Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PRAKTIKUM BIOSISTEMATIKA HEWAN

MOLLUSCA
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biosistematika Hewan
Dosen pengampu:
Prof. Yayan Sanjaya, M.Si., Ph.D.

Dr. Any Aryani, M.Si.

Dr. Hernawati, M.Si.

Oleh :
Kelompok 7
Biologi C 2020

Fiqha Azkiya (2002924)


Razib Ikbal Alfaris (2008431)
Zaki Fahreza Sururi (2005024)
Zeranita Ageng Nur Anisa (2007705)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2021
A. JUDUL PRAKTIKUM

Laporan Praktikum Phylum Mollusca

B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengenal keanekaragaman hewan Mollusca;
2. Observasi morfologi dan struktur tubuh Mollusca;
3. Mengelompokkan hewan-hewan ke dalam classis yang berbeda berdasarkan
persamaan dan perbedaan ciri;
4. Observasi dan identifikasi ciri-ciri khas setiap classis.
C. LANDASAN TEORI
Mollusca berasal dari bahasa latin yaitu mollis yang berarti lunak. Oleh karena
itu ciri utama hewan yang tergolong phylum ini tubuhnya lunak, pada bagian anterior
terdapat kepala, kaki terletak di bagian ventral, dan bagian dorsal berisi organ-organ
visceral. Berdasarkan habitatnya Mollusca memiliki rentang habitat yang cukup lebar
mulai dari dasar laut sampai garis pasang surut tertinggi. Selain itu ada juga yang hidup
di air tawar.
1. Ciri-ciri umum yang dimiliki anggota Mollusca adalah:
a. Tubuh bersimetri bilateral, tidak bersegmen, kecuali pada Monoplacophora;
b. Memiliki kepala yang jelas dengan organ reseptor kepala yang bersifat
khusus;
c. Coelom mereduksi, dinding tubuh tebal dan berotot;
d. Pada permukaan ventral tubuh terdapat kaki berotot yang secara umum
digunakan untuk bergerak;
e. Dinding tubuh sebelah dorsal meluas menjadi satu atau sepasang lipatan
yaitu mantel atau pallium. Fungsi mantel adalah mensekresi cangkang dan
melingkupi rongga mantel yang di dalamnya berisi insang;
f. Lubang anus dan ekskretori umumnya membuka ke dalam rongga mantel;
g. Saluran pencernaan berkembang dengan baik. Sebuah rongga bukal
umumnya mengandung radula berbentuk seperti proboscis. Esofagus
merupakan perkembangan dari stomodeum yang umumnya merupakan
daerah khusus untuk menyimpan makanan dan fragmentasi. Pada darah
pertengahan saluran pencernaan terdapat lambung dan sepasang kelenjar
pencernaan yaitu hati, sedangkan daerah posterior saluran pencernaan
terdiri atas usus panjang yang berakhir dengan anus;
h. Memiliki sistem peredaran darah dan jantung. Jantung dibedakan atas
aurikel dan ventrikel. Meskipun memiliki pembuluh darah namun darah
biasanya mengalami sirkulasi melalui ruangan terbuka dan mengandung
hemosianin, merupakan pigmen respirasi;
i. Organ ekskresi berupa ginjal yang berjumlah sepasang atau terkandung
hanya berjumlah satu buah. Ginjal berhubungan dengan rongga
perikardium, tempat jantung berada;
j. Memiliki sebuah cincin saraf yang berhubungan dengan dua pasang tali
saraf. Satu pasang tali saraf menuju ke kaki dan sepasang lainnya menuju
ke organ viseral dan mantel. Memiliki ganglion saraf yang biasanya
berhubungan dengan cincin saraf dan tali saraf;
k. Ovum berukuran kecil dan mengandung sedikit kuning telur (Kastawi dkk,
2003).
l. Memiliki radula yang terbuat dari zat kitin, kecuali pada kelompok
Aplacophora dan Bivalvia (Ruppert et al., 2004).
m. Memiliki caecum yang besar pada saluran pencernaannya, kecuali pada
kelompok Aplacophora dan Scaphopoda (Ruppert et al., 2004).
n. Memiliki kaki yang berotot, pada Cephalopoda termodifikasi menjadi
lengan (Ruppert et al., 2004).
2. Klasifikasi Mollusca
a. Polyplacophora
Hewan ini memiliki keping atau lempeng kapur yang terdapat pada
bagian dorsal tubuh. Memiliki girdle yang merupakan bagian dari mantel
terletak di bagian sisi tubuh. Kakinya menempati daerah sepanjang bagian
ventral tubuh. Hewan dari kelas ini memiliki radula, pergerakannya
menggunakan kaki yang lebih berfungsi untuk menghisap, dan tidak memiliki
kepala (Campbell et al., 2008).
Hewan dari kelas ini biasa hidup di laut. Polyplacophora merupakan
kelas paling primitif dari Phylum Mollusca. Anggota dari kelas Polyplacophora
yang paling terkenal adalah Kiton yang biasa ada di pesisir pantai menempel
pada bebatuan pesisir. Hewan-hewan Polyplacophora tidak memiliki mata,
tetapi terdapat organ sensitif cahaya bernama aesthete yang berada di bawah
permukaan cangkang. Organ ini mirip seperti ocelli dan tersusun atas
lensa-lensa yang terbuat dari kristal aragonit (Speiser et al., 2011).
b. Gastropoda

Gastropoda adalah classis terbesar dari Phylum Mollusca, dengan


perkiraan bahwa 80% anggota Mollusca adalah Gastropoda (Ponder &
Lindberg, 2008, hal. 481). Hewan-hewan ini memiliki cangkok, besarnya
beraneka ragam, memiliki warna cangkok yang bermacam-macam, tubuhnya
terlindung di dalam cangkok. Ada di antara hewan ini yang tidak memiliki
cangkok yaitu Limax maximus. Dalam mengklasifikasikan hewan-hewan ini
banyak yang berdasarkan ragam cangkok. Untuk contoh pengamatan dipilih
hewan yang masih hidup yaitu bekicot. Bekicot memiliki cangkok dengan
bagian-bagian berikut seperti karangan, apeks, suture, umbilicus, bibir dalam,
bibir luar, aperture.

