PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sel merupakan unit struktural dan fungsional yang kompleks. Kemajuan
dalam bidang biologi sel maupun bidang kimia memberikan manfaat yang sangat
besar untuk mengetahui sel lebih dalam. Penemuan mikroskop elektron memberikan
kemudahan bagi kita untuk mempelajari tentang struktur sel hingga tingkat
milimikron seperti organel dan struktur makromolekul yang berukuran besar.
Kemajuan bidang kimia dapat digunakan untuk membantu memahami struktur
molekul dari sel.
Perkembangan dalam ilmu pengetahuan khususnya biologi sel memberikan
kita kesadaran bahwa interior di dalam sel tidak sekedar penuh dengan cairan
sitoplasma. Penemuan-penemuan dan penelitian mengenai struktur sel
mengungkapkan bahwa interior dari sel eukariotik sangat berstruktur dan kompleks.
Salah satu bagiannya yaitu sitoskeleton. Sitoskeleton merupakan jaringan kompleks
yang menghubungkan filament dan tubulus yang memanjang diseluruh bagian sitosol
dari nukleus hingga kebagian permukaan membran plasma. Sitoskeleton memainkan
peran penting untuk pergerakan sel dan pembelahan sel dan pada sel eukariot,
sitoskeleton secara aktif menggerakkan organel terikat membrane didalam sitosol.
Komponen sitoskeleton bervariasi sesuai dengan struktur penyusun, dinamika
serta peranan biologisnya di dalam sel. Variasi-variasi tersebut memiliki mekanisme
dasar yang sama sehingga sitoskeleton mampu memainkan peran bagi sel melalui
koordinasi dari komponen penyusunnya
Makalah ini akan membahas komponen-komponen penyusun sitoskeleton dan
peranan sitoskeleton dalam pergerakan sel.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu sitoskeleton?
2. Bagaimana struktur komponen utama penyusun sitoskeleton?
1
3. Bagaimana struktur dan fungsi, pembentukan, serta pergerakan dan
peranan masing-masing komponen penyusun sitoskeleton?
C. Tujuan
1. Memahami informasi umum mengenai sitoskeleton
2. Memahami struktur komponen utama penyusun sitoskeleton
3. Memahami struktur dan fungsi, pembentukan, pergerakan serta pergerakan
masing-masing komponen penyusun sitoskeleton
2
BAB II
PEMBAHASAN
4
Apabila diiris secara melintang, mikrotubulus tersusun atas larik longitudinal
dari polimer linear yang disebut protofilamen.Mikrotubulus tersusun atas 13
protofilamen sejajar yang masing-masingnya tersusun atas serangkaian α-tubulin dan
β-tubulin yang saling bergantian.Protofilamen terbentuk dengan ujung yang terbuka,
β-tubulin menjadi ujung (+) dan α-tubulin menjadi ujung (-).Perbedaan tersebut
didasarkan pada laju pertumbuhan dari kedua ujung mikrotubul tersebut.Ujung
mikrotubulus yang tumbuh dan menyusut dengan cepat disebut ujung positif (+)
sedangkan ujung mikrotubulus yang pertumbuhan dan penyusutannya berlangsung
lambat disebut dengan ujung negatif (-). Penjelasan lebih dalam mengenai laju
pertumbuhan ujung mikrotubulus tersebut akan dibahas pada pokok bahasan
pembentukan mikrotubuls.
Beberapa mikrotubulusaksonemal mempunyai bentuk yang kompleks karena
tersusun atas mikrotubulus ganda maupun triplet.Mikrotubulus ganda dan triplet
mengandung satu tubule yang tersusun atas 13 protofilamen yang utuh sedangkan
tambahan dua tubule lainnya tersusun atas 10 atau 11 protofilamen.Mikrotubulus
dengan protofilamen ganda ditemukan pada silia dan flagel sedangkan triplet
ditemukan di basal body dan sentriol.Struktur protofilamen singlet, doublet dan triplet
dapat dilihat pada Gambar 2.
