SKENARIO 1
Disusun oleh:
Nama : Maria Fransisca Utha
Nim : 191610101130
Assalamualaikum Wr Wb.
Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa memberikan petunjuk serta melimpahkan berkah dan rahmat-Nya kepada
kami, sehingga laporan tutorial pertama blok “Jejas dan Respon Imun” ini dapat
diselesaikan. Dalam penyelesaian laporan tutorial pertama ini tentunya tidak dapat kami
selesaikan sendiri, kami banyak memperoleh bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami mengucapkan syukur dan menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan rahmat-Nya sehingga laporan
tutorial pertama blok “Jejas dan Respon Imun” ini dapat selesai.
2. Dr.drg. Atik Kurniawati, M.kes selaku tutor, yang telah membimbing
jalannya diskusi tutorial kelompok 11 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Jember dan yang telah memberi masukan yang membantu bagi
pengembangan ilmu yang telah didapatkan.
3. Teman-teman yang setia menemani dan membantu dalam proses
penyelesaian laporan tutorial pertama blok “Jejas dan Respon Imun”.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun laporan tutorial ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
membantu sempurnanya laporan tutorial pertama blok “Jejas dan Respon Imun” ini.
Kami berharap semoga laporan tutorial ini dapat bermanfaat bagi kita semua serta untuk
menambah pengetahuan dan wawasan.
Wassalamualaikum Wr Wb.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Skenario
1.3 Rumusan Masalah
1.4 Mapping
1.5 Learning Objective
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Struktur molekul dan ultrastruktur Bakteri :
2.1 Flagella
2.2 Pili
2.3 Fimbriae
2.4 Kapsul
2.5 Dinding Sel
2.6 Membran Sel
2.7 Sitoplasma
2.8 Ribosom
2.9 Inklusi
2.10 Kromosom
2.11 Plasmid
2.12 Endospora
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Daftar pustaka
BAB I. PENDAHULUAN
Pembahasan biokimia dapat dibagi dalam tiga topik utama yaitu struktur biokimia
yang difokuskan pada struktur molekul penyusun makhluk hidup yang dikaitkan
padahubungan antara struktur molekul dan fungsi biologi molekul penyusun makhluk
hidup, proses metabolisme yang terjadi pada makhluk hidup dan regulasinya serta
energi yang terlibat, informasi biokimia yang dihubungkan dengan proses kimia dan
senyawa yang menyimpan dan mentransmisikan informasi biologi yang dikenal sebagai
pewarisan sifat sel. Makromolekul-makromolekul pada sel hidup dapat bergabung
dengan makromolekul lain membentuk kompleks supramolekul seperti membran,
dinding sel, kromosom, dan virus. Deretan reaksi pada pembentukan atau degradasi
molekul komponen sel hidup tersebut dikenal dengan metabolisme.
Unit terkecil dari kehidupan adalah sel. Ada dua klasifikasi utama sel yaitu sel
eukariot (eukaryotes, bahasa Yunani; eu ‘baik’ atau ‘benar’, karyon ‘inti’) yang
mempunyai membran melingkupi DNA genomnya yang dikenal sebagai nucleus ‘inti’;
dan sel prokariot (prokaryotes, bahasa Yunani: pro ‘sebelum’) yang tidak mempunyai
organel ini. DNA prokariot tidak dibungkus membran tetapi tetap berada pada
sitoplasma yang dinamakan dengan nucleoid ‘daerah inti’. Prokariot meliputi
bermacam-macam tipe bakteri. Prokariot merupakan organisme yang paling banyak dan
tersebar luas di bumi. Prokariot ditemukan pada hampir setiap lingkungan bumi dari
sumber sulfur panas sampai di bawah dasar lautan. Hal ini karena prokariot mempunyai
kemampuan adaptasi yang luar biasa terhadap lingkungan yang bervariasi. Oleh sebab
itu, jumlah prokariot diperkirakan mewakili sekitar setengah biomassa bumi. Prokariot
mempunyai struktur yang relatif sederhana dan selalu uniseluler. Prokariot terdiri dari
dua domain, yaitu Bacteria (juga dikenal sebagai Eubacteria) dan Archaea (juga
dikenal sebagai Archaebacteria)
1.2 Skenario
Pada bakteri (prokariota) secara struktural terdapat tiga regio: 1) regio appendages
yang digunakan oleh bakteri untuk attachment, struktur ini dapat berupa flagela dan
pili (atau fimbriae); 2) regio cell envelope (amplop sel) yang terdiri dari kapsul,
dinding sel dan membran sel; dan 3) regio cytoplamic, yang berisi kromosom
(DNA) sel, plasmid, ribosom dan berbagai macam badan inklusi (inclusion body)
serta endospora. Biomolekul penyusun struktur-struktur tersebut berbeda-beda.