Putaran cangkok pada Gastropoda dapat ke arah kanan atau kiri, sifat ini
secara genetis dapat diwariskan kepada keturunannya. Tubuh bekicot yang
terlindung di dalam cangkok terdiri dari bagian-bagian: dua pasang tentakel
terdiri dari sepasang tentakel panjang yang mengandung mata, dan sepasang
tentakel pendek yang berfungsi sebagai alat penciuman dan terdapat juga
mulut dengan radula. Bagian yang dianggap sebagai kaki merupakan bagian
yang paling menonjol pada hewan ini. Bagian tubuh lainnya seperti anus, alat
kelamin tidak nampak dari luar tubuh untuk mengamatinya perlu dikeluarkan
dari cangkoknya. Bagian internal tubuh ini dikenal sebagai visceral mass yang
berada di dalam cangkang, mengalami rotasi 180 derajat pada sisi tertentu
selama perkembangannya, sehingga dapat menyebabkan posisi anus yang lebih
atas daripada kepala pada Gastropoda bercangkang (Brusca, 2003, hal. 711).
c. Bivalvia (Lamellibranchiata/Pelecypoda)

Kelompok hewan ini memiliki sepasang cangkok dimana tempat tonjolan


yang disebut umbo, letaknya lebih dekat ke arah anterior tubuh. Hewan yang
habitatnya di perairan ini memiliki insang berupa lembaran (lamella), kaki
yang bentuknya pipih dan mantel dengan rongga mantelnya. Hewan-hewan
dari kelas ini bernapas dengan sepasang insang yang berada di rongga
mantelnya dan berfungsi juga untuk menangkap makanan pada kebanyakan
spesies dari kelas Bivalvia (Campbell et al., 2008). Makanan tersebut
diperangkap di dalam mukus yang menyelubungi insangnya kemudian silianya
mengantarkan partikel makanan ke dalam mulut. Pada Bivalvia, air
keluar-masuk mantel melalui sifon, sehingga terkadang dikelompokkan
sebagai filter feeders. Karena hal tersebut, pada organ pencernaan Bivalvia
tidak ditemukan radula dan odontofor, serta saluran pencernaannya relatif lebih
sederhana (Ruppert et al., 2004).

Pada Bivalvia, cangkok terbuat dari kalsium karbonat dan berjumlah dua,
disebut sebagai valve. Valve atau cangkok ini tidak dibedakan berdasarkan atas
dan bawah, melainkan kanan dan kiri. Kedua cangkok ini disatukan oleh
jaringan ligamen fleksibel yang membentuk engsel pada salah satu sisi tubuh,
biasanya pada bagian dorsal. Dekat dengan engsel ini biasanya ditemukan
umbo yang menunjukkan titik awal pertumbuhan Bivalvia (Barrett & Yonge,
1958).
d. Cephalopoda
Pada classis ini umumnya tidak bercangkok kecuali Nautilus sp. Anggota
geraknya terdapat di daerah kepala. Sebagai contoh adalah cumi cumi (Loligo
pealli). Pada cumi-cumi yang segar dapat diamati organ organ berikut: tentakel
dengan suckernya sejumlah lengan, sifon yang terletak di daerah ventral, mulut
dengan rahang yang kuat, mata, sirip, dan bagian-bagian lainnya. Organ-organ
dalam tubuh jika dibedah adalah sebagai berikut: sepasang insang, jantung
branchial, hati, esophagus, lambung, caecum, anus, ovarium dan kelenjar
nidamental pada hewan betina, serta tenis pada hewan jantan (Syulasmi dkk,
2016).

Cephalopoda memiliki organ mata yang lebih berkembang dari anggota


Phylum Mollusca lain. Beberapa Mollusca bahkan dapat mengidentifikasi
bentuk, tingkat kecerahan, ukuran, dan orientasi benda menggunakan
penglihatan. Hal ini disebabkan adanya lensa dan retina mata, namun belum
terdapat kornea seperti pada Vertebrata (Serb & Eernisse, 2008). Sebagian
Mollusca juga memiliki kemampuan mengubah warna tubuh dengan
chromatophore. Tetapi, meskipun dapat berubah warna, mata Mollusca tidak
dapat membedakan warna, sehingga terdapat iridophore dan leucophore pada
permukaan tubuh yang dapat mengenal warna-warna tertentu (Mathger et al.,
2010).

D. METODE
1. Alat dan Bahan

Tabel D.1. Alat yang Digunakan

No. Nama Alat Jumlah

1. Ponsel 4 buah

2. Laptop 4 buah

Tabel D.2. Alat yang Dibutuhkan dalam Praktikum Pengamatan Octopus sp.

No Nama Alat Jumlah

1. Pinset 1 buah

2. Gunting bedah 1 set

3. Bak bedah 1 buah


Tabel D.3. Bahan yang Digunakan

No. Nama Bahan Jumlah

1. Gambar spesimen awetan 29 buah


basah Mollusca

2. Gambar referensi Mollusca 29 buah

3. Cumi-cumi jantan dan 2 buah


betina

2. Langkah Kerja

Diagram D.1. Langkah Pengamatan Cumi-cumi Jantan dan Betina

Diagram D.2. Langkah Pengamatan Awetan Basah


Diagram D.3. Langkah Pengamatan Awetan Kering
E. HASIL PENGAMATAN
1. Karakteristik Hewan Phylum Mollusca

Tabel E.1. Karakteristik Hewan Phylum Mollusca

No. Nama Spesies Simetri Classis Mantel Tipe/Letak Alat Karakteristik Cangkok
Tubuh Kaki Respirasi
Warna Arah Jumlah
Cangkok Putaran Cangkok

