pemanfaatan sumberdaya yang terdapat di laut itu sendiri. Berbagai komunitas kehidupan yang terdapat
di laut, atau yang dikenal dengan ekosistem, memberikan manfaat yang beragam bagi manusia. Manfaat
yang diperoleh tersebut berkembang dari waktu ke waktu seiring berkembangnya pengetahuan manusia
dan kemampuannya memanfaatkan potensi yang ada.
Pemanfaatan sumberdaya laut baik di pesisir, di permukaan air, di kolong maupun di bawah laut sudah
berlangsung sejak dahulu kala, bahkan ketika ummat manusia belum mengenal peradaban maju seperti
saat ini. Laut dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi berbagai jenis kebutuhannya. Laut menjadi
sumber pangan bagi manusia dan sekaligus menjadi penghubung antara satu daratan dengan daratan
lainnya. Hal inilah yang mungkin menyebabkan kawasan yang paling dominan disenangi oleh manusia
untuk bermukim pada awalnya juga adalah pinggir laut. Tidak heran jika kota-kota besar di dunia bahkan
di Nusantara pada umumnya berada di pinggir laut. Kondisi ini menyebabkan jumlah populasi manusia
terbanyak juga cenderung berada di pemukiman dekat laut.
Manfaat yang diperoleh manusia dari laut di antaranya manfaat dari segi pangan. Laut memberikan ikan
dalam berbagai jenis dan ukuran yang dapat ditangkap oleh manusia sesuai dengan alat yang
dipergunakannya. Selain ikan, laut juga menyediakan udang, kepiting, kerang-kerangan, dan berbagai
spesies yang bisa dikonsumsi. Laut juga menyediakan bahan pangan dari tumbuhan laut yakni rumput
laut, alga dan anggur laut. Bahan pangan tersebut ada yang bisa langsung dikonsumsi oleh manusia, ada
pula yang dikonsumsi dalam berbagai bentuk olahan.
Terdapat berbagai produk-produk laut bernilai ekonomis penting selain pangan, yang juga sering
dimanfaatkan oleh manusia. Mutiara yang bernilai jutaan bahkan puluhan juta rupiah berasal dari kerang
mutiara yang banyak terdapat di laut. Selain mutiaranya, kerang mutiara juga memiliki kulit yang bisa
diolah menjadi hiasan dinding yang juga bernilai jual tinggi. Terdapat pula batu karang yang dahulu
banyak dimanfaatkan untuk bahan bangunan dan kapurnya untuk cat bangunan. Pasir laut sampai saat
ini banyak dimanfaatkan untuk bahan bangunan rumah penduduk karena dianggap mudah diperoleh dan
ekonomis.
Jasa lingkungan juga banyak diberikan oleh laut. Air laut merupakan media yang menghubungkan satu
wilayah dengan wilayah lainnya sehingga dimanfaatkan untuk alur pelayaran. Angin laut dimanfaatkan
untuk menggerakkan layar perahu nelayan, dan menggerakkan turbin untuk pembangkit tenaga listrik.
Gelombang laut dimanfaatkan untuk menggerakkan kincir yang juga bisa dimanfaatkan untuk
pembangkit listrik. Keindahan alam laut yang meliputi pesisir pantai maupun panorama bawah lautnya
menawarkan potensi wisata yang bernilai tinggi dan diminati masyarakat lokal sampai internasional.
Pada zaman modern saat ini kita mengenal istilah energi terbarukan yang diperoleh dari laut. Energi
terbarukan tersebut berasal dari aspek fisika air laut seperti gelombang, arus dan panas air laut. Juga
berasal dari aspek biologi berupa makroalga dan mikroalga. Menurut Putra (2016) Asosiasi Energi Laut
Indonesia (Aseli) melansir temuan data peta potensi energi laut pada 2011. Pemetaan dilakukan pada 17
titik lokasi untuk energi panas laut, 23 titik lokasi energi gelombang laut, dan 10 titik lokasi energi arus
laut. Energi terbarukan tersebut dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik dalam kapasitas yang sangat
besar. Energi terbarukan dari laut menurut Nattasya (2015) selain pemanfaatan energi laut lewat arus,
ombak dan panas laut, organisme laut pun sangat potensial dimanfaatkan sebagai sumber energi baru
dan terbarukan. Salah satunya adalah makroalga (rumput laut) dan mikroalga (alga/ganggang),
keduanya bisa diekstrak menjadi biofuel.
Laut juga memberikan berbagai jasa lingkungan untuk manusia. Laut menjadi media penghubung antara
satu wilayah daratan dengan daratan lain, sehingga permukaan laut memungkinkan untuk menjadi alur
pelayaran. Keindahan alam pantai, bawah laut, dan terumbu karang, memberikan pengalaman tak
terlupakan untuk para wisatawan. Gelombang laut juga menawarkan pengalaman berselancar yang
menyenangkan bagi para pencinta olahraga air laut.
