Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di Indonesia sumberdaya ikan pelagis kecil diduga merupakan salah satu


sumberdaya perikanan yang paling melimpah (Merta, dkk, 1998) dan paling
banyak ditangkap untuk dijadikan konsumsi masyarakat Indonesia dari berbagai
kalangan bila dibandingan dengan tuna yang sebagia besar produk unggulan
ekspor dan hanya sebagian kelompok yang dapat menikmatinya. Ikan pelagis
umumnya hidup di daerah neritik dan membentuk schooling juga berfungsi
sebagai konsumen antara dalam food chain (antara produsen dengan ikan-ikan
besar) sehingga perlu upaya pelestarian.

Sumberdaya ikan pelagis dibagi berdasarkan ukuran, yaitu Ikan Pelagis


Besar seperti kelompok Tuna (Thunidae) dan Cakalang (Katsuwonus pelamis),
kelompok Marlin (Makaira sp), kelompok Tongkol (Euthynnus spp) dan Tenggiri
(Scomberomorus spp), Selar (Selaroides leptolepis) dan Sunglir (Elagastis
bipinnulatus), kelompok Kluped seperti Teri (Stolephorus indicus), Japuh
(Dussumieria spp), Tembang (Sadinella fimbriata), Lemuru (Sardinella
Longiceps) dan Siro (Amblygaster sirm), dan kelompok Skrombroid seperti
Kembung (Rastrellinger spp) (aziz et al. 1988).

Potensi sumberdaya kelautan di Indonesia selama ini telah dimanfaatkan


dalam berbagai aktivitas perekonomian, di mana salah satunya adalah dalam
usaha perikanan tangkap. Perikanan tangkap itu sendiri merupakan aktivitas
perekonomian yang unik bila dibandingkan dengan aktivitas lainnya. Hal ini
berkaitan dengan kondisi sumberdaya laut dan ikan itu sendiri yang sering
dianggap sebagai sumberdaya milik umum (common property resources).
Sumberdaya ikan ini bersifat renewable resources (sumberdaya yang dapat
pulih) tetapi bukan berarti tak terbatas sehingga apabila tidak dikelola secara hati-
hati, akan memberikan dampak negatif terhadap ketersediaan sumberdaya ikan

1
dan lingkungan. Dalam usaha perikanan tangkap, permasalahan yang sering
terjadi adalah tingkat penangkapan ikan di suatu wilayah yang melebihi potensi
lestarinya (maximum sustainable yield/MSY) sehingga terjadi fenomena tangkap
lebih (overfishing) yang berakibat pada penurunan hasil tangkapan persatuan
upaya (catch per unit effort) yang pada gilirannya mengakibatkan penurunan
pendapatan nelayan. Ketika pemanfaatan (fishing effort) lebih besar dari pada
tangkapan optimum (MSY), maka akan terjadi pemanfaatan yang berlebihan (over
exploited).
Salah satu sumberdaya laut yang telah dieksploitasi secara berlebihan
adalah sumberdaya perikanan. Meskipun secara agregat sumberdaya perikanan
laut baru dimanfaatkan sekitar 38% dari total potensi lestarinya, namun di
perairan yang padat penduduknya dan padat industrinya menunjukkan bahwa,
beberapa stok sumberdaya perikanan telah mengalami tangkap lebih (over
fishing) dan jumlahnya semakin menurun (Dahuri, et.al, 2001).
1.2. Tujuan Dan Manfaat
Tujuan dari makalah ini adalah
 Untuk mengetahui daerah penangkapan ikan dan khususnya krakteristik
daerah penangkapan ikan pelagis.
 Untuk mengetahui klasifikasi daerah penangkapan ikan
Manfaat dari makalah ini adalah
 Dapat memberikan pengetahan tentang daerah penangkapan ikan dan
khususnya krakteristik daerah penangkapan ikan pelagis.
 Dapat mengetahui klasifikasi daerah penangkapan ikan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Daerah Penangkapan Ikan

Suatu daerah perairan dimana ikan yang menjadi sasaran penangkapan


tertangkap dalam jumlah yang maksimal dan alat tangkap dapat dioperasikan serta
ekonomis.
Ayodhyoa (1976), mengemukakan bahwa fishing ground merupakan
tempat penangkapan ikan. Pada umumnya semua tempat dimana ikan berada dan
dapat dioperasikan suatu alat tangkap.
Dalam kontek yang lebih luas mempelajari daerah penangkapan ikan
adalah untuk menentukan daerah keberadaan ikan di suatu perairan laut sebagai
acuan untuk kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan.