1 Limax maximus Bilateral Gastropoda ✓ Perut Paru-paru - - -

2 Doris sp. Bilateral Gastropoda ✓ Perut Insang - - -

3 Octopus sp. Bilateral Cephalopoda ✓ Kepala Insang - - -

4 Vaginulus sp. Bilateral Gastropoda ✓ Perut Permukaan - - -


tubuh

5 Barbatia Bilateral Bivalvia ✓ Mantel Insang Putih - 2


decussata lembaran

6 Polinices sp. Bilateral Gastropoda ✓ Perut Insang Putih Kiri 1

7 Murex trapa Bilateral Gastropoda ✓ Perut Insang Putih coklat Kiri 1

8 Loligo sp. Bilateral Chepalopoda ✓ Kepala Insang - - -

9 Nautilus sp. Bilateral Chepalopoda ✓ Kepala Insang Merah - 1


kuning

10 Achatina fulica Bilateral Gastropoda ✓ Perut Paru-paru Coklat Kiri 1


11 Sepia sp. Bilateral Chepalopoda ✓ Kepala Insang - - -

12 Chaetopleura Bilateral Polyplaco- ✓ Perut Insang Putih - 8


sp. phora kuning

13 Pinna muricata Bilateral Bivalvia ✓ Mantel Insang Putih - 2


lembaran

14 Turbo sp. Bilateral Gastropoda ✓ Mantel Insang Putih coklat Kanan 1

15 Anadara sp. Bilateral Bivalvia ✓ Mantel Insang Putih - 2


lembaran

16 Dentalium sp. Bilateral Scaphopoda ✓ Mantel Permukaan Putih - 1


mantel

17 Babylonia Bilateral Gastropoda ✓ Perut Insang Putih coklat Kiri 1


spirata

18 Bursa rubeta Bilateral Gastropoda ✓ Perut Insang Putih coklat Kiri 1

19 Trochus Bilateral Gastropoda ✓ Mantel Insang Putih coklat Kanan 1


niloticus

20 Tridacna sp. Bilateral Bivalvia ✓ Mantel Insang Putih - 2


lembaran

21 Oliva carneola Bilateral Gastropoda ✓ Perut Insang Putik coklat Kiri 1

22 Conus sp. Bilateral Gastropoda ✓ Perut Insang Putih coklat Kiri 1


23 Cypraea sp. Bilateral Gastropoda ✓ Perut Insang Putih coklat - 1

24 Semele Bilateral Bivalvia ✓ Mantel Insang Putih - 2


crenulata lembaran

25 Pleuroploca sp. Bilateral Gastropoda ✓ Perut Insang Putih coklat Kiri 1

26 Busycon sp. Bilateral Gastropoda ✓ Perut Insang putih Kiri 1

27 Tonna sp. Bilateral Gastropoda ✓ Perut Insang Putih coklat Kiri 1

28 Lambis lambis Bilateral Gastropoda ✓ Perut Insang Putih coklat Kiri 1

29 Oliva tessellata Bilateral Gastropoda ✓ Perut Insang Putih coklat Kiri 1


2. Klasifikasi Hewan Phylum Mollusca

Tabel E.2. Klasifikasi Spesimen Awetan Basah Phylum Mollusca

No. Taksonomi Gambar Observasi Gambar Referensi

1 Regnum : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Gastropoda
Ordo : Stylommatophora
Familia : Limacidae
Genus : Limax
Species : Limax maximus
(Linnaeus, 1758) Gambar 1. Limax
Gambar 2. Limax maximus
itis.gov maximus
(Tomasi, 2021; gbif.org)
(Dok. Kelompok 6, 2018)

2 Regnum : Animalia
Phylum : Mollusca
Classis : Gastropoda
Ordo : Nudibranchia
Familia : Dorididae
Genus : Doris
Species : Doris sp.
(Linnaeus, 1758) Gambar 3. Doris sp.
itis.gov (Dok. Kelompok 6, 2018) Gambar 4. Doris sp.
(Baker, 2016; gbif.org)

3 Regnum : Animalia
Phylum : Mollusca
Classis : Cephalopoda
Ordo : Octopoda
Familia : Octopodidae
Genus : Octopus
Species : Octopus sp.
(Cuvier, 1797)
itis.gov
Gambar 5. Octopus sp. Gambar 6. Octopus rubescens
(Dok. Kelompok 6, 2018) (Thiebaud, 2021; gbif.org)
4 Regnum : Animalia
Phylum : Mollusca
Classis : Gastropoda
Ordo: Systellommatophora
Familia : Veronicellidae
Genus : Vaginula (acc.
Vaginulus) Gambar 8. Vaginulus taunaisii
Species : Vaginula sp. (Dias, 2021; gbif.org)
(acc. Vaginulus sp.)
(Férussac, 1821) Gambar 7. Vaginula sp.
itis.gov (Dok. Kelompok 6, 2018)

5 Regnum : Animalia
Phylum : Mollusca
Classis : Bivalvia
Ordo : Arcida
Familia : Arcidae
Genus : Barbatia
Species : Barbatia
decussata Gambar 10. Barbatia decussata
(Sowerby, 1833) Gambar 9. Barbatia (Massicard, 2016; gbif.org)
marinespecies.org decussata
(Dok. Kelompok 6, 2018)

6 Regnum : Animalia
Phylum : Mollusca
Classis : Gastropoda
Ordo : Littorinimorpha
Familia : Naticidae
Genus : Polinices
Species : Polinices sp.
(Montfort, 1810) Gambar 12. Polinices
marinespecies.org Gambar 11. Polinices sp. mammilla
(Dok. Kelompok 6, 2018) (Budak, 2019; gbif.org)

7. Regnum : Animalia
Phylum : Mollusca
Classis : Gastropoda
Ordo : Neogastropoda
Familia : Muricidae
Genus : Murex
Species : Murex trapa
(Röding, 1798)
Gambar 14. Murex trapa
marinespecies.org Gambar 13. Murex trapa (Ria, 2020; wildsingapore.com)
(Dok. Kelompok 6, 2018)
8. Regnum : Animalia
Phylum : Mollusca
Classis : Cephalopoda
Ordo : Myopsida
Familia : Loliginidae
Genus : Loligo
Species : Loligo sp. Gambar 16. Loligo vulgaris
(Lamarck, 1798) (Legas, 2021; gbif.org)
marinespecies.org Gambar 15. Loligo sp.
(Dok. Kelompok 6, 2018)

