Terminologi Fishing : Usaha melakukan penangkapan ataupun pengumpulan ikan dan jenis-jenis aquatic resources lainnya dengan dasar pemikiran bahwa ikan dan aquatic resources tersebut mempunyai manfaat ataupun mempunyai nilai ekonomi. Fishing day : jumlah hari yang terpakai pada suatu operasi penangkapan Fishing operation : operasi penangkapan ikan Trip duration : lama waktu (hari) sejak saat memuat (load) sampai bongkar (unload), termasuk lama waktu pelayaran ke dan dari fishing ground
Actual fishing day : jumlah hari dimana usaha
penangkapan betul-betul dilakukan, tidak termasuk hunting day (pelayaran menemukan fishing ground yang baru) Fishing trip : Jumlah pelayaran untuk tujuan penangkapan dalam satu satuan waktu (bulan, tahun), sering disingkat dengan trip/month, trip/year
Fishing technique : Teknik untuk melakukan
fishing yang berarti bahwa kapal, alat dan cara telah tertentu Fishing methods : Kebiasaan, cara, metode yang dipergunakan dimana ikan akan dapat tertangkap (secara lengkap : fish catching methods)
Fishing gears : Alat-alat dan perlengkapan yang
dipergunakan untuk tujuan fishing Fishing boat : Kapal-kapal yang dipergunakan untuk tujuan fishing (atau fishing vessel atau fishing craft)
Fishing tactics : Cara mengoperasikan jaring
(alat-alat), menemukan ikan yang menjadi tujuan, juga cara memanfaatkan behaviour untuk menaikkan efisiensi dari fishing methods Untuk mengeksploitasi sesuatu perairan, berbagai cara dapat ditempuh, cara ini akan berbeda sesuai dengan tujuan usahanya Perikanan dikatakan sebagai usaha, dimulai dengan usaha melakukan penangkapan ikan (fishing) ataupun mengumpulkan jenis-jenis sumberdaya perairan lainnya (rumput laut, kerang- kerangan dan lain-lain), setelah itu barulah timbul jenis-jenis usaha lainnya (handling, processing, marketing, dan lain-lain) Usaha penangkapan ikan (fishing) lebih besar usahanya berlaku di laut dibandingkan dengan perairan daratan (sungai, danau, rawa, dan lain- lain), sehingga perkataan fishing sering gambaran kita mengarah ke perairan laut/lautan Dalam sejarah peradabannya antara “fishing” dengan “hunting”, manakah yang terlebih dahulu diketahui oleh manusia dan kemudian diantara keduanya ini manakah yang lebih pesat dalam perkembangannya sebagai suatu usaha mata pencaharian sampai saat ini Hal ini akan berhubungan erat sekali dengan keadaan perairan setempat dan hal-hal lainnya dan jika diingat bahwa untuk “fishing” manusia akan memerlukan alat-alat dan perlengkapan yang lebih banyak dibandingkan dengan “hunting” di darat untuk “fishing” menangkap ikan di laut Jika kita perkirakan bahwa kemampuan alat untuk perlengkapan (luas, volume, tenaga) dari alat-alat dan perlengkapan “fishing” (gears, boats) yang sanggup dibuat oleh manusia dibandingkan dengan laut/volume dari laut; maka untuk “fishing” akan ternyata memerlukan pemikiran yang lebih banyak jika dibandingkan dengan “hunting”. Sumberdaya perairan yang menjadi tujuan “fishing” nyata mempunyai medium hidup “air” yang berbeda dengan medium hidup manusia dan hewan-hewan umum yang menjadi tujuan “hunting” di darat yaitu udara Dengan demikian segala tingkah laku dari sumberdaya perairan tersebut akan berbeda respons-nya terhadap perlakuan yang diusahakan manusia untuk menangkapnya Binatang yang diburu akan berusaha melarikan diri, mereka akan bergerak dalam suatu bidang datar, sungguhpun ada beberapa jenis yang masuk ke liang, lobang, menyelam memanjat pohon dan lain- lain pada umumnya masih berada dalam ruang lingkup medium yang bersamaan dengan manusia Tetapi ikan-ikan di perairan akan bergerak melarikan diri (escape) baik arah horizontal ataupun arah vertikal, dengan ruang lingkup medium hidup yang berbeda dengan manusia Apabila kondisi faktor-faktor lingkungan dari sesuatu fishing ground sama, maka faktor yang dapat dianggap sebagai pembatas gerak vertikal dari ikan ialah gaya tekanan massa air yang mengenai tubuh ikan itu Umum diketahui bahwa setiap pertambahan kedalaman (depth) sebanyak 10 m, maka tekanan akan bertambah besar satu atmosfer, seandainya ikan-ikan melarikan diri sejarak 5 -10 meter saja pun ke arah yang lebih dalam, maka usaha untuk menambah lebar jaring ataupun usaha untuk menyesuaikan posisi jaring sesuai dengan arah renang (layer) dari ikan yang menjadi tujuan penangkapan akan menyangkut banyak segi lainnya (gears dan boat) dan kenyataannya tidak mudah dalam pelaksanaan operasinya Dalam tujuannya, fishing dapat dibedakan antara “leisure fishing (game fishing) ” dan “commercial fishing”. Karena fishing bersifat sebagai usaha yang menghasilkan, maka dalam bidang fishing akan terdapat penggunaan dari berbagai pengetahuan dasar (basic science) maupun pengetahuan terpakai (applied science) seperti biologi, ekologi, fisika, oseanografi, meteorologi dan klimatologi, elektronik, mesin dan lain sebagainya Kesemua pengetahuan ini