A. Pemanfaatan Ekstraktif
Pengambilan manfaat sumberdaya perairan khususnya laut terbagi atas pemanfaatan ekstraktif dan non
ekstraktif. Pengambilan manfaat dengan cara mengambil sumberdaya dikenal dengan istilah
pemanfaatan ekstraktif, sedangkan pengambilan manfaat non-ekstraktif tidak dilakukan dengan
mengambil sumberdaya, tetapi memanfaatkan nilai-nilai dan fungsi yang diberikan oleh sumberdaya
tersebut, (CTC, 2016).
Pemanfaatan ekstraktif terhadap sumberdaya laut antara lain penambangan minyak, gas dan mineral,
pengambilan batu karang pengambilan pasir dan sebagainya. Pemanfaatan dengan mengambil
sumberdaya yang umum kita kenal di antaranya penangkapan ikan, udang, kerang, kepiting, lobster,
teripang dan segala biota perairan, termasuk penebangan pohon mangrove. Selain itu budidaya perairan
seperti budidaya ikan, budidaya mutiara, budidaya rumput laut dan jenis budidaya laut lainnya. Hal yang
paling mudah dikenali dari kegiatan pemanfaatan ekstraktif adalah jika kegiatan pemanfaatan tersebut
mengambil sumberdaya laut maka hal tersebut adalah kegiatan ekstraktif, terlepas dari apakah sumber
asal (benih) atau terdapat bagian proses dari sumberdaya yang diambil tersebut berasal dari daratan.
Penangkapan ikan
Penangkapan ikan merupakan aktivitas yang paling umum ditemui di pesisir dan laut.
Nelayan menggunakan berbagai alat untuk menangkap ikan. Berbagai jenis ikan ditangkap oleh nelayan
untuk tujuan konsumsi dan dijual. Alat-alat tangkap dioperasikan oleh nelayan dalam berbagai jenis dan
ukuran. Tombak adalah alat tangkap ikan yang paling tua dan sudah digunakan sejak zaman berburu.
Pancing merupakan teknologi yang sudah cukup maju, sedangkan jaring adalah teknologi yang lebih
maju lagi. Pada era modern, teknologi penangkapan ikan semakin berkembang pesat, ditandai dengan
munculnya berbagai modivikasi alat tangkap ikan, semisal jaring dikembangkan menjadi pukat, pancing
dikembangkan menjadi rawai dan longline. Seiring dengan perkembangan alat tangkap, armada
penangkapan juga semakin meningkat dalam kapasitasnya. Abad 21 penangkapan ikan memasuki kondisi
memprihatinkan, dimana terjadi penangkapan berlebihan ( overfishing) di mana-
mana. Overfishing tersebut disebabkan oleh upaya penangkapan ikan yang berlebihan baik dalam jumlah
alat, jumlah armada penangkapan, maupun jenis-jenis alat tangkap ikan yang dioperasikan.
Pengambilan mangrove
Mangrove yang banyak tumbuh di pesisir pantai merupakan sumber utama kayu bakar bagi masyarakat
nelayan, sebelum bahan bakar minyak mudah diakses. Bahkan di beberapa tempat saat ini mangrove
masih ditebangi untuk berbagai kebutuhan selain sebagai kayu bakar. Sebagian pembudidaya rumput
laut mengambil mangrove untuk dijadikan pancang budidaya rumput laut. Mangrove juga sering diambil
untuk pembuatan jembatan, tiang rumah dan sebagainya. Selain batang pohon mangrove, buah
mangrove juga banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan pangan seperti jus mangrove,
manisan mangrove, daun mangrove jenis tertentu juga dimanfaatkan untuk obat-obatan.
Budidaya ikan
Budidaya I kan sangat potensial dilakukan di perairan laut karena laut merupakan tempat hidup yang
sangat baik untuk ikan. Ikan yang potensial dibudidayakan di laut sangat banyak jenisnya tergantung
kemampuan biaya dari pembudidaya untuk pengadaan sarana dan prasarana budidaya. Komoditas yang
banyak dibudidayakan saat ini di antaranya beberapa jenis kerapu, kuwe, lobster, dan beberapa jenis
ikan hias laut. Komoditas ikan tuna juga sudah mulai dibudidayakan oleh masyarakat. Budidaya ikan di
laut mengambil manfaat dari sumberdaya dengan cara mengambil sumberdaya berupa ikan tersebut.
Dari aktivitas budidaya ikan di laut tersebut, masyarakat bisa memperoleh keuntungan ekonomis yang
sangat besar dan mendukung pertumbuhan ekonomi keluarga melalui penjualan ikan hasil budidaya.
Pengambilan teripang
Teripang merupakan salah satu komoditas perairan pantai yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat.
Teripang diambil sebagai bahan pangan, untuk dikonsumsi masyarakat, atau dijual di pasar lokal sampai
pasar globa l. Teripang dikenal mengandung berbagai nutrisi tinggi sehingga belakangan dimanfaatkan
juga untuk bahan kosmetik dan obat-obatan. Di berbagai daerah populasi teripang telah mengalami
penurunan jumlah populasi. Penurunan populasi teripang di antaranya disebabkan oleh penangkapan
berlebihan dan karena kerusakan habitatnya, baik oleh pengeboman atau penggunaan bahan
penangkapan yang merusak maupun karena kerusakan ekosistem oleh adanya reklamasi pantai.
