetap mempunyai
kebijakan untuk pembatasan manfaat dan pengelolaan sumber daya alam yang merupakan
potensi wilayah tersebut, yang harus dilakukan dengan cara kerjasama dengan pihak luar yang
mempunyai minat membantu pembangunan Kepulauan Raja Ampat.
5. Pengelolaan Sumber daya alam berbasis masyarakat
Di Kepulauan Raja Ampat ini terdapat pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan secara
tradisional oleh masyarakat seperti penentuan batas wilayah Ulayat, pengakuan hak-hak
(misalnya pembatasan nelayan dari luar untuk desa-desa tertentu seperti di Desa Arborek dan
Fam), pengontrolan ukuran komoditas laut yang bisa ditangkap (pembatasa ukuran bagi Lobster
di Desa Sawinggrai dan lola di Desa Arborek) system momatorium atau musim buka tutup
(sasi gereja) untuk teripang, lobster dan lola adanya jenis-jenis tabu yang tidak boleh ditangkap
di daerah tertentu dan lain-lain. Sistem pengelolaan tradisional ini dijadikan peluang dalam
membangun strategi konservasi berbasis masyarakat.
6. Sistem Informasi dan Komunikasi yang memadai
Kepulauan Raja Ampat ini memiliki keindahan bawah laut yang sangat menakjubkan dan
panorama yang indah tetapi sayangnya masih banyak wisatawan domestic dan mancanegara
yang belum kenal dengan lokasi ini. Oleh sebab itu pembangunan bahari juga harus didukung
dengan system informasi dan komunikasi yang memadai.


M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 31
3.3. Program Strategis di Raja Ampat
Untuk mencapai visi dan misi maka akan diadakan berbagai kegiatan yang terhimpun dalam
3 program utamanya yaitu :
1. Pembentukan lokasi/kawasan konservasi penyu;
Pulau Piai dan pualau Sayang di Kabupaten Raja Ampat adalah program percontohan
kawasan konservasi habitat peneluran penyu yang telah di lakukan oleh YPP dan akan terus
melakukan pengembangan program ke habitat-habitat penting lainnya.

2. Melakukan kampanye/penyuluhan, diskusi terfokus dan memberikan informasi tentang cara-
cara perlindungan dan pelestarian penyu;
Pembuatan buklet, stiker, sosialisasi undang-undang konservasi penyu kepada masyarakat
dan diskusi-diskusi kelompok kecil adalah media penyadaran masyarakat yang telah
dikembangkan YPP. Kegiatan penyadaran difokuskan kepada masyarakat/desa pengguna penyu.
YPP juga telah memfasilitasi beberapa pelatihan kepada masyarakat tentang teknik monitoring
penyu di pantai peneluan.

3. Mengembangkan unit-unit manajemen pengelolaan kawasan konservasi penyu (networking
system).
Ini adalah strategi pengelolaan program yang direncanakan untuk skala konservasi penyu
yang lebih besar, yang melibatkan beberapa wilayah/daerah lain baik di Papua (regional)
maupun di luar Papua (skala nasional). Saat ini YPP sedang mencoba untuk mendesain sistem
pengelolaan habitat-habitat peneluran yang ada di Raja Ampat.
Pengalaman Pengelolaan Program
Nama Program (Judul
Proyek)
Sumber Dana Periode dan
Lokasi
Jumlah Dana (Rp)
1. Perlindungan Penyu
Dan Habitatnya di Pulau
Sayang Dan Piai Lewat
Conservation
International
Indonesia (CII) dan
2005/2006
Raja Ampat
Rp.336,900,750.-

M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 32
Keterlibatan Masyarakat
Setempat dan Pihak
Terkait Secara
Partisipatif dan
Berkelanjutan di
Kabupaten Raja Ampat
Papua.
Papua Conservation
Fund (PC-Fund)
dan Sorong
2. Participatory
conservation of sea
turtles and their habitats
in Raja Ampat, West-
Papua, Indonesia.
CII 2006/2007
Pulau Piai Raja
Rp. 296,060,000.-
3. Raja Ampat SeaTurtle
Conservation Program.
CI 2007/2008 Rp. 495,286,750.-
4. Raja Ampat
Community-based Sea
Turtle Conservation
Program.
CI 2008/2009 Rp.1,092,545,384,-
5. Nesting Beach
Monitoring on Sayang
Island
EBM 2008/2009 Rp. 136,458,000.-

3.4. Valuasi Ekonomi Terhadap Jasa Ekosistem di Raja Ampat
Ekosistem yang sehat adalah aset yang sangat berharga yang dapat menjadi sulit atau
mustahil untuk menggantinya. Keputusan yang berdampak pada ekstraksi sumberdaya alam
harus dibuat dengan kesadaran penuh akan potensi kehilangan jangka panjang akibat keuntungan

M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 33
langsung. Juga dengan para praktisi konservasi harus memahami intensif dari pemangku
kebijakan ketika mengusulkan skenario pengelolaan. Dalam rangka membantu memperoleh
informasi yang diperlukan di Raja Ampat, pada tahun 2006, Profesor dari Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Papua (UNIPA) dan dua ahli ekonomi sumbedaya alam melakukan: 1)
estimasi biaya dan manfaat ekonomi langsung seperti kegiatan perikanan, pariwisata dan
pertambangan; dan manfaat tidak langsung dari jasa ekosistem seperti perlindungan pantai; 2)
menganalisis dampak dan kerusakan yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi atau pemanfaatan
sumbedaya alam; 3) mengidentifikasi pilihan-pilihan untuk pengambil kebijakan untuk
mengoptimalkan pembangunan ekonomi untuk masyarakat di Raja Ampat, sekaligus
meminimalkan dampak negatifnya terhadap habitasn dan ekosistem penting. Data pariwisata
terbaru juga dilaporkan dalam dokumen ini.
Penelitian ini memberikan simulasi mendalam tentang kegiatan ekonomi yang saling
berkonflik di Kabupaten Teluk Mayalibit (Waigeo, Raja Ampat) untuk menggambarkan
hubungan dari sektor-sektor yang berbeda dan potensi kerusakan dari industri ekstraktif seperti
penebangan hutan dan penambangan dapat menutupi kegiatan ekonomi lain dan ekosistem
penting. Penebangan hutan dan penambangan nikel adalah industri yang yang sangat
menguntungkan akan tetapi dapat menghancurkan hutan tropis, hutan bakau dan terumbu karang
lewat sedimentasi dan erosi.

3.5. Pengembangan Struktur Tata Kelola Untuk Jejaring KKP Raja Ampat
Pemerintah Raja Ampat membentuk jejaring KKP Raja Ampat pada tahun 2006 lewat
pendeklarasian 6 buah KKP, sehingga total KKP di dalam jejaring menjadi 7. Jejaring ini
memerlukan struktur penge-lolaan yang sejalan dengan peraturan pemerintah untuk pengelolaan
KKP, dan mengidentifikasi cara-cara memasukkan kepemilikan tradisional dan sistem sasi ke
dalamnya. Lembaga pengelolaan dan proses yang dihasilkan selanjutnya dapat digunakan
sebagai model untuk jejaring KKP dan calon KKP yang dideklarasikan di bawah peraturan yang
sama di seluruh Indonesia. Aspek-aspek penting dari proses ini meliputi peran kepemimpinan
yang kuat dari pemerintah dalam penyusunan struktur pengelolaan ini, dan kebutuhan untuk
pengakuan formal dari peraturan KKP pada semua tingkat pemerintah di Indoensia.



