Anda di halaman 1dari 12

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM


DASAR – DASAR ILMU TANAH

Disusun Oleh :

IDZUL KURNIAWAN (19986)


ANDI KISMAWANTO (20009)
SARDO NATANAEL .S. (20017)
BAGAS FEBRIYANTO (20033)
BASAR M.LBN TOBING (20052)

Telah disusun dan disetujui oleh Co. Ass Pembimbing


Pada tanggal 18 April 2019

Yogyakarta, 18 April 2018


Mengetahui,
Co. Ass Pembimbing Praktikan,

(Dwi Yulia Nur) (Andi Kismawanto)

Mengetahui,
Penanggung Jawab Praktikum
Dasar – Dasar Ilmu Tanah

(Ir. Sri Manu Rohmiyati, M. Sc)


LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH

PREPARAT : LATOSOL

Disusun Oleh :
Nama : Idzul Kurniawan (19986)
Andi Kismawanto (20009)
Sardo Natanael Simanungkalit (20017)
Bagas Febriyanto (20033)
Basar M.Lbn Tobing (20052)
Kelas : SPKS C
Fakultas : Pertanian
Kelompok : 3 (Tiga)
Jurusan : Budidaya Pertanian
Co. Ass : Dwi Yulia Nur

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN STIPER

YOGYAKARTA

2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. DEFINISI TANAH
Tanah latosol adalah tanah yang terbentuk pada zona tropis maupun
ekuatorial lembab. Jenis tanah latosol sering juga disebut dengan tanah laterit.
Ciri-ciri tanah latosol antara lain sebagai berikut yaitu tidak berlangsungnya
dekomposisi kimia maupun mekanis batuan induk, karena kondisi
kelembaban serta panas. Silika hampir seluruhnya tercuci (terlepas) dari
tanah. Sesquioxides dari besi dan aluminium terakumulasi di tanah sebagai
bahan residu melimpah dengan sifat permanen. Sedikitnya kandungan humus
karena kurangnya aktivitas bakteri pada suhu hangat. Tanah berwarna
kemerahan karena adanya sesquioxides dari besi.
Kandungan mineral tanah liat silikat (clay) membuat latosol relatif
rendah plastisitas (lengket) serta sangat rapuh, akibatnya air akan masuk
dengan mudah ke dalam tanah ini. Latosol sebenarnya hanya bisa ditemukan
di daerah hangat serta lembab, ini sangat sesuai dengan jenis iklim di daerah
khatulistiwa. Jenis tanah latosol sangat cepat kehilangan sifat kesuburannya
karena pelindian yang berlebihan telah menghilangkan nutrisi tanaman di
semua lapisan tanah ini. Namun, tanah latosol menguntungkan bagi
pertumbuhan hutan hujan tropis yang luas. Kawasan hutan lebat yang luas
sangat berhubungan dengan rezim iklim basah-kering. Fitur menarik dari
jenis tanah latosol adalah perkembangan lokal dari akumulasi sesquioxides
besi maupun aluminium menjadi lapisan yang banyak dimanfaatkan dalam
pembuatan batu bata. Bahan tanah ini biasa disebut dengan laterit, dimana
pada kondisi udara sangat kering, jenis tanah ini akan menjadi sangat keras.
Tanah sebagai elemen dari Bumi yang keberadaannya sangat penting
dan sangat dibutuhkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itulah tanah
merupakan elemen yang sangat pokok. Adapun fungsi tanah tidak hanya
sebagai pijakan dalam menjalani aktivitas kehidupan sehari- hari saja, namun
masih banyak lagi fungsi atau manfaat dari tanah. Salah satu manfaat dari
tanah adalah untuk bercocok tanam. Agar tumbuh- tumbuhan hidup subur
dengan menancapkan akar mereka di dalam tanah, maka tanah harus
mempunyai kandungan- kandungan yang dapat menyuburkan tanaman.
Semua jenis tanah di dunia ini mempunyai kandungan yang berbeda- beda
antara satu dengan yang lainnya. Hal ini juga berlaku untuk tanah latosol.
Tanah latosol atau inceptisol mempunyai kandungan yang berbeda dengan
tanah- tanah yang lainnya. Adapun kandungan yang dimiliki oleh tanah
latosol antara lain adalah sebagai berikut yaitu memiliki solum tanah yang
