NIM : 432418046
Kelas : B/ Biologi
A. Pengertian sitoskeleton
Secara umum stoskeleton merupakan jejaring serat yang
mengorganisasi struktur dan aktifitas dalam sel. Pada masa awal
mikroskopi electron ahli biologi menduga bahwa organel-organel sel
eukariot mengambang bebas dalam sitosol. Namun perbaikan mutu
mikroskopi cahaya maupun mikroskopi elektron mengungkapkan
keberadaan sitoskeleton (cytoskeleton).
Sitoskeleton atau kerangka sel adalah jaring berkas-berkas protein
yang menyusun sitoplasma dalam sel. Setelah lama dianggap hanya
terdapat sel eukariota, sitoskeleton ternyata juga dapat ditemukan pada
selprokarita. Dengan adanya sitoskeleton, sel dapat memiliki bentuk yang
kokoh, berubah bentuk, maupun mengatur posisi organel, berenang, serta
merayap dipermukaan.
Dengan adanya tiga tipe filamen tersebut, struktur sel bisa
bervariasi antara satu sel dengan beberapa sel yang lainnya. Dalam
efektivitas kerjanya, ketiga filamen protein tersebut tergantung dari pada
jumlah protein asesori yang telah menghubungkan filamen ke komponen
sel lain.
Protein asesori sangat penting untuk mengontrol perakitan filamen
sitoskeleton dalam posisi tertentu, termasuk didalamnya protein motorik
yang berfungsi untuk menggerakkan organel dalam filamen atau filamen
itu sendiri.
Susunan struktur dari filamen sendiri sangat mirip dengan barisan
semut. Tersusun sangat rapi dan jika ada yang meninggalkan rombongan,
maka barisan tersebut dapat kembali tersusun dalam kecepatan tinggi.
B. Fungsi sitosskeleton
1. Memberi bentuk dan mempertahankan struktur sel
Peran sitoskeleton sangat diperlukan, seperti pada sel hewan yang tidak
memiliki dinding sel. Sitoskeleton distabilkan oleh keseimbangan antara
gaya-gaya yang berlawanan oleh unsur-unsurnya.
2. Penempatan berbagai organel dalam sel
Fungsinya dapat dibayangkan seperti rangka hewan secara umumnya,
sitoskeleton merupakan tempat bergantung banyak organel bahkan
molekul enzim sitosol. Namun, sitoskeleton lebih dinamis dari pada
rangka hewan. Sitoskeleton dapat secara cepat dibongkar pasang atau
disusun di tempat baru, yang mengubah bentuk sel tersebut.
3. Motilitas sel
Sitoskeleton adalah suatu jalinan yang dinamis yang dapat berubah bentuk
dan akibatnya adalah gerakan sel. Motilitas (gerak) sel mencakup
perubahan tempat sel maupun pergerakan bagian sel yang lebih terbatas.
Motilits sel membutuhkan interaksi sitoskeleton dengan protein yang
disebut molekul motor.
4. Pergerakan materi-materi dan organel dalam sel
Molekul motor dapat melekat pada reseptor organel, membuat organel
tersebut bisa “berjalan” disepanjang mikrotubula sitoskeletonnya. Seperti
vesikula, yang mengandung neurotransmiter berpindah keujung akson,
pemanjangan sel saraf yang melepas molekul transmiter sebagai sinyal
kimiawi kesel saraf sebelahnya
5. Pengaturan aktivitas biokimia dalam sel
Sitoskeleton dapat menghantarkan gaya mekanis dari permukaan sel ke
bagian dalamnya, bahkan keserabut lain, kedalam nukleus. Seperti, terjadi
pengaturan ulang secara spontan susunan nukleoli dan struktur lain dalam
nukleus
C. Komponen sitoskeleton
1. Mikrotubulus
Bentuk mikrotubulus adalah tabung berongga dengan diameter 25
nm. Panjang tubuhnya antara 200 nm sampai 25 μm. Mikrotubulus
mempu nyai suatu protein yang disebut tubulin. Tubu lin terdiri atas
dua macam, yakni alpha-tubulin dan betatubulin. Mikrotubulus ini
berfungsi mempertahankan bentuk sel; berperan saat motilitas sel,
seperti silia atau flagela; dan membantu pergerakan kromosom saat
pembelahan sel.
