Anda di halaman 1dari 5

Sifat dan Ciri Tanah Ultisol

Kata Ultisol berasal dari bahasa latin Ultimus, yang berarti terakhir atau dalam arti hal Ultisol, tanah yang paling terkikis dan memperlihatkan pengaruh pencucian yang terahir. Ultisol memiliki horizon argilik degan kejenuhan basa yang rendah. Biasanya terdapat alumunium yang dapat dipertukarkan dalam jumlah yang tinggi. Pertanian dapat dipertahankan dengan perladangan berpisah atau dengan penggunaan pupuk. Beberapa sifat Ultisol yaitu : 1. Kandungan tanah liat memperlihatkan perkembangan horizon argilik. 2. Kandungan bahan organik dan semua horizon, kecuali Al yang sangat tipis, sangat rendah. 3. Kapasitas tukar kation secara nisbi rendah, menyatakan kandungan bahan organik yang rendah dan adanya tanah liat berkapasitas pertukaran kation yang rendah sampai kaolinit. 4. Jumlah basa yang dapat di pertukarkan dan persentase kejenuhan basa adalah sangat rendah, kecuali untuk horizon Al yang sangat tipis. (Foth, 1994). Menurut Munir (1996), komponen kimia tanah berperan besar dalam menentukan sifat dan ciri tanah umumnya dan kesuburan tanah. Ultisol merupakan tanah yang mengalami proses pencucian yang sangat intensif yang meyebabkan Ultisol miskin secara kimia dan secara fisik. Selain itu Ultisol mempunyai kendala kemasaman tanah, kejenuhan Aldd tinggi, kapasitas tukar kation rendah (< 24 me/100 g tanah), kandungan N rendah, kandungan fosfor dan kalium rendah serta sangat peka terhadap erosi. Ultisol umumnya terdapat pada horison A yang tipis dengan kandungan bahan organik yang rendah. Unsur hara makro seperti fosfor dan kalium yang sering kahat, reaksi tanah masam hingga sangat masam, serta kejenuhan Al yang tinggi merupakan sifat-sifat Ultisol yang sering menghambat pertumbuhan tanaman. (Prasetyo dan Suriadikarta, 2004). Tanah Ultisol ini dicirikan oleh kadar bahan organik dan muatan variabel yang amat rendah. Muatan listrik rendah itu, karena kandungan liat sesquioksida dan liat 1:1, membentuk KTK yang juga sangat rendah. Umumnya tanah ini juga sangat tercuci (leached) hingga kandungan basa-basa menjadi sangat rendah. Hal ini menyebabkan pH tanah rendah sekali yang meningkatkan kadar Al bebas, hingga memperbesar bahaya toksisitas Al dan fiksasi fosfat (Tan, 1995). Peranan Bahan Organik Terhadap Sifat Kimia Tanah Menurut Greenland dan Dart (1972) dalam Sanchez (1992) menunjukkan beberapa keuntungan bahan organik bagi pertanian tanpa pupuk: 1. Bahan organik menyediakan sebagian besar nitrogen dan belerang serta setengah dari fosfor yang diserap oleh tanaman yang tidak dipupuk.

