Anda di halaman 1dari 17

Tanah Aluvial

Terjadi karena endapan lumpur yang terbawa aliran sungai. Lokasinya berada di daerah hilir atau
dataran rendah. Warnanya cokelat hingga abu-abu. Sifatnya subur sehingga sangat baik untuk
pertanian seperti padi, palawija, maupun tembakau.

Tanah Andosol

Andosol merupakan tanah yang terbentuk karena proses vulkanis gunung berapi. Warnanya
kehitaman dan tinggi kadar organik dan air, tetapi memiliki tingkat kelembapan yang rendah. Sama
dengan aluvial, andosol juga subur dan bagus untuk tanaman.

Tanah Entisol

Tanah ini terbentuk dari pelapukan bahan letusan gunung berapi yaitu debu, pasir, dan lahar. Jadi,
tidak mengherankan jika entisol akan sering ditemukan di area yang tidak jauh dari gunung berapi.
Umumnya tahan entisol dapat berupa lapisan tipis dan berbentuk gundukan.

Tanah Grumusol

Grumusol tersusun dari batu kapur dan tuffa vulkanik yang sudah mengalami pelapukan. Karena
itulah bahan organik yang ada di dalamnya sangat rendah sehingga tidak cocok untuk tanaman.
Warna tanah ini netral dengan tekstur yang kering dan mudah pecah terutama pada musim
kemarau.

Tanah Humus

Tanah humus terbentuk dari pembusukan tumbuhan sehingga sangat kaya unsur hara dan mineral.
Itulah mengapa jenis tanah ini sangat subur dan baik untuk bercocok tanaman. Warnanya
kehitaman dan banyak ditemukan di daerah hutan.

Tanah Inceptisol

Inceptisol terbentuk dari batuan sedimen sehingga warnanya cenderung kecokelatan, kehitaman,
dan agak kelabu. Tanah ini juga bisa dimanfaatkan untuk perkebunan seperti sawit dan karet.

Tanah Laterit

Kandungan besi oksidan dan aluminium hidroksida tanah laterit sangatlah tinggi. Biasanya tanah ini
dibentuk di daerah lembap dan kesuburannya bisa sangat bervariasi tergantung dari batuannya.
Meski demikian, laterit umumnya kering dan tandus karena sudah kehilangan unsur hara sehingga
tidak cocok untuk tanaman.

Tanah Liat

Memiliki warna abu-abu pekat hingga hitam, tanah liat terbuat dari campuran aluminium dan silikat.
Tanah ini terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat. Umumnya, tanah liat
digunakan untuk membuat kerajinan.

Tanah Podzolik

Terbentuk karena curah hujan tinggi dan suhu yang rendah. Berwarna merah atau kuning dengan
unsur hara yang sedikit.

Tanah Podsol
Memiliki tekstur yang bercampur mulai dari pasir hingga batuan kecil. Warnanya kuning atau kuning
keabuan dan tidak memiliki perkembangan profil.

Tanah Pasir

Tanah ini berasal dari pelapukan batuan pasir dan banyak ditemukan di sekitar pantai. Teksturnya
lemah dan tidak memiliki kandungan mineral maupun air.

Tanah Padas

Bersifat keras seperti batuan dan tidak memiliki kandungan air. Unsur hara dan kandungan
organiknya sangat rendah dan bahkan hampir tidak ada.

Oxisol

Kaya zat besi dan aluminium oksida serta memiliki tekstur halus seperti tanah liat. Warnanya merah
atau kuning dan umumnya berada di daerah beriklim tropis basah. Tanah jenis ini cocok digunakan
sebagai lahan perkebunan.

Organosol atau gambut

Terjadi karena proses pelapukan bahan organik, serta memiliki unsur hara dan kelembapan yang
rendah. Tanah gambut banyak terdapat di daerah dengan iklim basah dan curah hujan tinggi.

Tanah Mergel

Berasal dari kapur yang bercampur dengan bahan lain seperti pasir dan tanah liat. Tanah ini
mengandung banyak air dan mineral serta sering ditemukan di kawasan dataran rendah.

Tanah Latosol

Terbentuk dari pelekukan batuan sedimen dan metamorf serta berwarna merah atau kekuningan.
Tingkat kesuburannya rendah sehingga tidak cocok untuk bercocok tanam.

Tanah Litosol

Terbentuk dari pelapukan batuan beku dan sedimen serta bertekstur kasar dan berkerikil.