Sub unit tubulin pada mikrotubul merupakan heterodimer yang terbentuk dari
dua protein (dimer) disebut α-tubulin dan β-tubulin yang terikat kuat oleh ikatan non
kovalen (Gambar 3). Kedua jenis protein tubulin tersebut tergabung menjadi αβ
tubulin yang tersusun secara berseling dan hanya dapat ditemukan pada heterodimer
5
tersebut (tidak pernah tersusun dengan susunan lainnya). Setiap monomer α atau β
mempunyai situs pelekatan untuk satu molekul GTP.GTP (pada gambar berwarna
merah) berikatan dengan sisi α-tubulin dan bersifat ireversibel, sedangkan GTP yang
berikatan dengan β-tubulin bersifat reversibel, yaitu mampu berubah menjadi GDP
(pada gambar berwarna biru). Pengikatan GDP pada sub unit β-tubulin menyebabkan
terjadinya penambahan sub unit dimer yang baru. GDP tersebut merupakan hasil dari
hidrolisis GTP dan mempunyai peran penting dalam dinamika mikrotubul.Taxol pada
struktur tubulin membuat struktur dimer lebih stabil.
6
Gambar 4. Struktur sentrosom sebagai pusat pengatur mikrotubulus
(Karp, 2010)
Mikrotubulus terbentuk dari polimerasi reversible dari dimers tubulin.
Langkah perakitan mikrotubulus dari dimer hingga membentuk sebuah protofilamen
adalah sebagai berikut (lihat Gambar 5):
1) Pengumpulan dimer tubulin menjadi gugus atau kelompok yang disebut sebagai
oligomer. Oligomer tersebut berperan seperti “inti sel” yang merupakan asal dari
pertumbuhan mikrotubul sehingga proses ini disebut nukleasi (nucleation). Proses
nukleasi ini menghasilkan protofilamen yang tersusun atas dimer αβ tubulin
2) Protofilamen berasosiasi menjadi dinding protein
3) Ketika mikrotubulus telah ternukleasi, maka mikrotubulus tersebut akan tumbuh
dengan cara menambahkan subunit pada kedua ujung sisinya melalui proses
elongasi (elongation). Selain proses pemanjangan, terjadi juga proses
pembongkaran sub unit pada ujung-ujungnya menyebabkan terjadinya proses
pemendekan.
7
Gambar 5.Proses perakitan mikrotubulus
9
Tabel 1. Protein-protein yang Terikat pada Mikrotubulus
Protein Letak Fungsi
MAP1 Dendrit, akson, Menstabilkan dan
sel non-neuronal membentuk mikrotubul
MAP2 Dendrit Menstabilkan dan
membuat hubungan
saling silang antar
mikrotubul dan antara
mikrotubul dan filament
intermediet
MAP4 Pada kebanyakan Menstabilkan
Protein yang
tipe sel mikrotubulus
menstabilkan
Tau Dendrit dan Menstabilkan dan
mikrotubulus
akson membuat hubungan
saling silang antar
mikrotubul dan antara
mikrotubul dan filament
intermediet
CLIP170 Pada kebanyakan Membuat hubungan
tipe sel saling silang
mikrotubulus dengan
endosom dan kromosom
Protein yang Katanin Pada kebanyakan Merombak mikrotubulus
tidak tipe sel
menstabilkan OP18 Pada kebanyakan Mengikat dimer tubulin
mikrotubulus (stathmin) tipe sel
10
Mikrotubulus menyediakan lintasan kaku untuk transportasi atau pergerakan
vesikel danberbagai macam organel yang dilingkupi membran.Akan
tetapi,mikrotubulus tidak secara langsung menghasilkan energi yang digunakan untuk
pergerakan. Mekanisme dasar pergerakan tergantung pada motor protein yang
berasosiasi dengan mikrotubul yang terikat oleh vesikel atau organel dan kemudian
“berjalan” sepanjang mikrotubul menggunakan ATP sebagai sumber energy. Selain
itu, motor protein mengenali muatan atau polaritas dari mikrotubul sehingga masing-
masing protein motor mempunyai arah pergerakan tertentu. Protein motor pada
mikrotubul pada umumnya ada dua kelompok utama yaitu kinesin dan dynein.
