DISUSUN OLEH :
Nur Afifah 175040044
Sri Wulan Dari 195040004
Mutia Argiyanti 195040015
Ugi Hermawati 195040028
Aliya Suci Ramadhini 195040040
UNIVERSITAS PASUNDAN
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI BIOLOGI 2019
1
PRAKATA
Penulis
i
DAFTAR ISI
PRAKATA .....................................................................................................................................i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari sitoskeleton
2. Untuk mengetahui peran sitoskeleton
3. Untuk mengetahui jenis-jenis sitoskeleton pada sel-sel eukariota
4. Untuk mengetahui jenis-jenis sitoskeleton pada sel-sel prokariota
5. Untuk mengetahui fungsi dari setiap struktur sitoskeleton
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sitoskeleton
Seperti tubuh makhluk hidup yang ditopang oleh tulang, sel sebagai unit struktural
penyusun tubuh juga ditopang oleh tulang. Tulang yang menopang sel disebut sebagai
sitoskeleton (sito=sel, skeleton=tulang). Setiap sel eukariota memiliki sitoskeleton yang
memiliki fungsi yang penting.
Sitoskeleton atau kerangka sel adalah jaring berkas-berkas protein yang menyusun
sitoplasma eukariotik. Masa awal digunakannya mikroskop, para ahli biologi berpikir
3
4
bahwa organel sel eukariotik mengembang bebas dalam sitosol. Tetapi dengan semakin
semakin sempurnanya mikroskop cahaya dan electron telah berhasil mengungkapkan
adanya jalinan sitoskeleton. Setelah lama dianggap hanya terdapat di sel eukariota,
sitoskeleton ternyata juga dapat ditemukan pada sel prokariota. Dengan adanya
sitoskeleton, sel dapat memiliki bentuk yang kokoh, berubah bentuk, mampu mengatur
posisi organel, berenang, serta merayap di permukaan.
B. Peran Sitoskeleton
1. Memberi bentuk dan mempertahankan struktur sel
Peran sitoskeleton sangat diperlukan, seperti pada sel hewan yang tidak memiliki
dinding sel. Sitoskeleton distabilkan oleh keseimbangan antara gaya-gaya yang
berlawanan yang dikerahkan oleh unsur-unsurnya.
3. Motilitas sel
Sitoskeleton adalah suatu jalinan yang dinamis yang dapat berubah bentuk dan
akibatnya adalah gerakan sel. Motilitas ( gerak ) sel mencakup perubahan tempat sel
maupun pergerakan bagian sel yang lebih terbatas. Motilitas sel membutuhkan
interaksi sitoskeleton dengan protein yang disebut molekul motor.
dan ujung positif yang berada di dekat membran plasma. Organel dapat
meluncur di sepanjang mikrotubulus untuk mencapai posisi yang berbeda di
dalam sel, terutama saat pembelahan sel.
a. Penemuan mikrotubulus
Penemuan keberadaan mikrotubulus (jamak: mikrotubuli) baru
terungkap pada saat Keith Porter dan sejawatnya mengembangkan
suatu cara untuk melihat sel tanpa penyelubungan (embedding) dan
penyayatan, namun dengan menggunakan HVEM (high voltage
electron microscope), menunjukkan bahwa bagian sitoplasma yang
berada di sela-sela organela tampak penuh dengan anyaman trimatra
dari benang-benang yang sangat halus yang juga disebut jejala
mikrotrabekular serta terdapat pula filamen-filamen yang bermatra
lebih besar yang di kelompokkan menjadi mikrotubulus,
mikrofilamen, dan filamen intermedia. Kemudian diadakan penelitian
lebih lanjut mengenai filamen-filamen tersebut yang salah satunya
adalah mikrotubulus.
b. Bagian-bagian mikrotubulus
9
c. Pembentukan mikrotubulus
12
d. Pengelompokan mikrotubulus
1) Mikrotubulus stabil
Mikrotubulus stabil adalah mikrotubulus yang dapat diawetkan dengan
larutan fisikatif apapun, misalnya MnO4 atau aldehida dan suhu
berapapun. Contoh mikrotubulus stabil adalah pembentukan silia dan
flagella.
2) Mikrotubulus labil
3) Mikrotubulus singlet
4) Mikrotubulus doublet
tertutup. Bagian dasar cincin terbuka 1 akan terbentuk cincin terbuka 2 yang
menempel pada bagian dasar cincin terbuka 1. Cincin terbuka 1, dan cincin
terbuka 2 serta cincin tertutup akan mengalami polimerisasi sehingga lebih
panjang dan terbentuklah sentriol yang berbentuk tabung dengan lebar 0,2 μm
dan panjangnya 0,4 μm. Sentriol berfungsi membentuk benang spindel untuk
memisahkan kromosom.
