Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BIOLOGI SEL

“SITOSKELETON”

Dosen Pengampu :
Dra. Uswatun Hasanah, M.Si.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II (Dua)

NAMA : 1. Dita Candrayani (4183341034)


2. Dora Maulina Simamora (4183341008)
3. Dwi Eka Ningrum (4183341002)
4. Ezra Fibriani Butar butar (4173341021)
5. Fitriana Akhwita Tambunan (4183341014)
6. Fitriningsih (4182141004)
7. Zahra Afifah Siregar (4181141024)

KELAS : Biologi Dik A 2018

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020

0
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmatnya sehingga kami masih diberikan kesempatan untuk dapat
menyelesaikan makalah ini mengenai Sitoskeleton .Makalah ini ditulis guna
memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah Biologi Sel.
Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan pengatahuan bagi
pembaca. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
meminta maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna
perbaikan dan penyempurnaan makalah kedepannya. Semoga materi yang ada
didalam makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi para pembaca.

Medan, Oktober 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................1
Daftar Isi........................................................................................................2
Bab I: Pendahuluan......................................................................................3
1.1 Latar Belakang...............................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................3
1.3 Tujuan............................................................................................3
Bab II: Pembahasan.....................................................................................4
2.1 Pengertian Sitoskeleton............................................................................4
2.2 Fungsi Sitoskeleton Hewan......................................................................5
2.3 Struktur Sitoskeleton Hewan....................................................................5
2.4 Sitoskeleton Tumbuhan..........................................................................11
2.5. Fungsi Sitoskeleton Tumbuhan.............................................................11
2.6. Komponen Sitoskeleton Tumbuhan .....................................................11
Bab III: Kesimpulan dan Saran................................................................13
3.1 Kesimpulan.............................................................................................13
3.2 Saran ......................................................................................................14
Daftar Pustaka............................................................................................15

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Seluruh organisme tersusun dari salah satu jenis sel yang secara structural
berbeda yaitu sel prokariotik atau sel eukariotik. Pada masa-masa setelah
ditemukannya mikroskop para ahli dapat melihat dan mempelajari bagian-
bagian dari sel. Pada awalnya para ahli biologi berpikir bahwa organel sel
eukariotik mengembang bebas didalam sitosol, tetapi penyempurnaan
mikroskop cahaya dan mikroskop elektron telah mengungkapkan adanya
sitoskeleton, jaringan serabut yang membentang di seluruh sitoplasma.
Sitoskeleton adalah jaringan filamen protein yang menyusun sitoplasma
eukariota. Sitoskeleton atau rangka sel tersusun atas tiga jenis serabut yang
berbeda yaitu: mikrofilamen, mikrotubulus, dan filamen intermediet. Sel
tersusun dari berbagai macam organel-organel sel yang memiliki fungsi
berbeda-beda. Salah satu organel yang terdapat dalam sel adalah
“sitoskeleton” atau kerangka sel sehingga sel dapat memiliki bentuk yang
kokoh, berubah bentuk, mampu mengatur posisi organel, berenang, serta
menyerap di permukaan. Tentunya dengan fungsi yang disebutkan
sebelumnya sitoskeleton sangat penting bagi sel.
Berdasarkan uraian diatas maka pada makalah ini penulis membahas
mengenai sitoskeleton.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan sitoskeleton?


2. Apa fungsi dari sitoskeleton?
3. Apa saja struktur dari sitoskeleton?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sitoskeleton