Pariwisata
Pemanfaatan sumberdaya laut dalam bentuk kegiatan pariwisata mengambil manfaat dan fungsi dari
Penelitian non-ekstraktif.
Laut menyimpan berbagai pengetahuan baik yang sudah tergali maupun yang masih terpendam. Karena
itu penelitian tentang hal yang berhubungan dengan laut terus dilakukan oleh berbagai lembaga
penelitian baik dari perguruan tinggi, maupun lembaga penelitian lainnya. Di antara penelitian tersebut
ada yang jenis penelitian yang hanya menggunakan laut sebagai objek penelitian tanpa mengambil
sumberdaya apapun dari laut, penelitian ini termasuk jenis kegiatan yang non-ekstraktif.
Referensi :
CTC. 2016. Pengelolaan Kegiatan Pariwisata Bahari di Dalam Kawasan Konservasi perairan. Modul
Pelatihan Pariwisata Bahari Berkelanjutan. Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Nattasya, G esha. “Energi Laut, Alternatif Penyedia Sumber Energi Terbarukan”. 17 Januari 2017.
http://www.kompasiana.com/geshayuliani/energi-laut-alternatif-penyedia-sumber-energi-
terbarukan_551abf8681331137489de0e3
Puryono, Sri. 2016. Mengelola Laut untuk Kesejahteraan Rakyat. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Putra, Muhammad Firman Eko. “Potensi Energi Terbarukan Dari Laut”. 17 Januari 2017.
http://membunuhindonesia.net/2016/01/potensi-energi-terbarukan-dari-laut/
Sumberdaya laut hidup adalah semua sumberdaya laut yang hidup yang diperoleh
dari laut. Di antara sumberdaya laut hidup adalah
Laut mempunyai berbagai sumber yang dapat dimanfaatkan manusia antara lain sebagai sumber
mineral dan sumber daya nabati seperti contoh berikut :
a. Sebagai Sumber Mineral misalnya: Garam untuk keperluan memasak., Karbonat diambil dari
sebangsa lumut (potash), Fosfat berasal dari tulang-tulang ikan dan kotoran burung yang
makanannya ikan dapat dimanfaatkan untuk pupuk., Sumber minyak di lepas pantai dapat
ditemukan di Laut Jawa, Sumatera, Malaka, Laut Sulawesi, dan Laut Cina Selatan.
b. Sebagai Sumber Daya Nabati misalnya : Rumput laut yang dibudidayakan di wilayah lautan
dangkal dapat digunakan untuk bahan pembuat agar-agar, Tumbuhan laut untuk makanan ikan,
yaitu plankton, nekton, phytoplankton, dan benthos.
Kehidupan di dalam laut ternyata tidak banyak berbeda dengan keadaan di darat. Di laut juga
terdapat makhluk hidup yang terdiri atas tumbuhan laut dan hewan laut. Kehidupan laut dapat
dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu plankton, nekton, dan benthos.
a. Plankton
Plankton adalah gabungan dari jasad-jasad hewan dan tumbuhan bersel satu. Plankton tidak dapat
bergerak sendiri, tetapi hidup dengan mengapung di permukaan atau dekat permukaan air laut
maka termasuk golongan pelagis pasif.
1. Mikroplankton, terdiri atas: radiolaria (binatang) dan diatome (tumbuh-tumbuhan) yang
mempunyai rangka S1O2,, foraminifera (binatang) yang mempunyai rangka CaCO3.
2. Phytoplankton, Phytoplankton adalah plankton jenis tumbuh-tumbuhan yang hidup pada
kedalaman tidak lebih dari 100 m, sehubungan dengan kebutuhan akan sinar matahari
untuk proses fotosintesis.
b. Nekton
Nekton adalah gabungan dari binatang-binatang yang dapat berenang terutama binatang laut.
Nekton termasuk golongan pelagis yang bergerak secara aktif, misalnya ikan, cumi-cumi, gurita,
dan lain-lain.
c. Benthos
Benthos adalah organisme laut yang hidupnya terikat di dasar laut. Dari golongan ini ada yang
hidup merangkak pada dasar laut, misalnya cacing laut, tiram, remis, tetapi ada pula yang
menempel pada dasar laut, misalnya rumput laut, ganggang, dan bunga karang.
Sumberdaya pesisir terbagi menjadi dua yaitu sumber daya yang dapat diperbaharui dan
sumber daya yang tidak dapat diperbaharui
Sumberdaya yang dapat diperbaharui adalah sumberdaya yang pemanfaatannya dapat dilakukan
perbaharuan baik penanaman, restoking, rehabilitasi dan lain sebagainya. Berikut ini pengertian
Sumberdaya yang dapat diperbaharui:
1. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi,
pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis
perikanan.
2. Mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa jenis
pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut, pantai
berlumpur atau berpasir, seperti pohon api-api (Avicennia spp.), bakau (rhizophora spp.)