Sebagian sel hewan memiliki MTOC atau pusat sel disebut sentrosoma.
Sentrosoma terletak disalah satu sisi inti dan padanya terdapat sepasang
sentriola yang tersusun tegak lurus satu dengan yang lain. Perlu diingat bahwa
tidak semua MTOC memiliki sentriola, misalnya MTOC pada sel tumbuhan.
Di sini mukrotubulus aster muncul dari sentroma yang hanya terdiri dari
materi padat electron. Demikian pula sentriola juga tidak dijumpai di
gelondong meosis oosit mencit, meskipun kemudian akan terlihat pada
perkembangan embrio. Oleh karena itu tidak seperti aksonema silia yang
tumbuh langsung dari sentriola, mikrotubulus sitoplasmik tidak langsung
berpangkal pada sentriola itu sendri, melainkan timbul dari materi tanpa gatra
yang terdapat di sekeliling sentriola.
Mikrotubulus juga memiliki peran penting pada dinding sel tanaman. Dinding
sel tanaman adalah matriks ekstraseluler yang kokoh. Dinding sel ini terdiri
atas mikrofibrilis dalam banyak matriks polisakarida (sebagian besar pektin
dan hemiselusosa) dan glikoprotein yang saling silang. Pada bagian korteks
dari dinding sel, ada array mikrotubulus yang menentukan posisi mikrofibrilis.
Penyusunan mikrofibrilis ini menentukan arah perkembangan dinding sel,
bentuk akhir sel, serta pola pembelahan sel. Dalam susunannya pada dinding
sel, mikrofibrilis selulosa saling silang dalam jaringan yang diikat oleh
hemiselusosa. Jaringan ini saling ekstensif dengan jaringan polisakarida
pektin. Jaringan selulosa-hemiselulosa memberi kekuatan tegangan sementara
jaringan pektin melawan kompresi. Pada dinding sel utama, jumlah ketiganya
secara kasar sama, tetapi lamela tengah memiliki lebih banyak pektin untuk
merekatkan sel yang berdekatan.
tersebut mempunyai kekentalan semi padat seperti gel yang berlawanan dengan
keadaan sitoplasma dalamnya yang lebih cair. Mikrofilamen bersifat labil karena
midah terakit dan mudah terurai.
1) Ciri-Ciri Mikrofilamen
Dalam sel mikrofilamen biasanya ditemukan berkumpul di sekitar pinggiran, tepat
di bawah permukaan luar. Disini merka dapat mengatur bentuk sel, menanggapi
perubahan dilingkungan sekitarnya. Filamen tipis berperan dalam membentuk
proyeksi kecil dari permukaan sel, yang dikenal sebagai mikrovili. Mereka juga
dapat membentuk tonjolan yang lebih besar, memungkinkan sel untuk bergerak
dengan cara seperti amoeba melintasi permukaan. Mikrofilamen juga terlibat
dalam perluasan permukaan beberapa sel kekebalan untuk menelan zat yang tidak
diinginkan.
Di dalam otot filamen aktin bergabung dengan filamen miosin sedemikian rupa
sehingga memberikan otot kekuatan dan kemampuan untuk kontraksi mereka.
Filamen miosin dibundel bersama untuk membentuk apa yang disebut filamen
tebal, dengan diameter sekitar 15 nanometer. Tumpukan filamen tebal dan
tumpukan filamen tipis diatur secara bergantian sepanjang serta otot, dengan
tujuan mereka sedikit tumpang tindih satu sama lain. Selama kontraksi otot,
hubungan antara filamen tipis dan tebal yang dibuat dan putus-putus,
21
menyebabkan filamen untuk meluncur melewati satu sama lain dalam gerakan
seperti roda gigi.
2) Ultrastruktur Mikrofilamen
a. Batang padat berdiameter sekitar 7 nm
b. Dua untai aktin yang teranyam, masing-masing merupakan polimer
subunit aktin
c. Tersusun atas molekul-molekul aktin
3) Fungsi mikrofilamen
a. Mempertahankan bentuk sel ( unsur penahan-tegangan )
b. Perubahan bentuk sel
c. Aliran sitoplasmik
d. Menahan tegangan “gaya tarik”
e. Berperan dalam perubahan bentuk sel kontaksi otot
f. Mikrofilamen biasanya membentuk jaringan sub membran plasma untuk
mendukung bentuk sel
g. Siklosis ( pergerakan komponen sitoplama di dalam sel)
h. Pergerakan “amuboid” dan fagositosis
i. Bertanggung jawab untuk pemutusan galur pada sitokenesis He.