Suatu wilayah perairan laut dapat dikatakan sebagai “daerah penangkapan


ikan” apabila terjadi interaksi antara sumberdaya ikan yang menjadi target
penangkapan dengan teknologi penangkapan ikan yang digunakan untuk
menangkap ikan. Hal ini dapat diterangkan bahwa walaupun pada suatu areal
perairan terdapat sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan tetapi alat
tangkap tidak dapat dioperasikan yang dikarenakan berbagai faktor, seperti antara
lain keadaan cuaca, maka kawasan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai daerah
penangkapan ikan demikian pula jika terjadi sebaliknya.

Sebab-Sebab Utama Jenis ikan berkumpul disuatu daerah perairan. a.


Ikan-Ikan tersebut memiliki perairan yang cocok untuk hidupnya. b. Mencari
makanan. c. Mencari tempat yang sesuai untuk pemijahannya maupun untuk
perkembangan larvanya.

3
2.2. Syarat/kriteria daerah penangkapan ikan
a). daerah tersebut tersebut terdapat banyak ikan sepanjang tahun
b). alat tangkap dapat dioperasikan dengan mudah tanpa ada hambatan
c). lokasinya tidak jauh dari pelabuhan pendaratan ikan atau dapat dijangkau
dengan mudah oleh kapal penangkapan
d). daerah tersebut aman dari peristiwa laut (seperti angin badai kencang, dsb.)
e). bukan daerah terlarang oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.3. Karakteristik Daerah Penangkapan Ikan

Kondisi-kondisi yang perlu dijadikan acuan dalam menentukan daerah


penangkapan ikan adalah sebagai berikut :

a). Daerah tersebut harus memiliki kondisi dimana ikan dengan mudahnya datang
bersama-sama dalam kelompoknya, dan tempat yang baik untuk dijadikan habitat
ikan tersebut. Kepadatan dari distribusi ikan tersebut berubah menurut musim,
khususnya pada ikan pelagis. Daerah yang sesuai untuk habitat ikan, oleh karena
itu, secara alamiah diketahui sebagai daerah penangkapan ikan. Kondisi yang
diperlukan sebagai daerah penangkapan ikan harus dimungkinkan dengan
lingkungan yang sesuai untuk kehidupan dan habitat ikan, dan juga melimpahnya
makanan untuk ikan. Tetapi ikan dapat dengan bebas memilih tempat tinggal
dengan kehendak mereka sendiri menurut keadaan dari waktu ke waktu dan dari
tempat ke tempat. Oleh karena itu, jika mereka tinggal untuk waktu yang agak
lebih panjang pada suatu tempat tertentu, tempat tersebut akan menjadi daerah
penangkapan ikan.

b). Daerah tersebut harus merupakan tempat dimana mudah menggunakan


peralatan penangkapan ikan bagi nelayan. Umumnya perairan pantai yang bisa
menjadi daerah penagkapan ikan memiliki kaitan dengan kelimpahan makanan
untuk ikan. Tetapi terkadang pada perairan tersebut susah untuk dilakukan
pengoperasian alat tangkap, khususnya peralatan jaring karena keberadaan
kerumunan bebatuan dan karang koral walaupun itu sangat berpotensi menjadi

4
pelabuhan. Terkadang tempat tersebut memiliki arus yang menghanyutkan dan
perbedaan pasang surut yang besar. Pada tempat tersebut para nelayan sedemikian
perlu memperhatikan untuk menghiraukan mengoperasikan alat tangkap.
Terkadang mereka menggunakan trap nets, gill nets dan peralatan memancing
ikan sebagai ganti peralatan jaring seperti jaring trawl dan purse seine.
Sebaliknya, daerah penangkapan lepas pantai tidak mempunyai kondisi seperti itu,
tapi keadaan menyedihkan datang dari cuaca yang buruk dan ombak yang tinggi.
Para nelayan juga harus mengatasi kondisi buruk ini dengan efektif menggunakan
peralatan menangkap ikan.