Baca juga: Tanah Jenis Ini Ternyata Bisa Membuat Kelapa Sawit Tumbuh Subur

Persebaran Jenis Tanah di Indonesia


Persebaran Jenis Tanah di Indonesia

Berbagai jenis tanah seperti yang sudah dijelaskan di atas memiliki persebaran yang berbeda di
Indonesia. Berikut ini perincian persebaran jenis tanah di Indonesia.

 Aluvial: Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Papua

 Andosol: Sumatera, Nusa Tenggara, sebagian Sulawesi dan kepulauan Maluku

 Entisol: Jogjakarta dan daerah Jawa lain yang memiliki gunung berapi

 Grumusol: Demak, Jepara, Pati, Rembang, Ngawi, Madiun, dan Nusa Tenggara Timur

 Humus: Sumatera, Kalimantan, Jawa, Papua dan sebagian Sulawesi

 Inceptisol: Sumatera, Kalimantan, Papua

 Laterit: Kalimantan, Lampung, Jawa Barat, dan Jawa Timur

 Liat: Tersebar di berbagai wilayah di Indonesia

 Podzolik: Sumatera, Sulawesi, Papua, Kalimantan, Jawa

 Podsol: Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Papua

 Pasir: Sumatra Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi

 Padas: Ditemukan merata di wilayah Indonesia

 Oxisol: Sumatera, Sulawesi

Organosol: Sumatera, Papua, Kalimantan, Jawa

 Mergel: Ditemukan di dataran rendah


 Latosol: Sulawesi, Lampung, Kalimantan, Bali

 Litosol: Nusa Tenggara Barat, Jawa

Klasifikasi spodosols

Di Indonesia, Spodosol dibedakan menjadi tiga subordo yaitu Aquods yang memiliki rejim
kelembapan tanah akuik, Humods yang berdrainase baik se

kaligus memiliki kandungan C-organik pada horison spodiknya lebih dari atau sama dengan 6%, dan
Orthods yang berdrainase baik dengan kandungan C-organik pada horison spodik kurang dari 6%.
Jenis Spodosol yang memiliki rejim suhu tanah cryik (sangat dingin) atau mengalami masa beku
(Cryods dan Gelods), tidak dijumpai di Indonesia. [4]

Spodosols merupakan tanah yang mempunyai horison spodik dan bahan albik pada 50 persen
atau lebih dari setiap pedonnya. Horison spodiknya memiliki ketebalan 10 cm atau lebih dengan
batas atas di dalam kurang dari 200 cm dan horison albik berada langsung di atasnya. Spodosol
merupakan tanah yang telah berkembang lanjut, biasanya pada bahan induk pasir kuarsa,
berdrainase tidak baik, struktur tanah lepas atau masif, sangat miskin unsur hara, dan peka
terhadap erosi.

Potensi tanah ini  tergolong rendah dan tidak digunakan untuk usaha pertanian. Penyebarannya di
daerah peralihan antara rawa gambut dan tanah darat terutama di Kalimantan, Sumatera, dan
Papua.

Tanah podsol memiliki berbagai campuran tekstur mulai pasir hingga bebatuan kecil.

Tanah Spodosol dicirikan oleh adanya lapisan pasir masam berwarna putih abu-abu (horizon albik) di
atas lapisan lempung berpasir yang berwarna gelap.

Horizon penciri untuk spodosol adalah adanya horizon spodik baik lapisan atas merupakan lapisan
olah yang berwarna gelap ataupun berupa horizon albik. Keadaan yang diperlukan untuk
pembentukan tanah spodosol dalam keadaan dimana kombinasi faktor-faktor pembentuk tanah
dapat menghasilkan suatu akumulasi besi, alumunium dan bahan organic di horizon bawah.

Tanah spodosols berprodukivitas rendah dengan tekstur kasar dan sedikit hara yang terbentuk dari
bahan berupa pasir tunggal atau tanah liat yang kasar dan masam. Ciri khususnya terdapat horison B
spodik atau horison kumpulan dari bahan-bahan amorf organik dan aluminium termasuk ada atau
tidaknya besi. Tanah ini dapat dijumpai di daerah dingin atau tropik yang relatif basah dengan curah
hujan yang cukup tinggi terutama di sekitar lembah Amazon, Afrika tengah bagian selatan, dan Asia
Tenggara[1] Tanah ini berkemampuan rendah dalam meretensi hara dan air karena tekstur kasarnya.
Lapisan keras (fragipan atau duripan) dapat mengganggu pertumbuhan akar tanaman. Sebagian
besar Spodosol kurang sesuai untuk lahan pertanian karena keasamannya. Namun, Spodosol
temasuk dari 30 kelompok tanah dalam sistem klasifikasi Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO).[2]

Sifat Fisika dan Kimia Tanah

Sifat fisik Spodosol adalah tekstur yang kasar seperti pasir, struktur tanah butir tungga atau berupa
pasir kuarsa yang tidak menggumpal, kecuali pada horison iluvial yang tergabung oleh bahan
organik, besi, dan aluminium dengan konsistensi sedang hingga tinggi, serta kemampuan meretensi
air dan hara rendah.