Struktur dinding sel bakteri Gram positif berbeda dengan Gram negatif. Dinding sel
bakteri Gram-positif relatif tebal dan terdiri dari banyak lapisan peptidoglikan
diselingi dengan asam teikoat yang berjalan tegak lurus ke lembar peptidoglikan.
Struktur dinding sel bakteri Gram-negatif relatif tipis dan mengandung
peptidoglikan jauh lebih sedikit daripada dinding Gram-positif. Juga, tidak ada asam
teikoat. Namun, dinding sel Gram negatif terdiri dari outer membrane yang berada
di luar dari lapisan peptidoglikan. Outer membrane melekat pada lembar
peptidoglikan oleh kelompok molekul lipoprotein yang unik. Outer membrane
bakteri Gram negatif terdiri dari lipid bilayer (lapisan ganda lipid) diselingi dengan
protein, menyerupai membran plasma. Outer membrane mengandung fosfolipid,
tapi terutama dibentuk oleh berbagai jenis molekul amfifilik lipopolisakarida (LPS).
Ini adalah urutan di mana sub unit disatukan dalam makromolekul, yang disebutstruktur
primer dan menentukan banyaknya properti dalam makromolekul. Dengandemikian,
genetik ditentukan oleh urutan basa nukleotida tertentu dalam DNAkromosom. Urutan
asam amino dalam protein menentukan sifat dan fungsi dariprotein; dan urutan gula
dalam lipopolisakarida bakteri menentukan sifat dinding
selyang unik untuk patogen. Struktur utama dari makromolekul akan
mendorongfungsinya, dan perbedaan dalam struktur utama makromolekul biologis
menyumbangkeragaman besar dalam kehidupan
8. Mengapa komponen struktural bakteri , penting untuk sel bakteri ?
Karena setiap Struktur Sel Bakteri mempunyai Fungsi sebagai berikut:
1. Kapsul atau Lapisan Lendir
Fungsi Kapsul atau Lapisan Lendir
Sebagai pelindung, Menjaga sel agar tidak kekeringan, Membantu pelekatan
dengan sel bakteri lain atau pada substrak, Pada bakteri patogen, kapsul
melindungi bakteri dari pengaruhi sistem kekebalan (antibodi) yang dihasilkan
oleh sel tubuh inang.
2. Dinding Sel
Fungsi Dinding Sel
Mempertahankan bentuk dari selMemberikan sebuah perlindungan
fisik, Menjaga sel agar tidak pecah dalam lingkungan yang memiliki tekanan
osmotik yang lebih rendah (hipotonis)Sel bakteri dapat mengalami plasmolisis
jika berada pada lingkungan yang tekanan osmotik lebih tinggi
(hipertonis).Bakteri akan mati jika berada pada larutan yang pekat misalnya
mengandung banyak garam atau banyak gula
3. Membran Plasma
Fungsi Membran Plasma
Membungkus sitoplasma Mengatur pertukaran zat yang berada di dalam sel
dengan zat yang ada diluar sel.
4. Sitoplasma
Fungsi sitoplasma :
5. Fungsi Ribosom :
Ribosom berfungsi sebagai tempat sintesis protein yang dilakukan dengan suatu
unit, yaitu gabungan antara sub unit besar (dalam tiga dimensi seperti memiliki
tiga tangan) dan kecil (tidak memiliki tonjolan seperti yang besar) dan hanya
bekerja sama (bergabung) saat sintesis protein. Dua subunit tersebut distabilkan
oleh ion magnesium
6. Flagela
Fungsi utama flagela pada bakteri adalah sebagai alat untuk pergerakan. Flagela
bukan merupakan alat untuk pertahanan hidup. Flagela dapat dipisahkan dengan
guncangan atau dengan putaran dalam alat pengocok seperti sentrifuga. Sel tetap
hidup dan memperoleh motilitas dengan pertumbuhan kembali flagela. Sel
bakteri berflagela dapat menghampiri sumber nutrisi dan menghindari racun
dengan menghampiri suatu kemoatraktan atau meninggalkan senyawa yang
tidak diinginkan. Pergerakan sel oleh flagela mendorong sel dengan putaran
melingkar searah sumbu panjangnya, seperti baling-baling. Putaran flagela
dikuatkan oleh arus listrik.
7. Pilus
Pilus (Latin, pili = rambut). Fili sendiri berperan dalam proses motilitas dan
juga transfer DNA, namun fungsi utama fili adalah pada proses transfer DNA
dengan cara konjugasi. Proses konjugasi menggunakan fili yang disebut fili
konjugasi atau fili seks.Fili ini menyatukan bakteri dan mentransfer dna dari satu
bakteri ke bakteri yang lain.Proses konjugasi adalah proses transfer genetik antara
sel2 bakteri dimana memerlukan kontak langsung antar sel. Konjugasi terjadi antara
spesies yang sama maupun yang berbeda, plasmid disebut efektor yg diperlukan
untuk faktor fertilisasi.