c). Daerah tersebut harus bertempat di lokasi yang bernilai ekonomis. Ini sangat
alamiah di mana manajemen akan berdiri atau jatuh pada keseimbangan antara
jumlah investasi dan pemasukan. Anggaran dasar yang mencakup pada investasi
sebagian besar dibagi menjadi dua komponen, yakni modal tetap seperti peralatan
penangkapan ikan dan kapal perikanan, dan modal tidak tetap seperti gaji
pegawai, konsumsi bahan bakar dan biaya perbekalan. Para manajer perikanan
harus membuat keuntungan pada setiap operasi. Jika daerah penagkapan tersebut
terlalu jauh dari pelabuhan, itu akan memerlukan bahan bakar yang banyak. Jika
usaha perikanan tersebut benar-benar memiliki harapan yang besar, usaha yang
dijalankan mungkin boleh pergi ke tempat yang lebih jauh. Nelayan yang dalam
kasus demikian dapat memperoleh keuntungan dengan manajemen usaha
perikanan. Jika kita dapat membuat alat untuk meningkatkan efisiensi usaha
perikanan seperti menggunakan mesin perikanan yang lebih efisien, kemudian
kita dapat juga memperbesar kapasitas kita untuk menangkap ikan ke tempat yang
lebih jauh.

Daerah penangkapan ikan juga dikontrol oleh permintaan pasar untuk


ikan. Permintaan untuk produk ikan akan dipengaruhi oleh kapasitas ketersediaan
dari tempat tersebut, sebagai contoh, adalah baru saja dikembangkan sebagai
daerah penangkapan ikan. Jadi, daerah penangkapan ikan selalu memiliki nilai
yang relatif, berhubungan dengan keseimbangan ekonomi, daerah penangkapan
ikan lainnya, efisiensi usaha perikanan dan permintaan ikan di dalam pasar.

5
Begitulah, harus selalu berusaha menemukan daerah penangkapan ikan yang
ekonomis dan efektif dari metode penangkapan ikan yang dimodernisasi.

2.4. Pemilihan Daerah Penangkapan Ikan

Hal pertama yang harus kita ketahui tentang keberadaan daerah


penangkapan ikan menurut spesis ikan dan dari musim. Pemilihan daerah
penangkapan ikan akan dibahas dengan sesuai pemahaman dari efisiensi,
keuntungan dan ekonomi usaha perikanan. Metode pemilihan akan dibahas
sebagai berikut :

a). Asumsi awal tentang area lingkungan yang cukup sesuai dengan tingkah laku
ikan yang diarahkan dengan menggunakan data riset oseanografi dan meteorologi.

b). Asumsi awal tentang musim dan daerah penangkapan ikan, dari pengalaman
menangkap ikan yang lampau yang dikumpulkan ke dalam arsip kegiatan
penangkapan ikan masa lampau.

c). Pemilihan daerah penangkapan ikan yang bernilai ekonomis dengan


mempertimbangkan dengan seksama jarak dari pangkalan, kepadatan gerombolan
ikan, kondisi meteorologi, dan lain sebagainya.
2.5. Jenis-jenis dari Daerah Penangkapan Ikan
Klasifikasi daerah penangkapan ikan sering dibuat berdasarkan materi
sebagai jenis ikan yang akan ditangkap, jenis dari alat tangkap yang digunakan,
daerah perairan di mana usaha perikanan dioperasikan dan area lautan di mana
usaha perikanan beroperasi :
a. Spesies dari ikan: tuna dan skipjack fishing ground, salmon fishing ground,
dan sebagainya.
b. Jenis alat tangkap ikan: trawl fishing ground, long line fishing ground, fixed-
net fishing ground, pole and line fishing ground, surrounding-net (jaring lingkar)
fishing ground, dan sebagainya.