Sifat kimia dari tanah ini adalah reaksi masam sampai sangat masam. Pada horison iluvial dan
sebagian horison organik terkandung C-organik yang tinggi sampai sangat tinggi, sedangkan pada
horison E albik terjadi sebaliknya. Kandungan hara P dan K potensial yang relatf cukup rendah.
Kandungan basa-basa dapat tukar (Ca, Mg, K, Na) rendah. Spodosol memiliki aktivitas biologis yang
rendah. Vegetasi berupa tumbuhan yang menyimpan serasah asam pembentuk mor. [3]

Susunan Mineral
Susunan mineral pada Spodosol sebagian besar adalah kuarsa dan feldpars. Namun pada tiap
horisonnya masih dijumpai adanya mineral phylosilikat seperti kaolint, illit, dan vermikulit dengan
jumlah yang bervariasi tergantung bahan induk tanah dan atau tingkat perkembangan pelapukann

Karakteristik Tanah Podsol atau Sifat /Ciri Utama Tanah Podsol

1. Ciri-ciri dari tanah podsol antara lain tidak memiliki perkembangan profil, warnanya kuning
hingga kuning keabuan serta memiliki tekstur pasir hingga lempung. Kandungan organiknya
sangat rendah karena terbentuk dari curah hujan yang tinggi tapi suhunya rendah.

2. Tanah yang termasuk ordo Spodosol merupakan tanah dengan horison bawah terjadi
penimbunan besi (Fe) dan oksida dan humus (horison spodik) sedang, dilapisan atas
terdapat horison eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat (albic). Padanan dengan sistem
klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzol.

3. Adanya lapisan pasir masam berwarna putih abu-abu  ( horizon albik ) di atas lapisan
lempung berpasir yang berwarna gelap.

4. Terbentuknya tanah ini pada bahan induk pasir kuarsa dipercepat oleh adanya vegetasi yang
menghasilkan seresah masam.

1. Mempuyai warna yang pucat – Tanah podsol merupakan yang memiliki warna pucat. Hal ini
sudah dijelaskan sebelumnya bahwasannya tanah podsol mempunyai warna yang pucat
dikearenakan ada kandungan A2 atau abu- abau di setiap jengkal ataupun butiran- butiran
tanah tersebut.

2. Mempunyai kandungan pasir kuarsa yang sangat tinggi

3. Memiliki tingkat keasaman yang tinggi – Reaksi tanah ini apabila dilihat dari keadaan pH atau
keasamannya yakni memiliki pH 3,5 hingga 5,5 atau dari yang sangat asam hingga yang
asam.

4. Sangat peka terhadap erosi – Tanah podsol merupakan tanah yang peka terhadap erosi
tanah karena daya menahan airnya yang masih sangat jelek.
5. Mempunyai sifat kurang subur – Tanah podsol ini mepunyai kandungan usur hara yang
rendah hingga yang sangat rendah. Bahan induk dari tanah podsol ini adalah tuff vulkan yang
asam. Sehingga berdasarkan sifat fisika maupun sifat kimianya, tanah ini bersifat jelek.

6. Tidak memiliki perkembangan profil

7. Mempunyai tekstur yang bersifat lempung hingga berpasir – Tekstur tanah podsol ini secara
umum memanglah bersifat seperti pasir yang bertekstur sedang hingga kasar. Tekstur inipun
bersifat lepas di bagian atas dan pejal di bagian bawah.

8. Mempunyai sifat yang mudah basah, sehingga ketika tanah ini terkena air tanah maka tanah
podsol ini akan menjadi subur.