9. Regnum : Animalia
Phylum : Mollusca
Classis : Cephalopoda
Ordo : Nautilida
Familia : Nautilidae
Genus : Nautilus
Species : Nautilus sp.
(Linnaeus, 1758) Gambar 18. Nautilus
itis.gov Gambar 17. Nautilus sp. belauensis
(Dok. Kelompok 6, 2018) (Squires, 2013; gbif.org)

10. Regnum : Animalia


Phylum : Mollusca
Classis : Gastropoda
Ordo : Stylommatophora
Familia : Achatinidae
Genus : Achatina
Species : Achatina fulica
Gambar 20. Achatina fulica
(Ferussac, 1821) Gambar 19. Achatina (Preston, 2015; iucngisd.org)
itis.gov fulica
(Dok. Kelompok 6, 2018)

11. Regnum : Animalia


Phylum : Mollusca
Classis : Cephalopoda
Ordo : Sepiida
Familia : Sepiidae
Genus : Sepia
Species : Sepia sp. Gambar 21. Sepia sp.
(Linnaeus, 1758) (Dok. Kelompok 6, 2018) Gambar 22. Sepia plangon
itis.gov (Michal, 2021; gbif.org)
12. Regnum : Animalia
Phylum : Mollusca
Classis : Polyplacophora
Ordo : Chitonida
Familia : Chaetopleuridae
Genus : Chaetopleura
Species : Chaetopleura sp.

(Shuttleworth, 1853)
marinespecies.org Gambar 23. Chaetopleura Gambar 24. Chaetopleura
sp. gemma
(Dok. Kelompok 6, 2018) (Flora, 2021; gbif.org)

13. Regnum : Animalia


Phylum : Mollusca
Classis : Bivalvia
Ordo : Pterioida
Familia : Pinnidae
Genus : Pinna
Species : Pinna muricata
Gambar 25. Pinna
(Linnaeus, 1758) muricata Gambar 26. Pinna muricata
itis.gov (Dok. Kelompok 6, 2018) (Warén, 2007; gbif.org)

14. Regnum : Animalia


Phylum : Mollusca
Classis : Gastropoda
Ordo : Trochida
Familia : Turbinidae
Genus : Turbo
Species : Turbo sp.
(Linnaeus, 1758) Gambar 28. Turbo petholatus
marinespecies.org Gambar 27. Turbo sp.
(Moore, 2013; gbif.org)
(Dok. Kelompok 6, 2018)

15. Regnum : Animalia


Phylum : Mollusca
Classis : Bivalvia
Ordo : Arcida
Familia : Arcidae
Genus : Anadara
Species : Anadara sp. Gambar 30. Anadara
(Gray, 1847) Gambar 29. Anadara sp. transversa
marinespecies.org (Dok. Kelompok 6, 2018) (Northup, 2019; gbif.org)
16. Regnum : Animalia
Phylum : Mollusca
Classis : Scaphopoda
Ordo : Dentaliida
Familia : Dentaliidae Gambar 32. Dentalium reevei
Genus : Dentalium (Slieker, 2006; gbif.org)
Species : Dentalium sp. Gambar 31. Dentalium
(Linnaeus, 1758) sp.
itis.gov (Dok. Kelompok 6, 2018)

17. Regnum : Animalia


Phylum : Mollusca
Classis : Bivalvia
Ordo : Cardiida
Familia : Semelidae
Genus : Semele
Species : Semele crenulata
Gambar 34. Semele crenulata
(Reeve, 1853) Gambar 33. Semele
(Slieker, 1988; gbif.org)
marinespecies.org crenulata
(Dok. Kelompok 6, 2018)

18. Regnum : Animalia


Phylum : Mollusca
Classis : Gastropoda
Ordo : Neogastropoda
Familia : Babyloniidae
Genus : Babylonia Gambar 36. Babylonia spirata
Species: Babylonia spirata (Ria, 2020; gbif.org)
(Linnaeus, 1758) Gambar 35. Babylonia
itis.gov spirata
(Dok. Kelompok 6, 2018)

19. Regnum : Animalia


Phylum : Mollusca
Classis : Gastropoda
Ordo : Littorinimorpha
Familia : Bursidae
Genus : Bursa
Species : Bursa rubeta
(syn. Tutufa rubeta)
(Linnaeus, 1758) Gambar 38. Tutufa rubeta
marinespecies.org Gambar 37. Bursa rubeta (Hoggett, 2019; gbif.org)
(Dok. Kelompok 6, 2018)
20. Regnum : Animalia
Phylum : Mollusca
Classis : Gastropoda
Ordo : Trochida
Familia : Trochidae
Genus : Trochus
Species : Trochus niloticus Gambar 40. Trochus niloticus
Gambar 39. Trochus
(Linnaeus, 1767) (NHMUK, 2016; gbif.org)
niloticus
itis.gov
(Dok. Kelompok 6, 2018)

21. Regnum : Animalia


Phylum : Mollusca
Classis : Bivalvia
Ordo : Cardiida
Familia : Cardiidae
Genus : Tridacna
Species : Tridacna sp.
(Bruguière, 1797) Gambar 42. Tridacna
Gambar 41. Tridacna sp. squamosa
marinespecies.org
(Dok. Kelompok 6, 2018) (Budak, 2021; gbif.org)

22. Regnum : Animalia


Phylum : Mollusca
Classis : Gastropoda
Ordo : Neogastropoda
Familia : Olividae
Genus : Oliva
Species : Oliva carneola
(Gmelin, 1791) Gambar 44. Oliva carneola
Gambar 43. Oliva
marinespecies.org (Howe, 2019; gbif.org)
carneola
(Dok. Kelompok 6, 2018)

23. Regnum : Animalia


Phylum : Mollusca
Classis : Gastropoda
Ordo : Neogastropoda
Familia : Conidae
Genus : Conus
Species : Conus sp. Gambar 45. Conus sp.
(Linnaeus, 1758) (Dok. Kelompok 6, 2018) Gambar 46. Conus textile
itis.gov (Banfi, 2016; naturepl.com)
24. Regnum : Animalia
Phylum : Mollusca
Classis : Gastropoda
Ordo : Littorinimorpha
Familia : Cypraeidae
Genus : Cypraea
Species : Cypraea sp.
(Linnaeus, 1758)
marinespecies.org Gambar 47. Cypraea sp. Gambar 48. Cypraea tigris
(Dok. Kelompok 6, 2018) (Schofield, 2019; gbif.org)

