I. PENDAHULUAN
pesisir sebagai tempat tiggal, hal ini untuk memudahkan begi nelayan dalam
melakukan kegiatan sehari-hari, salah satu kegiatan nelayan di daerah pesisir yaitu
empat desa dengan penduduk mayoritas berprofesi sebagai nelayan pesisir. Lokasi
penangkapan ikan (Fishing Ground) nelayan tersebut berada di teluk pamukan itu
sendiri, teluk pamukan merupakan daerah penangkapan ikan yang cukup startegis
bagi nelayan setempat, karena berjarak sangat dekat dengan tempat tinggal, hal ini
sesuai dengan pendapat (Mukhtar, 2010). Yang menyatakan bahwa kondisi yang
Sebagai bagian dari aktivitas industri tersebut, kegiatan pelayaran masih menjadi
alur pelayaran dalam perairan teluk pamukan, aktivitas kapal industri lainnya
yang terus berlansung yaitu kegiatan bongkar muat barang seperti kernel dan
pupuk untuk perkebunan sawit yang dilakukan ditengah teluk pamukan, barang
tersebut dibongkarb dari kapal tangker ke kapal angkutan yang lebioh kecil
(imbal).
masuk ke badan air dengan bermacam cara, dapat melalui atmosfer, tanah
limpasan (run off), limbah pertanian, limbah domestik serta pembuangan limbah
industri, (Effendi, 2003). Secara visual perairan teluk pamukan mengalami tingkat
kekeruhan yang cukup tinggi pada jam-jam tertentu, khususnya saat air telah
surut, biasanya dimuali dari jam 11.00 sampai dengan jam 15.00, hal tersebut
diduga berhubungan dengan pengaruh pasang surut air laut serta kontribusi
beberapa aliran sungai yang bermuara di teluk pamukan, hal tersebut sesuai
tinggi disebabkan oleh adanya partikel koloid dan suspensi dari suatu polutan
berupa bahan organik maupun anorganik, buangan industri dan berbagai penyebab
lainnhya, namun sejauh ini belum ada data akurat yang dapat menjawab ada atau
pamukan.
Daniel (2010). Adanya dua kegiatan berbeda dalam satu wilayah yang sama dapat
3
menimbulkan berbagai persepsi diantara dua kegiatan tersebut, dalam hal ini
ikan fishing ground terdekat yang dimanfaatkan oleh nelayan khususnya empat
Desa terdekat di sepanjang pesisir teluk, aktivitas lain yang ada di area teluk
pupuk serta kernel kelapa sawit menggunakan kapal tanker, aktifitas tersebut
kualitas air tentu akan mempengaruhi status mutu air yang tidak lagi sesuai
sosial dimasyarakat.
belum diketahui pola persebaran dan status mutu air teluk pamukan, serta kondisi
sosial atau persepsi masyarakat dengan adanya kegiatan lain di teluk pamukan.
berikut:
2. Memetakan pola sebaran kualitas air dan skala mutu air teluk
pamukan.
Teluk adalah perairan laut yang menjorok masuk ke dalam daratan atau
daratan yang melengkung oleh karena itu, perairan teluk relatif terlindung dari
ombak, badai, dan angin ribut. Karena itu, teluk merupakan salah satu lokasi yang
sangat ideal untuk kegiatan penangkapan ikan, budi daya ikan laut serta berbagai
Teluk merupakan perairan estuati. Estuari berasal dari kata aetus yang
yang setengah tertutup, yang berhubungan dengan laut bebas. Estuaria adalah
wilayah pesisir semi tertutup yang mempunyai hubungan bebas dengan laut
terbuka dan menerima masukan air tawar dari daratan atau perairan muara sungai
semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan
tertangkap dalam jumlah yang maksimal dan alat tangkap dapat dioperasikan serta
ekonomis.
Suatu wilayah perairan laut dapat dikatakan sebagai “daerah penangkapan ikan”
apabila terjadi interaksi antara sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan
dengan teknologi penangkapan ikan yang digunakan untuk menangkap ikan. Hal
ini dapat diterangkan bahwa walaupun pada suatu areal perairan terdapat
sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan tetapi alat tangkap tidak dapat
6
dioperasikan yang dikarenakan berbagai faktor, seperti antara lain keadaan cuaca,
maka kawasan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai daerah penangkapan ikan
datang bersama-sama dalam kelompoknya, dan tempat yang baik untuk dijadikan
habitat ikan tersebut. Kepadatan dari distribusi ikan tersebut berubah menurut
musim, khususnya pada ikan pelagis. Daerah yang sesuai untuk habitat ikan, oleh
karena itu, secara alamiah diketahui sebagai daerah penangkapan ikan. Kondisi
lingkungan yang sesuai untuk kehidupan dan habitat ikan, dan juga melimpahnya
makanan untuk ikan. Tetapi ikan dapat dengan bebas memilih tempat tinggal
dengan kehendak mereka sendiri menurut keadaan dari waktu ke waktu dan dari
tempat ke tempat. Oleh karena itu, jika mereka tinggal untuk waktu yang agak
lebih panjang pada suatu tempat tertentu, tempat tersebut akan menjadi daerah
penangkapan ikan.
peralatan penangkapan ikan bagi nelayan. Umumnya perairan pantai yang bisa
untuk ikan. Tetapi terkadang pada perairan tersebut susah untuk dilakukan
kerumunan bebatuan dan karang koral walaupun itu sangat berpotensi menjadi
7
perbedaan pasang surut yang besar. Pada tempat tersebut para nelayan sedemikian
Terkadang mereka menggunakan trap nets, gill nets dan peralatan memancing
ikan sebagai ganti peralatan jaring seperti jaring trawl dan purse seine.