2. Untuk megetahui apa fungsi dari sitoskeleton
3. Untuk mengetahui apa saja struktur dari sitoskeleton

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sitoskeleton

Seorang ilmuwan bernama Keith Porter dan sejawatnya berhasil melihat


sel dengan menggunakan teknik HVEM (High Voltage Electron Microscope)
yaitu suatu cara untuk melihat sel tanpa penyelubungan (embedding).
Pengamatan dengan HVEM menunjukkan bahwa bagian sitoplasma yang berada
di sela-sela organel tampak penuh dengan anyaman dari benang-benang protein
yang sangat halus. Anyaman ini disebut dengan filamen yang membentuk jala-
jala mikrotrabekula karena mirip trabekula duri bunga karang. Dalam
perkembangannya dan karena anyaman tadi terdapat dalam sitosol serta
membentuk kerangka sel maka mikrotrabekula ini kemudian dikenal dengan nama
sitoskelet (cyto = sel dan skeleton = rangka).
Sitoskeleton merupakan kerangka sel berbentuk jaring berkas-berkas
protein filamen yang menyusun sitoplasma dalam sel. Sitoskeleton memberi
tumpuan struktural pada sel, dan juga berfungsi dalam motilitas dan pengaturan
sel. Fungsi dari sitoskeleton ialah untuk memberikan dukungan mekanis pada sel
dan mempertahankan bentuknya. Sitoskeleton penting bagi sel hewan karena sel
hewan tidak memiliki dinding sel. Sama seperti rangka hewan membantu
mempertahankan posisi-posisi bagian tubuh lainnya, sitoskeleton merupakan
tempat bergantung banyak organel dan bahkan molekul enzim sitosol.

4
Gambar Sitoskeleton
2.2 Fungsi Sitoskeleton Hewan

Sitoskeleton juga terlibat dalam beberapa jenis motilitas (gerak) sel. Istilah
motilitas sel mencakup perubahan tempat sel maupun pergerakan bagian sel yang
lebih terbatas. Motilitas sel umumnya membutuhkan interaksi sitoskeleton dengan
protein yang disebut molekul motor. Molekul motor sitoskeleton menggoyang-
goyangkan silia dan flagella. Molekul ini juga menyebabkan sel otot berkontraksi.
Beberapa fungsi lain sitoskeleton diantaranya adalah :

- Sitoskeleton berfungsi untuk memberikan dukungan mekanis pada sel dan


mempertahankan bentuk sel.
- Sitoskeleton berperan dalam motilitas sel (gerak sel).

- Sitoskeleton berfungsi dalam aktivitas biokimiawi dalam sel.

2.3 Struktur Sitoskeleton Hewan

Jenis serabut penyusun sitoskeleton diantaranya adalah mikrotubula yang


paling tebal diantara ketiganya, mikrofilemen (filament aktin) merupakan yang
paling halus, dan yang terakhir ialah filament intermediet ialah serabut dengan
diameter yang termasuk dalam kisaran menengah

 Mikrotubula

Mikrotubula ditemukan dalam sitoplasma semua sel eukariotik.


Mikrotubula berbentuk batang lurus dan berongga yang memiliki diameter 25 nm
dan memiliki panjang dari 200 µm- 25µm. dinding tabung berongga dibangun
dari protein globular yang disebut tubulin. Setiap molekul tubulin terdiri dari 2
subunit polipeptida yang serupa α- tubulin dan β- tubulin. Mikrotubula
memanjang dengan menambah molekul tubulin di ujung-ujungnya. Mikrotubula
dapat dibongkar dan tubulinnya digunakan untuk membangun mikrotubula di
dalam sel.

5
Mikrotubula memberi bentuk dan mendukung sel , berfungsi sebagai jalur
yang dapat digunakan organel yang dilengkapi dengan molekul motor untuk dapat
bergerak. Misalnya, mikrotubula nantinya menuntun vesikula sekretoris dari
apparatus golgi ke membran plasma. Mikrotubula juga terlibat dalam pemisahan
kromosom selama pembelahan sel. Sel hewan memiliki sepasang sentriol dalam
sentrosom, daerah di dekat nucleus tempat mikrotubula sel berawal.

Gambar 1. Struktur Mikrotubula

 Mikrofilamen (Filamen Aktin)

Mikrofilamen merupakan salah satu komponen penyusun sitoskeleton


berbentuk batang yang berdiameter sekitar 7 nm. Mikrofilamen disebut juga
sebagai filamen aktin, karena filamen ini tersusun dari molekul aktin, suatu
protein globular. Mikrofilamen adalah rantai ganda subunit aktin yang terlilit.
Mikrofilamen tedapat dalam seluruh sel eukariotik. Berlawanan dengan peran
penahan- tekanan (gaya tekan) mikrotubula, peran structural mikrofilamen dalam
sitoskeleton ialah untuk menahan tegangan (gaya tarik). Dengan bergabung
dengan protein lain, mikrofilamen ini sering membentuk jalinan tiga-dimensi di
dalam membrane plasma yang membantu mendukung bentuk sel. Jalinan ini
membuat korteks (lapisan sitoplasmik luar). Sel tersebut mempunyai kekentalan
semi-padat seperti gel, yang berlawanan dengan keadaan sitoplasma yang di
dalamnya lebih cair (sol).