8. atau fimbria (fimbria = daerah pinggir) adalah struktur seperti flagela tetapi
berupa rambut-rambut yang memiliki diamater lebih kecil, pendek, dan kaku,
dengan terdapat di sekitar dinding sel. Fungsi pilus atau Fimbria adalah
Membantu bakteri yang menempel pada suatu medium tempat
hidupnyaMelekatkan diri dengan sel bakteri lainnya, sehingga dapat terjadi
transfer DNA pada saat terjadinya konjugasi. Pilus untuk konjugasi disebut
dengan pilus seks.
9. Inklusi
Badan inklusi ini berfungsi untuk deposit nutrisi, menyimpan nutrient tertentu
saat jumlahnya melimpah dan menggunakannya saat jumlah di lingkungannya
terbatas. Tujuan penyimpanan cadangan makanan di dalam inkulsi agar tidak
terjadi tekanan osmotic yang berlebihan di dalam sitoplasma. Inklusi dapat
digunakan sebagai dasar identifikasi bakteri.
10. Kromosom
Kromosom merupakan bagian penting dari inti sel yang berfungsi sebagai
pembawa sifat keturunan
11. Plasmid
Plasmid dapat berperan pada proeses kloning gen. Kloning gen merupakan
teknik untuk memperbanyak gen yang dilakukan dengan insersi fragmen DNA
rekombinan melalui pembawa gen yang salah satunya adalah plasmid. Pembawa
gen akan diinsersi ke dalam sel inang lalu DNA rekombinan diperbanyak
melalui propagasi atau pembelahan. Plasmid juga dapat berguna sebagai
transformasi yang berhubungan dengan efisiensi transformasi
12. Endospora
Fungi, spora bakteri tidak memiliki fungsi reproduksi. Endospora ini tahan
terhadap kondisi lingkungan ekstrim seperti suhu yang tinggi, kekeringan,
senyawa kimia beracun (desinfektan, antibiotik) dan radiasi UV
Flagella Protein
Pilli Protein
Fimbrae Protein
Kapsul Usuallypolysaccharide;occasionally
polypeptide
Ribososm RNA and protein
Plasmid DNA
Kromososm DNA
Appendages : flagella,
pili, fimbriae
Biomolekul :
protein (asam amino), sel bakteri
Polisakarida (monosakarida), Cell envelope : kapsul, -Gram positif
Phospholipid (asam lemak, dinding sel, membran sel
-Gram negatif
gliserol, asam fosfat), Asam
nukleat (mononukleotida)
Cytoplasmic : ribosom,
badan inklusi, kromosom,
plasmid, endospora
1.1 FLAGELLA
Flagela merupakan filamen protein uliran (helical) dengan panjang dan diameter
yang sama, dimiliki oleh beberapa bakteri patogen untuk bergerak bebas dan cepat
(pergerakan berenang). Flagela disusun oleh tiga bagian: filamen, hook (sudut), dan
basal body (bagian dasar). Bagian dasar menancap pada membran plasma, disusun
oleh suatu tangkai serta satu atau dua rangkaian cincin yang mengelilinginya dan
berhubungan dengan membran plasma, peptidoglikan, dan pada bakteri Gram-
negatif berhubungan dengan membran luar pembungkus sel. Berdsarkan jumlah dan
lokasi pelekatan flagela, tipe flagela pada sel bakteri menampakkan bentuk yang
khas.
Beberapa jenis bakteri seperti pada Pseudomonas memiliki satu flagela pada
bagian salah satu ujung sel yang disebut monotrik. Tipe flagela yang tersusun atas
banyak flagela yang letaknya pada satu ujung sel dikenal sebagai tipe lofotrik,
sedangkan apabila letak flagella pada kedua ujung sel dinamakan tipe amfitrik.
Kelompok enterobakteri motil seperti Salmonella atau Bacillus memiliki flagela
yang tersebar pada seluruh permukaan sel, yang disebut peritrik. Jumlah flagela
setiap jenis bakteri berbeda mulai dari sejumlah kecil pada Escherichia coli sampai
beberapa ratus per sel, seperti pada Proteus. Fungsi utama flagela pada bakteri
adalah sebagai alat untuk pergerakan. Flagela bukan merupakan alat untuk
pertahanan hidup. Flagela dapat dipisahkan dengan guncangan atau dengan putaran
dalam alat pengocok seperti sentrifuga. Sel tetap hidup dan memperoleh motilitas
dengan pertumbuhan kembali flagela. Sel bakteri berflagela dapat menghampiri
sumber nutrisi dan menghindari racun dengan menghampiri suatu kemoatraktan atau
meninggalkan senyawa yang tidak diinginkan. Pergerakan sel oleh flagela
mendorong sel dengan putaran melingkar searah sumbu panjangnya, seperti baling-
baling. Putaran flagela dikuatkan oleh arus listrik.