Kinesins adalah protein motor yang bekerja disepanjang mikrotubul. Kinesin
bergerak menuju ujung positif yaitu menjauhi sentrosom.Struktur kinesin menyerupai
miosin II dengan dua rantai berat dan dua rantai ringan tiap satu rantai berat. Kinesin
memiliki motor domain dibagian kepala dan ekor sehingga kinesin dapat bergerak ke
arah ujung positif (menjauhi sentrosom) dan ujung negatif (melekat pada sentrosom)
pada mikrotubul (Alberts, et al., 2008)
11
Kinesin berperan dalam sisrem endomembrane pada sel. Endomembrane
merupakan kompleks jaringan tubulus yang terikat membrane dan merupakan bagian
penting dalam proses transportasi hasil sintesis protein atau pelepasan Ca oleh badan
golgi. Badan golgi berfungsi menerima protein yang terbuat di R lalu melakukan
distribusi protein tersebut kepada bagian-bagian sel tertentu. Pada proses ini, protein
didistribusikan melalui vesikel sehingg ada aliran vesikel yang terus –menerus dari
dan keluar badan golgi. Vesikel dibawa oleh motor mikrotubulus pada lintasan
mikrotubulus.
Dyneins memiliki orientasi ke arah ujung negatif (dekat sentrosom) pada
mikrotubul.Dynein tersusun dari dua atau tiga rantai berat dengan masing-masing
memiliki motor domain.Ada dua kategori dynein yaitu dynein sitoplasma
(cytoplasmic dyneins) dan axonemal dyneins.Dynein sitoplasma memiliki tipe rantai
berat berupa homodimer dengan dua kepala beserta motor domain-nya.Sedangkan,
axonemal dyneins dengan heterodimer dan heterotrimer spesial untuk kecepatan
gerak seperti pada silia dan flagel (Alberts, et al., 2008).
12
Dyneins memiliki orientasi ke arah ujung negatif (dekat sentrosom) pada
mikrotubul.Dynein tersusun dari dua atau tiga rantai berat dengan masing-masing
memiliki motor domain.Ada dua kategori dynein yaitu dynein sitoplasma
(cytoplasmic dyneins) dan axonemal dyneins.Dynein sitoplasma memiliki tipe rantai
berat berupa homodimer dengan dua kepala beserta motor domain-nya.Sedangkan,
axonemal dyneins dengan heterodimer dan heterotrimer spesial untuk kecepatan
gerak seperti pada silia dan flagel (Alberts, et al., 2008).
13
Gambar 15. Dynein aksonemal dan pergerakan silia
14
B. Pergerakan Mikrotubul pada Mitosis
1. Profase
Benang-benang kromatin menduplikasi diri dan berkondensasi menjadi
kromatid. Dua kromatid diikat menjadi satu pada daerah sentromer menjadi
kromosom. Sentromer sendiri diikat oleh kinetokor. Dan kinetokor diikat oleh
mikrotubul kinetokor. Pada akhir profase menuju prometafase, selubung inti akan
pecah terurai.
2. Prometafase
Pecahnya selubung inti menyebabkan mikrotubul yang tadinya berada diluar
inti dapat memasuki daerah inti. Akhir dari prometafase ditandai dengan bergeraknya
kromosom ke bidang ekuator pembelahan.
15
masing. Mikrotubul kinetokor selanjutnya menggerakkan kromosom ke bidang
ekuator, jadi kromosom tertata di tengah ekuator. Hal ini terjadi karena adanya gaya
tarik-menarik yang sama kuat dari masing-masing kutub pembelahan.
5. Telofase
Tahap ini diawali dengan terakitnya kembali selubung nukleus di sekeliling
tiap kelompok kromosom baru. Mikrotubul kinetokor menghilang, tetapi mikrotubul
kutub masih tetap ada.
