Anda di halaman 1dari 22

Nama : Hasan Basri Hari : Jumat

ANGKATAN : 57 Tanggal : 22 September 2023


Mata Kuliah : Pondasi Dosen : Ibu Ir. Sudarwati, MM

TUGAS KE 2 PONDASI

Pelajari materi kuliah ke 2.


Berikan contoh2 yang dimaksud dengan karakteristik tanah lengkap dengan penjelasannya.
Terimakasih. Selamat Bekerja.

Jawaban :

TANAH

1. Mengenal Apa itu Tanah


Ensiklopedia Britannica memaparkan bahwa tanah merupakan media berpori yang aktif
secara biologis dan berkembang di lapisan teratas kerak bumi. Susunannya terdiri dari bahan
organik, mineral, cairan, gas, serta beragam organisme pendukung yang dapat memperkuat
fungsi tanah. Bisa dibilang tanah juga batuan lapuk yang telah mengalami proses pembentukan
lanjutan.
Umumnya, jenis-jenis tanah memiliki fungsi serupa, yaitu sebagai penyimpan nutrisi dan
air. Tanah pun bermanfaat untuk menyaring dan mengurai limbah yang merugikan kehidupan
sekaligus berperan dalam perputaran karbon serta elemen lainnya.
Tanah memiliki karakteristik berdasarkan pembentukan (organik atau anorganik) dan
warnanya. Karakteristik tersebut di antaranya adalah sebagai berikut.

2. Pembentukan Tanah Organik


Pembentukan tanah ini melibatkan bahan organik yang telah terurai. Tanah organik
memiliki warna hitam dan menjadi pembentuk lahan gambut. Namun, lama-kelamaan, tanah
organik mampu berubah menjadi batu bara.
Tanah organik mampu menyimpan air dalam jumlah banyak karena karakteristiknya yang
gembur. Sayangnya, tanah ini memiliki tingkat keasaman yang tinggi sehingga tanaman yang
ditanam di tanah ini tidak dapat tumbuh secara maksimal. Tanah organik sendiri mendapatkan
pasokan mineral utama hanya dari air dan pembusukan jaringan makhluk hidup. Itu sebabnya
tanah ini mengandung mineral yang lebih sedikit.

3. Pembentukan Tanah Anorganik


Berbeda dari tanah organik, tanah anorganik kaya akan mineral yang menjadi partikel
utama pembentukan tanahnya. Teksturnya pun berbeda-beda, tergantung dari komposisi
partikel tiap-tiap tanah. Teksturnya dapat berupa lempung, debu atau lanau, pasir, atau
pencampuran dari beberapa tekstur sekaligus.

4. Warna Tanah
Warna tanah pun bervariasi tergantung dari lokasi dan juga bahan pembentuknya. Selain
warna dasar, lapisan tanah pun biasanya memiliki warna yang beragam. Keberagaman warna
tersebut disebabkan oleh adanya proses pencucian atau pengasaman pada tanah.
Tanah berwarna hitam atau gelap mengindikasikan tingginya kandungan bahan organik.
Bahan ini terkumpul akibat proses pengendapan rawa-rawa ataupun pelapukan. Selain itu,
warna gelap pada tanah menunjukkan tingginya kandungan nitrogen, mangan, dan belerang.
Sementara itu, tanah dengan warna kekuningan atau kemerahan mengindikasikan tingginya
oksidasi besi.

5. Apa Saja Jenis-Jenis Tanah?


Proses pembentukan tanah dikenal dengan pedogenesis. Proses ini terbilang unik karena
mampu membentuk tanah sebagai bagian dari tubuh alam yang terdiri dari lapisan-lapisan atau
horizon tanah.
Setiap horizon tanah dapat memaparkan dari mana asal dan proses pembentukannya
berdasarkan unsur biologi, fisika, dan kimia yang ada pada tanah. Setiap jenis tanah itu
akhirnya memiliki karakteristik tersendiri yang tidak hanya berdasarkan pada proses
pembentukannya saja, tapi juga letak geografisnya.

Setidaknya terdapat 10 jenis tanah yang tersebar di seluruh Indonesia, yaitu:

a. Tanah Andosol Tanah andosol termasuk dalam jenis tanah vulkanik yang terbentuk
akibat proses vulkanisme dari gunung berapi. Itu sebabnya tanah ini memiliki tingkat
kesuburan yang sangat tinggi sehingga cocok digunakan sebagai media tanam. Anda
bisa menemukan tanah andosol di daerah cincin api seperti Jawa, Sumatera, Bali, dan
Nusa Tenggara. Sementara itu, karakteristik dari salah satu jenis tanah ini adalah:
- Berwarna cokelat keabu-abuan
- Kaya akan unsur hara, air, dan mineral yang penting untuk menunjang pertumbuhan
tanaman
- Sangat cocok digunakan sebagai media tanam bagi segala jenis tanaman di seluruh
dunia

b. Tanah Grumusol
Tanah grumusol merupakan jenis tanah yang terbentuk akibat proses tufa vulkanik dan
pelapukan batuan kapur. Tanah ini memiliki kandungan organik yang rendah karena
berasal dari batuan kapur sehingga tanah grumusol tidak cocok digunakan sebagai
media tanam. Namun, karena teksturnya yang kering, tanah ini bisa ditanami tumbuhan
dengan vegetasi yang kuat seperti pohon kayu jati. Jenis tanah ini biasanya terdapat di
daerah Jawa Tengah (Rembang, Jepara, Demak, dan Pati), Jawa Timur (Madiun dan
Ngawi), serta Nusa Tenggara Timur. Karakteristik dari tanah grumusol antara lain:
- Tekstur tanah lebih kering dan mudah pecah khususnya di musim kemarau
- Berwarna hitam
- Tingkat keasaman (pH) cenderung netral hingga bersifat basa (alkalis)
- Biasanya terletak di permukaan dengan ketinggian maksimal 300 meter dari permukaan
laut dengan bentuk topografi datar hingga bergelombang
- Dapat memengaruhi suhu, khususnya saat hujan dan panas, di area yang memiliki tanah
ini

