Anda di halaman 1dari 16

“KONDISI NELAYAN DI PANTAI PANTOLOAN BOYA”

MAKALAH INI DIBUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

SEJARAH SOSIAL

KELOMPOK 3
FIKRAM : A31122091
ALMAIDAH : A31122071
SABRI : A31122089

DOSEN PENGAMPUH :
DR. IDRUS RORE, S.PD., S.H., M.PD.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah sejarah sosial
dengan judul : “kondisi nelayan di pantai pantoloan boya”
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.

Palu , November 2023

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................1
KATA PENGANTAR ......................................................................................2
DAFTAR ISI ....................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................4
1.1 Latar Belakang .......................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................4
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ..........................................................................5
2.1 Konsep Teori..........................................................................................5
BAB III. HASIL & PEMBAHASAN...............................................................6
3.1 Bagaimana Cara Pengelolaan nelayan.....................................................6
3.2 Bagaimana Faktor Penghambat Nelayan .................................................7
3.3 Bagaimana Kondisi Pantai ......................................................................7

BAB IV. PENUTUP .........................................................................................10


4.1 Simpulan ................................................................................................10
4.2 Saran ......................................................................................................10
Lampiran – Lampiran
- Jurnal
- Biodata Informan
- Dokumentasi

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Palu, sebuah kota yang terletak di pesisir Teluk Palu di Provinsi
Sulawesi Tengah, memiliki sejarah panjang sebagai pusat kegiatan pelayaran dan
nelayan. Salah satu daerah yang paling mencerminkan esensi kehidupan pesisir di
kota ini adalah Lorong Katombo atau desa tongge yang ada di pantoloan (boya),
sebuah jalan kecil yang dihuni oleh masyarakat yang menggantungkan hidup
mereka pada lautan.

Lorong Katombo bukanlah sekadar nama jalan, melainkan juga merupakan


sebuah simbol dari kehidupan nelayan yang telah mengakar dalam budaya lokal.
Nama "Katombo" sendiri mengacu pada jenis ikan yang melimpah di perairan
sekitar Pantoloan. Ikan Katombo, dengan daging putih lembut dan cita rasa yang
khas, telah menjadi sumber kehidupan utama bagi penduduk setempat.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana Cara Pengelolaan nelayan?
2. Bagaimana Faktor Penghambat Nelayan?
3. Bagaimana Kondisi Pantai?
1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui bagaimana kondisi nelayan di pantai pesisir lorong katombo


mengenai kondisi pengelolaan nelayan, faktor-faktor apa saja yang menghambat
proses nelayan saat bekerja, mengetahui peralatan apa saja yang di gunakan
nelayan saat bekerja, dan melihat situasi kondisi pesisir panati lorong katombo.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan melalui


pemahaman kondisi pengelolaan, strategi pengembangan, dan keselamatan kerja.
Selain itu, juga bertujuan untuk memelihara lingkungan pesisir dan meningkatkan
kesadaran masyarakat terhadap kondisi nelayan dan lingkungan laut.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

Pustaka yang dimaksud adalah makalah, laporan penelitian mapun jurnal


yang bersangkutan dengan penelitian ini, baik dilihat dari pendekatan yang di
gunakan maupun objek yang diambil yang sekiranya dapat menjadi tambahan
referensi penelitian.

2.1 .1 Faktor Penghambat Nelayan Masyarakat


Rifaldi, Moh.Tofan Samudin, Andi Famrizal dalam jurnal yang berjudul
“kehidupan sosial ekonomi masyarakat nelayan di kelurahan Tondo
kecamatan mantikulore kota palu” Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil
penelitian diketahui bahwa nelayan di Kelurahan Tondo dalam menjalankan
aktifitasnya sebagai nelayan, diperhadapkan kepada beberapa masalah dan
masalah tersebut dirasakan sebagai sebuah hambatan dalam upaya membangun
usahanya.