Fili merupakan struktur berbentuk seperti rambut halus yang menonjol dari
dinding sel. Fili mirip dengan flagelum namun lebih pendek, kaku, dan berdiameter
lebih kecil. Fili tersusun dari protein. Fili berfungsi sebagai penghubung saat
bakteri melakukan konjugasi (pertukaran materi genetik). Selain itu, fili juga
berfungsi sebagai pelekat antara sel bakteri yang satu dengan sel bakteri lainnya.
Bentuk fili mirip dengan fimbriae, namun lebih panjang dr fimbriae. Dalam sel fili
hanya ada satu atau beberapa. Fili sendiri berperan dalam proses motilitas dan juga
transfer DNA, namun fungsi utama fili adalah pada proses transfer DNA dengan
cara konjugasi.
Proses konjugasi menggunakan fili yang disebut fili konjugasi atau fili seks. Fili
ini menyatukan bakteri dan mentransfer dna dari satu bakteri ke bakteri yang
lain.Proses konjugasi adalah proses transfer genetik antara sel2 bakteri dimana
memerlukan kontak langsung antar sel. Konjugasi terjadi antara spesies yang sama
maupun yang berbeda, plasmid disebut efektor yg diperlukan untuk faktor fertilisasi.
1.3 FIMBRIAE
1. adhesin
adhesin merupakan suatu komponen permukaan sel yang memungkinkan
organisme tersebut menempel pada reseptor yang terdapat pada sel inang
2. Lektin
Lektin merupakan potein yang mengikat sel tubuh pada glokoprotein dan
glokolipid yang terekspresi pada permukaan sel untuk membuat sel tersebut
menggumpal
contoh :
• Pada bakteri Neisseria gonorrhoeae (penyebab penyakit gonore, fimbriae
membantu bakteri berkolonisasi pada mukosa.
• pada bakteri E.coli fimbriae memungkinkan bakteri ini untuk menempel dan
berkolonisasi pada lapisan usus halus yang menyebabkan diare.
1. Fimbriae tipe 1
Fimbriae tipe 1 adalah faktor penting pada E.coli uropatogenik dalam langkah
menginfeksi dengan memediasi adhesi sel epitel. selain itu fimbriae tipe 1
diperlukan untuk kolonisasi.
2. Fimbriae tipe 2
fimbriae ini ditemukan pada beberapa spesies Salmonella. Mereka berbeda dari
subtipe lainnya karena mereka tidak memiliki perekat
3. Fimbriae tipe 3
Fimbriae tipe 3 jenis ini khusus untuk Klebsiella dan Serratia marcescens.
Klebsiella merupakan bakteri bersifat patogen, termasuk bakteri gram negatif ,
tidak bergerak an dapat memfermentasikan laktosa. sedangkan serratia
marcescens adalah bakteri patogen yang berbentuk batang, berdiameter 0,5-0,8
µm, dan panjang 0,9-2 µm dan dapat ditemukan pada tanah air dan tanaman.
fimbriae tipe 3 dapat menempel pada sel jamur dan tanaman, dan permukaan
kaca, juga untuk serat selulosa.
4. fimbriae tipe 4
fimbriae tipe 4 merupakan filamen yang ditemukan diberbagai bakteri patogen
termasuk Neisseria gonorrhoae. fimbriae ini adalah faktor kolonisasi kunci host
dan dapat melakukan adhesi.
2.4 KAPSUL
Beberapa bakteri memiliki kapsul atau lendir yang berada di bagian terluar
dari sel dan melindungi lapisan tunggal sel. Sel bakteri dapat menghasilkan
lendir ke permukaan selnya. Lendir tersebut tersusun dari air dan polisakarida
dan biasanya terdapat pada bakteri saprofit. Lendir yang terkumpul kemudian
menebal dan membentuk kapsul yang tersusun atas glikoprotein.Kapsul
memiliki sturktur yang lebih lebar dan definit serta mudah diamati . Umumnya
kapsul tersusun atas polimer, seperti polisakarida atau polipeptida atau
keduanya. polisakarida ini bervariasi dalam hal komposisi dan kommpleksitasya.
Polimer yang paling sederhana adalah monosakarida. Polimer dari monosakadira
ini seperti selulosa, levans, dekstrans, dan glukans. Sebagian besar bersifat
kompleks, biasanya memiliki asam uronat sebagai konsestuen tambahan.