c. Tanah Latosol
Tanah latosol terbentuk akibat pelapukan batuan metamorf dan sedimen. Tanah ini bisa
Anda temukan di daerah Lampung, Bali, Sulawesi, Papua, Kalimantan Timur, dan
Kalimantan Barat. Tanah latosol memiliki karakteristik seperti berikut.
- Berwarna merah hingga kekuningan
- Teksturnya lempung
- Berada di daerah dengan curah hujan dan kelembapan tinggi
- Biasanya terletak di permukaan dengan ketinggian 300 hingga 1000 meter di atas
permukaan laut
- Tidak terlalu subur karena terdapat kandungan aluminium dan zat besi
d. Tanah Kapur
Sesuai namanya, salah satu jenis tanah ini terbentuk dari batuan kapur yang telah
mengalami pelapukan. Tanah kapur tersebar di wilayah daerah pegunungan kapur di
Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, serta daerah yang cenderung kering
seperti Gunung Kidul Yogyakarta. Tanah kapur memiliki karakteristik:
- Tidak subur
- Tidak bisa ditanami oleh tanaman yang membutuhkan banyak air
- Cenderung digunakan sebagai media tanam untuk pohon yang tahan lama dan kuat
seperti pohon jati dan jenis pohon keras lainnya

e. Tanah Aluvial
Tanah aluvial merupakan jenis tanah yang terbentuk melalui proses endapan lumpur
yang terbawa oleh aliran sungai. Tanah ini dapat ditemukan di bagian hilir sungai
karena terbawa dari hulu sungai. Persebarannya pun cukup luas, yakni di daerah Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, dan Papua. Karakteristik dari tanah aluvial adalah:
- Cocok untuk pertanian padi, palawija, dan jenis tanaman lainnya
- Berwarna cokelat hingga kelabu
- Memiliki tekstur yang lembut dan mudah digarap

f. Tanah Entisol
Sama seperti tanah andosol, entisol termasuk jenis tanah vulkanik. Namun, tanah ini
terbentuk dari hasil pelapukan material yang dimuntahkan dari letusan gunung berapi
seperti lapilli debu, lahar, dan pasir. Tanah entisol tersebar di sekitar gunung berapi
seperti Pantai Parangtritis di Yogyakarta. Karakteristik tanah entisol meliputi:
- Sangat subur dengan tipe tanah yang masih muda
- Mudah ditemui di area yang dekat dengan gunung berapi
- Biasanya permukaan tanah cenderung tipis dan belum memiliki lapisan tanah
- Berbentuk menyerupai gundukan pasir seperti yang terdapat di Pantai Parangtritis.

g. Tanah Humus
Tanah Humus berasal dari pelapukan tumbuh-tumbuhan. Persebarannya ada di daerah
yang memiliki banyak hutan seperti Kalimantan, Sumatera, Jawa, Papua, dan sebagian
wilayah Sulawesi. Selain itu, tanah ini memiliki karakteristik sebagai berikut.
- Tinggi unsur hara dan mineral yang berasal dari pelapukan tumbuhan
- Sangat subur sehingga cocok sebagai media tanam
- Berwarna agak kehitam-hitaman

h. Tanah Regosol
Hampir sama dengan andosol dan entisol, tanah regosol termasuk dalam jenis tanah
vulkanik yang terbentuk dari pelapukan bahan padat dan cair dari gunung berapi.
Biasanya, tanah ini ditemukan di Jawa, Bengkulu, dan Bali, khususnya di daerah
pegunungan dekat lereng vulkanik. Karakteristik tanah regosol antara lain:
- Berwarna kelabu
- Tekstur kasar seperti pasir dan memiliki konsistensi lepas atau tidak lengket di tangan
- Cocok dijadikan sebagai media tanam karena mengandung pH netral

i. Tanah Podsol
Termasuk dalam jenis tanah kuarsa, tanah podsol terbentuk dari sedimen kuarsa. Tanah
ini tersebar di daerah beriklim basah dengan curah hujan lebih dari 2500 mm per tahun
seperti daerah Jambi, Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, dan Papua. Karakteristik
tanah ini meliputi:
- Berwarna kuning keabu-abuan
- Struktur menggumpal dengan konsistensi lekat
- Mengandung pH rendah sehingga tingkat kesuburannya pun rendah

j. Tanah Podsolik Merah Kuning


Sama seperti tanah podsol, tanah podsolik merah kuning merupakan jenis tanah kuarsa.
Tanah ini pun terbentuk dari hasil sedimen kuarsa. Tanah ini mudah ditemukan di
wilayah dengan iklim basah dan curah hujan di atas 2500 mm per tahun, seperti daerah
pegunungan di Sumatera dan Jawa Barat. Karakteristik dari tanah podsolik merah
kuning adalah:
- Berwarna merah hingga kuning
- Strukturnya gumpal dengan konsistensi yang lekat
- Mengandung kadar kuarsa yang tinggi
- Tekstur yang beragam, mulai dari halus hingga kasar
- Kadar pH yang rendah sehingga kadar kesuburannya pun rendah
Lapisan Tanah: Pengertian, Tingkatan, Jenis, Komponen & Horizon

6. Pengertian Lapisan Tanah


Lapisan pada tanah adalah susunan yang terbuat dari tingkatan dan secara spesifik bisa
dibedakan secara kimiawi, geologi, dan biologis. Ketika sebuah tanah dipotong secara vertikal
dari samping maka bentuk lapisan tanah akan terlihat jelas karena pada tingkat atau lapisan
memang memiliki perbedaan karakteristiknya.
Melalui sisi vertikal tersebut akan bisa terlihat tahapan pembentukan sebuah tanah. Bisa
dikatakan bahwa dalam setiap lapisan tanah itu membentuk sebuah periode yang pada lapisan
tanah atas menjadi hasil akhir dari proses pembentukan tanah, sedangkan untuk lapisan tanah
paling dalam yang banyak berupa batu yang keras, menjadi awal sebelum tanah terbentuk.
Setiap dari jenis tanah pada umumnya memiliki tiga sampai empat lapisan yang berbeda-
beda, yang bisa dikelompokan penampakan warna, fisik, dan tekstur tanah. Melalui tekstur
tanah bisa dilihat dari ukuran partikel tanah, apakah itu liat, berpasir, lempung, mengandung
kadar organik tinggi ataupun berbentuk endapan.

Lapisan tanah secara umum terbagi menjadi 4 tingkatan.


a. Lapisan Tanah Atas
Merupakan sebuah lapisan yang berada kedalaman 30 cm, seringkali disebut sebagai istilah
Top Soil. Pada lapisan ini banyak sekali bahan bahan organik, humus dan juga menghasilkan
lapisan yang paling subur sehingga sangat cocok untuk tumbuhan tanaman akar pendek.
Cara termudah untuk bisa mengenali top soil adalah dengan warnanya yang paling gelap
dibandingkan dengan lapisan dibawahnya, terlihat bahwa lebih gembur dan seluruh
mikroorganisme hidup di lapisan ini. Sehingga ada kemungkinan terjadinya sebuah proses sisa
batang, pelapukan daun, serta bagian makhluk hidup lainnya.

b. Lapisan Tanah Tengah


Tepat di lapisan bawah setelah top soil dengan ketebalan 50 cm hingga 1 meter. Berwarna
lebih yang cerah dibanding lapisan di atasnya juga lapisan ini terbentuk dari campuran
pelapukan yang berada di lapisan bawah dengan sisa dari material top soil yang terbawa air,
mengendap sehingga bisa bersifat lebih padat dan juga seringkali disebut sebagai tanah liat.

c. Lapisan Tanah Bawah


Lapisan yang berisi banyak batuan yang mulai melapuk dan telah tercampur dengan tanah
endapan dengan lapisan diatasnya. Pada lapisan ini masih terdapat banyak batuan yang belum
melapuk dan juga sebagian sudah pada proses pelapukan dari batuan itu sendiri dan memiliki
warna sama dengan pada batuan penyusunnya. Berada cukup di dalam dan jarang sekali bisa
ditembus oleh akar pohon maupun tanaman.

d. Lapisan Batuan Induk


Lapisan ini merupakan lapisan terdalam yang terdiri dari batuan padat. Jenis pada batuan
di lapisan ini memiliki perbedaan di antara satu daerah maupun tempat lainnya sehingga bisa
mengakibatkan produk dari tanah yang dihasilkan juga akan berbeda.
Batuan pada lapisan ini mudah sekali untuk pecah, akan tetapi sangat sulit untuk dilalui
oleh akar tanaman serta air, teksturnya yang berwarna terang putih kelabu hingga berwarna
kemerahan. Lapisan batuan induk ini bisa dengan mudah terlihat pada dinding jurang terjal
daerah pegunungan.

7. Jenis jenis tanah pada lapisan tanah.


Dalam lapisan tanah terdapat beberapa jenis – jenis tanah seperti:
a. Tanah Aluvial
Sebuah tanah endapan yang dibentuk dari lumpur dan juga pasir halus yang mengalami
erosi tanah. Sangat banyak berada di dataran rendah, di sekitar rawa-rawa, muara sungai,
lembah-lembah, maupun di pinggiran aliran sungai besar. Tanah ini sangat banyak
mengandung pasir serta tanah liat, tidak banyak mengandung unsur zat hara.
Ciri-cirinya sendiri memiliki warna kelabu dengan tekstur yang sedikit terlepas dan peka
akan erosi. Kadar kesuburannya sedang mencapai tinggi bergantung pada bagian induk dan
iklim. Di Indonesia sendiri tanah aluvial ini merupakan tanah yang baik serta telah
dimanfaatkan untuk tanaman pangan (sawah dan juga palawija) musiman hingga tahunan.

b. Tanah Andosol
Kata Andosol berasal dari bahasa jepang, gabungan dari dua kata (An = Hitam; do = Tanah),
jadi andosol sendiri berarti jenis jenis tanah berwarna hitam. Menurut ilmu tanah, tanah dengan
warna hitam ini merupakan sebuah tanah vulkanis berasal dari gunung berapi. Penamaan dari
andosol berbeda untuk di setiap negara, seperti contoh di jepang sendiri disebut dengan nama
Kurobokudo yang berubah nama menjadi Ando soils sejak 1947 oleh ahli Amerika Serikat.
Pengertian dari tanah andosol menurut Balai Besar Penelitian dan juga Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian merupakan sebuah tanah yang memiliki horizon A molik atau
horizon A umbrik yang berada setelah horizon B kambik yang berisi atas fraksi tanah halus dan
juga sebagian besar tertata atas abu vulkanik, dan bahan piroklastik vitrik lainnya.

c. Tanah Entisol
Tanah entisol sendiri adalah sebuah tanah yang dikatakan masih sangat muda, sejak proses
tingkat awal di dalam perkembangannya. Tanah ini ditandai dari bahan mineral tanah yang
belum membuat horizon pedogenik yang nyata.
Tanah ini terjadi di bagian lapisan di daerah dari bahan induk pengendapan material baru,
di daerah-daerah tempat erosi atau pengendapan yang lebih cepat daripada perkembangan
tanah. Seperti daerah lereng curam, dataran banjir dan juga dunes. Kriteria utama dari ordo
entisol adalah tidak-adanya organisasi dalam material tanah. Tanah ini menunjukkan sedikit
perkembangan struktur atau pun horison dan juga menyerupai material di dalam timbunan pasir
yang segar.

d. Tanah grumusol
Tanah ini merupakan panduan dari tanah yang terbentuk dari batuan induk kapur serta tuffa
vulkanik yang secara umum memiliki sifat basa sehingga tidak ada aktivitas organik di
dalamnya. Hal ini yang mengakibatkan tanah ini sangat miskin akan hara dan juga unsur
organik lainnya. Sifat kapur itu sendiri adalah bisa menyerap seluruh unsur hara di dalam tanah
sehingga kadar kapur tinggi bisa menjadi racun bagi tumbuhan.
Tanah grumusol ini masih memiliki sifat dan juga karakteristik seperti batuan pada
induknya. Pelapukan yang akan terjadi ini hanyalah mengubah fisik dan juga tekstur unsur
seperti Ca dan Mg yang pada sebelumnya terikat dan juga secara rapat pada batuan induknya
sehingga menjadi lebih longgar yang bisa dipengaruhi oleh faktor – faktor dari luar seperti
iklim, cuaca, air dan lainnya. Terkadang dalam tanah grumusol ini terjadi konkresi kapur
dengan unsur kapur lunak serta berkembang menjadi lapisan tebal juga keras.

e. Komponen Penyusun Tanah


Komponen-komponen yang ada dalam tanah ini memberikan nutrisi bagi para tumbuhan
dan mikroorganisme lainnya dalam tanah sehingga bisa tumbuh serta berkembang.
Pertumbuhan dan perkembangan organisme juga akan memberikan manfaat bagi tanah. Jadi,
ada terdapat hubungan menguntungkan antara tanah dan juga organisme. Sebagai tempat
tumbuhnya berbagai jenis makhluk hidup, tanah terbagi atas beberapa komponen, sebagai
berikut.
- Batuan
Batuan merupakan suatu bahan padat yang terbuat secara alami serta juga terdiri atas
campuran mineral dan senyawa lainnya dengan berbagai komposisi. Batuan yang ada di
permukaan bumi ini berasal dari magma gunung berapi yang keluar hingga mengeras di
permukaan bumi akibat perubahan suhu. Batuan yang ada dipermukaan bumi ini
selanjutnya mengalami pelapukan sehingga bisa disebabkan oleh air, angin, zat yang
bersifat korosif.

- Udara
Udara adalah sebuah zat bebas yang seringkali kita temui dimana saja, serta di dalam
tanah. Karena udara bisa menempati ruang yang sama dengan air, ia bisa membentuk
sekitar 2% hingga mencapai 50% dari volume tanah. Udara sangat penting sebagai
respirasi akar dan serta mikroba, yang membantu untuk mendukung pertumbuhan
tanaman.
Karbon dioksida dan juga nitrogen menjadi penting untuk mendukung fungsi tanaman
di dalam tanah, untuk bakteri pengikat nitrogen. Jika tanah tergenang air, bisa mencegah
pertukaran gas akar yang bisa membuat kematian tanaman, yang menjadi masalah umum
setelah banjir.
- Humus
Humus merupakan komponen yang sering ditemukan di tanah yang terletak pada
tingkat sekitar 1% hingga 5%. Humus sendiri berasal dari tumbuhan dan juga hewan yang
mati. Dengan demikian, memiliki kapasitas yang tinggi untuk menahan atau pun
menyediakan unsur-unsur esensial juga air untuk pertumbuhan tanaman.

- Air
Air bisa membuat sekitar 2% hingga 50% dari volume tanah. Air menjadi sebuah peran
penting untuk mengangkut nutrisi ke dalam tanaman juga organisme tanah yang tumbuh
serta juga untuk memfasilitasi dekomposisi biologis serta kimia.

- Mineral
Mineral menjadi komponen terbesar dari tanah. Mineral tanah ini terbagi dua jenis
mineral. Pertama, mineral primer yang biasanya ditemukan pada pasir dan danau. Mineral
primer ini adalah bahan tanah mirip dengan bahan induk dari asal mereka terbentuk.
Mereka sering kali berbentuk atau bulat, tidak beraturan. Kedua, mineral sekunder, sisi
lain dari pelapukan mineral primer yang melepaskan ion penting, membentuk bentuk
mineral lebih stabil seperti tanah liat.

- Mikroorganisme
komponen terakhir dari lapisan tanah ini adalah mikroorganisme. Mereka ditemukan di
dalam lapisan tanah dengan jumlah yang tinggi namun jumlahnya kurang dari 1% dari
volume tanah. Perkiraan umumnya adalah bahwa satu bidal yang penuh dengan tanah
lapisan atas yang bisa menampung lebih 20.000 organisme mikroba.
Bagian terbesar dari organisme ini adalah nematoda, cacing tanah, dan yang terkecil
adalah actinomycetes, alga, bakteri, serta jamur. Mikroorganisme merupakan pengurai
utama bahan organik mentah. Mikroorganisme mengkonsumsi air, bahan organik, serta
udara untuk mendaur ulang bahan organik yang mentah hingga menjadi humus, yang
sangat kaya akan nutrisi tanaman yang tersedia.

