OLEH:
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
A. Tanah Aluvial
Aluvial Tanah aluvial merupakan tanah muda yang berasal dari hasil
pengendapan. Tanah merupakan tanah hasil dari pengendapan sungai dan aliran
permukaan, sehingga banyak ditemui dikawasan pertanian lahan basah seperti
sawah dan rawa sungai. Tanah aluvial yang di jumpai dapat memiliki epipedon
yang berwarna coklat gelap atau coklat tua. Sifat tanah aluvial berdasarkan
pengamatan solum atau kedalaman efektif lebih dari 96 cm atau kategori dalam
dan memiliki tekstur liat debu berpasir dengan memiliki nilai N yaitu 0,12%, nilai
P2O5 sebesar 210 ppm dan nilai K2O sebesar 267 ppm. Memiliki tekstur pasir
18.3%, debu 49,3,7% dan liat 32,7%, dari analisis tersebut maka kondisi tanah
berkategori agak kritis.
Jenis-Jenis Tanah Aluvial
Jenis tanah aluvial dapat dibedakan lagi atas dasar warnanya seperti tanah
aluvial hidromorf, aluvial kelabu, aluvial coklat dan lain-lain. Jenis tanah ini
mempunyai ciri-ciri fisik warna kelabu, bertekstur liat, dan memiliki permiabilitas
(water run off) lambat. Jenis tanah ini biasanya banyak digenangi air sehingga
warnanya tua kelabu sampai kehitaman. Daerah penyebarannya terdapat di
berbagai ketinggian tetapi umumnya di dataran rendah dengan daerah relatif datar
sampai bergelombang.
Sifat dari Tanah Aluvial
Sifat dari tanah Alluvial ini kebanyakan diturunkan dari bahan-bahan yang
diangkut dan diendapkan. Teksturnya berkaitan dengan laju air mendepositkan
Alluvium. Oleh karenanya, tanah ini cenderung bertekstur kasar yang dekat aliran
air dan bertekstur lebih halus di dekat pinggiran luar paparan banjir. Secara
mineralogy, jenis jenis tanah ini berkaitan dengan tanah yang bertindak sebagai
sumber Alluvium. Endapan-endapan alluvial baik yang diendapkan oleh sungai
maupun diendapkan oleh laut, pada umumnya mempunyai sususnan mineral
seperti daerah diatasnya tempat bahan-bahan bersangkutan diangkut dan
diendapkan.
Kandungan Tanah Aluvial
Kadar fosfor yang ada dalam tanah Alluvial ditentukan oleh banyak atau
sedikitnya cadangan mineral yang megandung fosfor dan tingkat pelapukannya.
Permasalahan fosfor ini meliputi beberapa hal, yaitu peredaran fosfor di dalam
tanah, bentuk-bentuk fosfor tanah, dan ketersediaan fosfor. Tingkat kesuburan
tanah alluvial sangat tergantung dengan bahan induk dan iklim. Suatu
kecenderungan memperlihatkan bahwa di daerah beriklim basa P dan K relative
rendah dan pH lebih rendah dari 6,5. daerah-daerah dengan curah hujan rendah di
dapat kandungan P dan K lebih tinggi dan netral. Persebaran jenis tanah alluvial
terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia yang memiliki sungai-sungai besar
seperti di pulau Jawa, Sumatra, Halmahera, Kalimatan Barat, Kalimantan Selatan,
Sulawesi dan Papua bagian selatan (Sungai Bengawan Solo, Sungai Opak, Sungai
Glagah).
Hewan
1. Cacing Tanah
B. Tanah Gambut/Organosol
Tanah gambut adalah tanah yang lapisan bahan organiknya terdiri atas
tumbukan tumbuhan yang telah mati seperti dedaunan, akar-akar, ranting, bahkan
batang pohon lengkap, yang terakumulasi selama ribuan tahun. Lapisan gambut
terbentuk karena tumbuhan yang mati dalam keadaan normal dengan cepat
mengalami penguraian oleh bakteri dan organisme lainnya.
Karakteristik Gambut
Lahan gambut merupakan lahan yang sangat fragile dan produktivitasnya
sangat rendah. Sifat kering tidak balik (irriversible drying), sehingga gambut tidak
dapat berfungsi lagi sebagai koloid organik. Produktivitas lahan gambut yang
rendah karena rendahnya kandungan unsur hara makro maupun mikro yang
tersedia untuk tanaman, tingkat kemasaman tinggi, serta rendahnya kejenuhan
basa.
Keasaman/pH Gambut
Kemasaman Tanah gambut tropika umumnya tinggi (pH 3-5), disebabkan
oleh buruknya kondisi pengatusan dan hidrolisis asam-asam organik, yang
didominasi oleh asam fulvat dan humat. Asam organik memberikan kontribusi
nyata terhadap rendahnya pH tanah gambut. Bahan organik yang telah
terdekomposisi mempunyai gugus reaktif, antara lain: karboksilat (-COOH) dan
fenolat (C6H4OH) yang mendominasi kompleks pertukaran dan bersifat sebagai
asam lemah sehingga dapat terdisosiasi dan menghasilkan ion H dalam jumlah
banyak. Kemasaman tanah yang tinggi mempengaruhi ketersediaan unsur hara
seperti P, K, Ca, dan unsur mikro.