16
Gambar 21. Telofase, Mikrotubul kinetokor menghilang,
mikrotubul kutub masih panjang
6. Sitokinesis
Pelekukan terjadi ditengah bidang pembelahan karena aktivitas cincin
kontraktil. Pelekukan ini menyebabkan mikrotubul kutub menjadi tumpang tindih.
Mikrotubul yang saling tumpang tindih tersebut membentuk mid body. Mid body ini
berfungsi sebagai tambatan dua sel anakan.
18
pergerakan sel. Berkas pararel mikrofilamen juga merupakan penyusun struktur
mikrovili yang ditemukan pada kebanyakan sel hewan.
Aktin adalah protein yang melimpah dalam hampir semua sel-sel eukariotik
termasuk tumbuh-tumbuhan, alga dan jamur. Filamen aktin terbuat dari sub-unit yang
bulat dan padat seperti pada sub-unit penyusun mikrotubul. Sub-unit aktin untuk
filamen aktin dan sub-unit tubulin untuk mikrotubul. Semua sub-unit tersusun
berbentuk heliks (sekrup) yang saling berasosiasi dengan kombinasi kontak protein
ujung dengan ujung dan sisi dengan sisi. Masing-masing sub-unit memiliki ikatan
kovalen (polar) membentuk satu kesatuan bersama-sama denga polimer biologi
seperti DNA, RNA, dan protein. Kendati demikian antara tiga tipe polimer penyusun
sitoskeleton memiliki ikatan non-kovalen. Konsekuensinya adalah pemasangan dan
pemisahan polimer dapat terjadi dengan cepat tanpa merusak ikatan kovalen
subunitnya (Alberts, et al., 2008).
19
Gambar 24 . Struktur Filamen Aktin
Sub-unit aktin adalah bulatan tunggal dari rantai polipeptida, dan lebih banyak
ditemukan dalam bentuk monomer daripada dimer. Masing-masing sub-unit aktin
memiliki sisi yang khusus untuk berikatan dengan nukleotida. Nukleotida yang cocok
berikatan dengan aktin adalah ATP atau ADP. Filamen aktin memiliki dua ujung yaitu
ujung (+) (pertumbuhan cepat) dan ujung (-) (pertumbuhan lambat).
20
Gambar 25. Struktur Filament Aktin
(Becker, 2010)
Sebagai filamen elongasi, penurunan konsentrasi monomer bebas. Pada titik ini,
monomer terus ditambahkan di ujung ditambah dari filamen, namun kekurangannya
dari subunit terjadi pada akhir dikurangi. Sebagai konsentrasi monomer bebas jatuh,
di titik dicapai di mana dua reaksi di ujung-ujung filamen seimbang sehingga baik
panjang filamen dan konsentrasi monomer bebas tetap konstan (langkah 4). Jenis
keseimbangan antara dua kegiatan yang berlawanan adalah contoh steady state dan
terjadi ketika konsentrasi ATP-aktin adalah sekitar 0,3 M. Karena subunit sedang
ditambahkan ke ditambah berakhir dan dihapus dari minus ujung setiap filamen di
steady state, posisi relatif subunit individu dalam setiap proses filamen terus bergerak
yang dikenal sebagai “treadmilling” (langkah 4-5). Studi pada sel-sel hidup yang
mengandung subunit aktin fluorescently berlabel telah mendukung terjadinya
treadmilling in vivo.
23
Gambar 27. Perakitan Aktin In vitro
Struktur filamen aktin terbentuk melalui beberapa proses yaitu fase lag
(nucleation), fase pertumbuhan (elongation), dan fase equilibrium (steady state).
Pertamas, fase lag adalah fase dimana sub-unit aktin saling berikatan membentuk
oligomer. Fase ini adalah fase yang oligomernya mudah lepas karena penghalang
berupa gerak dan sangat butuh waktu yang lama, tergantung seberapa banyak sub-unit
aktin yang bergabung bersama-sama membentuk nukleus. Kedua, fase pertumbuhan
adalah fase dimana oligomer mendapat pasangan dari subunit aktin tambahan
sehingga filamen aktin semakin panjang (tumbuh). Ketiga, fase equilibrium adalah
fase dimana laju sub-unit aktin yang bergabung di salah satu ujung sama dengan laju
sub-unit yang lepas di ujung lainnya. Kondisi ini disebut dengan critical
concentration (Cc). Ada dua tipe pembentukan yaitu; a) dimulai dari fase lag, b)
dimulai dari fase pertumbuhan (Alberts, et al., 2008, p. 973). Berikut adalah gambar
dari skema pembentukan filamen aktin.