2.1 .2 Metode pengoperasian pukat pantai jenis krakat


Ahsan Mardjudo dalam jurnal yang berjudul : analisis hasil tangkapan
sampingan (by-catch) dalam perikanan pukat pantai jenis krakat di teluk
kota palu sulawesi tengah” Pukat pantai jenis krakat dalam pengoperasiiannya
diklasifikasikan ke dalam alat tangkap yang dioperasikan secara aktif. Metode
penangkapan yang berkembang di suatu daerah banyak di pengaruhi oleh
karakeristik dan kondisi perairan daerah penangkapan dan tingkah laku ikan yang
menjadi sasaran penangkapan. Kondisi yang berbeda pada suatu daerah akan
menyebabkan adanya beberapa karakteristik khas yang berbeda dengan metode
dan teknik penangkapan di daerah lain. Perbedaan pada jenis alat tangkap yang
sama tidak menyangkut metode penangkapan yang prinsip, melainkan hanya
berkisar pada desain dan kontruksi serta beberapa karakteristik lainnya seperti
jumlah tenaga kerja, lamanya operasi dan jumlah operasi dalam satu hari.

5
BAB III

HASIL & PEMBAHASAN

3.1 Pengelolaan nelayan


 Keadaan umum daerah penelitian

Secara umum Teluk Kota Palu memiliki potensi sumberdaya kelautan,


perikanan, dan pesisir sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir dalam
memenuhi kebutuhan keluarga. Potensi ini dapat kita lihat seperti misalnya
adanya kegiatan perikanan tangkap, perikanan budidaya dan pemanfaatan
sumberdaya pesisir sebagai tempat rekreasi, adanya kegiatan pertambangan pasir
dan batu, serta kegiatan wisata bahari.

Luas Wilayah Teluk Palu kurang lebih panjang 16 mil laut dan lebar 4 mil
laut, degan garis pantai di wilayah Teluk Kota Palu diperkirakan 42 Km. Secara
administrasi Teluk Palu masuk dalam wilayah Kota Palu dan Kabupaten
Donggala. Untuk luas wilayah Kota Palu sendiri yaitu 225,80 Km, yang bebatasan
dengan sebelah Utara Kecamatan Tanah Ntovea, Sebelah Timur Kecamatan
Sigibiromaru, sebelah Selatan Kecamatan Dolo, dan sebelah Barat dengan
Kecamatan Banawa (Mardjudo A, 2002). Untuk batas wilayah Teluk Kota Palu
secara administrasi adalah sebelah Selatan sampai kelurahan Watusampu dan
sebelah utara sampai kelurahan Pantoloan.

Lokasi penelitian kami yaitu di pesisir pantai pantoloan boya. Nelayan di


pantoloan boya telah beroperasi dari tahun 1940 sampai saat ini. Terkenal dengan
hasil tangkapan ikan katombo karena di bulan tertentu ikan jenis katombo akan
banyak muncul dan menjadi hasil nelayan. Dan akses jalan ke pesisir pantai
pantoloan boya di kelurahan tonggo di beri nama lorong katombo karena ke
identikan hasil penangkapan nelayan tersebut.

 Waktu Operasi Penangkapan

Masyarakat pesisir pantai pantoloan melakukan penangkapan pada umumnya


dilakukan pada sore hari pukul 17.00 sampai subuh sekitar jam 05.00 Wita, dan

6
kadang melakukan penangkapan pada pukul 05.00 sampai 11.00 wita. Dan Jika
terjadi angin barat masyarakat tidak akan turun beroperasi karena
kendaraan/perahu tidak mampu melawan kencang nya angin tersebut.

 Alat Tangkap Yang digunakan

Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di pantoloan boya sebagian masih
memakai alat tradisional di antaranya yaitu pancing dan jaring pukat dan Nelayan
di sana juga sudah sedikit berkembang yang dulunya memakai dayung untuk
mengarungi lautan, sekarang sudah terbantu oleh mesin.

