Anda di halaman 1dari 26

ZOOLOGI INVERTEBRATA

BAB VII
FILUM ANNELIDA
7.1 Pengertian

Annelida berasal dari bahasa Latin yaitu Annulus


yang berarti cincin atau gelang. Annelida atau biasa
disebut cacing gelang adalah kelompok cacing dengan
tubuh bersegmen (Kastawi, 2005).
7.2 Ciri-ciri Umum
Tubuh hewan Annelida bilateral simetris, panjang
dan jelas bersegmen-segmen, serta memilki alat gerak
yang berupa rambut-rambut kaku (setae) pada tiap
segmen. Polychaeta dengan tentakel pada kepalanya dan
setae pada bagian-bagian tubuh yang menonjol ke lateral,
atau pada lobi lateralis yang disebut parapodia (Kastawi,
2005).
Tubuh tertutup oleh Kutikula, yang licin yang
terletak di atas ephitelium yang bersifat glanduler.
Dinding tubuh dan saluran pencernaan dengan lapisan-
lapisan otot sirkuler dan longitudinal; sudah mempuyai
rongga tubuh (coelom) dan umumnya terbagi oleh septa;
saluran pencernaan lengkap, tablaular, memenjang sesuai
dengan sumbuh tubuh. Sistim cardiovasculare adalah

Muhammad Anang |FILUM ANNELIDA 1


ZOOLOGI INVERTEBRATA

sistim tertutup, pembuluh-pembuluh darah membujur,


dengan cabang-cabang kecil (kapiler) pada tiap segmen
(metamer); plasma darah mengandung hemoglobin.
Raspirasi dengan kulit, atau dengan branchia. Organ
ekskresi terdiri atas sepasang nephridia pada tiap segmen.
Sistem nervosum terdiri atas sepasang ganglia cerebrales
pada ujung dorsal otak, yang berhubungan dengan berkas
saraf medio-ventral yang memanjang sepanjang tubuh,
dengan ganglia pada tiap segmen terdapat juga sel-sel
tangoreceptor dan photoreceptor (Suwignyo, 2005).
7.3 Habitat dan Penyebaran
7.1.1 Habitat

Umumnya annelida hidup bebas, ada yang hidup di


dalam tanah yang lembab, dalam laut dan dalam air.
Cacing tanah hidup di dalam liang tanah yang lembab,
subur dan suhunya tidak rendah. Cacing-cacing ini keluar
permukaan hanya pada saat tertentu (Jasin, 1992).
7.1.2 Penyebaran

Cacing tanah (Lumbricus terestis) banyak


terdapat di Amerika serikat bagian Timur, Kanada
Selatan. Sedangkan di Indonesia terdapat cacing tanah

Muhammad Anang | FILUM ANNELIDA 2


ZOOLOGI INVERTEBRATA

Perichaeta sp. di Jawa Barat terdapat Perichaeta musica


yang berukuran penampang 1 cm, panjang 35 cm, di
Sumtera Barat terdapat Moniligaster houtenni (Jasin,
1992).
7.4 Klasifikasi

Filum Annelida Filum Annelida terbagi atas 3


kelas, yaitu kelas Polychaeta, kelas Oligohchaeta, kelas
Hirudinea.
7.4.1 Kelas Polychaeta
a. Ciri-ciri
1) Bentuk tubuh bersegmen dan panjang.
2) Memiliki gonad memanjang di seluruh tubuh dan
fertilisasi terjadi secara eksternal.
3) Hidup di laut.
4) Memiliki sepasang alat gerak yang disebut
parapodia.
b. Morfologi
Tubuh Polychaeta bersegmen, baik di bagian luar
maupun bagian dalam, selom umumnya terbagi atas septa
intersegmental, segmen tubuh banyak, mempunyai
banyak setae.

Muhammad Anang | FILUM ANNELIDA 3


ZOOLOGI INVERTEBRATA

Gambar 1. Struktur tubuh Nereis virens


(Kastawi, 2005).