Sebaliknya, daerah penangkapan lepas pantai tidak mempunyai kondisi seperti itu,
tapi keadaan menyedihkan datang dari cuaca yang buruk dan ombak yang tinggi.
Para nelayan juga harus mengatasi kondisi buruk ini dengan efektif menggunakan
sangat alamiah di mana manajemen akan berdiri atau jatuh pada keseimbangan
antara jumlah investasi dan pemasukan. Anggaran dasar yang mencakup pada
investasi sebagian besar dibagi menjadi dua komponen, yakni modal tetap seperti
peralatan penangkapan ikan dan kapal perikanan, dan modal tidak tetap seperti
gaji pegawai, konsumsi bahan bakar dan biaya perbekalan. Para manajer
penagkapan tersebut terlalu jauh dari pelabuhan, itu akan memerlukan bahan
bakar yang banyak. Jika usaha perikanan tersebut benar-benar memiliki harapan
yang besar, usaha yang dijalankan mungkin boleh pergi ke tempat yang lebih
jauh. Nelayan yang dalam kasus demikian dapat memperoleh keuntungan dengan
manajemen usaha perikanan. Jika kita dapat membuat alat untuk meningkatkan
efisien, kemudian kita dapat juga memperbesar kapasitas kita untuk menangkap
dapat berupa gas, bahan-bahan terlarut, dan partikulat. Pencemar memasuki badan
air dengan berbagai cara, misalnya melalui atmosfer, tanah limpasan (run off)
pertanian, limbah tdomestik dan perkotaan, pembuangan limbah industri, dan lain-
lain. (Effendi, 2003). Dalam Peraturan pemerintah No. 19 tahun 1999 tentang
pencemaran laut akan terjadi ketika suatu komponen lai masuk ke dalam laut oleh
zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan
manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
a. Suhu
secarahorizontal sesuai garis lintang dan juga secara vertikal sesuai dengan
dalam kisaran suhu yang relative sempit biasanya antara 0-40°C, meskipun
85°C. Selain itu, suhu juga sangat penting bagi kehidupan organisme di
tingkat oksidasi senyawa organik jauh lebih besar pada suhu tinggi
dibanding pada suhu rendah. Effendi (2003) Suhu suatu badan air
(altitude), waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran
atau pada lapisan Epilimnion, dengan penurunan suhu relatif kecil dari
32⁰C menjadi 28⁰C. Lapisan tengah disebut juga lapisan termoklin, yang
memiliki penurunan suhu cukup tajam dari 28⁰C sampai dengan 21⁰C.
banyak faktor.
10
b. Kecerahan
parameter ini merupakan suatu ukuran bias cahaya dalam air yang
disebabkan oleh adanya partikel koloid dan suspensi dari suatu polutan,
residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran
partikel maksimal 2 mikron (μm) atau lebih besar dari ukuran partikel
koloid. Yang termasuk TSS adalah lumpur, tanah liat, logam oksida,
optik. Pola dan intensitas sebaran akan berbeda akibat perubahan dengan
ukuran dan bentuk partikel serta materi. Sebuah sampel yang mengandung
ground talc . Kedua sampel juga akan memiliki pembacaan yang berbeda
pepper. Meskipun tiga sampel tersebut mengandung nilai TSS yang sama.
a. Derajat Keasaman pH
(Ronald, 2004).
2005).
12
Salinitas adalah kadar garam seluruh zat yang larut dalam 1.000
gram air laut, dengan asumsi bahwa seluruh karbonat telah diubah menjadi
oksida, semua brom dan lod diganti dengan khlor yang setara dan semua
garamnya.
maka salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin
evaporasi tinggi. Air laut lebih tawar terdapat di dekat ekuator dimana
oksigen sekitar 210 ml/liter. Selain pada udara bebas Oksigen juga dapat
terlarut dalam perairan. Di perairan alami jumlah kada orsigen yang terlarut
turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Menurut Jeffries dan Mills, 1996.
Semakin besar suhu dan ketinggian (altitude) serta semakin kecil tekanan
bahan organik dalam kondisi aerobik (Umaly dan Cuvin, 1988; Metcalf &
Eddy, 1991). Ditegaskan lagi oleh Boyd (1990), bahwa bahan organik
lingkungan perairan adalah fosfor dan nitrogen. Kedua unsur ini memiliki
(Fachrul et al., 2005). Nitrogen dan fosfor merupakan dua parameter yang
ada dalam berbagai bentuk, namun hanya beberapa saja yang dapat
dimanfaatkan oleh alga dan tumbuhan air. Unsur nitrogen yang dapat
organik (protein dan urea) serta nitrogen anorganik yang ada dalam air
yang ter aminifikasi atau dari aktifitas dekomposisi bahan organik oleh
f. Fosfat (PO4-P)
perairan yaitu zat hara berupa fosfat, fosfat sebagai zat penting bagi
g. Nitrat.