24
Gambar 28. Pembentukan Filamen Aktin
25
Gambar 29. Susunan filamen aktin sel fibroblast
26
oleh sepasang reseptor protein-G (G-protein-coupled). Sepasang reseptor protein-G
ditemukan di hampir seluruh permukaan sel, tetapi lebih mudah berikatan di bagian
depan yang dekat dengan ligan/stimulan dari bakteri (chemoattractant).
27
Amoeba adalah sel predator. Amoeba bergerak dengan cara merayap pada
permukaan lingkungannya untuk mencari makanan atau menyerang makhluk bersilia
dan berflagel lainnya. Sel yang merayap melakukan suatu proses terintegrasi dengan
kompleksitas tinggi. Hal ini tergantung pada jangkauan filamen aktin pada bagian
korteks di bawah membran plasma untuk merentang dan menempel pada permukaan
lingkungannya.
Tiga aktivitas berbeda terjadi ketika sebuah sel bergerak merayap
(lamellipodium). Menonjol keluar (protrusion) yaitu dimana struktur aktin membuat
jangkauan menonjol ke depan dari sel tersebut. Menempel (attachment) yaitu
sitoskeleton aktin terhubung melintasi membran plasma menuju lapisan substratum
dan pada bagian belakang melakukan kontraksi mendorong badan sel. Terakhir, daya
tarik (traction) dimana hal ini adalah yang utama dengan menyeret sitoplasma ke arah
depan (Alberts, et al., 2008)
28
untuk melakukan gerak perpindahan di bagian protein molekul. Myosin memiliki
struktur lengan untuk berikatan dengan struktur terang dan kepala dengan bentuk
spiral menyerupai piston. Ada beberapa siklus untuk menimbulkan suatu pergerakan
sel, yaitu penempelan, pelepasan, penegakkan, membangkitkan gaya, dan
penempelan kembali.
30
Setiap tipe tersusun dari sub unit molekular berbeda yang tergolong kedalam suatu
famili protein, yang beranggotakan keratin.
Salah satu fungsi dari filamen intermediet adalah membantu sel dalam
mempertahankan diri dari tekanan mekanis. Kumpulan dari monomer-monomer yang
bergabung dan membentuk dimer tersebut lama kelamaan akan berbentuk seperti tali
31
dan jarring .Berikut merupakan gambar ilustrasi struktur filamen intermediet dalam
mempertahankan diri dari tekanan mekanis:
32
intermediate adalah nuclear lamina A, B, dan C, yang membentuk jaring filamen
sepanjang permukaan bagian dalamdari membrane nuclear pada hampir semua sel
eukariotik, termasuk yang ada di tanaman. Neurofilamen yang ditemukan di sel
dalam sistem saraf embrio terbuat dari nestin, yang merupakan kelas VI.Karena
protein dan gen IF telah diurutkan, telah menjadi jelas bahwa protein ini dikodekan
oleh genterkait tunggal dan oleh karena itu dapat diklasifikasikan menurut urutan
urutan asam amino juga. Enam kelas protein filament intermidiate telah dibedakan
atas dasar ini (lihat Tabel 15-4).
Karena spesifisitas jaringan filamen intermediat, sel hewan dari jaringan yang
berbeda dapat dibedakan berdasarkan protein IF yang ada, seperti yang ditentukan
oleh mikroskop imunofluoresensi. Jenis filamen antara ini berfungsi sebagai alat
diagnostik dalam kedokteran. Diamana sangat berguna dalam diagnosis kanker karena
sel tumor diketahui mempertahankan karakteristik protein IF dari jaringan asal,
terlepas dari mana tumor terjadi di tubuh. Karena pengobatan yang tepat seringkali
bergantung pada jaringan asalnya, Diamana sangat berharga dalam kasus dimana
diagnosis menggunakan teknik mikroskopik konvensional itu sulit.