3. Terumbu Karang adalah hamparan yang sebagian besar biota penyusunnya adalah
koloni karang, dimana koloni karang tersusun dari polip karang dari spesies yang sama
yang berada pada satu rangka skeleton.
4. Padang Lamun adalah sejenis padang ilalang laut yang tumbuh subur di dasar perairan
dangkal, dimana sinar matahari dapat menembus dasar perairan sehingga memungkinkan
padang ilalang tersebut berfotosintesis.
5. Pulau-pulau Kecil adalah pulau dengan ukuran kurang atau sama dengan 10.000 km2,
jumlah penduduk kurang dari 200.000 jiwa, terpisah dari pulau induk
Sedangkan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui merupakan sumberdaya yang ada yang
perlu diambil tetapi tidak bisa diproduksi sendiri hanya bisa didapatkan dari alam berikut contoh
sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui
1. Pasir Laut
Pasir Laut adalah bahan galian pasir yang terletak pada wilayah perairan Indonesia yang
tidak mengandung unsur mineral golongan A dan/atau golongan B
dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan. Yang dimaksud
dengan : Mineral golongan A adalah bahan mineral strategis, seperti minyak bumi, batu
bara dan sebagainya. Mineral golongan B adalah bahan mineral vital, seperti besi,
tembaga, emas dan sebagainya.
Pengusahaan Pasir Laut adalah kegiatan ekonomi yang meliputi usaha
pertambangan, pengerukan, pengangkutan dan ekspor pasir laut. Unit usaha yang
dicacah meliputi unit usaha penambangan pasir di laut maupun di pantai/pesisir desa di
sepanjang garis pasang surut pantai. Jumlah unit yang dicacah meliputi usaha yang
berbadan hukum maupun perorangan
Baca Juga : Mengetahui Tentang Ikhtiologi
2. Garam walaupun garam merupakan hal yang selalu ada di laut tetapi merupakan sumberdaya
yang tidak dapat diperbaharui, tapi ya ga mungkin habis
Garam adalah mineral yang komponen utamanya adalah Natrium Chlorida (NaCl) dan
senyawa lainnya yang merupakan hasil pengolahan air laut/danau dengan penguapan
sinar matahari maupun berasal dari barang tambang.
Luas Lahan Pergaraman adalah luas lahan yang digunakan untuk kegiatan penguapan
air laut/ekstraksi garam. Luas lahan yang dicacah adalah luas areal di daerah survei.
Luas Kotor adalah tidak hanya luas permukaan air yang digunakan untuk penguapan air
laut saja, tetapi termasuk juga luas tanah/galengan/tanggul dan lain-lain.
Luas Air adalah luas bersih perairan yang betul-betul digunakan untuk pergaraman.
Disini luas galengan/tanggul dan lain-lain, tidak dimasukkan kedalam luas lahan
pergaraman.
Produksi Garam mencakup semua hasil penguapan air laut berupa kristal yang
dihasilkan/dipanen di lahan-lahan pembuatan garam yang diusahakan oleh rumah tangga
pergaraman (pegaram) maupun perusahaan/industri pergaraman. Yang dicacah sebagai
produksi tidak hanya jumlah garam yang dijual, tetapi juga garam yang digunakan untuk
kebutuhan masak rumah tangga pergaraman atau yang diberikan kepada tenaga
kerja/buruh sebagai upah. Data produksi tidak mencakup hasil garam yang dibuang
karena diketahui terkena racun atau pencemaran.
Pegaram adalah orang yang bertempat tinggal di daerah pantai yang secara aktif
melakukan pekerjaan dalam kegiatan penguapan air laut untuk menghasilkan kristal
garam. Dalam hal pergaraman, yang disebut sebagai petani garam adalah orang (baik
anggota rumah tangga maupun buruh) yang secara langsung aktif melakukan pekerjaan
dalam proses penguapan air laut.
3. Material yang dapat ditambang dan memiliki harga yang mengiurkan
Pengangkatan Benda Berharga Muatan Kapal Tenggelam (BMKT) adalah usaha
yang dilakukan untuk mengangkat benda berharga asal muatan kapal yang tenggelam
dengan usia lebih besar atau sama dengan 50 tahun, meliputi : Emas, Perak. Tembaga,
Tanah Liat Keramik dan Lainnya
Penanganan wilayah pesisir terpadu harus dimulai dari perencanaan. Perencanaan
Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu merupakan dasar bagi penyusunan dan alat
koordinasi dari berbagai perencanaan pesisir yang bersifat sektoral dan dunia usaha
yang menjadi asosiasinya serta perencanaan pembangunan daerah. Setiap daerah
memiliki karakteristik, sosial budaya dan biogeofisik lingkungan pesisirnya serta
kebijakan pembangunan daerah yang berbeda. Sehingga yang disusun setiap daerah
akan berbeda dalam hal penentuan prioritas kebijakan, ruang lingkup dan tingkat
rincian, tetapi pendekatan yang digunakan dan unsur-unsur Pengelolaan Wilayah
Pesisir Terpadu tetap sama.
