Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 7 JEJAS DAN RESPON IMUN

SKENARIO 1

Pembimbing : Dr. drg. Atik Kurniawati

Disusun oleh:
Nama : Maria Fransisca Utha
Nim : 191610101130

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb.
Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa memberikan petunjuk serta melimpahkan berkah dan rahmat-Nya kepada
kami, sehingga laporan tutorial pertama blok “Jejas dan Respon Imun” ini dapat
diselesaikan. Dalam penyelesaian laporan tutorial pertama ini tentunya tidak dapat kami
selesaikan sendiri, kami banyak memperoleh bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami mengucapkan syukur dan menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan rahmat-Nya sehingga laporan
tutorial pertama blok “Jejas dan Respon Imun” ini dapat selesai.
2. Dr.drg. Atik Kurniawati, M.kes selaku tutor, yang telah membimbing
jalannya diskusi tutorial kelompok 11 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Jember dan yang telah memberi masukan yang membantu bagi
pengembangan ilmu yang telah didapatkan.
3. Teman-teman yang setia menemani dan membantu dalam proses
penyelesaian laporan tutorial pertama blok “Jejas dan Respon Imun”.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun laporan tutorial ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
membantu sempurnanya laporan tutorial pertama blok “Jejas dan Respon Imun” ini.
Kami berharap semoga laporan tutorial ini dapat bermanfaat bagi kita semua serta untuk
menambah pengetahuan dan wawasan.
Wassalamualaikum Wr Wb.

Bajawa , 23 April 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Skenario
1.3 Rumusan Masalah
1.4 Mapping
1.5 Learning Objective
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Struktur molekul dan ultrastruktur Bakteri :
2.1 Flagella
2.2 Pili
2.3 Fimbriae
2.4 Kapsul
2.5 Dinding Sel
2.6 Membran Sel
2.7 Sitoplasma
2.8 Ribosom
2.9 Inklusi
2.10 Kromosom
2.11 Plasmid
2.12 Endospora
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Daftar pustaka
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembahasan biokimia dapat dibagi dalam tiga topik utama yaitu struktur biokimia
yang difokuskan pada struktur molekul penyusun makhluk hidup yang dikaitkan
padahubungan antara struktur molekul dan fungsi biologi molekul penyusun makhluk
hidup, proses metabolisme yang terjadi pada makhluk hidup dan regulasinya serta
energi yang terlibat, informasi biokimia yang dihubungkan dengan proses kimia dan
senyawa yang menyimpan dan mentransmisikan informasi biologi yang dikenal sebagai
pewarisan sifat sel. Makromolekul-makromolekul pada sel hidup dapat bergabung
dengan makromolekul lain membentuk kompleks supramolekul seperti membran,
dinding sel, kromosom, dan virus. Deretan reaksi pada pembentukan atau degradasi
molekul komponen sel hidup tersebut dikenal dengan metabolisme.

Unit terkecil dari kehidupan adalah sel. Ada dua klasifikasi utama sel yaitu sel
eukariot (eukaryotes, bahasa Yunani; eu ‘baik’ atau ‘benar’, karyon ‘inti’) yang
mempunyai membran melingkupi DNA genomnya yang dikenal sebagai nucleus ‘inti’;
dan sel prokariot (prokaryotes, bahasa Yunani: pro ‘sebelum’) yang tidak mempunyai
organel ini. DNA prokariot tidak dibungkus membran tetapi tetap berada pada
sitoplasma yang dinamakan dengan nucleoid ‘daerah inti’. Prokariot meliputi
bermacam-macam tipe bakteri. Prokariot merupakan organisme yang paling banyak dan
tersebar luas di bumi. Prokariot ditemukan pada hampir setiap lingkungan bumi dari
sumber sulfur panas sampai di bawah dasar lautan. Hal ini karena prokariot mempunyai
kemampuan adaptasi yang luar biasa terhadap lingkungan yang bervariasi. Oleh sebab
itu, jumlah prokariot diperkirakan mewakili sekitar setengah biomassa bumi. Prokariot
mempunyai struktur yang relatif sederhana dan selalu uniseluler. Prokariot terdiri dari
dua domain, yaitu Bacteria (juga dikenal sebagai  Eubacteria) dan  Archaea (juga
dikenal sebagai Archaebacteria)
1.2 Skenario

Pada bakteri (prokariota) secara struktural terdapat tiga regio: 1) regio appendages
yang digunakan oleh bakteri untuk attachment, struktur ini dapat berupa flagela dan
pili (atau fimbriae); 2) regio cell envelope (amplop sel) yang terdiri dari kapsul,
dinding sel dan membran sel; dan 3) regio cytoplamic, yang berisi kromosom
(DNA) sel, plasmid, ribosom dan berbagai macam badan inklusi (inclusion body)
serta endospora. Biomolekul penyusun struktur-struktur tersebut berbeda-beda.
Struktur dinding sel bakteri Gram positif berbeda dengan Gram negatif. Dinding sel
bakteri Gram-positif relatif tebal dan terdiri dari banyak lapisan peptidoglikan
diselingi dengan asam teikoat yang berjalan tegak lurus ke lembar peptidoglikan.
Struktur dinding sel bakteri Gram-negatif relatif tipis dan mengandung
peptidoglikan jauh lebih sedikit daripada dinding Gram-positif. Juga, tidak ada asam
teikoat. Namun, dinding sel Gram negatif terdiri dari outer membrane yang berada
di luar dari lapisan peptidoglikan. Outer membrane melekat pada lembar
peptidoglikan oleh kelompok molekul lipoprotein yang unik. Outer membrane
bakteri Gram negatif terdiri dari lipid bilayer (lapisan ganda lipid) diselingi dengan
protein, menyerupai membran plasma. Outer membrane mengandung fosfolipid,
tapi terutama dibentuk oleh berbagai jenis molekul amfifilik lipopolisakarida (LPS).

1.3 Kata Sulit

 Flagella : alat gerak berbentuk cambuk


 Pili: struktur yang berbentuk seperti rambut halus yang meninjol didinding sel
 Biomolekul: senyawa organik sederhana pembentuk organisme hidup dan
sifatnya khas.
 Badan inklusi merupakan struktur yang berbentuk granula-granula yang
mengandung berbagai substansi, seperti glikogen, metafosfat an organik, asam
polihidroksibutirat, belerang atau senyawa yang mengandung nitrogen, yang
biasanya digunakan sebagai cadangan nutrisi bagi sel, substansi cadangan
 endospora Endospora adalah sel bakteri yang telah mengalami diferensiasi
menjadi lebih tahan terhadap panas, zat kimia berbahaya , radiasi dan keadaan
lain yang dapat membunh sel bakteri biasa. Endospora berasal dari kata endo
yang berarti di dalam dan spore yang berarti spora
 amfilitik adalah senyawa organik yang bersifat hidrofilik atau lipofilik
 Asam teikoat merupakan senyawa yang terdapat dalam dinding sel bakteri yang
dapat dicapai oleh senyawa antibakteri. Asam teikoat berfungsi dalam proses
pengaktifan enzim yang, yang mana enzim tersebut akan digunakan dalam
proses sintesis protein bagi bakteria
 bakteri gram positif : bakteri yang dinding sel nya menyerap dan
mempertahankan warna violet saat pewarnaan gram
 Ultrastruktur adalah struktur yg tampak dibawah ultramikroskop
 Peptidoglikan meupakan salah satu zat utama yang terdapat pada dinding sel
bakteri (eubacteria) yang mejaga integritas sel

1.4 Rumusan masalah


1. Bagaimana struktur bakteri gram positif?
 Ciri-ciri bakteri gram positif adalah struktur dindng selnya tebal, sekitar
15 – 80 nm, berlapis tunggal atau monolayer, dinding selnya
mengandung lipid yang lebih normal (1-4%), peptidoglikan ada yang
sebagai lapisan tnggal. Komponen utama merupakan lebih dari 50%
berat ringan.mengandung asam tekoat. Bersifat lebi rentan terhadap
penisilin, pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat – zat warna
seperti warna ungu kristal, komposisi yang dibthkan lebih rumit, lebh
resisten terhadap gangguan fisik, resistesi terhadap alkali (1% KOH)
larut, tidak peka terhadap streptomisin, tksin yang dibentuk eksotoksin
endotoksin. selain itu dinding sel bakteri Gram-positif memiliki asam
Teikoat dan Teikuronat, yang terutama terdiri dari alkohol (seperti ribitol
dan alcohol) dan fosfat. Asam Teikoat terdiri dari 2 jenis yaitu: asam
lipoteikoat dan dinding asam Teikoat. Kedua jenis asam Teikoat
bermuatan negative karena mengandung gugus fosfat dalam struktur
molekul mereka.
2. Mengapa outer membran hanya terdapat pada bakteri gram negatif?
 outer membran bakteri gram negatif terdiri dari lipid bilayer yang
diselingi dengan protein, menyerupai membran plasma. outer membran
mengandung fosfolipid, terutama dibentuk oleh berbagai jenis molekul
amfifilik lipopolisakarida.di outer membran memiliki celah yang disebut
dengan porin ada porin spesifik dan porin nonspesifik. porin non spesifik
berisi air sehngga molekul kecil mudah masuk sedangkan porin spesifik
berisi situs pengikatan yang cocok untuk senyawa- senyawa tertentu.
outer membran pada bakteri gram negatif untuk melindungi bakteri
tersebut karena memiliki lapisan dinding sel yang tipis dan untuk
mengatur tekanan negatif sel. setiap jenis bakteri memiliki sensitifitas
yang berbeda terhadap komponen aktif atau zat anti mikroba. mekanisme
hambatan senyawa aktif terhadap bakteri juga berbeda. salah satu
mekanisme dari bakteri gram negatif dalam mempertahankan dirinya
adalah dengan memiliki outer membran

3. Bagaimana biomolekul penyusun struktur pada bakteri ?


jadi biomolekul penyusun struktur pada bakteri yaitu :
 protein ( polimer asam): disintesis dari asam amino yang disatukan oleh
ikatan peptida untuk membentuk struktur tiga dimensi prtein dan 20 jenis
asam amino yang digunakan untuk mensitesis prtein dalam ribosom.
 Asam nukleat: polimer dengan monomer nukleotida. DNA molekul
pembangunnya adalah deoksiribonukleotida berfungsi membawa
informasi genetik, RNA molekul pembangunnya Ribonukleotida untuk
sintesus protein, ATP dan ADP untuk transferr energi.
 Karbohidrat ( pilomer monosakarida ) : suatu polihidroksi alldeht atau
keton. Suatu polihidroksi aldehit atau keton. Nama karbohidrat berasal
dari kenyataansebagian besar rumus empirisnya adalah karbon “hidrat”
terhadap hidrogen dan oksigen(CH2O). KemudianPolisakarida berupa
glikogen molekul pembanhun berupa gulkosa berfunngsi sebagai
simpanan energi jangka pendek.
 Lipid : molekul pembangun berupa asam lemak. Kelompok heterogen
yang mencakup lemak, minyak, steroid dan senyawa yang berhubungan
sifat fisik nya dibandingkan sifat kimianya.Sifat lipid:1) Relatif tidak
dapat larut dalam air2) Larut dalam pelarut non polar seperti eter,
kloroform benzen dan alcoho

Protein merupakan polimer asam-asam amino, karbohidrat merupakan


polimer monosakarida, asam nukleat merupakan polimer
mononukleatida. Monomer lipid ada bermacam-macam, bergantung pada
jenis lipidnya, diantaranya asam lemak, kolin, etanolamin, serin dan lain-
lain.