tebal, bahan organik rata- rata sebesar 5%, dan unsur hara sedang hingga
tinggi.
Sebagai salah satu jenis tanah yang ada di permukaan Bumi, tanah
latosol berbeda dengan jenis tanah yang lainnya. Setiap jenis tanah
mempunyai ciri- cirinya masing- masing. Begitu pula dengan tanah latosol
ini. Tanah latosol atau tanah inceptisol merupakan tanah yang mempunyai
beberapa ciri atau karakteristik tertentu. Adapun ciri- ciri dari tanah latosol
atau inceptisol antara lain sebagai berikut yaitu memiliki solum tanah yang
agak tebal hingga tebal, yakni mulai sekitar 130 cm hingga lebih dari 5 meter,
tanahnya berwarna merah, coklat, hingga kekuning- kuningan, tekstur tanah
pada umumnya adalah liat, struktur tanah pada umumnya adalah remah
dengan konsistensi gembur, memiliki pH 4,5 hingga 6,5, yakni dari asam
hingga agak asam, memiliki bahan organik sekitar 3% hingga 9%, namun
pada umumnya hanya 5% saja.
Mengandung unsur hara yang sedang hingga tinggi. unsur hara yang
terkandung di dalam tanah bisa dilihat dari warnanya. Semakin merah warna
tanah maka unsur hara yang terkandung adalah semakin sedikit. Mempunyai
infiltrasi agak cepat hingga agak lambat, daya tanah air cukup baik, lumayan
tahan terhadap erosi tanah. Itulah beberapa karakteristik atau ciri- ciri yang
dimiliki oleh tanah latosol atau tanah inceptisol. Ciri- ciri tersebut merupakan
ciri khas dari tanah latosol yang kemungkinan besar tidak akan dimiliki oleh
jenis tanah yang lainnya. Dari ciri- ciri tersebut maka kita sudah bisa
membedakan bagaimana rupa tanah latosol jika kita menemui di sekitar
lingkungan kita.
B. FISIK TANAH
Tanah merupakan kombinasi mineral, bahan bahan organic, gas,
berbagai jenis cairan, dan organisme yang tidak dapat dihitung yang bersama
sama mendukung kehidupan di atas bumi. Tanah merupakan materi alami
yang dikenal sebagai pedosfer yang memiliki 4 peran penting yaitu: media
tumbuh tanaman, tempat penyimpanan air, media penyedia dan purifikasi air,
dan merupakan habitat bagi banyak organisme. Tanah dianggap sebagai “kulit
dari bumi” dan berkaitan erat dengan litosfer, hidrosfer, dan biosfer. Sebutan
pedolit, seringkali diartikan sebagai tanah. Tanah terdiri dari bagian yang
solid (mineral dan organic) dan bagian yang berporos karena mengandung
gas dan air.
Tanah merupakan produk akhir dari interaksi iklim, relief, organisme
dan material induk dalam waktu tertentu. Tanah secara kontinyu berkembang
melalui banyak proses fisika, kimiawi, dan biologis. Kebanyakan tanah
memiliki kepadatan antara 1 hingga 2 g/cm3. Hanya sedikit tanah di bumi
yang lebih tua dari zaman pleistosen, dan tidak ada yang lebih tua dari zaman
cenozoic meskipun tanah dari fosil dianggap berasal dari zaman arkean. Studi
mengenai tanah dibagi menjadi 2 cabang yaitu: edaphology dan pedologhy.
Edaphologhy mengonsentrasikan efek tanah bagi kehidupan organisme.
Pedologhy fokus pada formasi, deskripsi dan klasifikasi tanah dalam
lingkungan.Formasi tanah, atau pedogenesis merupakan efek kombinasi
antara proses biologis, kimiawi dan fisika yang bekerja pada material induk
tanah. Tanah dikatakan akan terbentuk ketika bahan organic diperoleh
meninggalkan humus, karbon, dan gypsum yang menciptakan lapisan
dinamakan horizon B. Lapisan ini berpindah dari satu level ke level lain oleh
air dan aktivitas makhluk hidup. Hasilnya, horizon B akan membentuk
lapisan tanah. Proses pembentukan tanah dipengaruhi oleh 5 faktor klasik
seperti iklim, topografi (relief), organisme, dan waktu.