6
Gambar 2. Susunan mikrofilamen pada kontraksi dan relaksasi otot.

Dalam sel hewan yang terspesialisasi untuk mengangkut materi melintasi


membran plasma, berkas mikrofilamen membentuk inti mikrovili, penonjolan
halus yang meningkatkan luas permukaan sel. Mikrofilamen memiliki peran
dalam pergerakan khususnya sebagai bagian alat kontraksi sel otot. Ribuan
filamen aktin disusun sejajar satu sama lain di sepanjang sel otot,yang diselingi
dengan filamen yang lebih tebal yang terbentuk dari protein yang disebut myosin.
Kontraksi sel otot terjadi akibat filament aktin dan myosin yang saling meluncur
melewati yang lain, yang akan memperpendek selnya. Dalam sel jenis lain,
filamen aktin disertai dengan myosin dalam versi miniatur yang kurang rumit
susunannya dalam sel otot. Agregat aktin-miosin ini bertanggung jawab atas
kontraksi sel setempat. Misalnya, sabuk mikrofilamen yang berkontraksi akan
membentuk alur pembelahan yang menjepit suatu sel hewan yang sedang
membelah diri, sehingga sel hewan tersebut terbagi menjadi dua sel anak.

Kontraksi setempat yang disebabkan aktin dan miosin juga berperan dalam
gerakan amoeboid. Dimana suatu sel merangkak di sepanjang permukaan dengan
cara memanjang dan mengalir ke dalam pemanjangan seluler yang disebut
pseudopodia (kaki semu). Pseudopodia memanjang dan berkontraksi melalui
penyusunan yang reversible dari subunit aktin menjadi mikrofilamen, dan dari
mikrofilamen menjadi jalinan yang mengubah sitoplasma dari bentuk sol (larutan
koloid yang berbentuk cair) ke bentuk gel. Bukan hanya amoeba yang bergerak

7
dengan merangkak, tetapi banyak juga sel dalam tubuh hewan seperti contohnya
sel darah putih.

 Filamen Intermediet

Filament intermediet dinamai berdasarkan diameternya , yang besarnya 8-


12 nm, lebih besar daripada diameter mikrofilamen tetapi lebih kecil daripada
diameter mikrotubula. Filament intermediet terspesialisasi untuk menahan tarikan
(seperti mikrotubula), dan merupakan kelas unsur sitoskeleton yang beragam.
Setiap jenis disusun dari subunit molekuler berbeda dari protein yang beragam
yang disebut keratin. Mikrotubula dan mikrofilamen, sebaliknya mempunyai
diameter dan komposisi yang sama di seluruh sel eukariotik. Struktur filamen
intermediet yaitu berupa protein serabut menggulung menjadi kabel yang lebih
tebal
Filament intermediet adalah peralatan sel yang lebih permanen daripada
mikrofilamen dan mikrotubula, yang sering dibongkar pasang dalam berbagai
macam bagian sel. Perlakuan kimiawi yang memindahkan mikrofilamen dan
mikrotubula dari sitoplasma meninggalkan jalinan filament intermediet yang
mempertahankan bentuk aslinya. Filament intermediet sangat penting dalam
memperkuat bentuk sel dan menetapkan posisi organel tertentu. Misalnya,
nukleus yang umumnya terletak dalam suatu tempat yang terbuat dari filament
intermediet, tetap berada di tempatnya karena adanya cabang-cabang filament
yang membentang kedalam sitoplasma. Filament intermediet lain membentk
lamina nukleus yang melapisi bagian dalam selubung nukleus. Dalam kasus
dimana bentuk keseluruhan sel dikorelasikan dengan fungsi, filamen intermediet
mendukung bentuk itu. Misalnya uluran yang panjang (akson) dari sel saraf yang
menghantarkan impuls diperkuat oleh satu kelas filament intermediet. Berbagai
jenis filament intermediet berfungsi sebagai kerangka keseluruhan sitoskeleton.

