Anda di halaman 1dari 4

BAHAN INDUK ULTISOL & OXISOL

 Ultisol

Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai
tropika, mempunyai horizon argilik atau kandik atau fragipan dengan lapisan liat
tebal. Dalam legend of soil yang disusun oleh FAO, Ultisol mencakup sebagian
tanah laterik serta sebagian besar tanah podsolik, terutama tanah podsolik merah
kuning. Ultisol dapat berkembang dari bahan induk, dari yang bersifat masam
hingga basa. Namun sebagian besar bahan induk tanah ini adalah batuan sedimen
masam (Hardjowigeno, S. 2003).

Luas tanah Ultisol berdasarkan bahan induknya pada tingkat grup berdasarkan batuan
pembentuk tanah yaitu Hapludults mempunyai sebaran terluas. Ultisol merupakan tanah
masam yang telah mengalami pencucian basa-basa yang intensif dan umumnya dijumpai
pada lingkungan dengan drainase baik. Ultisol dapat terbentuk dari berbagai jenis batuan
induk tua. Sebagian besar Ultisol di Indonesia terbentuk dari bahan induk sedimen yang
berasal dari batuan liat. Perbedaan batuan induk tentunya menyebabkan perbedaan karakteris-
tik tanah yang terbentuk. Ultisol yang terbentuk dari bahan induk volkan dan batu gamping
akan mempunyai tingkat kesuburan tanah yang lebih tinggi daripada Ultisol yang terbentuk
dari batuan sedimen (Syahputra, Erwin., Fauzi, dan Razali. 2015).

Pada pemanfaatan untuk pertanian, karakteristik khas Ultisols sangat dipertimbangkan.


Tanah-tanah ini umumnya mempunyai nilai pH yang masam dengan kejenuhan Al yang
tinggi. Hal ini berdampak kepada ketersediaan P, kation-kation basa lain (Ca, Mg, K, dan Na)
menjadi sangat rendah. Permasalahan ini menjadikan Ultisol belum dimanfaatkan secara
optimal. Di Indonesia sendiri Ultisol sebagian besar digunakan sebagai untuk perkebunan dan
hutan tanaman industri (Prasetyo, B.H., dan D.A. suriandikarta. 2006).

Masalah Al umumnya terjadi pada tanah Ultisol dari bahan sedimen. Bahan sedimen
merupakan hasil dari proses pelapukan (weathering) dan pencucian (leaching), baik
pelapukan dari bahan volkan, batuan beku, batuan metamorf maupun campuran dari berbagai
jenis batuan sehingga mineral penyusunnya sangat bergantung pada asal bahan yang
melapuk. Oleh karena itu, tanah Ultisol dari bahan sedimen sudah mengalami dua kali
pelapukan, yang pertama pada waktu pembentukan batuan sedimen dan yang kedua pada
waktu pembentukan tanah. Dengan demikian ada kemungkinan bahwa kandungan Al pada
batuan sedimen sudah sangat tinggi (Nursyamsi, Dedi dan Suprihati. 2005).

Kuarsa yang dominan terdapat pada Ultisol yang terbentuk dari tufa berkapur dan dari batuan
granit. Pada Ultisol yang berkembang dari batuan tufa masam, kuarsa dan opak mendominasi
susunan mineral pasir, sedangkan pada Ultisol dari bahan volkan intermedier, opak
merupakan mineral yang dominan pada fraksi pasir. Ultisol dari batuan liat dan pasir
didominasi oleh mineral kuarsa (Prasetyo, B.H., dan D.A. suriandikarta. 2006).
 Oxisol

Oxisol adalah tanah mineral yang kaya akan oksidasi besi dan aluminium, telah mengalami
pelapukan lanjutan terdapat di daerah sekitar khatulistiwa (intertropical region). Tanah ini
meliputi sebagian besar dari tanah-tanah yang dulu disebut laterit, groundwater laterite dan
latasol. Tanah ini mempunyai sifat-sifat khusus yaitu cadangan unsur hara sangat rendah,
kesuburan alami sangat rendah (Yulipriyanto, 2010).

Tanah Oxisol adalah tanah dengan pelapukan lanjut dan mempunyai batas-batas horizon
oksik, fraksi liat yang sangat tinggi, kapasitas tukar kation rendah, dan mempunyai batasan-
batasan horizon yang tidak jelas. Pada Horizon permukaan bawah sangat banyak
mengandung oksida besi dan aluminium. Sebagian besar di daerah tropis mengandung oksida
besi dan aluminium sehingga tanah kurang subur tetapi dengan pemupukan dan pengolahan
tanah yang tepat dapat menjadi tanah yang produktif (Haryanto, 2013).

Oxisol banyak digunakan untuk perladangan (shifting cultivation), pertanian subsisten,


penggembalaan dengan intensitas rendah, dan perkebunan yang intensif seperti perkebunan
tebu, nanas, pisang dan kopi. Tanah ini mempunyai sifat-sifat khusus, sebagai berikut:
cadangan unsur hara sangat rendah, kesuburan alami sangat rendah, kandungan Al dapat
dipertukarkan tinggi, tahan terhadap erosi walaupun demikian beberapa jenis oxisol misalnya
great group Eutrotrorrox, atau Eutrustorrox mempunyai kejenuhan basa tinggi di seluruh
profil (Prasetyo, B.H. 2009).

Tanah oxisol ialah tanah yang mempunyai karakteristik hirison oksik yang tebal. Proses
pelapukan yang terjalin dalam waktu kurun waktu yang panjang menyebabkan pelindian basa
serta silika, pelonggokan nisbi sesquioksida( oksida besi serta Alumunium) serta pembuatan
lempung kaolinit. Proses pembuatan pada oxisol yang utama merupakan proses desilikasi
serta konsentrasi besi leluasa serta kadang- kadang gibsit. Perihal ini setelah itu pengaruhi
tipe mineral gampang lapuk yang didalamnya tercantum mineral liat (Winarna, E. S. Sutarta,
dan S. Rahutomo. 2002).

Oksisol terjadi pada material terangkut yang sangat lapuk, teras fluvial tua, atau pada
permukaan erosi tua yang tinggi. Daerah yang paling luas dari Oxisols berada di sedimen
yang telah dikerjakan ulang selama beberapa siklus erosi dan pengendapan, beberapa meluas
ke era geologi paling awal, meskipun mereka juga dapat terbentuk dalam bahan yang
cuacanya cepat. Diduga bahwa hasil Oxisols karena sejarah geologi bahan induk sebelum
kondisi pedogenik di lokasi ini. Dapat beralasan bahwa jika bahan induk hanya terdiri dari
kuarsa, lempung tipe 1:1, dan besi dan aluminium oksida dan hidroksida, beberapa proses
pedogenik mungkin terjadi, dan tanah yang terbentuk dari bahan tersebut akan memiliki sifat
Oksisol terlepas dari sekarang atau masa lalu iklim di lokasi (Zahraeni, Nurul Azizah., 2018).

Oxisols dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori: (i) berkembang di situ pada batuan atau
sedimen, dan (ii) berkembang pada bahan hasil lapukan sebelumnya atau sedimen terangkut.
Pelapukan sangat intens di Oxisols menunjukkan kedalaman pelapukan jauh lebih besar
daripada sebagian besar ordo tanah lainnya - 16 m atau lebih yang telah diamati. Karena
pelapukan sebagian besar mineral primer dan mineral lempung tipe 2:1 diubah menjadi
mineral tipe 1:1 seperti kaolinit dan gibbsit serta besi sekunder dan aluminium oksida dan
hidroksida. Pembentukan alumina non-silika bebas (mis. gibbsite) mensyaratkan pengusiran
hasil pelapukan yang soluble (kation basa) secara cepat atau sesegera mungkin, terutama
silika (desilikasi).Proses-proses genesis didukung oleh kondisi drainage yang bagus, curah
hujan tinggi, dan posisinya jauh di atas muka-air (water table), dimana ion-ion fero (Fe2+)
hasil hidrolisis dnegan cepat mengalami oksidasi dan mengendap sebagai senyawa-senyawa
feri (Fe3+) (Halena, 2013).

DAFTAR PUSTAKA

Halena, Rini Yuniar, Heri Fitriyaningsih, Adhani Ika Utami, dan Yoga Aditya. 2013. Tugas
Terstruktur Morfologi dan Klasifikasi Tanah : Deskirpsi Tanah Oxsisol. Fakultas
Pertanian. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.

Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Ed. Revisi. Akademika.


Presindo, Jakarta.

Haryanto, Y., 2013. Kamus Pertanian Umum. Swadaya, Jakarta.

Nursyamsi, Dedi dan Suprihati. 2005. Sifat-sifat Kimia Tanah serta Kitannya dengan
Kebutuhan Pupuk untuK Padi (Oryza sativa), Jagung (Zea mays), dan Kedelai (Glycine
max). Bul. Agron, 33(3): 40-47.

Prasetyo, B.H. 2009. Tanah Merah Dari Berbagai Bahan Induk Di Indonesia: Prospek Dan
Strategi Pengelolaannya. Jurnal Sumberdaya Lahan, 3(1): 47-60.

Prasetyo, B.H., dan D.A. suriandikarta. 2006. Karakteristik, Potensi, Dan Teknologi
Pengelolaan Tanah Ultisol Untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering Di Indonesia.
Jurnal Litbang Pertanian, 25(2): 39-47.

Syahputra, Erwin., Fauzi, dan Razali. 2015. Karakteristik Sifat Kimia Sub Grup Tanah
Ultisol di Beberapa Wilayah Sumatera Utara. Jurnal Agroteknologi, 4(1): 1796-1803.

Winarna, E. S. Sutarta, dan S. Rahutomo. 2002. Karakteristik Tanah Oxisol Dan


Kesesuaiannya Untuk Tanama Kelapa Sawit: Studi Kasus Di Perkebunan Pelaihari
Kalimantan Selatan.

Yulipriyanto, H., 2010. Biologi Tanah dan Strategi Pengolahannya. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Zahraeni, Nurul Azizah., 2018. Peningkatan Ketersediaan Fosfor Tanah Oxisols Dengan
Pemberian Senyawa Humat. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanudin. Makasar.

Anda mungkin juga menyukai