Polychaeta tubuhnya jelas bersegmen-segmen,


baik bagian luar maupun bagian dalamnya; coelom
umumnya terbagi oleh septa intersegmental, hidupnya di
laut, regmen tubuh banyak; mempunyai banyak setae
(poli = rambut–rambut kaku). Setae terjadi dari bagian
dinding tubuh yang spesial yang dinamakan parapodia;
umumnya jelas mempunyai kepala yang dilengkapi
sejumlah alat tambahan atau ekstremitas hampir bersifat
gonochoristis dengan gonade memanjang di seluruh
tubuh dan fertilisasi eksternal; perkembangannya melalui
stadium larun; larva disebut trochophora, contoh:

Muhammad Anang | FILUM ANNELIDA 4


ZOOLOGI INVERTEBRATA

Neanthes, Chartopterus, Arenicola, Spirorbis, Serpula,


Nereis (Kastawi, 2005).

Gambar 2. A. Polychaeta dengan parapodia B.


Polychaeta dengan bagian tubuh
(Kastawi, 2005).

Fungsi parapodia adalah sebagai alat gerak dan


mengandung pembuluh darah halus sehingga dapat
berfungsi juga seperti insang untuk bernapas. Setiap
parapodium memiliki rambut kaku yang di sebut seta
yang tersusun dari kitin. Seluruh permukaan tubuh
Polychaeta mengandung setae. Panjang tubuh secara
umum kurang dari 10 cm dengan garis tengah 2-10 mm.
Warna tubuh Polychaeta banyak yang menarik seperti

Muhammad Anang | FILUM ANNELIDA 5


ZOOLOGI INVERTEBRATA

merah, merah muda, hijau ataupun kombinasi warna-


warna (Kastawi, 2005).

Gambar 3. Struktur Morfologi Polychaeta (Kastawi,


2005).

Bagian kepala terdiri dari prostomium dan segmen


pertama (periostomium). Pada prostomium terdapat
sepasang tentakel kecil dan sepasang polip (embelan yang
di gunakan sebagai alat perasa dan membantu ketika
makan). Periostomium mempunyai 4 pasang tentakel
yang panjang segmen-segmen berikutnya memiliki

Muhammad Anang | FILUM ANNELIDA 6


ZOOLOGI INVERTEBRATA

sepasang parapodia (semacam kaid daging), dengan


rambut yang banyak (Kastawi, 2005).
Prostomium terdapat mata, antenna dan sepasang
palp. Setelah prostomium terdapat peristomium yaitu
ruas yang ada mulutnya. Pada tiap sisi lateral ruas tubuh
terdapat sepasang parapodia dengan sejumlah besar setae
dan bentuk paropodia dan setae (Kastawi, 2005).
Pada notopodium terdapat cirrus dorsal dan
neuropodium terdapat cirrus ventral. Paropodia
merupakan pelebaran dinding tubuh yang pipih, beberapa
uniramus (Kastawi, 2005).
c. Fisiologi
1) Sistem Respirasi
Cacing polychaeta melakukan respirasi melalui
kulit terutama di parapodia. Pengambilan oksigen
dilakukan secara difusi melalui seluruh permukaan tubuh
(Kastawi, 2005).
2) Sistem Sirkulasi
Darah polychaeta mengandung pigmen merah
(hemoglobin), mengalir dalam pembuluh-pembuluh
kontraktil yang disebut pembuluh-pembuluh longitudinal

Muhammad Anang | FILUM ANNELIDA 7


ZOOLOGI INVERTEBRATA

dorsal. Darah dalam pembuluh-pembuluh ini mengalir ke


anterior, sedangkan darah dalam pembuluh-pembuluh
longitudinal ventral mengalir ke posterior (Rusyana,
2011).
3) Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi belum sempurna, dan masih
menggunakan organ-organ khusus sebagai alat ekskresi.
Polychaeta tidak mempunyai pembuluh darah berupa
protonefridia solenosit, namun mempunyai pembuluh
darah berupa metanefridia. Alat ekskresi terdiri dari
nefrostom yaitu corong bersilia, nefridial kanal yaitu
pembuluh ekskresi, nefridiophor yaitu lubang ekskresi,
bermuara pada neuropodium. Nefridia juga berfungsi
sebagai alat osmoregulasi (Kastawi, 2005).
4) Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan Polychaeta terdiri atas
beberapa tipe yaitu:
a) Raptorial feeder: avertebrata kecil ditangkap
dengan faring/proboscis yang dijulurkan,
terdapat rahang kitin.

