Anda di halaman 1dari 11

TUGAS IPS

KEGIATAN EKONOMI MARITIM DAN


EKONOMI AGRIKULTUR

Disusun oleh:
1. Afrida Tri Hastanti/01/8C
2. Farrel Naufal Ramadhan/15/8C
EKONOMI MARITIM

1. Jasa Penyebrangan Kapal Antar Negara atau Pulau.


Sebagai negara kepulauan yang terdiri sekitar 17.000 pulau, Indonesia memerlukan sarana
penghubung untuk mempersatukan Nusantara. Karena itu, angkutan penyeberangan harus
dikelola dengan baik.

Di Indonesia terdapat dua lintasan angkutan penyeberangan yaitu penyeberangan komersil dan
perintis. Untuk penyeberangan komersil, banyak perusahaan yang mengoperasikan kapal baik
yang dikelola swasta maupun BUMN. Sementara untuk lintasan perintis sepenuhnya menjadi
tanggung jawab pemerintah.
2. Wisata Bahari Raja Ampat

Kepulauan Raja Ampat


merupakan rangkaian empat
gugusan pulau yang berdekatan
dan berlokasi di barat bagian
Kepala Burung (Vogelkoop)
Pulau Papua. Secara
administrasi, gugusan ini
berada di bawah Kabupaten
Raja Ampat, Provinsi Papua
Barat. Kepulauan ini sekarang
menjadi tujuan para penyelam
yang tertarik akan keindahan
pemandangan bawah lautnya.
Empat gugusan pulau yang
menjadi anggotanya dinamakan menurut empat pulau terbesarnya, yaitu Pulau Waigeo, Pulau
Misool, Pulau Salawati, dan Pulau Batanta.Asal mula nama Raja Ampat menurut mitos
masyarakat setempat berasal dari seorang wanita yang menemukan tujuh telur. Empat butir di
antaranya menetas menjadi empat orang pangeran yang berpisah dan masing-masing menjadi
raja yang berkuasa di Waigeo, Salawati, Misool Timur dan Misool Barat. Sementara itu, tiga
butir telur lainnya menjadi hantu, seorang wanita, dan sebuah batu. Dalam perjalanan sejarah,
wilayah Raja Ampat telah lama dihuni oleh masyarakat bangsawan dan menerapkan sistem adat
Maluku. Dalam sistem ini, masyarakat sekumpulan manusia. Tiap desa dipimpin oleh seorang
raja. Semenjak berdirinya lima kesultanan muslim di Maluku, Raja Ampat menjadi bagian klaim
dari Kesultanan Tidore. Setelah Kesultanan Tidore takluk dari Belanda, Kepulauan Raja Ampat
menjadi bagian klaim Hindia-Belanda.Masyarakat Kepulauan Raja Ampat umumnya nelayan
tradisional yang berdiam di kampung-kampung kecil yang letaknya berjauhan dan berbeda
pulau. Mereka adalah masyarakat yang ramah menerima tamu dari luar, apalagi kalau kita
membawa oleh-oleh buat mereka berupa pinang ataupun permen. Barang ini menjadi semacam
'pipa perdamaian indian' di Raja Ampat.
3. Perikanan di SAP Kepulauan Waigeo
Potensi perikanan yang
dimanfaatkan oleh nelayan di
sekitar SAP Kepulauan Waigeo
Sebelah Barat adalah batu-batu
(kakak tua), bubara (kuwe),
cangkalang, dan gutila (lencam).
Jenis alat tangkap yang
dipergunakan untuk menangkap
ikan antara lain: pancing, pancing
dasar, cigi, jaring insang, dan
speargun.
Di Kampung Sarpele terdapat sebuah
perusahaan mutiara. Sebagian
