Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Secara bahasa Annelida adalah hewan yang bentuk tubuhnya seperti susunan
cincin. Kata Annelida berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata “annulus” yang
berarti cincin, dan “oidos” yang artinya bentuk. Annelida memiliki rongga tubuh
sejati dan tubuhnya berbentuk seperti segmen, serta bernapas melalui kulit.
Sampai sekarang terdapat sekitar 15.000, dengan panjang tubuh dari 1 mm - 3 m.
Phylum Annelida dapat hidup di laut, air tawar, dan juga di tanah. Bagian tubuh
Annelida berupa segmen-segmen. Antara satu segmen dengan segmen lainnya
terdapat sekat yang disebut septa. Pembuluh darah, pembuluh saraf, dan sistem
ekskresi terhubung menembus septa antara satu segmen dengan segmen lainnya.
Rongga tubuh Annelida berisi cairan berfungsi dalam pergerakan (Isnaeni, 2006).
Kontraksi otot juga sangat mempengaruhi pergerakannya. Tubuhnya
berbentuk simetri bilateral, yaitu bagian tubuh yang satu berdampingan dengan
bagian tubuh yang lain, dan apabila ditarik garis yang memotong dari depan ke
belakang, maka akan didapatkan potongan yang sama. Lapisan luar tubuh
Annelida memiliki kutikula (lapisan pelindung), merupakan hasil sekresi dari
epidermis. Pada lapisan luar Annelida juga terdapat sel sensoris yang berfungsi
untuk menerima rangsang. Tubuh Annelida juga memiliki lapisan otot, yang
terdiri dari otot sirkuler (spiral rapat) dan otot longitudinal (spiral panjang). Ketika
otot sirkuler berkontraksi segmen menjadi lebih tipis memanjang (Kastawi, 2005).
Sedangkan ketika otot longitudinal berkontraksi segmen akan menebal dan
memendek. Mereka hidup di dalam tanah yang lembab, dalam laut, dan dalam air.
Pada umumnya hidup bebas, ada yang hidup dalam liang, beberapa bersifat
komensal pada hewan-hewan aquatis, dan ada juga yang bersifat parasit pada
Vertebrata. Sistem pencernaan hewan ini sudah lengkap. Organ pencernaannya
terdiri dari mulut, faring, esofagus, usus, dan anus. Dilakukan oleh organ ekskresi,
yaitu nephridia, nefrostom dan nefrotor (Isnaeni, 2006).

Universitas Sriwijaya
Pada tiap segmen tubuh terdapat sepasang nephridia, kecuali 3 segmen yang
pertama dan segmen yang terakhir tidak ada. Setiap Segmen memiliki organ
ekskresinya masing-masing. Umumnya berlangsung secara seksual, satu Annelida
memiliki dua alat kelamin yaitu alat reproduksi jantan dan betina (Hermafrodit),
meskipun demikian, reproduksi secara seksual tetap membutuhkan dua individu
yang akan mengatur dirinya sedemikian rupa sehingga dapat mempertukarkan
sperma. Setelah itu hasil reproduksi tadi akan disimpan dalam suatu organ khusus
yang disebut klitelum. Apabila telah siap, hasil ini akan lepas dari kepala cacing,
tinggal dan berkembang di dalam tanah. Beberapa Annelida dapat bereproduksi
secara aseksual dengan cara fregmentasi diikuti dengan regenerasi (Isnaeni, 2006).
Annelida memiliki sistem peredaran darah tertutup yang memiliki pembuluh
darah dengan haemoglobin di dalamnya sehingga darahnya berwarna merah.
Fungsi pembuluh darah yaitu menghantarkan nutrisi dan oksigen ke seluruh
tubuh, pada bagian kulitnya terdapat sangat banyak pembuluh darah kecil, karena
hewan ini bernafas melalui kulit. Annelida memiliki sistem peredaran darah
tertutup yang memiliki pembuluh darah dengan haemoglobin di dalamnya
sehingga darahnya berwarna merah. Fungsi pembuluh darah yaitu menghantarkan
nutrisi dan oksigen ke seluruh tubuh, pada bagian kulitnya terdapat sangat banyak
pembuluh darah kecil, karena hewan ini bernafas melalui kulit (Kastawi, 2005).
Dinding tubuh cacing tanah mempunyai 2 lapis otot, yaitu stratum circulare
(lapisan otot sebelah luar), dan stratum longitudinal (lapisan otot sebelah dalam).
Jika musculi berkontraksi akan menimbulkan gerakan menggelombang dari
cacing tanah itu sehingga ia bergerak. Dinding intestine juga mempunyai lapisan
otot yaitu stratum longitudinale. Jika otot ini berkontraksi, akan menimbulkan
gerak peristaltik yang dapat mendorong makanan dalam saluran pencernaan dan
mendorong keluar sisa-sisa pencernaan. Setae digerakkan oleh dua berkas otot,
yaitu musculus protactor (mendorong setae keluar) (Nurhadi dan Febri, 2018).