1. Perencanaan Strategis T (Strategic Plan) yang berperan dalam menentukan visi dan misi
serta tujuan dan sasaran pengelolaan sumberdaya pesisir;
-karena sumber daya alam yg dpt di perbaharui adalah sumber dayaalam yg tdk akan hbs meski
digunakan secara trus menerus karena bisa diperbaharui,di daur ulang atau dibuat kembali
-karena sumber dayaalam yg tdk dpt di perbaharui adalah sumber yg dpt habis atau punah jika
digunakan trus menerus karena proses pembuatan kembali memerlukan waktu yang lama
5.0
Sepandai - pandainya tupai melompat sesekali jatuh juga, Sepandai - pandainya seseorang
sekali waktu ada salahnya pula.
Dapat diperbaharui
Contoh
Tumbuhan (segala jenis tumbuhan yang dapat ditanam kembali)
Hewan (Jenis hewan yang hidup di laut, darat, udara, dan jenis hewan lainnya)
Angin. Udara, Tanah, Air, Cahaya Matahari (Panas), Mutiara, dll
Rumput laut
Contoh
Emas dan Perak
Tembaga
Nikel
Marmer
Asbes
Intan
Belerang
Gypsum
Karbon
Minyak Bumi (Segala bentuk jadi minyak bumi, contoh: bensin, Minyak tanah, solar, aspal, avtur,
paraffin)
dll.
1. Sangat dipengaruhi oleh jenis kegiatan. Contohnya seperti usaha perikanan tangkap, usaha
perikanan tambak, dan usaha pengelolaan hasil perikanan yang memang dominan dilakukan.
2. Sangat di pengaruhi oleh faktor lingkungan, musim dan juga pasar.
3. Struktur masyarakat yang masih sederhana dan belum banyak dimasuki oleh pihak luar. Hal ini
dikarenakan baik budaya, tatanan hidup, dan kegiatan masyarakat relatif homogen dan maasing-
masing individu merasa mempunyai kepentingan yang sama dan tanggung jawab dalam
melaksanakan dan mengawasi hukum yang sudah disepakati bersama.
4. Sebagian besar masyarakan pesisir bekerja sebagai Nelayan. Nelayan adalah perorangan warga
negara Indonesia atau korporasi yang mata pencahariannya atau kegiatan usahanya melakukan
penangkapan ikan.
Laut (KKL) sebagai terjemahan resmi dari Marine Protected Area (MPA). Dalam implementasinya,
model pengelolaan sumbedaya perikanan dan kelautan di Indoensia sampai saat ini oleh pihak
pemerintah terutama KKP yang merupakan pengelola sumberdaya perikanan terus mencari dan
menyemprunakan berbagai cara yang tepat untuk diterapkan. Beberapa model yang pernah
diterapkan di beberapa kawasan di Indoensia antara lain :
1. Pengelolaan Tradisional Pengelolaan tradisional
Pada pengelolaan ini, tingkat pengetahuan dan tekhnologi masyarakatnya sendiri masih
rendah,disini campur tangan pemerintah dalam pengelolaan juga masih rendah,sehingga kondisi
tekhnologi,ekonomi dan ekologi bisa dikatakan belum dapat dimanfaatkan secara optimal untuk
sumberdaya perikanan. Namun kondisi untuk analisis sosial dan etikanya cukup bagus. Hal ini
dikarenakan kepercayaan dan adat masyarakat dan budaya yang berlaku di masyarakat setempat
masih sangat kuat.
Sebagai suatu model, pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis masyarakat memiliki kelemahan
dan kelebihan, yang tentunya harus diperhatikan manakala kita mengembangkan sebuah model
CBFM sumberdaya perikanan. Beberapa kelebihan (nilai-nilai positif) dari model CBFM ini adalah:
Sementara itu, kelemahan (nilai-nilai negatif) dari pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis
masyarakat antara lain adalah:
1. Hanya dapat diterapkan dengan baik pada kondisi masyarakat yang strukturnya masih sederhana
dengan skala dan wilayah kegiatan yang kecil.
2. Masyarakat memiliki keterbatasan seperti tingkat pendidikan, kesadaran akan pentingnya
lingkungan.
3. Terjadinya ketimpangan dalam implementasinya karena tidak didukung oleh pemerintah.
4. Hanya efektif untuk kawasan pesisir dan laut dengan batas geografis yang jelas atau terbatas.
5. Rentav n terhadap intervensi luar atau peledakan permintaan sumberdaya alam dan jasa-jasa
lingkungan (Bengen, 2004).
3. Co-Management
Pomeroy dan Williams (1994) dalam An (2004) menjelaskan bahwa konsep co-management adalah
konsep pengelolaan yang mampu menampung kepentingan masyarakat maupun kepentingan
pengguna lainnya. Dengan kata lain, co-management didefinisikan sebagai pembagian tanggung
jawab dan wewenang antara pemerintah dengan pengguna sumberdaya alam lokal (masyarakat)
dalam pengelolaan sumberdaya alam seperti perikanan, terumbu karang, mangrove dan lain
sebagainya. Dalam konsep co-management, masyarakat lokal merupakan partner penting bersama-
sama dengan pemerintah dan stakeholders lainnya dalam pengelolaan sumberdaya alam di suatu
kawasan. Jadi, dalam co-management bentuk pengelolaan sumberdaya alam berupa gabungan dari
dua pendekatan utama yaitu pengelolaan yang dilakukan oleh pemerintah (Goverment Centralized
Management) dan pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat (Community Based Management).
