PERIKANAN
“Sumberdaya Perikanan Terumbu Karang”
Disusun untuk memenuhi tugas semester ganjil mata kuliah Valuasi Ekonomi
Sumberdaya Perikanan
Disusun oleh:
2011521080
2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “Sumberdaya
Perikanan Terumbu Karang” dapat saya selesaikan dengan baik. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Valuasi
Ekonomi Sumberdaya Perikanan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Valuasi Ekonomi Perikanan bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
i
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................................... 3
3.2. Saran............................................................................................................. 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Ekosistem terumbu karang dapat dikatakan adalah salah satu daya dukung
sumberdaya yang terdapat di wilayah pesisir dan lautan. Menurut Adrianto et al.
(2004), ekosistem terumbu karang memiliki fungsi ekologis diantaranya: (1)
nutrien bagi biota perairan laut, (2) pelindung fisik (dari gelombang), (3) tempat
pemijahan, (4) tempat bermain dan asuhan bagi biota laut, sedangkan fungsi
ekonomi sebagai habitat dari ikan karang, udang karang, algae, teripang, dan kerang
mutiara. Terumbu karang juga berfungsi sebagai tujuan wisata dan penelitian.
Nilai ekonomis dari terumbu karang yang menonjol adalah sebagai lokasi
penangkapan berbagai jenis biota laut baik konsumsi maupun hias, bahan
bangunan, bahan baku farmasi dan sebagai tempat rekreasi. Sebagai sebuah
ekosistem, terumbu karang tidak memiliki nilai pasar (non market base) (Matulis,
1
2014). Salah satu nilai yang dapat mewakili nilai ekonomi terumbu karang adalah
nilai produktifitas perikanan. Fungsi terumbu karang sebagai feeding ground,
spawning ground dan nursery ground dapat disetimasi dengan nilai output dari ikan
karang (Romadhon, 2014).
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dan Halmahera, kemudian semakin berkurang ke arah barat dan selatan perairan
Indonesia. Kekayaan jenis karang keras tersebut tersebar dalam 569 jenis, 82 genera
dan 15 famili. Sejarah geologi masa lalu, pola arus samudera terkait penyebaran
larva karang, proses evolusi dan pola biogeografi merupakan faktor pendukung
tingginya kekayaan jenis karang di perairan Indonesia.
Kejadian geologi masa lalu dan kondisi lingkungan perairan saat ini telah
menciptakan penghalang geologis yang memberikan variasi terhadap pola spesiasi
dan endemisasi biota karang. Perairan barat dan timur Indonesia yang dipisahkan
oleh garis Wallace secara geologis memiliki asal usul lempeng benua yang berbeda,
sehingga sangat memungkinkan terjadi proses spesiasi dan endemisasi yang tinggi
terhadap biota karang. Beberapa jenis karang endemis telah ditemukan dan
diidentifikasi di beberapa perairan Indonesia, yaitu Acropora suharsonoi,
Indophyllia macassarensi, Isopora togianensis dan Euphyllia baliensis.
4
Terumbu karang sangatlah dinamis dimana perubahannya dari waktu ke
waktu sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan aktivitas manusia. Kedua
faktor tersebut berbeda baik secara waktu maupun tempat. Adanya fenomena-
fenomena alam seperti aktivitas vulkanis, tsunami, dan peningkatan suhu air laut
secara global juga sangat berpengaruh secara langsung kepada kondisi terumbu
karang secara umum. Kondisi terumbu karang terkini merupakan hasil dari proses-
proses dinamika terumbu karang baik itu berupa penurunan maupun kenaikan
persentase tutupan karang hidup. Berdasarkan data yang terkumpul di masing-
masing stasiun penelitian, kondisi terumbu karangnya dikelompokkan kedalam 4
kategori. Selanjutnya, masing-masing stasiun yang terdiri dari beberapa lokasi
tersebut, untuk praktisnya, dikelompokkan ke dalam 3 wilayah yaitu (1) bagian
barat Indonesia, (ii) bagian tengah Indonesia, dan (iii) bagian Timur Indonesia.
Secara umum, hasil yang diperoleh dari 1064 stasiun di 108 lokasi yang
menyebar di seluruh perairan Indonesia, kondisi terumbu karang yang dalam
kondisi sangat baik sebesar 6,39%, kondisi baik sebesar 23,40%, kondisi cukup
sebesar 35,06% dan kondisi jelek sebesar 35.15%. Adanya perbedaan kondisi
terumbu karang yang diperoleh erat kaitannya dengan kondisi lingkungan masing-
masing wilayah. Wilayah Indonesia bagian barat dipengaruhi langsung oleh
Samudra Hindia dan fenomena-fenomena alam, baik tsunami ataupun gempa. Di
Indonesia Tengah dan Timur merupakan jalur Arlindo dimana arus yang berasal
dari Pasifik yang membawa banyak larva dan kaya akan nutrient. Hal ini akan
membuat daerah-daerah yang dilalui mempunyai keanekaragaman yang tinggi dan
tentunya kondisi habitat yang baik. Meskipun demikian, gangguan manusia
terhadap terumbu karang sangat menentukan kondisi terumbu karang itu sendiri.
