SEJARAH SOSIAL
KELOMPOK 3
FIKRAM : A31122091
ALMAIDAH : A31122071
SABRI : A31122089
DOSEN PENGAMPUH :
DR. IDRUS RORE, S.PD., S.H., M.PD.
1
KATA PENGANTAR
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................1
KATA PENGANTAR ......................................................................................2
DAFTAR ISI ....................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................4
1.1 Latar Belakang .......................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................4
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ..........................................................................5
2.1 Konsep Teori..........................................................................................5
BAB III. HASIL & PEMBAHASAN...............................................................6
3.1 Bagaimana Cara Pengelolaan nelayan.....................................................6
3.2 Bagaimana Faktor Penghambat Nelayan .................................................7
3.3 Bagaimana Kondisi Pantai ......................................................................7
3
BAB I
PENDAHULUAN
Kota Palu, sebuah kota yang terletak di pesisir Teluk Palu di Provinsi
Sulawesi Tengah, memiliki sejarah panjang sebagai pusat kegiatan pelayaran dan
nelayan. Salah satu daerah yang paling mencerminkan esensi kehidupan pesisir di
kota ini adalah Lorong Katombo atau desa tongge yang ada di pantoloan (boya),
sebuah jalan kecil yang dihuni oleh masyarakat yang menggantungkan hidup
mereka pada lautan.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
5
BAB III
Luas Wilayah Teluk Palu kurang lebih panjang 16 mil laut dan lebar 4 mil
laut, degan garis pantai di wilayah Teluk Kota Palu diperkirakan 42 Km. Secara
administrasi Teluk Palu masuk dalam wilayah Kota Palu dan Kabupaten
Donggala. Untuk luas wilayah Kota Palu sendiri yaitu 225,80 Km, yang bebatasan
dengan sebelah Utara Kecamatan Tanah Ntovea, Sebelah Timur Kecamatan
Sigibiromaru, sebelah Selatan Kecamatan Dolo, dan sebelah Barat dengan
Kecamatan Banawa (Mardjudo A, 2002). Untuk batas wilayah Teluk Kota Palu
secara administrasi adalah sebelah Selatan sampai kelurahan Watusampu dan
sebelah utara sampai kelurahan Pantoloan.
6
kadang melakukan penangkapan pada pukul 05.00 sampai 11.00 wita. Dan Jika
terjadi angin barat masyarakat tidak akan turun beroperasi karena
kendaraan/perahu tidak mampu melawan kencang nya angin tersebut.
Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di pantoloan boya sebagian masih
memakai alat tradisional di antaranya yaitu pancing dan jaring pukat dan Nelayan
di sana juga sudah sedikit berkembang yang dulunya memakai dayung untuk
mengarungi lautan, sekarang sudah terbantu oleh mesin.
Sumberdaya perikanan pantai di huni oleh berbagai jenis ikan. jenis ikan tersebut
antara lain ikan katombo, lajang, dan teri. Di pesisir pantai pantoloan boya identik
dengan ikan katombo, karena penduduk yang tinggal di pesisir pantai sudah
mengetahui puncak musim ikan katombo sering terjadi di bulan Januari.
Cara Penjualan
Hasil tangkapan nelayan ini selanjutnya di jual berkeliling oleh sih nelayan
tersebut, penjualannya terbagi 2 cara, ada yang menjualnnya dengan harga
percucu (Rp. 15.000) ,dan ada juga yang menjual dengan harga (Rp.150.000)
7
3.2 Faktor Penghambat Nelayan
Berdasarkan data yang kami peroleh dari informan, diketahui bahwa nelayan di
tongge (lorong katombo) pantoloan boya masih memiliki beberapa masalah dan
masalah tersebut dirasakan sebagai sebuah hambatan dalam upaya membangun
usahanya, Faktor penghambat di maksud adalah meliputi :
8
akibat keras nya hantaman dari tragedi tsunami yang terjadi pada tanggal 28
sepetember 2018.
Nelayan di Pesisir Pantoloan Boya merupakan salah satu kelompok yang paling
terdampak oleh kerusakan tanaman mangrove. Sebelum tragedi tsunami,
mangrove memberikan perlindungan alami bagi perairan dangkal di sekitarnya,
menyediakan tempat berkembang biak bagi ikan-ikan kecil, dan menyediakan
sumber makanan bagi ikan dan udang. Hilangnya tanaman mangrove berarti
hilangnya sumber daya ini, mengakibatkan penurunan hasil tangkapan nelayan.
