Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN

BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER


SITOSKELETON DAN MOTILITAS SEL

OLEH:
MARIA ANJELIKA
SELSATYANI SUDIN

NIM: 2106050025

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAIN DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat rahmat dan bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
laporan yang berjudul “sitoskeleton dan motilitas sel” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini yaitu sebagai pemenuhan tugas
mata kuliah Biologi Sel dan Molekuler. Selain itu laporan ini juga berfungsi
untuk menambah wawasan pembaca dan penulis tentang interkasi sel dengan
lingkungannya.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Amor T. Karyawati,
S.Si, M,Si selaku dosen mata kuliah yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk mengerjakan makalah ini.
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna,oleh karena itu
saran dan kritikan yang membangun dari teman-teman penulis butuhkan demi
kesempurnaan laporan ini.
Penulis

Kupang, 11 November 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii


DAFTAR ISI............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
C. Tujuan masalah ..................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 2
A. Pengertian Sitoskeleton ...................................................................................... 2
B. Komponen-komponen Sitoskeleton ................................................................... 2
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 10
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebuah sel mampu menjalankan aktivitasnya karena ditunjang oleh system


pengangkutan dalam sel itu sendiri. Komponen yang terlibat dalam pengangkutan
tersebut adalah sitoskeleton. Selain berperan dalam pengangkutan juga berperan dalam
pergerakan sel.Sebuah sel mampu menjalankan aktivitasnya karena ditunjang oleh
system pengangkutan dalam sel itu sendiri. Komponen yang terlibat dalam
pengangkutan tersebut adalah sitoskeleton. Selain berperan dalam pengangkutan juga
berperan dalam pergerakan sel.

Sitoskeleton adalah sebuah kerangka yang terkandung di dalam sitoplasma sel.


Sitoskeleton ada dalam semua sel. Awalnya banyak yang menganggap bahwa
sitoskeleton hanya terdapat di dalam sel eukariotik, tetapi penelitian terbaru
menunjukkan bahwa sitoskeleton juga terdapat di dalam sel prokariotik. Sitoskeleton
berupa jaring berkas-berkas protein. Dengan adanya sitoskeleton, sel dapat memiliki
bentuk yang kokoh, berubah bentuk, mampu mengatur posisi organel, berenang, serta
merayap di permukaan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Sitoskeleton ?


2. Apa saja Komponen Sitoskeleton ?
3. Apa Fungsi dari Sitoskeleton ?

C. Tujuan masalah

1. Untuk mengetahui pengetian Sitoskeleton


2. Untuk mengetahui Komponen –komponen Sitoskeleton
3. Untuk mengetahui Fungsi dari Sitoskeleton

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sitoskeleton

Sitoskeleton adalah sebuah kerangka yang terkandung di dalam sitoplasma sel.


Sitoskeleton ada dalam semua sel. Awalnya banyak yang menganggap bahwa
sitoskeleton hanya terdapat di dalam sel eukariotik, tetapi penelitian terbaru
menunjukkan bahwa sitoskeleton juga terdapat di dalam sel prokariotik. Sitoskeleton
berupa jaring berkas-berkas protein. Dengan adanya sitoskeleton, sel dapat memiliki
bentuk yang kokoh, berubah bentuk, mampu mengatur posisi organel, berenang, serta B

B. Komponen-komponen Sitoskeleton
1. Mikrotubulus
Mikrotubulus atau mikrotubula adalah tabung yang disusun dari mikrotubulin.
Mikrotubulus dibagi menjadi dua, yaitu mikrotubulus singlet dan mikrotubulus doublet.
Mikrotubulus memiliki dua ujung, yaitu ujung negatif yang terhubung dengan pusat
pengatur mikrotubulus, dan ujung positif yang berada di dekat membran plasma.
Organel dapat meluncur di sepanjang mikrotubulus untuk mencapai posisi yang berbeda
di dalam sel, terutama saat pembelahan sel.