Konsestuen dari polisakarida ini mencakup heksos netral, khususnya D-
glukosa,D-galaktosa,D-mannos; methyl pentose seperti L-fukosa dan L-
rammnosa; polyio seperti Ribitol dan Gliserol; gula amonio dan asam uronat.
Fosfor juga sering ditemukan, khususnya pada polisakarida yang memiliki
polyios dan asam teikoat. Kapsul dari beberapa jenis bakteri Bacillus (misal B.
Antrachis dan B. Subtillis) terdiri dari senyawa po-lipeptida seperti asam
glutamin ( Schlegel, 1994:62)
Menambahkan bahwa fungsi fungsi proteksi kapsul ini terjadi melalui peran
kapsul sebagai barrier osmotic antara sel dan lingkungan. Virulensi berbagai
bakteri berkapsul berkaitan erat dengan kapsul itu sendiri, antibbodi terhadap
kapsul meningkatankan fagositosis melalui perusakan intra sel secara perlahan.
Bila kapsul suatu bakteri hilang, maka sifat virulensinya ikut hilang.
Menambahkan juga bahwa kapsul berperan sebagai determinan utama
kemampuan sel bakteri untuk mengkolonisasi niche tertentu. Misalnya
Streptococcus mutans pada gigi.
2.5 DINDING SEL
Dinding sel adalah struktur di luar membran sel yang membatasi ruang bagi sel
untuk membesar
Sifat-Sifat Dinding Sel :
Sifat Fisik
Dinding sel terdiri atas misel yaitu bangun-bangun molekul yag tersusun
oleh selulose
Sifat Kimia
Dinding sel tersusun oleh zat organik dan anorganik
Pembentukan dinding sel dimulai dari pembelahan inti sel atau yang di sebut
kariokinesis. Pada saat ini membelah, mikrotubulus yang ada di sekitar kedua
inti berkaitan dengan RE membentuk struktur fragmoplas. Mikrotubulus
bertugas untuk menahan vesikula-vesikula yang membawa bahan untuk
membuat lamela tengah. Roset yang ada di sekitar membran sel mensintesis
selulosa untuk pembentukan dinding primer baru. Setelahh pembentukan lamela
tengah dan dinding primer, sel mengalami pembesaran dan mengakibatkan
adanya tekanan di dalam sel yang di namakan tekanan tugor.
1. LIPID
Lipid merupakan pembangun dasar dari jaringan tubuh sebab memiliki peran
untuk membangun membran sel serta dihasilkan 2,5 kali lebih besar apabila
dibandingkan dengan karbohidrat serta protein. Membran lipid pada
dasarnya terdiri dari dua jenis, yaitu fosfolipid dan sterol. Sterol atau
umumnya adalah kolesterol.
a. Fosfolipid adalah gabungan dari lipid dengan fosfat. Disebut Lipid
Bilayer karena memiliki dua bagian yang berlawanan, area kepala
memiliki sifat hidrofilik karena dapat berinteraksi dengan air. Sedangkan
area ekor bersifat hidrofobik karena tidak bisa berinteraksi dengan air.
Fungsi dari fosfolipid yaitu sebagai pembatas sel dengan lingkungannya
karena membrane bersifat hidrofobik. Pada umumnya terdapat dua jenis
fosfolipid pada membrane sel yaitu spingomielin dan fosfogliserida
Spingomielin merupakan fosfolipid yang tidak diturunkan dari
gliserol, kerangka karbonnya adalah sfingosin yaitu suatu alcohol
amino yang mengandung rantai hidrokarbon panjang dan tak
jenuh. Terdiri dari dua gugus, yaitu gugus amino (-NH2) dan
gugus hidroksil (-OH) keduanya berinteraksi dengan substansi
lain membentuk membrane spingolipid.
Fosfogliserida adalah fosfolipid yang mengandung gugus fosfat.
Fosfogliserida merupakan polimer dari asam lemak dan fosfat
yang berikatan kovalen pada rangka karbon gliserol. Pada
fosfogliserida, gugus fosfat mengikat alcohol pada gugus
polarnya.
b. Kolesterol merupakan turunan asam lemak berantai karbon siklik,
sehingga sangat hidrofobik. Pada tempratur tinggi, kolesterol menjaga
membrane agar tidak terlalu fluid dan menjadikan membrane kurang
permeable terhadap molekul kecil dengan ikatannya serta terhadap
interaksi antar ikatan asam lemaknya.
2. PROTEIN
a. Protein integral
Jenis protein integral :
Protein Transmembran :
Merupakan protein yang menembus membrane pada kedua sisi.