8. Horizon Tanah
Penjelasan terhadap 4 lapisan tanah seperti yang telah bahas sebelumnya berdasarkan
penampakan yang diambil secara umum, dan bila dijelaskan secara terperinci maka pada setiap
lapisan tanah tersebut masih terbagi lagi atas beberapa bagian yang disebut dengan horizon
tanah serta tersusun dalam kesatuan yang disebut dengan profil tanah. Setiap tanah itu sendiri
dicirikan kembali oleh susunan horizon yang berbeda beda, maka secara garis besar profil tanah
biasanya terdiri dari beberapa horizon yang mana bisa dibedakan berdasarkan sifat fisik, warna,
kimiawi serta sifat morfologi lainnya.
Horizon tanah yang telah melewati masa perkembangan lanjutan ini biasanya memiliki
beberapa macam horizon yang dikelompokan kembali berdasarkan lapisan tanah untuk
menghindari erosi tanah. Solum ini terbagi menjadi dua yaitu lapisan atas dan juga lapisan
bawah, pada lapisan atas atau pun top soil ini memiliki dua horizon, yaitu horizon O dan juga
horizon A, lapisan tanah pada bagian bawah ini memiliki dua horizon pula, yaitu horizon E
juga B. Tetapi pada profil tanah dengan susunan yang lengkap memiliki banyak sekali horizon
dengan sifat dan juga karakteristik yang unik atau pun khas.
Secara umum dari lapisan tanah yang paling atas hingga terbawah terdiri atas horizon
O, A, E, B, C dan R, untuk penjelasan lengkapnya sebagai berikut:

1. Horizon O
Horison ini terletak pada bagian paling atas lapisan tanah, lapisan tanah yang
mengandung bahan organik hasil dari pelapukan dan juga hanya terkandung humus. Horison
ini sangat bisa ditemukan pada hutan hutan alami yang belum terganggu oleh manusia. Horizon
organik ini merupakan tanah yang mengandung bahan organik yang lebih dari 20 persen dari
keseluruhan penampang tanah.
Horizon O ini terbagi lagi akan menjadi dua yaitu horizon O1 yang terbentuk dari sisa
sisa tanaman yang masih terlihat, seperti guguran bunga dan daun ataupun seperti ranting
pohon sedangkan untuk horizon O2 berada pada di bawah O1 yang terbuat dari sisa bagian
tanaman yang sudah tidak berbentuk lagi karena telah mengalami pelapukan lanjutan.

2. Horizon A
Untuk Horizon A ini merupakan horizon tanah mineral yang terbentuk di permukaan
tanah. Untuk horison ini terjadi apabila terjadi kehilangan pada sebagian besar ataupun seluruh
struktur batuan asli pada dalam tanah serta memperlihatkan sifat akumulasi bahan organik yang
telah bercampur dengan mineral dengan sangat intensif.
Horizon A ini terdiri atas berbagai topsoil, seperti materi organik dengan warna yang
gelap bercampur dengan butiran mineral karena efek dari aktivitas organisme. Partikel yang
lebih halus akan mudah larut dan terbawa ke lapisan bawah.
3. Horizon E
Untuk jenis lapisan ini berada dibawah permukaan tanah yang sudah tidak memiliki
kandungan mineral yang cukup besar. Horizon E ini kerap kali melekat pada jenis Horizon A
dengan tujuan menggantikan lapisan tersebut. Untuk menjadi pembeda antara batas horizon di
bawahnya, yaitu dengan cirinya yang warna lebih terang daripada horizon B.

4. Horizon B
Proses dari terbentuknya horizon B ini berada di bawah horizon A, E, O yang sudah
mengalami perkembangan. Sebagian besar hingga dari seluruh struktur dari batuan asli
dicirikan hilang pada horizon ini. Kemudian akan terlihat satu atau lebih sifat tanah. Seperti
jenis tanah alluvial dari silikat, humus, alumunium, senyawa besi, juga karbonat dalam bentuk
gabungan maupun tunggal.

5. Horizon C
Horizon C ini merupakan lapisan bahan induk tanah. Proses penciptaanya disebabkan
oleh sedikit proses pedogenik dan tidak memiliki karakteristik seperti horizon O, A, E, juga B.
Letaknya berada pada lapisan tanah terbawah yang terdiri atas batuan dasar yang melapuk.

6. Horizon D atau R
Horizon D atau R ini memiliki lapisan batuan induk paling dasar yang tercipta dari
batuan yang sangat padat. Pada area ini belum sempat mengalami pelapukan pada batuan-
batuannya. Batuan yang ada pada horizon D maupun R ini terdiri atas batu pasir, basal, granit,
batu gamping, dll.

9. Manfaat Horizon Tanah


Untuk pengelompokan lapisan tanah dalam sebuah profil tanah tentunya memiliki tujuan,
ada banyak manfaat dari horizon tanah. Untuk mengetahui sifat dari sebuah tanah diperlukan
pengamatan pada penampang vertikal tanah.
Untuk mengetahui kelengkapan dan juga penyebaran horizon tanah, sehingga bisa
mengetahui pencirian dari tingkat perkembangan maupun umur tanah. Semakin lengkap serta
majemuk horizon dari suatu tanah maka semakin baik serta tua usia tanah tersebut.
Untuk bisa mengetahui kedalaman dari top soil yang perlu dilakukan sebelum menanam
tanaman berakar pendek seperti kacang tanah, palawija, kedelai dan juga padi. Sehingga akan
bisa diketahui tanaman yang akan cocok pada keadaan suatu top soil.
Warna tanah bisa mencerminkan kondisi aerob dan juga anaerob, yang mana jika warna
tanah terang menandakan bahwa kondisi aerob dan warna kelabu pada kondisi anaerob. Selain
itu warna hitam juga bisa menandakan akan tingkat unsur organik hingga melalui warna tanah
yang akan diketahui akan tingkat kesuburannya.
Warna tanah bisa mencerminkan kondisi aerob dan juga anaerob, yang mana jika warna tanah
terang menandakan bahwa kondisi aerob dan warna kelabu pada kondisi anaerob. Selain itu
warna hitam juga bisa menandakan akan tingkat unsur organik hingga melalui warna tanah
yang akan diketahui akan tingkat kesuburannya.

