Anda di halaman 1dari 22

Klasifikasi Tanah dan

Kesesuaian Lahan
KELOMPOK 5 (Tanah Ultisol)
Anggota Kelompok
- Muhammad Pierce Raufael Ayudantha (1906541116)

- Hasnah Yunita (1906541177)

- Made Putra Eka Ardana (1906541139)

- I Gusti Ngurah Wahyu Arsadiarta (1906541121)


TANAH ULTISOL
● Ultisol merupakan salah satu jenis tanah yang sebaran luasnya mencapai 45.794.000
ha atau sekitar 25% dari total luas daratan di Indonesia.
● Persebaran tanah ultisol mencakup Kalimantan, Sumatera, Maluku, dan Papua.
● Ultisol dapat berkembang dari beberapa bahan induk dari yang masam hingga basa.
Namun sebagian besar berupa batuan sedimen basa.
● Merupakan tanah penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa
(KB) pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. KB < 35%
dapat didekati dengan mengukur pH (kemasaman tanah) < 6,5.
3
Ciri Umum Tanah Tekstur tanah ultisol bervariasi
tergantung jenis bahan induknya. Berasal dari
Ultisol granit umumnya mempunyai tekstur kasar
1 sedangkan dari batu kapur, andesit dan tufa
Ultisol dicirikan oleh adanya
cendrung bertekstur halus.
akumulasi liat pada horizon bawah permukaan
4
sehingga mengurangi daya resap air dan
Memiliki tingkat perkembangan
meningkatkan aliran permukaan dan erosi tanah.
cukup lanjut, dicirikan oleh penampang tanah
2 yang dalam, kenaikan friksasi liat seiring dengan
Umumnya dimanfaatkan untuk
keadaan laman tanah, reaksi tanah masam,
perkebunan kelapa sawit, karet, dan perkebunan
kejenuhan basa rendah.
tanaman industri.
Sifat Kimia
pH yang rendah (masam) yaitu < 5,0 dengan kejenuhan Al

tinggi yaitu >42%, kandungan bahan organik rendah yaitu N berkisar

0,14%, P sebesar 5,80 ppm, kejenuhan basa rendah yaitu 29% dan

KTK juga rendah yaitu sebesar 12,6 me/100


Sifat Fisika
Porositas tanah, laju infiltrasi dan permeabilitas tanah rendah

sampai sangat rendah, kemantapan agregat dan kemampuan tanah

menahan air yang rendah.


Sifat Biologi
Ultisol memiliki kemasaman tanah kurang dari 5,5, bahan
organik rendah, kejenuhan basa kurang dari 35%, sedangkan Kapasitas
Tukar Kation (KTK) kurang dari 4 me/100 gram liat,
sehingga Ultisol merupakan tanah yang miskin akan hara dan dengan
adanya horizon argilik dapat membatasi pertumbuhan dan penetrasi
akar tanaman.
Kesesuaian Tanah Ultisol Terhadap
Pertanian dan Pengolaanya
Pengelolaan lahan merupakan salah satu faktor terpenting dalam

mencapai hasil yang optimal dan berkelanjutan. Oleh karena itu, pengelolaan

lahan (tanah) harus diupayakan tanpa menyebabkan kerusakan terhadap

lingkungan maupun menurunkan kualitas sumber daya lahan, dan sebaiknya

diarahkan pada perbaikan struktur fisik, komposisi kimia, dan aktivitas biota

tanah yang optimum bagi tanaman.


Kesesuaian Tanah Ultisol Terhadap
Pertanian dan Pengolaanya
Dengan demikian, interaksi antara komponen-komponen biotik dan abiotik

tanah pada lahan memberikan keseimbangan yang optimal bagi ketersediaan hara dalam

tanah, yang selanjutnya menjamin keberlangsungan produktivitas lahan, dan keberhasilan

usaha tani. Melalui sistem tersebut diharapkan akan terbentuk agroekosistem yang stabil

dengan masukan dari luar yang minimum, tetapi dapat meningkatkan pertumbuhan dan

hasil tanaman tanpa menurunkan kualitas lingkungan


Kesesuaian Tanah Ultisol Terhadap
Pertanian dan Pengolaanya
Dominasi tanah Ultisol di Jenis tanah ini dicirikan :

sebagian besar wilayah 1. Agregat kurang stabil.

2. Permeabilitas, bahan organik dan tingkat kebasaan


Indonesia menimbulkan
rendah.
masalah tersendiri dalam
3. Tekstur tanah berlempung, mengandung mineral
hal pencapaiaproduktivitas
sekunder kaolinit yang sedikit tercampur gibsit dan
pertanian dan perkebunan
montmorilonit, pH tanah rata-rata 4,2-4,8.
yang optimal.
Kesesuaian Tanah Ultisol Terhadap
Pertanian dan Pengolaanya
Kendala pemanfaatan tanah Ultisol untuk pengembangan pertanian adalah
ke masaman dan kejenuhan Al yang tinggi, kandungan hara dan bahan organic
rendah, dan tanah peka terhadap erosi. Berbagai kendala tersebut dapat diatasi dengan
menggunakan bahan organik yang sulit terdekomposisi sehingga dapat bertahan lama
dalam tanah seperti biochar (arang hayati). Penambahan biochar sebagai pembenah
tanah yang berasal dari hasil pembakaran limbah produk pertanian dengan oksigen
terbatas, ternyata memiliki potensi yang baik sebagai bahan amendemen tanah, karena
C organik masih tetap bertahan di dalam karbon hitam (biochar).
Kesesuaian Tanah Ultisol Terhadap
Pertanian dan Pengolaanya
BIOCHAR
Biochar adalah materi padat yang terbentuk dari karbonisasi biomassa, biasa disebut

“arang aktif”. Jadi biochar adalah bahan padat yang kaya karbon.

Bio-char dapat berfungsi sebagai pembenah tanah, meningkatkan pertumbuhan tanaman

dengan memasok sejumlah nutrisi yang berguna serta meningkatkan sifat fisik dan biologi tanah

(Glasser et al., 2002; Lehmann et al., 2003; Lehmann & Rondon, 2005; Steiner, 2007).
Kesesuaian Tanah Ultisol Terhadap
BIOCHAR Pertanian dan Pengolaanya
Salah satu cara yang mungkin bisa dilakukan dari
kendala pengelolaan tanah ultisol yaitu dengan penambahan
bahan pembenah organik biochar yang mempunyai sifat stabil
dan mempunyai pengaruh jangka panjang (longterm effect)
khususnya dalam meningkatkan dan mempertahankan stabilitas
bahan organik tanah dan perbaikan sifat tanah yang menunjang
perbaikan tata air dan hara tanah. Pengelolaan bahan bahan
organik dalam bentuk arang hitam yang disebut “biochar” dapat
membuka peluang untuk mengatasi masalah tersebut dan
menjadi opsi tambahan dalam pengelolaan tanah ultisol menuju
pertanian berkelanjutan.
STUDI KASUS
Judul Jurnal :

KARAKTERISTIK, POTENSI, DAN TEKNOLOGI


PENGELOLAAN TANAH ULTISOL UNTUK
PENGEMBANGAN PERTANIAN LAHAN
KERING DI INDONESIA
Pengarang :
B.H. Prasetyo dan D.A. Suriadikarta
Jurnal Litbang Pertanian, 25(2), 2006
Ultisol merupakan salah satu jenis

tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas,

mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari

total luas daratan Indonesia (Subagyo et al. 2004).

Sebaran terluas terdapat di Kalimantan

(21.938.000 ha), diikuti di Sumatera (9.469.000 Tanah ini dapat dijumpai pada berbagai

ha), Maluku dan Papua (8.859.000 ha), Sulawesi relief, mulai dari datar hingga bergunung.
Ultisol dapat berkembang dari berbagai
(4.303.000 ha), Jawa (1.172.000 ha), dan Nusa bahan induk, dari yang bersifat masam hingga basa.
Namun sebagian besar bahan induk tanah ini adalah
Tenggara (53.000 ha).
batuan sedimen masam.
Pada umumnya Ultisol

berwarna kuning kecoklatan hingga

merah. Pada klasifikasi lama menurut

Soepraptohardjo (1961), Ultisol Warna tanah pada horizon argilik


sangat bervariasi dengan hue dari 10YR hingga
diklasifikasikan sebagai Podsolik 10R, nilai 3−6 dan kroma 4−8 (Subagyo et al.
1986; Suharta dan Prasetyo 1986; Rachim et al.
Merah Kuning (PMK).
1997; Suhardjo dan Prasetyo 1998; Alkusuma

WARNA TANAH 2000; Isa et al. 2004; Prasetyo et al. 2005).