Setiap tembusan membrane merupakan struktur a-heliks dengan
bagian yang tertanam dalam lipid bilayer
Protein Integral :
Protein Integral yang terletak di permukaan membrane
berasosiasi dengan membrane bilayer melalui perantaraan ikatan
kovalen dengan rantai asam lemak.
Protein Integral di Permukaan Luar :
Protein Integral menembus inti hidrofobik lapisan ganda. Protein
ini berikatan dengan fosfatidil kolin inositol dengan perantaraan
oligosakarida yang berikatan secara kovalen
b. Protein perifer
Protein Perifer tidak tertanam didalam lipid bilayer. Seluruhnya berlokasi
dibagian luar dari lipid bilayer, baik itu di permukaan ekstraseluler
maupun sitoplasmik. Protein Perifer berhubungan dengan membrane
melalui ikatan non kovalen. Fungsi protein perifer yaitu sebagai tempat
untuk peningkatan enzim atau hormone.
Glikoprotein:
merupakan modifikasi dari protein dengan adanya penambahan
karbohidrat. Karbohidrat pada membrane terdiri dari rantai
pendek yang bercabang kurang dari 15 unit gula.
Glikolipid :
merupakan modifikasi dari lipid membrane dengan adanya
penambahan karbohidrat. Contoh dari glikolipid adalah
Serebrosida yang mempunyai rangka karbon sfingosin (bukan
gliserol
2.7 SITOPLASMA
Secara umum sitoplasma adalah air yang berfungsi sebagai pelarut zat-zat
kimia serta sebagai media terjadinya reaksi kimia sel, terdiri dari 62%
oksigen, 20% karbon, 10% hidrogen, dan 3% nitrogen. Sedangkan sisanya
yang 5% terdiri dari sekitar 30 unsur : yang terpentinng diantaranya adalah
Ca, Fe, Mg, Cl, P, K, dan S. Selain itu ditemukan juga dalam jumlah yang
lebih kecil: Bo, Cu, Fl, Mn, dan Si. Pada sel tertentu dapat ditemukan
alkohol, Co, dan Zn. Semua unsur tersebut terdapat dalam bentuk ion atau
melekat pada molekul karbon. Komponen bahan-bahan yang dapat
ditemukan di sitoplasma disebut sitosol. Sitosol membentuk setengah cairan
yang memiliki fase encer (sol) dan fase padat lembek (gel). Fase sol dan fase
gel ini tergantung pada aktivitas osmoregulasi pada sitoplasma.
Osmoregulasi adalah pengaturan keseimbangan air pada makhluk hidup,
dimana makhluk hidup akan menyesuaikan kebutuhan air yang dikonsumsi
maupun air yang keluar pada tubuh makhluk hidup.
Fungsi sitoplasma :
Tempat menyimpan bahan kimia untuk metabolisme sel seperti
protein, lemak dan enzim.
Sitoplasma berfungsi sebagai kerangka sel, karena sitoplasma
merupakan tempat organel-organel sel dilindungi sehingga
memberikan bentuk pada organel-organel sel di dalamnya.
sebagai sarana atau fasilitator agar organel tertentu di dalam sel dapat
bergerak.
Tempat metabolisme sitosolik seperti glikolisis dan tempat sintesis
protein oleh ribosom.
Menjaga keseimbangan air dalam sel.
Pelarut senyawa dan protein dalam sel
2.8 RIBOSOM
2.9 INKLUSI
(Inclusion body)
10.
a. Inklusi PHB; b. Kristal parasporal didalam sporangium B.
thuringiensis; c. Karboksisom didalam Anabaena viriabilis, berbentuk
polyhedral; d. Granula sulfur dalam sioplasma Beggiato
2.10 KROMOSOM
Kromosom merupakan bagian penting dari inti sel yang berfungsi sebagai
pembawa sifat keturunan. Pengujian menggunakan teknik pewarnaan pada
tingkat sel menunjukkan bahwa kromosom terdiri dari susunan DNA. Jumlah
kromosom dalam satu sel tubuh (sel somatik) berjumlah dua set atau dikenal
sebagai diploid (2n), sedangkan pada sel kelamin (sel gamet) jumlah
kromosomnya satu set atau haploid (n). Satu set kromosom yang dimiliki oleh
sel somatik diturunkan dari tetua maternal dan set lainnya yang bersifat homolog
diturunkan dari tetua paternalnya. Satu set kromosom yang bersifat haploid (n)
dalam sel disebut dengan genom.
