Anda di halaman 1dari 31

IRHAMSYAH

PRODI PERIKANAN TANGKAP FPK ULM


Terminologi
 Fishing : Usaha melakukan penangkapan ataupun
pengumpulan ikan dan jenis-jenis aquatic
resources lainnya dengan dasar pemikiran bahwa
ikan dan aquatic resources tersebut mempunyai
manfaat ataupun mempunyai nilai ekonomi.
 Fishing day : jumlah hari yang terpakai pada suatu
operasi penangkapan
 Fishing operation : operasi penangkapan ikan
 Trip duration : lama waktu (hari) sejak saat
memuat (load) sampai bongkar (unload), termasuk
lama waktu pelayaran ke dan dari fishing ground

 Actual fishing day : jumlah hari dimana usaha


penangkapan betul-betul dilakukan, tidak termasuk
hunting day (pelayaran menemukan fishing ground
yang baru)
 Fishing trip : Jumlah pelayaran untuk tujuan
penangkapan dalam satu satuan waktu (bulan,
tahun), sering disingkat dengan trip/month, trip/year

 Fishing technique : Teknik untuk melakukan


fishing yang berarti bahwa kapal, alat dan cara
telah tertentu
 Fishing methods : Kebiasaan, cara, metode
yang dipergunakan dimana ikan akan dapat
tertangkap (secara lengkap : fish catching
methods)

 Fishing gears : Alat-alat dan perlengkapan yang


dipergunakan untuk tujuan fishing
 Fishing boat : Kapal-kapal yang dipergunakan
untuk tujuan fishing (atau fishing vessel atau fishing
craft)

