Anda di halaman 1dari 53

A.

PENGERTIAN ASAM BASA


Asam (acid) berasal dari bahasa Latin acetum yang berarti cuka.
basa (alkali) berasal dari bahasa Arab yang berarti abu.
Basa digunakan dalam pembuatan sabun.
asam dan basa saling menetralkan.
Di alam, asam ditemukan dalam buah-buahan, misalnya asam
sitrat dalam buah jeruk berfungsi untuk memberi rasa limun yang
tajam.
Cuka mengandung asam asetat.
Asam mineral salah satunya adalah aqua forti (asam nitrat) yang
digunakan oleh para peneliti untuk memisahkan emas dan perak.
TEORI ASAM DAN BASA MENURUT ARRHENIUS

 Asam adalah zat yang dalam air melepakan ion H+


 Basa adalah zat yang dalam air melepaskan ion OH–.
 Jadi pembawa sifat asam adalah ion H+, sedangkan pembawa
sifat basa adalah ion OH–.
 Asam Arrhenius dirumuskan sebagai HxZ, yang dalam air
mengalami ionisasi sebagai berikut:
HxZ ⎯⎯→ x H+ + Zx–

 Jumlah ion H+ yang dapat dihasilkan oleh 1 molekul asam


disebut valensi asam, sedangkan ion negatif yang terbentuk
dari asam setelah melepaskan ion H+ disebut ion sisa asam
Basa Arrhenius adalah hidroksida logam, M(OH)x, yang dalam air
terurai sebagai berikut:
M(OH)x ⎯⎯→ Mx+ + x OH–Jumlah ion OH–
yang dapat dilepaskan oleh satu molekul basa disebut valensi basa.
TETAPAN KESETIMBANGAN AIR (Kw)
 Persamaan ionisasi air dapat ditulis sebagai:
 H2O(l) ←⎯⎯⎯⎯→ H+(aq) + OH–(aq)
 Harga tetapan air adalah:

 Konsentrasi H2O yang terionisasi menjadi H+ dan OH– sangat kecil


dibandingkan dengan konsentrasi H2O mula-mula, sehingga
konsentrasi H2O dapat dianggap tetap, maka harga K[H2O] juga
tetap, yang disebut tetapan kesetimbangan air atau ditulis Kw.
 Jadi,
Pada suhu 25 °C, Kw yang didapat dari percob. adalah 1,0 × 10–14.
Harga Kw ini tergantung pada suhu, tetapi untuk percobaan yang
suhunya tidak terlalu menyimpang jauh dari 25 °C, harga Kw itu
dapat dianggap tetap.

Harga Kw pada berbagai suhu dapat dilihat pada tabel berikut.


KEKUATAN ASAM DAN BASA

A. KEKUATAN ASAM
Kekuatan asam dipengaruhi oleh banyaknya ion – ion H+ yang dihasilkan
oleh senyawa asam dalam larutannya. Berdasarkan banyak sedikitnya ion
H+ yang dihasilkan, larutan asam dibedakan menjadi dua macam sebagai
berikut:
1. Asam Kuat
Asam kuat yaitu senyawa asam yang dalam larutannya terion
seluruhnya menjadi ion-ionnya.
Reaksi ionisasi asam kuat merupakan reaksi berkesudahan.
Secara umum, ionisasi asam kuat dirumuskan :

HA(aq) ⎯⎯→ H+(aq) + A–(aq)


2. ASAM LEMAH

 Asam lemah yaitu senyawa asam yang dalam larutannya hanya


sedikit terionisasi menjadi ion-ionnya.
 Reaksi ionisasi asam lemah merupakan reaksi kesetimbangan.
 Secara umum, ionisasi asam lemah valensi satu dapat
dirumuskansebagai berikut;
 HA(aq) ←⎯⎯⎯⎯→ H+(aq) + A–(aq)