• Ultrastruktur Mikrotubulus
1. Berupa batang lurus dan berongga berdiameter 25 nm
2. Mempunyai Panjang 200nm-25um
3. Tabung berongga; dinding terdiri dari 13 kolom molekul tubulin

2
4. Dinding tabung berongga disusun dari protein globular
• Penemuan Mikrotubulus
Penemuan keberadaan mikrotubulus (jamak: mikrotubuli) baru terungkap pada
saat Keith Porter dan sejawatnya mengembangkan suatu cara untuk melihat sel tanpa
penyelubungan (embedding) dan penyayatan, namun dengan menggunakan HVEM
(high voltage electron microscope), menunjukkan bahwa bagian sitoplasma yang berada
di sela-sela organela tampak penuh dengan anyaman trimatra dari benang-benang yang
sangat halus yang juga disebut jejala mikrotrabekular serta terdapat pula filamen-
filamen yang bermatra lebih besar yang di kelompokkan menjadi mikrotubulus,
mikrofilamen, dan filamen intermedia. Kemudian diadakan penelitian lebih lanjut
mengenai filamen-filamen tersebut yang salah satunya adalah mikrotubulus.
• Bagian-bagian mikrotubulus
Mikrotubulus ditemukan dalam sitoplasma semua sel eukariotik. Mikrotubulus
itu berupa batang lurus dan berongga. Mikrotubulus berukuran kecil, melengkung,
berbentuk silindris, dan kaku, dimana ditemukan di setiap sel yang sedang mengalami
pembelahan. Mikrotubulus tersusun atas protein yang dikenal sebagai tubulin. struktur
mikrotubul sangat menarik hampir sama di semua jenis organisme.
Analisis ultrastruktural secara negatif menunjukan noda pada potongan
mikrotubul, ini menunjukan bahwa dindingnya ialah polimer yang tersusun atau subunit
globular. Pemeriksaan potongan melintang dari dinding mikrotubulus menunjukan
biasanya 13 subunit yang memutar sehingga membentuk dinding. Ketika permukaannya
dilakukan secara membujur maka memperlihatkan protofilamen. Ketika mikrotubul
yang retak, 13 protofilamen pembuat dinding tersebut dapat dilihat, menandakan
perkumpulan dari subunit mengitari dinding mikrotubul. Satu berkas dari subunit-
subunit tadi terlihat berpola spiral seperti bentuk sekrup. Setiap molekul rantai-rantai
protein tubulin yang membentuk spiral merupakan heterodimer yang terdiri dari dua
subunit globular yang terikat erat. Subunit-subunit tersebut merupakan protein sejenis
yang diberi nama α-tubulin dan β-tubulin. Kedua protein tersebut diperkirakan berat
molekulnya kira-kira 54.000 dalton yang mempunyai hubungan dengan struktur dan
urutan asam amino yang kiranya berasal dari leluhur protein pada awal periode evolusi,
Masing-masing protein terdiri dari ikatan polipeptida tunggal yang panjangnya sekitar

3
500 asam amino. Spiral ini membentuk tabung berlubang yang panjangnya dari 200 nm
hingga 25 µm dengan diameter 25 nm dan tebal 5nm.
Mikrotubulus dapat dibongkar dan tubulinnya digunakan untuk membangun
mikrotubulus di mana saja di dalam sel. Penambahan untuk tubulin yang mana tercatat
80-95% dari kandungan protein di mikrotubul ialah MAPs (Microtubule-associated
proteins) yang juga hadir di organel dan sekarang ini sedang diteliti secara intensif
• Pembentukan Mikrotubulus

Dalam banyak sel, mikrotubulus tumbuh dari sentrosom, suatu daerah yang
terletak dekat nukleus. Mikrotubulus memanjang dengan menambah molekul tubulin di
ujung-ujungnya. Tubulin dapat berpolimerisasi membentuk mikrotubulus. Percobaan
polimerisasi dapat dibuat dengan campuran tubulin, larutan penyangga, dan GTP pada
suhu 37 °C. Dalam tahapannya, jumlah polimer mikrotubulus mengikuti kurva sigmoid.
Pada fase lag, tiap molekul tubulin berasosiasi untuk membentuk agregat yang agak
stabil. Beberapa di antaranya berlanjut membentuk mikrotubulus. Saat elongasi, tiap

4
subunit berikatan dengan ujung ujung mikrotubulus. Saat fase plato, (mirip fase log
pada pembelahan sel), polimerisasi dan depolimerisasi berlangsung secara seimbang
karena jumlah tubulin bebas yang ada pas-pasan.

