Anda di halaman 1dari 17

Mekanisme Oganogenesis Derivate Ectoderm

Makalah

Disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Embriologi Hewan
Dosen Pengampu : Iseu Laelasari P, M.Pd.

Disusun oleh:
1. Baiti Rizki (1810810040)
2. Dita Sulistiani (1810810046)
3. Muhammad Rikza Musthofa (1810810050)
4. Alfika Auliana (1810810058)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS TARBIYAH
PROGAM STUDI TADRIS BIOLOGI
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses perkembangan organ pada makhluk hidup terjadi akibat
proses organogenesis akibat perkembangan tiga lapisan germinal embrio
(ektoderm, mesoderm, endoderm) yang terbentuk pada fase gastrula.
Organogenesis merupakan gabungan dua fase pertumbuhan yang meliputi
pertumbuhan antara dan pertumbuhan akhir.
Masing-masing lapisan germinal tersebut akan berkembang dan
membentuk organ-orgna derivatnya. Misalnya pada lapisan ektoderm akan
berkembang menjadi epidermis kulit dan derivat-derivatnya (meliputi
kelenjar keringat dan folikel rambut), kornea dan lensa mata, sistem saraf.
Kemudian lapisan mesoderm yang akan berkembang menjadi sistem
rangka, sistem otot, lapisan otot lambung dan usus, sistem ekskresi, sistem
sirkulasi. Sedangkan lapisan endoderm akan membentuk epitel pelapis
saluran pencernaan, epitel pelapis sistem respirasi, pelapis uretra, kandung
kemih, dan sistem reproduktif, hati, dan pankreas.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar organogenesis?
2. Bagaimana proses pembentukan derivat ektoderm ?
a. Pembentukan sistem saraf pusat
b. Pembentukan mata
c. Pembentukan kulit
d. Pembentukan wajah
e. Pembentukan hidung
f. Pembentukan telinga

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar organogenesis
2. Untuk mengetahui proses pembentukan derivat ektoderm pada :
a. Pembentukan sistem saraf pusat
b. Pembentukan mata
c. Pembentukan kulit
d. Pembentukan wajah
e. Pembentukan hidung
f. Pembentukan telinga
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Organogenesis


Organogenesis merupakan proses pembentukan organ akibat
perkembangan tiga lapisan germinal embrio (ektoderm, mesoderm,
endoderm) yang terbentuk pada fase gastrula.1 Organogenesis
mmerupakan gabungan dari dua fase pertumbuhan, yaitu pertumbuhan
antara dan pertumbuhan akhir.
1. Periode Pertumbuhan Antara
Pertumbuhan antara merupakan fase perubahan atau
diferensiasi embrio dari bentuk primitif menjadi fetus (bentuk
definitif). Bentuk primitif diartikan sebagai bentuk embrio sebelum
memasuki fase organogenesis, dimana belum terlihat jelas ciri khas
spesies embrio. Sedangkan bentuk definitif adalah bentuk embrio
yang secara morfologi sudah terlihat bentuk spesifikasinya, seperti
bentuk manusia, sapi, ayam dan lain-lain. Pada fase pertumbuhan
antara, lapisan germinal embrio, meliputi lapisan ektoderm,
mesoderm dan endoderm akan mengalami deferensiasi menjadi
bagian-bagian tubuh dan derivatnya.
2. Periode Pertumbuhan Akhir
Periode ini merupakan proses penyelesaian bentuk definitif
menjadi individu yang lengkap dengan organ dan fungsinya,
misalnya jenis kelamin, karakter fisik dan roman wajah sebelum
dilahirkan. 2
Deferensiasi lapisan germinal pada proses organogenesis berubah
menjadi berbagai organ tubuh makhluk hidup.
1. Lapisan Ektoderm merupakan lapisan terluar dari embrio.
Bagian yag termasuk ektoderm adalah epidermis kulit dan
derivat-derivatnya (meliputi kelenjar keringat dan folikel
1
Herlina Pratiwi dan Aulia Firmawati. Embriologi Hewan.( Universitas Brawijaya Press,
2019), 8
Priyantini Widiyaningrum. Embriologi Hewan. (Semarang : Penerbit FMIPA
2