Sebaik apapun kondisi terumbu karang di suatu lokasi, bila terus menerus
mendapatkan gangguan/tekanan tentunya akan dapat merusak ekosistem terumbu
karang.
5
1. Sebagai benteng alami untuk melindungi pantai dari hempasan ombak. Adanya
terumbu karang dapat mengurangi energi ombak yang menuju ke daratan.
Pantai yang terumbu karangnya rusak akan mudah mengalami abrasi.
2. Sebagai tempat tinggal, berlindung, mencari makan dan memijah ikan dan biota
laut lain yang merupakan sumber bahan pangan maupun sumber bahan obat/
makanan suplemen dari laut.
3. Sebagai penunjang kegiatan pendidikan dan penelitian agar biota laut yang ada
dalan ekosistem terumbu karang dapat lebih dikenal dan mudah untuk dipelajari
4. Sebagai tempat wisata, Perpaduan antara karang dengan biota laut lainnya
menjadikan terumbu karang sebagai ekosistem yang memiliki panorama bawah
air yang indah dan menarik, yang sangat potensial sebagai tempat rekreasi
bawah air.
1. Manfaat Langsung:
Manfaat dari terumbu karang yang langsung dapat dimanfaatkan oleh
manusia adalah: sebagai tempat hidup ikan yang banyak dibutuhkan
manusia dalam bidang pangan, seperti ikan kerapu, ikan baronang, ikan ekor
kuning, batu karang, pariwisata, wisata bahari melihat keindahan bentuk
dan warnanya, serta penelitian dan pemanfaatan biota perairan lainnya yang
terkandung di dalamnya.
2. Manfaat Tidak Langsung:
Sedangkan yang termasuk dalam pemanfaatan tidak langsung adalah
sebagai penahan abrasi pantai yang disebabkan gelombang dan ombak laut,
serta sebagai sumber keanekaragaman hayati.
6
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kekayaan jenis karang Indonesia berada dalam 14 ecoregion dari total 141
ecoregion sebaran karang dunia dengan kisaran 300-500 lebih jenis karang. Total
kekayaan jenis karang keras (ordo Scleractinia) Indonesia diperkirakan mencapai
569 jenis atau sekitar 67% dari 845 total spesies karang di dunia. Sejarah geologi
masa lalu, pola arus samudera terkait penyebaran larva karang, proses evolusi dan
pola biogeografi merupakan faktor pendukung tingginya kekayaan jenis karang di
perairan Indonesia. Beberapa jenis karang endemis telah ditemukan dan
diidentifikasi di beberapa perairan Indonesia, yaitu Acropora suharsonoi,
Indophyllia macassarensi, Isopora togianensis dan Euphyllia baliensis.
7
di dalamnya. Sedangkan yang termasuk dalam pemanfaatan tidak langsung adalah
sebagai penahan abrasi pantai yang disebabkan gelombang dan ombak laut, serta
sebagai sumber keanekaragaman hayati.
3.2. Saran
Pentingnya mangroves dalam bentuk fungsi ekologis sebagai stabilisator
tepian sungai dan pesisir yang memberikan dinamika pertumbuhan di kawasan
pesisir, seperti pengendalian erosi pantai, menjaga stabilitas sedimen dan berperan
dalam menambah perluasan lahan daratan (land building) serta perlindungan garis
pantai (protected agent) dalam Saputro dkk, (2009). Oleh karenanya Perlu adanya
pengelolaan ekosistem mangrove baik pemerintah (Dinas perikanan dan Kelautan,
Dinas Pariwisata) maupun stakeholders lainnya, dikelola secara lebih terarah
dengan melibatkan berbagai pihak, dan tetap memperhatikan konsep konservasi.
Manfaat terumbu karang antara lain memiliki nilai ekologis dan ekonomis
yang tinggi. Selain berperan sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dan
arus kuat, terumbu karang juga mempunyai nilai ekologis sebagai habitat, tempat
mencari makanan, tempat asuhan dan tumbuh besar, serta tempat pemijahan bagi
berbagai biota laut. Oleh karena itu kegiatan pembangunan pada ekosistem terumbu
karang harus diperhatikan karena perusakan karang secara langsung melalui
ledakan bom maupun penambangan karang, pencemaran dari berbagai kegiatan di
sepanjang pesisir, dan sedimentasi yang dapat meningkatkan kekeruhan perairan
dan menghambat pertumbuhan karang, bahkan mematikan terumbu karang.
Selanjutnya disarankan untuk Pemerintah Kabupaten perlu memberikan
penyuluhan tentang manfaat terumbu karang kepada masyarakat di pesisir pantai.
8
DAFTAR PUSTAKA
Giyanto, dkk. (2017) Status Terumbu Karang Indonesia. Jakarta: Jakarta : Puslit
Oseanografi - LIPI.
Hidayati, D., Rachmawati, L., & COREMAP-LIPI, I. J. I. (2002). Data dasar Aspek
Sosial Terumbu Karang Indonesia. Studi Kasus Desa Mola Utara,
Kecamatan Wangi-Wangi, Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Laporan Penelitian PPK-LIPI.
Uar, N. D., Murti, S. H., & Hadisusanto, S. (2016). Kerusakan lingkungan akibat
aktivitas manusia pada ekosistem terumbu karang. Majalah Geografi
Indonesia, 30(1), 88-96.