1.2. Tujuan Praktikum


Untuk mengamati dan mengenal ciri morfologi beberapa spesies anggota
filum Annelida.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Annelida


Secara bahasa Annelida adalah hewan yang bentuk tubuhnya seperti susunan
cincin. Kata Annelida berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata “annulus” yang
berarti cincin, dan “oidos” yang artinya bentuk. Annelida memiliki rongga tubuh
sejati dan tubuhnya berbentuk seperti segmen, serta bernapas melalui kulit.
Sampai sekarang terdapat sekitar 15.000, dengan panjang tubuh dari 1 mm - 3 m.
Phylum Annelida dapat hidup di laut, air tawar, dan juga di tanah (Isnaeni, 2006).

2.2. Ciri-Ciri Annelida


Ciri-Ciri Annelida, merupakan cacing dengan tubuh bulat dan memanjang
biasanya dengan segmen yang jelas baik eksternal maupun internal. Tubuh
bersimetri bilateral. Appendages kecil berupa setae (rambut). Memiliki tiga
lapisan tubuh (triploblastik) yaitu lapisan tubuh luar (ektoderm), tengah
(mesoderm), dan lapisan tubuh dalam (endoderm). Dinding tubuh disusun oleh
lapisan otot circular dan longitudinal, coelom berkembang dengan baik (kecuali
Hirudinea) yang disebut Schizocoelom. Kulitnya halus, licin, dan dilapisi oleh
kutikula yang tipis dan lembab. Kutikula terletak di atas epithel columnar yang
banyak mengandung sel-sel kelenjar dan sel sensoris. Tersusun oleh protein,
berfungsi melindungi dari enzim pencernaan inang (Isnaeni, 2006).
Sistem pencernaannya sudah lengkap. Alat pencernaan memanjang
disepanjang tubuhnya. Sistem ekskresi dengan sepasang nephridia pada setiap
ruas. Sistem peredaran darah tertutup, dengan pembuluh darah yang memanjang
(sinus coelom dengan cabang-cabang lateral pada setiap ruas). Plasma darah
umumnya berisi haemoglobin dan amoebocyte yang bergerak bebas. Respirasi
melalui epidermis atau permukaan tubuh. Sistem saraf dengan sepasang ganglia
cerecral (otak) yang dihubungkan ke tali saraf (nerve cord) yang meluas
disepanjang tubuhnya (Kastawi, 2005).