1. Kromatid :. Salah satu dari dua bagian identik kromosom yang terbentuk
setelah fase S pada pembelahan sel
2. Sentromer. Tempat persambungan kedua kromatid, dan tempat melekatnya
mikrotubulus
3. Lengan pendek
4. Lengan panjang
KROMOSOM PROKARIOT
Kromosom tersusun dari molekul DNA unting ganda yang tergabung dengan
protein tertentu bukan histon seperti pada kelompok eukariot serta RNA (GDNAer,
dkk, 1991). Berkenaan dengan E.coli, sebelum 1976 memang ada dugaan yang
menyatakan kromosom E.coli hanya tersusun dari molekul DNA telanjang, tetapi
dewasa ini sudah diketahui bahwa kromosom tersebut terdiri dari molekul DNA
yang bergabung dengan beberapa macam protein tertentu dan RNA. Protein dan
RNA itulah yang menyebabkan kromosom E.coli berada dalam kondisi sangat
terkondensasi. Dua di antara protein-protein kromosom E.coli tersebut. yaitu protein
HU dan H mirip dengan protein struktural histon yang bergabung dengan DNA
eukariot (Klug & Cummings, 2000).
Kromosom E.coli mempunyai keliling sebesar 1,6 mm, sedangkan sel E.coli itu
sendiri 1,0 x 2,0 m. Hal ini bisa terjadi karena adanya protein yang menyusun
DNA, membungkus genom. Tidak ada intron di dalam gen di segmen genom
E.coli.
Penelitian lebih lanjut yang dilakukan menunjukkan hasil bahwa materi genetik
(kromosom) prokariot berbentuk gulungan-gulungan di dalam sel. Superkoil
terjadi jika ada putaran tambahan ke dalam pengganti DNA dua helix disebut
superkoil positif. Jika putaran dihilangkan disebut superkoil negative. Enzim
yang mengontrol superkoil yaitu DNA gyrase dan DNA topoisomerase I
2.11 PLASMID
Plasmid merupakan molekul DNA ekstra kromosom (di luar kromosom)
yang berbentuk sirkuler dan memiliki untaian ganda di dalam sel bakteri.
Plasmid dapat memperbanyak diri dengan replikasi. Plasmid dapat
mengalami perpindahan dari satu sel bakteri menuju sel bakteri lainnya yang
disebut dengan konjugasi. Struktur plasmid dapat berupa DNA supercoil,
DNA sirkuler tertutup, dan DNA sirkuler terbuka.
DNA terdiri dari mononukleotida yaitu satu basa nitrogen (adenin, timin,
guanine dan sitosin), satu gula II-deoksi-D-Ribosa dan satu gugus phospat
yang bila dirangkai akan menjadi polinukleotida (DNA) yang memiliki
struktur double helix atau double strand dengan kedua strandnya bersifat
komplementer atau berpasangan yang dihubungkan dengan ikatan hydrogen.
Bila nukleotida pada strand pertama membawa basa Adenin, maka akan
berpasangan dengan strand yan membawa Timin, sedangkan strand yang
membawa Guanin akan berpasangan dengan strand kedua yang membawa
Sitosin. Antara 2 nukleotida yang berpasangan seperti antara strand adenin
dan strand timin akan terbentuk 2 ikatan hydrogen yang akan
menghubungkannya, sedangkan pada pasangan strand guanine dengan strand
sitosin akan terbentuk 3 ikatan hydrogen yang akan saling
mnghubungkannya.
Plasmid dapat berperan pada proeses kloning gen. Kloning gen
merupakan teknik untuk memperbanyak gen yang dilakukan dengan insersi
fragmen DNA rekombinan melalui pembawa gen yang salah satunya adalah
plasmid. Pembawa gen akan diinsersi ke dalam sel inang lalu DNA
rekombinan diperbanyak melalui propagasi atau pembelahan.
Plasmid juga dapat berguna sebagai transformasi yang berhubungan
dengan efisiensi transformasi. Tranformasi adalah kemampuan bakteri untuk
mengambil DNA asing ke dalam sel untuk memperbanyak suatu gen.
Plasmid yang di insersi oleh gen akan dimasukkan ke dalam bakteri
menggunakan metode transformasi. Tranformasi dapat dilakukan dengan 3
cara yaitu heatshock atau kejutan panas, elektroporasi, dan coldshock atau
kejutan dingin.
Kejutan panas merupakan metode paling mudah yang dapat dilakukan
yaitu dengan cara prinsip kejutan suhu yaitu 42 derajat C selama 90 detik
atau 120 detik sehingga dinding sel bakteri akan terbuka menyebabkan
plasmid dapat masuk ke dalam sel. Awal mulanya dilakukan persiapan sel
untuk siap ditransformasi yaitu dibuat dalam kondisi dingin 4 derat C
sehingga akan terjadi kejutan suhu jika ditaruh pada suhu 42 derajat C. sel
yang di transformasi disebut dengan sel kompeten. Sel kompeten dibuat
dengan cara direndam dalam larutan garam klorida seperti MnCl2, MgCl2
dan CaCl2 sehingga dapat terjadi peningkatan permeabilitas membrane sel
yang dapat menyebabkan plasmid dapat masuk ke dalam sel. Sel kompeten
akan tetap hidup walaupun diberikan kejutan panas 42 derajat C karena
mengekspresikan protein kejutan panas yaitu heat-shock proteins (HSPs)
yang akan diekspresikan pada saat mengalami kondisi stress suhu.