25. Regnum : Animalia


Phylum : Mollusca
Classis : Gastropoda
Ordo : Neogastropoda
Familia : Fasciolariidae
Genus : Pleuroploca
Species : Pleuroploca sp.
(Fischer, 1884) Gambar 49. Pleuroploca
itis.gov sp. Gambar 50. Pleuroploca
(Dok. Kelompok 6, 2018) trapezium
(Kang, 2016; gbif.org)

26. Regnum : Animalia


Phylum : Mollusca
Classis : Gastropoda
Ordo : Neogastropoda
Familia : Busyconidae
Genus : Busycon
Species : Busycon sp.
Gambar 51. Busycon sp. Gambar 52. Busycon carica
(Röding, 1798) (Dok. Kelompok 6, 2018)
marinespecies.org (Slinger, 2020; gbif.org)

27. Regnum : Animalia


Phylum : Mollusca
Classis : Gastropoda
Ordo : Littorinimorpha
Familia : Tonnidae
Genus : Tonna
Species : Tonna sp. .
(Brunnich, 1772)
marinespecies.org Gambar 53. Tonna sp. Gambar 54. Tonna dolium
(Dok. Kelompok 6, 2018) (Tan, 2021; gbif.org)
28. Regnum : Animalia
Phylum : Mollusca
Classis : Gastropoda
Ordo : Littorinimorpha
Familia : Strombidae
Genus : Lambis
Species : Lambis lambis
Gambar 56. Lambis lambis
(Linnaeus, 1758) (Budak, 2017; gbif.org)
marinespecies.org Gambar 55. Lambis
lambis
(Dok. Kelompok 6, 2018)

29. Regnum : Animalia


Phylum : Mollusca
Classis : Gastropoda
Ordo : Neogastropoda
Familia : Olividae
Genus : Oliva
Species : Oliva tessellata Gambar 57. Oliva
(Lamarck, 1811) Gambar 58. Oliva tessellata
tessellata (Paulay, 2004; gbif.org)
marinespecies.org (Dok. Kelompok 6, 2018)

F. HASIL PENGAMATAN
1. Classis Gastropoda

Classis Gastropoda adalah anggota dari Phylum Mollusca. Gastropoda berasal


dari bahasa Latin, gastros berarti perut dan podos berarti kaki. Secara harfiah,
Gastropoda berarti hewan dengan alat gerak berupa perut. Gastropoda merupakan
Classis yang cukup banyak dan mendominasi Phylum Mollusca.

Sejauh ini sebanyak tiga-perempat spesies Mollusca yang masih ada


merupakan Gastropoda, yaitu sebanyak 40.000 spesies hidup dan 15.000 fosil
(Hickman et al., 2001). Karakter Gastropoda yang membedakannya dengan
Mollusca lain adalah proses perkembangan yang disebut torsi. Pada masa embrio,
massa viseral pada Gastropoda akan berotasi 180° sehingga anus dan rongga mantel
meliputi ke atas kepalanya (Campbell et al., 2008).

Hewan-hewan Gastropoda mempunyai cangkok, kecuali seperti pada Limax


maximus yang tidak memiliki cangkok. Cangkok antara satu spesies dengan spesies
lainnya berbeda-beda karakternya sehingga kadang karakter cangkok dijadikan
bahan klasifikasi. Cangkoknya bisa menunjukkan perputaran ke arah kanan (dexter)
atau ke kiri (sinister).

Kebanyakan Gastropoda adalah herbivora. Mereka memakan alga atau


tumbuhan tergantung cara hidup dan habitatnya Namun, semuanya mengalami
perubahan evolusi yang sama, yaitu menggunakan radula untuk proses makan
(Hickman et al., 2001). Namun, beberapa gastropoda adalah pemangsa yang
radulanya termodifikasi untuk mengebor lubang pada cangkang Mollusca lain atau
untuk mencabik mangsanya (Campbell et al., 2008).

Dari spesimen yang kami amati, terdapat cukup banyak yang termasuk ke
dalam kelas Gastropoda, di antaranya:

a. Limax maximus

Gastropoda ini memiliki simetri bilateral, memiliki mantel, dan tidak


memiliki cangkok. Tipe alat geraknya berada di bagian perut sehingga termasuk
kelompok Gastropoda. Limax maximus termasuk ke dalam Ordo
Stylommatophora yang merupakan Gastropoda yang bernapas dengan paru-paru
pallial yang berkembang dari mantel. Hewan ini mempunyai pneumostome di
permukaan tubuh yang merupakan lubang pernapasan eksternal (Barnes, 1982,
hal. 377).

Tubuhnya berwarna coklat muda dan abu-abu, mantelnya marmer, dan


mempunyai tentakel berwarna merah kecoklatan (Rollo & Wellington, 1979).
Cangkang internalnya biasanya berukuran sekitar 11 x 7 mm. Cangkang internal
terbuat dari kalsium karbonat, berwarna keputihan, tipis, dan berbentuk oval.
Letak cangkang dapat teridentifikasi dari luar tubuh berupa jendolan kecil di
bagian dorsal tubuh (Taylor, 1902, hal. 34).

b. Doris sp.

Doris sp. adalah hewan yang termasuk kelas Gastropoda. Simetri


tubuhnya bilateral, mempunyai mantel sama seperti Mollusca pada umumnya,
alat geraknya berupa kaki perut, dan tidak mempunyai cangkang pada hewan
dewasa. Hewan ini hidup di perairan laut daerah tropis dan subtropis (Lal, 2010,
107).

Doris sp. termasuk ke dalam ordo Nudibranchia yang dicirikan dengan


insang sekunder yang menonjol di bagian posterior tubuhnya. Di bagian anterior
tubu, terdapat sepasang rhinophore yang berfungsi sebagai kemoreseptor.
Rhiphore pada Doris sp. dapat bergerak dan didukung oleh kalsium karbonat
sehingga dapat terlindungi dari kerusakan (Lal, 2010, hal. 108).

c. Vaginulus sp.