Universitas Negeri Semarang, 2019), 76-77


rambut), epitel pelapis mulut dan anus, kornea dan lensa mata,
sistem saraf, reseptor sensoris pada epidermis, medula adrenal,
email gigi, epitel kelenjar pineal dan pituitari.
2. Lapisan Mesoderm merupakan lapisan diantara ektoderm dan
endoderm. Bagian yang termasuk derivat mesoderm adalah :
notokord, sistem rangka, sistem otot, lapisan otot lambung dan
usus, sistem ekskresi, sistem sirkulasi dan limfatik, sistem
reproduktif (kecuali sel-sel germinal), dermis kulit, pelapis
rongga tubuh, dan korteks adrenal.
3. Lapisan endoderm merupakan lapisan paling dalam dari
embrio. Derivat endoderm meliputi epitel pelapis saluran
pencernaan, epitel pelapis sistem respirasi, pelapis uretra,
kandung kemih, dan sistem reproduktif, hati, pankreas, timus,
serta kelenjar tiroid dan paratiroid.3

B. Pembentukan Organ Derivat Ektoderm


1. Pembentukan Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat merupakan integrasi dan kontrol seluruh
aktifitas tubuh. Sistem saraf pusat berasal dari pembentukan bumbung
neural (neural tube) yang dihasilkan pada proses neurulasi. kemudian
berdiferensiasi menjadi otak (brain) dan medulla spinalis (sumsum
tulang belakang).4
1) Otak (Brain)
Otak merupakan alat tubuh yang paling penting dan sebagai
pusat pengatur dari segala kegiatan manusia yang terletak di
dalam rongga tengkorak. Otak embrio terbentuk akibat
diferensiasi neural tube bagian anterior yang berkembang
menjadi 3 bagian yaitu :
a. Forebrain (Prosencephalon)
b. Midbrain (Mesencephalon)
3
Suhirman. Biologi Umum: Tinjauan Konsep Botani dan Zoologi. (Mataram: Sanabil,
2017), 190
4
Priyanti Widyaningrum. Embriologi Hewan. (Semarang : Penerbit FMIPA Universitas
Negeri Semarang, 2019), 80
c. Hindbrain (Rhombencephalon)

Gambar 1. Perkembangan Otak

Dalam proses perkembangannya, prosencephalon mengalami


diferensiasi lanjut dan terbagi menjadi telencephalon dan
diencephalon. Mesencephalon tidak mengalami perkembangan.
Selain itu rhombencephalon juga berkembang menjadi
metencephalon dan myelencephalon. Dengan demikian
akhirnya otak terdiri dari 5 bagian definitif.5

Gambar 2. Pembagian 5 bagian otak


2) Medula Spinalis
Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam
rongga tulang belakang, mulai dari ruas-ruas leher sampai ruas-
ruas tulang pinggang. Medula spinalis terbentuk akibat
perkembangan neural tube posterior. Dinding tabung saraf yang
baru tertutup tersusun atas neuroepitel sel yang kemudian
melakukan diferensiasi dan proliferasi sampai membentuk 3

5
Wildan Yatim, Reproduksi dan Embryologi, (Bandung, TARSITO : 1994): 261-262
lapisan, yaitu lapisan ependima, lapisan mantel, dan lapisan
marginal.
a. Lapisan Ependima, tersusun atas sel-sel ependima yang
nantinya akan melapisi permukaan canalis centralis.
b. Lapisan Mantel, tersusun atas sel neuron pada bagian
badan sel. Lapisan mantel inilah yang akan menjadi
substansi grisea (grey area) dari sistem saraf pusat.
c. Lapisan marginal, merupakan lapisan terluar dari korda
spinalis yang mengandung serabut saraf seperti akson.
Kemudian akibat mielinasi serabut saraf, lapisan ini
tampak putih sehingga disebut substansia alba korda
spinalis (white area). 6

Gambar 3. Struktur Medula Spinalis


Pada perkembangan selanjutnya, akibat penambahan
neuroblas kearah lapisan mantel, maka masing-masing tabung
saraf memperlihatkan penebalan dorsal dan ventral. Penebalan
dorsal berkembang menjadi lempeng alar yang akan
membentuk area sensorik. Sedangkan penebalan ventral
berkembang menjadi lempeng basal yang membentuk area
motorik korda spinalis.7