Sebagaimana Fosfat, Nitra juga memiliki peranan penting bagi
nitrat. Oleh karena nitrit dapat dengan mudah dioksidasikan menjadi nitrat,
maka nitrat adalah senyawa yang paling sering ditemukan di dalam air
tersebut yang dapat mengganggu habitat yang ada di badan air seperti
a. Plankton
terbawa arus, (Nonji, 2008). Ukuran plankton yang sangat kecil sehingga
tidak tampak secara kasat mata, diperlukan alat seperti mikroskop untuk
- Fhytoplankton.
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Ukuran yang paling umum
17
bahan organik ini maka fitoplankton juga disebut sebagai produsen primer
(primary producer).
- Zooplankton
memproduksi sendiri bahan organik dari bahan inorganik. Oleh karena itu,
(DTA atau catchmen ara) yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur
18
utamanya terdiri atas sumberdaya alam (tanah, air dan vegetasi) dan
Aliran sungai yang bermuara di teluk akan menjadi salah satu faktor
laut dapat berasal dari sungai yang membawa kotoran-kotoran dari daerah
pestisida yang larut terbawa aliran sungai hingga menuju muara, sehingga
kehidupan hewan dan tumbuhan di laut serta warna air yang tidak normal.
b. Erosi
penutupan lahan dan tataguna lahan. Dua penyebab utama terjadinya erosi
yaitu erosi kareana sebab alamiah dan erosi karena aktivitas manusia,
c. Arus
sangat luas yang terjadi di seluruh lautan dunia. Pergerakan arus juga
disebabkan oleh beberapa hal seperti arah dan kecepatan tiupan angin,
19
perbedaan densitas air, perbedaan tekanan air, upwelling dan doen welling,
tofografi dasar laut, arus permukaan, serta gaya Coriolis dan arus ekman.
sungai, baik dari permukaan hingga dasar sungai atau arah yang dituju
aliran tergantung pada gradient dan ukuran sungai. Dengan volume yang
sama, ukuran sungai yang lebih sempit atau gradient yang lebih besar akan
memiliki ukuran yang lebih lebar atau gradient yang lebih kecil. Arus
sungai juga memiliki sifat atau jenis arus dipengaruhi oleh kondisi
d. Gelombang
Gelombang laut adalah gerak naik turunnya air laut yang tidak
karena :
- Gempa bumi. Gelombang ini terjadi bila ada getaran kulit bumi di
dasar laut sehingga mengakibatkan dislokasi vertikal pada dasar laut. Bisa
juga terjadi karena meletusnya gunung api baik yang berada di bawah
permukaan laut atau gunung api yang berada di atas permukaan laut.
20
- Perbedaan Suhu Air Laut. Air bergerak dari suhu panas ke suhu
dingin, pergerakan air ini yang terjadi ke segala arah. Gerakan ini terjadi di
dan terasa ketika kita berada di pantai, hal ini dikarenakan volume antara
dasar laut dan permukaan air terjadi penyempitan, sehingga massa air yang
menciptakan gelombang.
Tabel 1.1 Kriteria mutu Air Laut untuk habitat biota air
Menurut Saptorini (2003), persepsi yaitu suatu proses mental yang rumit dan
masyarakat dalam suatu kegiatan baik dalam bentuk pernyataan maupun kegiatan.
22
Seperti layaknya daratan, wilayah perairan dihuni oleh berbagai jenis biota
seperti hewan, tumbuhan dan berbagai mikro organisme lainnya, biota laut
menghuni hampir semua bagian perairan, dari sungai, muara, teluk sampai laut
terdalam sekalipun, karena manfaat yang sangat besar bagi kehidupan manusia
2009).
TELUK PAMUKAN
Degradasi Lingkungan
Pengaruh Terhadap
Penurunan Persepsi Masyarakat
Hasil Tangkapan
Kualitas Air
Utama
Perbandingan dengan
Memetakan pola sebaran bakumutu kesesuaian
kualitas air dan skala mutu lingkungan
air teluk pamukan.
di masyarakat.
degradasi lingkungan baik perubahan kualitas air secara visual, data penurunan
hasil tangkapan hingga pesepsi masyarakat tentang aktivitas lain selain aktivitas
bongkar muat dan area keluar dan masuknya air laut, dari dan menuju teluk.
Data.
Peta dasar dapat dibuat dari peta rupa bumi yang dikeluarkan oleh
data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh
sumber data informasi. Survey lokasi ini dibagi menjadi dua tahapan
sosial masyarakat.
26
a. Kualitas Air
Kimia, Biologi:
b. Persepsi Masyarakat
a. Kualitas Air
yang sangat buruk sampai dengan skala 5 dengan kriteria sangat baik.
salah satu metode untuk penentuan status mutu air yang umum
antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan
4.1. HASIL
a. Kondisi Geografis
Berjarak kurang lebih ±83 km atau ±45 Mill Laut dari Ibu Kota Kabupaten
Kotabaru.