2.5.3 Pembentukan Filamen Intermediate
Sebagai produk dari gen terkait, semua protein filament intermidiate memiliki
beberapa keistimewaan, walaupun berbeda secara signifikan dalam ukuran dan sifat
kimia. Berbeda dengan aktin dan tubulin, semua protein filament intermidiate adalah
protein berserat, bukan globular.Semua protein Filamen Intermediate memiliki pusat
homologrodlike domain dari 310-318 asam amino yang telah dikonservasi secara luar
33
biasa dalam ukuran, dalam struktur sekunder, dan, sampai batas tertentu, secara
berurutan.Domain pusat ini terdiri dari empat segmen helip bergulung diselingi
dengan tiga segmen penghubung pendek.Mengapit domain heliks pusat adalah
domain N-dan C-terminal yang sangat berbeda ukuran, urutan, dan fungsi di antara
protein Filamen Intermediate, mungkin memperhitungkan keanekaragaman
fungsional protein ini.
Model yang mungkin untuk perakitan Filamen Intermediate ditunjukkan pada
Gambar 15-23.Unit struktural dasar dari filamen intermediate terdiri dari dua
polipeptida Filamen Intermediateyang terjalin menjadi gulungan koil.Domain heliks
pusat dari dua polipeptida sejajar secara paralel, dengan daerah N dan C menjadi
terminal menonjol sebagai domain bulat di setiap ujungnya. Dua dimer tersebut
kemudian menyelaraskan lateral untuk membentuk protofilamen tetramerik.
Protofilamen berinteraksi satu sama lain, bergabung dengan cara yang tumpang tindih
untuk membangun struktur berserabut secara lateral dan longitudinal. Ketika dirakit
sepenuhnya, filamen perantara terdiri dari delapan protofilamen tebal pada titik
tertentu, dengan protofilamen mungkin bergabung sampai ujung ke ujung dengancara
tumpang tindih.
34
Gambar 37. Perakitan Filamen Intermedia
35
dengan arah stres. Sifat penahan stres dari sitoskeleton penting dalam sel epitel
seperti yang melapisi usus.Sel-sel ini mengalami tekanan sebagai otot polos di dalam
dinding usus dan memberi tekanan pada isi usus.
36
BAB III
PENUTUP
2.4 Kesimpulan
1. Sitoskeleton merupakan jaringan kompleks yang menghubungkan filament dan
tubulus yang memanjang diseluruh bagian sitosol dari nukleus hingga kebagian
permukaan membran plasma.
2. Sitoskeleton tersusun atas mikrotubulus, mikrofilamen aktin dan filament
intermediet.
3. Setiap komponen utama sitoskeleton memiliki struktur dan fungsi, pembentukan
dan pergerakan sel yang berbeda tergantung pada protein motor yang
menggerakannya.
3.2 Saran
Perlu adanya tambahan informasi tentang struktur kimia masing-masing
komponen sehingga akan lebih baik untuk pemahaman secara molekulernya.
37
DAFTAR RUJUKAN
Alberts, B., dkk. 2010. Molecular Biology of The Cell Sixth Edition. New York:
Garland Science, Taylor & Francis Group.
Alberts, B., dkk. 2008. Molecular Biology of The Cell Fifth Edition. New York:
Garland Science, Taylor & Francis Group.
Beckers, dkk. 2012. World of the Cell Eight Edition. New York : Pearson
Campbell, N.A. 1993. Biologi. California : The Benjamin Commings Publishing
Company.
Karp G, dkk. 2010. Cell and Molecular Biology Sixth Edition. New York : John
Wiley & Sons Inc.
Lodish, H., dkk. 2007. Molecular Cell Biology Sixth Edition. New York: W. H.
Freeman and Company.
38