Persebaran Tanah Podsol

Spodosol terbentuk di wilayah beriklim dingin dan tropik yang cenderung basah dengan curah
hujan tinggi yang terbentuk pada daerah berdrainase baik atau terhambat dengan turun naiknya
muka air tanah dangkal. Spodosol bisa ditemukan di dataran pantai (dataran pasir pantai atau
sand dune), di daratan aluvial atau koluvial, tektonik atau dataran tinggi berpasir. Ciri Spodosol di
dataran pantai dan dataran tinggi yakni relief datar sampai sedikit berombak, sedangkan di sand
dune bergelombang atau berbukit kecil. Spodosol hanya terbentuk di wilayah denan iklim
cenderung basah dan curah hujan yang melebihi kemampuan evapotranspirasinya. Disebut juga
”Ground Water Podzol” atau ”Podsols Air Tanah”. Penyebaran terbanyak Spodosol berada di
dataran aluvial dan koluvial. Daerah ini merupakan peralihan antara dataran tektonik dari batu
pasir kuarsa dengan dataran gambut.

Persebaran tanah ini antara lain meliputi Kalimantan utara, Sulawesi utara dan papua serta daerah
lainnya yang tidak pernah kering alias selalu basah.

Luas penyebaran tanah darat lebih kurang 200 juta ha.dengan luas dan penyebaran kemapuan
wilayah seluas 162,335 juta ha. atau 81% tersebar di:

 Sumatera (47,270 juta ha)

 Kalimantan (53,966 juta ha)

 Sulawesi (18,904 juta ha)

 Irian Jaya(42,195 juta ha)

 Dari 162,335 juta ha. luas daratan tersebut 124,044 juta ha berwujud tanah kering dan
38,291 juta ha berwujud tanah basah.

 Jambi

 Kalimantan tengaha

 Bangka Belitung

Pemanfaatan Tanah Podzol

Pemanfaatan yang paling sering dilakukan orang- orang terdaoau tanah podzol ini yakni dibuat
sebagai laha yang ditanami berbagai tanaman palawija. Hal ini karena tanaman palawija merupakan
salah satu tanaman yang paling cocok dengan karakteriktik yang dimiliki oleh tanah podsol ini.

Selain sebagai tanah yang baik untuk ditanami palawija, tanah podzol ini juga dapat digunakan untuk
produktivitas hutan. Berbagai tanaman yang dapat tumbuh di atas tanha ini sebagai hutan primer,
namun selain hutan primer juga banyak tumbuh tanamn tanaman lain seperti belukar, dan padang
rumput. Bahkan di daerah Bangka, tanah ini juga digunakan untuk menanam tanaman lada. Tanah
podzol ini apabila berada pada daerah kering, maka akan bercampur atau berasosiasi dengan jenis
tanah podsolik merah dan kuning. Namun, ketika berada di daerah yang basah, tanah podsol ini akan
berasoisasi dengan glei humas atau juga organosol.

Usaha Pertanian Yang Cocok Untuk Tanah Podsol

1. Sebagai daerah konservasi.

Spodosol banyak digunakan sebagai hutan .Kecuali itu dapat juga digunakan sebagi daerah rumput

ternak(pasture), atau rekreasi


KLASIFIKASI TANAH

Andisols merupakan tanah yangB berasal dari bahan induk tuf vulkanik dan abu vulkanik mempunyai
sifat tanah andik pada. Tanah yang digolongkan ordo Andisol adalah tanah yang memiliki sifat andik
pada seluruh sub horisonnya, dapat tertimbun maupun yang tidak tertimbun, ketebalan secara
kumulatif 35 cm atau lebih pada kedalaman 60 cm dari permukaan tanah mineral atau di atas
lapisan organik yang memiliki sifat andik dengan ketebalan dangkal.Sifat andisols antara lain adalah:
berat isi ringan, kaya bahan organik, kaya gelas volkan, mengandung mineral amorf (alofan), retensi
fosfat tergolong tinggi, dan mempunyai sifat tak balik terhadap kekeringan. Dalam keadaan alami
daya menahan airnya tinggi sekali dan resisten terhadap erosi, tetapi bila terganggu/kering, daya
menahan airnya merosot dan tanah terhadap erosi air/angin. Di bawah lapisan dengan sifat tanah

andik tersebut, tanah dapat memiliki sembarang horison penciri. Syarat tersebutlah minimum

untuk Andisol. Apabila syarat ini terpenuhi maka tanah tersebut digolongkan Andisol, apapun

sifat tanah yang dibawahnya (Soil Survey Staff, 1990). Karakteristik morfologi dan klasifikasi

tanah dapat mendukung pengetahuan tentang kendala dan potensi pemanfaatan Andisol dalam

pengembangan pertanian di daerah lahan kering Kabupaten Aceh Besar.

Tanah andosol yang terkait erat dengan jajaran pegunungan dan gunung berapi memiliki beberapa
fisiografis utama, yaitu dataran vulkanik, perbukitan vulkanis, pegunungan vulkanis, dan kerucut
vulkanis. Sebagai besar tanah andosol di Indonesia berada pada kerucut vulkanis dan diikuti pada
bagian dataran vulkanis, dan yang paling sedikit terdapat tanah andosol pada perbukitan vulkanis.
Selain itu, litlogi atau bahan induk dari tanah andosol meliputi bahan vulkanik hasil dari erupsi atau
letusan gunung berapi atau tephra (baca: pengertian erupsi gunung berapi). Bahan vulkanis ini
merupakan magma yang berpijar kemudian mengalami pendiginan yang cepat dan menjadi bahan
induk dari tanah andosol yang mempunyai kandungan SiO2. Selain itu, bahan induk tanah andosol
yang sebagian besar terdapat di Indonesia merupakan bahan vulkanis yang memiliki sifat andesitik,
dasitik, dan basaltik yang berasal dari lahar, abu vulkanis, dan tuff
POLA PENYEBARAN TANAH ANDOSOLS

Di Indonesia, tanah andosol tersebar dari wilayah Sabang sampai Maluku. Persebarannya dimulai
dari Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Bali, Lombok, Flores, dan Maluku. Akan tetapi persebaran
tanah andosol di Propinsi Papua belum terdapat keterangan yang memadai.  Pada bagian Barat,
persebaran tanah andosol dimulai dari Propinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi,
Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung. Di Pulau Jawa, tanah andosol terdapat di semua wilayah
jajaran pegunungan dari Propinsi Jawa Barat (pegunungan Salak), Jawa Tengah (pegunungan
Slamet), D.I. Yogyakarta (Gunung Merapi dan pegunungan Selatan), Jawa Timur (pegunungan Ijen).
Di Pulau Lombok, tanah andosol menyebar di dataran tinggi Gunung Rinjani. Di Pulai Bali, tanah
andosol membentang di di dataran tinggi Gunung Agung. Sedangkan di Pulau Flores, tanah andosol
banyak dijumpai di Kabupaten Manggarai, Ngada, Ende, Sikka dan Flores Timur. Di Pulau Sulawesi,
tanah andosol dapat dijumpai di lereng Gunung Lompobatang dan di sekitar Tomohon dan
Kabupaten Minahasa. Di Propinsi Maluku, tanah andosol terdapat di pegunungan Halmahera bagian
Barat dengan puncaknya di Gunung Ibu, Gamkonora, Gamalama, dan Sahu,

Ciri ciri tanah andosol adalah

1.Memiliki tekstur gelub berdebu

2.Memiliki struktur tanah lapisan agak bawah bergumpal

3.Warna yang agak coklat kekelabuan hingga hitam

4.Memiliki bahan induk abu atau tuf volkan

5.Memiliki konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak

6.Memiliki porositas tanah sedang sampai tinggi

7.Memiliki pH tanah masam hingga netral  

8.Terdapat solun agak tebal (1 - 2 M)

9.Tanah yang berasal dari abu gunung berapi

10.Permeabilitas sedang dan peka terhadap erosi


o memiliki sifat andik
o adanya perkembangan profil atau horison
o memiliki horison molik atau melanik yang tebal
o berwarna hitam atau coklat tua
o bertekstur remah
o gembur
o memiliki kadar organik tinggi
o licin
o adanya akumulasi bahan organik di permukaan
o adanya kandungan humus dan C-organik
2. Mineralogi tanah andosol.
o memiliki mineral primer dalam bentuk fraksi pasir dan debu
o Mengandung Feldspar, Na+, K+, Fe, Mg, dan Ca+
o memiliki sifat liparitik, andesitik, dan basaltik
o memiliki mineral unik yaitu gelas vulkanik
3. Kimia tanah andosol.
o memiliki alumunium, besi, dan silika aktif yang berperan penting dalam reaksi
kimia tanah andosol
o memiliki kandungan alofan, imogolut, kompleks Al-humus, dan ferihidrit.
o memiliki pH antara 3,4 sampai 6,7 dengan rata-rata 5,4
4. Fisika tanah andosol.
o bersifat berminyak dan bersemir jika dalam keadaan basah
o memiliki sifat kering tak balik
o memiliki berat isi yang rendah
o memiliki daya tahan air yang tinggi
o total porositasnya tinggi
o konsistensi tanahnya plastis dan tidak lekat
o memiliki berat isi fraksi < 2 mm
o memiliki kandungan air pada 15 bar yang tinggi
o memiliki ketersediaan air yang mencukupi bagi tanaman
o memiliki batas mencair yang tinggi
o memiliki indeks plastisitas yang rendah
o sulit terdispersi
o memiliki struktur horison makrostruktur yang berbentuk granular yang khas
5. Biologi tanah andosol
o memiliki populasi makrofauna dan mikrofauna
o memiliki struktur berongga sebagai ekosistem mikroorganisme dan hewa di
dalam tanah andosol
o terdapat ekosistem mikroorganisme dan bakteri penyubur tanah.

PENGGUNAAN TANAH ANDOSOL

Dari penjelasan tersebut di atas maka tanah andosol tidak jauh berbeda dengan ciri-ciri tanah
vulkanik karena tanah andosol ini memiliki kandungan dan letak geografis yang sama dengan
tanah vulkanis. Serta, tanah andosol merupakan tanah yang subur dan berada pada berbagai
kondisi iklim (baca: iklim di Indonesia), ketinggian dan topografi suatu wilayah. Penggunaan
tanah andosol ini tidak jauh berbeda dengan penggunaan tanah vulkanis, misalnya
dipergunakan sebagai media perkebunan teh, kopi, dan tembakau, media budidaya tanaman
pangan, pertanian sayuran dan buah-buahan. Guna mengetahui keberadaan tanah andosol
yang berguna bagi pertanian dan perkebunan ini maka ada beberapa karakteristik atau ciri-ciri
tanah andosol berdasarkan dari morfologinya, mineraloginya, kimia tanahnya, fisika
tanahnya, dan biologi tanahnya, sebagaimana dijelaskan berikut ini:


TANAH OXISOLS

Tanah dalam  ordo Oxisol merupakan tanah tua yang telah mengalami pelapukan tingkat
lanjut sehingga mineral mudah lapuknya tinggal sedikit. Tanah ini memiliki kandungan liat
yang tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation (KTK) nya rendah. Besaran nilai
KTKnya untuk tanah oxisol kurang dari 16 me/100g liat. Tanah oxisol ini didominasi oleh
mineral-mineral dengan aktivitas yang rendah, seperti kwarsa, kaolin, unsur hara rendah,
mengandung oksida-oksida besi dan oksida Al yang tinggi .
Tanah ini tidak cukup jelas menunjukkan batas-batas horison. Jika dihubungkan dnegan
sistem klasifikasi lama, tanah ini termasuk tanah Latosol, Lateritik, atau Podzoik Merah
Kuning. Tanah oxisol mengalami perkembangan di daerah tropis dan sub tropis dengan
lingkungan yang memiliki suhu dan surah hujan tinggi (Baca: Pengertian, ciri-ciri, dan daerah
sebaran iklim tropis ). Tanah oxisol meliputi sekitar 8% dari daratan dunia sedangkan di
Indonesia, tanah ini banyak ditemukan di Sumatera, Sulawesi, Kalimanatan, dan Papua.
Ciri-ciri Tanah Oxisol
Tanah oxisol memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Tanah berwarna merah hingga kuning. Kondisi ini menyebabkan tanah oxsisol sering
disebut tanah merah (Baca:Tanah podsolit merah kuning: Pengertian, Karakterisitk
dan Persebarannya ).
2. Tanah latosol yang memiliki sifat cepat mengeras bila berada di udara terbuka, Sering
disebut juga sebagai tanah laterit.
3. Memiliki konsistensi gembur dengan stabilitas agregat yang kuat
4. Kandungan mineral dan unsur hara rendah karena mengalami pencucian dan
pelapukan lanjut.
5. Terjadi penumpukan relative seskwioksida di dalam tanah akibat dari pencucian
silikat.
6. Umumnya memiliki epipedon kambrik dan horison kambik dengan kejenuhan basa
kurang dari 50%
7. Kadar liat dalam tanah lebih dari 60% sehingga berbentuk gumpal, gembur, dan
warna tanah seragam dengan batas-batas horison yang kabur. (Baca: Tanah Liat,
Proses, Ciri-ciri da Jenisnya)