4. Bagaimana biomolekul dapat menjadi penyusun struktur banyak makhluk


hidup?
 Karbohidrat
Karbohidrat adalah sumber energi yang baik. Karbohidrat (polisakarida)
adalah rantai panjang gula. Monosakarida adalah gula sederhana yang
terdiri dari 3-7 atom karbon. Mereka memiliki gugus aldehid atau keton
bebas, yang bertindak sebagai reduktor dan dikenal sebagai gula
pereduksi. Disakarida yang terbuat dari dua monosakarida. Ikatan yang
membagi antara dua monosakarida adalah ikatan glikosidik.
Monosakarida dan disakarida terasa manis, kristal dan larut dalam air.
Polisakarida merupakan polimer dari monosakarida. Mereka molekul
kompleks yang tidak larut dalam air dan tidak dalam bentuk kristal.
Contoh: glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, pati, selulosa dll.
 Lipid
Lipid terdiri dari rantai hidrokarbon yang panjang. Molekul lipid
memegang sejumlah besar energi dan molekul penyimpan energi. Lipid
umumnya ester asam lemak dan bahan penyusun membran biologis.
Sebagian besar lipid memiliki kepala polar dan ekor non-polar. Asam
lemak dapat asam lemak tak jenuh dan jenuh. Lipid hadir dalam
membran biologis dari tiga kelas berdasarkan jenis kepala hidrofilik yang
hadir: glikolipid adalah lipid yang kepalanya mengandung oligosakarida
dengan 1-15 residu sakarida. Fosfolipid mengandung kepala bermuatan
positif yang terkait dengan gugus fosfat bermuatan negatif. Sterol, yang
kepalanya mengandung cincin steroid. Contoh steroid. Contoh lipid:
minyak, lemak, fosfolipid, glikolipid, dll.
 Protein
Protein adalah heteropolimer dari untai asam amino. Asam amino
bergabung bersama oleh ikatan peptida yang terbentuk di antara gugus
karboksil dan gugus amino dari asam amino berturut-turut. Protein
terbentuk dari 20 asam amino yang berbeda, tergantung pada jumlah
asam amino dan urutan asam amino. Ada empat tingkat struktur protein:
- Struktur Primer Protein – disini protein ada rantai yang panjang
asam amino tersusun dalam urutan tertentu. Mereka adalah
protein non-fungsional.
- Struktur protein sekunder – Rantai panjang protein dilipat dan
diatur dalam bentuk spiral, di mana asam amino berinteraksi
dengan pembentukan ikatan hidrogen. Struktur ini disebut lembar
lipit. Contoh: serat sutra.
- Struktur tersier protein – rantai polipeptida panjang menjadi lebih
stabil dengan melipat dan melingkar, dengan pembentukan ikatan
ionik atau hidrofobik atau jembatan disulfida.
- Struktur Kuarter protein – Bila protein hasil dari perakitan lebih
dari satu polipeptida atau subunit sendiri, ini dikatakan struktur
kuaterner protein. Contoh: Hemoglobin, insulin. Asam nukleat
 Asam nukleat adalah senyawa organik dengan cincin heterosiklik. Asam
nukleat terbuat dari polimer nukleotida. Nukleotida terdiri dari basa
nitrogen, gula pentosa dan gugus fosfat. Sebuah nukleosida terbuat dari
basa nitrogen yang melekat pada gula pentosa. Basa nitrogen adalah
adenin, guanin, timin, sitosin dan urasil. Nukleotida dipolimerisasi
membentuk DNA dan RNA yang merupakan bahan genetik.
5. Apa saja regio pada struktur bakteri dan penjelasannya ?
a. Regio eksternal
 Flagela Flagela merupakan filamen protein uliran (helical) dengan
panjang dan diameter yang sama, dimiliki oleh beberapa bakteri patogen
untuk bergerak bebas dan cepat (pergerakan berenang). Flagela disusun
oleh tiga bagian: filamen, hook (sudut), dan basal body (bagian dasar).
Bagian dasar menancap pada membran plasma, disusun oleh suatu
tangkai serta satu atau dua rangkaian cincin yang mengelilinginya dan
berhubungan dengan membran plasma, peptidoglikan, dan pada bakteri
Gram-negatif berhubungan dengan membran luar pembungkus sel.
 Pili (Fimbriae) Fimbria, disebut jua pili dapat diamati dengan mikroskop
elektron pada permukaan beberapa jenis sel bakteri. Fimbria merupakan
mikrofibril serupa rambut berukuran 0,004 – 0,008 mm,. Fimbria lebih
lurus, lebih tipis dan lebih pendek dibandingkan dengan flagela. Struktur
fimbria serupa dengan flagela, disusun oleh gabungan monomer,
membentuk rantai yang berasal dari membran plasma.
b.  Regio Internal
 Kromosom Bakteri mempunyai dua macam DNA (deoxyribonucleic
acid), yaitu DNA kromosom dan DNA nonkromosom (plasmid). DNA
kromosom adalah materi genetik yang menentukan sebagian besar dari
sifat-sifat metabolisme bakteri, sedangkan pada DNA nonkromosom
(plasmid) yang hanya menentukan sifat-sifat tertentu, seperti sifat
patogen, sifat fertilitas (kemampuan dalam bereproduksi secara seksual),
dan sifat kekebalan terhadap antibiotik tertentu.
 Sitoplasma terdiri dari regio nukleoid (terdiri dari DNA), yang
dikelilingi oleh amorphous matrix yang mengandung ribosom, granula
berprotein, metabolit dan berbagai macam ion bagian yang terlindungi
oleh membran sel disusun oleh 80% air dan sisanya berupa bahan-bahan
terlarut, protein/enzim, karbohidrat, lemak, mRNA, tRNA dan ion
anorganik Bagian cair dari sitoplasma sering disebut sitosol.
 Ribosom merupakan organel kecil yang ditemukan di semua sel terlibat
dalam produksi protein dengan menerjemahkan RNA messenger.
Ribosom terpasang longgar pada plasma membrane, Tempat translasi
(sintesis protein), Terdiri dari RNA dan protein. Ribosom memainkan
peran kunci dalam katalisis dua proses biologis penting dan penting.
transfer peptidil dan hidrolisis peptidil.

6. Bagaimana struktur dinding sel bakteri gram negatif?


 Bakteri gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang tipis setebal 5-
10 nm dengan komposisi utamanya yaitu lipoprotein, membrane luar,
dan lipopolisakarida.Membrane luar pada gram negative memiliki sifat
hidrofilik, namun komponen lipid pada dinding selnya bersifat
hidrofobik.Lipoprotein mengandung 57 asam amino yang merupakan
ulangan sekuen 15 asam amino yang saling bertaut dengan ikatan peptide
dengan residu asam diaminopimelic dari sisi tetrapeptida rantai
peptidoglikan.Komponen lipidnya terdiri dari diglyseride thioether yang
terikat pada sistein terminal.Lipoprotein berfungsi sebagai penstabil
membrane luar dan tempat perlekatan pada lapisan peptidoglikan.
Membrane luarnya merupakan struktur bilayer, komposisi lembar
dalamya mirip dengan membrane sitoplasma, hanya saja fosfolipid pada
lapisan luarnya diganti dengan molekul lipopolisakarida(LPS). Selain itu,
terdapat ruang antar membran dalam dengan membrane luarnya yang
disebut dengan ruang periplasma, terdiri dari lapisan murein dan laurtan
protein mirip gel, enzim hidrolitik, dan enzim detoksifikasi. LPS dari
dinding sel gram negative terdiri dari lipid kompleks yang disebut lipid
A, dimana melekat polisakarida yang ternakai dengan pusat dan ujung
dari unit pengulangan, inti polisakarida, dan antigen O. LPS terikat pada
membrane luar dengan ikatan hidrofobik. LPS disintesis pada membrane
sitoplasma dan dibawa ke sebelah luar.LPS berfungsi sebagai antigen
dan toksin (Endotoksin yang berasal dari komponen lipid A).

7. Jelaskan komponen ultrastruktur Bakteri !

komponen struktural prokariotik terdiri dari makromolekul seperti DNA,RNA,


protein, polisakarida, fosfolipid, atau kombinasinya. Makromolekul terdiri
darisub unit primer seperti nukleotida, asam amino dan gula

Macromolecule Primary Sub units Where found in cell

aciprotein Amino acids membranes,ribosomes, cytoplasm


flagella, pili, cell walls, cytoplasmic 
polisakarida sugars(carbohydrate capsules, inclusions (storage), cell walls
s)

Phospholipids fatty acids  membranes

Nucleic nucleotides  DNA: nucleoid (chromosome), plasmids rR


Acids(DNA/RN NA
A) :ribosomes; mRNA,  : cytoplasm

Ini adalah urutan di mana sub unit disatukan dalam makromolekul, yang disebutstruktur
primer dan menentukan banyaknya properti dalam makromolekul. Dengandemikian, 
genetik ditentukan oleh urutan basa nukleotida tertentu dalam DNAkromosom. Urutan
asam amino dalam protein menentukan sifat dan fungsi dariprotein; dan urutan gula
dalam lipopolisakarida bakteri menentukan sifat dinding
 selyang unik untuk patogen. Struktur utama dari makromolekul akan
mendorongfungsinya, dan perbedaan dalam struktur utama makromolekul biologis
menyumbangkeragaman besar dalam kehidupan
8. Mengapa komponen struktural bakteri , penting untuk sel bakteri ?
Karena setiap Struktur Sel Bakteri mempunyai Fungsi sebagai berikut:
1. Kapsul atau Lapisan Lendir 
Fungsi Kapsul atau Lapisan Lendir 
Sebagai pelindung, Menjaga sel agar tidak kekeringan, Membantu pelekatan
dengan sel bakteri lain atau pada substrak, Pada bakteri patogen, kapsul
melindungi bakteri dari pengaruhi sistem kekebalan (antibodi) yang dihasilkan
oleh sel tubuh inang.
2. Dinding Sel
Fungsi Dinding Sel 
Mempertahankan bentuk dari selMemberikan sebuah perlindungan
fisik, Menjaga sel agar tidak pecah dalam lingkungan yang memiliki tekanan
osmotik yang lebih rendah (hipotonis)Sel bakteri dapat mengalami plasmolisis
jika berada pada lingkungan yang tekanan osmotik lebih tinggi
(hipertonis).Bakteri akan mati jika berada pada larutan yang pekat misalnya
mengandung banyak garam atau banyak gula
3. Membran Plasma 
Fungsi Membran Plasma
Membungkus sitoplasma Mengatur pertukaran zat yang berada di dalam sel
dengan zat yang ada diluar sel. 
4. Sitoplasma 
Fungsi sitoplasma :

 Tempat menyimpan bahan kimia untuk metabolisme sel seperti


protein, lemak dan enzim.
 Sitoplasma berfungsi sebagai kerangka sel, karena sitoplasma
merupakan tempat organel-organel sel dilindungi sehingga
memberikan bentuk pada organel-organel sel di dalamnya.
 sebagai sarana atau fasilitator agar organel tertentu di dalam sel dapat
bergerak.
 Tempat metabolisme sitosolik seperti glikolisis dan tempat sintesis
protein oleh ribosom.
 Menjaga keseimbangan air dalam sel.
 Pelarut senyawa dan protein dalam sel

5. Fungsi Ribosom :
Ribosom berfungsi sebagai tempat sintesis protein yang dilakukan dengan suatu
unit, yaitu gabungan antara sub unit besar (dalam tiga dimensi seperti memiliki
tiga tangan) dan kecil (tidak memiliki tonjolan seperti yang besar) dan hanya
bekerja sama (bergabung) saat sintesis protein. Dua subunit tersebut distabilkan
oleh ion magnesium

6. Flagela 
Fungsi utama flagela pada bakteri adalah sebagai alat untuk pergerakan. Flagela
bukan merupakan alat untuk pertahanan hidup. Flagela dapat dipisahkan dengan
guncangan atau dengan putaran dalam alat pengocok seperti sentrifuga. Sel tetap
hidup dan memperoleh motilitas dengan pertumbuhan kembali flagela. Sel
bakteri berflagela dapat menghampiri sumber nutrisi dan menghindari racun
dengan menghampiri suatu kemoatraktan atau meninggalkan senyawa yang
tidak diinginkan. Pergerakan sel oleh flagela mendorong sel dengan putaran
melingkar searah sumbu panjangnya, seperti baling-baling. Putaran flagela
dikuatkan oleh arus listrik.

