Anda di halaman 1dari 6

Fungsi Sitoskeleton - PPT - PDF - Di artikel sebelumnya admin telah membahas tentang fungsi

sitosplasma dan perbedaan endositosis dengan eksositosis, yang belum sempat membaca silahkan
dibaca. Nah di artikel ini admin akan melanjutkan materi selanjutnya, tentang fungsi sitoskeleton itu apa
saja? yuk simak artikelnya di bawah ini

Sitoskeleton atau rangka sel tersusun atas tiga jenis serabut yang berbeda yaitu, mikrofilamen,
mikrotubulus, dan filamen intermediar.

1) Mikrofilamen

Mikrofilamen adalah rantai ganda protein yang bertaut dan tipis. Mikrofilamen tersusun atas dua
macam protein, yaitu aktin dan miosin. Mikrofilamen banyak terdapat pada sel-sel otot. Mikrofilamen
mempunyai diameter 7 nm sehingga pengamatannya harus menggunakan mikroskop elektron.

2) Mikrotubulus

Mikrotubulus adalah rantai-rantai protein yang membentuk spiral. Spiral ini membentuk tabung
berlubang yang panjangnya mencapai 2,5 mm dengan diameter 25 nm. Mikrotubulus tersusun atas
protein yang dikenal sebagai tubulin. Mikrotubulus merupakan penyusun sitoskeleton yang terbesar.

Mikrotubulus terdapat pada gelendong sel, yaitu berupa benang-benang spindel yang menghubungkan
dua kutub sel pada waktu sel membelah. Gerakan kromosom dari daerah ekuator ke kutub masing-
masing pada anafase dikendalikan oleh mikrotubulus. Dengan demikian, mikrotubulus mempunyai
fungsi mengarahkan gerakan komponen-komponen sel, mempertahankan bentuk sel, serta membantu
dalam pembelahan mitosis.

3) Filamen Intermediar

Filamen intermediar adalah rantai molekul protein yang membentuk untaian yang saling melilit. Filamen
ini berdiameter 8 10 nm. Disebut serabut intermediar karena ukurannya di antara ukuran
mikrofilamen dan mikrotubulus. Serabut ini tersusun atas protein yang disebut fimentin, tetapi tidak
semua sel filamen intermediarnya tersusun atas fimentin. Misalnya sel kulit filamennya tersusun atas
protein keratin. Perhatikan Gambar 1.17 untuk mengetahui susunan sitoskeleton

Sitoskeleton adalah jaringan filamen protein yang menyusun sitoplasma eukariota. Sitoskeleton atau rangka
sel tersusun atas tiga jenis serabut yang berbeda, yaitu: mikrofilamen, mikrotubulus, dan filamen antara. Ketiga filamen
ini terhubung satu sama lain dan kerjanya terkoordinasi. Dengan adanya sitoskeleton, sel dapat memiliki bentuk yang
kokoh, berubah bentuk, mampu mengatur posisi organel, berenang, merayap di permukaan.
Fungsi Sitoskeleton adalah sebagai berikut:

a. Memberikan kekuatan mekanik pada sel

b. Menjadi kerangka sel

c. Membantu gerakan substansi dari satu bagian sel ke bagian yang lain.