Universitas Sriwijaya
2.3. Klasifikasi Annelida
Klasifikasi Annelida Terdapat sekitar 15.000 spesies Annelida. Berdasarkan
banyak atau tidaknya rambut (setae) pada tubuhnya, Annelida diklasifikasikan
menjadi tiga kelompok: Classis Polychaeta Kata Polychaeta berasal dari bahasa
yunani, yaitu Poli yang artinya banyak, dan Chaeta yang artinya rambut. Jadi,
classis Polychaeta merupakan hewan yang memiliki rambut paling banyak dalam
Phylum Annelida. Semua species dalam classis Polychaeta hidup air. Setiap
segmen pada tubuh Polychaeta memiliki struktur seperti daging berbentuk dayung
yang disebut Parapodia (Tunggal = parapodium). Struktur ini berfungsi sebagai
alat geraknya. Contohnya yaitu Neanthes, Chartopterus, Arenicola, Spirorbis,
Serpula, dan Nereis virens (Isnaeni, 2006).
Classis Oligochaeta Kata Oligochaeta berasal dari bahasa yunani, yaitu Oligo
yang artinya sedikit, dan Chaeta yang artinya rambut. Kelas Oligochaeta
merupakan kelas Phylum Annelida yang memiliki sedikit rambut. Banyak anggota
Oligochaeta yang hidup di tanah atau tempat lembab, namun adapula yang hidup
di air. Karena memiliki sedikit rambut (setae) dan tidak memiliki Parapodia, maka
kepalanya kecil, tidak mempunyai alat peraba, dan tidak mempunyai bintik mata.
Pada lapisan kulit terdapat bagian saraf yang berfungsi untuk menerima
rangsangan. Contohnya Lumbricus terestris, Allolophobora, Autyphocus; Ordo
Limicolae, bersifat aquatis, Tubifex, Stylaria, dan Aelosoma (Kastawi, 2005).
Classis Hirudinea Hirudinea adalah classis Phylum Annelida yang tidak
memiliki setae (rambut) dan tidak memiliki parapodium di tubuhnya. Tubuh
Hirudinea agak pipih dengan ujung depan dan belakang sedikit meruncing. Pada
segmen awal dan akhirnya terdapat alat penghisap yang berfungsi untuk bergerak
dan menempel. Kombinasi dari alat penghisap dan kontraksi serta relaksasi otot
merupakan mekanisme pergerakan dari Hirudinea. Sebagian besar Hirudinea
merupakan ekstoparasit yang banyak dijumpai pada permukan luar inangnya.
Ukuran Hirudinea bervariasi antara 1-30 cm. Hirudinea hidup pada inangnya
untuk menghisap darah dengan cara menempel. Beberapa dari mereka membuat
luka pada permukaan tubuh inang. Contohnya yaitu Acanthodella, Hirudo
medicinalis, Haemadipsa sp, dan Haemopis (Isnaeni, 2006).

Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 27 Februari 2020 di
Laboratorium Biosistematika Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas
Sriwijaya, Indralaya.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan adalah bak preparat, kaca pembesar, dan pinset. Adapun
bahan yang diperlukan adalah Pheretima sp dan Hirudo medicianalis.

3.3. Cara Kerja


Cacing tersebut diamati secara seksama. Dibedakan bagian-bagian tubuhnya
secara morfologi. Hasil digambar dan diberikan keterangan. Terakhir ditulis
klasifikasi spesiesnya.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Nemathelminthes


Nemathelminthes adalah phylum yang pernah dipakai pada kerajaan hewan
(Animalia). Pengelompokan ini sekarang tidak digunakan lagi karena polifiletik.
Meskipun demikian, pengelompokannya kadang-kadang masih dipakai untuk
kemudahan. Anggota-anggotanya mencakup berbagai cacing yang dikenal sebagai
cacing gilig: hewan dengan tubuh berbentuk silinder memanjang, bahkan sangat
panjang sehingga muncullah nama ‘Nemathelminthes’. Yang berarti “cacing
benang” (dari bahsa Yunani). Tubuhnya tidak beruas-ruas (Aryulina, 2004).
Nemathelminthes (dalam bahasa Yunani, nema = benang, helminthess =
cacing) disebut sebagai cacing gilig karena tubuhnya berbentuk bulat panjang atau
seperti benang. Berbeda dengan Platyhelminthes yang belum memiliki rongga
tubuh. Nemathelminthes sudah memiliki rongga tubuh meskipun bukan rongga
tubuh sejati. Oleh karena memiliki rongga tubuh semu, Nemathelminthes disebut
sebagai hewan Pseudoselomata. Ciri tubuh Nemathelminthes memiliki ukuran,
bentuk, struktur, dan fungsi tubuh. Individu betina berukuran lebih besar daripada
individu jantan. Tubuh berbentuk bulat panjang atau seperti benang dengan ujung-
ujung yang meruncing (Prawirohartono, 2006).