Potensi Tanah Oxisol


Tanah oxisol biasanya tidak dipergunakan dalam pertanian jika tanah dari ordo lain masih
tersedia dan memenuhi kebutuhan. Jika dilihat dari tingkat kesuburan, tanah oxisol memiliki
tingkat kesuburan yang rendah dan mengalami pelapukan lanjut di daerah-daerah yang
kering. Meskipun tanah oxisol memiliki tingkat kesuburan yang rendah, tanah ini jumahnya
cukup banyak sehingga dapat dijadikan sebagai cadangan untuk memenuhi kebutuhan
manusia dalam budang pertanian.
Tanah oxisol dapat dimanfaatkan untuk ladang pertanian sub sistem, perkebunan yang
intensif seperti perkebunan kopi, tebu pisang dan sebagainya. Tanah ini juga dapat
dimanfaatkan untuk penggembalaan dengan intensitas rendah. Agar potensi dari tanah oxisol
ini dapat dimanfaatkan dengan baik, tentu saja tanah ini masih perlu perbaikan dan
pengelolaan yang baik. Dengan perbaikan dan pengelolaan yang baik tanah ini dapat
dimanfaatkan secara optimal.
TANAH VERTISOL

Vertisols merupakan tanah yang mempunyai suatu lapisan setebal 25 cm atau lebih dengan batas
atas di dalam 100 cm dari permukaan tanah mineral, memiliki bidang kilir atau ped berbentuk baji,
rata-rata tertimbang kandungan klei sebesar 30 persen atau lebih, dan rekahan-rekahan yang
terbuka dan tertutup secara periodik. Biasanya tanah berwarna hitam, miskin bahan organik, dan
dominan mineral klei golongan smektit yang berkembang dari bahan induk relatif kaya basa-basa
dan agak sulit melalukan air.

Nama vertisol untuk jenis tanah liat berwarna kelam-hitam yang bersifat fisik berat ini diusulkan oleh
Soil survey staff USDA. Dalam Buckman dan Brady (1982), vertisols (berasal dari L. Vertere; verto;
vertic atau pembalikan) adalah jenis tanah mineral yang mempunyai warna abu kehitaman,
bertekstur liat dengan kandungan lempung lebih dari 30% pada horizon permukaan sampai
kedalaman 50 cm yang didominasi jenis lempung montmorillonit sehingga dapat mengembang dan
mengerut. Pada musim kering tanah ini membentuk retakan yang dalam dan lebar, sehingga
sejumlah bahan yang ada di lapisan atas tanah dapat runtuh masuk ke dalam retakan, akan
menimbulkan pembalikan sebagian massa tanah (invert). Jenis tanah ini dahulu dikenal dengan
nama grumusol yang diusulkan oleh Oakes dan Y. Thorp (1950), berasal dari istilah gromus (gumpal
keras) karena dapat membentuk gumpalan besar dan keras pada musim kering. Nama-nama lain
untuk jenis tanah ini antara lain tanah margalite (Indonesia), regur (India), black cotton soils (USA),
vlei soil (Afrika Selatan) dan gilgai (Australia).

Tanah vertisol umumnya terbentuk dari bahan sedimen yang mengandung mineral smektite dalam
jumlah tinggi, di daerah datar, cekungan hingga berombak (Driesen dan Dudal, 1989 dalam Prasetyo,
2007). Bahan induknya terbatas pada tanah bertekstur halus atau terdiri atas bahan-bahan yang
sudah mengalami pelapukan seperti batu kapur, batu napal, tuff, endapan aluvial dan abu vulkanik.
Pembentukan tanah vertisol terjadi melalui dua proses utama, pertama adalah proses
terakumulasinya mineral 2:1 (smektite) dan kedua adalah proses mengembang dan mengerut yang
terjadi secara periodik hingga membentuk slickenside atau relief mikro gilgai (vanWambeke, 1992
dalam Prasetyo, 2007).

Dalam perkembangannya mineral 2:1 yang sangat dominan dan memegang peran penting pada
tanah ini. Komposisi liat dari vertisol selalu didominasi oleh mineral 2:1, biasanya monmorilonit dan
dalam jumlah sedikit sering dijumpai mineral liat lainnya seperti illith dan kalolinit (Ristori et al,
1992). Tanah ini sangat dipengaruhi oleh proses argillipedoturbation yaitu proses pencampuran
tanah lapisan atas dan bawah yang diakaibatkan oleh kondisi basah dan kering yang disertai
pembentukan rekahan-rekahan secara periodik (Fanning, 1989 dalam Prasetyo, 2007). Proses-proses
tersebut menciptakan struktur tanah dan pola rekahan yang sangat spesifik. Ketika basah tanah
menjadi sangat lekat dan plastis serta kedap air, tetaapi ketika kering tanag sangat keras dan masif
atau membentuk pola prisma yang terpisahkan oleh rekahan (van Wambeke, 1992 dalam Prasetyo,
2007).