Dalam pembentukan mikrotubulus, sebelum molekul-molekul tubulin menjadi


mikrotubulus, telebih dahulu menyusun diri membentuk protofilamen dengan jalan
subunit β-tubulin dari sebuah molekul tubulin berlekatan dengan subunit α dari molekul
tubulin yang lain yang berada di sampingnya. Sebuah mikrotubulus yang juga terdiri
dari 13 protofilamen yang tersusun membentuk suatu lingkaran. Jika 3 buah
protofilamen dari sebuah mikrotubulus (mikrotubulus A), juga menjadi milik
mikrotubulus lain (mikrotubulus B), maka dua buah mikrotubulus tersebut di beri nama
doublet. Mikrotubulus memiliki kutub positif, yaitu kutub yang pertumbuhannya cepat,
dan kutub negatif yaitu kutub yang pertumbuhannya lambat. Hal ini di sebabkan oleh
susunan profilamen yang sejajar satu terhadap yang lain dan sesuai dengan polaritas
masing-masing.
• Pengelompokan mikrotubulus
1. Mikrotubulus stabil adalah mikrotubulus yang dapat diawetkan dengan larutan
fisikatif apapun, misalnya MnO4 atau aldehida dan suhu berapapun. Contoh
mikrotubulus stabil adalah pembentukan silia dan flagella.
2. Mikrotubulus labil adalahmikrotubulus yang dapat diawetkan hanya dengan
larutan fisikatif aldehida dan pada suhu sekitar 40 ℃. Contoh yakni
mikrotubulus pembentuk gelendong pembelahan. Sifat kelabilan mikrotubulus

5
ini berguna untuk menerangkan arah pertumbuhannya. Mikrotubulus yang
kedua ujungnya terdapat bebas di dalam sitoplasma akan segera lenyap.
Mikrotubulus yang tumbuh dengan ujung negatif melekat pada sentroma dapat
dibuat stabil apabila ujung positifnya dilindungi sehingga menghalangi
terjadinya depolimerisasi.
3. Mikrotubulus singlet
4. Mikrotubulus doublet
• Mikrotubulus menjalankan beberapa fungsi yaitu:
1. Sarana transport material di dalam sel
2. Sebagai struktur supporting bagi fungsi-fungsi organel lainnya
3. Mempertahankan bentuk sel (sebagai “balok” penahan-tekanan)
4. Pergerakan kromosom dalam pembelahan sel, serta pergerakan organel.
Mikrotubulus juga dapat berfungsi untuk pergerakan sel, yaitu menggetarkan
silia dan flagel (alat bantu pergerakan yang menonjol dari sebagian sel). Silia umumnya
relatif pendek daripada flagel (panjangnya 5-10 µm vs 150 µm) dan jumlahnya lebih
banyak. Sekalipun berbeda dalam hal panjang, jumlah per sel, dan pola kibasannya, silia
dan flagel sebenarnya memiliki kesamaan ultrastruktur. Unsur-unsur aksoneme dari silia
dan flagel hampir smua sama dan berisi “9+2” susunan mikrotubula.

2. Mikrofilamen

Mikrofilamen atau filamen aktin adalah bagian dari kerangka sel (sitoskeleton)
yang berupa batang padat berdiameter sekitar 7 nm dan tersusun atas protein aktin, yaitu
suatu protein globular. Dengan bergabung dengan protein lain, mikrofilamen sering
membentuk jalinan tiga dimensi persis di dalam membran plasma yang membantu
mendukung bentuk sel. Jalinan ini membentuk korteks “lapisan sitoplasma luar” sel
tersebut mempunyai kekentalan semi padat seperti gel yang berlawanan dengan keadaan
sitoplasma dalamnya yang lebih cair. Mikrofilamen bersifat labil karena midah terakit
dan mudah terurai.
• Ciri-Ciri Mikrofilamen
Dalam sel mikrofilamen biasanya ditemukan berkumpul di sekitar pinggiran,
tepat di bawah permukaan luar. Disini merka dapat mengatur bentuk sel, menanggapi

6
perubahan dilingkungan sekitarnya. Filamen tipis berperan dalam membentuk proyeksi
kecil dari permukaan sel, yang dikenal sebagai mikrovili. Mereka juga dapat
membentuk tonjolan yang lebih besar, memungkinkan sel untuk bergerak dengan cara
seperti amoeba melintasi permukaan. Mikrofilamen juga terlibat dalam perluasan
permukaan beberapa sel kekebalan untuk menelan zat yang tidak diinginkan.

Di dalam otot filamen aktin bergabung dengan filamen miosin sedemikian rupa
sehingga memberikan otot kekuatan dan kemampuan untuk kontraksi mereka. Filamen
miosin dibundel bersama untuk membentuk apa yang disebut filamen tebal, dengan
diameter sekitar 15 nanometer. Tumpukan filamen tebal dan tumpukan filamen tipis
diatur secara bergantian sepanjang serta otot, dengan tujuan mereka sedikit tumpang
tindih satu sama lain. Selama kontraksi otot, hubungan antara filamen tipis dan tebal
yang dibuat dan putus-putus, menyebabkan filamen untuk meluncur melewati satu sama
lain dalam gerakan seperti roda gigi.