Pada Goverment Centralized Management, hirarki yang tertinggi hanya memberikan informasi
kepada masyarakat, dan selanjutnya dilakukan oleh pemerintah. Sedangkan pada Community
Based Management, hirarki yang tertinggi adalah control yang ketat dari masyarakat dan
koordinasi antar area yang dilakukan oleh masyarakat itu
sendiri. Saad (2010)
menjelaskan bahwa prinsip co-management diwujudkan dalam bentuk penyerahan hak milik atas
sumberdaya alam perikanan kepada masyarakat. Pelaksanaan hak milik tersebut dibimbing oleh
empat prinsip, yaitu kesamaan, pemberdayaan, pelestarian, dan orientasi system. Sedangkan
komponen co-management, dilihat dari sisi pelaku, comanagement melibatkan seluruh unsur yang
berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan sumberdaya alam perikanan
(stakeholders). Rudyanto (2004) mengatakan juga bahwa pelaksanaan co-management dalam
jangka panjang diyakini akan memberikan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik yaitu:
Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya sumberdaya pesisir dan laut dalam
menunjang kehidupan.
Meningkatkan kemampuan masyarakat, sehingga mampu berperan serta dalam setiap tahapan
pengelolaan secara terpadu.
Meningkatkan pendapatan masyarakat dengan bentuk-bentuk pemanfaatan yang lestari dan
berkelanjutan serta berwawasan lingkungan.
Keberhasilan pengelolaan dengan model co-management ini sangat dipengaruhi oleh kemauan
pemerintah untuk mendesentralisasikan tanggung jawab dan wewenang dalam pengelolaan kepada
nelayan dan stakeholders lainnya. Penerapan pendekatan co-management membawa dampak
positif bagi masyarakat. Adapun manfaat yang diterima adalah:
1. Pendirian dan penerapan co-management menyediakan kesempatan kepada nelayan untuk
bekerja dalam bidang kepariwisataan dengan membawa wisatawan snorkeling dan diving di
terumbu karang buatan.
2. Menyediakan kesempatan bagi nelayan untuk menangkap jenis ikan demersal di terumbu karang
buatan.
3. Produksi ikan meningkat.
4. Masyarakat memiliki mata pencaharian baru dalam bidang wisata.
5. Pendapatan meningkat.
6. Produksi ikan meningkat, sehingga distribusi pendapatan cenderung meningkat.
Walaupun banyak manfaat yang diterima, penerapan co-management juga memiliki kelemahan,
yaitu untuk menerapkan sistem ini membutuhkan dukungan secara legal maupun finansial yang
mahal seperti formulasi kebijakan yang mendukung ke arah comanagement dan pengeluaran untuk
minyak dan gas alam akibat penggunaan mesin yang sebelumnya tidak pernah.
4. Pengelolaan Perikanan Berbasis pada Ekosistem (EBFM)
Definisi Ecosystem Based Fisheries Management menurut FAO (2004), EBFM diidentifikasikan
sebagai pengelolaan perikanan yang mampu manampung dan menyeimbangkan berbagai
kebutuhan dan keinginan masyarakat, dengan memperkirakan kebutuhan untuk generasi
mendatang, dalam memanfaatkan barang dan jasa yang disediakan oleh ekosistem kelautan. Oleh
karena itu, tentunya pendekatan ini memperhitungkan pengetahuan dan ketidakpastian tentang
keberlanjutan sumber daya kelautan, habitat, aspek stakeholders dalam ekosistem dan usaha
menyeimbangkan seluruh tujuan yang ada pada masyarakat. Atau secara spesifik, tujuan dari
pengelolaan perikanan berbasis ekosistem adalah untuk menilai dan mengelola dampak ekologi,
sosial, dan dampak atau outcome yang terkait dengan kegiatan perikanan dalam kesatuan
ekosistem (Fletcher,2006) Pendekatan ecosystem based fisheries management (EBFM) untuk
pengelolaan sumberdaya perikanan mungkin merupakan salah satu metode alternatif untuk
pengelolaan ekosistem sumberdaya ikan yang kompleks. The Ecosystem Principles Advisory
Panel (EPAP), menyatakan bahwa EBFM mengemban sedikitnya 4 aspek utama (USA National
Marine Fisheries Service, 1999 dalam Wiyono, 2006):
1. Interaksi antara target spesies dengan predator, kompetitor dan spesies mangsa.
2. Pengaruh musim dan cuaca terhadap biologi dan ekologi ikan.
3. Interaksi antara ikan dan habitatnya.
4. Pengaruh penangkapan ikan terhadap stok ikan dan habitatnya, khususnya bagaimana
menangkap satu spesies yang mempunyai dampak terhadap spesies lain di dalam ekosistem.