7. Pilus
Pilus (Latin, pili = rambut). Fili sendiri berperan dalam proses motilitas dan
juga transfer DNA, namun fungsi utama fili adalah pada proses transfer DNA
dengan cara konjugasi. Proses konjugasi menggunakan fili yang disebut fili
konjugasi atau fili seks.Fili ini menyatukan bakteri dan mentransfer dna dari satu
bakteri ke bakteri yang lain.Proses konjugasi adalah proses transfer genetik antara
sel2 bakteri dimana memerlukan kontak langsung antar sel. Konjugasi terjadi antara
spesies yang sama maupun yang berbeda, plasmid disebut efektor yg diperlukan
untuk faktor fertilisasi.
8. atau fimbria (fimbria = daerah pinggir) adalah struktur seperti flagela tetapi
berupa rambut-rambut yang memiliki diamater lebih kecil, pendek, dan kaku,
dengan terdapat di sekitar dinding sel. Fungsi pilus atau Fimbria adalah
Membantu bakteri yang menempel pada suatu medium tempat
hidupnyaMelekatkan diri dengan sel bakteri lainnya, sehingga dapat terjadi
transfer DNA pada saat terjadinya konjugasi. Pilus untuk konjugasi disebut
dengan pilus seks.

9. Inklusi
Badan inklusi ini berfungsi untuk deposit nutrisi, menyimpan nutrient tertentu
saat jumlahnya melimpah dan menggunakannya saat jumlah di lingkungannya
terbatas. Tujuan penyimpanan cadangan makanan di dalam inkulsi agar tidak
terjadi tekanan osmotic yang berlebihan di dalam sitoplasma. Inklusi dapat
digunakan sebagai dasar identifikasi bakteri.

10. Kromosom

Kromosom merupakan bagian penting dari inti sel yang berfungsi sebagai
pembawa sifat keturunan

11. Plasmid

Plasmid dapat berperan pada proeses kloning gen. Kloning gen merupakan
teknik untuk memperbanyak gen yang dilakukan dengan insersi fragmen DNA
rekombinan melalui pembawa gen yang salah satunya adalah plasmid. Pembawa
gen akan diinsersi ke dalam sel inang lalu DNA rekombinan diperbanyak
melalui propagasi atau pembelahan. Plasmid juga dapat berguna sebagai
transformasi yang berhubungan dengan efisiensi transformasi

12. Endospora
Fungi, spora bakteri tidak memiliki fungsi reproduksi. Endospora ini tahan
terhadap kondisi lingkungan ekstrim seperti suhu yang tinggi, kekeringan,
senyawa kimia beracun (desinfektan, antibiotik) dan radiasi UV

9. Bagaimana bakteri digolongkan menjadi gram ppositif dan gram negatif ?


Kelompok Bakteri Gram-positif dapat menghasilkan polisakarida permukaan
yang spesifik (10-50% dari dinding sel) dan protein yang berhubungan dengan
peptidoglikan. Polisakarida yang sangat dikenal adalah asam teikoat (biasanya
mengandung ribitol dan kadang-kadang gliserol), sejumlah senyawa kapsul
Pneumococcus, dan polisakarida kelompok Streptococcus. Polimer asam poli-
Dglutamat dihasilkan oleh beberapa spesies Bacillus, dan protein membran
Streptococcus grupA merupakan suatu faktor virulensi. Membran sel bakteri
yang tersusun oleh asam lipoteikoat (LTAs) merupakan polimer gliserolfosfat
yang berakhir pada glikolipid, yang menembus membran sitoplasma. Asam
teikuronat (TAs) merupakan polimer yang terdiri dari N-asetylgalaktosamine
(galNac) dan glucoronic acid (GlcUA), terikat sebagai unit pengulangan
disakarida (GlcUA ( 1,3 ( GalNac)n. TAs tidak mengandung fosfat, tetapi
terdapat sebagai polimer polianionik bersifat asam disebabkan karboksil dari
asam uronat. TAs berikatan melalui N-asetilglukosamin-1- fosfodiester kepada
grup hidroksil C-6 asam muramat. Asam teikuronat dapat ditemukan pada sel
bersama dengan asam teikoat; asam teikuronat disintesis ketika sel kehilangan
fosfat, untuk membuat asam teikoat.
Di bawah mikroskop elektron, irisan melintang sel Gram-positif, dinding
sel sebagai lapisan di atas membran plasma yang relatif tebal, yang sensitif
terhadap lisozim. Protein dan polisakarida, menyokong lapisan substruktur
dinding sel. Protein membran tipe-spesifik serologik dari Streptococcus grup A
membentuk suatu lapisan dinding fimbria eksternal yang tebal dan tersebar,
yang dapat dirusak oleh tripsin tanpa mengganggu kelangsungan hidup sel.
Bakteri Gram-negatif memperlihatkan tiga lapis pembungkus sel, yaitu :
membran luar (OM=outer membran), lapisan tengah yang merupakan dinding
sel atau lapisan murein yang terdapat ruang periplasma, dan membran plasma
dalam. 35 Gambar. 3.10 Diagram skematik dinding sel bakteri Gram positif (a)
dan Gram negatif (b) (Sumber:Fardiaz, 1987) Membran luar mengandung
fosfolipid, lipopolisakarida (LPS ) atau yang diketahui juga sebagai antigen
permukaan O somatik atau endotoxin, dan berbagai protein, dimana protein
(porin) dan lipoprotein jumlahnya sangat banyak. Membran luar tersedia sebagai
organel aktif secara fisiologik, yang membentuk suatu barrier untuk senyawa
hirdofilik, berfungsi sebagai molekul penyaring untuk molekul larutair, terdapat
tempat menempel untuk bakteriofaga dan sel inang dan konyugasi bakteri,
dalam hal patogenesis dapat mengandung protease dan enzim lain, aggresin,
evasin, dan toxin untuk sel inang, menutup dan melindungi dari racun
lingkungan dan lisis peptidoglikan dinding sel, komponen gel periplasmik, dan
membran plasma, melepaskan vesicular bleb dari LPS dan protein yang tersedia
sebagai fungsi sekretori, dan memiliki LPS dan protein yang mengandung
molekul sinyal yang dirasakan/diterima oleh sel hewan.
Membran luar mengandung protein unik yang berbeda dari protein
membran plasma. Dua lembaran (leaflet) luar dan dalam pada membran luar
juga merupakan bentuk asimetrik yang unik. Pada bakteri enterik (contoh,
Salmonella), fosfatidiletanolamin terdapat seluruhnya pada bagian dalam,
sedangkan lipopolisakarida hidrofilik, anionik terdapat hanya pada bagian luar
dari membran luar. Pada spesies Neisseria dan Haemophilus, fosfolipid terdapat
pada bagian luar dan dalam dari membran plasma. Protein yang disebut porin
yang terdapat pada membran luar membentuk saluran difusi transmembran.
Porin terdapat sebagai saluran untuk senyawa larut-air dengan berat molekul-
kecil, atau sebagai reseptor bakteriofaga (virus). Pada sel bakteri Gram-negatif,
titik hubungan di antara membran luar dan 36 dalam disebut sebagai daerah
perlekatan atau Bayer junctions. Bayer junction aktif secara fisiologi. Pada
bagian luar merupakan tempat masuknya DNA-yang menempel pada
bakteriofaga dan lisis yang diperantarai oleh suatu komplemen. Di bagian dalam,
daerah perlekatan memperlihatkan suatu zona pertumbuhan (sebagai tempat
septa periannular), dan tersedia sebagai tempat untuk translokasi protein
sekretori, protein membran luar, lipopolisakarida, dan polisakarida kapsuler dan
sebagai daerah munculnya pili seks dan fagel.
Daerah periplasma di antara membran luar dan membran sitoplasma diisi
dengan suatu cairan kental (gel), yang dikenal sebagai gel periplasma (termasuk
protein dan turunan-membran oligosakarida [Membrane-derived
Oligosaccharides] MDOs). Protein gel periplasma merupakan protein terikat-
substrat yang menyebabkan konsentrasi substrat dapat melawan gradien dan
berbagai enzim hidrolitik. Fluktuasi MDOs kebalikan dari kekuatan ionik
medium eksternal, dan dengan cara ini bakteri dapat mengatur osmolaritas sel.
Membran plasma dan membran luar tebalnya sekitar 0,0075 µm . Dengan
mikroskop elektron transmisi, kedua membran tersebut dilihat dalam irisan
melintang membran, memperlihatkan bentuk struktur “sandwich bileaflet-
trilayer” yang berurutan: terdapat dua lapisan hidrofilik masing-masing 2,5 nm
(25A ), lapisan tengah merupakan suatu lapisan hidrofobik 2,5 nm yang
biasanya disusun oleh rantai alkil asam lemak. Suatu heliks /uliran lipoprotein,
satu dari ketiga lapisan yang berikatan secara kovalen pada ujung satu kepada
permukaan luar peptidoglikan, menyisipkan ujung lipidnya ke dalam membran
luar, menancapkan membran luar kepada sel. Pembungkus sel dapat diisolasi
secara bebas dari cairan sitoplasma dengan merusak sel dan sentrifugasi
diferensial. Membran dalam dapat dilarutkan dengan sedikit deterjen nonionik,
melepaskan ikatan membran luar dari peptidoglikan yang tidak larut. Membran
luar dapat dirusak oleh EDTA, detergen ionik kuat, fenol encer, ekstraksi
butanol.
Peptidoglikan eubakteri Gram-negatif merupakan struktur tipeA. Diikat
molekul lipoprotein secara kovalen, dengan mikroskop elektron terlihat sebagai
daerah setiap 10-12 nm pada permukaan luar struktur peptidoglikan. Murein
tidak larut ada sekitar 1-2% dari berat kering sel, setelah dihancurkan oleh
tripsin untuk membuang sejumlah lipoprotein (lebih dari 4% berat kering sel).
Sepertiga dari 37 lipoprotein total terikat secara kovalen pada ujung karboksinya
melalui urutan sensitif-tripsin, Lys-Tyr-Arg-Lys, kepada unit asam meso-
diaminopimelat (DAP) peptidoglikan. Pada ujung-N, karena berikatan kovalen
dengan asam lemak jenuh (contoh, palmitat) dan takjenuh (contoh, palmitoleat
dan vaksenat) yang disisipkan ke dalam bilayer lipid membran plasma,
lipoprotein bersifat lipofilik kuat dan menancapkan membran plasma bagian luar
kepada dinding sel. Lipoprotein juga berhubungan dengan protein OmpA.
Lipoprotein tidak mengandung histidin , prolin, fenilalanin, atau triptofan.
Lipoprotein merupakan antigen permukaan utama dari dua spiroket, Borrelia
burgdorferi dan Treponema pallidum, juga Mycoplasma pneumoniae (tanpa
dinding sel). Endotoksin merupakan istilah yang digunakan sebelum ditemukan
identitas endotoksin sebagai komponen lipid A dari LPS.
Sekitar 100 tahun endotoksin digambarkan sebagai suatu yang tahan-
panas, pyrogenik berhubungan dengan sel (penyebab demam), dan toxin
mematikan dari bakteri gram-negatif yang bersifat kebalikan dari exotoksin
protein tidak tahan-panas, contohnya toksin tetanus, yang ditemukan di luar sel
dalam filtrat kultur. Sekitar 50 tahun yang lalu, LPS diisolasi dan ditemukan
mengandung aktivitas endotoksik. Selanjutnya, komponen lipid A dari LPS
bakteri gram-negatif endotoksik, memperlihatkan struktur dasar yang identik
dan mampu melakukan aktivitas endotoksik. Lipopolisakarida (LPS) merupakan
suatu gugus amfifil ( satu ujung hirofilik, ujung lain hidrofobik), dengan tiga
daerah : daerah I (polisakarida Ospesifik), daerah II (core polisakarida), dan
daerah III (lipid A). Beberapa bakteri, sebagai contoh, spesies Neisseria, dan
Haemophilus, yang tidak menhasilkan polisakarida daerah I, menghasilkan
polimer terpendek yang disebut lipooligosakarida (LOS) yang tercatat sebagai
daerah II. Spesifisitas serologik terutama terletak pada daerah I, juga kadang-
kadang daerah II, dan pusat bioaktif, atau endotoxin, pada daerah III. Lipid A,
dengan asam lemak pada ujung satu dan grup fosfat pada ujung lainnya, juga
merupakan amfifil. Sebagai amfifil, LPS terisolasi dan bentuk lipid A, aktif
secara biologik, self-aggregating complexes, atau misel dengan berat molekul
mulai dari 105 – 108