A. Mikrotubul
Mikrotubulus adalah tabung yang disusun dari mikrotubulin. bersifat lebih kokoh dari aktin, mikrotubulus
mengatur posisi organel di dalam sel. Mikrotubulus memiliki dua ujung: ujung negatif yang terhubung dengan pusat
pengatur mikrotubulus, dan ujung positif yang berada di dekat membran plasma. Organel dapat meluncur di sepanjang
mikrotubulus untuk mencapai posisi yang berbeda di dalam sel, terutama saat pembelahan sel.
Mikrotubul berukuran kecil, melengkung, berbentuk silindris, kaku, dimana ditemukan di setiap sel yang
sedang mengalami pembelahan. Mikrotubul memiliki diameter luar kira-kira 250A dengan diameter dinding kira-kira
50A. struktur mikrotubul sangat menarik hampir sama di semua jenis organisme. Analisis ultrastruktural secara
negatif menunjukan noda pada potongan mikrotubul, ini menunjukan bahwa dindingnya ialah polimer yang tersusun
atau subunit globular . Pemeriksaan potongan melintang dari dinding mikrotubul menunjukan biasanya 13 subunit
yang memutar sehingga membentuk dinding. Ketika permukaannya dilakukan secara membujur maka
memperlihatkan protofilament. Ketika mikrotubul yang retak, 13 protofilament pembuat dinding tersebut dapat
dilihat, menandakan perkumpulan dari subunit mengitari dinding mikrotubul. Satu berkas dari subunit-subunit tadi
terlihat berpola spiral seperti bentuk sekrup.
Jika mikrotubul dianalisis kandungan kimianya, maka ditemukan kandungan kesemuanya protein yang satu
-tubulin dan yang lain -tubulin. Kedua protein tersebut diperkirakan berat molekulnya kira-kira 54.000 dalton yang
mempunyai hubungan dengan struktur dan urutan asam amino yang kiranya berasal dari leluhur protein pada awal
periode evolusi. Penambahan untuk tubulin yang mana tercatat 80-95% dari kandungan protein di mikrotubul
ialah MAPs (Microtubule-associated proteins) yang juga hadir di organel dan sekarang ini sedang diteliti secara
intensive.
Pada kenyataannya mikrotubul ditemukan dalam organisasi seluler seperti flagella, cilia dan benang-benang
spindle. Mikrotubul berbentuk silinder lurus yang kosong, banyak ditemukan pada sitoplasma sel eukariotik. Organel
ini menjalankan berbagai fungsi, terutama sebagai sarana transport material di dalam sel serta sebagai struktur
sporting bagi fungsi-fungsi organel lainnya.
Mikrotubula dibentuk dari molekul-molekul tubulin, setiap molekul merupakan
heterodimer yang terdiri dari dua sub unit globular yang terikat erat. Subunit-subunit tersebut
merupakan protein sejenis yang diberinama tubulin_ dan tubulin . Molekul tubulin saat ini hanya
dijumpai di sel-sel eukariota, terutama diotak vertebrata. Diameter mikrotubula lebih kurang 24
nanometer dengan tebal dinding 5 nanometer. Sebelum molekul-molekul tubulin terakit menjadi
mikrotubula terlebih dahulu merekak menyusun diri membentuk protofilamen, dengan jalan
subunit tubulin dari sebuah molekul tubulin berlekatan dengan sub unit dari molekul tubulin
yang lain yang derada disampingnya. Sebuah mikrotubula yang juga disebut singlet mikrotubula
terdiri dari 13 protofiilament yang tersusun membentuk lingkaran.
Kegiatan dan fungsi mikrotubula sebagian besar berdasarkan kelabilannya. Salah satu
contoh yang mencolok adalah terbentuknya gelondong mitosis, yang terbentuk setelah
mikrotubula sitoplasma terurai setelah mitosis. Mikrotubula ini umumnya sangat labil, cepat
terakit dan cepat pula terurai. Hal inilah yang menyebabkan sangat pekanya gelondong mitosis
terhadap pengaruh obat-obatan seperti colcisine. Obat ini dapat menghentikan mitosis untuk
beberapa menit. Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan menghambat mitosis disebut
dengan antimitosis. Zat amitosis dapat mencegah sel membelah, sehingga dapat untuk
menghambat sel kangker.
Sebagian sel hewan memiliki MTOC atau pusat sel disebut sentrosoma. Sentrosoma
terletak disalah satu sisi inti dan padanya terdapat sepasang sentriola yang tersusun tegak lurus
satu dengan yang lain. Mikrotubula pada sel hewan cenderung memancar kesegala arah dari
sentrosoma. Bagaimanapun sel hewan bersifat polar.dan perakutan molekul tubulin menjadi
mikrotubula dipantau sedemikian rupa sehingga mikrotubula yang terbentuk menjulur kearah
tertentu dari sel. Mekanisme kejadiannya tampak kepada sifat dinamis dari mikrotubula.
Mikrotubula dalam kultur sel cenderung berada dalam salah satu keadaan yaitu tumbuh terus
menerus secara ajeg atau terurai dengan cepat. In vivo, mikrotubula juga cenderung berada dalam
keadaan seperti yang telah diuraikan. Umur rata-rata mikrotubula fibroblas dalam kultur sel pada
stadium interfase kurang dari 10 menit. Pancaran mikrotubula dari sentrosoma tampak selalu
berubah-ubah seiring dengan pertumbuhan dan perombakannya.