Tujuan akhir dari EBFM adalah menjaga keutuhan dan kelestarian ekosistem. Sebagai alat
monitoring ekosistem, EBFM kemudian dilengkapi dengan indikator ekologi untuk mengukur
perubahan ekosistem yang dimaksud. Indikator-indikator ini diupayakan lebih berarti secara
ekologi, mudah dipahami dan diterapkan di lapangan. Berdasarkan hasil monitoring ini diharapkan
perubahan ekosistem termasuk manusia yang ada di dalamnya mudah dijelaskan, sehingga
keadaan ekosistem secara keseluruhan akan diketahui dan tindakan perbaikan dapat dilakukan
secapatnya untuk mengatasi kerusakan yang ada. Sehingga perencanaan dan pengelolaan laut
berbasis ekosistem sangat relevan untuk strategi pembangunan berkelanjutan karena akan dapat
menjamin proses ekologi di laut, keanekaragaman biologi laut, dan kelangsungan hidup untuk
seluruh populasi spesies laut asli (Wiyono,2006).
Anda bisa menentukan keliru satu jenis usaha yang sesuai menggunakan minat juga cara yg anda nilai
lebih menguntungkan.
Bisnis atau bidang usaha perikanan tangkap adalah sebuah kegiatan usaha yg serius dalam produksi ikan
melalui cara penangkapan ikan yg asal menurut sungai, danau, muara sungai, waduk & rawa (perairan
darat) atau lantai dan bahari tanggal (perairan bahari).
Hal ini bisa ditinjau berdasarkan bidang usaha yang dijalankan oleh nelayan atau rakyat yg tinggal di daerah
pesisir pantai maupun dekat menggunakan perairan darat.
Contoh bisnis perikanan tangkap ini diantaranya adalah penangkapan ikan sarden, ikan tuna, ikan bawal
bahari & lai n sebagainya yang menggunakan alat-alat penangkapan ikan serta bahtera sebagai media
transportasi.
Usaha perikanan budidaya atau akuakultur adalah sebuah kegiatan usaha yang bertujuan untuk
memproduksi ikan dalam sebuah wadah pemeliharaan yang terkontrol serta berorientasikan kepada
keuntungan. Contoh : budidaya ikan lele, ikan gurami, ikan nila, ikan patin dan la
Bidang bisnis perikanan budidaya atau yg diklaim sebagai akuakultur merupakan sebuah aktivitas bisnis
menggunakan tujuan guna memproduksi ikan pada pada sebuah wadah atau loka pemeliharaan.
Dimana syarat berdasarkan tempat pembudidayaan tersebut terkontrol & berorientasi pada keuntungan.
Contoh menurut usaha perikanan budidaya ini antara lain meliputi budidaya ikan lele, budidaya ikan nila,
budidaya ikan gurami, budidaya ikan patin, budidaya ikan hias serta masih banyak lagi.
Bidang usaha yang satu ini pula dievaluasi relatif terjangkau karena hanya membutuhkan media budidaya
buat menyebarkan bibit ikan.
Akan tetapi juga membutuhkan keahlian & pengetahuan buat dapat melakukan pembudidayaan ikan
menggunakan sempurna.
Usaha perikanan pengolahan adalah sebuah kegiatan usaha yang bertujuan untuk meningkatkan nilai
tambah yang dimiliki oleh sebuah produk perikanan, baik yang berasal dari bidang
usaha perikanan tangkap maupun usaha perikanan budidaya atau akuakultur.
Untuk usaha perikanan pengolahan ini sendiri merupakan sebuah aktivitas bisnis perikanan menggunakan
tujuan primer menaikkan nilai tambah yg telah dimiliki sang sebuah produk perikanan. Entah itu asal
menurut bidang bisnis perikanan budidaya atau akuakultur maupun usaha perikanan tangkap.
Kegiatan bisnis yang satu ini pula memiliki tujuan lain buat bisa mendekatkan produk perikanan ke pasar
menggunakan adanya asa dapat diterima para konsumen menurut lingkungan yg lebih luas lagi.
Contohnya misalnya pembuatan nugget berbahan dasar ikan, pengolahan kerupuk ikan, pembuatan bakso
ikan dan lain sebagainya.
Mengacu kepada konsep tiga wujud dan definisi budaya tersebut, untuk studi fenomena sosial budaya bahari
yang kompleks, maka budaya bahari difahami sebagai sistem-sistem gagasan/ide, prilaku/tindakan
dan sarana/ prasarana fisik yang digunakan oleh masyarakat pendukungnya (masyarakat bahari)
dalam rangka pengelolaan pemanfaatan sumberdaya alam dan merekayasa jasa-jasa lingkungan
laut bagi kehidupannya. Budaya bahari mengandung isi/unsur-unsurnya berupa sistem-sistem
pengetahuan, kepercayaan, nilai, norma/aturan, simbol komunikatif, kelembagaan, teknologi dan seni
berkaitan kelautan. Adapun kelemahan-kelemahan dibagi bersama berbagai perspektif berupa asumsi-asumsi
tentang homogeniti, ketertutupan, totalitas, keseimbangan, normatif, esensialis, abstrak dan general, yang
dalam penjelasan tidak atau kurang empirik kiranya bisa diatasi dengan konsep ‘kreasi dan dinamika budaya’
dari Sanjek dan mode penjelasan kontekstualis progresif dari A.P.Vayda (1988; 1992).