10. Biomolekul penyusun struktur pada bakteri

Flagella Protein

Pilli Protein

Fimbrae Protein

Kapsul Usuallypolysaccharide;occasionally
polypeptide

Membran sel Phospholipid and protein

Ribososm RNA and protein
Plasmid DNA

Kromososm DNA

Inklusi Highly variable; carbohydrate,lipid, protein


or inorganic

1.4 Mind Mapping

Appendages : flagella,
pili, fimbriae
Biomolekul :
protein (asam amino), sel bakteri
Polisakarida (monosakarida), Cell envelope : kapsul, -Gram positif
Phospholipid (asam lemak, dinding sel, membran sel
-Gram negatif
gliserol, asam fosfat), Asam
nukleat (mononukleotida)

Cytoplasmic : ribosom,
badan inklusi, kromosom,
plasmid, endospora

1.5 Learning Objective


Mahasiswa mampu mengkaji , mendiskusikan dan menjelaskan struktur molekuler
dan ultrastruktur bakteri :
1. Flagela
2. Pili
3. Fimbrae
4. Kapsul
5. Dinding sel
6. Membran sel
7. Sitoplasma
8. Ribososm
9. Inklusi
10. Kromosom
11. Plasmid
12. Endospora
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

1.1 FLAGELLA

Flagela merupakan filamen protein uliran (helical) dengan panjang dan diameter
yang sama, dimiliki oleh beberapa bakteri patogen untuk bergerak bebas dan cepat
(pergerakan berenang). Flagela disusun oleh tiga bagian: filamen, hook (sudut), dan
basal body (bagian dasar). Bagian dasar menancap pada membran plasma, disusun
oleh suatu tangkai serta satu atau dua rangkaian cincin yang mengelilinginya dan
berhubungan dengan membran plasma, peptidoglikan, dan pada bakteri Gram-
negatif berhubungan dengan membran luar pembungkus sel. Berdsarkan jumlah dan
lokasi pelekatan flagela, tipe flagela pada sel bakteri menampakkan bentuk yang
khas.

Beberapa jenis bakteri seperti pada Pseudomonas memiliki satu flagela pada
bagian salah satu ujung sel yang disebut monotrik. Tipe flagela yang tersusun atas
banyak flagela yang letaknya pada satu ujung sel dikenal sebagai tipe lofotrik,
sedangkan apabila letak flagella pada kedua ujung sel dinamakan tipe amfitrik.
Kelompok enterobakteri motil seperti Salmonella atau Bacillus memiliki flagela
yang tersebar pada seluruh permukaan sel, yang disebut peritrik. Jumlah flagela
setiap jenis bakteri berbeda mulai dari sejumlah kecil pada Escherichia coli sampai
beberapa ratus per sel, seperti pada Proteus. Fungsi utama flagela pada bakteri
adalah sebagai alat untuk pergerakan. Flagela bukan merupakan alat untuk
pertahanan hidup. Flagela dapat dipisahkan dengan guncangan atau dengan putaran
dalam alat pengocok seperti sentrifuga. Sel tetap hidup dan memperoleh motilitas
dengan pertumbuhan kembali flagela. Sel bakteri berflagela dapat menghampiri
sumber nutrisi dan menghindari racun dengan menghampiri suatu kemoatraktan atau
meninggalkan senyawa yang tidak diinginkan. Pergerakan sel oleh flagela
mendorong sel dengan putaran melingkar searah sumbu panjangnya, seperti baling-
baling. Putaran flagela dikuatkan oleh arus listrik.

Fungsi flagela dibangun oleh respon kemotaktik, menunjukkan suatu sistem


regulasi sensori umpan balik. Flagela ganda memutar berlawanan dengan arah jarum
jam untuk membentuk suatu berkas yang terkoordinir dan efek pergerakan sel
umumnya ke arah nutrisi (kemotaksis positif). Pengaruh adanya senyawa yang tidak
diinginkan,menyebabkan koordinasi menjadi hilang, berkas flagela mengalami
kekacauan, dan sel berputar dan cenderung menjauhi senyawa tersebut. Koordinasi
fungsi flagela melibatkan kemoreseptor, yang disebut “protein pengikat
periplasmik”, yang berinteraksi dalam transpor membran. Koordinasi pergerakan
flagela juga melibatkan proses metilasi suatu protein membran plasma spesifik.
Adanya kemoatraktan, proses metilasi protein tersebut meningkat, sebaliknya
dengan adanya racun/senyawa yang tidak diinginkan, proses metilasi menurun. Pada
beberapa kelompok bakteri spiroket seperti Treponema, Leptospira, dan 28 Borrelia,
bergerak dengan suatu gelombang uliran berjalan, suatu tipe gerakan sel untuk
menembus medium kental. Bakteri tersebut memiliki filamen axial yang serupa
flagela yang melilit mengelilingi sel. Filamen tersebut terdapat dalam daerah
periplasma di antara membran luar dan membran dalam sel. Treponema
microdentium membentuk dua filamen dalam setaip selnya, T. reiteri membentuk
enam sampai delapan, dan beberapa spesies membentuk lebih banyak filamen.

4 macam susunan flagella pada bakteri

1. Peritrichous : flagella pada seluruh sel


2. Monotrichous : flagellum tunggal pada salah satu kutup
3. Laphotrichous : sekumpulan flagella pada salah satu kutup
4. Amphitrichous : flagella pada kedua kutup
Atrichous : tanpa flagella

Flagellum punya tiga bagiam :

1. Filament (mengandung protein flagelin)


2. Hook
3. Basal body
Filamen berdiameter konstan dan mengandung pro flagelin, filamen melekat
pada hook yang sedikit lebih lebar. Basal body yang melekatkan flagelum ke
dinding sel dan membran plasma. Terdiri dr batang tengah yg kecil dan serangkaian
cincin. Perbedaan bakteri gram negatif gambar kanan (terdapat dua pasang cincin,
yang luar ditambat ke dinding sel, dan pasangan dalam di membran plasma Pada
positif hanya ada yg bagian dalam aja.
1.2 PILI

Fili merupakan struktur berbentuk seperti rambut halus yang menonjol dari
dinding sel. Fili mirip dengan flagelum namun lebih pendek, kaku, dan berdiameter
lebih kecil. Fili tersusun dari protein. Fili berfungsi sebagai penghubung saat
bakteri melakukan konjugasi (pertukaran materi genetik). Selain itu, fili juga
berfungsi sebagai pelekat antara sel bakteri yang satu dengan sel bakteri lainnya.
Bentuk fili mirip dengan fimbriae, namun lebih panjang dr fimbriae. Dalam sel fili
hanya ada satu atau beberapa. Fili sendiri berperan dalam proses motilitas dan juga
transfer DNA, namun fungsi utama fili adalah pada proses transfer DNA dengan
cara konjugasi.

Proses konjugasi menggunakan fili yang disebut fili konjugasi atau fili seks. Fili
ini menyatukan bakteri dan mentransfer dna dari satu bakteri ke bakteri yang
lain.Proses konjugasi adalah proses transfer genetik antara sel2 bakteri dimana
memerlukan kontak langsung antar sel. Konjugasi terjadi antara spesies yang sama

maupun yang berbeda, plasmid disebut efektor yg diperlukan untuk faktor fertilisasi.

1.3 FIMBRIAE

Fimbriae merupakan struktur mirip fiber berukuran 0,004 – 0,008 µm.


Umumnya fimbriae nampak seperti flagella, namun lebih tipis, lebih pendek dan
lebih lurus dibanding flagella. Fimbriae letaknya tersebar pada permukaan
bakteri secara merata. jumlah fimbriae dapat mencapai ratusan dalam 1 sel
bakteri. Fimbriae pada permukaan dinding sel ini disusun oleh protein M
spesifik dan asam lipoteikoat (folifosfogliserol dan asam lemak) .fimbriae
terdapat pada bakteri gram positif dan negatif, namun cenderung lebih banyak
pada bakteri gram negatif. sel berfimbriae melekat pada ruang antar sel,
permukaan hidrofobik dan reseptor spesifik
Fungsi fimbriae :
 membantu bakteri bertahan hidup dan berinteraksi dengan inang
 pada bakteri yang bersifat menyebabkan infeksi, fimbriae dan komponen
permukaan lainnya berperan sebagai faktor pelekat. (Perlekatan fimbriae
pada inilah yang menyebabkan bakteri menempel dan berkoloni pada
jaringan inang spesifik)

fungsi fimbriae diantara komponen permukaan sel bakteri lainnya, dianggap


memiliki ativitas fungsional seperti adhesin & Lektin

1. adhesin
adhesin merupakan suatu komponen permukaan sel yang memungkinkan
organisme tersebut menempel pada reseptor yang terdapat pada sel inang
2. Lektin
Lektin merupakan potein yang mengikat sel tubuh pada glokoprotein dan
glokolipid yang terekspresi pada permukaan sel untuk membuat sel tersebut
menggumpal
contoh :
• Pada bakteri Neisseria gonorrhoeae (penyebab penyakit gonore, fimbriae
membantu bakteri berkolonisasi pada mukosa.
• pada bakteri E.coli fimbriae memungkinkan bakteri ini untuk menempel dan
berkolonisasi pada lapisan usus halus yang menyebabkan diare.