Efisiensi transformasi merupakan perbandingan jumlah antara pasmid
dengan jumlah transforman yang digunakan. Pasmid tidak dapat masuk
seluruhnya ke dalam bakteri jika waktu pembukaan dinding sel terlalu
pendek, sedangkan jika pembukaan dinding sel terlalu lama maka akan
menyebabkan bakteri rusak dan mati. Waktu kejutan panas berkisar antara
30-240 detik, sedangkan suhu kejutan panas berkisar antara 42-52 derajat C.
Suhu panas dapat menyebabkan denturasi sel yang dapat membuat plasmid
masuk. Ukuran plasmid berpengaruh pula terhadap efisiensi transformasi,
yaitu semkain besar plasmid maka semakin kecil efisiensi transformasinya.
Selain itu semakin tinggi konsentrasi plasmid maka berbanding lurus dengan
tingginya efisiensi transformasi.
Bentuk DNA plasmid juga mempengaruhi efisiensi transformasi.
Bentuk supercoil merupakan bentuk plasmid paling baik karena stabil dan
tidak rusak oleh kontamina ataupun enzim. Bentuk nicked (sobek)
menunjukkan jika plasmid sirkuler telah terpotong akibat enzim
polymerase. Bentuk linear menunjukkan bahwa plasmid terpotong oleh
enzim restriksi. Sedangkan bentuk sirkuler menandakan bahwa plasmid
telah terdenaturasi.
Jenis jenis plasmid
a. Plasmid Resistan (R-Plasmid)
Memiliki gen yang memungkinkan host untuk menjadi resisten
terhadap antibiotik atau racun.
b. Plasmid degradatif
Menanamkan sel inang dengan kemampuan untuk memetabolisme
senyawa organik biasanya sulit atau tidak biasa seperti toluena dan
asam salisilat.
c. Plasmid fertilitas (F-Plasmid)
Memiliki gen (tra-) yang memulai pembentukan F-pilus untuk
memungkinkan konjugasi dan terlibat dalam konjugasi bakteri.
d. Col Plasmid atau coligenik
Menghasilkan bakteriosin yaitu racun yang mematikan bakteri,
tetapi kepemilikan plasmid ini membuat inang tahan terhadap
racun.
e. Tumor-inducing Plasmid (Ti-Plasmid)
Mampu mengubah sel inang menjadi patogen. Mereka terjadi di
Agrobacterium tumefaciens, patogen yang menyebabkan penyakit
crown gall pada tanaman. Saat infeksi, plasmid ditransfer ke sel-sel
normal dari tanaman di mana ia berproliferasi dan selanjutnya
memperburuk penyakit dengan beralih ke keadaan tumor yang
dapat mengakibatkan sel-sel mensintesis racun, dan faktor virulensi
lainnya.
2.12 ENDOSPORA
Mekanisme sporulasi :
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Morfologi sel bakteri memiliki karakteristik yang unik. Berturut-turut
meliputi struktur luar dari dinding sel berupa kapsul, membran luar, flagela dan
fimbria, serta struktur bagian dalam dinding sel yaitu membran plasma,
sitoplasma, bahan inklusio dan materi genetik. Setiap komponen penyusun sel
bakteri tersebut memiliki struktur dan fungsi yang khsusus untuk mendukung
kelangsungan hidup, pertumbuhan, virulensi serta pertahanan bakteri dari
tekanan (stress) lingkungan.
http://digilib.unila.ac.id/8180/15/BAB%20II.pdf
\Anonimus. 2018. Topik 5 DNA: Organisasi dalam Kromosom.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Nusantari, Elya. 2015. Genetika: Belajar Genetika dengan Mudah &
Komprehensif. Yogyakarta: deepublish.
Jurnal sainstek vol.III NO.2: 124-128, desember 2011 tentang DETEKSI
KAPSUL BENIH LELE DUMBO oleh Indrawati, jurusan Biologi
FMIPA \Universitas Negeri Padang
Prayitno, Trio Ageng, Nuril Hidayanti. 2017. Pengantar Mikrobiologi.
Malang. Media Nusa Creative.
Murwani Sri. 2015. Dasar-Dasar Mikrobiologi Veteriner. Malang. UB
press.