6
c. Kawasan perairan: daerah penangkapan dalam laut atau permukaan, daerah
penangkapan yang dekat dengan pantai, daerah penangkapan pantai dan daerah
penangkapan pada perairan darat.
d. Kawasan laut: daerah penangkapan di Pasifik Utara, daerah penangkapan di
Laut China Selatan, daerah penangkapan di China Bagian Tenggara, dan lain
sebagainya.
Tetapi daerah daerah penangkapan ikan secara umum diklasifikasikan ke
dalam tiga jenis utama berikut:
 Daerah penangkapan ikan di perairan pantai
Daerah penangkapan ikan di perairan pantai Pada keadaan normal, Pada
keadaan normal, pesisir pantai memiliki banyak daerah penangkapan ikan yang
bagus. Produksi perikanan dari daerah ini dengan baik meningkat dari tahun ke
tahun. Daerah penangkapan ikan di perairan pantai termasuk meliputi usaha
rumput laut, ikan dan kerang-kerangan dan untuk jenis yang khusus bergerak
seperti ikan haring, ikan salmon, ikan ekor kuning, ikan tuna dan ikan laut air
tawar yang mendekati daerah pantai untuk mencari makanan atau untuk memijah.
Daerah penangkapan ikan di perairan pantai ini mungkin dibagi lagi ke
dalam trap-net (jaring perangkap) fishing ground, small trawling (pukat tarik yang
kecil) fishing ground, driving in net fishing ground, beach seine (pukat pantai)
fishing ground, hand purse seine (purse seine tangan) fishing ground, surrounding
net (jaring lingkar) fishing ground, pole and line fishing ground, dan lain
sebagainya.
Untuk tujuan konservasi sumberdaya perikanan di pesisir perairan pantai
dan menjaga mutu dari daerah penangkapan ikan, ukuran harus diambil di
sepanjang garis pembangunan pada pembatas di laut, penangkaran buatan dan
melepaskan anak ikan lalu menjaganya. Ini juga sangat penting untuk
pemeliharaan dan pembangunan dari nilai mutu dari daerah penangkapan ikan,
untuk menghasilkan pemahaman dan kerja sama dari nelayan untuk konservasi
sumberdaya perikanan sama halnya sesuai pengambilan keputusan dan
manajemen dari administrasi perikanan
.

7
 Daerah penangkapan di laut lepas, atau daerah penangkapan ikan pelagis
Salah satu contoh ikan pelagis di Lautan Pasifik adalah ikan skipjack.
Daerah penangkapan untuk ikan skipjack utamanya berlokasi pada lapisan
subtropis yang konvergen yang dibentuk oleh pertemuan aliran arus hangat dan
arus dingin. Spesies ikan lainnya yang bermigrasi, di kedua jenis arus hangat dan
dingin, seperti ikan tuna dan ikan salmon, secara musiman naik menuju utara atau
turun ke selatan untuk mencari makanan di dalam pusaran air atau arus rip yang
dibentuk oleh pertemuan dua aliran arus.
Lebih lanjut, bentuk topografi yang rumit pada pantai dan perairan sampai
kedalaman 200 meter di mana arus dasar laut naik keatas dan bercampur dengan
massa air hangat pada bagian atas, menghasilkan plankton dalam jumlah yang
sangat besar yang dimana mengundang ikan untuk bermigrasi dan menetap di
sana. Area migrasi ikan skipjack, tuna dan salmon di Pasifik adalah sangat luas
dan hampir tak terhingga dari bagian atas garis katulistiwa hingga ke perairan
daerah utara.
Tapi hal itu harus diperhatikan bahwa daerah penangkapan ikan yang sesuai
untuk spesies ikan pelagis adalah hampir terbatas pada daerah arus rip di perairan
tersebut.
 Daerah penangkapan ikan demersal(Ikan perairan dasar)
Pada continental shelf (paparan benua) di mana umumnya terdapat pada
kedalaman 200 m adalah sangat sesuai untuk ikan demersal atau yang hidup di
dekat dasar laut. Kolom perairan yang kedalamnya lebih dari 400 m adalah sangat
tidak sesuai untuk ikan, kecuali beberapa spesies yang khusus. Makhluk hidup
pada dasar laut termasuk yang selalu tinggal di satu tempat, meliputi pergerakan
secara horizontal atau pada kedalaman dan pergerakan menuju daerah dangkal,
atau secara musiman membuat suatu migrasi yang panjang.
Pada continental shelf dimana terdapat pasir atau berbagai bahan organik
lain yang mengalir dari perairan pantai lalu mengendap, sebagian besar menjadi
pupuk dan sesuai untuk pertumbuhan plankton. Oleh karena manfaat dari daerah
paparan (shelf), pada daerah pesisir pantai atau pintu masuk perairan adalah
daerah penangkapan yang ideal untuk kerang-kerangan dan rumput laut,