Vaginulus sp. adalah spesies anggota Gastropoda yang memiliki simetri


tubuh bilateral, memiliki mantel, dan termasuk ke dalam kelompok Gastropoda
tanpa cangkang sehingga biasa disebut sebagai siput telanjang. Vaginulus sp.
termasuk sebagai Gastropoda terrestrial dalam kelas Veronicellidae, dicirikan
dengan tidak adanya paru-paru pallial dan pneumostome juga tidak adanya
insang. Hewan ini tidak memiliki rongga gas pada mantelnya, sehingga
pernapasan dilakukan lewat difusi gas di permukaan integumen tubuhnya (Hsia
et al., 2013, hal. 10).

d. Polinices sp.

Termasuk ke dalam Classis Mollusca dan Ordo Littorinimorpha.


Memiliki simetri tubuh bilateral, memiliki mantel, memiliki satu cangkok
berwarna putih dan arah perputarannya ke kiri (sinister), menggunakan insang
sebagai alat pernapasan, dan alat geraknya berada di bagian perut. Berukuran
sedang hingga sangat besar dengan tinggi 35-70 mm. Bentuknya oval merata,
dengan bibir bagian dalam memiliki banyak kapalan, umbilikus terisi, dan alur
spiral dangkal teratur, halus, berjarak dekat di seluruh permukaan luar
(Jablonski, 1990).

Polinices sp. ditemukan hidup di beberapa daerah perairan di New


Zealand, seperti Sungai Kaiwara, Ngarai Waipara bagian bawah, Lembah
Awatere, dan masih banyak lagi di distrik lain di New Zealand. Polinices sp.
ditemukan dalam jumlah besar di wilayah perairan dangkal (Jablonski, 1990).

e. Murex trapa

Murex trapa adalah Gastropoda yang dapat ditemukan di daerah


demersal, daerah berpasir. Memiliki simetri tubuh bilateral, memiliki mantel,
alat geraknya berada di perut, bernapas dengan insang, memiliki satu cangkok
berwarna putih coklat dengan arah perputaran ke kiri (sinister). Cangkang
Murex trapa dapat mencapai panjang 50–124 mm dengan diameter 8–21 mm.
Cangkangnya berbentuk fusiformis dengan puncak berbentuk lancip dan
punggungan yang spiral Terdapat beberapa duri kekuningan di permukaan
cangkangnya (Emerson, 1977).

f. Achatina fulica

Achatina fulica atau yang di Indonesia dikenal sebagai bekicot/keong rini


termasuk Gastropoda yang hidup terestrial. Achatina fulica memiliki simetri
tubuh bilateral, memiliki mantel, alat gerak berupa perut, dan memiliki satu
cangkok berwarna coklat yang arah perputarannya ke kiri (sinister). Cangkok
bekicot memiliki pola garis, bentuk piramida dengan pola bentuk spiral, dan
juga dasar cangkok yang membulat (Thiengo et al., 2010).

Bekicot termasuk ke dalam ordo Stylommatophora, yaitu Gastropoda


terrestrial yang bernapas dengan paru-paru pallial dan memiliki sepasang
tentakel yang dapat ditarik menuju tubuh. Pneumostome berada di dekat
cangkang, sehingga terkadang tidak teramati ketika sedang tertutup oleh
cangkang. Di ujung sepasang tentakel okuler yang panjang, terdapat sepasang
mata sederhana (Lal, 2010).

g. Turbo sp.

Turbo sp. adalah siput laut yang cukup besar dan mempunyai insang
serta operculum. Hewan ini termasuk ke dalam Turbinidae yang memiliki
bentuk cangkang seperti turban, dan juga dicirikan dengan operculum tebal yang
terbuat dari zat kalsium karbonat (Alf et al., 2003, hal. 68). Hewan ini memiliki
simetri tubuh bilateral, memiliki mantel, alat pernapasan berupa insang berada di
rongga mantel, dan memiliki satu cangkok berwarna putih-coklat dengan arah
perputaran ke kanan (dextra). Cangkok Turbo berbentuk spiral, tebal, dengan
berbagai corak dan warna (Rosenberg, 1992, hal. 39).

h. Babylonia spirata

Babylonnia spirata adalah Mollusca yang tergolong ke dalam ordo


Neogastropoda dan Familia Buccinidae. Memiliki simetri tubuh bilateral,
memiliki mantel, alat gerak berada di perut, alat pernapasan berupa insang, dan
hewan ini mempunyai satu cangkok berwarna putih coklat dan arah
perputarannya ke kiri (sinister). Babylonia spirata biasa hidup di dasar perairan
dengan kedalaman 10-20 meter dan substratnya berupa pasir halus dan
berlumpur (Ahmad & Pianta, 2011).

Species ini di Indonesia dikenal dengan nama “Keong Macan”. Keong


ini memiliki bentuk cangkang tabung yang melingkar spiral dan mempunyai
operculum. Cangkangnya tersusun atas bahan kalsium karbonat, fosfat, dan
conchiolin. Babylonia spirata adalah Gastropoda pemangsa sama seperti
kebanyakn Neogastropoda. Makanannya berupa daging dan bangkai sehingga
bentuk radulanya menyesuaikan untuk mengunyah dan mencabik makanan
(Ahmad & Pianta, 2011).

i. Bursa rubeta

Bursa rubeta memiliki bentuk cangkang seperti terompet dengan ukuran


yang kecil. Memiliki tonjolan-tonjolan berwarna kemerahan yang mengelilingi
sepanjang lingkar cangkangnya. Tonjolan ini terlihat memiliki ukuran yang
berbeda-beda sampai pada apeksnya. Memiliki kaki seperti Gastropoda pada
umumnya yaitu pada bagian ventral tubuhnya terdapat tonjolan yang memiliki
kelenjar lendir untuk memudahkan dalam pergerakan. Arah lingkar cangkangnya
ke kiri. Warna aperture cangkangnya kehitaman dan terlihat lebih gelap
dibanding warna karangannya (Kastawi, 2003).
j. Trochus niloticus

Trochus niloticus adalah Gastropoda yang termasuk ordo Trochida dan


familia Trochidae. Memiliki simetri tubuh bilateral, memiliki mantel, alat
pernapasan berupa insang, alat geraknya berada di mantel, dan memiliki satu
cangkok berwarna putih-coklat dengan arah perputaran kanan (dextra).