B. Mikrofilamen
Mikrofilamen adalah rantai ganda protein yang saling bertaut dan tipis, terdiri dari protein yang disebut aktin.
Mikrofilamen berdiameter sekitar 7 nm. Karena kecilnya sehingga pengamatannya harus menggunakan mikroskop
elektron.

Mikrofilamen berbentuk tongkat solid yang terbuat dari protein globular yang disebut dengan actin, oleh
karena itu mikrofilamen sering disebut juga filament aktin. Mikrofilamen banyak ditemukan dalam sel eukariotik.
Filamen ini merupakan struktur primer fungsional dan sangat penting sebagai komponen cytoskeleton.
Mikrofilamen seperti mikrotubulus tetapi lebih lembut. Terbentuk dari komponen utamanya yaitu protein
aktin dan miosin (seperti pada otot). Mikrofilamen berperan dalam pergerakan sel. Berlawanan dengan peran
penahan-tekanan (gaya tekan mikrotubula), peran struktural mikrofilamen dalam sitoskeleton adalah untuk menahan
tegangan (gaya tarik).
Filament aktin seringkali dijumpai sebagai jaring-jaring trimata yang kaku. Hal ini
disebabkan karena filament aktin sangat terikat dengan protein pengikat silang (cross-linking).
Protein pengikat silang yang terbanyak terdapat di dalam sel yaitu filamin, suatu molekul panjang
dan lentur terdiri dari dua rantai polipeptida kembar. Selain berupa anyaman atau jaring-jaring ,
aktin dapat terikat dalam bentuk berkas-berkas seperti yang dijumpai pada mikrovili intestinal.
Aktin merupakan protein globular dengan BM 42.000 dalton. Apabila berada dalam bentuk monomer disebut
aktin G, yang dapat dirakit menjadi filament beruntai rangkap dan disebut aktin F. Selain aktin terdapat pula
mikrofilamen yang disebut myosin dan tropomiosin yang banyak dijumpai di sel otot. Sedangkan troponin ada 3 jenis
yaitu, Tp T, Tp I, dan Tp C. Dimana Tp T berfungsi mengikat komponen lain kepada tropomiosin, Tp I berfungsi
merencat interaksi miosin dengan aktin, dan Tp C berfungsi mengandungi tapak pengikatan untuk Ca2+ yang
memulakan pengecutan.

C. Filamen Intermediet
Filamen intermediet merupakan protein serat yang kuat dan tahan lama yang dapat
ditemukan di dalam sitoplasma sebagian besar hewan. Filamen ini berdiameter 8-10 nm. Filamen
tersebut disebut dengan intermediet karena kenampakan mereka di bawah mikroskop electron
adalah di antara filamen aktin yang tipis dan filamen myosin yang tebal. Pada sel-sel otot dimana
mereka juga untuk pertama kali dideskripsikan (filamen intermediet juga intermediet dalam hal
diameter diantara filamen aktin dan mikrotubulus). Pada hewan banyak sekali kerangka kerja/
fungsi dari filamen intermediet ini, disekitaar nucleus dan meluas keluar sampai ke sisi perifer dari
sel, dimana filamen intermediet berinteraksi dengan membran plasma. Sebagai tambahan sebuah
jalinan kuat filamen intermediet-lamina nuclear-dibawah selubung nucleus.

Filamen intermediet secara nyata sangat menonjol di dalam sitoplasma sel, yang ditujukan
untuk berbagai tekanan mekanis. filamen tersebut berlimpah jumlahnya, sebagai contoh pada
ephitelia yang terhubung antara sel satu dengan yang lainnya pada junction yang terspesialisasi
sepanjang akson sel saraf. ketika sel diberi perlakuan dengan larutan yang memiliki konsentrasi
garam dan detergent non-ionic maka filamen intermediet menjadi komponen sitoskeleton yang
paling akhir hilang karena lisis. faktanya terminologi sitoskeleton pada mulanya dihasilkan
untuk mendeskripsikan system serat yang tidak biasa stabil dan tidak larut air ini. Filamen
intermediet merupakan polimer dari protein serat