Muhammad Anang | FILUM ANNELIDA 8


ZOOLOGI INVERTEBRATA

b) Deposit feeder: menelan pasir & lumpur dalam


lorong, bahan organik dicerna dan partikel
mineral dikeluarkan via anus, atau melalui
tentakel silia yang berlendir.
c) Filter feeder: tidak punya proboscis tutup kepala
dilengkapi radiola untuk menyaring detritus dan
plankton.
5) Sistem Gerak
Pergerakan disebabkan oleh perpaduan gerak
antar parapodia, otot dinding tubuh dan cairan rongga
tubuh. Gerak undulating mengakibatkan cacing dapat
menjalar dan berenang dengan cepat. Kebanyakan
Polychaeta hidup di laut serta memiliki parapodia dan
setae. Setae adalah bulu-bulu yang melekat pada
parapodia, yang membantu polychaeta melekat pada
substrat dan juga membantu mereka bergerak (Suwignyo,
dkk, 2005).
6) Sistem Saraf dan Alat Indera
Sistem saraf Polychaeta berupa sistem saraf
tangga tali. Alat indera utama terdiri dari mata, “Nuchal
Organ” dan statocyst. Mata berkembang baik (errantia),

Muhammad Anang | FILUM ANNELIDA 9


ZOOLOGI INVERTEBRATA

bintik mata/tidak ada (sedentaria) dan berfungsi sebagai


fotoreseptor.Nuchal organ berfungsi sebagai
kemoreseptor untuk mendeteksi makanan. Sel peraba
terdapat diseluruh tubuh, terutama parapodia dan kepala
(Kastawi, 2005).
7) Sistem Reproduksi
Sistem reproduksi dari Polychaeta terdiri dari
reproduksi seksual dan reproduksi aseksual.
a) Reproduksi Seksual
Reproduksi Seksual Polychaeta yaitu secara
diosius dan monosius. Seksual via fertilisasi
eksterna (ovum dan sperma di lepas di air).
Feritilisasi dari zigot → trokofor → juvenile.
Pembuahannya dilakukan di luar tubuh. Telur yang
telah dibuahi tumbuh menjadi larva yang disebut
trakofora, yang kemudian menjadi juvenile.
b) Reproduksi Aseksual
Reproduksi Aseksual Polychaeta biasanya
dengan cara membelah diri. Pada Cirratulidae,
Sabellidae, Spionidae dan Syllidae
(Tunas/Budding) dari parapodia. Bagian tubuh

Muhammad Anang | FILUM ANNELIDA 10


ZOOLOGI INVERTEBRATA

menjadi dua bagian. Dalam reproduksi aseksual


Polychaeta dikenal Epitoksi yaitu pembentukan
individu reproduktif yang merupakan fenomena
reproduksi khas polychaeta, hewan tampak jadi dua
bagian.

Gambar 4. Reproduksi Aseksual Polychaeta (Kastawi,


2005).

8) Habitat dan Penyebaran


Habitatnya di lautan, Polychaeta hidup dalam pasir
atau menggali batu-batuan di daerah pasang surut air laut
ataupun membentuk tabung. Cara hidupnya yang
bersembunyi menyebabkan mereka luput dari

Muhammad Anang | FILUM ANNELIDA 11


ZOOLOGI INVERTEBRATA

pengamatan biasa. Hewan ini menyebar diseluruh dunia


(Jasin, 1992).
7.4.2 Kelas Oligochaeta
Oligochaeta (dalam bahasa Yunani, oligo =
sedikit, chaetae = rambut kaku) yang merupakan
Annelida berambut sedikit. Oligochaeta tidak memiliki
parapodia, namun memiliki seta pada tubuh yang
bersegmen (Jasin, 1992).
a. Ciri-ciri
1) Memiliki sedikit setae pada tubuhnya.
2) Segmen pada tubuhnya mencapai 200 segmen.
3) Panjang tubuh mulai 1 cm-3 m
4) Kulit dilapisi kutikula.
5) Habitat di tempat lembab dan perairan
6) Mamiliki klitellum.
7) Reproduksi bersifat hermaprodit (Jasin, 1992).
1) Tubuh Oligochaeta bulat panjang, warna bagian
dorsal lebih gelap dibandingkan dengan bagian
ventral, segmen tubuhnya lebih dari 100 buah yang
masing-masing dengan 4 pasang rambut. Pada ujung
depan (anterior) ada suatu bagian/ tonjolan daging

Muhammad Anang | FILUM ANNELIDA 12


ZOOLOGI INVERTEBRATA

yang disebut prostomium (bukan berupa segmen)


(Rusyana, 2011).
2) Dinding tubuh terdiri dari kutikula, epidermis otot
melingkar dan otot memanang. Bagian selom
memisahkan dinding tubuh dan intesti, antara
segmen yang satu dengan segmen yang lainnya
dipisahkan oleh sekat pemisah ventrikal. Selaput
yang membatasi dinding tubuh sebelah dalam
disebut peritoneum. Cairan-cairan yang terdapat
dibagian selommembantu dalam eksresi (Rusyana,
2011).
b. Struktur Tubuh

Muhammad Anang | FILUM ANNELIDA 13


ZOOLOGI INVERTEBRATA

Gambar 5. Struktur tubuh Lumbricus terestis


(Kastawi, 2005).

Tubuh cacing ini umumnya berbentuk panjang


silindris, dengan panjang 18 cm dan diameter tubuhnya ±
0,935 cm. Setae tidak terdapat pada parupodia;
prostomium jelas ada tetapi umumnya tanpa extramitas,
selalu bersifat nermaprodit, testis dan ovarium terdapat
pada segmen-segmen bagian enterior, dan testis selalu
terletak di sebelah anterior ovarium; ductus genitalis
bermuara ke dalam suatu rongga yang di sebut
spermatheca; reproduksi dilakukan fertilisasi silang; ova
terdapat di dalam cocon, pertumbuhan atau
perkembangan secara langsung tanpa melalui stadium
larva, kelas oligochaeta meliputi 2 ordo, yaitu: 1). Ordo
torriselae, adalah oligochaeta yang bersifat terrestrial,
yaitu hidup didalam tanah, contoh: Lumbricus
allophoborg 2). Ordo limivolae, adalah oligochaeta yang
bersifat aquatic. Contoh Tubifex, Stylaria, Aelosoma
(Kastawi, 2005).
c. Fisiologi
1) Sistem Respirasi

Muhammad Anang | FILUM ANNELIDA 14


ZOOLOGI INVERTEBRATA

Kelas Oligochaeta tidak memiliki parapodia


seperti pada kelas polychaeta, pernapasannya dilakukan
melalui seluruh permukaan tubuhnya. Itu sebabnya
mengapa tubuh kelompok cacing ini berlendir. Tubuh
cacing tanah tertutup oleh selaput bening dan tipis yang
disebut kutikula (Kastawi, 2005).
2) Sistem Pencernaan
Makanan hewan Lumbricus terestis berupa daun-
daunan, sisa-sisa tumbuhan atau hewan di dalam tanah.
Tanah yang mengandung sisa makanan ditelan masuk
kedalam mulut faring → kemudian terus berlanjut ke
esofagus → disimpan dalam proventrikulus → kemudian
ventrikulus akan menghancurkan bahan-bahan makanan
yang bercampur dengan tanah → makanan diserap oleh
pembuluh darah → dibuang melalui anus.

Gambar 6. Sistem pencernaan Lumbricus terestis

Muhammad Anang | FILUM ANNELIDA 15


ZOOLOGI INVERTEBRATA

(Barnes, 1987).
3) Sistem Ekskresi
Annelida mempunyai organ nefridium yang
disebut metanefridium. Pada cacing tanah yang
merupakan anggota annelida, setiap segmen dalam
tubuhnya mengandung sepasang metanefridium, kecuali
pada tiga segmen pertama dan terakhir (Kastawi, 2005).