Tekstur tanah Ultisol bervariasi dan No. Bahan Induk Tekstur
dipengaruhi oleh bahan induk tanahnya. Tanah granit yang kaya
kasar seperti liat
Ultisol dari granit yang kaya akan mineral kuarsa 1. akan mineral
berpasir
umumnya mempunyai tekstur yang kasar seperti kuarsa
liat berpasir (Suharta dan Prasetyo 1986), batu kapur, batuan halus seperti liat dan
2.
sedangkan tanah Ultisol dari batu kapur, batuan andesit, dan tufa liat halus
andesit, dan tufa cenderung mempunyai tekstur
Ultisol umumnya mempunyai
yang halus seperti liat dan liat halus (Subardja
struktur sedang hingga kuat, dengan bentuk
1986; Subagyo et al. 1987; Isa et al. 2004;
gumpal bersudut (Rachim et al. 1997; Isa et al.
Prasetyo et al. 2005).
2004; Prasetyo et al. 2005).

TEKSTUR TANAH
Beberapa jenis tanah Ultisol mempunyai
kapasitas tukar kation < 16 cmol/kg liat, yaitu
Ultisol yang mempunyai horizon kandik. Reaksi
Tanah Ultisol umumnya mempunyai tanah Ultisol pada umumnya masam hingga sangat
masam (pH 5−3,10), kecuali tanah Ultisol dari batu
nilai kejenuhan basa < 35%, karena batas ini
gamping yang mempunyai reaksi netral hingga agak
merupakan salah satu syarat untuk klasifikasi masam (pH 6,80−6,50).
Kapasitas tukar kation pada tanah Ultisol
tanah Ultisol menurut Soil Taxonomy.
dari granit, sedimen, dan tufa tergolong rendah masing-
masing berkisar antara 2,90−7,50 cmol/kg, 6,11−13,68
cmol/kg, dan 6,10−6,80 cmol/kg, sedangkan yang dari
bahan volkan andesitik dan batu gamping tergolong
tinggi (>17 cmol/kg).
SIFAT KIMIA
SIFAT KIMIA
Tanah Ultisol mempunyai potensi yang tinggi untuk
pengembangan pertanian lahan kering. Namun demikian,
pemanfaatan tanah ini menghadapi kendala karakteristik tanah yang
dapat menghambat pertumbuhan tanaman terutama tanaman
pangan bila tidak dikelola dengan baik.
Beberapa kendala yang umum pada tanah Ultisol
adalah kemasaman tanah tinggi, pH ratarata < 4,50, kejenuhan Al
tinggi, miskin kandungan hara makro terutama P, K, Ca, dan Mg,
dan kandungan bahan organik rendah. Untuk mengatasi kendala
tersebut dapat diterapkan teknologi pengapuran, pemupukan P dan
K, dan pemberian bahan organik. Penerapan teknologi tersebut
dapat meningkatkan hasil tanaman jagung.
TEKNOLOGI PENGELOLAAN ULTISOL
KESIMPULAN
Kesuburan alami tanah Ultisol umumnya terdapat pada horizon A yang tipis dengan
kandungan bahan organik yang rendah. Unsur hara makro seperti fosfor dan kalium yang sering kahat,
reaksi tanah masam hingga sangat masam, serta kejenuhan aluminium yang tinggi merupakan sifat-sifat
tanah Ultisol yang sering menghambat pertumbuhan tanaman. Selain itu terdapat horizon argilik yang
mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti berkurangnya pori mikro dan makro serta bertambahnya aliran
permukaan yang pada akhirnya dapat mendorong terjadinya erosi tanah. Penelitian menunjukkan bahwa
pengapuran, sistem pertanaman lorong, serta pemupukan dengan pupuk organik maupun anorganik
dapat mengatasi kendala pemanfaatan tanah Ultisol. Pemanfaatan tanah Ultisol untuk pengembangan
tanaman perkebunan relatif tidak menghadapi kendala, tetapi untuk tanaman pangan umumnya
terkendala oleh sifat-sifat kimia tersebut yang dirasakan berat bagi petani untuk mengatasinya, karena
kondisi ekonomi dan pengetahuan yang umumnya lemah.

Anda mungkin juga menyukai