M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 34
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Maksud utama dari penyusunan rencana strategi pengelolaan terumbu karang serta
sumberdaya hayati laut di Kabupaten Raja Ampat adalah menggagas strategi utama dan program
kerja yang perlu diambil untuk mempercepat keberhasilan pengelolaan sumberdaya terumbu
karang serta sumberdaya hayati laut di Kabupaten Raja Ampat. Hal ini juga dapat memberikan
arahan dalam mendayagunakan sumberdaya terumbu karang dan sumberdaya lainnya secara
optimal dan berkelanjutan guna mewujudkan pertumbuhan ekonomi (kemakmuran) daerah,
peningkatan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat, dan terpeliharanya daya dukung
ekosistem terumbu karang secara seimbang dan berkelanjutan. Argumentasi utama dalam
merumuskan rencana strategi ini, didasarkan pada kenyataan bahwa Kabupaten Raja Ampat
memiliki keanekaragaman sumberdaya hayati laut terbesar di dunia, oleh sebab itu sudah
seharusnya Pemerintah Daerah dan masyarakat Raja Ampat perlu memberikan perhatian yang
lebih besar terhadap usaha untuk mendayagunakan sumberdaya terumbu karang yang
dimilikinya guna mengembangkan daerahnya di masa kini dan masa mendatang. Karena,
keindahan ekosistem terumbu karang dapat menjadi andalan dan modal bagi pembangunan
Kabupaten Raja Ampat. Kemudian, untuk mewujudkan pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya terumbu karang secara optimal dan berkelanjutan ini, tentu diperlukan koordinasi
terpadu dan kerja keras dari semua pihak. Salah satu kunci keberhasilan dalam pengelolaan
kawasan ekosistem terumbu karang adalah partisipasi aktif dan dukungan penuh dari masyarakat
lokal yang sumber kehidupannya secara langsung bergantung pada hasil laut, serta bekerja sama
dengan lembaga-lembaga pemerintah dalam suatu pengaturan yang disepakati bersama.

4.2. Saran
Pengelolaan pesisir dan laut Kepulauan Raja Ampat harus dilakukan secara bertahap
masih perlu adanya banyak kajian yang dilakukan dalam mendalami potensi-potensi yang ada.
Kepulauan Raja Ampat ini sangat berpotensi untuk pembangunan objek wisata, terutama wisata
bahari. Dalam pembangunannya pun harus lebih ke arah pembangunan berbasis lingkungan
dengan memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan tidak melupakan serta merusak
sumber dayanya tersebut. Selain itu yang paling penting adalah keterpaduan dari setiap sektor

M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 35
serta adanya koordinasi antara pemerintah, stakeholder dan masyarakat agar terciptanya
pertumbuhan ekonomi untuk mensejahterakan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.






























M a k a l a h K o n s e r v a s i P e r a i r a n

Page 36
Daftar Pustaka
Atiyah Oemie, 2007. Jurnal Raja Ampat. Di unduh tanggal 3 Oktober 2010
Ikawati, Juni, 2010. Nasib Terumbu Karang Di Tangan Anda. Jakarta : Coremap LIPI
Peristiwady, Teguh, 2006. Ikan-ikan Laut Penting Di Indonesia: Penting diidentifikasi.
Jakarta:LIPI Press
Farid, Muhammad Anggraeni Dessy, 2005. Pengelolaan Sumber Dya Alam dan Pilihan
Konservasi Berbasis Masyarakat Di Waigeo Selatan Kepulauan Raja Ampat. Majalah
Tropika Volume 9 No 2. Jakarta : Conservation International Indonesia.
Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting, dan M.J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya
Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Rahmawaty. 2004. Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Kelautan secara Terpadu dan
Berkelanjutan. e-USU Repisotory Universitas Sumatera Utara.
Rudyanto, A. 2004. Kerangka Kerjasama dalam Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan
Laut.
Makalah disampaikan pada Sosialisasi Nasional Program MFCDP 22 September 2004.
http://artikellama.blogspot.com
http://regional.coremap.or.id
http://bagusrn-fpk09.web.unair.ac.id
http://www.pasirpantai.com
http://travel.kompas.com
http://www.gorajaampat.com

Anda mungkin juga menyukai