 Jenis Jenis Ikan Hasil Tangkap

Sumberdaya perikanan pantai di huni oleh berbagai jenis ikan. jenis ikan tersebut
antara lain ikan katombo, lajang, dan teri. Di pesisir pantai pantoloan boya identik
dengan ikan katombo, karena penduduk yang tinggal di pesisir pantai sudah
mengetahui puncak musim ikan katombo sering terjadi di bulan Januari.

 Cara Penjualan

Hasil tangkapan nelayan ini selanjutnya di jual berkeliling oleh sih nelayan
tersebut, penjualannya terbagi 2 cara, ada yang menjualnnya dengan harga
percucu (Rp. 15.000) ,dan ada juga yang menjual dengan harga (Rp.150.000)

 Harga penjualan. Percucu

percucu= Rp. 15.000 , 15.000 x 10 cucu : Rp. 150.000/hari dan belum


menetap

 Harga penjualan perkilo

perkilo=Rp 50.000 , 50.000 x 3 ekor ikan : 150.000/ kg tergantung dari


besar beratnya ikan

7
3.2 Faktor Penghambat Nelayan

Berdasarkan data yang kami peroleh dari informan, diketahui bahwa nelayan di
tongge (lorong katombo) pantoloan boya masih memiliki beberapa masalah dan
masalah tersebut dirasakan sebagai sebuah hambatan dalam upaya membangun
usahanya, Faktor penghambat di maksud adalah meliputi :

a) Masyarakat nelayan di lorong katombo tidak memiliki modal usaha yang


memadai yang justru dibutuhkan dalam usahanya saat ini. Modal usaha
yang dimaksudkan dalam tulisan ini sesuai data, tidak hanya dalam bentuk
uang (dana), tetapi peralatan yang mereka miliki juga sangat terbatas dan
bahkan tidak ada peralatan yang baru. Alat yang mereka pakai saat ini
sudah berusia tua, sehingga seharusnya sudah diperbaharui. Sayangnya
mereka tidak mampu, tidak punya modal, tidak punya uang, sehingga
dalam kondisi ketuaan peralatan tersebut mereka tetap manfaatkan apa
adanya demi untuk memenuhi kebutuhan hidup dan keluarganya.
b) Pengelolaan bantuan dari pemerintah yang di harapkan bisa memberikan
uluran tangan tidak terkelola secara baik, dan mengakibatkan nelayan-
nelayan yang seharusnya lebih layak menerima bantuan untuk aktifitas
bekerja malah tidak mendapatkan bantuan.
c) Nelayan di lorong katombo tidak memiliki manajemen sumber daya
manusia yang handal. Kehidupan dan pengetahuan di bidang kenelayanan
merupakan pengetahuan warisan secara turun temurun dari nenek
moyangnya. Dengan demikian manajemen usaha yang mereka pakai
adalah juga manajemen warisan nenek moyang mereka. Akibatnya usaha
yang mereka geluti tidak mengalami kemajuan yang berarti sehingga
kehidupan ekonomi mereka tidak mengalami kemajuan yang berarti pula.

3.3 Kondisi Pesisir Pantai

Di sepanjang pesisir pantai pantoloan boya kami menemukan kumpulan pohon-


pohon mangrove, ada yang masih baik dan ada yang sudah mengalami kerusakan

8
akibat keras nya hantaman dari tragedi tsunami yang terjadi pada tanggal 28
sepetember 2018.

Dampak terhadap Tanaman Mangrove:

Tragedi tsunami 2018 mengakibatkan kerusakan besar terhadap tanaman


mangrove di Pesisir Pantoloan Boya. Gelombang besar menyebabkan erosi pantai
yang signifikan, menyapu bersih area yang sebelumnya ditempati oleh mangrove.
Selain itu, tingginya salinitas air laut yang masuk ke daratan akibat tsunami juga
berdampak negatif pada tanaman mangrove yang tidak tahan terhadap kadar
garam yang tinggi.