 Makin kuat asam maka reaksi kesetimbangan asam makin condong


kekanan, akibatnya Ka bertambah besar. Oleh karena itu, harga Ka
merupakan ukuran kekuatan asam, makin besar Ka makin kuat asam.
pada asam lemah [H+] = [A–], maka persamaan dapat diubah menjadi:
Contoh :
Tentukan konsentrasi ion H+ dalam masing-masing larutan berikut :
1. H2SO4 0,02 M
2. HNO3 0,1 M
3. CH3COOH 0,05 M Jika derajat ionisasinya 1%
4. H2SO3 0,001 M jika Ka = 1 x 10 -5
B. KEKUATAN BASA

 Kekuatan basa dipengaruhi oleh banyaknya ion – ion OH– yang


dihasilkan oleh senyawa basa dalam larutannya.
 Berdasarkan banyak sedikitnya ion OH yang dihasilkan, larutan basa
juga dibedakan menjadi dua macam sebagai berikut:

1. Basa Kuat
 Basa kuat yaitu senyawa basa yang dalam larutannya terion
seluruhnya menjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi basa kuat
merupakan reaksi berkesudahan.
 Secara umum, ionisasi basa kuat dirumuskan sebagai berikut:
M(OH)x(aq) ⎯⎯→ Mx+(aq) + x OH–(aq)
x = valensi basa
M = konsentrasi basa
2. Basa Lemah

Basa lemah yaitu senyawa basa yang dalam larutannya hanya sedikit
terionisasi menjadi ion-ionnya.

Reaksi ionisasi basa lemah juga merupakan reaksi kesetimbangan.


Secara umum, ionisasi basa lemah valensi satu dapat dirumuskan
sebagai berikut.

M(OH)(aq) ←⎯⎯⎯⎯→ M+(aq) + OH–(aq)


Makin kuat basa maka reaksi kesetimbangan basa makin condong
ke kanan, akibatnya Kb bertambah besar.

Harga Kb merupakan ukuran kekuatan basa, makin besar Kb


makin kuat basa.

pada basa lemah [M+] = [OH–], maka persamaan menjadi:


-
Tentukan konsentrasion OH masing-masing larutan berikut :
1. Ca(OH)2 0,02 M
2. KOH 0,004 M
-4
3. Al(OH)3 0,1 M jika Kb = 2,5 x 10
4. NH4OH 0,01 M jika terion sebanyak 5%
DERAJAT KEASAMAN (pH)
A. Konsep pH

 Tahun 1910, seorang ahli dari Denmark, Soren Lautiz Sorensen


memperkenalkan suatu bilangan yang sederhana untuk menyatakan
tingkat atau derajat keasaman suatu larutan

 Bilangan ini diperoleh dari hasil logaritma konsentrasi H+.

 Bilangan ini kita kenal dengan skala pH. Harga pH berkisar antara
1 – 14 dan ditulis:
 Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa:
a. Larutan bersifat netral jika [H+] = [OH–] atau pH = pOH = 7.
b. Larutan bersifat asam jika [H+] > [OH–] atau pH < 7.
c. Larutan bersifat basa jika [H+] < [OH–] atau pH > 7.

 Karena pH dan konsentrasi ion H+ dihubungkan dengan tanda


negatif, maka makin besar konsentrasi ion H+ makin kecil pH,
dan karena bilangan dasar logaritma adalah 10, maka larutan
yang nilai pH-nya berbeda sebesar n mempunyai perbedaan ion
H+ sebesar 10n.
Perhatikan contoh berikut:
 Jika konsentrasi ion H+ = 0,01 M, maka pH = – log 0,01 = 2

 Jika konsentrasi ion H+ = 0,001 M (10 kali lebih kecil) maka


pH = – log 0,001 = 3 (naik 1 satuan)

 Jadi makin besar konsentrasi ion H+ makin kecil pH

 Larutan dengan pH = 1 adalah 10 kali lebih asam daripada larutan


dengan pH = 2.
Tentukan pH Larutan Berikut :
1. 250 ml larutan Ca(OH)2 0,02 M
2. 1 Lt larutan KOH 0,004 M
3. 100 ml larutan NH4OH 0,01 M yang terion sebanyak 5%
4. Larutan Al(OH)3 0,1 M sebanyak 100 ml, jika diketahui Kb = 1 x 10 -4