2. Bahan organik menyediakan sebagian besar daya tukar kation tanah sangat lapuk yang masam, penurunan bahan organik dengan cepat mengakibatkan penurunan daya tukar kationnya secara tajam. 3. Dengan membentuk gabungan dengan bahan organik, oksida amorf tidak mengkristal. 4. Bahan organik membantu pengagregatan tanah, dengan demikian memperbaiki sifat fisika tanah dan mengurangi kerentanan terhadap pengikisan pada tanah. 5. Bahan organik mengubah sifat menambat air, terutama pada tanah pasiran 6. Bahan Organik dapat membentuk gabungan dengan unsur hara mikro yang mencegah pencucian hara tersebut (Sanchez, 1992). Secara umum dapat dikatakan bahwa bahan organik memperbesar keterse diaan fosfor tanah, melalui hasil dekomposisinya yang menghasilkan asam asam organik dan CO2. Gas CO2 larut dalam air membentuk asam karbonat yang mampu melapukkan beberapa mineral primer tanah. (Nyakpa, dkk, 1988). Cacing tanah peranannya cukup besar dalam meningkatkan kesuburan tanah. Sebagai fauna yang membuat liang, maka cacing tanah memakan tanah dan menghaluskan bahan organik. Bahan kascing sebagai hasil kegiatan cacing terkumpul baik di permukaan tanah maupun di dalam lorong cacing. Bahan kascing terdiri atas campuran bahan tanah dan hancuran bahan organik yang halus. Hasil kegiatan cacing tanah meningkatkan ketersediaan hara karena lebih banyak mengandung hara Ca, Mg dan K daripada tanah di sekitarnya.Ketersediaan P mencapai 4-10 kali lipat daripada tanah di sekitarnya (Sutanto, 2002) Selain mengandung unsur hara, kascing juga mengandung asam humat, seperti pupuk organik lainnya. Zat-zat humat bersama-sama dengan tanah liat berperan terhadap sejumlah reaksi kimia dalam tanah. Selain asam humat, kascing mengandung KTK yang tinggi. KTK kascing bervariasi dari 35 me/100g sampai 130me/100g. KTK tanah lebih rendah daripada KTK kascing. Dengan demikian, kascing dapat menambah hara ke dalam tanah atau kascing dapat meningkatkan kesuburan tanah.(Mulat, 2005). Pengaruh pemberian limbah udang, limbah campuran dan limbah ikan teri terhadap pertambahan tinggi tanaman menunjukkan pola yang sama dengan pola pertambahan jumlah daun, panjang daun dan diameter batang semu pada tanaman jagung putih. Pemberian limbah udang dengan dosis 800 kg/ha memberikan hasil yang terbaik bila dibandngkan dengan pemberian limbah ikan campuran limbah ikan teri, namun antara perlakuan tersebut tidak memberikan perbedaan yang nyata (Nur dan Sitepu, 1995). Pemberian limbah udang pada tanah masam diharapkan mampu meningkatkan pengambilan hara P melalui perbaikan pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman dan teratasinya keracunan Al serta menurunnya Al-P dan Fe-P yang sukar larut. Dengan terbebasnya P dari ikatan senyawa

beracun seperti Al-P dan Fe-P maka ketersediaan P semakin tinggi dan jumlah P yang dapat diserap tanaman juga akan semakin tinggi (Nur dan Sitepu, 1995). Siahaan, et al, (1997) melaporakan bahwa, aplikasi TKS dengan berbagai dosis tanpa maupun dengan tambahan pupuk anorganik secara nyata meningkatkan perubahan sifat kimia tanah yaitu pH, C-organik, N, P-tersedia, KTK dan kejenuhan basa. Sedangkan kadar Al tertukar dalam tanah dengan aplikasi TKS ini mengalami penurunan. Hal ini tersebut menunjukkan bahwa aplikasi TKS sebagai sumber bahan organik dapat mengikat (chelates) Al sehingga terbentuk ikatan Al-organik. Hal tersebut akan menurunkan Al tertukar dan meningkatkan pH tanah. Pembentukan ikatan Al-organik juga mengurangi ikatan AL-P dalam tanah sehingga terjadi peningkatan ketersediaan P dalam tanah. Karbon Organik tanah bersumber dari hasil dekomposisi bahan organik yang berada dalam tanah. Bahan organik ini dalam bentuk sisa tanaman dan hewan. Adapun bahan-bahan organik yang diberikan ke tanah seperti kompos dan pupuk kandang. Kadar C-organik merupakan salah satu parameter yang menentukan kesuburan tanah (Foth, 1994). Unsur Hara Fosfor Tanaman lebih banyak menyerap H2PO-4 dibandingkan HPO=4 dan PO43-. Kesetimbangan ionion ini dalam larutan tanah dikendalikan oleh pH tanah. Serapan fosfat terbesar terjadi pada kisaran pH 4,0-8,0 dan di atas atau dibawah nilai ini akan menyusut. Pada kisaran pH itu larutan tanah lebih banyak mengandung ion-ion fosfat (Masud, 1992). Secara umum fungsi dari fosfor dalam tanaman dapat dinyatakan sebagai berikut :
y y y

dapat mempercepat pertumbuhan akar semai dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi dewasa pada umurnya. dapat mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah.

(Sutedjo, 2002). Secara umum fungsi dari fosfor dalam tanaman dapat dinyatakan sebagai berikut dapat mempercepat pertumbuhan akar semai, dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi dewasa pada umumnya, dan mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji atau gabah (Sutedjo, 2002) Unsur Hara Kalium Tanaman menyerap ion K+ hasil pelapukan, pelepasan dari situs pertukaran kation tanah dan dekomposisi bahan organik yang terlarut dalam larutan tanah.kadar K-tertukar tanah biasanya sekitar 0,5-0,6% dari total K tanah. K-larutan + Ktertukar merupakan K-tersedia tanah. (Hanafiah, 2005).

Dalam hal mobilitasnya di dalam tanah, kalium berada diantara nitrogen dan fosfor.Kalium terlarut dan kalium yang dapat dipertukarkan keduanya dianggap tersedia bagi tanaman. (Foth, 1994). Kalium merupakan unsur hara yang essensial bagi seluruh jasad hidup. Pada jaringan tanaman tinggi, kalium menyusun 1.7-2.7 % bahankering daun normal. Kebutuhan tanaman terhadap ion K+ tidak dapat diganti oleh kation alkali lain. Kalium terlibat dalam berbagai proses fisiologi tanaman, terutama berperan dalam berbagai reaksi biokimia. Beberapa eungi kalium dalam tubuh tanaman antara lain : sebagai pengaktif beberapa enzim, berperan dalam sintesis protein dan pati dan pemindahan fotosintat (Mas ud, 1992). Tanaman Jagung Iklim Penanaman jagung di dunia tersebar luas di daerah subtropik ataupun tropic. Tanaman jagung dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh. Secara umum, tanaman jagung dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi 1.300m dpl, kisaran suhu udara antara 130C380C, dan mendapat sinar matahari penuh. Di Indonesia tanaman jagung tumbuh dan berproduksi optimum di dataran rendah sampai ketinggian 750 m dpl. Selama pertumbuhan tanaman jagung membutuhkan suhu optmum antara 230C-270C. Suhu panas dan lembab amat baik bagi pertumbuhan tanaman jagung pada periode tanam sampai fase reproduktif, terutama sampai akhir pembuahan (Suprapto dan Marzuki, 2002). Curah huajn yang ideal untuk tanaman jagung adalah antara 100 mm-200 mm per bulan. Curah hujan paling optimum adalah sekitar 100 mm- 125 mm perbulan dengan distribusi yang merata. Tanaman jagung membutuhkan penyinaran matahari penuh, maka tempat penanamannya harus terbuka. Ditempat yang terlindungi, pertumbuhan batang tanaman jagung menjadi kurus dan tongkolnya ringan sehingga produksinya cenderung menurun (Rukmana, 1997). Keadaan iklim di daerah yang akan dijadikan lahan untuk bertanam jagung memiliki curah hujan 100-200 mm/bulan dengan penyerapan merata intensitas sinar 100%, temperature 160C-380C, suhu optimum 240C-300C. Tinggi tempat 0-1300 m dpl dan tipe iklimnya A-E oldeman (Suprapto dan Marzuki, 2002). Tanah Tanah berdebu yang kaya hara dan humus amat cocok untuk tanaman jagung. Tanah-tanah berpasir dapat ditanami jagung dengan pengelolaan air yang baik dan penambahan pupuk organik. Ini jelas bahwa tanaman jagung membutuhkan tanah yang berstruktur lempung, lempung berdebu ataupun lempung berpasir, dengan struktur tanah remah, aerasi dan drainasenya baik, serta cukup air. Keadaan tanah demikian dapat memacu pertumbuhan dan produksi jagung bila tanah tersebut subur, gembur, dan kaya akan bahan orgnik. Tanaman jagung toleran terhadap reaksi keasaman tanah pada kisaran pH 5,5-7,0. Tingkat kemasaman tanah yang baik untuk tanaman jagung adalah pada pH 6,8. Bila lahan kering ber pH masam (pH kurang dari

5,5) dialokasikan untuk penanaman jagung, perlu dilakukan pengapuran lebih dahulu (Rukmana, 1997). Tanah yang baik untuk tanaman jagung adalah yang bertekstur lempung, lempung berdebu atau lempung berpasir. Struktur tanahnya gembur dan kaya bahan organic. Derajat kemasaman (pH 5,5-7,6 dan pH optimal 6,8). Kemiringan tanah tidak lebih dari 8%. Lokasi lahan di areal terbuka seperti halnya persawahan padi. Bebas dari genangan air dan tidak terendam air serta dapat diairi bila diperlukan (Martodiraso dan Suryanto, 1999). Tanaman jagung mengadsorbsi P dalam jumlah relatif sedikit dari pada absorbsi hara N dan K. Pola akumulasi P tanaman jagung hampir sama dengan akumulasi hara N. Pada fase pertumbuhan akumulasi P sangat lambat, namun setelah berumur 4 minggu meningkat dengan cepat. Konsentrasi P dalam daun terus menurun dengan waktu sedangkan konsentrasi P dalam batang cukup besar dan hara P terdapat dalam biji (Fathan, dkk, 1988).

Share this:
y y y y y

Facebook Twitter Print Email

Anda mungkin juga menyukai