Upaya Rehabilitasi:
Tantangan Utama:
Salah satu tantangan utama dalam upaya rehabilitasi adalah invasi ternak sapi liar.
Setelah tragedi tsunami, sejumlah besar ternak sapi yang tidak terkendali
memasuki area pesisir yang sebelumnya ditempati oleh mangrove. Mereka
9
merusak tanaman mangrove yang baru ditanam dengan menggemburkan tanah
dan memakan tunas-tunas muda.
Tanaman mangrove atau bakau adalah tanaman yang hidup didaerah pesisir
pantai, beberapa terendam oleh air laut, mempunyai kadar toleransi tinggi pada
garam dan hidup berkelompok. Kecerahan, temperatur, salinitas, sedimentasi, dan
sirkulasi juga menghasilkan distribusi dan pertumbuhan vegetasi mangrove.
Tanaman dikotil ini biasanya hidup di muara sungai, rawa-rawa, dan pesisir
dangkal berlumpur dibanyak tempat kawasan lintang tropis diseluruh dunia. Di
Indonesia sendiri yang seluruhnya merupakan kawasan tropis dan hangat, peran
tanaman ini sangat besar. Mulai dari fungsinya sebagai habibat hewan laut dan
amfibi, menjernihkan air, sumber makanan serta fungsi utama lainnya adalah
melindungi pantai dari gelombang laut seperti abrasi dan bahkan tsunami.
10
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Teluk Kota Palu, dengan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang
melimpah, merupakan sumber pendapatan utama bagi masyarakat pesisir di
daerah tersebut. Namun, nelayan di pantai Pantoloan Boya menghadapi sejumlah
tantangan yang mempengaruhi usaha perikanan mereka. Salah satu faktor
penghambat utama adalah kurangnya modal usaha dan peralatan yang memadai.
Nelayan sering kali menggunakan alat tangkap tradisional seperti pancing dan
jaring pukat, sementara sebagian besar peralatan yang dimiliki sudah tua dan
memerlukan peremajaan. Selain itu, pengelolaan bantuan dari pemerintah juga
belum optimal, menyebabkan nelayan tidak mendapatkan bantuan yang
seharusnya mereka terima.
Di sisi lain, kerusakan tanaman mangrove akibat tsunami tahun 2018 telah
menghadirkan dampak signifikan bagi nelayan di Pantoloan Boya. Mangrove
sebelumnya memberikan perlindungan dan sumber daya bagi kehidupan laut di
sekitarnya. Hilangnya mangrove mengakibatkan penurunan hasil tangkapan
nelayan. Upaya rehabilitasi mangrove menjadi fokus utama pemerintah dan
organisasi lingkungan setelah tragedi tsunami. Namun, invasi ternak sapi liar
menjadi tantangan serius dalam upaya ini. Ternak sapi merusak tanaman
mangrove yang baru ditanam, mempersulit pemulihan ekosistem. Selain itu,
kontrol terhadap kadar garam dalam tanah juga merupakan aspek penting dalam
upaya rehabilitasi mangrove. Tanah dengan kadar garam yang tinggi dapat
menghambat pertumbuhan mangrove baru.
4.2 Saran
11
bantuan tepat sasaran. Program rehabilitasi mangrove harus terus dilanjutkan,
sambil melindunginya dari invasi ternak liar yang merusak. Monitoring kadar
garam tanah perlu dilakukan untuk memastikan pertumbuhan mangrove yang
sehat. Implementasi manajemen modern dalam kenelayanan juga perlu
diperkenalkan. Kerja sama komunitas harus ditingkatkan untuk memaksimalkan
hasil dari upaya rehabilitasi dan pembangunan ekonomi lokal. Dukungan terhadap
penelitian dan inovasi juga penting untuk menemukan solusi yang lebih efektif
dan berkelanjutan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Alatas, Umar, et al. "Teknologi Penangkapan Ikan Demersal dan Aspek Ekonomis
Hasil Tangkapan Nelayan di Kelurahan Ganti Kecamatan Banawa
Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah." Jurnal TROFISH 1.2 (2022): 44-
50.
Baslum, Muhammad Bilal, Rizka Ayu Wulandari, and Bagus Setiabudi Wiwoho.
"Peran generasi muda dalam pemberdayaan ekosistem mangrove di Teluk
Palu pasca bencana alam Tahun 2018." Jurnal Integrasi dan Harmoni
Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial 3.2 (2023): 132-140.
13
INFORMAN & DOKUMENTASI
14
DOKUMENTASI
15
Perahu Nelayan Di pantai Pantoloan Boya
16