Sifat-Sifat Gambut
Sifat kimia Degradasi lahan gambut menyebabkan tingkat kesuburan tanah
menjadi berkurang. Tanah gambut yang terdegradasi mempunyai nilai pH yang
lebih rendah, kadar P-tersedia dan jumlah unsur-unsur basa serta kadar abu yang
lebih rendah. Kadar abu merupakan sumber unsur-unsur basa dalam tanah gambut
dan menjadi penciri tingkat kesuburan tanah gambut . Sifat fisika tanah gambut
yang banyak mengalami perubahan akibat degradasi umumnya berkaitan dengan
kemampuan memegang air.
Hewan
1. Rayap
D. Tanah Litosol
Tanah Litosol merupakan tanah berbatu dengan lapisan tanah yang tidak
terlalu tebal. Tanah ini berasal dari jenis batu-batuan keras yang belum mengalami
pelapukan dengan sempurna. Oleh karena itu, tanah jenis ini sulit untuk ditanami
tumbuhan.
Kandungan Tanah Litosol
Kandungan bahan organik tanah Litosol sangat rendah dan bahkan nihil.
Mengingat bahan organik merupakan pemasok unsur-unsur N, P, K; dan unsur-
unsur mikro maka dengan rendahnya kandungan hahan organik dalam tanah
menjadikan tanah tersebut miskir akan unsur-unsur N-P-K dan unsur mikro.
Rendahnya unsur-unsur tersebut selain dikarenakan rendahnya kadar bahan
organik tanah juga disebabkan oleh pelapukan batuan induk yang belum lanjut.
Hal ini nampak sangat nyata pada tanah Litosol yang berkembang dari batuan
napal. Pada azasnya napal hanya tersusun dan lempung dan gamping sehingga
miskin akan unsur-unsur kimia yang bermanfaat bagi tanaman.
Karakteristik Tanah Litosol
ciri-ciri bersolum tebal antara 1.5-10 meter di atas bahan induk, bereaksi
masam dengan pH 4.5-6.5, bila mengalami perkembangan lebih lanjut pH naik
menjadi kurang dari 5.0, dan kejenuhan basa dari rendah sampai sedang. Tekstur
seluruh solum ini umumnya adalah liat, sedang strukturnya remah dan konsistensi
adalah gembur. Secara umum, kesuburan dan sifat kimia Inceptisols relatif
rendah, akan tetapi masih dapat diupayakan untuk ditingkatkan dengan
penanganan dan teknologi yang tepat.
Hewan
E. Tanah Regosol
Tanah grumusol terbentuk dari pelapukan batuan kapur dan tuffa vulkanik.
Kandungan organik di dalamnya rendah karena dari batuan kapur jadi dapat
disimpulkan tanah ini tidak subur dan tidak begitu cocok untuk ditanami tanaman.
Tanah ini memiliki nilai N yang cukup rendah yaitu 0,04 %, nilai P2O5 sebesar 9
ppm dan nilai K2O sebesar 63 ppm. Memiliki tekstur pasir 39,8%, debu 35,7%
dan liat 24,5%. Hal tersebut menunjukan tekstur lebih dominan pasir dan dari
analisis tersebut maka kondisi tanah berkategori kritis.
Karakteristik Tanah Grumosol
Tanah grimosol terbentuk dari batuan kapur dan tuffa vulkanik. Jenis tanah
ini tidak cocok untuk media tanam tumbuhan. Ciri – Tekstur tanah kering dan
mudah pecah ketika musim kemarau dan berwarna hitam.Sebaran – Tanah
grumosol dapat ditemukan di daerah Demak, Jepara, Pati dan Rembang.
Keasaman/pH Tanah Grumusol
Penyusun utama batuan induk dari tanah grumusol adalah kapur sehingga
memiliki PH yang bersifat basa, namun pada beberapa kondisi terutama jika
sudah tercampur dengan abu vulkanik yang bersifat sedikit asam, maka PH dapat
berada di area netral. Jadi faktor yang menentukan tingkat keasaman yaitu sifat
bawaan dan penyebab yang berasal dari luar seperti abu vulkanik tadi.
Hewan
. Cacing Tanah
Umumnya, hewan ini akan menghuni kawasan tanah lempung. Mereka
melebarkan tubuh agar pergerakannya jadi lebih leluasa dan maksimal menggali
tanahnya. Sementara kulit lembabnya dijadikan sebagai alat pernapasan. Ya,
mereka tak memiliki organ khusus proses respirasi. Cacing tanah mesti lebih
diapresiasi, sebab bertanggung-jawab untuk kesuburan dan menggemburkan tanah
yang didiaminya. Nama ilmiah dari cacing tanah yang paling banyak ditemukan
dari jenis Pheretima sp. dan Phontoscolex sp.
G. Tanah Andosol
Jenis tanah ini pada dasarnya tanah yang berkembang dari bahan vulkanik
seperti abu vulkan, batu apung, sinder, lava dan atau bahan vulkanolistik yang
fraksi koloidnya di dominasi oleh mineral non kristalin. Tanah ini berwarna hitam
kecoklatan, dan memiliki kedalam efektif 88 cm yang berarti memiliki kategori
agak dalam. dan memiliki tekstur liat debu berpasir. Tanah ini sangat kaya dengan
mineral, unsur hara, air dan mineral sehingga sangat baik untuk tanaman.
Pengambilan sampel tanah terdapat disekitar penggunaan lahan meliputi
perkebunan kelapa dan jagung.
Karakteristik
Andisol mempunyai sembarang epipedon, asalkan persyaratan minimum
untuk ordo Andisol yaitu ≥ 60% dari 60 cm tanah teratas atau ≥ 60% tanah sampai
kontak litik (bila lebih dangkal) mempunyai sifat tanah andik dapat dipenuhi.
Andisol juga dapat mempunyai sembarang regim kelembaban dan regim
temperatur tanah dan dapat ditemukan di sembarang posisi landscape maupun
ketinggian. Untuk penetapan klasifikasi tanah tingkat seri, reaksi tanah (pH)
dikelompokkan atas dua kelas, yaitu tanah masam pH ≤ 5,5 dan tanah tidak
masam pH > 5,5. Kebanyakan tanah Andisol memiliki pH antara 5-7 (antara asam
dan basa).
Sifat Tanah Andisol
Sifat-sifat kimia tanah berkaitan erat dengan bahan induk, tingkat
pelapukan, dan mineral liat yang dominan. Tanah Andisol biasanya terbentuk di
daerah dataran tinggi yang mempunyai suhu relatif rendah sehingga pelapukan
bahan organik berjalan relatif lambat. Selain itu tanah Andisol juga banyak
mengandung mineral amorf yang dapat berikatan dengan bahan organik
membentuk organo liat stabil.
Hewan
1. cacing Tanah
H. Tanah Pondzolik
Tanah ini bewarna merah hingga kuning dan kandungan organik serta
mineralnya akan sangat mudah mengalami pencucian oleh air hujan. Oleh karena
itu untuk menyuburkan tanah ini harus ditanami tumbuhan yang memberikan zat
organic untuk kesuburan tanah serta pupuk baik hayati maupun hewani. Tanah
podsolik merupakan tanah yang dimanfaatkan untuk penanaman jagung, namun
hasil pengamatan menyatakan bahwa tanah tersebut mengalami erosi akibat aliran
permukaan, tekstur berpasir krikil.
Karakteristik Tanah Ponzolik
Karakteristik tanah kolam digambarkan melalui pendekatan fisika dan
kimiawinya, diantaranya kandungan air tanah, berat volume tanah kering, warna
tanah (Munsell color chart), pH tanah kering, berat jenis tanah, bahan organik
tanah dan total N tanah. Pada beberapa kali pengamatan menyatakan bahwa pH
tanah kolam PMK lebih tinggi pada lapisan atas (5,9-6,2) dari pada lapisan bawah,
pH asli tanah yaitu 5,3. Disamping itu pengaruh bahan organik tanah terhadap
kualitas air seperti kebutuhan oksigen, penyerapan nutrisi dan metabolit tidak
hanya diketahui dari konsentrasi tetapi juga komposisnya. Bahan organik relatif
membutuhkan oksigen yang lebih tinggi, semakin dalam tanah maka konsentrasi
bahan organik semakin menurun.
Keasaman/pH tanah Pondzolik
Tanah pondzolik Secara umum memiliki kondisi pH mendekati netral (pH
4,5 - 6,6) merupakan kondisi yang optimum untuk pertumbuhan tanaman. Pada
kisaran pH ini unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman berada dalam keadaan
tersedia seperti Ca, Mg, NH4+ , HPO4+ dan unsur-unsur mikro.
Hewan
Basuki. 2009. 93 Evaluasi Status Kesuburan Tanah Podsolik Merah Kuning Pada
Beberapa Desa di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.
Jurnal AGRIPEAT, 10 (2): 87- 93.
Jaya, R. 2017. Eksistensi Unsur Hara Tanah Terhadap Kerentanan Lahan Kritis di
Kawasan DAS Alo Kabupaten Gorontalo. Bindhe: Jurnal Ilmiah Program
Studi Agribisnis, 2 (1): 100-106.
Maftu’ah, E., M. Alwi dan M. Willis. 2005. Potensi Makrofauna Tanah Sebagai
Bioindikator Kualitas Tanah Gambut. BIOSCIENTIAE, 2 (1): 1-14.
Nursyamsi, D dan suprihati. 2005. Sifat-sifat Kimia dan Mineralogi Tanah serta
Kaitannya dengan Kebutuhan Pupuk untuk Padi (Oryza sativa), Jagung
(Zea mays), dan Kedelai (Glycine max) Soil. Bul. Agron, 33 (3): 40 – 47.