dimanfaatkan untuk tujuan fishing, sebagai akibatnya perkembangan kemajuan fishing akan berhubungan pula dengan perkembangan kemajuan pengetahuan- pengetahuan tersebut di atas Antara usaha pertanian pertanian dan usaha perikanan meskipun digolongkan pada industri tingkat pertama, akan terdapat perbedaan- perbedaan sifat, antara lain : Jenis-jenis ikan/aquatic resources banyak macamnya, masing-masing berbeda keadaan hidupnya dan belum seluruhnya diketahui. Untuk menyelidiki keadaan hidupnya ini lebih sukar jika dibandingkan dengan usaha menyelidiki land resources. Dalam tingkat usaha untuk menangkap/memperolehnya banyak variasi baik dalam bentuk fishing gears, fishing methods juga struktur organisasi usahanya Aquatic resources yang menjadi tujuan usaha, berada di daerah bebas usaha, fishing ground adalah milik bersama dengan demikian akan terjadi kompetisi yang luas. Untuk beberapa jenis usaha perikanan pantai, terutama untuk jenis alat yang menetap misalnya sero, jermal, kelong, telah ada ketentuan hak lokasi, tetapi untuk skipjack pole & line, tuna long line, trawl, drift gillnet dan lain sebagainya belum ada dan sulit mengadakan sesuatu ketentuan Dibandingkan dengan pertanian, batas-batas kebun, sawah, ladang dan lain-lain telah tertentu dan tidak berpindah-pindah Demikian pula usaha peternakan, kandang dan jumlah hewan peliharaan telah dapat dihitung dan dapat dilihat nyata setiap hari maka perusahaan fishing dalam menentukan fishing ground selalu menghendaki perhitungan- perhitungan dengan aneka ragam kemungkinan- kemungkinan seperti ikan yang berpindah-pindah atas kehendaknya sendiri (migration) dan pengaruh lingkungan (environmental condition) Faktor lingkungan seperti temperatur, salinitas, arus, gelombang, angin, massa air, tipe perairan dan lain sebagainya sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan (growth), populasi, ketersediaan ikan (stock), sehingga tahun demi tahun tidaklah dapat diramalkan dengan tepat ataupun agak tepat lebih dahulu. Sumberdaya yang ada sukar ditentukan jumlahnya dengan angka kemudian lokasi fishing ground berpindah-pindah sesuai dengan ruaya (migration) dari jenis ikan yang menjadi tujuan. Dari sejumlah sumberdaya yang ada tidaklah akan dapat selalu tertangkap sesuai dengan keinginan Berdasarkan ciri-ciri perairan laut Indonesia baik dilihat dari segi oseanografi, keadaan topografi dasar perairan, banyaknya jenis-jenis ikan, udang dan biota laut lainnya tersebut ternyata membawa dampak terhadap cara-cara pengusahaannya terutama dalam penggunaan alat penangkap dan teknologi penangkapannya. Ternyata disini melibatkan banyak sekali jenis-jenis alat penangkap yang dapat digunakan yang diuraikan sebagai berikut : 1. Banyaknya jenis-jenis ikan, udang dan biota laut lain dengan tingkah laku, sifat-sifat yang berbeda-beda itu jelas memerlukan alat penangkap dan teknologi penangkapan yang berbeda-beda pula, walaupun diakui bahwa sebagian dari jenis-jenis biota lain yang tidak termasuk sasaran, kadangkala secara kebetulan ikut tertangkap pula. Contoh yang paling jelas ialah dalam penggunaan pukat udang, dimana hampir semua biota dasar ikut tertangkap 2. Kondisi topografi dasar terutama untuk perairan pantai yang berbeda-beda (landai, curam, dasar berlumpur, pasir, lumpur-pasir, berkarang-karang) mempengaruhi penggunaan alat penangkap 3. Untuk perairan lepas pantai khususnya perairan dangkal dapat digunakan alat penangkap, seperti : pukat udang, trawl, payang, pukat cincin, lampara dan lain-lain 4. Untuk perairan laut dalam, dapat digunakan alat penangkap seperti rawai tuna, rawai cucut, rawai tegak lurus Seperti telah dikemukakan Indonesia memiliki banyak jenis alat penangkap baik untuk ikan, udang maupun biota laut lainnya. Kehadiran alat penangkap tersebut untuk tiap daerah perikanan tidak terjadi secara bersamaan, tetapi memakan waktu lama, bahkan ratusan tahun dan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan, perkembangan usaha perikanan dan menurut komoditi yang diperlukan Beberapa alat penangkap sederhana yang telah lama diusahakan secara tradisional oleh nelayan Indonesia, antara lain : tombak, sero, pancing, jala dan lain- lainnya. Kemudian menyusul alat penangkap lain seperti jaring lingkar (seine net), macam-macam payang. Dalam perkembangan lebih lanjut kemudian muncul alat penangkap yang lebih produktif dan efisien, seperti trawl, pukat udang, pukat cincin, rawai tuna, huhate, trammel net, dan lain-lainnya Dalam perkembangannya, penambahan jumlah alat penangkap untuk tiap daerah itu juga tidak terlepas adanya pengaruh beberapa faktor seperti potensi perikanan, nelayan yang trampil dan faktor pengusaha itu sendiri yang akan melakukan usaha penangkapan yang umumnya berkaitan dengan permodalan disamping itu faktor kebiasaan (adat) kebudayaan masyarakat nelayan setempat yang justru memegang peranan penting