8
khususnya ikan-ikan kecil. Ketika melakukan penangkapan ikan, jaring yang tarik
di dasar perairan (bottom drag nets) adalah yang paling sering digunakan.
Beberapa spesies ikan pelagis mungkin tertangkap di perairan tersebut.
Tapi kolom perairan yang lebih dari kedalaman 800 meter, meskipun ada
ditemukan beberapa spesies ikan, sangat tidak sesuai untuk digunakan sebagai
daerah penangkapan ikan bukan hanya karena kesulitan dalam operasi
penangkapan ikan tetapi juga jarangnya terdapatsumberdaya perikanan.
Ikan pelagis adalah kelompok ikan yang berada pada lapisan permukaan
hingga kolom air dan mempunyai ciri khas utama, yaitu dalam beraktivitas selalu
membentuk gerombolan (schooling) dan melakukan migrasi untuk berbagai
kebutuhan hidupnya. Ikan pelagis juga termasuk ikan yang selalu melakukan
migrasi, baik migrasi untuk mencari makan (feeding migration) maupun migrasi
untuk tujuan memijah (spawning ground).
2.6. Sumberdaya ikan pelagis kecil
Ikan pelagis kecil hidup pada daerah pantai yang relatif kondisi
lingkungannya tidak stabil menjadikan kepadatan ikan juga berfluktuasi dan
cenderung muda mendapat tekanan akibat kegiatan pemanfaatan, karena daerah
pantai mudah dijangkau oleh aktivitas manusia. Jenis ikan pelagis kecil yang
dimaksudkan adalah ikan layang, kembung, tembang, teri, dan lain-lain.
Sumberdaya ikan pelagis kecil diduga merupakan salah satu sumberdaya
perikanan yang paling melimpah di perairan Indonesia dan mempunyai potensi
sebesar 3,2 juta (Widodo et al, 1998 dalam Nelwan A., 2004). Sumberdaya ini
merupakan sumberdaya neritik, karena terutama penyebarannya adalah di perairan
dekat pantai, di daerah-daerah dimana terjadi proses penaikan air (upwelling) dan
sumberdaya ini dapat membentuk biomassa yang sangat besar (Csirke, 1988
dalam Nelwan A., 2004).
Penyebaran ikan pelagis kecil di Indonesia merata di seluruh perairan,
namun ada beberapa yang dijadikan sentra daerah penyebaran seperti Lemuru
(Sardinella Longiceps) banyak tertangkap di Selat Bali, Layang (Decapterus spp)
di Selat Bali, Makassar, Ambon dan Laut Jawa, Kembung Lelaki (Rastrelinger

9
kanagurta) di Selat Malaka dan Kalimantan, Kembung Perempuan (Rastrelinger
neglectus) di Sumatera Barat, Tapanuli dan Kalimantan Barat, (Suyedi R., 2001).
Sifat ikan pelagis kecil,
1. Membentuk gerombolan yang terpencar-pencar.
2. Variasi rekruitmen cukup tinggi yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan
yang labil.
3. Selalu melakukan ruaya baik temporal maupun spasial.
4. Aktivitas gerak cukup tinggi yang ditunjukkan oleh bentuk badan menyerupai
terpedo.
5. Kulit dan tekstur yang mudah rusak, daging berkadar lemak relatif tinggi,
2.7. Sumberdaya ikan pelagis besar
Ikan pelagis besar hidup pada laut lepas dengan kondisi lingkungan relatif
stabil, disamping itu ikan pelagis besar umumnya melakukan migrasi sepanjang
tahun dengan jarak jauh. Secara biologis kelompok cakalang, tuna, dan tongkol
termasuk kedalam kategori ikan yang mempunyai tingkah laku melakukan
migrasi dengan jarak jauh (highly migratory species) melampaui batas-batas
yuridiksi suatu negara. Keadaan tersebut akan menyebabkan penambahan dan
pengurangan stok di suatu perairan yang berperan penting dalam sediaan lokal
pada saat terjadi musim penangkapan (Nelwan A., 2004).
Ikan Pelagis besar menyebar di perairan yang relatif dalam, bersalinitas tinggi,
kecuali ikan tongkol yang sifatnya lebih kosmopolitan dapat hidup di perairan
yang relatif dangkal dan bersalinitas lebih rendah. Sifat epipelagis dan oseanis
menjadikan penyebaran sumberdaya ikan pelagis besar secara vertikal sangat
dipengaruhi lapisan thermoklin yang juga adalah struktur lapisan massa air yang
terbentuk akibat perbedaan suhu. Demikian pula penyebaran secara horizontal
yang dipengaruhi oleh faktor perbedaan suhu dan juga ketersediaan makanan,
(Nelwan A., 2004).