Mikrotubulus atau mikrotubula adalah tabung yang disusun dari
mikrotubulin. bersifat lebih kokoh dari aktin, mikrotubulus mengatur
posisi organel di dalam sel. Mikrotubulus dibagi menjadi dua, yaitu
mikrotubulus singlet dan mikrotubulus doublet. Mikrotubulus memiliki
dua ujung, yaitu ujung negatif yang terhubung dengan pusat pengatur
mikrotubulus, dan ujung positif yang berada di dekat membran plasma.
Organel dapat meluncur di sepanjang mikrotubulus untuk mencapai
posisi yang berbeda di dalam sel, terutama saat pembelahan sel.
Penemuan Mikrotubulus
Penemuan keberadaan mikrotubulus (jamak: mikrotubuli) baru
terungkap pada saat Keith Porter dan sejawatnya mengembangkan suatu
cara untuk melihat sel tanpa penyelubungan (embedding) dan
penyayatan, namun dengan menggunakan HVEM ( high voltage
electron microscope). Pengamatan dengan menggunakan HVEM
menunjukkan bahwa bagian sitoplasma yang berada di sela-sela
organela tampak penuh dengan anyaman trimatra dari benang-benang
yang sangat halus yang juga disebut jejala mikrotrabekular serta
terdapat pula filamen-filamen yang bermatra lebih besar yang di
kelompokkan menjadi 3 kelompok berdasarkan struktur dan garis
tengahnya, yaitu: mikrotubulus, mikrofilamen, dan filamen intermedia.
Kemudian diadakan penelitian lebih lanjut mengenai filamen-filamen
tersebut yang salah satunya adalah mikrotubulus.
Bagian-bagian mikrotubulus
Mikrotubulus ditemukan dalam sitoplasma semua sel eukariotik.
Mikrotubulus itu berupa batang lurus dan berongga. Mikrotubulus
berukuran kecil, melengkung, berbentuk silindris, dan kaku, dimana
ditemukan di setiap sel yang sedang mengalami pembelahan.
Mikrotubulus tersusun atas protein yang dikenal sebagai tubulin.
struktur mikrotubul sangat menarik hampir sama di semua jenis
organisme. Analisis ultrastruktural secara negatif menunjukan noda
pada potongan mikrotubul, ini menunjukan bahwa dindingnya ialah
polimer yang tersusun atau subunit globular . Pemeriksaan potongan
melintang dari dinding mikrotubulus menunjukan biasanya 13 subunit
yang memutar sehingga membentuk dinding. Ketika permukaannya
dilakukan secara membujur maka memperlihatkan protofilament.
Ketika mikrotubul yang retak, 13 protofilament pembuat dinding
tersebut dapat dilihat, menandakan perkumpulan dari subunit mengitari
dinding mikrotubul. Satu berkas dari subunit-subunit tadi terlihat
berpola spiral seperti bentuk sekrup. Setiap molekul rantai-rantai
protein tubulin yang membentuk spiral merupakan heterodimer yang
terdiri dari dua subunit globular yang terikat erat. Subunit-subunit
tersebut merupakan protein sejenis yang diberi nama α-tubulin dan β-
tubulin. Masing-masing protein terdiri dari ikatan polipeptida tunggal
yang panjangnya sekitar 500 asam amino. Spiral ini membentuk tabung
berlubang yang panjangnya dari 200 nm hingga 25 µm dengan diameter
25 nm dan tebal 5nm. Mikrotubulus dapat dibongkar dan tubulinnya
digunakan untuk membangun mikrotubulus di mana saja di dalam sel.
Molekul tubulin selama ini hanya dijumpai di sel-sel eukariota,
terutama di otak vertebrata. Jika mikrotubul dianalisis kandungan
kimianya, maka ditemukan kandungan kesemuanya protein yang satu α-
tubulin dan yang lain β-tubulin. Kedua protein tersebut diperkirakan
berat molekulnya kira-kira 54.000 dalton yang mempunyai hubungan
dengan struktur dan urutan asam amino yang kiranya berasal dari
leluhur protein pada awal periode evolusi. Penambahan untuk tubulin
yang mana tercatat 80-95% dari kandungan protein di mikrotubul ialah
MAPs (Microtubule-associated proteins) yang juga hadir di organel dan
sekarang ini sedang diteliti secara intensive.
Pembentukan mikrotubulus
3. Filamen intermediet
Filamen antara disebut juga dengan serabut antara atau filamen
intermediet. Diameter serabut antara lebih besar dibandingkan
diameter mikrofi lamen. Namun, bila dibandingkan dengan diameter
mikrotubulus, serabut antara memiliki diameter yang lebih kecil, yakni
8-10 nm. Sebagian besar bahan penyusun filamen antara dalam sel
adalah fimentin. Berbeda dengan lainnya, filamen antara pada sel kulit
bernama protein keratin. Fungsi filamen antara misalnya sebagai
penguat bentuk kerangka sel saat beraktivitas dan pemerkokoh posisi
organel dalam sel.