Faktor pembentuk tanah yang dominan untuk vertisol adalah iklim yang relatif agak kering sampai
kering, dengan bulan-bulan kering yang jelas dan atau bahan induk tanah yang relatif kaya basa,
seperti bahan volkan intermedier, batu gamping, napal, batu liat berkapur atau bahan alluvial. Selain
itu topografi berupa dataran antar perbukitan yang tertutup, dalam arti, tidak terdapat aliran outlet
keluar wilayah, dan basa-basa dari lingkungan sekitar yang lebih tinggi berakumulasi di dataran,
menyebabkan terbentuknya tanah vertisols, landform-nya, dimaksudkan sebagai dataran volkan
atau dataran antar perbukitan.
B. Sebaran Tanah Vertisol di Indonesia

Di Indonesia jenis tanah ini terbentuk pada tempat-tempat yang tingginya tidak lebih dari 300 meter
di atas muka laut dengan topografi agak bergelombang sampai berbukit, temperatur tahunan rata-
rata 25o C dengan curah hujan kurang dari 2500 mm dan pergantian musim hujan dan kemarau
nyata. Luas penyebaraan tanah vertisol di Indonesia mencapai sekitar 2,1 juta hektar (Subagyo et al,
2004 dalam Prasetyo, 2007) yang tersebar di Nusa Tenggara Timur (0.198 juta ha), Jawa Timur (0.96
juta ha) yang terdapat di Ngawi, Bojonegoro, Nusa Tenggara Barat (0.125 juta ha) seperti di Lombok,
Sumbawa, Sulawesi Selatan (0.22 juta ha), Sulawesi Utara dan Jawa Tengah (0.4 juta ha). Di Nusa
Tenggara Barat, sebaran tanah vertisol terdapat di bagian selatan Lombok yang kondisinya kering
dan usaha budidaya tanaman sangat tergantung pada curah hujan. Sistem pertanian yang dilakukan
di daerah tersebut adalah “gogorancah” (Ma’shum et al, 2008). Di Jawa Tengah antara lain terdapat
di Kabupaten Wonogiri yang menerapkan sistem alley cropping atau penanaman menurut kontur
(Paimin et al, 2002). Di Yogyakarta terdapat di Gunung Kidul (Ispandi, 2003). Jawa Tengah, Jawa
Timur, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku

III. KARAKETRISTIK TANAH VERTISOL

 Ciri-ciri tanah vertisol adalah sebagai berikut;


 (1)tekstur lempung dalam bentuk yang mencirikan,
 (2) tanpa horison eluvial dan iluvial,
 (3) struktur lapisan atau granuler, sering berbentuk seperti bunga kubis, dan lapisan bawah
gumpal atau pejal,
 (4) mengandung kapur,
 (5) koefisien mengembang mengkerut tinggi jika dirubah kadar airnya,
 (6) seringkali mikrorelifnya gilgai (peninggian-peninggian setempat yang teratur,
 (7) konsistensi luar biasa plastis,
 (8) bahan induk berkapur atau basaltic dan berlempung sehingga kedap air,
 (9) kedalaman solum rata-rata 75 cm dan (10) warna tanah kelam/hitam atau chroma kecil.

B. Sifat Fisik Tanah

Tanah vertisols relatif sulit diolah karena memiliki konsistensi yang sangat kuat karena memiliki
kandungan lempung yang tinggi yaitu lebih dari 30%, bahkan menurut Prasetyo (2007) kandungan
liat pada tanah vertisol dapat lebih dari 60%. Tanah ini sangat keras pada waktu kering (musim
kemarau) dan sangat plastik dan lengket ketika basah. Pengolahan dapat dilaksanakan di dalam
musim kemarau baik secara manual maupun dengan menggunakan alat berat/traktor

Ø  Pengelolaan Tanah

 Potensi

Prospek pemanfaatan vertisol relatif lebih sesuai jika dimanfaatkan sebagai areal persawahan, hanya
saja pembuatan jaringan irigasi harus dibuat terlebih dahulu jika disekitarnya ada sumber air atau
sungai. Dengan mengatur drainase, irigasi dan pengelolaan tanah disertai pemupukan bahan organik
untukmemperbaiki struktur tanh, jenis tanah ini dapat memberikan hasil padi, jagung, kapas, kacang
tanah dan tebu dan bebarapa tanaman perdagangan dataran rendah yang cukup baik seperti
singkong dan pepaya

Anda mungkin juga menyukai