Di Indonesia, Trochus niloticus biasa disebut kerang lola. Kerang lola


hidup pada perairan laut, terutama pada ekosistem terumbu karang. Hidup
sebagai pengeruk alga (grazer) yang menempel pada karang-karang mati. Lola
merupakan siput yang berukuran besar, cangkangnya berbentuk kerucut dengan
10 – 12 buah ulir. Perputaran seluk berbentuk spiral yang jelas dan beberapa
seluk permulaan memiliki tonjolan-tonjolan kecil (Mega, 2020).

k. Oliva carneola

Hasil dari pengamatan, Oliva carneola memiliki simetri tubuh bilateral,


memiliki mantel, bernapas dengan insang, alat geraknya berada di perut, dan
memiliki satu cangkok berwarna putih-coklat dengan arah perputaran ke kanan
(dextra). Secara morfologi, Oliva carneola memiliki cangkok berbentuk silinder
dan bergaris melengkung. Oliva carneola adalah Gastropoda yang berukuran
sangat kecil. Ukurannya berkisar antara 10-29 mm. Bagian spire dari spesies ini
rendah dan postur cangkangnya cenderung bungkuk (Tursch & Greifeneder,
2001).

l. Conus sp.

Conus sp. dalam klasifikasi mollusca termasuk ke dalam kelas


Gastropoda. Diperkirakan berjumlah lebih dari 500 jenis yang tersebar di
beberapa bagian dunia. Conus sp. umumnya memiliki cangkang yang ditutupi
oleh lapisan berupa jaringan tipis disebut periostracum. Pada beberapa spesies,
lapisan ini berwarna kuning terang atau transparan sehingga memungkinkan pola
cangkang dapat terlihat jelas. Determinasi Conus sp. umumnya didasarkan pada
morfologi dan warna pada cangkangnya. Conus sp. merupakan biota yang aktif
di malam hari sedangkan pada siang hari biota ini biasanya bersembunyi di
bawah batuan maupun koral atau membenamkan dirinya ke dalam pasir (Islami,
2011).

m. Cypraea sp.

Cypraea sp. adalah Gastropoda yang memiliki cangkang berbentuk bulat


telur, dextral, dan permukaan yang mengkilap. Cangkang memiliki warna putih
dengan corak bintik atau garis berwarna coklat. Bagian apex dari cangkang
sangat tereduksi hingga tidak dapat diamati. Bagian dorsal cangkang convex,
dengan bagian ventral yang rata dengan bukaan longitudinal di sepanjang
cangkang. Bukaan ini memiliki guratan seperti gigi. Mantel berekstensi ke luar
cangkang menutupi hampir seluruh cangkang. Pada mantel terdapat tonjolan
yang merupakan tentakel pallial. Hewan ini dapat ditemukan di perairan tropis
dan subtropis dangkal Samudera Hindia dan Pasifik. Karena tekstur dan warna
cangkang yang menarik, hewan ini sering dijadikan sebagai hiasan dan
cinderamata (Lal, 2010, hal. 104).

n. Pleuroploca sp.

Pleuroploca sp. merupakan spesies dari familia Fasciolariidae dan


merupakan kelas dari Gastropoda. Hewan ini memiliki cangkok yang berputar
ke arah kiri dan memiliki cangkok yang sedikit membentuk kerucut di bagian
ujungnya. Warna cangkok dari Pleuroploca sp. ini adalah putih susu (Fischer,
1884).

o. Busycon sp.

Busycon sp. merupakan kelompok Gastropoda laut yang terbanyak


sepanjang pesisir pantai timur di United States. Busycon muda memiliki tonjolan
mirip manik-manik kecil pada cangkangnya, saat dewasa Busycon manik
tersebut berkembang menebal dengan spines pada bagian anterior. Tonjolan pada
cangkang perputarannya searah jarum jam dan terdapat siphon yang panjang.
Bagian luar cangkang berwarna abu keputihan hingga kekuningan dan terdapat
lapisan berwarna coklat gelap. Lapisan berwarna coklat gelap lebih banyak
terdapat pada cangkang Busycon muda. Sedangkan bagian dalam cangkangnya
berwarna kuning pucat ke orange bahkan merah tua (Melaney P. dalam
Ramadina, 2017).

p. Tonna sp.

Hewan ini memiliki simetri tubuh bilateral, bentuk tubuhnya bulat,


memiliki mantel, bernapas dengan insang, memiliki cangkok yang berwarna
putih, arah putar cangkok ke kanan. Siput ini dikenal dengan siput laut besar
karena memiliki ukuran yang cukup besar dengan bentuk cangkok seperti sirip
pada ikan pada salah satu bagian cangkoknya dan memiliki kelenjar lendir untuk
bergerak pada kakinya. Hewan ini memiliki alat gerak pada bagian perut. Hewan
ini dimasukkan ke dalam kelas Gastropoda karena letak kakinya di perut
(Rusyana, 2011).

q. Lambis lambis

Lambis lambis memiliki kanal siphonal panjang dan melengkung, dan


bibir apertural dihiasi dengan proyeksi sirkum apertural yang mana menyerupai
jari yang berasal dari tepi cangkok aperture. Memiliki cangkok yang mencolok,
tingginya hingga 20 cm, dengan punggung kasar melintang, turbekel besar, dan
bibir besar dengan tujuh jari lebih atau kurang lurus dari berbagai panjang.
Berwarna putih krim dengan patch coklat atau kebiruan, kadang-kadang dengan
periostrakum coklat tipis. Interior merah muda dengan banyak campuran warna
orange atau ungu. Habitatnya di tempat tersembunyi di perairan dangkal
(Richmond dalam Ramadina, 2017).

r. Oliva tessellata

Oliva tessellata memiliki simetri tubuh bilateral simetri, memiliki


cangkok berbentuk bulat panjang, letak kaki berada di perut, memiliki mantel,
alat respirasinya menggunakan insang lembaran, memiliki karakteristik cangkok
berupa warna coklat putih bercak-bercak, arah putaran cangkok ke kanan, dan
jumlah cangkok satu (Rusyana, 2011).