Struktur dari filamen intermediet ideal dan cocok untuk fungsi-fungsi mekanis. hal ini
dikarenakan subunit fibrosa yang berassosiasi sisi demi sisi dalam deretan susunan yang saling
overlap/tumpang tindih, filamen mampu bertahan dari berbagai tarikan/peregangan dari pada
mikrotubulus atau filamen aktin. Kebutuhan fungsional ini harus diakomodasi dengan variable
daerah dengan protein filamen intermediet yang berbeda yang memproyeksikan dari permukaan
filamen intermediet dan menentukan kemampuan mereka untuk diassosiasikan satu dengan
lainnya dengan berbagai komponen lain yang terdapat dalam sel itu sendiri. Dalam beberapa hal
kemudian variable daerah dari protein filamen intermediet memberikan fungsi yang sama halnya
pada filamen aktin dan mikrotubulus. perbedaannya adalah bahwa variable daerah merupakan
suatu bagian yang utuh dari protein filamen intermediet yang terpisah.

Unit dasar dari filament intermediet diperkirakan sebagai sebuah tetramer yang terbentuk
dari dua dimer yang tersusun sejajar dengan masing-masing ujung membawa N-terminus dan C-
terminus dengan arah yang berlawanan. Akibat dari reaksi dimer2 ini pada titik yang berkawanan
maka tetramer berkurang polaritasnya. Tetramer berinteraksi satui dengan yang lainnya untuk
membentuk suatu filament akhir final filament. Assambel dari tetramer ini terjadi tidak lain
karena kurangnya polaritas,dan juga karena perilakunya ini,turut membedakan filament
intermediet dengan sitoskeletal yang lain. Karena interaksi itu juga maka filament intermediet
tahan akan stress tekanan.

1. SILIA
Silia adalah benang tipis setebal 0,25 m dengan bundel mikrotubulus di bagian intinya. Dinding
dari silia terdiri dari 9 dublet mikrotubula. Dublet-dublet tersebut tersusun melingkar dan radier
terhadap dua buah singlet mikrotubula, oleh karena susunan ini dinyatakan memiliki susunan
mikrotubula 9+2 (9 dublet dan 2 singlet). Setiap dublet saling berhubungan dengan perantaraan
protein penghubung yang disebut neksin. Pada bagian bebas dari subdublet terdapat sepasang
molekul protein yang disebut dynein. Dinein ini memiliki gugus yang berperan sebagai ATP ase,
sehingga dapat dikatakan bahwa dynein bertanggung jawab pada terjadinya hidrolisis ATP. Setiap
dublet dihubungkan ke sepasang singlet pusat oleh molekul-molekul protein yang berbentuk ruji-
ruji.
Flagella dan silia bentuknya hampir sama, hanya ukurannya silia lebih pendek daripada
flagella. Flagella dan silia pada organisme uniseluler (prokariot) sangat penting sebagai alat
pergerakan individu tersebut. Perbedaan antara cilia dan flagella sebenarnya tidak begitu jelas .
Kedua organel ini berbeda dalam hal gerakannya: gerakan cilia berupa lecutan trimatra, sedangkan
flagella gerakannya mengombak dwimatra. Cilia mempunyai gerakan alami berupa lecutan
(hempasan) yang mempunyai konsekuensi langsung pada tipe gerakan yang dihasilkan.
Silia dapat ditemukan pada beberapa hewan avertebrata misalnya pada Dugesia.
Permukaan tubuh bagian ventral Dugesia memiliki silia yang berfungsi untuk pergerakan. Sistem
eksresi Dugesia terdiri dari saluran bercabang-cabang yang disebut protonefridia, memanjang dari
pori-pori pada permukaan tubuh bagian dorsal sampai ke sel-sel api dalam tubuhnya. Sel-sel api
yang berbentuk seperti bola lampu dan memiliki silia di dalamnya. Pergerakan silia berfungsi
untuk menggerakkan air dalam sel menyerupai nyala api sehingga sel tersebut dinamakan sel api.
Secara garis besar mekanisme gerakan silia ada dua yang perlu diketahui yaitu:
a. Sembilan tubulus ganda dan dua tubulus tunggal satu sama lain saling dihubungkan oleh kompleks
protein yang menggandakan ikatan silang.
b. Diduga bahwa energi yang dilepaskan dari ATP yang berhubungan dengan lengan ATPase,
menyebabkan lengan bergerak sepanjang permukaan tubulus yang berdekatan. Bila tubulus depan
dapat bergerak keluar seaakan tubulus belakang tetap diam, jelas ini akan menyebabkan
pembengkokan. Karena banyak silia pada permukaan sel yang berkontraksi serentak seperti
gelombang, diduga bahwa beberapa isyarat yang disinkronisasi mungkin suatu isyarat
elektrokimia di atas permukaan sel yang dipindahkan dari silia kesilia.
2. Flagel