1. Jelaskan fungsi sitoskeleton ?
Jawab:
1. Memberi bentuk dan mempertahankan struktur sel
Peran sitoskeleton sangat diperlukan, seperti pada sel hewan yang
tidak memiliki dinding sel. Sitoskeleton distabilkan oleh keseimbangan
antara gaya-gaya yang berlawanan oleh unsur-unsurnya.
2. Penempatan berbagai organel dalam sel
Fungsinya dapat dibayangkan seperti rangka hewan secara
umumnya, sitoskeleton merupakan tempat bergantung banyak organel
bahkan molekul enzim sitosol. Namun, sitoskeleton lebih dinamis dari
pada rangka hewan. Sitoskeleton dapat secara cepat dibongkar pasang
atau disusun di tempat baru, yang mengubah bentuk sel tersebut.
3. Motilitas sel
Sitoskeleton adalah suatu jalinan yang dinamis yang dapat berubah
bentuk dan akibatnya adalah gerakan sel. Motilitas (gerak) sel
mencakup perubahan tempat sel maupun pergerakan bagian sel yang
lebih terbatas. Motilits sel membutuhkan interaksi sitoskeleton dengan
protein yang disebut molekul motor.
4. Pergerakan materi-materi dan organel dalam sel
Molekul motor dapat melekat pada reseptor organel, membuat
organel tersebut bisa “berjalan” disepanjang mikrotubula
sitoskeletonnya. Seperti vesikula, yang mengandung neurotransmiter
berpindah keujung akson, pemanjangan sel saraf yang melepas
molekul transmiter sebagai sinyal kimiawi kesel saraf sebelahnya
5. Pengaturan aktivitas biokimia dalam sel
Sitoskeleton dapat menghantarkan gaya mekanis dari permukaan
sel ke bagian dalamnya, bahkan keserabut lain, kedalam nukleus.
Seperti, terjadi pengaturan ulang secara spontan susunan nukleoli dan
struktur lain dalam nukleus
b. Fungsi
- Bergabung dengan protein lain membentuk jalinan 3 dimensi yang
menyokong bentuk sel
- Menyebabkan lapisan sitoplasma luar memiliki kekentalan
semipadat (gel)
- Membentuk susunan sejajar berselang seling dengan filamen
miosin yang lebih tebal untuk kontraksi otot terjadi akibat aktindan
miosin yang saling meluncur melewati satu sama lain, sehingga
sel lebih pendek
- Pada sel tumbuhan, interaksi aktin dan miosin serta transformasi
sol ke gel, menyebabkan aliran sitoplasma dalam sel
- Mengatur moutilitas atau pergerakan amoeboid pada pseupodia
- Membentuk inti mikrovili, yaitu penonjolan halus yang
memperluas permukaan sel
- Membentuk alur pembelahan sel
4) Struktur dan fungsi filamen trabekula
Filament trabekula memiliki ukuran 2-3 cm, dengan panjang 20-
300 nm. Berperan sebagai penghubung antar sistem serabut utama
dan menahan semua serabut dan organel pada tempatnya
3. Apa perbedaan mikrotubulus pada hewan dan pada tumbuhan ?
Jawab:
Pada tumbuhan mikrotubulus berfungsi membantu pembentukan dinding
sel, sedangkan pada hewan tidak memiliki dinding sel seperti pada sel
tumbuhan.
4. Sebutkan zat-zat yang menghambat polimerisasi mikrotubulin ?
Jawab:
a. Zat amitosis dapat mencegah sel membelah, sehingga dapat untuk
menghambat sel kanker
b. Zat Colchicine, Colcemid dan Nocadozalc mencegah penambahan
molekul tubuli pada mikrotubuli depolimerisasi
c. Zat Vimbrastine dan Vincrictine. Depolimerisasi mikrotubuli (pada
Vinca rosea)
d. Zat Vincrictine menstabilkan mikrotubuli sel tetap pada mitosis
5. Benarkah kalimat dibawah ini, jelaskan pendapat anda secara benar
berdasarkan sumber bacaan. “jika pembentukan mikrotubulin dihambat
maka proses perbanyakan sel dapat dihambat”.
Jawab:
Saya rasa penjelasan diatas benar bahwa jika pembentukan mikrotubulin
dihambat maka proses perbanyakan sel juga dapat terhambat.