C. KIMIA TANAH
Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :Derajat Kemasaman Tanah
(pH). Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang
dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi
ion hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah,
semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain
ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan
banyaknya H+. pada tanah-tanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada
OH-, sedang pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+.
Bila kandungan H+ sama dengan OH- , maka tanah bereaksi netral yaitu
mempunyai pH = 7. Nilai pH berkisar dari 0-14 dengan pH 7 disebut netral
sedangkan pH kurang dari 7 disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut
alkalis. Walaupun dcmikian pH tanah umumnya berkisar dari 3,0-9,0. Di
Indonesia unumnya tanahnya bereaksi masam dengan 4,0 – 5,5 sehingga
tanah dengan pH 6,0 – 6,5 sering telah dikatakan cukup netral meskipun
sebenarnya masih agak masam. Di daerah rawa-rawa sering ditemukan tanah-
tanah sangat masam dengan pH kurang dari 3,0 yang disebut tanah sangat
masam karena banyak mengandung asam sulfat. Di daerah yang sangat kering
kadang-kadang pH tanah sangat tinggi (pH lebih dari 9,0) karena banyak
mengandung garam Na.
Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor
yang berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal
ini dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika
maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan
berdasarkan jumlah C-Organik. Bahan organik tanah sangat menentukan
interaksi antara komponen abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah.
Musthofa (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan bahan
organik dalam bentuk C-organik di tanah harus dipertahankan tidak kurang
dari 2 persen, Agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun
dengan waktu akibat proses dekomposisi mineralisasi maka sewaktu
pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak.
KATA PENGANTAR
Puji syukur, penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena
berkat rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan
sebaik-baiknya. Ada pun dasar dari penyusunan laporan ini, untuk salah satu
syarat dalam mengikuti ujian akhir mata praktikum Dasar – Dasar Ilmu Tanah.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu sejak masa pelaksanaan praktikum hingga
penyusunan laporan ini. Dengan segala rendah hati dan ketulusan, ucapan terima
kasih ini penulis sampaikan kepada:
1. Kedua orang tua yang senantiasa mendo’akan kesuksesan penulis.
2. Ir.Sri Manu Rohmiyati,M.Sc. selaku penangung jawab Praktikum Dasar-
Dasar Ilmu Tanah.
3. Saudari Dwi Yulia Nur selaku Co.Ass pembimbing pada praktikum Dasar -
Dasar Ilmu Tanah serta rekan-rekan Co.Ass yang telah membantu.
4. Semua rekan praktikum yang telah banyak membantu dari masa pelaksanaan
praktikum hingga penyusunan laporan.
Akhirnya penulis telah berusaha mencurahkan segala kemampuan secara
optimal dalam penyusunan laporan ini, namun tentunya tak ada gading yang retak.
Dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan baik dalam penyajian
data maupun tata bahasa yang digunakan, penulis sangat berharap segala masukan
baik kritik dan saran yang bersifat membangun, untuk mendapat hasil yang
maksimal dalam penulisan laporan. Penulis berharap semoga laporan ini dapat
berguna menambah ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 18 April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN :.......................................................................................
BAB II. PELAKSANAAN PRAKTIKUM DI LABORATORIUM.........................
A. ACARA IA.KADAR LENGAS TANAH...............................................
B. ACARA IB. KADAR LENGAS MAKSIMUM...................................
C. ACARA II. TEKSTUR TANAH.........................................................
D. ACARAIIIA.KERAPATAN MASSA TANAH (BV)............................
E. ACARA IIIB.KERAPATAN MASSA TANAH (BJ)............................
F. ACARA IV. KEMANTAPAN AGREGAT TANAH............................
G. ACARA V. PH TANAH COLORIMETRIS.......................................
H. ACARA VI. KADAR BAHAN ORGANIK TANAH...........................
I. ACARA VII.KADAR KAPUR SETARA TANAH...............................
J. ACARAVIII.KPK TANAH KUALITATIF...........................................
K. ACARA IX. MENENTUKAN KEMATANGAN TANAH GAMBUT
SECARA CEPAT..............................................................
L. ACARA X. KANDUNGAN PIRIT......................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
PENUTUP..................................................................................................................
LAMPIRAN...............................................................................................................