2.2. Sistem Gerak


Gerak pada Nemathelminthes disebabkan adanya otot-otot yang terdapat pada
dinding tubuh. Otot-otot itu terletak diantara tali epidermal, dan membujur
sepanjang tubuh. Otot-otot itu terbagi menjadi empat kuadran, dua kuadran
terletak pada sisi dorsal, dan yang lain pada sisi ventral. Kontraksi dan relaksasi
dari otot-otot menyebabkan tubuh cacing memendek dan memanjang. Koordinasi
gerak dari keempat kuadran otot menyebabkan cacing bergerak dengan cara
meliuk-liuk. Sebagian hewan yang paling tersebar luas, Nemathelminthes atau
cacing gilig, ditemukan pada sebagian besar habitat akuatik, di tanah, pada
jaringan-jaringan tumbuhan yang lembab (Kastawi, 2005).

Universitas Sriwijaya
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Nemathelminthes adalah phylum yang pernah dipakai pada kerajaan hewan
(Animalia). Pengelompokan ini sekarang tidak digunakan lagi karena polifiletik.
Meskipun demikian, pengelompokannya kadang-kadang masih dipakai untuk
kemudahan. Anggota-anggotanya mencakup berbagai cacing yang dikenal sebagai
cacing gilig: hewan dengan tubuh berbentuk silinder memanjang, bahkan sangat
panjang sehingga muncullah nama ‘Nemathelminthes’. Yang berarti “cacing
benang” (dari bahsa Yunani). Tubuhnya tidak beruas-ruas (Aryulina, 2004).
Nemathelminthes berasal dari kata Nema: benang dan helminthes: cacing,
sehingga cacing ini dikenal dengan cacing benang. Platyhelminthes dan
Nemathelminthes ini merupakan sub materi dari invertebrata, dimana dalam
materi invertebrata terdapat 9 sub materi yaitu Protozoa, Porifera, Coelenterata,
Platyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida, Artropoda, Mollusca dan
Echinodermata (Lukitasari, 2009).
Di daratan, cacing ini bergerak dengan merayap seperti ular, sedangankan di
air dengan cara berenang seperti belut. Sistem ekskresi pada Nemathelminthes
berupa protonefridia yang terdiri dari 2 saluran lateral yang bermuara di lubang
bagian ventral. Bentuk dasar Nemathelminthes ada dua macam, antara lain: 1.
Fusiform, yaitu bagian tengah tubuh mempunyai diameter yang paling besar, jadi
bentuk tubuhnya seperti gelondong. 2. Filiform, yaitu diameter tubuh anterior –
posterior sama besar, jadi bentuk tubuhnya seperti benang. Ada juga bentuk tubuh
yang merupakan kombinasi dari kedua bentuk tersebut (Aryulina, 2004).
Mulut bagian anterior dari kebanyakan Nematoda dibatasi enam bibir. Tetapi
pada Ascaris sp menggabung menjadi satu, sehingga tinggal tiga bibir, satu di
bagian dorsal dan dua di ventrolateral. Bibir dorsal mempunyai dua pasang papilla
sensori, sedang masing-masing bibir ventrolateral mempunyai satu pasang papilla
sensori. Keempat pasang papilla sensori membentuk lingkaran bibir luar,
Nematoda mempunyai enam lingkaran bibir luar (Kastawi, 2003).

Universitas Sriwijaya
Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai