Anda di halaman 1dari 3

Tanah ulitisol

 Persebaran dan ciri umum


Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai
sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan
Indonesia. Sebaran terluas terdapat di Kalimantan (21.938.000 ha), diikuti di
Sumatera (9.469.000 ha), Maluku dan Papua (8.859.000 ha), Sulawesi (4.303.000 ha),
Jawa (1.172.000 ha), dan Nusa Tenggara (53.000 ha).

Pada daerah di Indonesia lebih banyak di temukan di tempat dengan bahan induk
batuan liat yang merupakan bagian terluas dari lahan kering di Indonesia yang belum di
manfaatkan untuk lahan pertanian. Tersebar di sumatera,Kalimantan,Sulawesi dan irian .
daerah tersebut di rencanakan sebagai wilayah perluasan areal pertanian untuk
transmigrasi. Sebagian besar meerupakan padang alang alang dan hutan tropika.
Masalah yang ada adalah tanah ini memiliki reaksi masam, dengan kadar AL tinggi dan
membuat racun tanaman , fiksasi P, unsur hara rendah sehingga diperlukan tindakan
pengapuran.

Tanah ini juga dikenal dengan tanah liat merah, menurut Departemen pertanian
tanah ultisol adalah tanah mineral yang tidak mengandung bahan gamping yang banyak
di dalam tanah, mempunyai mineral lapuk kurang dari 10% pada lapisan atas tanah yang
ekstrim, memiliki kejenuhan basa dikurangi 35% di seluruh tanah. Tanah yang masuk
dalam ordo ultisol ini adalah tanah yang terjadi pada penimbunan liat horizon bawah,
bersifat masam, kejenuhan basa mencapai 35% pada kedalaman 180 cm.

Warna tanah ini bervariasi di mulai dari ungu-merah,orange kemerahan dengan


terang- menyilaukan, untuk oranye pucat kekuningan dan bahkan beberpa nada
kekuningan coklat terang. Tanah ini umumnya cukup asam, sering mempunyai pH
kurang dari 5. Warna yang merah dan kuning hasil dari akumulasi oksida besi (karat)
sangat tidak larut dalam air.banyak nutrisi misalnya kalsium dan potassium, umumnya
kekurangan dari tanah ultisol adalah tidak bisa di gunakan sebagai lahan pertanian
menetap tanpa batuan pupuk kapur dan lainya seperti superfosfat.sehingga memerlukan
pengelolaan yang hati hati di bandingkan tanah

Kapasitas Tukar Kation (KTK) pada Tanah Ultisol dari granit, sedimen, dan
tufa tergolong rendah masing-masing berkisar antara 2,90−7,50 cmol kg-1,
6,11−13,68 cmol kg-1, dan 6,10−6,80 cmol kg-1, sedangkan yang dari bahan volkan
andesitik dan batu gamping tergolong tinggi (>17 cmol kg-1)

Tekstur Tanah Ultisol bervariasi dan dipengaruhi oleh bahan induk tanahnya.
Tanah Ultisol dari granit yang kaya akan mineral kuarsa umumnya mempunyai
tekstur yang kasar seperti liat berpasir. Sedangkan Tanah Ultisol dari batu kapur,
batuan andesit, dan tufa cenderung mempunyai tekstur yang halus seperti liat dan liat
halus Tanah ini dapat di jumpai pada berbagai relief, mulai dari datar hingga
bergunungan. Ultisol dapat berkembang dari berbagai bahan induk, dari yang bersifat
masam hingga basa, namun sebagian besar bahan induk tanah ini adalah batuan
sedimen masam.

Faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah ultisol adalah sebagai berikut


1. Bahan induk : bahan induk tua contohnya batuan liat, atau batuan vulkanik masam
2. Iklim : bahan harus cukup panas (warm) dan basah (humid), pada daerah iklim sedang
dengan tanah rata rata lebih kecil 800 C, sampai daerah tropika.
3. Vegetasi : pada daerah iklim sedang di dominasi oleh pinus. Di Indonesia vegetasi
hutan tropika
4. Relief berombak hingga berbukit
5. Umur tua

Mengapa tanah Ultisol tidak subur?


tanah Ultisol dicirikan oleh adanya akumulasi liat pada horizon bawah permukaan
sehingga mengurangi daya resap air dan meningkatkan aliran permukaan dan erosi
tanah. Aliran permukaan dan erosi tanah ini menyebabkan proses dekomposisi
berjalan cepat sehingga bahan organik rendah. Tanah yang padat membuat
pertumbuhan akar terhambat sehingga daya tembus akar ke dalam tanah rendah.
Pengelolaan Lahan Ultisol
Ada tiga cara yang dapat dilakukan yaitu perbaikan tanah atau ameliorasi,
pemupukan, dan pemberian bahan organik
1. Perbaikan tanah dengan pengapuran
Pengapuran bertujuan untuk mengatasi kendala kemasaman dan kejenuhan Al yang
tinggi. Kapur bertujuan untuk meningkatkan pH tanah dan menurunkan kadar Al.
2. Pemupukan
Tanah Ultisol memberikan respon yang baik terhadap pemupukan P (Fosfat) dari TSP
atau P alami. Residu pupuk P dari pertanaman sebelumnya pada tanah Ultisol dapat
memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
selanjutnya
3. Pemberian bahan organik
menyimpulkan bahwa bahan organik berupa sisa tanaman jagung, F.
congesta dan Mucuna sp. sebagai mulsa efektif mencegah erosi. Selain itu dapat
digunakan pupuk kandang. Penambahan bahan organic dapat memperbaiki sifat fisik
tanah seperti pori air tersedia, indeks stabilitas agregat dan kepadatan tanah

4. Pemilihan media tanam yang sesuai


pemilihan media tanam yang tepat untuk menunjang pertumbuhan tanaman.
Penambahan serbuk sabut kelapa pada penelitian tentang Kajian Serbuk sabut Kelapa
sebagai media tanam menghasilkan bahwa media serbuk sabut kelapa memiliki daya
simpan air yang tinggi dan lebih cocok digunakan untuk kegiatan rehabilitasi lahan
kritis di daerah beriklim kering. Sabut kelapa dengan kemampuan daya simpan air
yang tinggi dapat menjadi pilihan untuk menutupi kekurangan tanah Ultisol yang
mudah meloloskan air. Nah, berdasarkan hal tersebut, media tanam dari sabut kelapa
untuk pengelolaan tanah Ultisol patut dicoba.

Anda mungkin juga menyukai