Transportasi menuju teluk pamukan dan Desa disekitarnya dari Ibu Kota
b. Keadaan Penduduk
dari Laki-laki 970 jiwa dan Perempuan 896 jiwa. Jumlah nelayan
c. Kegiatan Perikanan
4 mil laut dari garis pantai. Aktivitas nelayan di teluk pamukan tidak
mengenal musim, hanya alat tangkap yang berganti sesuai dengan musim
Secara umum ada empat jenis tangkapan utama nelayan teluk pamukan
empat jenis tangkapan utama, terdapat pula berbagai jenis ikan ekonomis
lainnya seperti bawal, kakap, kerapu, pari dan berbagai macam ekonomis
lainnya.
Gambar. 4.2. Peta lokasi penangkapan, Jalur Pelayaran dan Daerah Bongkar Muat
kendaraan roda dua, namun dengan kendaraan roda empat hanya dapat
digunakan saat musim kemarau karena kondisi jalan yang tidak ber aspal.
desa lain atau ke ibu kota, karena letak desa yang dikelilingi oleh teluk dan
tenaga disel (PLTD) milik PT. PLN, ini hanya terdapat di Ibukota
terbatas.
e. Aktivitas
industri.
perairan teluk pamukan sepanjang tahun, siang dan malam, sesuai dengan
menjadi satu satunya jalur yang dilewati untuk keluar dan masuk menuju
terus berjalan yaitu, kegiatan bongkar muat barang, jenis barang berupa
kernel dan pupuk sawit, kegiatan ini berlansung di tengah teluk, rata-rata
4.1.2. Pola Sebaran kualitas Air dan Skala Mutu Air Teluk Pamukan
penangkapan, sekitar permukiman, area bongkar muat dan area keluar dan
masuknya air laut, dari dan menuju teluk. Waktu Penelitian dilakukan
pada bulan Agustus 2019, terdiri dari pengambilan sampel air untuk
Kode Lokasi
No. Parameter Satuan
ST-1 ST-2 ST-3 ST-4 ST-5
A. Fisika
1. Suhu * 28,9 29,2 29,3 29,6 29,6
2. Kecerahan * M 0,35 0,41 0,18 0,70 0,72
3. TSS Mg/l 93 22 163 15 8
B. Kimia
4. pH * - 8,03 7,96 7,64 7,89 7,83
5. Salinitas * ppm 35 34 33 34 34
6. DO * Mg/l 5,3 6 4,8 6,2 6
7. BOD5 Mg/l 18,42 28,12 31,03 21,33 21,33
8. Ammoniak Mg/l
<0,01 <0,01 0,08 <0,01 <0,01
(NH3)
9. Fosfat Mg/l 0,52 0,2 1,37 0,26 0,09
10. Nitrat Mg/l 1,9 3,4 <0,1 3,2 2,1
11. Minyak Mg/l
<0,01 0,01 <0,02 0,01 <0,01
Lemak
a. Suhu
ST-4 = 29,6 oC dan ST-5 =29,6 oC. Kondisi persebaran tergambar suhu
paling tinggi berada ST -4 dan ST-5 peta sebaran suhu dapat dilihat pada
gambar berikut.
pada skala 5 atau termasuk dalam skala kualitas lingkungan yang sangat
b. Kecerahan
siang hari dari jam 11.00 WITA sampai dengan 15.00 WITA. Hasil
ST-1 = 35cm ST-2 = 41cm, ST-3 = 18cm ST-4 = 70cm dan ST-5= 72.
Kecerahan tertinggi berada dilokasi tengah teluk atau pada perairan yang
dalam, kecerahan rendah berada pada muara sungai dan perairan dangkal.
Kriteria mutu air laut yang ideal untuk kehidupan biota air adalah antara
dengan buuruk.
40
antara jam 11.00 WITA sampai dengan jam 13.00 WITA, untuk lima
pada muara sungai cengal dengan angka sebesar 163mg/l dan Nilai TSS
terendah padan stasiun 5 dengan angka 8mg/l. Berikut peta sebaran TSS.
terukur cukup homogen kecuali pada stasiun satu yang terukur lebih tinggi
ST-1 = 8,03, ST-2 = 7,96, ST-3 = 7,64, ST-4 = 7,89, ST-5 = 7,83. Jika
e. Salinitas
rentang yang sempit, namun demikian nilai salinitas yang terukur masih
Meski adanya perbedaan nilai salinitas pada daerah muara dengan perairan
5,3 mg/l, ST-2 = 6 mg/l, ST-3 = 4,8 mg/l, ST-4 = 6,2 mg/l, ST-5 = 6mg/l.
Meski memiliki rentang yang relatif sempit 4,8 sampai dengan 6,2 mg/l
dimana pada setiap muara sungai terjadi peningkatan yang relatif tinggi
dibandingkan dengan daerah luar, gambar pola sebaran BOD dapat dilihat
h. Ammoniak
i. Fosfat (PO4-P)
nilai masing-masing: ST-1 = 0,52mg/l, ST-2 = 0,2 mg/l, ST-3 = 1,37 mg/l
j. Minyak Lemak
Salah satu parameter yang diukur dalam penelitian ini yaitu minyak
yang diuji secara keseluruhan terukur sebesar 0,01 dan < 0,01 mg/l,
sedangkan kriteria mutu minyak lemak air laut untuk kehidupan biota air
sebesar 1 mg/l. Sehingga nilai skala lingkungan berada pada angka 5 atau
gambar 4.12.
k. Kelimpahan Phytoplaknton
fisik dan kimia, pengambilan contoh plankton yaitu dengan menyaring air
dengan 27 genera.
Parameter /
Kualitas Lingkungan Skala Kriteria yang Digunakan Hasil Analisa
Satuan
Fisika
Sangat Baik 5 20-32 28,9 29,2 29,3 29,6 29,6
Baik 4 19-18 dan 33-34
Suhu (oC) Sedang 3 17-16 dan 35-36
Buruk 2 15-14 dan 37-38
Sangat Buruk 1 <14 dan >38
Sangat Baik 5 >3
Baik 4 2,3-3
Kecerahan (m) Sedang 3 1,5-2,2
Buruk 2 0,6-1,4 0,70 0,72
Sangat Buruk 1 <0,6 0,35 0,41 0,18
Padatan Sangat Baik 5 <80 22 15 8
Tersuspensi Baik 4 80-93
Total (TSS) Sedang 3 85-93
( Mg/l) Buruk 2 93-100 93
Sangat Buruk 1 >100 163
Kimia
Sangat Baik 5 6,5 – 8,5 8,03 7,96 7,64 7,89 7,83
Baik 4 4,5-6,4 dan 8,6-10,5
pH Sedang 3 2,5-4,5 dan 10,5 12,5
Buruk 2 0,5-2,5 dan 12,5-14,5
Sangat Buruk 1 <0,5 dan >14,5
Salinitas (ppm) Sangat Baik 5 25-30
51
Parameter /
Kualitas Lingkungan Skala Kriteria yang Digunakan Hasil Analisa
Satuan
Baik 4 10-24 dan 31-40 35 34 33 34 34
Sedang 3 00,5-0,9 dan 41-60
Buruk 2 0-0,5 dan - 61-80
Sangat Buruk 1 0 dan >80
Sangat Baik 5 >5 5,3 6 4,8 6,2 6
Oksigen Baik 4 4-5
Terlarut (DO) Sedang 3 3,1-4
( Mg/l) Buruk 2 2-3
Sangat Buruk 1 <2
Sangat Baik 5 <20 18,42
Baik 4 20-30 28,12 21,33 21,33
BOD5
Sedang 3 31-40 31,03
( Mg/l)
Buruk 2 41-50
Sangat Buruk 1 >50
Sangat Baik 5 <0,3 <0,01 <0,01 0,08 <0,01 <0,01
Amoniak total Baik 4 0,4-0,5
(NH3-N) Sedang 3 0,6-0,7
( Mg/l) Buruk 2 0,8-0,9
Sangat Buruk 1 >0,9
Sangat Baik 5 <0,015
Baik 4 0,015- 0,2 0,52 0,2 0,26 0,09
Fosfat (PO4-P)
Sedang 3 0,3-1
( Mg/l)
Buruk 2 1,1-2 1,37
Sangat Buruk 1 >2
Nitrat (NO3- Sangat Baik 5 < 0,008
52
Parameter /
Kualitas Lingkungan Skala Kriteria yang Digunakan Hasil Analisa
Satuan
N) Baik 4 10 1,9 3,4 <0,1 3,2 2,1
( Mg/l) Sedang 3 15
Buruk 2 20
Sangat Buruk 1 >20
Sangat Baik 5 <1 <0,01 0,01 <0,02 0,01 <0,01
Baik 4 2
Minyak Lemak
Sedang 3 3
( Mg/l)
Buruk 2 4
Sangat Buruk 1 ≥5
Biologi
Sangat Baik 5 >40.000
Kelimpahan Baik 4 19500-40.000
Plakton Sedang 3 1000-19500 3850 3740 2800 5760 3540
( Sel/liter) Buruk 2 500-999
Sangat Buruk 1 <500
53
a. Karakteristik Responden
bahasa lokal melaut hanya dilakukan oleh laki-laki, usia antara 15 tahun
pamukan yaitu ber suku Bugi, kemudian Suku Bajau dan Banjar. Berikut
Tabel Lanjutan
4. Pedagang - -
5. Total 43 100
E. Suku
1. Bugis 23 53,48
2. Bajau 16 37,20
3. Banjar 4 9,30
4. Total 43 100
air, pada saat penelitian juga dilakukan diskusi dengan masyarakat pada
tiga Desa nelayan. Diskusi yang diangkat dalam pertemuan tersebut salah
perubahan pada kualitas air atau terjadi penurunan kualitas air ditandai
jernih menjadi kemerahan, pada titik titik tertentu. Selain dari perubahan
yang disebabkan oleh 3 faktor utama yaitu, partikel sedimen dari daerah
desa disekitar teluk banyak masyarakat yang beralih menjadi nelayan atau
petani.
sumberdaya perikanan sejak akhir tahun 1980 sampai dengan awal tahun
c. Pesepsi Nelayan
dampak dari partikel sedimen dari daerah hulu, aktivitas lalulintas kapal
dan adanya limbah industri, hal ini disampaikan oleh 41,19% responden,
Skor Persentaase
No. Uraian
1 2 3 1 2 3
Terjadi perubahan kualitas air,
1. (Pencemaran lingkungan Perairan) 20 39 0 4 90,70 0 9,30
tahun terakhir
2. Sumber pencemar 18 15 10 41,86 34,88 23,26
3. Gangguan dari aktivitas industri & kapal 19 16 8 44,19 37,21 18,60
Terjadi penurunan hasil tangkapan 20
4. 33 4 6 76,74 9,30 13,95
tahun terakhir
5. Penyebab penurunan hasil tangkapan 27 11 5 62,79 25,58 11,63
Rata-Rata 63,26 21,80 15,95
Keterangan: Kuisioner pada Lampiran.
4.2. Pembahasan
desa pesisir yang meupakan daerah perikanan pantai, pekerjaan utama masyarakat
desa pesisir adalah nelayan tangkap, termasik dalam golongan nelayan peisir
yang masih beroperasi di perairan teluk dan di selat makassar dengan jarak kurang
makassar, pergerakan arus dari teluk menuju arah tenggara dan lansung keluar ke
perairan selat makassar, sebaliknya air laut akan masuk menuju teluk pada saat air
pasang.
pasang surut harian ganda (semi diurnal tide), karena dalam satu hari terjadi dua
kali pasang dan dua kali surut dengan ketinggian yang hampir sama dalam peride
Dalam masa air pasang dan surut terjadi pergerakan yang sangat signifikan pada
jam tertentu, pada saat ini pergerakaan air yang dapat mempengaruhi konsisi
perairan sekitarnya.
Pada saat air surut, dari ± jam 10.00 pagi sampain dengan jam 13, Pergerakan arus
air dari tiga sungai utama yaitu sungai Cengal, Sungai Durian dan Sungai
tenggara, selanjutnya menuju laut. Pergerakan arus pada kondisi seperti ini
membawa material dari daerah hulu menuju ke perairan teluk. Sebaliknya pada
saat air pasanga sekitar jam ±13.30/14.00 sampai dengan jam 17.00 pergerakan air
laut dari selat makassar masuk menuju teluk pamukan dan tertahan hanya sampai
di muara-muara sungai akibat dorongan air sungai yang masih bergerak menuju
laut, pada ± jam 16.00 air laut baru mulai perlahan masuk ke parairan sungai
Proses pergerakan arus air secara alami seperti ini menyebabkan percampuran air
laut dengan air sungai yang datang dari hulu beserta dengan berbagai material
kualitas air, seperti suhu, kecerahan, salinitas, dan parameter kimia lainnya,
sesuai dengan pendapat Gonzalez ortegon et al. (2016) dan Contardo dan
perubahan suhu, salinitas, perilakuu arus lepas pantau dan gelombang pasang
surut. Pendapat yang sama disampaikan oleh (Romimoharto dan Sri Juwana
2009), bahwa pasang berpengaruh besar terhadap kehidupan biota laut, khususnya
pergerakan muka air laut akibat arus dari dalam sungai meningkatkan kekeruhan
Gambar . 4.14. Peta Situasi Perairan Teluk Pamukan saat Air Surut
61
Gambar . 4.15. Peta Situasi Perairan Teluk Pamukan Saat Air Pasang
4.2.2. Sebaran kualitas Air dan Skala Mutu Air Teluk Pamukan
lima titik pengukuran dan pengambilan contoh air untuk mewakili daerah masing-
masing; Titik pengambilan contoh untuk mewakili daerah pertemuan antara air
laut dengan perairan teluk, diberi kode ST-1, untuk mewakili salah satu daerah
penangkapan yang aktivitas cukup tinggi yaitu ST-2, untuk mewakili Muaras
Sungai Cengal ST-3, untuk mewakili area labuh kapal, atau bongkar muat di ST-4
dan untuk mewakili lokasi pertemuan antara dua sungai, yaitu Sungai Durian dan
Sungai Sampanahan pada ST-5. Contoh air yang telah diambil selanjutnya
Tabel 4.7. Hasil Analisa Kualitas Air perbandingan dengan kriteria mutu air laut
a. Parameter Fisika
Tiga parameter fisika kualitas air yang di ambil yaitu; suhu, kecerahan dan TSS.
lansung dilapangan berkisar antara 28,9°C sampai dengan 29,6°C dalam baku
mutu untuk habitat biota laut nilai suhu yang ideal untuk tumbuh dan
Menurut Romimoharto dan Juwana, (2009) suhu alami air laut berkisar antara
0°C sampai dengan 33°C. untuk kehidupan biota perairan kisaran suhu alami
mulai dari jam jam 11.00 WITA sampai dengan 15.00 WITA. Kondisi perairan
menunjukkan nila antara 0,35m sampai dengan 0,72m, jika dibandingkan dengan
kriteria mutu air laut maka secara keseluruhan nilai kecerahan tidak memenuhi
Kekeruhan yang tinggi dilokasi penelitian disebabkan oleh bahan tersuspensi yang
Effendi (2003).