22
j. Kontraksi otot, ribuan filamen aktin disusun sejajar satu sama lain disepanjang
sel otot, diselingi filamen yang lebih tebal terbentuk dari protein disebut
miosin. Kontraksi sel otot terjadi akibat filamen aktin dan miosin yang saling
meluncur melewati yang lain, yang akan memperpendek selnya.
1. Berdiameter 8-12 nm. Lebih besar dari diameter mikrofilamen namun lebih
kecil dari mikrotubulus
2. Memiliki protein fibrosa (berserat) yang sangat mengumpar menjadi kabel
yang lebih tebal
Mereka adalah elemen yang sangat kuat dan tahan. Faktanya, jika kita
membandingkannya dengan dua filamen lain (aktin dan mikrotubulus), filamen
intermediata memperoleh stabilitas. Berkat sifat ini, fungsi utama filamen
intermediet adalah secara mekanis, menolak perubahan sel. Mereka ditemukan
berlimpah dalam tipe sel yang mengalami tekanan mekanis konstan; misalnya di
sel-sel saraf, epitel dan otot. Tidak seperti dua komponen sitoskeleton lainnya,
filamen antara tidak dapat dirakit dan dibuang dengan ujung kutubnya.
Mereka adalah struktur kaku (untuk dapat memenuhi fungsinya: dukungan seluler
dan respons mekanis terhadap stres) dan perakitan filamen adalah proses yang
bergantung pada fosforilasi. Filamen intermediet membentuk struktur yang
disebut desmosom. Bersama dengan serangkaian protein (cadherin), kompleks-
kompleks yang membentuk persimpangan antar sel ini dibuat.
Masing masing subunit tetramer agak berbeda setiap jenis filamen intermedia.
Kategorinya mencakup : keratin, protein sidik fibriler glial, neurofilmen, dan
lamin inti.
1. Keratin
27
2. Desmine
3. Vimentin
5. Neurofilamen
2) MreB
MreB merupakan protein bakteri yang dipercaya analog dengan aktin
pada eukariotik. MreB dan aktin mempunyai persamaan struktur
primer yang lemah, tetapi sangat mirip dalam struktur tiga dimensi dan
polimerisasi filamen. Hampir seluruh bakteri yang tidak bulat
bergantung pada MreB untuk menentukan bentuknya. MreB disusun
menjadi jaringan heliks dari struktur filamen tepat di bawah membran
sel, meliputi seluruh panjang sel.
MreB menjadi penentu bentuk sel dengan memediasi posisi dan
aktivitas enzim yang mensitesis peptidoglikan, dan bertindak sebagai
filamen kaku dibawah membran sel yang memberikan tekanan ke luar
untuk membentuk dan menyokong sel. Tepat sebelum terjadi
pembelahan sel, MreB memadat dengan jaringan heliks normal dan
membentuk cincin ketat di septum di Caulobacter crescentus.
Mekanisme yang dipercaya membantu menemukan septumnya yang
tidak terletak di tengah. MreB juga berperan penting untuk
menentukan polaritas dalam bakteri kutub, karena bertanggung jawab
30
3) Kresentin
Kresentin merupakan analog dari filamen intermediat eukariot.
Kresentin mempunyai homolog dari struktur primer yang agak besar
dengan protein filamen intermediat selain kesamaan tiga dimensi.
Urutan kresentin memiliki kemiripan identitas 25% dan kemiripan
40% dengan sitokeratin 19 dan kecocokan identitas 24% dan
kesamaan 40% dengan lamin inti A. Kresantin berperan membentuk
filamen terus menerus dari kutub ke kutub di sepanjang sisi dalam
yang cekung dari bakteri berbentuk sabit Caulobacter crescentus.
Kresentin maupun MreB sama-sam dibutuhkan oleh Caulobacter
crescentus agar berbentuk sabit. MreB dipercaya membentuk sel
menjadi bentuk batang, kemudian kresentin akan menekuk bentuk tadi
menjadi bulan sabit.