10. Uji SPT Standard Penetration Test


Uji SPT adalah metode uji tanah in-situ yang dilaksanakan guna mengetahui sifat rekayasa
geoteknik tanah bawah permukaan, terutama untuk tanah tanpa kohesi. Standard Penetration
Test (SPT) dilaksanakan bersamaan dengan pengeboran, baik untuk mengetahui sifat
perlawanan dinamik tanah juga sekaligus melakukan pengambilan sampel tanah UDS
(Undisturbed Sample) dengan teknik penumbukan.
Uji SPT terdiri atas uji pemukulan tabung belah dinding tebal ke dalam tanah, disertai
pengukuran jumlah pukulan untuk memasukkan tabung belah sedalam 300 mm vertikal. Dalam
sistem beban jatuh ini digunakan palu dengan berat 63,5 kg, yang dijatuhkan secara berulang
dengan tinggi jatuh 0,76 m.

11. Peralatan UJI SPT


Peralatan yang digunakan dalam pengujian SPT adalah :
1. Mesin bor
2. Mesin pompa
3. Split barrel sampler
4. Palu dengan berat 63,5 kg dengan toleransi meleset ± 1%
5. Alat penahan (tripod)
6. Rol meter
7. Alat penyipat datar
8. Kerekan
9. Kunci-kunci pipa
10. Tali untuk menarik palu
11. Alat bantu lainnya.
12. Prosedur Uji SPT
Prosedur uji SPT sesuai Buku Manual Petunjuk Teknis Pengujian Tanah Dari Kementrian
PUPR adalah mengacu pada SNI 4153:2008, yang langkahnya adalah sbb:
1. Mempersiapkan lubang bor hingga kedalaman uji
2. Memasukkan alat split spoon sampler secara tegak
3. Pastikan hammer jatuh dengan free falling (terjun bebas), tanpa ada hambatan sampai
menumbuk
4. Menumbuk dengan hammer dan mencatat jumlah tumbukan setiap 15 cm penetrasi.
Hammer
dijatuhkan secara bebas pada ketinggian 760 m
5. Nilai tumbukkan dicatat 3 kali (N0, N1, N2) dimana nilai Nspt = N1+N2. Split spoon
sampler diangkat ke atas dan kemudian dibuka. Sampel yang diperoleh dengan cara ini
merupakan sampel yang sangat terganggu
6. Sampel yang diperoleh dimasukkan ke dalam plastik untuk diuji di laboratorium. Pada
plastik
tersebut harus diberikan catatan nama proyek, kedalaman dan nilai N.
Pelaksanaan pengujian dibagi dalam tiga tahap, yaitu berturut-turut setebal 150 mm untuk
masing-masing tahap. Tahap pertama dicatat sebagai dudukan, sementara jumlah pukulan
untuk memasukkan tahap ke-dua dan ke-tiga dijumlahkan untuk memperoleh nilai pukulan N
atau perlawanan SPT (dinyatakan dalam pukulan per 0,3 m).

13. Prosedur Operasi Standar Uji SPT


Sesuai SNI SNI 4153:200 berikut ini SOP dalam pengujian tanah lapangan dengan
metode SPT, yaitu :
a) Peralatan harus lengkap dan laik pakai;
b) Pengujian dilakukan dalam lubang bor;
c) Interval pengujian dilakukan pada kedalaman antara 1,50 m s.d 2,00 m (untuk lapisan
tanah tidak seragam) dan pada kedalaman 4,00 m kalau lapisan seragam
d) Pada tanah berbutir halus, digunakan ujung split barrel berbentuk konus terbuka
(open cone); dan pada lapisan pasir dan kerikil, digunakan ujung split barrel berbentuk
konus tertutup (close cone)
e) Contoh tanah tidak asli diambil dari split barrel sampler
f) Sebelum pengujian dilakukan, dasar lubang bor harus dibersihkan terlebih dahulu
g) Jika ada air tanah, harus dicatat
h) Pipa untuk jalur palu harus berdiri tegak lurus untuk menghindari terjadinya gesekan
antara palu dengan pipa;
i) Formulir-formulir isian hasil pengujian.

Standar pengujian tanah dengan SPT dilaksanakan berdasarkan Standard Nasional


Indonesia SNI 4153:200 dan ASTM D1586-67.

14. Berat Jenis Tanah


Berat jenis tanah adalah pengukuran penting untuk kualitas tanah. erat jenis tanah
adalah cara mengukur partikel tanah untuk menentukan kualitasnya. Tanah merupakan bagian
kerak bumi yang tersusun dari bahan organik dan mineral. Peranan tanah bagi kehidupan
makhluk hidup sangatlah penting terutama bagi tumbuh-tumbuhan.

15. Fungsi Berat Jenis Tanah


Melansir dari Jagadkimia, penentuan berat jenis partikel tanah penting dilakukan untuk
mengetahui sifat fisik tanah dan sebagai informasi dalam pengolahan tanah lebih lanjut serta
penentuan jenis tanaman apa saja yang ditanam pada tanah (lahan) tersebut.
Berat jenis partikel dari suatu tanah memperlihatkan kerapatan dari partikel secara keseluruhan.
Nilai berat jenis partikel tanah bisa bervariasi tergantung pada komposisi mineral tanah tersebut.
Berat jenis partikel ini penting dalam penentuan laju sedimentasi, pergerakan partikel oleh air dan
angin.