Fimbriae memiliki kecenderungan untuk menempel pada permukaan cair maupun


padat. Fimbriae terlibat juga dalam pembentukan biofilm atau agregasi. fimbrae
membantu dalam proses kolonisasi. setelah kolonisasi terjadi maka akan
mengakibatkan penyakit. Fimbrie ini dapat hilang akibat terjadinya suatu mutasi
gen. apabila fimbriae tidak ada, makanya tidak terjadi kolonisasi dan penyakit pun
tidak dapat timbul.
Terdapat beberapa jenis fimbriae yaitu fimbriae tipe 1, 2, 3 dan 4.

1. Fimbriae tipe 1
Fimbriae tipe 1 adalah faktor penting pada E.coli uropatogenik dalam langkah
menginfeksi dengan memediasi adhesi sel epitel. selain itu fimbriae tipe 1
diperlukan untuk kolonisasi.
2. Fimbriae tipe 2
fimbriae ini ditemukan pada beberapa spesies Salmonella. Mereka berbeda dari
subtipe lainnya karena mereka tidak memiliki perekat
3. Fimbriae tipe 3
Fimbriae tipe 3 jenis ini khusus untuk Klebsiella dan Serratia marcescens.
Klebsiella merupakan bakteri bersifat patogen, termasuk bakteri gram negatif ,
tidak bergerak an dapat memfermentasikan laktosa. sedangkan serratia
marcescens adalah bakteri patogen yang berbentuk batang, berdiameter 0,5-0,8
µm, dan panjang 0,9-2 µm dan dapat ditemukan pada tanah air dan tanaman.
fimbriae tipe 3 dapat menempel pada sel jamur dan tanaman, dan permukaan
kaca, juga untuk serat selulosa.
4. fimbriae tipe 4
fimbriae tipe 4 merupakan filamen yang ditemukan diberbagai bakteri patogen
termasuk Neisseria gonorrhoae. fimbriae ini adalah faktor kolonisasi kunci host
dan dapat melakukan adhesi.

2.4 KAPSUL

Beberapa bakteri memiliki kapsul atau lendir yang berada di bagian terluar
dari sel dan melindungi lapisan tunggal sel. Sel bakteri dapat menghasilkan
lendir ke permukaan selnya. Lendir tersebut tersusun dari air dan polisakarida
dan biasanya terdapat pada bakteri saprofit. Lendir yang terkumpul kemudian
menebal dan membentuk kapsul yang tersusun atas glikoprotein.Kapsul
memiliki sturktur yang lebih lebar dan definit serta mudah diamati . Umumnya
kapsul tersusun atas polimer, seperti polisakarida atau polipeptida atau
keduanya. polisakarida ini bervariasi dalam hal komposisi dan kommpleksitasya.
Polimer yang paling sederhana adalah monosakarida. Polimer dari monosakadira
ini seperti selulosa, levans, dekstrans, dan glukans. Sebagian besar bersifat
kompleks, biasanya memiliki asam uronat sebagai konsestuen tambahan.
Konsestuen dari polisakarida ini mencakup heksos netral, khususnya D-
glukosa,D-galaktosa,D-mannos; methyl pentose seperti L-fukosa dan L-
rammnosa; polyio seperti Ribitol dan Gliserol; gula amonio dan asam uronat.
Fosfor juga sering ditemukan, khususnya pada polisakarida yang memiliki
polyios dan asam teikoat. Kapsul dari beberapa jenis bakteri Bacillus (misal B.
Antrachis dan B. Subtillis) terdiri dari senyawa po-lipeptida seperti asam
glutamin ( Schlegel, 1994:62)

Kapsul mempunyai cara perakitan yang sama dengan lipopolisakarida (LPS).


Kapsul dan LPS, merupakan polimer hirdofilik besar yang harus
disekresikan/diekspor keluar membran sel. Untuk membangus suatu sub unit
pada lipid, carrier, menstrasnlokasikan polimer hidrofilik tersebut melintasi
membran dan merakitnyanya ke permukaan luar. Ketebalan kapsul tidak tetap,
tetapi bervariasi tergantung temperatur dan medium pertumbuhan alami. Kapsul
ini umumnya berfungsi untuk melindungi diri baik dari sistem pertahanan tubuh
(bagi patogen) atau dari kondisi lingkungan yang kurang baik, seperti
kekeringan, kurang nutrien dan panas. Kapsul membantu sel berkompetisi dalam
lingkungan alami dan memudahkan sel melekat ke suatu permukaan substrat.
Kapsul juga mencegah terjadinya fagositosis oleh makrofag dan leukiosit
polimorfonuklear hewan tingkat tinggi.

Menambahkan bahwa fungsi fungsi proteksi kapsul ini terjadi melalui peran
kapsul sebagai barrier osmotic antara sel dan lingkungan. Virulensi berbagai
bakteri berkapsul berkaitan erat dengan kapsul itu sendiri, antibbodi terhadap
kapsul meningkatankan fagositosis melalui perusakan intra sel secara perlahan.
Bila kapsul suatu bakteri hilang, maka sifat virulensinya ikut hilang.
Menambahkan juga bahwa kapsul berperan sebagai determinan utama
kemampuan sel bakteri untuk mengkolonisasi niche tertentu. Misalnya
Streptococcus mutans pada gigi.
2.5 DINDING SEL

Dinding sel adalah struktur di luar membran sel yang membatasi ruang bagi sel
untuk membesar
Sifat-Sifat Dinding Sel :
 Sifat Fisik
 Dinding sel terdiri atas misel yaitu bangun-bangun molekul yag tersusun
oleh selulose
 Sifat Kimia
 Dinding sel tersusun oleh zat organik dan anorganik

Fungsi dinding sel :

 Memberikan Bentuk, Kekakuan dan Penyokong Pada Tumbuhan


 Sebagai Pelindung/Penghalang untuk Masuknya Patogen ( Virus,
Bakteri, Jamur dan Protozoa) ke dalam Sel
 Mencegah Kelebihan Air yang Masuk ke dalam Sel
 Sebagai tempat lewatnya zat-zat
Sturktur dinding sel, terdiri atas 3 bagian pokok :
1. subtansi interseluler (Lamela Tengah
 letaknya di antara dinding primer dari dua sel yang berdekatan.
 Berfungsi sebagai perekat sel untuk membentuk jaringan.
 Lamela tengah pada jaringa kayu mengandung lignin
2. Dinding Primer
 Dinding primer adalah dinding sel asli yang pertama kali berkembang pada
sel baru
 tersusun dari ± 9-25% selulosa, sisanya adalah hemiselulosa, dan pektin
 selulosa terdiri atas rantai-rantai panjang residu glukosa yang saling
berhubungan
 Selulosa Membentuk mikrofibril
3. Dinding Sekunder
 terbentuk di sebelah dalam permukaan dinding primer.
 terdiri atas selulosa atau campuran selulosa dengan hemiselulosa.
 lebih tebal dari dinding primer
 Berfungsi sebagai penguat.

Pembentukan dinding sel dimulai dari pembelahan inti sel atau yang di sebut
kariokinesis. Pada saat ini membelah, mikrotubulus yang ada di sekitar kedua
inti berkaitan dengan RE membentuk struktur fragmoplas. Mikrotubulus
bertugas untuk menahan vesikula-vesikula yang membawa bahan untuk
membuat lamela tengah. Roset yang ada di sekitar membran sel mensintesis
selulosa untuk pembentukan dinding primer baru. Setelahh pembentukan lamela
tengah dan dinding primer, sel mengalami pembesaran dan mengakibatkan
adanya tekanan di dalam sel yang di namakan tekanan tugor.

Pertumbuhan dinding sel dalam penebalannya dilakukan melalui 2 cara,


yaitu dengan penempelan bahan dinding selapis pada lamela tengah (aposisi)
dan dengan penyisipan bahan baru di antara bahan yang lama (instususepsi).
Berdasarkan arahnya, pertumbuhan dinding sel secara aposisi disebut sentripetal,
sedangkan pertumbuhan dinding ke arah luar lumen sel disebut sentrifugal.
Pertumbuhan sentripetal dijumpai pada khas sel-sel pembentuk jaringan.
Sedangkan pertumbuhan sentrifugal dijumpai pada pembentukan dinding sel
serbuk sari atau spora.

2.6 MEMBRAN SEL


Lemak atau lipid merupakan suatu senyawa organik yang tidak bisa larut di
dalam air. Susunan kimia lemak tersusun atas hidrogen (H), oksigen (O), serta
unsur karbon (C). Lipid memiliki sifat hidrofobik atau tidak larut di dalam air.
Apabila ingin melarutkan lemak maka dibutuhkan pelarut khusus seperti benzen,
klorofom, serta eter.

1. LIPID
Lipid merupakan pembangun dasar dari jaringan tubuh sebab memiliki peran
untuk membangun membran sel serta dihasilkan 2,5 kali lebih besar apabila
dibandingkan dengan karbohidrat serta protein. Membran lipid pada
dasarnya terdiri dari dua jenis, yaitu fosfolipid dan sterol. Sterol atau
umumnya adalah kolesterol.
a. Fosfolipid adalah gabungan dari lipid dengan fosfat. Disebut Lipid
Bilayer karena memiliki dua bagian yang berlawanan, area kepala
memiliki sifat hidrofilik karena dapat berinteraksi dengan air. Sedangkan
area ekor bersifat hidrofobik karena tidak bisa berinteraksi dengan air.
Fungsi dari fosfolipid yaitu sebagai pembatas sel dengan lingkungannya
karena membrane bersifat hidrofobik. Pada umumnya terdapat dua jenis
fosfolipid pada membrane sel yaitu spingomielin dan fosfogliserida
 Spingomielin merupakan fosfolipid yang tidak diturunkan dari
gliserol, kerangka karbonnya adalah sfingosin yaitu suatu alcohol
amino yang mengandung rantai hidrokarbon panjang dan tak
jenuh. Terdiri dari dua gugus, yaitu gugus amino (-NH2) dan
gugus hidroksil (-OH) keduanya berinteraksi dengan substansi
lain membentuk membrane spingolipid.
 Fosfogliserida adalah fosfolipid yang mengandung gugus fosfat.
Fosfogliserida merupakan polimer dari asam lemak dan fosfat
yang berikatan kovalen pada rangka karbon gliserol. Pada
fosfogliserida, gugus fosfat mengikat alcohol pada gugus
polarnya.
b. Kolesterol merupakan turunan asam lemak berantai karbon siklik,
sehingga sangat hidrofobik. Pada tempratur tinggi, kolesterol menjaga
membrane agar tidak terlalu fluid dan menjadikan membrane kurang
permeable terhadap molekul kecil dengan ikatannya serta terhadap
interaksi antar ikatan asam lemaknya.