berkisar antara 8 mg/l sampai dengan 163mg/l. Nilai tersebut jika dibandingkan
dengan kriteria mutu air laut pada maksimal 80mg/l, maka terdapat dua lokasi
yang tidak memenuhi kriteria yaitu pada ST-1 dan Pada ST-3. Lokasi pada ST-1
murupakan lokasi pertemuan antara air laut dengan perairan teluk, pengukuran
dilakukan pada jam 11.00Wita dan saat ini pada air surut dengan kedalaman 6
meter, jenis subtrat dasar perairan adalah lumpur berpasir. Stasiun pengukuran
lainnya yang memiliki nilai TSS yang diluar dari kriteria mutu yaitu pada ST-3
atau muara sungai cengal, kekeruhan di lokasi ini disebabkan oleh pertemuan arus
dari dalam sungai dengan perairan teluk, kedalaman 2,34m dengan subtrat dasar
peraian adalah lumpur halus oleh sebab itu nilai TSS di muara sungai cengal
b. Parameter Kimia
diantaranya berada diluar kriteria mutu dan empat parameter lainnya secara
keseluruhan masih berada pada kisaran syarat untuk kehidupan bita air.
Parameter kimia yang masih sesuai dengan kriteria mutu yaitu: a). pH, berkisar
antara7,64 sampai dengan 8,03, kriteria yang dipersyaratkan antara 6,5 sampai
dengan 8,5. b). Salinitas 33ppm sampai dengan 35ppm. c). Ammoniak, kriteria
air laut untuk ammoniak sebesar 0,3 Mg/l, sedangkan hasil uji laboratorium
berada pada nilai <0,01Mg/l kecuali pada ST-3 dengan nilai 0,08 Mg/l namun
masih berada pada kisaran yang dipersyaratkan untuk kehidupan biota. d).
Minyak Lemak, secara keseluruhan pada titik pangambilan contoh nilai minyak
lemak berada dibawah kriteria mutu, nilai hasil uji 0,01 Mg/l dan <0,01 Mg/l,
Parameter kimia yang berada di luasr kriteria mutu: a). DO, kandungan oxigen
terlarut yang cekup rendah hanya pada ST-3 atau pada muara sungai Cengal, yaitu
4,8Mg/l sedangkan kriteria mutu >5 Mg/l namun pada empat titik pengukuran
lainnya masih berada dalam kriteria mutu air laut untuk kehidupan biota air.
Rendahnya jumlah oksigen di muara sungai cengal sangat berkaitan dengan lokasi
yang berada pada pertemuan arus dari sungai, membawa partikel-partikel dari
berbagai limbah yang masuk ke badan air, Effendi (2003). b). BOD, salah satu
parameter yang tidak masuk dalam kriteria mutu adalah BOD hasil analisa
menunjukkan nilai antara 18,42mg/l sampai dengan 31,03mg/l, kriteria mutu air
laut yaitu 20mg/l sehingga hanya pada ST-1 yang masih memenuhi kriteria mutu,
65
untuk mengurai sangat tinggi, Sastrawijaya, (2009). c). Fosfat, kriteria mutu air
laut untuk parameter fosfat ditentukan sebesar 0,015, pada lokasi penelitian
terdapat satu lokasi yang tidak memenuhi kriteria mutu yaitu pada ST-3 atau pada
muara sungai Cengal, keberadaan kandungan fosfat yang relatif besar di lokasi
larut dari daerah hulu, fosfor terbawa dan mengendap bersama dengan sedimen
duiperairan (Jeffries dan Mills, 1996). d). Nitrat. Kandungan nitrat pada perairan
lokasi penelitian berkisar antara <0,1mg/l sampai dengan 3,4mg/l. Nitrat terendah
pada ST-3 dan tertinggi pada ST-2, jika dibandingkan dengan kriteria mutu air
laut maka dari lima lokasi pengambilan contoh maka telah berada diluar kisaran
kriteria mutu, kecuali ST-3. Nitrat sangat mudah ditemukan diperairan dan
sumber utama nitrat berasal dari wilayah pertanian yang menggunakan pupuk
c. Parameter Biologi
penelitian ini, karena erat keterkaitan antara pencemaran lingkunga, plankton dan
sampai dengan 5.760 sel / liter jumlah kelimpahan terendah pada stasiun 3 atau
pada muara sungai cengal, dan kesuburan tertingi pada Stasiun 1, atau pada
pertemuan antara air laut dengan air yang keluar dari teluk, di sebelah tenggara
66
kesuburan sedang karena berada dalam kisaran kelimpahan antara 1.000 sampai
bersesuaian dengan tingkat kecerahan, dimana lokasi pada stasiun tiga memiliki
kecerahan lebih rendah dibandin gkan dengan empat lokasi lainnya, yaitu hanya
18 cm. Kondisi ini sangat sesuai dengan pendapat Nontji ( 2008) yang
dan Juwana yang menyatakan bahwa, jumlah cahaya yang dapat menembus
komunitas di lokasi penelitian terbagi menjadi dua kategori, yaitu pada Stasiun I,
merata dengan kategori sangat baik. Sedangkan pada empat stasiun lainnya
termasuk dalam penyebaran yang lebih merata dengan kategori baik, karena
termasuk dalam kisaran kisaran indeks keseragaman antara 0,6 -0,80. (Krabs,
1989).