Dampak terhadap Nelayan:

Nelayan di Pesisir Pantoloan Boya merupakan salah satu kelompok yang paling
terdampak oleh kerusakan tanaman mangrove. Sebelum tragedi tsunami,
mangrove memberikan perlindungan alami bagi perairan dangkal di sekitarnya,
menyediakan tempat berkembang biak bagi ikan-ikan kecil, dan menyediakan
sumber makanan bagi ikan dan udang. Hilangnya tanaman mangrove berarti
hilangnya sumber daya ini, mengakibatkan penurunan hasil tangkapan nelayan.

Upaya Rehabilitasi:

Pemulihan ekosistem mangrove di Pesisir Pantoloan Boya menjadi prioritas


utama bagi pemerintah dan organisasi lingkungan setelah tragedi tsunami.
Program-program rehabilitasi termasuk penanaman kembali tanaman mangrove
yang telah hilang. Namun, upaya ini dihadapkan pada sejumlah tantangan yang
signifikan.

Tantangan Utama:

Salah satu tantangan utama dalam upaya rehabilitasi adalah invasi ternak sapi liar.
Setelah tragedi tsunami, sejumlah besar ternak sapi yang tidak terkendali
memasuki area pesisir yang sebelumnya ditempati oleh mangrove. Mereka

9
merusak tanaman mangrove yang baru ditanam dengan menggemburkan tanah
dan memakan tunas-tunas muda.

Selain itu, pemulihan mangrove juga membutuhkan pemantauan dan perawatan


yang intensif, terutama dalam hal mengendalikan kadar garam dalam tanah.
Kondisi tanah yang terlalu tinggi kadar garamnya dapat menghambat
pertumbuhan mangrove yang baru ditanam.

Peran Tanaman Mangrove

Tanaman mangrove atau bakau adalah tanaman yang hidup didaerah pesisir
pantai, beberapa terendam oleh air laut, mempunyai kadar toleransi tinggi pada
garam dan hidup berkelompok. Kecerahan, temperatur, salinitas, sedimentasi, dan
sirkulasi juga menghasilkan distribusi dan pertumbuhan vegetasi mangrove.
Tanaman dikotil ini biasanya hidup di muara sungai, rawa-rawa, dan pesisir
dangkal berlumpur dibanyak tempat kawasan lintang tropis diseluruh dunia. Di
Indonesia sendiri yang seluruhnya merupakan kawasan tropis dan hangat, peran
tanaman ini sangat besar. Mulai dari fungsinya sebagai habibat hewan laut dan
amfibi, menjernihkan air, sumber makanan serta fungsi utama lainnya adalah
melindungi pantai dari gelombang laut seperti abrasi dan bahkan tsunami.

10
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Teluk Kota Palu, dengan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang
melimpah, merupakan sumber pendapatan utama bagi masyarakat pesisir di
daerah tersebut. Namun, nelayan di pantai Pantoloan Boya menghadapi sejumlah
tantangan yang mempengaruhi usaha perikanan mereka. Salah satu faktor
penghambat utama adalah kurangnya modal usaha dan peralatan yang memadai.
Nelayan sering kali menggunakan alat tangkap tradisional seperti pancing dan
jaring pukat, sementara sebagian besar peralatan yang dimiliki sudah tua dan
memerlukan peremajaan. Selain itu, pengelolaan bantuan dari pemerintah juga
belum optimal, menyebabkan nelayan tidak mendapatkan bantuan yang
seharusnya mereka terima.

Di sisi lain, kerusakan tanaman mangrove akibat tsunami tahun 2018 telah
menghadirkan dampak signifikan bagi nelayan di Pantoloan Boya. Mangrove
sebelumnya memberikan perlindungan dan sumber daya bagi kehidupan laut di
sekitarnya. Hilangnya mangrove mengakibatkan penurunan hasil tangkapan
nelayan. Upaya rehabilitasi mangrove menjadi fokus utama pemerintah dan
organisasi lingkungan setelah tragedi tsunami. Namun, invasi ternak sapi liar
menjadi tantangan serius dalam upaya ini. Ternak sapi merusak tanaman
mangrove yang baru ditanam, mempersulit pemulihan ekosistem. Selain itu,
kontrol terhadap kadar garam dalam tanah juga merupakan aspek penting dalam
upaya rehabilitasi mangrove. Tanah dengan kadar garam yang tinggi dapat
menghambat pertumbuhan mangrove baru.