2. PROTEIN

Protein terbentuk dari polimerisasi peptida. Peptida merupakan polimerisasi


dari asam amino yang berbeda. Maka dari itu protein dapat dikatakan
sebagai suatu kopolimer. Ikatan keyang terjadi antar protein selain ikatan
peptida antara asam amino dan penyusunnya, juga terjadi ikatan-ikatan yang
lain. Misalnya, ikatan hidrogen yang terjadi pada gugus –NH dan gugus –
OH, serta ikatan disulfida -S-S- yang menyokong terjadinya ikatan yang
kompleks pada protein. Ikatan ion pada protein juga terjadi jika di dalamnya
terdapat gugus ion logam dan ikatan koordinasi, misalnya ikatan koordinasi
antara ion Fe3+ dengan hemoglobin pada darah. Protein dibedakan menjadi
dua kelas protein terkait membran, yang mereka sebut protein integral dan
perifer. Protein integral merupakan sink protein yang melewati lapisan
fosfolipid, sedangkan protein perifer yaitu protein yang mengikat ke lapisan
fosfolipid luar.

a. Protein integral
Jenis protein integral :
 Protein Transmembran :
Merupakan protein yang menembus membrane pada kedua sisi.
Setiap tembusan membrane merupakan struktur a-heliks dengan
bagian yang tertanam dalam lipid bilayer
 Protein Integral :
Protein Integral yang terletak di permukaan membrane
berasosiasi dengan membrane bilayer melalui perantaraan ikatan
kovalen dengan rantai asam lemak.
 Protein Integral di Permukaan Luar :
Protein Integral menembus inti hidrofobik lapisan ganda. Protein
ini berikatan dengan fosfatidil kolin inositol dengan perantaraan
oligosakarida yang berikatan secara kovalen

b. Protein perifer
Protein Perifer tidak tertanam didalam lipid bilayer. Seluruhnya berlokasi
dibagian luar dari lipid bilayer, baik itu di permukaan ekstraseluler
maupun sitoplasmik. Protein Perifer berhubungan dengan membrane
melalui ikatan non kovalen. Fungsi protein perifer yaitu sebagai tempat
untuk peningkatan enzim atau hormone.
 Glikoprotein:
merupakan modifikasi dari protein dengan adanya penambahan
karbohidrat. Karbohidrat pada membrane terdiri dari rantai
pendek yang bercabang kurang dari 15 unit gula.
 Glikolipid :
merupakan modifikasi dari lipid membrane dengan adanya
penambahan karbohidrat. Contoh dari glikolipid adalah
Serebrosida yang mempunyai rangka karbon sfingosin (bukan
gliserol

2.7 SITOPLASMA

Sitoplasma merupakan cairan yang terdapat di dalam sel, kecuali di


dalam inti dan organel sel. Di dalam inti sel cairan dinamakan dengan
nukleoplasma. Sitoplasma  bersifat koloid, yaitu tidak padat dan tidak cair.
Penyusun utama dari sitoplasma adalah air yang berfungsi sebagai pelarut
zat-zat kimia serta sebagai media terjadinya reaksi kimia sel. Selain air di
dalamnya juga terlarut banyak molekul-molekul kecil, ion dan protein.
Ukuran partikel terlarut antara 0,001-0,1 µm dan bersifat transparan. Koloid
sitoplasma dapat berubah dari sol ke gel begitu sebaliknya. Sol terjadi jika
konsentrasi air tinggi, sedang gel saat konsentrasi air rendah. Di dalam
sitoplasma terdapat organel – organel yaitu ada mitokondria,vakuola,
retikulum endoplasma, aparatus golgi, membran inti, dan sentriol.
Matriks sitoplasma adalah bahan dasar sitoplasma (sitosol). Matriks
sitoplasma tersusun dari oksigen, karbon, hidrogen, nitrogen, senyawa
organik dan anorganik. Berfungsi sebagai larutan penyangga dan
mengendalikan rangsangan. Matriks sitoplasma dapat melakukan pergerakan
sehingga memiliki beberapa sifat fisik. Sifat fisik pada matriks sitoplasma
ada 4 yaitu:
 Efek tyndall : kemampuan memantulkan cahaya karena
berbentuk transparan.
 Gerak brown : larutan koloid pada sitoplasma bergerak secara
zig-zag.
 Gerak siklosis : gerak matrik sitoplasma seperti arus.
 Tegangan permukaan

Sitoplasma terdiri dari 4 lapisan yaitu :

 Ektoplasma, lapisan tipis, jernih dan berbatasan dengan dinding sel.


 Tonoplasma, lapisan tipis, jernih dan berbatasan dengan vakuola.
 Polioplasma, merupakan  bagian  yang  tampak  keruh  karena  adanya
butirbutir
mikrosoma. 
 Ektoplasma dan endoplasma merupakan bagian yang sangat penting
karena bersifat semi permiabel (dapat ditembus oleh air,tetapi sukar bagi
zat-zat yang tidak larut dalam air), sehingga kedua lapisan itu dapat
mengatur zat-zat mana yang dapat diambil dan dilepaskan oleh plasma.

Secara umum sitoplasma adalah air yang berfungsi sebagai pelarut zat-zat
kimia serta sebagai media terjadinya reaksi kimia sel, terdiri dari 62%
oksigen, 20% karbon, 10% hidrogen, dan 3% nitrogen. Sedangkan sisanya
yang 5% terdiri dari sekitar 30 unsur : yang terpentinng diantaranya adalah
Ca, Fe, Mg, Cl, P, K, dan S. Selain itu ditemukan juga dalam jumlah yang
lebih kecil: Bo, Cu, Fl, Mn, dan Si. Pada sel tertentu dapat ditemukan
alkohol, Co, dan Zn. Semua unsur tersebut terdapat dalam bentuk ion atau
melekat pada molekul karbon. Komponen bahan-bahan yang dapat
ditemukan di sitoplasma disebut sitosol. Sitosol membentuk setengah cairan
yang memiliki fase encer (sol) dan fase padat lembek (gel). Fase sol dan fase
gel ini tergantung pada aktivitas osmoregulasi pada sitoplasma.
Osmoregulasi adalah pengaturan keseimbangan air pada makhluk hidup,
dimana makhluk hidup akan menyesuaikan kebutuhan air yang dikonsumsi
maupun air yang keluar pada tubuh makhluk hidup.

Fungsi sitoplasma :
 Tempat menyimpan bahan kimia untuk metabolisme sel seperti
protein, lemak dan enzim.
 Sitoplasma berfungsi sebagai kerangka sel, karena sitoplasma
merupakan tempat organel-organel sel dilindungi sehingga
memberikan bentuk pada organel-organel sel di dalamnya.
 sebagai sarana atau fasilitator agar organel tertentu di dalam sel dapat
bergerak.
 Tempat metabolisme sitosolik seperti glikolisis dan tempat sintesis
protein oleh ribosom.
 Menjaga keseimbangan air dalam sel.
 Pelarut senyawa dan protein dalam sel

2.8 RIBOSOM

Ribosom adalah organel padat tidak memiliki membrane dan berukuran


kecil, sekitar 20-25nm. Ribosom tersusun dari RNA 60% dan protein 40%.
rRNA atau ribosom RNA disintesis didalam inti sel, dikeluarkan dari inti sel dan
berfungsi di luar (sitoplasma) dan ada yang melekat di reticulum endoplasma.
Ribosom bebas berperan dalam proses sintesisenzim, sedangkan ribosom terikat
berfungsi dalam sintesis protein. Ribosom berfungsi sebagai tempat sintesis
protein yang dilakukan dengan suatu unit, yaitu gabungan antara sub unit besar
(dalam tiga dimensi seperti memiliki tiga tangan) dan kecil (tidak memiliki
tonjolan seperti yang besar) dan hanya bekerja sama (bergabung) saat sintesis
protein. Dua subunit tersebut distabilkan oleh ion magnesium. Ribosom pada
eukariot berukuran sedikit lebih besar dari prokariotDi dalam ribosom diketahui
terdapat 3 bagian yang memiliki fungsi tersendiri, yaitu bagian E (exit site),
bagian P ( peptidil site), dan bagian A (aminoacyl site).
 Bagian/situs P merupakan tempat pengikatan tRNA yang membawa rantai
polipeptida yangsedang tumbuh,
 situs A merupakan tempat pengikatan tRNA yang membawa asamamino yang
akan ditambahkan pada rantai polipeptida
 situs E merupakantempat keluarnya tRNA yang sudah terdeasilisasi.
Terdapat dua macam persebaran butiran nucleoprotein pada permukaan
ribosom.Butiran nukleoprotein yang tersebar bebas pada sitoplasma disebut
ribosom bebas,sedangkan butiran nukeloprotein yang menempel pada
permukaan retikulumendoplasma disebut ribosom terikat.

Struktur Ribosom pada Prokaryot


Ribosom prokariot berdiameter kira – kira 200A ̇ dengan koefisien
sedimentasi sebesar 70. Memiliki ukuran 29 nm x 21 nm dengan massa total
2.520.000 Dalton. Ribosom merupakan gabungan dari sub unit besar (50 S)
dan sub unit kecil (30 S). Kedua sub unit dapat dipecah lagi menjadi
komponen – komponen protein dan RNA.Sub unit 30 S memiliki 21 macam
protein yang berbeda – beda yang diberi label S1sampai S21. Selain itu
memiliki molekul RNA 16 S (BM 0,6 x 106). Sedangkan, Sub unit 50 S
memiliki 34 macam protein yang diberi label L1 sampai L34 dan dua molekul
RNA yaitu 23 S(BM 1,6 x 106) dan 5 S (BM 3,2 x 104).
Protein memiliki berat molekul sub unit besar antara 10.900 – 65.500.
Adapun, protein sub unit kecil memiliki berat molekul kurang lebih
9.600 – 21.500. Masih sulit untuk mengusulkan suatu model dari struktur
ribosom, meskipun komposisi ribosom dan interaksi dari komponennya sudah
diketahui. Subunit 30 S mempunyai bentuk olipsoid dan dimensi 60 x
200  ̇.
Padaporosyang panjang terdapat bagian yang menjorok ke dalam sehingga ba
gian itu membagi sub unit dalam 1/3 dan 2/3 bagian. Sedangkan, Sub unit
besar bentuknya lebih bulat,mempunyai dimensi 150 x 200 x 200A  ̇.
Penggabungan kedua subunit tersebut membentuk monomer 70 S dan
terbentuk suatu lorong yang digunakan pada mRNA dan amino asil tRNA
selama sintesis protein. Monomer 70 S mempunyai diameter maksimum
sekitar 400A  ̇.
Protein Molekul RNA Berat molekul Bentuk dan
(Dalton) dimensi
50S 34 macam 23 S (BM 10.900-65.500 Bulat dan
protein (L1- 1,6x106) dan 5 S 150x200x200
L34) (BM 3,2x104)
30 S 21 macam 16 S (BM 9.600-21.500 Olipsoid 60x200.
protein yang 0,6x106) Terbagi menjadi
berbeda (S1- 1/3 dan 2/3
S21) bagian karena ada
bagian menjorok
kedalam

2.9 INKLUSI

(Inclusion body)