Flagel merupakan bulu-bulu cambuk yang dimiliki oleh beberapa jenis bakteriyang merupakan
alat gerak bagi sel bakteri. Flagel melekat pada membran luar di dinding sel dan
merupakan perluasan membran sel pada sel-sel eukariota tertentu dengan aksonema internal,
badan basal, dan sebagainya identik dengan yang ada pada silia (cilium), tetapi secara keseluruhan,
panjangnya lebih bervariasi, dan biasanya lebih panjang. Flagela berbentuk panjang dan ramping.
Pada umumnya memiliki panjang sekitar 12 sampai 30 nm. Pukulan flagela bergetar seperti ombak
sehingga berbeda dengan silia, gaya renang ke bawah diikuti oleh pukulan ke atas sehingga daya
tahannya kurang. Falgela dapat dilihat pada mikroskop cahaya jika ditambah dengan substansi
khusus yaitu mordan yang merupakan substansi yang dapat mempertajam pengamatan yang
berfungsi untuk membesarkan garis lengan flagela, setelah itu pada sediaan digunakan suatu zat
pewarna sehingga flagela dapat terlihat.
Flagel tersusun atas tiga bagian yaitu:
1. Pangkal (basal) merupakan bagian yang berhubungan dengan membran palasma.
2. Hook yang pendek.
3. Filamen yang bentuknya seperti benang yang panjangnya sampai beberapa kali melebihi panjang
tubuhnya.

Gerakan flagella dan silia berlandaskan pada kegiatan mikrotubula. Ditinjau dari segi
ultrastruktur, gerakan flagella maupun silia, merupakan gerak geseran antar dublet dengan
perantara dynein. Terdapat tiga komponen penyebab terjadinya gerakan yaitu: mikrotubul, dynein,
dan ATP. Dari beberapa penelitian diperoleh bahwa, apabila yang berperan dalam pergeseran antar
dublet hanya dynein, ATP, dan mikrotubul, flagella tidak akan melengkug tetapi dublet-dublet
akan saling terlepas.
Pada saat bergerak, lengan dynein satu doublet mikrotubula mencengkeram doublet
sebelahnya, menarik, melepas, dan kemudian mencengkeram lagi. Siklus motor dynein degerakan
oleh ATP. Doublet mikrotubula dipertahankan di tempatnya, mungkin oleh jari-jari radial atau
unsure structural lain. Dengan demikian doublet disebelahnya tidak dapat saling meluncur
melewati doublet yang lain dengan jarak yang sangat jauh. Gaya-gaya yang dikerahkan oleh
lengan dynein menyebabkan doublrt mrlrngkung yang akan menyebabkan silia atau flagella
membengkok.ngkungan flagella dapat terjadi akibat kerjasama ruji-ruji dengan pasangan singlet
pusat. Pada keadaan tegak, ruji-ruji tidak bersentuhan dengan singlet pusat, dan berkedudukan
tegak lurus terhadap sumbu flagella. Pada keadaan melengkung ruji-ruji bersentuhan dengan
singlet pusat dan membentuk sudut lancip atau tumpul.
Dalam pergerakannya, motor flagel memutar filamen, yang mendorong sel dengan jalan
mendorong melawan medium bagian luar. Motor itu digerakan oleh difusi proton (H+) ke dalam
sel setelah dipompakan keluar melalui membran plasma dengan mengeluarkan ATP.

Anda mungkin juga menyukai