5. Larutan NaOH 0,01 M sebanyak 500 ml


6. Larutan H2SO4 0,02 M sebanyak 100 ml
7. 150 ml larutan HNO3 0,1 M
8. Larutan H2SO3 0,001 M sebanyak 100 ml, jika diketahui Ka = 1 x 10 -5

9. 250 ml larutan CH3COOH 0,05 M yang terion sebanyak 1%


10. 750 ml larutan HCl 0,01 M
B. Pengukuran pH
1. Menggunakan Beberapa Indikator

 Indikator adalah asam organik lemah atau basa organik lemah


yang dapat berubah warna pada rentang harga pH tertentu
(James E. Brady, 1990).

 menggunakan trayek pH indikator.

 Indikator memiliki trayek perubahan warna yang berbeda-beda.

 dari uji larutan dengan beberapa indikator akan diperoleh daerah


irisan pH larutan.
Contoh:

 suatu larutan dengan brom timol biru (6,0– 7,6) berwarna


biru dan dengan fenolftalein (8,3–10,0) tidak berwarna,
maka pH larutan itu adalah 7,6–8,3.

 Hal ini disebabkan jika brom timol biru berwarna biru,


berarti pH larutan lebih besar dari 7,6 dan jika dengan
fenolftalein tidak berwarna, berarti pH larutan kurang
dari 8,3.
2. Menggunakan Indikator Universal
pH suatu larutan dapat dientukan dengan menggunakan indikator
universal, yaitu campuran berbagai indiktor yang dapat menunjukkan
pH sutu lrutan dari perubahan warnanya.
Warna indikator universal larutan dapat dilihat pada tabel berikut :

pH Warna Indikator Universal pH Warna Indikator Universal


1 Merah 8 Biru
2 Merah lebih muda 9 Biru Muda
3 Merah muda 10 Ungu Sangat Muda
4 Merah jingga 11 Ungu Muda
5 Jingga 12 Ungu Tua
6 Kuning 13 Ungu Tua
7 Hijau 14 Ungu Tua
3. Menggunakan pH meter
pH meter adalah alat pengukur pH dengan ketelitian yang sangat
tinggi

4. Menghitung pH larutan
Setelah kita dapat menghitung konsentrasi ion H+ dan ion OH-,
maka kita dapat menghitung harga pHnya
KONSEP ASAM-BASA BRONSTED DAN LOWRY

Menurut Bronsted dan Lowry, asam adalah spesi yang memberi


proton, sedangkan basa adalah spesi yang menerima proton pada
suatu reaksi pemindahan proton.

contoh ;

NH4 +
(aq) + H2O(l) ⎯→ NH3(aq) + H3O+(aq)
asam basa

H2O(l) + NH3(aq) ⎯⎯→ NH4+(aq) + OH–(aq)


asam basa
 Air dapat bersifat sebagai asam (donor proton) dan sebagai
basa (akseptor proton).
 Zat seperti itu bersifat amfiprotik (amfoter).

 Konsep asam-basa dari Bronsted-Lowry ini lebih luas daripada


konsep asam-basa Arrhenius karena hal berikut :
1. Konsep asam-basa Bronsted-Lowry tidak terbatas dalam
pelarut air, tetapi juga menjelaskan reaksi asam-basa dalam
pelarut lain atau bahkan reaksi tanpa pelarut.

2. Asam-basa Bronsted-Lowry tidak hanya berupa molekul,


tetapi juga dapat berupa kation atau anion. Konsep asam-basa
Bronsted-Lowry dapat menjelaskan sifat asam dari NH4Cl.
Dalam NH4Cl, yang bersifat asam adalah ion NH4+ karena
dalam air dapat melepas proton.
Asam dan Basa Konjugasi
 Suatu asam setelah melepas satu proton akan membentuk spesi yang
disebut basa konjugasi dari asam tersebut.
Sedangkan basa yang telah menerima proton menjadi asam konjugasi.

 Perhatikan tabel berikut:


Pasangan asam-basa setelah terjadi serah-terima proton
dinamakan asam-basa konjugasi.
KONSEP ASAM-BASA LEWIS

 Asam adalah zat yang dapat menerima pasangan elektron (akseptor


pasangan elektron)

 Basa adalah zat yang dapat memberikan pasangan elektron (donor


pasangan elektron).

 Lewis mengamati bahwa molekul BF3 juga dapat berperilaku seperti


halnya asam (H+) sewaktu bereaksi dengan NH3.

Molekul BF3 dapat menerima sepasang elektron dari molekul


NH3 untuk membentuk ikatan kovalen antara B dan H.
Teori asam basa Lewis lebih luas dibandingkan Arhenius
dan Bronsted Lowry, karena :

 Teori Lewis dapat menjelaskan reaksi asam basa yang berlangsung


dalam pelarut air, pelarut bukan air, dan tanpa pelarut sama sekali.
 Teori Lewis dapat menjelaskan reaksi asam basa yang tidak
melibatkan transfer proton (H+), seperti reaksi antara BF3 dan NH3.

Contoh :
Bagaimana reaksi asam basa antara larutan HCl dan NaOH menurut
teori Arhenius dapat dijelaskan ???

 Reaksi antara larutan HCl dan NaOH (teori Lewis);


 HCl(aq) + NaOH(aq) ↔ NaCl(aq) + H2O(l)
 Untuk menjelaskan reaksi ini menggunakan teori Lewis,
nyatakan reaksi sebagai reaksi ion:
HCl ↔ H+ + Cl- NaOH ↔ Na+ + OH-
NaCl ↔ Na+ + Cl- H 2O
 Reaksi ion bersihnya adalah :
H+ + OH-↔ H2O(l)

 Ikatan kovalen koordinasi antara H dan O yang terbentuk


akibat transfer sepasang elektron dari OH- ke H+
B. TITRASI ASAM BASA
 Reaksi penetralan dapat digunakan untuk menetapkan kadar atau
konsentrasi suatu larutan asam atau basa.
 Penetapan kadar suatu larutan ini disebut titrasi asam-basa.
 Titrasi adalah penambahan larutan baku (larutan yang telah
diketahui dengan tepat konsentrasinya) ke dalam larutan lain
dengan bantuan indikator sampai tercapai titik ekuivalen.
 Titrasi dihentikan tepat pada saat indikator menunjukkan
perubahan warna.
 Saat perubahan warna indikator disebut titik akhir titrasi (James E.
Brady, 1990).
Perubahan pH pada reaksi asam–basa

 Suatu asam yang mempunyai pH kurang dari 7 jika ditambah basa


yang pH–nya lebih dari 7, maka pH asam akan naik, sebaliknya
suatu basa jika ditambah asam, maka pH basa akan turun.

 Apabila penambahan zat dilakukan tetes demi tetes kemudian


dihitung pH–nya akan diperoleh kurva titrasi, yaitu grafik yang
menyatakan pH dan jumlah larutan standar yang ditambah.
1. Titrasi Asam Kuat oleh Basa Kuat

pH saat titik ekuivalen adalah 7.


Pada pH ini asam kuat tepat habis
bereaksi dengan basa kuat,
sehingga larutan yang terbentuk adalah
garam air yang bersifat netral.

Kurva titrasi asam kuat oleh basa kuat


2. Titrasi Asam Lemah oleh Basa Kuat

 Penetralan asam lemah oleh basa kuat agak berbeda dengan


penetralan asam kuat oleh basa kuat.

Contohnya, 25 mL CH3COOH 0,1 M dititrasi oleh NaOH 0,1 M.


 Mula-mula sebagian besar asam lemah dalam larutan berbentuk
molekul tak mengion CH3COOH, bukan H+ dan CH3COO–.
 Dengan basa kuat, proton dialihkan langsung dari molekul
CH3COOH yang tak mengion ke OH–.

 Untuk penetralan CH3COOH oleh NaOH, persamaan ion bersihnya


sebagai berikut (James E. Brady, 1990).

CH3COOH(aq) + OH–(aq) ⎯⎯→ H2O(l) + CH3COO–(aq)


Kurva titrasi asam lemah oleh basa kuat
3. Titrasi Basa Lemah oleh Asam Kuat

 Jika 25 mL NH4OH 0,1 M (basa lemah) dititrasi dengan HCl 0,1 M


(asam kuat), maka besarnya pH semakin turun sedikit demi
sedikit, kemudian mengalami penurunan drastis pada pH antara
4 sampai 7.

 Titik ekuivalen terjadi pada pH kurang 7.


 Oleh sebab itu, indikator yang paling cocok adalah indikator
metil merah.
LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

A. PENGERTIAN LARUTAN

Larutan gula, larutan garam, larutan teh.


Bagaimana dengan air kopi????
Larutan : campuran antara zat terlarut dan pelarutnya bersifat homogen.
Artinya tidak terdapat batas antar komponennya, sehingga tidak dapat
dibedakan lagi antara zat pelarut (air) dan terlarutnya.

Beda halnya dengan air kopi, campuran antara pasir dan air
Air kopi kita menyebutnya sebagai larutan heterogen/campuran .
B. PENGERTIAN LARUTAN ELEKTROLIT

 Mengapa ikan bisa mati jika alat setrom dicelupkan kedalam air
 Larutan dapat dikatakan sebagai larutan elektrolit jika zat tersebut
mampu menghantarkan listrik.
 Mengapa zat elektrolit dapat menghantarkan listrik??????
Ini erat kaitannya dengan ion-ion yang dihasilkan oleh larutan
elektrolit (baik positif maupun negatif).

 Suatu zat dapat menghantarkan listrik karena zat tersebut memiliki


ion-ion yang bergerak bebas di dalam larutan tersebut. ion-ion
inilah yang nantinya akan menjadi penghantar. Semakin banyak ion
yang dihasilkan semakin baik pula larutan tersebut menghantarkan
listrik.
C. BERBAGAI JENIS LARUTAN ELEKTROLIT

Pembagian larutan yang dapat menghantarkan listrik?

1. Berdasarkan jenis larutan


a. Larutan asam (zat yang melepas ion H+ jika dilarutkan dalam air),
contohnya :
Asam klorida/asam lambung : HCl
Asam florida : HF
Asam sulfat/air aki : H2SO4
Asam asetat/cuka : CH3COOH
Asam sianida : HCN
Asam nitrat : HNO3
Asam posfat : H3PO4
Asam askorbat/Vit C

b. Larutan basa (zat yang melepas ion OH- jika dilarutkan dalam
air), contohnya:
Natrium hidroksida/soda kaustik : NaOH
Calcium hidroksida : Ca(OH)2
Litium hidroksida : LiOH
Kalium hidroksida : KOH
Barium hidroksida : Ba(OH)2
Magnesium hidroksida : Mg(OH)2
Aluminium hidroksida : Al(OH)3
Besi (II) hidroksida : Fe(OH)2
Besi (III) hidroksida : Fe(OH)3
Amonium hidroksida : NH4OH
c. Larutan garam (zat yang terbentuk dari reaksi antara asam dan
basa), contohnya :
Natrium klorida/garam dapur : NaCl
Ammonium clorida : NH4Cl
Ammonium sulfat : (NH4)2SO4
Calcium diklorida : CaCl2
2. Berdasarkan jenis ikatan:
 Senyawa ion (senyawa yang terbentuk melalui ikatan ion),
contohnya adalah: NaCl, CaCl2, AlCl3, MgF2, LiF (sebagian besar
berasal dari garam)

 Senyawa kovalen polar (senyawa melalui ikatan kovalen yang


bersifat polar/memiliki perbedaan keelektronegatifan yang besar
antar atom), contohnya adalah: HCl, NaOH, H2SO4, H3PO4,
HNO3,Ba(OH)2 (berasal dari asam dan basa)
D. KEKUATAN LARUTAN ELEKTROLIT

Kekauatan larutan elektrolit erat kaitannya dengan derajat


ionisasi/disosiasi .
Derajat ionisasi/disosiasi adalah perbandingan antara jumlah ion yang
dihasilkan dengan jumlah zat mula-mula. Dapat dirumuskan sebagai
berikut:

Derajat ionisasi memiliki rentang antara 0 sampai 1.


Jika derajat ionsisasi suatu larutan mendekati 1 atau sama dengan 1,
ini mengindikasikan bahwa zat tersebut tergolong larutan elektrolit
kuat. Artinya adalah sebagian besar/semua zat tersebut terionisasi
membentuk ion positif dan ion negative. Hanya sebagian kecil/tidak
ada zat tersebut dalam bentuk molekul netral.

Jika derajat ionsisasi suatu larutan mendekati 0, ini mengindikasikan


zat tersebut tergolong larutan elektrolit lemah. Artinya adalah hanya
sebagian kecil zat tersebut yang terionsisasi menghasilkan ion positif
dan ion negative. Sisanya masih berupa molekul netral.

Jika derajat ionisasi suatu larutan sama dengan 0, ini mengindikasikan


zat tersebut tergolong larutan non elektrolit. Artinya adalah zat
tersebut tidak mengalami ionisasi/tidak menghasilkan ion positif dan
ion negative, semuanya dalam bentuk molekul netral.
Gambar A : Derajat ionisasinya = 1; artinya semua larutan membentuk ion-ion (positif dan negative),
Gelembung yang dihasilkan banyak dan dapat menyalakan nyala lampu.
Gambar B : Derajat ionisasinya mendekati 1; artinya sebagian besar larutan terionisasi membentuk ion
positif dan ion negative, hanya sebagian kecil dalam bentuk molekul netralnya. Walaupun
masih terdapat molekul netral, gas yang terbentuk banyak (tapi tidak sebanyak gambar A)
dan dapat menyalakan lampu.
Gambar C : Derajat ionisasinya mendekati 0; artinya hanya sebagian kecil yang terionsisasi membentuk
ion positif dan ion negative. Sebagian besar terdapat dalam bentuk molekul netral.
Gelembung yang dihasilkan sedikit, dan lampu tidak menyala.
Gambar D : Derajat ionisasinya = 0; artinya tidak ada zat yang terionisasi membentuk ion positif dan ion
negative, semua zat masih dalam bentuk molekul netralnya. Tidak menghasilkan gelembung
dan lampu tidak menyala.
E. PEMBAGIAN LARUTAN ELEKTROLIT

Terdapat dua jenis larutan elektrolit, yaitu sebagai berikut:

1. Elektrolit kuat, karakteristiknya adalah :


Menghasilkan banyak ion
Molekul netral dalam larutan hanya sedikit/tidak ada sama sekali
Terionisasi sempurna, atau sebagian besar terionisasi sempurna
Jikadilakukan uji daya hantar listrik: gelembung gas yang dihasilkan
banyak, lampu menyala
Penghantar listrik yang baik
Derajat ionisasi = 1, atau mendekati 1
Contohnya : asam kuat (HCl, H2SO4, H3PO4, HNO3, HClO4);
basa kuat (NaOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2, LiOH), garam NaCl
2. Elektrolit lemah, karakteristiknya adalah :
Menghasilkan sedikit ion
Molekul netral dalam larutan banyak
Terionisasi hanya sebagian kecil
 Jika dilakukan uji daya hantar listrik: gelembung gas
yang dihasilkan sedikit, lampu tidak menyala
Penghantar listrik yang buruk
Derajat ionisasi mendekati 0
Contohnya : asam lemah (cuka, asam askorbat, asam semut),
basa lemah [Al(OH)3, NH4OH, Mg(OH)2, Be(OH)2];
garam NH4CN
larutan non elektrolit memiliki karakteristik sebagai berikut:
 Tidak menghasilkan ion
 Semua dalam bentuk molekul netral dalam larutannya
 Tidak terionisasi
 Jika dilakukan uji daya hantar listrik: tidak menghasilkan
gelembung, dan lampu tidak menyala
 Derajat ionisasi = 0
 Contohnya adalah larutan gula, larutan alcohol, bensin,
larutan urea.

Anda mungkin juga menyukai