8
Gambar 3 Struktur Filamen Intermediet

TABEL PERBEDAAN PENYUSUN SITOSKELETON


Pembeda Mikrotubulus Filamen Mikrofilamen
intermediat
Struktur Tabung berongga Filamen liat yang Filamen fleksibel
yang kaku dan tidak fleksibel dan dapat yang tidak dapat
dapat diregangkan diregangkan ; diregangkan; dua
tersesun atas protein untai aktin yang
serabut menggulung saling terjalin
menjadi kabel yang
lebih tebal.
Diameter 25 nm dengan lumen 8–12 nm 7 nm
15 nm
Subunit Tubulin, dimer dari α- Salah satu dari Aktin
tubulin dan ß-tubulin beberapa protein
yang berbeda pada
keluarga keratin,
yang tergantung
pada jenis sel
Fungsi Pendukung, transpor Mempertahankan mempertahankan
utama intraselular, bentuk sel (unsur bentuk sel (unsur
organisasi penahan-tarikan), penahan-tarikan),
sel, mempertahankan tempat bertautnya perubahan bentuk
bentuk sel (balok nukleus dan organel sel, kontraksi otot,
penahan tekanan), tertentu lainnya, pengaliran
motilitas sel (seperti pembentukan lamina sitoplasma,
pada silia dan flagel), nucleus. motilitas sel
pergerakan kromosom (seperti pada
dalam pembelahan pseudopodia),
sel, pergerakan pembelahan sel
organel. (pembentukan alur
pembelahan).
Ditemukan Semua eukariota Hewan Semua eukariota

9
Pada
Lokasi Sitoplasma Sitoplasma dan Sitoplasma
selular nukleus

Literatur

Mikrotubula di dalam sel Filamen keratin sel


karsinoma

Mikrofilamen sel mencit

Skema
struktur

10
2.4 Sitoskeleton Tumbuhan

Sitoskeleton atau rangka sel merupakan organel sel berupa jalinan filamen-
filamen protein dan bulu-bulu halus yang terletak antara nukleus dan membran.
Rangka sel merupakan bagian sel yang memiliki fungsi penting dalam pergerakan
sel yang akan mempengaruhi aktivitas dan metabolisme sel baik secara individual
atau jika sel sudah berada dalam suatu jaringan.

Sel tumbuhan memiliki struktur protein internal yang membentuk sitoskleton,


lebih bergantung pada dinding sel yang kaku. Pergerakan internal sel merupakan
bagian penting untuk pertumbuhan dan perkembangan sel yang membutuhkan
mekanisme kerja dari bagian yang disebut sitoskeleton. Seluruh filamen
sitoskeleton adalah polimer yang panjang dari subunit-subunit protein. Pengaturan
kerjasama sistem sitoskeleton secara bersama-sama antar polimer atau secara
mandiri,akan mengontrol bentuk sel. Pada banyak sel keberadaan sitoskeleton
cenderung stabil,tetapi pada sel yang lain bentuk akan mengalami perubahan
secara terus menerus.

2.5 Fungsi Sitoskeleton Tumbuhan

Sitoskeleton juga berperan penting dalam pengorganisasian struktur dan


aktivitas sel dengan fungsi terjelas adalah memberikan dukungan mekanis sel dan
mempertahankan bentuknya dan juga berperan sebagai motilitas sel (pergerakan
sel). Motalitas mencakup perubahan tempat sel maupun pergerakan sel lebih
terbatas. Pergerakan materi-materi dan organel dalam sel,pengaturan aktivitas
biokimiawi dalam sel.

2.6 Komponen Sitoskeleton Tumbuhan

Sitoskeleton terdiri dari 3 macam yaitu : mikrotubul,mikrofilamen,dan


filamen intermediet.