KRITIK DAN SARAN


A. Kritik
Dalam pelaksanaan praktikum dasar-dasar ilmu tanah ini sudah baik, di
antaranya menejemen waktu yang baik dan menerangkan materi-materi yang
jelas. Namun masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam praktikum dasar-
dasar ilmu tanah ini, pada saat pelaksanaan praktikum hanya diberi waktu 3
hari berturut-turut yang membuat praktikan menjadi bosan dan kurang
berpartisipasi saat praktikum.
B. Saran
Menurut kami, pelaksanaan praktikum yang akan datang tetap di
laksanakan tetapi waktu pelaksanaannya diperpanjang agar praktikan dapat
memahami setiap acara yang di laksanakan saat praktikum.

LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Sifat Fisika Tanah. http://agro-sosial.blogspot.com. Diakses Sabtu


tanggal 13 April 2019 pukul 13.45 WIB.
Anonim. 2019. Petunjuk Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Institut Pertanian
Stiper : Yogyakarta.
Anonim. 2016. Kimia Tanah. http://handiri.wordpress.com. Diakses sabtu tanggal
13 April 2019 pukul 14.30 WIB.
Anjayani, Eni. 2009. Geografi: Untuk kelas X SMA/MA. PT. Cempaka Putih :
Jakarta.
Buckman, H.O dan N.C. Brady.1969. The Nature and Properties of Soil. The
Macmilan Company : New York.
Darmawijaya, M. Isa, 1980. Klasifikasi dan Survey Tanah. Balai Penelitian Teh
dan Kina : Bandung.
Darmawijaya, M. Isa, 1990. Klasifikasi Tanah Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah
dan Pelaksana Pertanian di Indonesia. Gadjah Mada University Press :
Yogyakarta.
Foth, Henry D, 1998. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press :
Yogyakarta.
Hakim. 2016. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung : Lampung.
Hardjowigeno. S.2007. Ilmu Tanah. PT. Medyatama Sarana Perkasa : Jakarta.
Helmy. Ilmu Tanah. 2016. http://helmysuhendar.blogspot.com. Diakses Sabtu
tanggal 13 April 2019 pukul 13.45 WIB.
Notohadi Perwira, I & Sri Hastuti, 1987. Dasar-dasar Fedologi. Departemen Ilmu
Tanah. Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.
Notohadi Perwira, I & Sri Hastuti, 1987. Dasar-dasar Pedologi. Departemen Ilmu
Tanah. Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.
Sastro Atmojo, P. Ir., 1980. Pembukaan dan Pengolahan Tanah. Lapemas :
Bandung.
Siradz. 2006. Kandungan tanah dan air di daerah aliran sungai code. Jurnal Ilmu
Tanah. 6:110-111.
Soegiman, 1982. Ilmu Tanah. Bharatama Karya Angkasa : Jakarta.
Subagio, 1977. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Angkasa : Bandung.
Suryatna, R., 1988. Ilmu Tanah dan Penerapannya. Ganesa : Bandung.
Wirjodiharjo, M. W., 1964. Ilmu Tanah. Noerdheff Kolff : Jakarta.
Yuswar, Yunus, 1989. Tanah dan Pengolahan. Alfabeta CV : Bandung.

Anda mungkin juga menyukai