 Fishing tactics : Cara mengoperasikan jaring


(alat-alat), menemukan ikan yang menjadi tujuan,
juga cara memanfaatkan behaviour untuk
menaikkan efisiensi dari fishing methods
 Untuk mengeksploitasi sesuatu perairan, berbagai
cara dapat ditempuh, cara ini akan berbeda sesuai
dengan tujuan usahanya
 Perikanan dikatakan sebagai usaha, dimulai
dengan usaha melakukan penangkapan ikan
(fishing) ataupun mengumpulkan jenis-jenis
sumberdaya perairan lainnya (rumput laut, kerang-
kerangan dan lain-lain), setelah itu barulah timbul
jenis-jenis usaha lainnya (handling, processing,
marketing, dan lain-lain)
 Usaha penangkapan ikan (fishing) lebih besar
usahanya berlaku di laut dibandingkan dengan
perairan daratan (sungai, danau, rawa, dan lain-
lain), sehingga perkataan fishing sering gambaran
kita mengarah ke perairan laut/lautan
 Dalam sejarah peradabannya antara “fishing”
dengan “hunting”, manakah yang terlebih dahulu
diketahui oleh manusia
 dan kemudian diantara keduanya ini manakah
yang lebih pesat dalam perkembangannya sebagai
suatu usaha mata pencaharian sampai saat ini
 Hal ini akan berhubungan erat sekali dengan
keadaan perairan setempat dan hal-hal lainnya dan
jika diingat bahwa untuk “fishing” manusia akan
memerlukan alat-alat dan perlengkapan yang lebih
banyak dibandingkan dengan “hunting” di darat
untuk “fishing” menangkap ikan di laut
 Jika kita perkirakan bahwa kemampuan alat untuk
perlengkapan (luas, volume, tenaga) dari alat-alat
dan perlengkapan “fishing” (gears, boats) yang
sanggup dibuat oleh manusia dibandingkan
dengan laut/volume dari laut; maka untuk “fishing”
akan ternyata memerlukan pemikiran yang lebih
banyak jika dibandingkan dengan “hunting”.
 Sumberdaya perairan yang menjadi tujuan “fishing”
nyata mempunyai medium hidup “air” yang berbeda
dengan medium hidup manusia dan hewan-hewan
umum yang menjadi tujuan “hunting” di darat yaitu
udara
 Dengan demikian segala tingkah laku dari
sumberdaya perairan tersebut akan berbeda
respons-nya terhadap perlakuan yang diusahakan
manusia untuk menangkapnya
 Binatang yang diburu akan berusaha melarikan diri,
mereka akan bergerak dalam suatu bidang datar,
sungguhpun ada beberapa jenis yang masuk ke
liang, lobang, menyelam memanjat pohon dan lain-
lain pada umumnya masih berada dalam ruang
lingkup medium yang bersamaan dengan manusia
 Tetapi ikan-ikan di perairan akan bergerak
melarikan diri (escape) baik arah horizontal
ataupun arah vertikal, dengan ruang lingkup
medium hidup yang berbeda dengan manusia
 Apabila kondisi faktor-faktor lingkungan dari
sesuatu fishing ground sama, maka faktor yang
dapat dianggap sebagai pembatas gerak vertikal
dari ikan ialah gaya tekanan massa air yang
mengenai tubuh ikan itu
 Umum diketahui bahwa setiap pertambahan
kedalaman (depth) sebanyak 10 m, maka tekanan
akan bertambah besar satu atmosfer,
 seandainya ikan-ikan melarikan diri sejarak 5 -10
meter saja pun ke arah yang lebih dalam, maka usaha
untuk menambah lebar jaring ataupun usaha untuk
menyesuaikan posisi jaring sesuai dengan arah renang
(layer) dari ikan yang menjadi tujuan penangkapan
akan menyangkut banyak segi lainnya (gears dan
boat) dan kenyataannya tidak mudah dalam
pelaksanaan operasinya
 Dalam tujuannya, fishing dapat dibedakan antara
“leisure fishing (game fishing) ” dan “commercial
fishing”.
 Karena fishing bersifat sebagai usaha yang
menghasilkan, maka dalam bidang fishing akan
terdapat penggunaan dari berbagai pengetahuan dasar
(basic science) maupun pengetahuan terpakai (applied
science) seperti biologi, ekologi, fisika, oseanografi,
meteorologi dan klimatologi, elektronik, mesin dan lain
sebagainya
 Kesemua pengetahuan ini dimanfaatkan untuk
tujuan fishing, sebagai akibatnya perkembangan
kemajuan fishing akan berhubungan pula dengan
perkembangan kemajuan pengetahuan-
pengetahuan tersebut di atas
 Antara usaha pertanian pertanian dan usaha
perikanan meskipun digolongkan pada industri
tingkat pertama, akan terdapat perbedaan-
perbedaan sifat, antara lain :
 Jenis-jenis ikan/aquatic resources banyak macamnya,
masing-masing berbeda keadaan hidupnya dan belum
seluruhnya diketahui.
 Untuk menyelidiki keadaan hidupnya ini lebih sukar jika
dibandingkan dengan usaha menyelidiki land
resources.
 Dalam tingkat usaha untuk