Gambar 7. Sistem ekskresi Lumbricus terestis


(Kastawi, 2005).
4) Sistem Sirkulasi
Pada ruas ke 7 dan ke 11 darah mengalir dari
saluran darah dorsal masuk ke jantung dan sebagian
darah dipompa terus ke depan. Jantung memompa darah

Muhammad Anang | FILUM ANNELIDA 16


ZOOLOGI INVERTEBRATA

dari saluran darah dorsal ke saluran ventral, selanjutnya


dipompa ke seluruh tubuh dan akan kembali ke saluran
darah lateral batang saraf. Aliran darah pada saluran di
bawah batang saraf dari anterior ke posterior kemudian
naik ke atas melalui saluran parietal (Suwignyo, dkk,
2005).
5) Sistem Saraf

Gambar 8. Sistem saraf Lumbricus terestis


(Jasin, 1992).
Sistem saraf terdiri dari sentral yang terdiri dari
dua bagian, termasuk bagian dorsal yang disebut otak
atau ganglion supra pharyngeal. Ganglion tersebut
dihubungkan dengan sepasang alat penghubung dengan
sepasang ganglion sub pharyngeal yang terletak

Muhammad Anang | FILUM ANNELIDA 17


ZOOLOGI INVERTEBRATA

dibawah faring. Kemudian terbentuk batang saraf di


sepanjang tubuh pada tiap-tiap ruas. Sel-sel saraf yang
muncul tersebut berfungsi sebagai saraf sensoris. Sel
perasa ini dilengkapi dengan rambut saraf sehingga
kutikula bisa menerobos dunia luar.
6) Sistem Reproduksi
Oligochaeta terdiri atas alat kelamin jantan dan
betina. Alat betina terdiri dari sepasang ovari yang
terletak pada ruas ke-8. Alat kelamin jantan terdiri atas
dua testis yang berbentuk menjari pada ruas ke-10 dan
11. Pembuahan sendiri tak akan terjadi, tetapi selalu
bersilang. Dimana pada saat kedua hewan mengalami
kopulasi. Dua cacing ini akan menyatu membuat sabuk
kokon yang berasal dari zat perekat yang dikeluarkan
oleh kelenjar di daerah klitellum (Kastawi, 2005)

Muhammad Anang | FILUM ANNELIDA 18


ZOOLOGI INVERTEBRATA

Gambar 9. Sistem Reproduksi cacing tanah (Suwignyo,


dkk, 2005).

7) Habitat dan Penyebaran


Hewan Lumbricus terrestis biasanya hidup di tanah
becek atau lembab yang tidak ada sinar matahari. Hewan
Lumbricus terrestis tersebar diseluruh dunia terutama di
Amerika Serikat bagian Timur, Kanada Selatan dan juga
di Indonesia tepatnya di daerah Jawa Barat (Jasin, 1992).

7.4.3 Kelas Hirudinae

Muhammad Anang | FILUM ANNELIDA 19


ZOOLOGI INVERTEBRATA

Hirudinea parasit hidup dengan mengisap darah


inangnya, sedangkan Hirudinea bebas hidup dengan
memangsa invertebrata kecil seperti siput (Rusyana,
2011).
1. Ciri Morfologi
Menurut Rusyana (2011) Hirudinea memilki ciri-
ciri sebagai berikut :
1. Tubuh berpigmen.
2. Dalam keadaan kosong tubuh agak pipih.
3. Pada bagian posterior terdapat alat hisap besar.
4. Bagian anterior kecil.
5. Tidak memiliki tentekel dan parapodia.
6. Ruas berjumlah 34.
7. Ruas luar jelas, terdiri atas bentuk cincin-cincin.
8. Tidak berlarva.

Muhammad Anang | FILUM ANNELIDA 20


ZOOLOGI INVERTEBRATA

Gambar 10. Struktur morfologi Hirudinae (Jasin, 1992).


Tubuh lintah dapat dibagi menjadi 5 bagian:
1. Sebuah prostomium kecil dengan 4
ruas berikutnya membentuk kepala
2. Precitellum terdiri dari 4 buah ruas
dan clitellum 3 ruas.Pada bagian midventral terdapat
sebuah gonopor jantan dan sebuah gonopor betina.
3. Klitelum biasanya tidak jelas
kecuali pada masa reproduktif
4. Badan yang terdiri dari 12-26 ruas,
dan merupakan bagian tubuh yang paling besar
5. Enam buah ruas yang terakhir
bersatu dan bermodifikasi menjadi alat penghisap
posterior (Jasin, 1992).