6
Iqbal Taufiqurrahman. Embriologi Sistem Saraf. 2016.
http://www.slideshare.net/mobile/itaufiqqurrachman/c2-embriogenesis-sistem-saraf diakses pada
08 November 2020
7
Al-Muqsith. Embriologi Sistem Saraf Pusat. 2014.
http://repository.unimal.ac.id/id/eprint/3068 diakses pada 08 November 2020
2. Pembentukan Mata
Organ ini tumbuh berupa:
a. Evaginasi lateral diencephalon ke epidermis: optic vesicle
b. Placode epidermis: lens pit
c. Sel-sel mesenchyme sekitar8.
Pembentukan mata pada embrio manusia terbentuk pada usia
kehamilan sekitar 6 minggu. Proses yang terjadi yaitu9:
a. Presensefalon yang merupakan bakal diensefalon berevaginasi
kearah lateral (arah epidermis) membentuk vesikula optik
(optic vesicle).
b. Vesikula optik menginduksi ectoderm epidermis di depannya
untuk membentuk penebalan (plakoda) lensa.
c. Plakoda lensa berinvaginasi menjadi vesikula lensa kemudian
menginduksi belik vesikula optik untuk berinvaginasi menjadi
cawan optik (optic cup).
d. Cawan optik berdiferensiasi menjadi dua bagian, yaitu sebelah
luar menjadi retina berpigmen dan sebelah dalam menjadi
retina sensoris.
e. Bagian cawan optik yang menyempit disebut tangkai optik
(optic stalk) dan berhubungan dengan diensephalon.
f. Akson sel-sel ganglionik dari retina sensorik bertemu pada
bagian dasar mata sepanjang tangkai optik dan menjadi syaraf
optik (nervus opticus).
g. Vesikula lensa melepaskan diri dari ectoderm epidermis
menjadi lensa.
h. Lensa berdiferensiasi menjadi transparan. Hal ini berkaitan
dengan perubahan struktur sel dan sintesis protein secara
spesifik yang dinamakan kristalin.
i. Lensa kemudian menginduksi lapisan ectoderm epidermis yang
menutupinya menjadi kornea.

8
Wildan Yatim, Reproduksi dan Embriologi, (Bandung: TARSITO, 1994), hlm264
9
Priyantini Widiyaningrum, Embriologi Hewan, (Semarang: Penerbit FMIPA Universitas
Negeri Semarang, 2019), hlm 80
j. Kornea kemudian akan menjadi jernih dikarenakan pogmen
pada sel-selnya hilang.
k. Bagian tepi cawan optik yang tidak ikut berubah menjadi retina
sensorik akan berkembang menjadi iris mata.
l. Lapisan koroid dan sklera dibentuk dari mesenkim yang
berakumulasi mengelilingi bola mata.
m. Ectoderm epidermis yang ada di depan kornea akan menjadi
kelopak mata. Karena sel-sel yang ada ditengah bagian tersebut
mati menyebabkan terpisahnya kelopak mata atas dan bawah.

Gambar 4. Pembentukan mata

3. Pembentukan kulit
Proses pembentukan kulit diawali dengan dibentuknya bumbung
ektoderm. Mula-mula bumbung ektoderm membentuk selapis sel
epidermis kemudian tumbuh menjadi dua lapis sel. Dua lapis sel
tersebut terdiri dari periderm di sebelah luar dengan sel-sel gepeng dan
srtratum germinativum lapisan bagian dalam sel dengan sel berbentuk
kubus atau batang. Dilanjutkan munculnya sel-sel mesenkim di bawah
epidermis, sel mesenkim ini sebagian berasal dari somatik mesoderm.
Pada beberapa vertebrata lapisan kulit akan berdeferensiasi menjadi
berbagai lapisan sel, diantaranya pada epidermis membentuk sel
tanduk yang akan mengelupas secara periodik. Selain itu membentuk
derivat epidermis lainnya, yaitu pembentukan kelenjar keringat, sel
pigmen dan rambut/bulu10.
Embrio manusia yang berumur sampai satu bulan hanya memiliki
satu lapis penutup tubuh berupa selapis sel ektoderm berbentuk kubus.
Setelah itu sel-sel ektoderm membelah secara mitosis membentuk dua
lapis (periderm sebelah luar dan ektoderm sebelah dalam). Periderm
akan hilang sebelum bayi lahir dan pada akhir bulan kedua sel-sel
ektoderm berpoliferasi membentuk 2-3 lapis sel yang disebut stratum
germinativum. Kemudian sel-sel ini selalu aktif berpoliferasi. Setelah
itu terbentuk stratum spinosum diatasnya. Dilanjutkan pembentukan
stratum granulosumm yang terdiri dari 3-5 lapis sel, sel-selnya
memiliki granula keratohialin. Selanjutnya terbentuk stratum lusidium
(pada kulit tak berambut/kulit tebal) berupa selapis sel yang tipis.
Berikutnya terbentuknya stratum korneum yang merupakan lapisan
teratas epidermis.
Dermis pada kulit terbentuk dari sel-sel mesenkim yang berasal
dari mesoderm somatik. Sel-sel mesenkim membentuk jaringan ikat,
pembuluh darah serta otot polos yang berfungsi menegakkan rambut
pada kulit yang memiliki rambut. Saraf dan ujung-ujungnya yang
terdapat pada dermis kulit merupakan cabang dari saraf yang
memasuki kulit. Pada bulan ketiga dan keempat bayi jaringan korium
membentuk struktur papiler ireguler dan papilla dermis yang menonjol
keatas epidermis11.