Di dalam sitoplasma sel prokariot terdapat granula-granula yang


fungsinya untuk deposit nutrisi dan disebut inklusi. Badan inklusi merupakan
konsentrasi suatu zat dalam sebuah sel prokariot, terdapat di dalam
sitoplasma berupa granula-granula. Struktur granul tidak diselubungi
membrane dan mengandung zat yang dipadatkan. Zat dalam granul tidak
mudah larut dalam sitoplasma. Setiap granul mengandung zat tertentu,
seperti glikogen atau polifosfat. Glikogen digunakan untuk energy,
sedangkan polifosfat memberi pasokan fosfat untuk berbagai proses
metabolisme sel prokariot.
Badan inklusi ini berfungsi untuk deposit nutrisi, menyimpan nutrient
tertentu saat jumlahnya melimpah dan menggunakannya saat jumlah di
lingkungannya terbatas. Tujuan penyimpanan cadangan makanan di dalam
inkulsi agar tidak terjadi tekanan osmotic yang berlebihan di dalam
sitoplasma. Inklusi dapat digunakan sebagai dasar identifikasi bakteri.
Berikut ini macam inklusi pada bakteri :
1. Granula Metakhromasi
Merupakan inklusi dengan ukuran besar dan sering disebut dengan
volutin. Volutin mengandung fosfat anorganik (polifosfat) yang digunakan
untuk sintesis ATP. Voluntin dibentuk oleh mikroba yang tumbuh pada
lingkungan yang kaya fosfat. Inklusi Corynebacterium diphteriae dapat
dilihat dengan pewarnaan metakhromasi. Granula metakhromatik sering
ditemukan pada jenis-jenis kuman patogen tertentu dan  berbentuk khas
untuk kuman tersebut. Granula metakromatik mengandung polifosfat, asam
ribonukleat, dan protein. Granula metakromatik sangat mungkin mempunyai
fungsi sebagai sumber cadangan energi (Beishir, 1991).
2. Granula polisakarida
Mengandung glikogen dan zat tepung serta dapat dilihat dengan
pewarnaan iodin. Inklusi glikogen digunakan untuk cadangan karbon dan
energy.
3. Inklusi lipid
Seperti polimer dari poly- β- hydroxybutyric acid yang terdapat pada
Mycobacterium, Bacillus, Azobacter, dan Spirillum.
4. Granula Belerang
Terdapat pada Thiobacillus untuk mengoksidasi belerang
5. Karboksisom
Karboksisom merupakan inklusi yang mengandung enzim ribulose 1,5-
diphosphate carboxylasel oxygenase. Terdapat pada bakteri nitrifikasi,
sianobakteri, dan Thiobacilli yang menggunakan karbondioksida sebagai
sumber karbon untuk fiksasi
6. Vakuola gas
Seperti lubang berisi gas yang terlindung oleh protein yang dimiliki oleh
sianobakteri, Halobacteria, dan bakteri fotosintetik anoksigenik. Jumlah gas
dalam vesikel gas dapat diatur dan bakteri dapat mengatur kepadatan sel
secara keseluruhan sehingga bakteri dapat masuk di kedalaman air atau ke
atas untuk memperoleh oksigen, cahaya, dan nutrisi sesuai kebutuhan
bakteri.
7. Magnetosom
Merupakan inklusi yang mengandung mineral iron oxide. Magnetosom
sering digunakan bakteri sebagai kompas pada daerah geomagnetic untuk
bergerak ke bawah mencapai tempat yang sesuai untuk melekat.
Magnetosom dibentuk oleh magnetotacticum bacteria akuatik gram
negative. Contohnya adalah Magnetospirillum magnetotacticum.
Magnetotactic bacteria menggunakan magnetosom sebagai aerotaxis untuk
merespon apabila terjadi perubahan konsentrasi oksigen yang disebut
magneto-aerotaxis.
8. Granula Sulfur
Bakteri mengakumulasi sulfur di dalam granula sel sebagai cadangan
energy dan electron. Dimiliki oleh bakteri yang menggunakan hydrogen
sulfide sebagai sumber electron. Thiobacillus merupakan bakteria sulfur,
memperoleh energy dengan cara mengoksidasi sulfur.
9. Kristal parasporal
Inklusi parasporal adalah Kristal protein yang mengelilingi spora dan
dimiliki oleh bakteri pembentuk spora, seperti Bacillus dan Clostridium.
Pada beberapa bakteri berperan sebagai precursor toksin dan diketahui
mempunya sifat toksik terhadap insekta. Parasporal B. thuringiensis
mengandung toksin protein yang dapat membunuh lebih dari 100 spesies
ngengat. Gen toksin tersebut telah dimodifikasi membentuk tanaman yang
resisten terhadap hama. Protein parasporal B. sphaericus toksik terhadap
nyamuk dan sekarang dimanfaatkan untuk pengendalian nyamuk pembawa
Plasmodium penyebab malaria.
10. Inklusi phikobilisom (phycobilisom)
Inklusi ini merupakan protein kompleks atau phikobiliprotein yang
terdiri dari 600 polipeptida yang integral pada membrane thylakoid dan
merupakan beberapa bakteri autotrofik. Phikobiliprotein memudahkan
phikobilisom mengabsorpsi dan mentransfer energy cahaya menjadi klorofil-
a untuk proses fotosintesis.

10.
a. Inklusi PHB; b. Kristal parasporal didalam sporangium B.
thuringiensis; c. Karboksisom didalam Anabaena viriabilis, berbentuk
polyhedral; d. Granula sulfur dalam sioplasma Beggiato

2.10 KROMOSOM

Kromosom adalah suatu struktur makromolekul yang berisi DNA dimana


informasi genetik dalam sel disimpan. Kata kromosom berasal dari kat
“khroma” yang berarti warna dan “soma” yang berarti badan. Tipe da jumlah
kromosom tiap makhluk hidup berbeda-beda.

Kromosom merupakan bagian penting dari inti sel yang berfungsi sebagai
pembawa sifat keturunan. Pengujian menggunakan teknik pewarnaan pada
tingkat sel menunjukkan bahwa kromosom terdiri dari susunan DNA. Jumlah
kromosom dalam satu sel tubuh (sel somatik) berjumlah dua set atau dikenal
sebagai diploid (2n), sedangkan pada sel kelamin (sel gamet) jumlah
kromosomnya satu set atau haploid (n). Satu set kromosom yang dimiliki oleh
sel somatik diturunkan dari tetua maternal dan set lainnya yang bersifat homolog
diturunkan dari tetua paternalnya. Satu set kromosom yang bersifat haploid (n)
dalam sel disebut dengan genom.

Bagian-bagian dari kromosom antara lain :

1. Kromatid :. Salah satu dari dua bagian identik kromosom yang terbentuk
setelah fase S pada pembelahan sel
2. Sentromer. Tempat persambungan kedua kromatid, dan tempat melekatnya
mikrotubulus
3. Lengan pendek
4. Lengan panjang

Berdasarkan letak dari sentromernya, kromosom dibedakan menjadi:

1. Metasentrik: sentromer berada tepat di tengah-tengah sehingga membagi


kromosom menjadi dua lengan dengan ukuran panjang yang sama (lengan p =
lengan q).
2. Submetasentrik atau akrosentrik: sentromer di antara tengah dan ujung
kromosom sehingga membagi kromosom menjadi dua lengan dengan ukuran
yang tidak sama panjang (lengan p < lengan q).
3. Telosentrik: Sentromer berada pada ujung atau sangat dekat dengan ujung pada
sebuah lengan kromosom.

KROMOSOM PROKARIOT

Beberapa bakteri, misalnya E. coil, memiliki sebuah kromosom DNA utas


ganda. Beberapa bakteri lain memiliki dua atau beberapa kromosom sirkuler atau
linier. Jika suatu sel E. coil mengalami lisis secara perlahan-lahan, maka DNA-nya
akan keluar. Sebuah DNA utas ganda berukuran 4,6 Mb dan membentuk kromosom
sirkuler sepanjang 1.100 µm akan terlihat. Kromosom akan terlihat berada di tengah
sel dan disebut nukleoid. Secara umum pada organisme prokariot tidak dijumpai
adanya selaput inti, sehingga antara inti sel dengan organel lain dalam sel tidak ada
sekat pemisah. Panjang DNA E. coil kira-kira sepanjang 1000 kali panjang selnya.

Kromosom pada kelompok prokariot berupa molekul DNA (mengandung


sejumlah gen) yang bergabung dengan protein tertentu bukan histon yang disebut
juga dengan nukleoid. Nukleoid digambarkan sebagai molekul yang telanjang (tanpa
protein dan tidak memiliki morfologi yang kompleks seperti pada materi genetik
eukariot).

Kromosom tersusun dari molekul DNA unting ganda yang tergabung dengan
protein tertentu bukan histon seperti pada kelompok eukariot serta RNA (GDNAer,
dkk, 1991). Berkenaan dengan E.coli, sebelum 1976 memang ada dugaan yang
menyatakan kromosom E.coli hanya tersusun dari molekul DNA telanjang, tetapi
dewasa ini sudah diketahui bahwa kromosom tersebut terdiri dari molekul DNA
yang bergabung dengan beberapa macam protein tertentu dan RNA. Protein dan
RNA itulah yang menyebabkan kromosom E.coli berada dalam kondisi sangat
terkondensasi. Dua di antara protein-protein kromosom E.coli tersebut. yaitu protein
HU dan H mirip dengan protein struktural histon yang bergabung dengan DNA
eukariot (Klug & Cummings, 2000).
Kromosom E.coli mempunyai keliling sebesar 1,6 mm, sedangkan sel E.coli itu
sendiri 1,0 x 2,0 m. Hal ini bisa terjadi karena adanya protein yang menyusun
DNA, membungkus genom. Tidak ada intron di dalam gen di segmen genom
E.coli.

Penelitian lebih lanjut yang dilakukan menunjukkan hasil bahwa materi genetik
(kromosom) prokariot berbentuk gulungan-gulungan di dalam sel. Superkoil
terjadi jika ada putaran tambahan ke dalam pengganti DNA dua helix disebut
superkoil positif. Jika putaran dihilangkan disebut superkoil negative. Enzim
yang mengontrol superkoil yaitu DNA gyrase dan DNA topoisomerase I

Virus mampu menginfeksi semua jenis organisme hidup. Sebagai contoh


kita mengenal adanya virus yang menginfeksi bakteri yang populer dikenal
dengan nama bakteriophage atau phage. Karakteristik bakteriophage adalah
memiliki sebuah kromosom dengan DNA utas ganda, linier, yang dikelilingi
protein yang berfungsi sebagai mantel. Phage sangat virulen sehingga hampir
semua sel bakteri yang terinfeksi phage akan mengalami lisis. Ada berbagai
jenis phage a.l. phage yang menginfeksi E. coil, phage A, dll. Phage A
merupakan salah satu jenis phage yang memiliki kromosom DNA utas ganda
yang linier, tetapi di bagian ujung utasnya memiliki 12 segmen nukleotida utas
tunggal. Setiap kali melakukan infeksi, sebuah phage akan mengalami konversi
kromosom dari bentuk linier menjadi sirkuler.

2.11 PLASMID
Plasmid merupakan molekul DNA ekstra kromosom (di luar kromosom)
yang berbentuk sirkuler dan memiliki untaian ganda di dalam sel bakteri.
Plasmid dapat memperbanyak diri dengan replikasi. Plasmid dapat
mengalami perpindahan dari satu sel bakteri menuju sel bakteri lainnya yang
disebut dengan konjugasi. Struktur plasmid dapat berupa DNA supercoil,
DNA sirkuler tertutup, dan DNA sirkuler terbuka.
DNA terdiri dari mononukleotida yaitu satu basa nitrogen (adenin, timin,
guanine dan sitosin), satu gula II-deoksi-D-Ribosa dan satu gugus phospat
yang bila dirangkai akan menjadi polinukleotida (DNA) yang memiliki
struktur double helix atau double strand dengan kedua strandnya bersifat
komplementer atau berpasangan yang dihubungkan dengan ikatan hydrogen.
Bila nukleotida pada strand pertama membawa basa Adenin, maka akan
berpasangan dengan strand yan membawa Timin, sedangkan strand yang
membawa Guanin akan berpasangan dengan strand kedua yang membawa
Sitosin. Antara 2 nukleotida yang berpasangan seperti antara strand adenin
dan strand timin akan terbentuk 2 ikatan hydrogen yang akan
menghubungkannya, sedangkan pada pasangan strand guanine dengan strand
sitosin akan terbentuk 3 ikatan hydrogen yang akan saling
mnghubungkannya.
Plasmid dapat berperan pada proeses kloning gen. Kloning gen
merupakan teknik untuk memperbanyak gen yang dilakukan dengan insersi
fragmen DNA rekombinan melalui pembawa gen yang salah satunya adalah
plasmid. Pembawa gen akan diinsersi ke dalam sel inang lalu DNA
rekombinan diperbanyak melalui propagasi atau pembelahan.
Plasmid juga dapat berguna sebagai transformasi yang berhubungan
dengan efisiensi transformasi. Tranformasi adalah kemampuan bakteri untuk
mengambil DNA asing ke dalam sel untuk memperbanyak suatu gen.
Plasmid yang di insersi oleh gen akan dimasukkan ke dalam bakteri
menggunakan metode transformasi. Tranformasi dapat dilakukan dengan 3
cara yaitu heatshock atau kejutan panas, elektroporasi, dan coldshock atau
kejutan dingin.
Kejutan panas merupakan metode paling mudah yang dapat dilakukan
yaitu dengan cara prinsip kejutan suhu yaitu 42 derajat C selama 90 detik
atau 120 detik sehingga dinding sel bakteri akan terbuka menyebabkan
plasmid dapat masuk ke dalam sel. Awal mulanya dilakukan persiapan sel
untuk siap ditransformasi yaitu dibuat dalam kondisi dingin 4 derat C
sehingga akan terjadi kejutan suhu jika ditaruh pada suhu 42 derajat C. sel
yang di transformasi disebut dengan sel kompeten. Sel kompeten dibuat
dengan cara direndam dalam larutan garam klorida seperti MnCl2, MgCl2
dan CaCl2 sehingga dapat terjadi peningkatan permeabilitas membrane sel
yang dapat menyebabkan plasmid dapat masuk ke dalam sel. Sel kompeten
akan tetap hidup walaupun diberikan kejutan panas 42 derajat C karena
mengekspresikan protein kejutan panas yaitu heat-shock proteins (HSPs)
yang akan diekspresikan pada saat mengalami kondisi stress suhu.
Efisiensi transformasi merupakan perbandingan jumlah antara pasmid
dengan jumlah transforman yang digunakan. Pasmid tidak dapat masuk
seluruhnya ke dalam bakteri jika waktu pembukaan dinding sel terlalu
pendek, sedangkan jika pembukaan dinding sel terlalu lama maka akan
menyebabkan bakteri rusak dan mati. Waktu kejutan panas berkisar antara
30-240 detik, sedangkan suhu kejutan panas berkisar antara 42-52 derajat C.
Suhu panas dapat menyebabkan denturasi sel yang dapat membuat plasmid
masuk. Ukuran plasmid berpengaruh pula terhadap efisiensi transformasi,
yaitu semkain besar plasmid maka semakin kecil efisiensi transformasinya.
Selain itu semakin tinggi konsentrasi plasmid maka berbanding lurus dengan
tingginya efisiensi transformasi.
Bentuk DNA plasmid juga mempengaruhi efisiensi transformasi.
Bentuk supercoil merupakan bentuk plasmid paling baik karena stabil dan
tidak rusak oleh kontamina ataupun enzim. Bentuk nicked (sobek)
menunjukkan jika plasmid sirkuler telah terpotong akibat enzim
polymerase. Bentuk linear menunjukkan bahwa plasmid terpotong oleh
enzim restriksi. Sedangkan bentuk sirkuler menandakan bahwa plasmid
telah terdenaturasi.
Jenis jenis plasmid
a. Plasmid Resistan (R-Plasmid)
Memiliki gen yang memungkinkan host untuk menjadi resisten
terhadap antibiotik atau racun.
b. Plasmid degradatif
Menanamkan sel inang dengan kemampuan untuk memetabolisme
senyawa organik biasanya sulit atau tidak biasa seperti toluena dan
asam salisilat.
c. Plasmid fertilitas (F-Plasmid)
Memiliki gen (tra-) yang memulai pembentukan F-pilus untuk
memungkinkan konjugasi dan terlibat dalam konjugasi bakteri.
d. Col Plasmid atau coligenik
Menghasilkan bakteriosin yaitu racun yang mematikan bakteri,
tetapi kepemilikan plasmid ini membuat inang tahan terhadap
racun.
e. Tumor-inducing Plasmid (Ti-Plasmid)
Mampu mengubah sel inang menjadi patogen. Mereka terjadi di
Agrobacterium tumefaciens, patogen yang menyebabkan penyakit
crown gall pada tanaman. Saat infeksi, plasmid ditransfer ke sel-sel
normal dari tanaman di mana ia berproliferasi dan selanjutnya
memperburuk penyakit dengan beralih ke keadaan tumor yang
dapat mengakibatkan sel-sel mensintesis racun, dan faktor virulensi
lainnya.
2.12 ENDOSPORA

Pada kondisi yang tidak menguntungkan beberapa bakteri seperti


Bacillus dan Clostridium memproduksi bentuk pertahanan hidup yang
disebut endospora. Proses ini dikenal sebagai sporulasi. Tidak seperti spora
pada Fungi, spora bakteri tidak memiliki fungsi reproduksi. Endospora ini
tahan terhadap kondisi lingkungan ekstrim seperti suhu yang tinggi,
kekeringan, senyawa kimia beracun (desinfektan, antibiotik) dan radiasi UV.
Sekali endospora terbentuk, bagian vegetatif bakteri terhenti dan fase “tidur”
dimulai. Endospora ini mampu bertahan sampai kondisi lingkungan kembali
menguntungkan.

Mekanisme sporulasi :

 Pada tahap pertama bakteri membentuk filamen aksial.


 Pembentukan septum asimetris, menghasilkan sel induk dan calon sel
pra-spora.
 Selanjutnya terjadi fagositosis sel pra-spora oleh sel induk, sehingga
sel pra-spora menjadi bentukan yang disebut protoplas.
 Perkembangan protoplas yang disebut perkembangan spora-awal
(forespore). Belum terbentuk peptidoglikan, sehingga bentuk spora-
awal tidak beraturan (amorf).
 Pembentukan korteks (peptidoglikan). Spora-awal menyintesis
peptidoglikan sehingga spora-awal mempunyai bentuk pasti.
 Pembentukan pembungkus (coat). Spora-awal menyintesis berlapis-
lapis pembungkus spora. Pembungkus spora disintesis baik secara
terus-menerus maupun terputus-putus, sehingga tampak seperti
penebalan korteks.
 Pematangan spora. Spora bakteri menyintesis asam dipokolinat dan
melakukan pengambilan kalsium.
 Pelepasan spora. Terjadi lisis sel induk, sehingga spora yang telah
matang keluar. Tidak ada aktivitas metabolik yang terjadi sampai
spora siap untuk melakukan germinasi. Proses sporulasi ini biasanya
berlangsung sekitar 15 jam.

Jenis endospore berdasarkan letaknya:

 Endospora terminal: Endospora yang terletak disalah satu ujung sel


vegetatif bakteri. Contoh : Clostridium tertium
 Endospora subterminal : Endospora yang letaknya diujung sel. Namun
lebih menjorok ketengah sel. Contoh : Clostridium perfringens
 Endospora sentral : Endospora yang terletak di tengah sel vegetatif.
Contoh : Clostridium bifermentans

1. Exosporium, dinding terluar endospore, dikelilingi oleh pelindung tipis yang


terbuat dari protein yang resisten terhadap enzim.
2. Mantel Spora, terdiri dari lapisan protein spesifik spora. Mantel spora, yang
bertindak seperti saringan yang mengeluarkan molekul beracun besar seperti
lisozim, tahan terhadap banyak molekul yang beracun dan bisa juga
mengandung enzim yang terlibat dalam perkecambahan.
3. Cortex (Korteks), yang Terdiri dari peptidoglikan yang tebal dan mengandung
asam dipicolinic (DPA), yang khusus untuk semua endospora bakteri. Tautan
silang DPA dengan ion kalsium tertanam dalam mantel spora. Cross linkage ini
sangat berperan terhadap kemampuan perlawanan ekstrim dari endospora karena
ia menciptakan sebuah penghalang yang sangat tak dapat ditembus. Pertautan
silang Kalsium DPA menyusun 10% dari berat kering endospora. Pembentukan
korteks tepat diperlukan untuk dehidrasi inti spora, yang membantu dalam
perlawanan terhadap suhu tinggi.
4. Dinding inti terletak di bawah korteks dan mengelilingi protoplas atau inti dari
endospora tersebut. Dinding inti berada di bawah korteks. Lapisan ini akan
menjadi peptidoglikan dinding sel bakteri setelah endospora yang berkecambah.
5. Core (inti) berisi dinding sel biasa dan, membran sitoplasma, nucleoid, dan
sitoplasma. inti hanya memiliki 10-30% dari kadar air sel vegetatif, sehingga
sitoplasma inti dalam keadaan gel. Kandungan air rendah memberikan dukungan
bagi keberhasilan endospora di lingkungan kering. Namun, kadar air rendah dan
sitoplasma gel mendukung aktivitas enzim sitoplasma. Inti berisi DNA
kromosom spora dibungkus di dalam protein-protein seperti kromatin yang
dikenal sebagai SASPs, yang melindungi DNA spora dari radiasi UV dan panas.
inti juga berisi struktur sel normal, seperti ribosom dan enzim lainnya, tetapi
tidak aktif secara metabolik. SASPs melindungi DNA dari sinar UV,
pengeringan, dan panas kering. SASPs juga berfungsi sebagai sumber energi
karbon selama perkecambahan, proses konversi spora kembali ke sel vegetatif
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Morfologi sel bakteri memiliki karakteristik yang unik. Berturut-turut
meliputi struktur luar dari dinding sel berupa kapsul, membran luar, flagela dan
fimbria, serta struktur bagian dalam dinding sel yaitu membran plasma,
sitoplasma, bahan inklusio dan materi genetik. Setiap komponen penyusun sel
bakteri tersebut memiliki struktur dan fungsi yang khsusus untuk mendukung
kelangsungan hidup, pertumbuhan, virulensi serta pertahanan bakteri dari
tekanan (stress) lingkungan.

komponen penyusun dinding sel, maka bakteri dapat dikelompokkan


menjadi bakteri Gram positif yang memiliki satu lapisan tunggal peptidoglikan
dan bakteri Gram negatif yang memiliki tiga lapisan yaitu membran luar,
dinding sel dan membran plasma. Peptidoglikan merupkan komponen utama
dari bakteri Gram posistif, sedangkan lipid merupakan komponen terbesar
penyusun bakteri Gram negatif. Beberapa tipe sel bakteri memiliki kelengkapan
tambahan seperti mesosom yang merupakan pelipatan membran plasma ke
bagian dalam yang diduga berfungsi sebagai fungsi khusus dan endospora yang
memiliki struktur yang tahan terhadap 46 panas sebgai adaptasi sel ketika berada
dalam lingkungan yang tidak menguntungkan bagi pertumbuhannya.
3.2 DAFTAR PUSTAKA

 http://digilib.unila.ac.id/8180/15/BAB%20II.pdf
 \Anonimus. 2018. Topik 5 DNA: Organisasi dalam Kromosom.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
 Nusantari, Elya. 2015. Genetika: Belajar Genetika dengan Mudah &
Komprehensif. Yogyakarta: deepublish.
 Jurnal sainstek vol.III NO.2: 124-128, desember 2011 tentang DETEKSI
KAPSUL BENIH LELE DUMBO oleh Indrawati, jurusan Biologi
FMIPA \Universitas Negeri Padang
 Prayitno, Trio Ageng, Nuril Hidayanti. 2017. Pengantar Mikrobiologi.
Malang. Media Nusa Creative.
 Murwani Sri. 2015. Dasar-Dasar Mikrobiologi Veteriner. Malang. UB
press.

Anda mungkin juga menyukai