penduduk kampung bekerja di
perusahaan ini dan juga menjual hasil
tangkapan ikan ke perusahaan.
Dibandingkan kelima kampung
lainnya dari segi ekonomi, peredaran
uang di Kampung Serpele terlihat
cukup bagus karena masyarakat dapat
menjual secara langsung hasil
tangkapan ikan (cumi, lobster, kerapu, ikan, dll) ke pengumpul hasil perikanan dari Sorong
maupun perusahaan mutiara atau ditukar dengan bahan-bahan sembako. Wilayah ini memiliki
keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Sejumlah fauna dapat dijumpai seperti ketam kenari
(Birgus latro), Soasoa (Hydrosaurus amboinensis), burung elang laut perut putih (Holiaeetus
leucogaster), dara laut kepala putih (Anour minibus), nuri merah kepala hitam (Lorius lory) dan
burung raja udang (halcyon sp). Jenis ikan hias diantaranya jenis kupu-kupu (Chaetodon spp),
sersan mayor (Abudefdul spp) dan ikan badut (Amphiprion sp), kepe-kepe (Pamacentrus spp)
dan mujair laut (Dascyllus spp).Terdapat 537 jenis karang keras, dimana 9 diantaranya
merupakan jenis baru dan 13 jenis endemik. Jumlah ini merupakan 75% karang dunia (CI, TNC-
WWF).
4. Wisata Bahari Gili Indah/Gili Matra
Gili Indah adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok
Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Desa ini menaungi tiga pulau Gili: Gili
Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air.
1. Gili Air, Desa Gili Indah menjadi destinasi wisata favorit bagi
turis mancanegara, salah satunya karena iklim tropisnya yang
kaya dengan sinar matahari. Kalau berkunjung ke Gili Air, kita
bisa menikmati indahnya dunia bawah air laut dengan beragam
biota. Juga bisa berjumpa dengan beragam macam ikan, mulai
dari kuda laut sampai kura-kura. Meskipun pulau kecil, Gili Air
sudah memiliki fasilitas yang lengkap. Bagi Wonderer yang
berkunjung ke sini jangan khawatir soal penginapan. Sudah ada hotel yang berdiri di pulau ini.
Ada juga restoran hingga bar. Gili Air tidak memungut biaya tiket masuk.
2. Gili Trawangan, Gili Trawangan juga menawarkan wisata pesisir pantai yang sedap dipandang
mata. Di Gili Trawangan, kita bisa menyaksikan momen indah ketika matahari terbit (sunrise)
dan matahari tenggelam (sunset). Di Gili Trawangan tak ada
kendaraan bermotor seperti yang kita temukan di Kepulauan
Seribu, kita cuma bisa memanfaatkan moda transportasi sepeda
dan kereta kuda atau andong. Makanya, pulau ini minim polusi
udara. Kita bisa pilih di antara keduanya untuk menikmati
keindahan di sekeliling pulau. Untuk merasakan segarnya air
laut, kamu bisa snorkling. Di sepanjang jalan tepi pantai banyak
yang membuka jasa snorkeling untuk di Gili Trawangan, Gili Air, dan Gili Meno, dengan harga
paket Rp100 ribu hingga Rp700 ribu. Gili Trawangan juga menyajikan kuliner asli Lombok yang
bisa kamu dapatkan di warung-warung. Ada juga puluhan jenis street food yang tersedia di