16. Cara Menghitung Berat Jenis Tanah


Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini antara lain piknometer, saringan,
termometer, oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu, alat pendingin, timbangan analitik,
kawat pengaduk halus. Sementara bahan yang diperlukan adalah sampel tanah kering angin
diameter 2 mm dan Aquadest.
Berikut cara mengisinya dikutip dari Jagadkimia:
1. Cuci piknometer dengan sabun dan bilas dengan aquadest. Keringkan piknometer dengan
cara membilas piknometer dengan aseton.
2. Timbang piknometer kosong bersumbat, misal a gram.
3. Isilah piknometer dengan aquadest sampai di atas leher, pasang sumbatnya hingga air dapat
mengisi pipa kapiler sampai penuh.
4. Timbang piknometer penuh air ( misal b gram ), ukur suhunya dan lihat berat jenis air (BJ1)
pada suhu tersebut di dalam daftar label berat jenis air.
5. Bersihkan dan keringkan piknometer dari aquadest dan isilah piknometer tersebut dengan
tanah kira-kira 5 gram (3/4 cm jika volum piknometer 50 ml dan 1 cm jika volume
piknometer 25 ml).
6. Pasang sumbatnya dan timbang ( catat sebagai c gram ).
7. Tambahkan aquadest ke dalam piknometer sampai 1/2 volume, aduk dengan kawat supaya
gelembung udara keluar ( bantu dengan menggoyang-goyang piknometer ). Pasang
sumbatnya dan biarkan semalam.
8. Ulangi pengadukan dengan menggunakan kawat, biarkan sebentar untuk mengendapkan
sebagian tanahnya. Tambahkan aquadest sampai penuh dan usahakan agar suspensi tanah
tidak ikut teraduk.
9. Timbang piknometer + tanah + air ( catat sebagai d gram ), ukur suhunya dan lihat berat jenis
air (BJ2) pada suhu tersebut di dalam daftar label berat jenis air.

Berikut rumus perhitungannya:

Rumus berat jenis tanah (sumber: Jagadkimia)


Keterangan :
a = berat piknometer kosong + tutup
b = berat piknometer + air
c = berat piknometer + tanah
d = berat piknometer + tanah + air
BJ1 = berat jenis air pada suhu t1
BJ2 = berat jenis air pada suhu t2
BTKM = berat tanah kering mutlak

17. SONDIR
a. Tes Sondir adalah kata lain dari Cone Penetration Test dan disingkat CPT. Tes ini
dilakukan dalam rangka mengukur daya dukung tanah. Untuk melakukan tes tersebut
digunakan kerucut penetrometer.
- Sesuai dengan namanya, alat ini memiliki bentuk yang berujung kerucut yang lancip.
- Memiliki sudut 600 dan dengan luasan ujung berukuran 10 cm2.
- Pengujian sondir didasarkan pada pengujian lapangan untuk mendapatkan perhitungan
daya dukung tanah berdasarkan data sondir.
- Yang dihasilkan dari pengujian langsung maupun pengujian laboratorium.

b. Tujuan dan Fungsi Tes Sondir


Pada dasarnya dilakukannya pengujian sondir pada tanah ini tidak hanya sekadar memenuhi
persyaratan pemerintah. Dalam pengurusan IMB (ijin Mendirikan Bangunan) saja, namun
ternyata lebih dari itu.
Tes sondir merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menjaga keselamatan dan
pembuktian kelayakan daya dukung perencanaan pondasi bangunan.
1. Tujuan Tes Sondir
Tujuan dilakukannya sondir adalah untuk mengetahui perlawanan penetrasi
konus dan daya geser tanah. Bukan hanya itu, letak lapisan tanah yang keras sekaligus
daya dukung serta daya lekat tiap kedalaman perlu diketahui secara spesifik.
Setelah hasil tes didapatkan, uji sondir digunakan untuk memenuhi prosedur
keselamatan bangunan. Saat perencanaan daya dukung pondasi terhadap beban
bangunan.
Yang dimaksud dengan perlawanan penetrasi konus yang disebutkan di atas
adalah perlawanan tanah terhadap mata konus.
Apakah tanah dapat dimasuki dengan mudah ataukah justru tanah memiliki daya tahan
yang kuat terhadap dorongan konus.
Sedangkan perlawanan geser tanah adalah daya lawan tanah terhadap bikonus
atau daya lawan dari samping. Baik perlawanan penetrasi konus maupun perlawanan
geser tanah, keduanya dihitung berdasarkan satuan gaya persatuan luas.
Proses uji tanah dengan memperhitungkan perlawanan penetrasi konus dan
perlawanan geser tanah ini perlu dilakukan.
Sebagai salah satu cara untuk mengukur tingkat kekuatan tanah dan ini akan
berpengaruh pada daya dukung tanah terhadap beban bangunan.