10
Priyantini Widiyaningrum, Embriologi Hewan, (Semarang: Penerbit FMIPA
Universitas Negeri Semarang, 2019), hlm 78
11
Priyantini Widiyaningrum, Embriologi Hewan, (Semarang: Penerbit FMIPA
Universitas Negeri Semarang, 2019), hlm 79
Gambar 5. Pembentukan Kulit manusia

4. Pembentukan Wajah dan Hidung


Pembentukan wajah dimulai dari minggu ke-4. Facial
prominences terbentuk dari pharyngeal arches dan neural crest. Pada
embrio yang sedang berkembang, terdapat 6 pharyngeal arches yang
memiliki cabang aorta, cranial nerve dan batang tulang rawan ditiap
jaringannya. Sedangkan neural crest berasal dari sel khusus
neuralectoderm yang sudah terbentuk sebelumnya. Kemudian terdapat
maxillary prominences yang berdekatan dengan stomodeum,
mandibular prominence, frontonasal prominence dan nasal placodes.
Adapun gambarnya sebagai berikut:
Gambar 6. Sruktur Jaringan Pembentuk Wajah

Pada minggu ke-5 nasal placodes berinvaginasi membentuk nasal pits


yang selanjutnya membentuk lubang hidung. Kemudian pada waktu
yang sama nasal placodes membentuk tumpukan jaringan yang
meninggi yang disebut nasal prominences. Adapun nasal pits bagian
luar disebut lateral nasal prominence dan nasal pits bagian dalam
disebut medial nasal prominence.

Gambar 7. Usia Embrio A. 5 minggu, B. 6 minggu


Kemudian dua minggu berikutnya, maxillary prominences terus
mengalami pertambahan/ perbesaran ukuran sehingga mengakibatkan
medial nasal menuju ke arah tengah. Selain itu, celah antara maxillary
prominences dan medial nasal prominence hilang dan keduanya
melebur. Selanjutnya bagian atas bibir terbentuk dari dua maxillary
prominences dan dua medial nasal prominence. Sedangkan bagian
bawah bibir dan rahang terbentuk dari mandibular prominence yang
menyatu dan menuju ke tengah garis.12 Adapun gambarnya sebagai
berikut:
12
Thomas W.S. 2012. Langman’s medical embryology (12th Edition ed.). Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins. Hlm 175-178.
Gambar 8. Embrio berusia A. 7 minggu. B. 10 minggu. C. Fotografi embrio manusia

Adapun tabel jaringan dan derivat pembentuk wajah ialah sebagai


berikut:

Jaringan Derivat

Frontonasal Kening, pangkal hidung

Maxillary Pipi, bagian pinggir atas bibir

Medial nasal Bagian tengah atas bibir, ujung


hidung, puncak hidung

Lateral nasal Alae/ sayap hidung

Mandibular Bagian bawah bibir dan rahang

5. Pembentukan Telinga
Setelah janin memanjang lalu lipatan neural akan menutup dan
berubah menjadi bumbung. Penutupan dari lipatan neural dimulai
ditengah-tengah janin dan berangsur ke anterior dan posterior. Selain
itu terjadi pembentukan lengkung telinga yang akan menjadi tunas
telinga serta alat pendengar. Telinga terbagi menjadi tiga yaitu:
telingan dalam, tengah dan luar. Telinga dalam merupakan
perkembangan dari plakoda otika yang mengalami invaginasi ke arah
rhombensefalon. Telinga tengah merupakan sisa perkembangan katung
faring II. Lubang telinga merupakan sisa perkembangan celah faring
II, sedang daun telinga merupakan pertumbuhan lengkung faring I dan
II.
Telinga tengah merupakan rongga derivate dari kantung faring
berisi osikulus. Osikulus terdiri dari maleus, inkus, dan stapes. Maleus
kontak dengan membrane timpani, meneruskan getaran ke inkus lalu
ke stapes. Antara telinga dalam dan tengah terdapat jendela (fenestra).
Berhubungan dengan ronnga mulut melalui pipa eustachius.

