Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA

PERIKANAN
“Sumberdaya Perikanan Terumbu Karang”

Disusun untuk memenuhi tugas semester ganjil mata kuliah Valuasi Ekonomi
Sumberdaya Perikanan

Disusun oleh:

Adela Dwi Septian

2011521080

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA


PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI

2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “Sumberdaya
Perikanan Terumbu Karang” dapat saya selesaikan dengan baik. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Valuasi
Ekonomi Sumberdaya Perikanan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Valuasi Ekonomi Perikanan bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Demikian makalah ini saya buat, apabila terdapat kesalahan dalam


penulisan, atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang saya angkat pada makalah
ini, saya mohon maaf. Saya menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca
agar bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Kendari, 6 November 2022


Penyusun

Adela Dwi Septian

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

1.3. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2

BAB II ..................................................................................................................... 3

2.1. Terumbu Karang di Indonesia...................................................................... 3

2.2. Fungsi dan Manfaat Terumbu Karang ......................................................... 5

BAB III ................................................................................................................... 7

3.1. Kesimpulan .................................................................................................. 7

3.2. Saran............................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Wilayah pesisir merupakan daerah yang cukup penting di Indonesia.
Wilayah Indonesia sebagian besar didominasi oleh lautan, sehingga sumberdaya
alam yang terdapat di daerah pesisir di Indonesia juga melimpah, karena di daerah
pesisir terdapat lebih dari satu ekosistem. Menurut Kusumastanto (2006), wilayah
pesisir memiliki konsentrasi-konsentrasi keunggulan wilayah yang tidak dimiliki
wilayah lain, yaitu (1) keunggulan sumberdaya alam misalnya mangrove, terumbu
karang, dan padang lamun, (2) karakteristik kultural yang khas dengan ciri egaliter,
inward looking dan dinamis, dan (3) adanya keterkaitan hubungan masyarakat
dengan sumberdaya wilayah pesisir.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 13.466 pulau


dengan luas daratan 1.922.570 km2 dan luas perairan 3.257.483 km2 . Berdasarkan
kebijakan satu peta (one map policy) yang diamanatkan dalam UU No.4 tahun
2011, dirilis bahwa luas terumbu karang di Indonesia berdasar analisis dari citra
satelit adalah sekitar 2,5 juta hektar. Letak Indonesia yang berada di kawasan
segitiga terumbu karang dunia, menjadikan Indonesia dipertimbangkan sebagai
pusat keanekaragaman terumbu karang dunia. Sebanyak sekitar 569 jenis karang
yang termasuk dalam 82 genus karang dijumpai di Indonesia.

Ekosistem terumbu karang dapat dikatakan adalah salah satu daya dukung
sumberdaya yang terdapat di wilayah pesisir dan lautan. Menurut Adrianto et al.
(2004), ekosistem terumbu karang memiliki fungsi ekologis diantaranya: (1)
nutrien bagi biota perairan laut, (2) pelindung fisik (dari gelombang), (3) tempat
pemijahan, (4) tempat bermain dan asuhan bagi biota laut, sedangkan fungsi
ekonomi sebagai habitat dari ikan karang, udang karang, algae, teripang, dan kerang
mutiara. Terumbu karang juga berfungsi sebagai tujuan wisata dan penelitian.

Nilai ekonomis dari terumbu karang yang menonjol adalah sebagai lokasi
penangkapan berbagai jenis biota laut baik konsumsi maupun hias, bahan
bangunan, bahan baku farmasi dan sebagai tempat rekreasi. Sebagai sebuah
ekosistem, terumbu karang tidak memiliki nilai pasar (non market base) (Matulis,

1
2014). Salah satu nilai yang dapat mewakili nilai ekonomi terumbu karang adalah
nilai produktifitas perikanan. Fungsi terumbu karang sebagai feeding ground,
spawning ground dan nursery ground dapat disetimasi dengan nilai output dari ikan
karang (Romadhon, 2014).

Meskipun terumbu karang memiliki nilai ekonomi yang tinggi bagi


Indonesia, Sayangnya, terumbu karang sangat rentan terhadap kerusakan, terutama
oleh tekanan manusia. Penurunan terumbu karang di Indonesia disebabkan oleh
berbagai macam hal, antara lain sedimentasi, pencemaran yang berasal dari daratan
seperti pembuangan limbah industry maupun domestik, penambangan karang untuk
bahan bangunan ataupun kerusakan-kerusakan fisik lainnya seperti eksploitasi
berlebih sumberdaya laut, dan penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan
seperti penggunaan bahan peledak dan racun seperti potassium.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang dikaji
dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaiamanakah Terumbu Karang di Indonesia?


2. Apa Fungsi dan Manfaat Terumbu Karang?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Terumbu Karang di Indonesia.
2. Untuk mengetahui Fungsi dan Manfaat Terumbu Karang.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Terumbu Karang di Indonesia


A. Pengertian Terumbu Karang

Terumbu karang merupakan ekosistem yang dibangun oleh biota laut


penghasil kapur, terutama oleh hewan karang, bersama- sama dengan biota lain
yang hidup di dasar laut maupun kolom air. Hewan karang, yang merupakan
penyusun utama terumbu karang, terdiri dari polip dan skeleton. Polip merupakan
bagian yang lunak, sedangkan skeleton merupakan bagian yang keras. Pada bagian
polip terdapat tentakel (tangan-tangan) untuk menangkap plankton sebagai sumber
makanannya. Setiap polip karang mengsekresikan zat kapur CaCO3 yang
membentuk kerangka skeleton karang. Sistem berasal dari bahasa latin (systēma)
dan bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen dan
elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi,
atau energi untuk mencapai suatu tujuan. Istilah ini sering dipergunakan untuk
menggambarkan suatu yang berinteraksi, di mana suatu model matematika sering
kali bisa dibuat. Pada beberapa jenis karang, polipnya terlihat jelas, sedangkan pada
beberapa jenis lainnya kurang begitu terlihat jelas. Pada umumnya, karang hidup
membentuk koloni, yang dibentuk oleh ribuan polip yang tumbuh dan bergabung
menjadi satu koloni. Namun ada pula sebagian kecil karang yang hidup soliter dan
tidak membentuk koloni, misalnya pada beberapa karang dari famili Fungiidae.

B. Sebaran dan Kekayaan Jenis Karang di Indonesia

Indonesia berada di daerah tropis, tempat yang memungkinkan bagi


berbagai jenis karang untuk dapat tumbuh dan berkembang. Sekitar dua pertiga
jenis karang dapat dijumpai di Indonesia, sehingga wilayah Indonesia digambarkan
berada dalam area segitiga karang (coral triangle) dunia Kekayaan jenis karang
Indonesia berada dalam 14 ecoregion dari total 141 ecoregion sebaran karang dunia
dengan kisaran 300-500 lebih jenis karang. Total kekayaan jenis karang keras (ordo
Scleractinia) Indonesia diperkirakan mencapai 569 jenis atau sekitar 67% dari 845
total spesies karang di dunia. Kekayaan jenis karang paling tinggi berada dalam
wilayah perairan kepala burung Papua dan sekitarnya meliputi perairan Raja Ampat

3
dan Halmahera, kemudian semakin berkurang ke arah barat dan selatan perairan
Indonesia. Kekayaan jenis karang keras tersebut tersebar dalam 569 jenis, 82 genera
dan 15 famili. Sejarah geologi masa lalu, pola arus samudera terkait penyebaran
larva karang, proses evolusi dan pola biogeografi merupakan faktor pendukung
tingginya kekayaan jenis karang di perairan Indonesia.

Meskipun Indonesia merupakan tempat yang ideal bagi karang untuk


tumbuh dan berkembang, seperti telah diuraikan sebelumnya, terdapat beberapa
faktor pembatas yang menyebabkan penyebaran karang tidak merata di seluruh
Indonesia. Secara alamiah, sebaran karang tertinggi dijumpai di bagian tengah
Indonesia dan timur Indonesia, seperti di perairan sekitar Sulawesi, Maluku, bagian
barat Papua dan Nusatenggara. Sebaliknya, di perairan Jawa, terutama bagian
selatan dan Sumatera bagian timur memiliki persentase tutupan karang yang rendah
dan keanekaragaman jenis yang juga rendah. Lokasi perairan yang langsung
menghadap Samudera Hindia dan selalu mendapatkan hempasan gelombang yang
sangat kuat turut berperan terhadap kurang berkembangnya karang di kawasan ini.
Selain itu, di perairan Kalimantan, terutama pada perairan tempat bermuaranya
sungai-sungai besar seperti di perairan bagian barat dan selatan Pulau Kalimantan,
hampir tidak dijumpai pertumbuhan karang. Pertumbuhan karang dijumpai pada
pulau-pulau yang letaknya relatif jauh dari Pulau Kalimantan seperti Pulau
Sangalaki dan Pulau Derawan.

C. Jenis Karang Endemis

Kejadian geologi masa lalu dan kondisi lingkungan perairan saat ini telah
menciptakan penghalang geologis yang memberikan variasi terhadap pola spesiasi
dan endemisasi biota karang. Perairan barat dan timur Indonesia yang dipisahkan
oleh garis Wallace secara geologis memiliki asal usul lempeng benua yang berbeda,
sehingga sangat memungkinkan terjadi proses spesiasi dan endemisasi yang tinggi
terhadap biota karang. Beberapa jenis karang endemis telah ditemukan dan
diidentifikasi di beberapa perairan Indonesia, yaitu Acropora suharsonoi,
Indophyllia macassarensi, Isopora togianensis dan Euphyllia baliensis.

D. Status Terumbu Karang Indonesia

4
Terumbu karang sangatlah dinamis dimana perubahannya dari waktu ke
waktu sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan aktivitas manusia. Kedua
faktor tersebut berbeda baik secara waktu maupun tempat. Adanya fenomena-
fenomena alam seperti aktivitas vulkanis, tsunami, dan peningkatan suhu air laut
secara global juga sangat berpengaruh secara langsung kepada kondisi terumbu
karang secara umum. Kondisi terumbu karang terkini merupakan hasil dari proses-
proses dinamika terumbu karang baik itu berupa penurunan maupun kenaikan
persentase tutupan karang hidup. Berdasarkan data yang terkumpul di masing-
masing stasiun penelitian, kondisi terumbu karangnya dikelompokkan kedalam 4
kategori. Selanjutnya, masing-masing stasiun yang terdiri dari beberapa lokasi
tersebut, untuk praktisnya, dikelompokkan ke dalam 3 wilayah yaitu (1) bagian
barat Indonesia, (ii) bagian tengah Indonesia, dan (iii) bagian Timur Indonesia.

Secara umum, hasil yang diperoleh dari 1064 stasiun di 108 lokasi yang
menyebar di seluruh perairan Indonesia, kondisi terumbu karang yang dalam
kondisi sangat baik sebesar 6,39%, kondisi baik sebesar 23,40%, kondisi cukup
sebesar 35,06% dan kondisi jelek sebesar 35.15%. Adanya perbedaan kondisi
terumbu karang yang diperoleh erat kaitannya dengan kondisi lingkungan masing-
masing wilayah. Wilayah Indonesia bagian barat dipengaruhi langsung oleh
Samudra Hindia dan fenomena-fenomena alam, baik tsunami ataupun gempa. Di
Indonesia Tengah dan Timur merupakan jalur Arlindo dimana arus yang berasal
dari Pasifik yang membawa banyak larva dan kaya akan nutrient. Hal ini akan
membuat daerah-daerah yang dilalui mempunyai keanekaragaman yang tinggi dan
tentunya kondisi habitat yang baik. Meskipun demikian, gangguan manusia
terhadap terumbu karang sangat menentukan kondisi terumbu karang itu sendiri.
Sebaik apapun kondisi terumbu karang di suatu lokasi, bila terus menerus
mendapatkan gangguan/tekanan tentunya akan dapat merusak ekosistem terumbu
karang.