• Ultrastruktur Mikrofilamen
1. Batang padat berdiameter sekitar 7 nm
2. Dua untai aktin yang teranyam, masing-masing merupakan polimer
subunit aktin
3. Tersusun atas molekul-molekul aktin
• Fungsi Mikrofilamen
1. Mempertahankan bentuk sel (unsur penahan-tegangan)
2. Perubahan bentuk sel
3. Kontraksi otot

7
4. Aliran sitoplasmik
5. Menahan tegangan “gaya tarik”
3. Filamen intermediet
Filamen intermediat merupakan bagian dari kerangka sel (sitoskeleton) yang
memiliki diameter antara 8 hingga 12 nm, lebih besar daripada
diameter mikrofilamen tetapi lebih kecil daripada diameter mikrotubula, yang fungsinya
untuk menahan tarikan (seperti mikrotubula). Filamen intermediet terdiri dari berbagai
jenis yang setiap jenisnya disusun dari subunit molekuler berbeda dari
keluarga protein yang beragam yang disebut keratin. Dibandingkan mikrofilamen dan
mikrotubula yang sering dibongkar-pasang dalam berbagai macam bagian sel. Filamen
intermediet termasuk peralatan sel yang lebih permanen. Perlakuan kimiawi yang
memindahkan mikrofilamen dan mikrotubula dari sitoplasma meninggalkan jalinan
filamen intermediet yang mempertahankan bentuk aslinya. Berbagai jenis filamen
intermediet kemungkinan berfungsi sebagai kerangka keseluruhan sitoskeleton,

8
• Ultrastruktur Filamen Intermediat
1. Berdiameter 8-12 nm. Lebih besar dari diameter mikrofilamen namun lebih
kecil dari mikrotubulus
2. Memiliki protein fibrosa (berserat) yang sangat mengumpar menjadi kabel
yang lebih tebal
• Fungsi Filamen Intermediet
1. Mempertahankan bentuk sel (unsur penahan-tegangan)
2. Tambatan nucleus dan organel lain tertentu
3. Pembentukan lamina nucleus
4. Fungsi Sitoskeleton
• Mengatur distribusi dan tingkah laku dinamis dari filamen.
• Memberikan kekuatan mekanik pada sel.
• Sitoskeleton menjaga bentuk sel (binatang) dengan desain arsitekturalnya dan sebagai
tempat berlabuh bagi organela di dalam sitosol.
• Menjadi kerangka sel.
• Sitoskeleton bertanggung jawab dalam motilitas di dalam sel, seperti kontraksi otot
dan siklosis, pergerakan internal dari sitoplasma.
• Membantu gerakan substansi dari satu bagian sel ke bagian yang lain.
• Selama siklosis, organela dipindahkan di sepanjang saluran sitoskeletal di dalam
sitosol.
• Sitoskeleton bertanggung jawab untuk pergerakan sel dan pergerakan eksternal seperti
pergerakan amuboid dari sel darah putih dan migrasi sel selama perkembangan.
• Sitoskeleton juga berperan dalam pembelahan sel

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sitoskeleton adalah sebuah kerangka yang terkandung di dalam sitoplasma sel.


Sitoskeleton ada dalam semua sel. Awalnya banyak yang menganggap bahwa
sitoskeleton hanya terdapat di dalam sel eukariotik, tetapi penelitian terbaru menunjukkan
bahwa sitoskeleton juga terdapat di dalam sel prokariotik. Sitoskeleton berupa jaring
berkas-berkas protein. Dengan adanya sitoskeleton, sel dapat memiliki bentuk yang
kokoh, berubah bentuk, mampu mengatur posisi organel, berenang, serta merayap di
permukaan.

B. Saran

Makalah ini masih dalam pengembangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu
dalam pengembangannya di butuhkan saran dan kritik untuk perkembangan makalah ini
agar dapat lebih baik lagi, dan bisa bermanfaat bagi kami dan orang lain.

10
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

Gross, Trevor dkk. 1995. Introoductory Microbiology. London: Chapmaan & hall University
and Proffesional Dinsion

http://exactstudy.blogspot.com/2013/11/tentang-sitoskeleton.html

https://cintabiologi111506459.wordpress.com/2018/05/14/sitoskeleton/

http://oryza-sativa135rsh.blogspot.com/2010/05/struktur-dan-fungsi-sitoskeleton.html

11

Anda mungkin juga menyukai