4.2 Saran

Peningkatan bantuan modal dan peralatan, serta pelatihan perikanan modern


sangat diperlukan untuk mendukung nelayan di Pantoloan Boya. Selain itu,
perbaikan dalam pengelolaan bantuan pemerintah juga penting untuk memastikan

11
bantuan tepat sasaran. Program rehabilitasi mangrove harus terus dilanjutkan,
sambil melindunginya dari invasi ternak liar yang merusak. Monitoring kadar
garam tanah perlu dilakukan untuk memastikan pertumbuhan mangrove yang
sehat. Implementasi manajemen modern dalam kenelayanan juga perlu
diperkenalkan. Kerja sama komunitas harus ditingkatkan untuk memaksimalkan
hasil dari upaya rehabilitasi dan pembangunan ekonomi lokal. Dukungan terhadap
penelitian dan inovasi juga penting untuk menemukan solusi yang lebih efektif
dan berkelanjutan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Alatas, Umar, et al. "Teknologi Penangkapan Ikan Demersal dan Aspek Ekonomis
Hasil Tangkapan Nelayan di Kelurahan Ganti Kecamatan Banawa
Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah." Jurnal TROFISH 1.2 (2022): 44-
50.

Baslum, Muhammad Bilal, Rizka Ayu Wulandari, and Bagus Setiabudi Wiwoho.
"Peran generasi muda dalam pemberdayaan ekosistem mangrove di Teluk
Palu pasca bencana alam Tahun 2018." Jurnal Integrasi dan Harmoni
Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial 3.2 (2023): 132-140.

Lanuhu, Nurdin. "Beberapa Faktor Yang Menyebabkan Kemiskinan Nelayan Di


Gugus Kepulauan Salabangka Kecamatan Bungku Selatan Kabupaten
Morowali Provinsi Sulawesi Tengah." Jurnal IPTEKS Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan 5.9 (2018).

Mardjudo, Ahsan. "Analisis Hasil Tangkapan Sampingan (By-Catch) Dalam


Perikanan Pukat Pantai Jenis Krakat Di Teluk Kota Palu Sulawesi
Tengah." Jurnal KIAT Universitas Alkhairat. ISSN (2011): 02116-7530.

Rifaldi, Rifaldi, Moh Tofan Samudin, and Andi Famrizal. "KEHIDUPAN


SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN
TONDO KECAMATAN MANTIKULORE KOTA PALU." Jurnal
Kolaboratif Sains 1.1 (2018).

13
INFORMAN & DOKUMENTASI

 NAMA : Bpk Hairudin


UMUR : 57 tahun
PEKERJAAN : Nelayan
ALAMAT : Pantoloan Boya
No.HP :-

 NAMA : Bpk Minhar


UMUR :47 tahun
PEKERJAAN : Nelayan
ALAMAT : Pantoloan Boya
No.HP :-

 NAMA : Bpk Sakur


UMUR : 49 tahun
PEKERJAAN : Nelayan
ALAMAT : Pantoloan Boya
No.HP :-

 NAMA :Bpk Badrun


UMUR : 31 tahun
PEKERJAAN : Nelayan
ALAMAT : Wani 1
No.HP :-

 NAMA :Bpk Anton


UMUR : 44 tahun
PEKERJAAN : Nelayan
ALAMAT : Pantoloan Boya
No.HP :-

14
DOKUMENTASI

Wawancara mahasiswa pendidikan sejarah & nelayan di pantoloan boya

15
Perahu Nelayan Di pantai Pantoloan Boya

Kondisi rusaknya tanaman mangrove akibat tsunami 2018

16

Anda mungkin juga menyukai