sepanjang jalan.
3. Gili Meno, pulau yang satu ini seperti surga yang tersembunyi
karena tidak ada hingar-bingar seperti di Gili Trawangan dan Gili
Air. Namun menawarkan pengalaman yang berbeda. Cocok untuk
yang suka dengan suasana sepi dan menenangkan. Kamu juga bisa
berburu sunrise di Jetty Bar yang letaknya di sisi timur pulau. Selain
itu, bisa kitaberolahraga snorkling dan bertemu penyu berenang di
Gili Meno Wall dengan ombaknya yang landai. Tersedia juga kafe-
kafe yang bisa asik untuk nongkrong.
5. TNP (Taman Nasional Perairan) Laut Sawu, Salah Satu Segitiga Karang
Dunia.
Perairan Laut Sawu memiliki keanekaragaman hayati laut
yang sangat melimpah. Lebih dari itu, periran ini menjadi
lintasan berbagai biota laut yang dilindungi. Karena
keunikan tersebut, maka kawasan perairan Laut Sawu dan
sekitarnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur ditetapkan
sebagai Taman Nasional Perairan. Laut Sawu merupakan
Segitiga karang dunia (Coral Triangle). Segitiga karang
sendiri adalah istilah geografis untuk menyebut wilayah perairan yang menyimpan potensi laut
yang luar biasa, setidaknya menjadi habitat bagi lebih dari 500 jenis terumbu karang dan 3.000
jenis ikan. Segitiga karang meliputi enam negara yaitu
Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan
Solomon, dan Timor Leste. Jika ditarik garis batas yang
melingkupi wilayah terumbu karang dari keenam negara
tersebut akan menyerupai segitiga. Sebagai bagian dari
segitiga karang dunia, tentunya Laut Sawu memiliki
potensi laut yang tinggi. TNP Laut Sawu dikelola
sebagai bank penyedia telur dan larva ikan, tempat
pembaruan, dan penambahan stok ikan di wilayah konservasi. Selain menyediakan sumber
makanan, Laut Sawu juga menjadi tempat perlintasan bagi 31 jenis mamalia laut yang terdiri dari
18 spesies paus, 12 spesies lumba-lumba, dan 1 spesies dugong. Perairan ini juga menjadi rumah
bagi berbagai jenis ikan, misalnya kerapu, napoleon, hiu, pari manta, ikan kakatua, dan tuna sirip
kuning. TNP Laut Sawu terbagi dalam dua wilayah yaitu
Wilayah Perairan Selat Sumba dan sekitarnya
(557.837,40 Ha) dan Wilayah Perairan Tirosa-Batek dan
sekitarnya (2.797.515,42 Ha) sehingga luas totalnya
menjadi lebih dari 3,5 juta hektar. Sebagai kawasan
konservasi, TNP Laut Sawu bisa menjadi basis
penangkapan ikan secara berkelanjutan dan mendukung
perlindungan keanekaragaman hayati laut. Laut Sawu juga menjadi zona paling berbahaya bagi
para paus. Dalam kurun waktu sembilan bulan terakhir, gerombolan paus pilot kembali
terdampar dan mati di perairan Kabupaten Sabu Raijua, NTT. Bahkan pada awal Agustus 2020,
sekitar 11 Paus Pilot (Globicephala macrorhynchus) ditemukan terdampar di Pantai Lie Jaka,
Kelurahan Ledeunu, Kecamatan Raijua, Kabupaten Sabu Raijua.
EKONOMI AGRIKULTUR

1. Perkebunan Kopi di Lampung Barat


Lampung Barat tersohor dengan tanahnya yang subur
sejak dulu. Daerah tersebut di dominasi oleh pantai dan
bukit-bukit dengan ketinggian tanah 500 hingga 1000 di
atas permukaan laut (mdpl). Tanahnya subur. Dataran
Lampung Barat pun memiliki perkebunan yang
diunggulkan dari daerah tersebut adalah kopi dengan jenis
robusta, yang merupakan favorit dunia. Kopi robusta Lampung menjadi penyumbang ekspor
terbanyak bagi Lampung Barat dengan produksi 100.000 ton per tahun. Perkebunan Kopi,
Lampung Barat memiliki luas lahan perkebunan kopi sebesar 53 ribu hektare. Kebun-kebun kopi
tersebut tersebar di 15 kecamatan, lima kelurahan, dan 131 desa. Salah satu daerah perkebunan
kopi di Kabupaten Lambung Barat adalah Liwa. Liwa yang
juga merupakan ibu kota Kabupaten Lampung Barat,
penghasil utama kopi robusta. Liwa memiliki luas lahan
perkebunan 53.606 Ha, kapasitas produksi 52.645 ton kopi,
dan baiknya semua perkebunan tersebut 100% dikelolah oleh
rakyat sebanyak 35.737 KK petani kopi. Pada umumnya mata
pencaharian masyarakat Lampung Barat adalah petani kopi
atau tanaman perkebunan lainnya. Itu menjadikan kopi khas Lampung ini lambat laun
menujukan peningkatan yang signifikan. Dorongan dari pemerintah dalam memberikan arahan
kepada petani agar menerapkan sistem tanam tepat guna menjadi salah satu faktornya. Dalam
meningkatkan produksi tanaman kopi khas lampung serta sebagai langkah mempermudah petani
kopi dalam melakukan perbaikan lahan yang sudah dianggap tidak produktif lagi, Kabupaten
Lampung Barat, menjadi sentra ujicoba pengembangan
sistem Somatik Embriogenesis (SE) tanaman kopi untuk
Provinsi Lampung. Sistem ini akan berpengaruh besar pada
produktifitas tanaman, sekaligus mengenalkan kepada petani
akan sistem yang dapat memicu peningkatan hasil panen
setiap tahunnya. Daerah Lampung Barat menjadi contoh
terbaik di Provinsi Lampung dalam peningkatan produksi
dan mutu kopi karena kualitas kopinya (robusta) terbaik nasional. Secara umum kopi Robusta
Lampung Barat sendiri memiliki body tinggi, acidity rendah, dengan karakter earthy dan notes
nutty, woody dan dark chocolate. Kopi Robusta memiliki varietas kopi yang sangat sedikit bila
dibandingkan dengan Kopi Arabika. Kopi Lampung umumnya masih diproses secara tradisional
atau natural. Harga dari kopi Lampung Barat asli itu sendiri bermacam-macam. Namun, harga
kopi robusta Lampung Barat, tidak akan melebihi harga kopi arabika.
2. Perkebunan tembakau di Temanggung
Temanggung merupakan salah satu kabupaten di Jawa
Tengah yang memiliki luas wilayah 870,65 kilometer
persegi. Sebagian besar wilayahnya berupa dataran tinggi
dan pegunungan, yakni bagian dari dataran tinggi Dieng.
Letaknya yang di daerah pegunungan, membuat tanaman
tembakau cocok ditanam di daerah itu. Tembakau
Temanggung merupakan penyuplai utama dua pabrik
rokok terbesar di Indonesia, PT Djarum, dan PT Gudang
Garam. Masyarakat Temanggung sangat mengandalkan sektor pertanian sebagai sumber
penghasilan. Mereka sangat bergantung kepada iklim dan cuaca
agar bisa menghasilkan hasil panen lebih baik. Kabupaten
Temanggung merupakan salah satu daerah penghasil tembakau
rajangan di Jawa Tengah yang memiliki rasa sebagai lauk. Areal
penanaman-nya meliputi lereng gunung Sumbing, Sindoro, dan
Prau. Potensi areal tembakau Temanggung sekitar 9.326 ha
dengan produksi 9.496 ton. Namun, areal tanaman tembakau di
Kabupaten Temanggung turun sekitar 4.600 hektare pada masa
tanam 2020 turun sekitar 2.000 hektare dibanding tahun 2019,
karena imbauan bupati agar lahan dimaksimalkan untuk tanaman pangan dan supaya masyarakat
mengantisipasi kemungkinan pasar yaitu jika ada pengurangan permintaan dari pabrik rokok
terkait pandemi COVID-19 sekitar 20 persen.
Hampir semua industri rokok keretek membutuhkan
tembakau temanggung. Tak hanya sebagai
penghasil tembakau terbaik, Temanggung juga
merupakan salah satu penghasil tembakau terbesar
di indonesia yang dikelola oleh para petani. Hampir
sekitar 200 ribu petani yang menggantung
kehidupannya kepada tembakau Tembakau
Temanggung sesuai ditanam di daerah dengan
ketinggian 400 m dpl. sampai dengan 1.500 m dpl.
Curah hujan antara 2.200 – 3.100 mm/tahun dengan 8 – 9 bulan basah dan 3 – 4 bulan kering.