Telinga luar terdiri dari daun telinga (pina) berasal dari peninggian
lengkung faring I dan II. Lubang telinga merupakan derivate celah
faring I. Membran timpani merupakan lapis mesodermal yang tidak
tembus sehingga membentuk membrane sebagai penerima getaran.

Gambar 9. Struktur Telinga

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Organogenesis merupakan proses pembentukan organ akibat
perkembangan tiga lapisan germinal embrio (ektoderm, mesoderm,
endoderm) yang terbentuk pada fase gastrula.
2. Pembentukan organ derivat ektoderm :
a. Pembentukan sistem saraf pusat
Sistem saraf pusat berasal dari pembentukan bumbung neural
(neural tube) yang dihasilkan pada proses neurulasi. kemudian
berdiferensiasi menjadi otak (brain) dan medulla spinalis (sumsum
tulang belakang).
b. Pembentukan mata
Proses pembentukan pada mata diawali dengan pembentukan
diensefalon yang kemudian berevaginasi membentuk vesikula
optik. Vesikula optik kemudian menginduksi epidermis dan
terbentuk plakoda lensa. Plakoda lensa berinvestasi membentuk
vesikula lensa dan untuk vesikula optik berinvaginasi membentuk
cawan optik. Setelah itu dilanjutkan proses pembentukan bagian-
bagian lainnya, mulai dari tangkai optik, syaraf otik, lensa, kornea
mata, iris mata, koroid, sklera dan bagian-bagian lainnya sehingga
menjadi organ mata yang sempurna.
c. Pembentukan Kulit
Proses pembentukan kulit diawali dengan pembentukan bumbung
ektoderm. Bumbung ini kemudian melapisi epidermis. Lapisan
ektooderm kemudian membelah secara mitosis menjadi dua lapisan
sel (periderm dan ektoderm). Periderm akan hilang secara periodik
dan ektoderm sel-selnya akan berproliferasi membentuk stratum
germinavitum. Kemudian terus aktif berproliferasi membentuk
bagian-bagian lain, mulai dari stratum granulosum, statum
lusidium dan terakhir stratum korneum. Lalu dilanjutkan proses
pembentukan bagian lainnya sampai menjadi lapisan kulit yang
lengkap dan sempurna.
d. Pembentukan wajah dan hidung
Pembentukan wajah dan hidung dibentuk dari facial prominences,
maxillary prominences, stomodeum, mandibular prominences,
frontonasal prominence dan nasal placodes yang saling bekerja
sama membentuk bagian wajah dan hidung.
e. Pembentukan telinga
Pembentukan telinga terbagi menjadi tiga bagian, yaitu telinga
dalam, tengah dan luar. Telinga dalam merupakan perkembangan
dari plakoda otika yang mengalami invaginasi ke arah
rhombensefalon. Telinga tengah merupakan sisa perkembangan
katung faring II. Sedangkan telinga luar terdiri dari daun telinga
(pina) berasal dari peninggian lengkung faring I dan II.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Muqsith. Embriologi Sistem Saraf Pusat. 2014.
http://repository.unimal.ac.id/id/eprint/3068 diakses pada 08 November
2020

Djuhanda, Tatang. Embriologi Perbandingan. Bandung : Armico, 1981

Pratiwi, Herlina, dan Aulia Firmawati. Embriologi Hewan. Universitas Brawijaya


Press, 2019.

Sadler, Thomas W. Langman’s medical embryology (12th Edition ed.).


Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2012.

Suhirman. Biologi Umum: Tinjauan Konsep Botani dan Zoologi. Mataram:


Sanabil, 2017

Taufiqurrahman, Iqbal. Embriologi Sistem Saraf. 2016.


http://www.slideshare.net/mobile/itaufiqqurrachman/c2-embriogenesis-
sistem-saraf diakses pada 08 November 2020

Widiyaningrum, Priyantini . Embriologi Hewan. Semarang : Penerbit FMIPA


Universitas Negeri Semarang, 2019.

Yatim, Wildan. Reproduksi dan Embryologi. Bandung: TARSITO, 1994

Lestari, Umie,dkk. Struktur Perkembangan Hewan II. Malang: UM Press, 2013.

Anda mungkin juga menyukai