10
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan makalah diatas dapat di simpukan sebagai berikut:

 Suatu daerah perairan dimana ikan yang menjadi sasaran penangkapan


tertangkap dalam jumlah yang maksimal dan alat tangkap dapat dioperasikan serta
ekonomis.
Ayodhyoa (1976), mengemukakan bahwa fishing ground merupakan
tempat penangkapan ikan. Pada umumnya semua tempat dimana ikan berada dan
dapat dioperasikan suatu alat tangkap.

 Karakteristik Daerah Penangkapan Ikan

a). Daerah tersebut harus memiliki kondisi dimana ikan dengan mudahnya
datang bersama-sama dalam kelompoknya, dan tempat yang baik untuk dijadikan
habitat ikan tersebut.

b). Daerah tersebut harus merupakan tempat dimana mudah menggunakan


peralatan penangkapan ikan bagi nelayan.

c). Daerah tersebut harus bertempat di lokasi yang bernilai ekonomis.

 Jenis-jenis dari Daerah Penangkapan Ikan


Klasifikasi daerah penangkapan ikan sering dibuat berdasarkan materi sebagai
jenis ikan yang akan ditangkap, jenis dari alat tangkap yang digunakan, daerah
perairan di mana usaha perikanan dioperasikan dan area lautan di mana usaha
perikanan beroperasi.

11
Tetapi daerah daerah penangkapan ikan secara umum diklasifikasikan ke
dalam tiga jenis utama berikut:
 Daerah penangkapan ikan di perairan pantai
 Daerah penangkapan di laut lepas, atau daerah penangkapan ikan pelagis
 Daerah penangkapan ikan demersal(Ikan perairan dasar)
 Sumberdaya ikan pelagis kecil
Ikan pelagis kecil hidup pada daerah pantai yang relatif kondisi
lingkungannya tidak stabil menjadikan kepadatan ikan juga berfluktuasi dan
cenderung muda mendapat tekanan akibat kegiatan pemanfaatan, karena daerah
pantai mudah dijangkau oleh aktivitas manusia. Jenis ikan pelagis kecil yang
dimaksudkan adalah ikan layang, kembung, tembang, teri, dan lain-lain.
 Sumberdaya ikan pelagis besar
Ikan pelagis besar hidup pada laut lepas dengan kondisi lingkungan relatif
stabil, disamping itu ikan pelagis besar umumnya melakukan migrasi sepanjang
tahun dengan jarak jauh.
3.2. Saran
Dari hasil makalah diatas dapat di sarankan bahwa literature yang di dapat
masih sangat minim atau kurang untuk itu kami sangat mengharapkan kritikan
yang membangun dan masukan dari berbagai pihak untuk menyempurnakan
makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://acmadfish.blogspot.com/2011/01/pengaruh-global-warming-terhadap-
ikan.html
: Diakses pada tanggal 15-04-11/10:37

http://downloads.ziddu.com/downloadfile/12975289/daerahpenangkapanikanpela
gis.zip.html : Diakses pada tanggal 13-04-11/20:35

http://www.fishyforum.com/fishysalt/fishyronment/96-musim-penangkapan-ikan-
pelagis-besar.html : Diakses pada tanggal 13-04-11/20:32

http://www.forumbebas.com/thread-112440.html : Diakses pada tanggal 15-04-


11/10:32

http://pondok-munzir.blogspot.com/2009/06/daerah-penangkapan-ikan.html :
Diakses pada tanggal 13-04-11/13:32

Rizky Fajary Lestiawan. 2008. Pengamatan Informasi Zona Potensi Penangkapan


Ikan (ZPPI) Dengan Menggunakan Metode Pengujian Parameter Kualitas Air Di
Km. xxx, di Juwana, Jawa Tengah. Proposal Kerja Praktek Akhir. Program Studi
Teknologi Penangkapan Ikan, Jurusan Ilmu Kelautan Dan Perikanan, Politeknik
Negeri Pontianak. Pontianak.
http://pondok-munzir.blogspot.com/search/label/Artikel%20Perikanan,

© 2004 Alfa Nelwan Posted: 27 November 2004 Makalah Pribadi Falsafah Sains
(PPS 702) alfanelwan@yahoo.com. Dan Daerah Penangkapan Ikan oleh Ir.
Robert M.H. Nasution, MM
Diposkan oleh MUKHTAR A.Pi. M.Si

13

Anda mungkin juga menyukai