3.2 Siste m Keyakinan atau Kepercayaan Nelayan di banyak tempat di dunia mempraktikkan keyakinan-
keyakinan yang bersumber dari agama atau kepercayaan yang dianutnya sebagai mekanisme
pemecahan persoalan-persoalan lingkungan fisik dan sosial yang dihadapi sehari-hari. Sebagian besar
nelayan Bugis, Bajo, Buton, Makasar, dan Madura yang beragama Islam percaya kepada kekuasaan dan
takdir Allah. Banyak sedikitnya hasil yang mereka peroleh datam kegiatan penangkapan ikan di laut
senantiasa dikembalikan kepada takdir. Rintangan berupa ombak besar, dalamnya laut yang diselami
pencari teripang, dan angkernya banyak tempat yang kaya sumberdaya, semuanya dihadapi dan dilawan
dengan keyakinan tentang adanya suatu kekuatan yang lebih menentukan, yaitu Tuhan. Keberanian
netayan Sulawesi Selatan dan Tenggara menjelajahi perairan Nusantara dikendalikan oleh keyakinan
tersebut yang dipadukan dengan pengalaman dan keterampilan berlayar serta etos ekonominya yang
kuat. Sebagian besar komunitas nelayan di NTT, Maluku, dan Papua mengandalkan upacara
penyembahan roh-roh halus dan praktik-praktik magis dalam rangka memperoleh rezeki dari laut dan
menghindari bahaya-bahaya di laut. 3.3 Sistem Kepranataan Di kalangan komunitas bahari dari
negaranegara sedang berkembang, termasuk Indonesia, terdapat sekurang-kurangnya lima pranata
tradisional (traditional institution) yang tetap bertahan, yaitu pranata kekerabatan (kinship/domestic
institution), pranata agama/ kepercayaan (religious institution), pranata ekonomi (economic institution),
pranata politik (political institution), dan pranata pendidikan (educational institution). Pranata
merupakan seperangkat aturan dalam kegiatan-kegiatan tertentu yang difungsikan sebagai mekanisme
penyesuaian diri dengan lingkungan dan untuk memecahkan persoalan sosial ekonomi yang mendesak.
Dengan demikian, pranata menjadi bagian dari dan menandai gaya pengelolaan (management style).
Berikut ini diberikan dua contoh pranata ekonomi masyarakat bahari yang berorientasi pada kerjasama
dan hak pemanfaatan sumberdaya laut. 3.3.1 Ponggawa-sawi Dalam masyarakat nelayan, kelompok
kerja pada umumnya juga berperanan mengatur berbagai kegiatan ekonomi baik dalam proses produksi,
distribusi maupun konsumsi. Di kalangan masyarakat nelayan Bugis. Makasar, dan Bajo kelompok kerja
neiayan dikenal dengan sebutan ponggawa-sawi Pengaturan tata-cara perekrutan tenaga kerja dan
pembagian kerja di antara kelompokkelompok nelayan ditangani oleh ponggawa-sawi. Selain itu,
ponggawa-sawijuga berperan mengatur cara-cara nelayan memperoleh modal (berfungsi menyerupai
koperasi), sebagai pasar, mengatur penyelesaian urusan utang-piutang, menetapkan aturan bagi hasil,
jaminan sosial ekonomi nelayan, dan bahkan berperan sebagai wadah sosialisasi kelompok-kelompok
nelayan. Fungsi dan peranan ponggawa-sawi ini bisa disejajarkan dengan juragan-pandega di Jawa atau
tanase-wasanaedi Maluku. Di Maluku, tanase-wasanae muncul sebagai respons masyarakat nelayan
setempat terhadap permintaan hasil-hasil fauf di pasar global sejak ratusan tahun silam (Zerner, 1994).
Alasan yang sama tampaknya berlaku bagi munculnya ponggawa-sawi di Sulawesi Selatan. Lembaga ini
lahir sebagai suatu bentuk tanggapan dari para pelaut dan nelayan terhadap kebutuhan hasilhasil laut
komoditas ekspor sejak abad ke-13 atau ke-14. 3.3.2 Hak Kepemilikan atas Sumberdaya dan Wilayah
Perikanan Lautan yang luas dengan kekayaan sumberdaya hayati dan non-hayati yang dikandungnya
merupakan faktor produksi terpenting bagi pengembangan dan Budaya Bahar! dan Trad'isi Nehyan di
Indonesia iYunandar) 28 Sabda, Volume I, Nomor 1, September 2006: 22 - 35 bertahannya usaha
ekonomi perikanan. Pengaturan pemanfaatan faktor produksi tersebut didasarkan pada berbagai
bentuk hak kepemilikian atau penguasaan sebagai berikut. a* Hak milik bersama (common property l
ight). b. H