2.2. Fungsi dan Manfaat Terumbu Karang


Terumbu karang mengandung berbagai manfaat yang sangat besar dan
beragam, baik secara ekologi maupun ekonomi. Sebagai sebuah ekosistem yang
berada di perairan laut dangkal, terumbu karang memiliki fungsi dan manfaat,
antara lain sebagai berikut:

5
1. Sebagai benteng alami untuk melindungi pantai dari hempasan ombak. Adanya
terumbu karang dapat mengurangi energi ombak yang menuju ke daratan.
Pantai yang terumbu karangnya rusak akan mudah mengalami abrasi.
2. Sebagai tempat tinggal, berlindung, mencari makan dan memijah ikan dan biota
laut lain yang merupakan sumber bahan pangan maupun sumber bahan obat/
makanan suplemen dari laut.
3. Sebagai penunjang kegiatan pendidikan dan penelitian agar biota laut yang ada
dalan ekosistem terumbu karang dapat lebih dikenal dan mudah untuk dipelajari
4. Sebagai tempat wisata, Perpaduan antara karang dengan biota laut lainnya
menjadikan terumbu karang sebagai ekosistem yang memiliki panorama bawah
air yang indah dan menarik, yang sangat potensial sebagai tempat rekreasi
bawah air.

Estimasi jenis manfaat yang terkandung dalam terumbu karang dapat


diidentifikasi menjadi dua yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung.

1. Manfaat Langsung:
Manfaat dari terumbu karang yang langsung dapat dimanfaatkan oleh
manusia adalah: sebagai tempat hidup ikan yang banyak dibutuhkan
manusia dalam bidang pangan, seperti ikan kerapu, ikan baronang, ikan ekor
kuning, batu karang, pariwisata, wisata bahari melihat keindahan bentuk
dan warnanya, serta penelitian dan pemanfaatan biota perairan lainnya yang
terkandung di dalamnya.
2. Manfaat Tidak Langsung:
Sedangkan yang termasuk dalam pemanfaatan tidak langsung adalah
sebagai penahan abrasi pantai yang disebabkan gelombang dan ombak laut,
serta sebagai sumber keanekaragaman hayati.

6
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kekayaan jenis karang Indonesia berada dalam 14 ecoregion dari total 141
ecoregion sebaran karang dunia dengan kisaran 300-500 lebih jenis karang. Total
kekayaan jenis karang keras (ordo Scleractinia) Indonesia diperkirakan mencapai
569 jenis atau sekitar 67% dari 845 total spesies karang di dunia. Sejarah geologi
masa lalu, pola arus samudera terkait penyebaran larva karang, proses evolusi dan
pola biogeografi merupakan faktor pendukung tingginya kekayaan jenis karang di
perairan Indonesia. Beberapa jenis karang endemis telah ditemukan dan
diidentifikasi di beberapa perairan Indonesia, yaitu Acropora suharsonoi,
Indophyllia macassarensi, Isopora togianensis dan Euphyllia baliensis.

Terumbu karang sangatlah dinamis dimana perubahannya dari waktu ke


waktu sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan aktivitas manusia. Kedua
faktor tersebut berbeda baik secara waktu maupun tempat. Adanya fenomena-
fenomena alam seperti aktivitas vulkanis, tsunami, dan peningkatan suhu air laut
secara global juga sangat berpengaruh secara langsung kepada kondisi terumbu
karang secara umum. Berdasarkan data yang terkumpul di masing-masing stasiun
penelitian, kondisi terumbu karangnya dikelompokkan kedalam 4 kategori. Secara
umum, hasil yang diperoleh dari 1064 stasiun di 108 lokasi yang menyebar di
seluruh perairan Indonesia, kondisi terumbu karang yang dalam kondisi sangat baik
sebesar 6,39%, kondisi baik sebesar 23,40%, kondisi cukup sebesar 35,06% dan
kondisi jelek sebesar 35.15%.