Dewasa ini banyak diteliti dan dikembangkan pemeriksaan petanda ganas ideal yang
dapat memberikan petunjuk tentang perkembangan kanker, baik ditingkat
ekstraseluler, seluler maupun molekuler. Sitokeratin dan intermediate terdapat dalam
berbagai sel normal dan jaringan patologis. Ekspresi dari sitokeratin adalah spesifik
untuk jaringan yang berbeda. Pada kanker, sel kehilangan penampakan normalnya
serta asal histologinya tidak dapat diidentifikasi dari struktur morfologinya. Namun,
bagaimanapun juga sel kanker memiliki banyak spesifikasi yang menunjukkan dari
mana sel tersebut berasal, seperti ekspresi dari protein filamen intermediet tertentu.
Dengan menggunakan antibodi fluorescent-tag yang spesifik terhadap masing-masing
protein filamen intermediet, diagnosis terhadap fialmen intermediet tersebut dapat
menentukan kanker berasal dari jaringan epitel, mesenkim atau saraf.
Penggunaan filamen intermediet dalam diagnosis kanker sebagai contoh yaitu pada
kanker payudara dan gastrointestinal tract yang mengandung keratin dan sedikit
vimentin menunjukkan sel kanker tersebut berasal dari turunan sel epitel (yang
mengandung keratin tapi tidak vimentin) dan peneliti dapat menentukan kanker
tersebut bukan berasal dari turunan sel mesenkim atau sel lainnya. Hal ini disebabkan
karena kanker pada jaringan epitel dan kanker pada jaringan mesenkim sensitif
terhadap perlakuan yang berbeda, identifikasi protein filamen intermediet terhadap sel
kanker dapat membantu peneliti menentukan perawatan yang paling efektif untuk
menyembuhkan kanker tersebut. Perbedaan ekspresi dari protein filamen intermediet
menunjukkannperbedaan karakteristik dari asal jaringan pada suatu jenis kanker.
Antibodi terhadap keratin, vimentin, desmin, glial fibrillary acidic protein (GFAP),
dan protein neurofilamen dapat membedakan antara sel yang berasal dari sel epitel,
mesenkim dan saraf. Berhubung masing-masing sel kanker memiliki protein filamen
intermediet yang spesifik, hal tersebut memungkinkan menggunakan filamen
intermediet dalam diagnosis kanker.
menunjukkan hasil invetigasi dari biopsi sel kanker menggunakan antibodi dengan
karakteristik tertentu dan didapatkan hasil bahwa masing-masing antibodi spesifik
hanya terhadap satu dari lima tipe filamen intermediet. Sel tumor karsinoma yang
berbeda, thymoma, dan bagian epitel blastomas paru positif dengan mengenali
antibodi cytokeratins. Sel tumor dalam sarkoma non-otot, termasuk limfoma dan
sarkoma Ewing, bisa diidentifikasi secara khusus dengan antibodi untuk vimentin.
Dan sel tumor sarkoma otot positif dengan mengenali desmin. Akhirnya, sel-sel di
pheochromocytoma dan bronkus karsinoid positif dengan antibodi spesifik untuk
neurofilaments. Selain itu, dalam kebanyakan kasus bagian dari tumor baik dengan
histologi dan intermediate filamen.
Karena filamen intermediet bersifat spesifik terhadap jenis dari sebuah jaringan, maka
jika seseorang menderita kanker dalam tubuhnya, sel kanker dapat dibiopso dan
filamen intermedietnya dapat dianalisis. Identifikasi filamenintermediet sebelum
dianalisis ini dapat diketahui salah satunya dengan melakukan teknik
imunohistokimia. Imunohistokimia adalah teknik untuk mendeteksi adanya antigen
pada jaringan dengan menggunakan antibodi yang terikat enzim sehingga presipitat
terwarnai dan lokasi antigen dapat dilihat di bawah mikroskop.
Selain itu imunohistokimia memungkinkan deteksi penanda molekuler pada tingkat
sel tunggal berguna untuk mengidentifikasi karakteristik sel pada jaringan sehat dan
patologis. Semua kanker akan memiliki jenis filamen intermediet yang menunjukkan
karakteristik darimana sel tersebut berasal sebelum sel kanker tersebut bermetastasis.
Hal ini akan membantu seorang dokter mengetahui jenis kanker tersebut. Dengan
mengetahui jenis kanker yang tepat akan membantu dokter untuk menentukan
treatmen yang tepat untuk diberikan.
Health Organization/WHO) terdapat tiga jenis glioma yang dapat dibedakan dari
pemeriksaan histopatologis yaitu astrocytoma, oligendroglioma
dan mixed oligoastrocytoma. Dari ketiga jenis glioma ini, astrocytoma merupakan
tumor yang paling sering dan mencakup lebih dari 50% tumor ganas primer di
otak.
37