menangkap/memperolehnya banyak variasi baik dalam
bentuk fishing gears, fishing methods juga struktur
organisasi usahanya
 Aquatic resources yang menjadi tujuan usaha, berada
di daerah bebas usaha, fishing ground adalah milik
bersama dengan demikian akan terjadi kompetisi yang
luas.
 Untuk beberapa jenis usaha perikanan pantai,
terutama untuk jenis alat yang menetap misalnya sero,
jermal, kelong, telah ada ketentuan hak lokasi, tetapi
untuk skipjack pole & line, tuna long line, trawl, drift
gillnet dan lain sebagainya belum ada dan sulit
mengadakan sesuatu ketentuan
 Dibandingkan dengan pertanian, batas-batas
kebun, sawah, ladang dan lain-lain telah tertentu
dan tidak berpindah-pindah
 Demikian pula usaha peternakan, kandang dan
jumlah hewan peliharaan telah dapat dihitung dan
dapat dilihat nyata setiap hari
 maka perusahaan fishing dalam menentukan
fishing ground selalu menghendaki perhitungan-
perhitungan dengan aneka ragam kemungkinan-
kemungkinan seperti ikan yang berpindah-pindah
atas kehendaknya sendiri (migration) dan pengaruh
lingkungan (environmental condition)
 Faktor lingkungan seperti temperatur, salinitas, arus,
gelombang, angin, massa air, tipe perairan dan lain
sebagainya sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
(growth), populasi, ketersediaan ikan (stock), sehingga tahun
demi tahun tidaklah dapat diramalkan dengan tepat ataupun
agak tepat lebih dahulu.
 Sumberdaya yang ada sukar ditentukan jumlahnya dengan
angka kemudian lokasi fishing ground berpindah-pindah
sesuai dengan ruaya (migration) dari jenis ikan yang menjadi
tujuan. Dari sejumlah sumberdaya yang ada tidaklah akan
dapat selalu tertangkap sesuai dengan keinginan
 Berdasarkan ciri-ciri perairan laut Indonesia baik dilihat
dari segi oseanografi, keadaan topografi dasar
perairan, banyaknya jenis-jenis ikan, udang dan biota
laut lainnya tersebut ternyata membawa dampak
terhadap cara-cara pengusahaannya terutama dalam
penggunaan alat penangkap dan teknologi
penangkapannya.
 Ternyata disini melibatkan banyak sekali jenis-jenis alat
penangkap yang dapat digunakan yang diuraikan
sebagai berikut :
1. Banyaknya jenis-jenis ikan, udang dan biota laut lain
dengan tingkah laku, sifat-sifat yang berbeda-beda itu
jelas memerlukan alat penangkap dan teknologi
penangkapan yang berbeda-beda pula, walaupun
diakui bahwa sebagian dari jenis-jenis biota lain yang
tidak termasuk sasaran, kadangkala secara kebetulan
ikut tertangkap pula.
 Contoh yang paling jelas ialah dalam penggunaan
pukat udang, dimana hampir semua biota dasar ikut
tertangkap
2. Kondisi topografi dasar terutama untuk perairan
pantai yang berbeda-beda (landai, curam, dasar
berlumpur, pasir, lumpur-pasir, berkarang-karang)
mempengaruhi penggunaan alat penangkap
3. Untuk perairan lepas pantai khususnya perairan
dangkal dapat digunakan alat penangkap, seperti :
pukat udang, trawl, payang, pukat cincin, lampara
dan lain-lain
4. Untuk perairan laut dalam, dapat digunakan alat
penangkap seperti rawai tuna, rawai cucut, rawai
tegak lurus
 Seperti telah dikemukakan Indonesia memiliki
banyak jenis alat penangkap baik untuk ikan,
udang maupun biota laut lainnya.
 Kehadiran alat penangkap tersebut untuk tiap
daerah perikanan tidak terjadi secara bersamaan,
tetapi memakan waktu lama, bahkan ratusan tahun
dan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan,
perkembangan usaha perikanan dan menurut
komoditi yang diperlukan
 Beberapa alat penangkap sederhana yang telah lama
diusahakan secara tradisional oleh nelayan Indonesia,
antara lain : tombak, sero, pancing, jala dan lain-
lainnya.
 Kemudian menyusul alat penangkap lain seperti jaring
lingkar (seine net), macam-macam payang.
 Dalam perkembangan lebih lanjut kemudian muncul
alat penangkap yang lebih produktif dan efisien, seperti
trawl, pukat udang, pukat cincin, rawai tuna, huhate,
trammel net, dan lain-lainnya
 Dalam perkembangannya, penambahan jumlah
alat penangkap untuk tiap daerah itu juga tidak
terlepas adanya pengaruh beberapa faktor seperti
potensi perikanan, nelayan yang trampil dan faktor
pengusaha itu sendiri yang akan melakukan usaha
penangkapan yang umumnya berkaitan dengan
permodalan disamping itu faktor kebiasaan (adat)
kebudayaan masyarakat nelayan setempat yang
justru memegang peranan penting

Anda mungkin juga menyukai