67
Hasil pengukuran dan analisis dibandingkan dengan tabel kriteria dari pembagian
laboratorium: a). Suhu, secara keseluruhan nilai skala parameter suhu berada di
angka 5 atau termasuk dalam kriteria lingkungan yang sangat baik. b). Kecerahan
pada ST-1, ST-2 dan ST-3 berada pada angka 1 (sangat buruk) sedangkan pada
ST-4 dan ST-5 berada pada angka 2 (buruk). c). TSS nilai skoring pada ST-1
berada pada angka 2, ST-2, ST-4 dan ST-5 berada pada angka 5 (sangat baik) dan
pada ST-3 berada pada angka 1 (sangat buruk). d). pH keseluruhan berada pada
angka 5 atau dengan kriteria sangat baik. e). Salinitas, keseluruhan berada pada
angka 4 atau dengan kriteria Baik. f). DO berada pada angka 5 dengan kriteria
sangat baik. g). BOD, berkisar antara 3 sampai dengan lima atau termasuk dalam
kriteria Sedang sampai dengan Sangat baik. h). Ammoniak, secara keseluruhan
pada angka 5 dengan kriteria sangat baik. i). Phosfat, pada ST-3 pada angka 2 atau
68
dengan kriteria buruk, dan pada empat Stasiun lainnya dengan angka 4 atau
dengan kriteria Baik. j). Nitrat, seluruhnya berada pada angka 4, dengan kriteria
baik. k). Minyak dan lemak seluruhnya pada angka 5 atau dengan kriteria sangat
baik.
e. Indeks Pencemar
parameter yang masih memenuhi dan yang telah berada diluar kriteria mutu air
mutu air laut, selanjutnya diolah dengan metode indeks pencemar, Dengan
membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan
maka diperoleh hasil perhitungan Indeks pencemar berkisar antara 5,47 sampai
69
dengan 7,17 atau dengan kriteria Tercemar sedang, berikut hasil perhitungan
Indeks Pencemar.
Keterangan:
Hasil diskusi dan wawancara tersebut telah diperoleh data bawa kebanyakan
pamukan, hal tersebut karena nelayan telah beraktivitas sejak puluhan tahun
Setiap desa memiliki persepsi berbeda terhadap perubahan kualitas air di perairan
teluk pamukian.
Desa Rampa Cengal, nelayan menyatakan bahwa sumber pencemar berasal dari
aliran sungai yang membawa material sedimen dari hulu serta dugaan buagan
lainnya.
Desa Tanjung Samalantakan, menyatakan bahwa hal yang paling serius yaitu
disebabkan oleh aktivitas bongkar muat barang dan lalulintas kapal, sehingga
tinggi karena 63,26% responden memiliki persepsi yang sama bahwa terjadi
kualitas air, dapat terbantahkan karena hasil perhitungan indeks pencemar, berada
pada kategori tercemar sedang, meskipun ada beberapa parameter yang tidak
termasuk dalam kisaran kriteria seperti kecerahan, hal ini belum dapat menjadi
dasar, karena pengaruh alam di perairan tersebut masih sangat tinggi, seperti; arah
dan kecepatan arus, pertemuan arus dari sungai dengan arus laut, kedalaman
perairan cenderung lebih dangkal dan jenis substrat dasar perairan berupa lumpur
berpasir.
Potensi konflik berupa keterbatasan hak akses saat ini dapat diredam
teluk pamukan, meski sebagai pekerjaan sampingan hal tersebut dapat meredam
potensi konflik.
71
5.1. KESIMPULAN
makassar, pergerakan arus dari teluk menuju arah tenggara dan lansung keluar
ke perairan selat makassar, sebaliknya air laut akan masuk menuju teluk pada
saat air pasang. Tipe pasangsurut yang terjadi di perairan Teluk Pamukan
Terdapat enam parameter fisika dan kimia kualitas air yang tidak memenuhi
kriteria mutu air laut untuk kehidupan biota. Di tinjau dari parameter biologi
lebih merata sampai dengan sangat merata dengan kategori baik sampai
sangat buruk hingga sangat baik. Namun hasil perhitungan indeks pencemar
meskipun ada beberapa parameter yang tidak termasuk dalam kisaran kriteria
72
seperti kecerahan, hal ini belum dapat menjadi dasar, karena pengaruh alam
5.2. SARAN
1. Perlu adanya Zonasi Kawasan dalam perairan teluk, sehingga tidak terjadi
tumpang tindih penggunaan kawasan dan kegiatan satu sama lain tidak saling
terganggu.
yang diduga menjadi sumber pencemar dan pada darah penangkapan hal ini
agar nelayan tidak ragu dalam mengadukan setiap masalah yang timbul, hal
ini dapat meredam setiap potensi konflik. Bagi pelaku industri, perlu adanya