1) Mikrotubul terdapat dalam semua sitoplasma sel eukariotik yang


berbentuk batang lurus dan berongga. Dinding tabung berongga dibangun
dari protein globular yang disebut tubuling. Mikrotubul tersusun atas dua
molekul protein tubulin yang bergabung membentuk tabung. Fungsi
mikrotabul memberikan ketahanan terhadap tekanan pada sel. Struktur

11
mikrotubul : a) diagram pita subunit tubulin dimer. GTP merupakan
struktur alpha dan GDP merupakan struktur betha tubulin. b) organisasi
subunit tubulin dalam mikrotabul. Subunit bergabung menyusun
protofilamen,yang tersusun perbagian menjadi dinding mikrotabul. c)
struktur singlet,doublet,dan triplet mikrotubul.
2) Mikrofilamen merupakan filamen protein kecil yang tersusun atas dua
rantai protein aktin yang terpilih menjadi satu. Filamen aktin merupakan
protein intraseluler dengan jumlah yang berlimpah dalam sel
eukariotik,dalam sel otot misalnya,terdapat 10% filamen aktin dari seluruh
total berat sel. Filamen aktin dibutuhkan di banyak tempat dalam sel yang
akan terorganisasi membentuk sitoskeleton dan tidak mengalami
perubahan. Fungsi mikrofilamen memberi tegangan pada sel,mengubah
bentuk sel,kontraksi otot,aliran sitoplasma,perpindahan sel.
3) Filamen intermediet biasa ditemukan pada seluruh sel hewan dan tidak
terdapat pada tanaman dan fungi.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Sitoskeleton merupakan kerangka sel berbentuk jaring berkas-berkas protein filamen


yang menyusun sitoplasma dalam sel. Sitoskeleton berfungsi untuk memberikan
dukungan mekanis pada sel, mempertahankan bentuk sel,berperan dalam motilitas sel
(gerak sel) dan berfungsi dalam aktivitas biokimiawi dalam sel.

Struktur sitoskeleton pada hewan

1. Mikrotubula

Mikrotubula memberi bentuk dan mendukung sel , berfungsi sebagai jalur yang dapat
digunakan organel yang dilengkapi dengan molekul motor untuk dapat bergerak.

2. Mikrofilamen (filamen aktin)

Mikrofilamen disebut juga sebagai filamen aktin, karena filamen ini tersusun dari
molekul aktin, suatu protein globular. Mikrofilamen memiliki peran dalam pergerakan
khususnya sebagai bagian alat kontraksi sel otot.

3. Filamen intermediet

Filament intermediet adalah peralatan sel yang lebih permanen daripada


mikrofilamen dan mikrotubula, yang sering dibongkar pasang dalam berbagai macam
bagian sel. Berbagai jenis filament intermediet berfungsi sebagai kerangka keseluruhan
sitoskeleton.

Struktur sitoskeleton pada tumbuhan

Sitoskeleton tumbuhan hanya punya dua bagian yaitu Mikrotubula dan Mikrofilamen.

1. Mikrotubula

Mikrotubula memberi bentuk dan mendukung sel , berfungsi sebagai jalur yang dapat
digunakan organel yang dilengkapi dengan molekul motor untuk dapat bergerak.

2. Mikrofilamen (filamen aktin)

13
Mikrofilamen disebut juga sebagai filamen aktin, karena filamen ini tersusun dari
molekul aktin, suatu protein globular. Mikrofilamen memiliki peran dalam pergerakan
khususnya sebagai bagian alat kontraksi sel otot.

3.2 SARAN

Dalam makalah ini dijelaskan pengertian sitoskeleton, fungsi sitoskeleton,


perbedaan struktur sitoskeleton hewan dan tumbuhan. Penulis berharap kepada seluruh
pembaca agar dapat memberikan kritik dan saran agar penulis dapat menulis dengan lebih
baik lagi kedepannya. Dan saran penulis kepada pembaca harus lebih banyak membaca
lagi teori serupa dari sumber sumber yang berbeda supaya lebih banyak mendapatkan
pengetahuan yang dibutuhkan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A. Jane, B. Reece. Lawrence, G. Mitchell. (2002). Biologi Edisi


Kelima Jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hayu, Laela Nurani. (2014). Biologi Sel. Yogyakarta
Kurniati Titi. 2020.Biologi sel.Bandung : Cendekia Press
Lukitasari Marheny. 2015.Biologi sel.Malang : Universitas Negeri Malang
Sugiansih, Anita Haske. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Biologi. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.

15

Anda mungkin juga menyukai