Muhammad Anang | FILUM ANNELIDA 21


ZOOLOGI INVERTEBRATA

2. Fisiologi
a. Sistem Gerak
Sistem Gerak Hirudinae, jika didarat bergerak
dengan cara melekukkan badan, serta melekat dengan
sucker namun jika diair berenang dengan cara
menggelombangkan badan (Jasin, 1992).
b. Sistem Respirasi
Sistem respirasi Hirudinae, jika didarat
menggunakan anyaman kapiler di bawah epidermis yang
terdapat pada kulit, namun jika diair Hirudinae dengan
menggunakan insang, contoh Piscicolidae (Jasin, 1992).
c. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan terdiri dari mulut, faring,
tembolok, lambung, rektum, anus. Anus terletak pada
bagian dorsal. Proses pencernaan  penghisap anterior
terdapat mulut menuju faring kemudian tembolok
dlanjutkan keusus keluar pada anus dan kembali ke
penghisap posterior (Jasin, 1992).
d. Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi Hirudinae terdapat organ khusus
yaitu nefridia yang di bagian tubuhn terdapat 10-17

Muhammad Anang | FILUM ANNELIDA 22


ZOOLOGI INVERTEBRATA

pasang nefridia. Sistem ekskresi sama dengan Annelida


pada umumnya, dan zat yang diekskresikan berupa
ammonia (Jasin, 1992).
e. Sistem Saraf
Sistem saraf Hirudinae terdiri atas ruas 5 dan 6
terdapat lingkar saraf ganglia “otak” (Jasin, 1992).

Gambar 11. Sistem saraf Hirudinae (Rusyana, 2011).


f. Sistem Reproduksi

Muhammad Anang | FILUM ANNELIDA 23


ZOOLOGI INVERTEBRATA

Sistem reproduksi Hirudinae berjenis monosius.


Alat kelamin jantan terdiri atas 4-12 pasang testis dan 1
pasang ductus spermatikus. Alat kelamin betina yang
terdiri atas 2 ovarium dan oviduk yang berhubungan
dengan kelenjar albumin dan vagina di median yang
bermuara di belakang porus genitalia jantan. Dalam
fertilisasi tidak ada tingkat larva. Lintah membentuk
kokon yang mengandung telur yang telah dibuahi dan
kokon akan diletakkan dalam air atau tanah (Rusyana,
2011).

Gambar 12. Organ Reproduksi Hirudinea (Moore, 2011)


g. Sistem Indera

Muhammad Anang | FILUM ANNELIDA 24


ZOOLOGI INVERTEBRATA

Alat indera berupa mata yang berfungsi sebagai


fotoreseptor dan papila serta sensila yang berupa tonjolan
kecil pada epidermis yang berfungsi sebagai alat peraba
dan perasa (Rusyana, 2011).
7.6 Peranan Annelida
a. Cacing tabah dapat menyuburkan tanah, karena
membantu manghancurkan tanah, membantu
aerasi tanah, serta membantu pembentukan
humus. Selain itu, dapat menjadi umpan ikan
saat memancing.
b. Cacing palolo dan cacing wawo dimanfaatkan
masyarakat didaerah tertentu dijadikan sebagai
makanan.
c. Lintah menghasilkan zat hirudinatau zat anti
koagulan atau zat anti pembekuan darah.
d. Cacing sutera untuk makanan ikan hias, baik
dalam keadaan hidup maupun kering.
e. Cacing Tubifex merupakan salah satu jenis
pakan alami ikan yang hidup didasar perairan
tawar. Selain itu juga sebagai indikator
pencemaran lingkungan karena Tubifex dapat

Muhammad Anang | FILUM ANNELIDA 25


ZOOLOGI INVERTEBRATA

hidup pada daerah dengan kadar oksigen rendah


(Kastawi, 2005).

Muhammad Anang | FILUM ANNELIDA 26

Anda mungkin juga menyukai