Tanah yang sesuai untuk tembakau adalah tanah yang gembur, remah, drainase baik, dan mudah
mengikat air serta pH sekitar 5,5 – 6,5.
3. Peternakan Sapi di Sulawesi Selatan
Menurut Badan Pusat Statistik, populasi sapi di Peternakan
Sapi Sulawesi Selatan pada tahun 2020 mencapai
1.431.533 ekor. Jumlah populasi sapi ini menyebar di
seluruh Kabupaten di Sulawesi Selatan seperti Kabupaten
Bantaeng, Barru, Bone, Bulukumba, Enrekang, Gowa,
Jeneponto, Kepulauan Selayar, Luwu, Luwu Timur, Luwu
Utara, Maros, Pangkajene dan Kepulauan, Pinrang,
Sidenreng Rappang, Sinjai, Soppeng, Takalar, Tana Toraja,
Toraja Utara, Wajo, Makassar, Palopo, dan Parepare.
Jenis sapi yang banyak dipelihara di Peternakan Sapi
Sulawesi Selatan mayoritas adalah jenis sapi Bali dan
sebagian kecil lainnya adalah jenis sapi persilangan
Limousin dan Simmental, serta Peranakan Ongole. Para
petani dan peternak di sana melakukan proses breeding
(perkembangbiakkan) dengan cara kawin alami, tetapi
beberapa peternakan sudah menggunakan metode
Inseminasi Buatan. Bibit atau pedet yang dihasilkan akan
dipelihara oleh para petani dan peternak di padang
penggembalaan atau pinggiran hutan. Sebagian besar
petani di pedesaan Sulawesi Selatan memilih untuk
beternak sebagai usaha sampingannya dan mereka
memelihara sapi dengan metode kandang iketan. Hampir
sama seperti para petani dan peternak di Pulau Bali dan
Jawa, para peternak dan petani di Sulawesi Selatan juga
beternak dengan orientasi menjadikannya sebagai
tabungan. Jadi, ketika kelak mereka membutuhkan
banyak dana untuk biaya sekolah, hajatan, merenovasi
rumah, atau lain sebagainya, mereka bisa menjual sapi-
sapi hasil peliharaan mereka ke pasar hewan atau pedagang-pedagang setempat.
4. Pertanian Padi di Jawa Tengah
Provinsi Jawa Tengah memperoleh penghargaan sebagai
daerah dengan tingkat produksi beras tertinggi se-
Indonesia tahun 2019. Penghargaan diserahkan Menteri
Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo, tepat pada HUT ke-
75 Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Pertanian
RI, penghargaan ini
diperoleh karena Jateng,
berhasil memproduksi
panen padi 9.655.653 ton gabah kering giling (GKG), pada tahun
2019. Jumlah tersebut, setara dengan produksi beras 5.539.448 ton
beras.
Produksi padi Jawa Tengah
mengalahkan Provinsi Jawa
Timur yang menghasilkan 9.580.933 ton GKG, setara
5.496.581 ton beras. Selain provinsi Jateng yang
memperoleh penghargaan, tiga kabupaten di Jawa Tengah
juga memperoleh predikat produsen padi tertinggi.
Ketiganya adalah Kabupaten Grobogan dengan 772.551
ton GKG di tempat ke delapan, Kabupaten Sragen dengan 766.012 GKG di tempat ke sembilan,
dan Kabupaten Cilacap dengan 699.965 GKG.
5. Perkebunan Karet di Sumatera Selatan
Provinsi Sumatera Selatan merupakan daerah yang
memiliki produksi karet kering tertinggi dan juga
merupakan daerah yang memiliki luas areal PR terluas
di Indonesia. Menurut data publikasi Badan Pusat
Statistik (BPS), pada tahun 2018 Produksi karet kering
PR diperkirakan mencapai 926,54 ribu ton atau sekitar
30,83 persen dari total produksi karet kering PR
(Perkebunan Rakyat) nasional, dengan luas areal PR
diperkirakan sebesar 788,77 ribu hektar (25,33 %) dari
luas areal PR (Perkebunan Rakyat) karet nasional. Luas areal PR dan tingkat produksi PR
(Perkebunan Rakyat) karet di Provinsi Sumatera Selatan yang cukup tinggi nyatanya tidak
menjamin kesejahteraan petani karet juga tinggi. Banyak
sekali petani karet yang mengeluhkan bahwa mereka
mengalami defisit, yaitu kenaikan harga produksi relatif
lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang
konsumsinya atau pendapatan petani turun, lebih kecil
dari pengeluarannya. Harga karet yang cendrung
berfluktuasi dan dinilai masih sangat murah serta harga
barang-barang pokok dan kebutuhan hidup lainnya
cendrung mengalami
peningkatan
merupakan faktor utama yang selalu dikeluhkan dan menjadi
permasalahan bagi para petani karet di provinsi Sumatera
Selatan. Harga karet sendiri mulai bergerak tarun sejak tahun
2013 meski pada tahun 2011 saat booming komoditas
menembus US$ 5/kg. Namun, pada tahun2017 diketahui hanya
US$1,65 per KG, dan pada tahun 2018 mencapai US$1,4 per
KG.

Anda mungkin juga menyukai