2. Fungsi Tes Sondir


Fungsi dari sondir itu sendiri adalah untuk mengetahui secara spesifik profil dan
lapisan tanah. Sedangkan fungsi sondir pada tanah berpasir yaitu untuk mengetahui
kepadatan relatif tanah. Selain itu kekuatan geser tanah dan kapasitas daya dukung
tanah, kekakuan tanah, kuat geser selimut tiang.
Koefisien konsolidasi merupakan beberapa pengukuran yang dapat dilihat juga
hasilnya dengan melakukan saat tes sondir. Agar lebih mudah memahami penjelasan di
atas, berikut penjelasan mudahnya. Pikirkan ketika ada orang yang akan merencanakan
pembangunan rumah, toko, atau bangunan lainnya. Tentu saja ada faktor-faktor tertentu
saat menentukan apakah sebuah bangunan dapat dibangun di suatu lokasi.
Dengan perencanaan pondasi yang dikira-kira atau berdasarkan filing saja.
Faktor tanah merupakan salah satu faktor utama dan merupakan hal mendasar yang
menjadi perhatian khusus. Dengan adanya uji kelayakan tanah seperti hal-hal tersebut
di atas, maka diharapkan akan meningkatkan tingkat keamanan suatu bangunan.
Lalu mengapa uji tanah perlu dilakukan? Agar pihak pengembang tahu tingkat
kekuatan tanah. Sehingga dapat mempertimbangkan berapa beban yang diberikan pada
tanah. Pihak perencana bangunan tidak akan mendesain bangunan yang bebannya
melebihi daya dukung tanah tersebut. Sangat berbahaya bila daya dukung tanah tidak
mampu menahan bangunan di atasnya. Lalu apakah tanah tersebut akan tetap stabil dan
tidak mengalami pergeseran dimasa yang akan datang.
Pergeseran tanah tentunya dapat membuat rumah retak dan pada tahap yang lebih parah,
bahkan dapat menyebabkan bangunan roboh. Bila ini terjadi maka banyak pihak yang
akan dirugikan dan tentunya membahayakan keselamatan jiwa.
3. Contoh Data Sondir Tanah

4. Tahapan Uji Sondir Tanah


Untuk melakukan uji sondir pada tanah, maka diperlukan bahan-bahan seperti yang
dipaparkan berikut.
Ada beberapa bahan yang wajib disediakan dalam melaksanakan tes sondir.
Sedangkan langkah-langkah yang harus dilakukan juga akan dijelaskan pada
keterangan di bawah ini.
1. Perlengkapan Pengujian
 Anchor beserta perlengkapannya.
 Mesin sondir beserta pipa sondir lengkap dengan batang dalam.
 Konus atau mata sondir dan bikonus atau batang pipa sondir.
 Kunci pipa.
 Hidrolik.
 Manometer 0 – 60 kg/cm2 untuk pembacaan kecil.
 Manometer 100 – 600 kg/cm2 untuk pembacaan besar.
 Alat-alat pembersih
 Oli dan minyak hidrolik.
Dengan metode Cone Penetration Test maka manfaat yang didapat adalah lapisan tanah
yang keras dapat ditentukan lebih cepat. Lapisan tanah yang berbeda akan dapat di deteksi,
daya dukung tanah dapat diketahui dengan memanfaatkan rumus empiris. Lapisan tanah
lempung juga cocok menggunakan pengujian ini. Satu lagi yang sangat penting adalah letak
kedalaman air tanah dapat diketahui dengan pasti.
2. Langkah-Langkah Tes Sondir Tanah
1. Masukan anchor ke dalam tanah sampai kepala drat masuk, kepala drat ini memiliki
fungsi vital sebagai pengikat alat.
2. Perakitan alat sesuai standar yang berlaku, setelah perakitan selesai.
3. Karena alat masih dalam kondisi horizontal pada tanah, maka harus di berdirikan
terlebih dahulu agar dapat menjalankan fungsinya nanti.
4. Pasang rantai, rantai ini fungsinya sebagai pemutar alat agar rantai tidak tersendat maka
perlu dioleskan pelumas.
5. Pasang kedua manometer pada hidrolik.
6. Pasang pengikat anchor pada alat, pemasangan pengikat ini dilakukan untuk mengunci
alat.
7. Sehingga tetap pada posisinya yang stabil dan tidak bergerak saat dilakukan pengujian
tanah.
8. Pengisian minyak hidrolik, pastikan agar minyak hidrolik tidak terdapat gelembung
udara.
9. Cara yang biasa dilakukan agar gelembung udara tidak mencemari minyak hidrolik
adalah melakukan pembersihan hidrolik.
10. Dengan mengocok tuas hidrolik kemudian barulah minyak diisikan sampai penuh.
11. Lakukan penyesuaian dan pengaturan yang tepat agar bikonus tidak miring dan lurus
vertikal pada tanah.
12. Gunanya untuk memastikan agar ketika alat di masukan ke dalam tanah maka alat
masuk lurus sempurna.
13. Bila tidak lurus sempurna maka hasil pengukuran tidak akurat.
14. Tandai titik dimana akan di masukan bikonus.
15. Hal ini perlu dilakukan untuk mempermudah saat konus di masukan ke dalam tanah
pada titik yang diinginkan.
16. Masukan pipa pertama yang telah disambung dengan konus bikonus, turunkan pipa
hidrolik ke dalam tanah.
17. Kemudian dengan memutar tuas alat sehingga pipa mengalami proses penekanan dan
terdorong masuk ke dalam tanah.
18. Setelah pipi pertama masuk ke dalam tanah, naikkan hidrolik.
19. Kemudian pasang pipi kedua dan lakukan seperti langkah pertama, sampai pipi kedua
masuk ke dalam tanah.
20. Masukan lagi pipa berikutnya sampai didapatkan kedalaman yang diinginkan.
21. Untuk mengetahuinya dapat dilakukan dengan cara membaca alat manometer.
22. Pembacaan manometer biasanya dilakukan tiap penekanan pipa sedalam 20 cm.
23. Lakukan tahapan tersebut hingga terkumpul data sondir yang akurat.
24. Untuk dapat dilakukan perhitungan daya dukung tanah berdasarkan data sondir.

Anda mungkin juga menyukai