Terumbu karang mengandung berbagai manfaat yang sangat besar dan


beragam, baik secara ekologi maupun ekonomi. Estimasi jenis manfaat yang
terkandung dalam terumbu karang dapat diidentifikasi menjadi dua yaitu manfaat
langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat dari terumbu karang yang langsung
dapat dimanfaatkan oleh manusia adalah: sebagai tempat hidup ikan yang banyak
dibutuhkan manusia dalam bidang pangan, seperti ikan kerapu, ikan baronang, ikan
ekor kuning, batu karang, pariwisata, wisata bahari melihat keindahan bentuk dan
warnanya, serta penelitian dan pemanfaatan biota perairan lainnya yang terkandung

7
di dalamnya. Sedangkan yang termasuk dalam pemanfaatan tidak langsung adalah
sebagai penahan abrasi pantai yang disebabkan gelombang dan ombak laut, serta
sebagai sumber keanekaragaman hayati.

3.2. Saran
Pentingnya mangroves dalam bentuk fungsi ekologis sebagai stabilisator
tepian sungai dan pesisir yang memberikan dinamika pertumbuhan di kawasan
pesisir, seperti pengendalian erosi pantai, menjaga stabilitas sedimen dan berperan
dalam menambah perluasan lahan daratan (land building) serta perlindungan garis
pantai (protected agent) dalam Saputro dkk, (2009). Oleh karenanya Perlu adanya
pengelolaan ekosistem mangrove baik pemerintah (Dinas perikanan dan Kelautan,
Dinas Pariwisata) maupun stakeholders lainnya, dikelola secara lebih terarah
dengan melibatkan berbagai pihak, dan tetap memperhatikan konsep konservasi.

Manfaat terumbu karang antara lain memiliki nilai ekologis dan ekonomis
yang tinggi. Selain berperan sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dan
arus kuat, terumbu karang juga mempunyai nilai ekologis sebagai habitat, tempat
mencari makanan, tempat asuhan dan tumbuh besar, serta tempat pemijahan bagi
berbagai biota laut. Oleh karena itu kegiatan pembangunan pada ekosistem terumbu
karang harus diperhatikan karena perusakan karang secara langsung melalui
ledakan bom maupun penambangan karang, pencemaran dari berbagai kegiatan di
sepanjang pesisir, dan sedimentasi yang dapat meningkatkan kekeruhan perairan
dan menghambat pertumbuhan karang, bahkan mematikan terumbu karang.
Selanjutnya disarankan untuk Pemerintah Kabupaten perlu memberikan
penyuluhan tentang manfaat terumbu karang kepada masyarakat di pesisir pantai.

8
DAFTAR PUSTAKA
Giyanto, dkk. (2017) Status Terumbu Karang Indonesia. Jakarta: Jakarta : Puslit
Oseanografi - LIPI.

Terumbu Karang. Kementerian Kelautan dan Perikanan RI. Diakses pada 6


November 2022 dari https://kkp.go.id/djprl/p4k/page/4332-terumbu-karang

Hidayati, D., Rachmawati, L., & COREMAP-LIPI, I. J. I. (2002). Data dasar Aspek
Sosial Terumbu Karang Indonesia. Studi Kasus Desa Mola Utara,
Kecamatan Wangi-Wangi, Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Laporan Penelitian PPK-LIPI.

Uar, N. D., Murti, S. H., & Hadisusanto, S. (2016). Kerusakan lingkungan akibat
aktivitas manusia pada ekosistem terumbu karang. Majalah Geografi
Indonesia, 30(1), 88-96.

Anda mungkin juga menyukai