2. Classis Cephalopoda

a. Octopus sp.

Octopus sp. termasuk Cephalopoda yang memiliki ukuran panjang tubuh


berkisar antara 1,5 cm hingga 3 meter. Bagian tubuh Octopus sp. dapat dibagi
menjadi lima bagian, yaitu badan, mata, selaput renang, kantong penghisap,
dan tangan. Bentuk kepala dari Octopus sp. ini sangat jelas dengan sepasang
mata yang sangat kompleks sehingga Octopus sp. memiliki penglihatan yang
sempurna dan dikelilingi pada bagian depannya (anterior) oleh lengan-lengan.
Lengan Octopus sp. berjumlah delapan dan dilengkapi dengan selaput renang
(membran) yang terletak di celah-celah pangkal lengan. Di bagian bawah dari
tubuhnya terdapat lubang-lubang seperti corong yang dinamakan siphon.
Siphon ini berfungsi untuk mengeluarkan air dari dalam tubuhnya (Budiyanto
& Sugiarto, 1997).

Octopus sp. dapat hidup di air dangkal dan juga terdapat pada batas
pasang surut hingga agak dalam dengan kedalaman 4000 meter hingga 5000
meter. Sebagian besar berenang dan bergerak bersama-sama dalam kawanan
yang besar. Octopus sp. termasuk karnivora yaitu pemakan binatang laut
lainnya, seperti ikan, udang, kepiting, kerang, dan keong. Octopus sp.
merupakan hewan yang memiliki jenis kelamin yang terpisah, yaitu jantan
dan betina (Budiyanto dan Sugiarto, 1997).

b. Loligo sp.

Loligo sp. adalah Cephalopoda yang dapat ditemukan di perairan laut


seluruh dunia di berbagai kedalaman. Hewan ini bernapas menggunakan
sepasang insang internal. Pada bagian anterior hewan ini terdapat 10 buah
lengan oral (tentakel) dan sepasang mata yang relatif berkembang. Di bagian
tengah tubuh terdapat badan utama yang berisi organ viseral. Bagian posterior
dapat dijumpai sirip lateral atau parapodia. Struktur ini berupa ekstensi dari
mantel, berbentuk rhombus, dan berguna untuk membantu Loligo sp. untuk
berenang. Pada setiap lengan oral terdapat penghisap pedicellate, dengan 8
lengan memiliki 4 baris penghisap, sementara 2 lengan memiliki 6 pasang
penghisap. Kedua lengan ini lebih panjang dari 8 lainnya, berfungsi sebagai
penangkap mangsa. Terdapat cangkang internal yang vestigial yang disebut
sebagai gladius yang terbuat dari zat kitin. (Lal, 2010, hal. 119).

c. Nautilus sp.

Nautilus sp. adalah Cephalopoda yang dicirikan memiliki cangkang


eksternal, berbeda dari Cephalopoda lainnya. Nautilus bernapas dengan 4
buah insang, berbeda dari kebanyakan Cephalopoda lainnya yang memiliki 2
insang. Badan visceral Nautilus sp. menempati ruang terbesar dan terluar dari
cangkang, sementara bagian cangkang lain tetap kosong terisi udara, sehingga
membantu hewan untuk mengapung di air. Ruang-ruang kosong pada
cangkang ini dipisahkan oleh septa. Bagian kepala dan cirri atau tentakel
berada di luar cangkang, namun dapat sewaktu-waktu menarik sebagiannya
ke dalam cangkang. Pada bagian kepala terdapat mata sederhana yang tidak
memiliki lensa ataupun kornea. Terdapat 60-90 cirri atau tentakel yang tidak
memiliki penghisap khusus, hanya berupa lekukan yang berfungsi memegang
mangsa (Lal, 2010, hal. 122).

d. Sepia sp.

Sepia sp. adalah Cephalopoda yang dapat hidup di perairan laut di


seluruh dunia hingga kedalaman 600 m. Seperti Loligo sp., hewan ini
memiliki 10 lengan orang, dengan 2 di antaranya lebih panjang dan berfungsi
sebagai penangkap mangsa, juga bernapas dengan 2 buah insang internal.
Salah satu ciri yang membedakan Sepia sp. dari Loligo sp. adalah cangkang
internal Sepia sp. yang lebih besar dan terbuat dari kalsium karbonat.
Cangkang in berisi rongga dan membantu hewan dalam berenang. Struktur ini
menjadikan Sepia sp. tidak bisa hidup di perairan dalam karena dapat
membuat cangkangnya hancur. Pada permukaan tubuh Sepia sp. terdapat
banyak kromatofora yang membuat penampilan hewan ini berwarna-warni
(Lal, 2010, hal. 120).

3. Classis Polyplacophora

a. Chaetopleura sp.

Chaetopleura sp. adalah Mollusca yang memiliki 8 pelat cangkang di


bagian dorsal yang tidak terhubung dan saling berkenaan satu sama lain.
Cangkang dapat berwarna terang atau gelap, biasanya memiliki garis gelap
yang berada di tengah cangkang. Di sekitar cangkang terdapat girdle yang
merupakan struktur fleksibel berkembang dari mantel. Pada Chaetopleura sp.,
girdle ini dapat memiliki ornamen seperti duri, rambut, atau sisik (Kilburn &
Rippey, 1982).

Chaetopleura sp. sebagian besar ditemukan di perairan intertidal sampai


dangkal di Samudera Atlantik (Marshall, 2019). Hewan ini melekat pada
bebatuan dan bergerak sangat lambat, namun lebih aktif pada malam hari.
Sebagai Polyplacophora, Chaetopleura sp. tidak memiliki mata dan tentakel,
juga bagian kepala yang tidak jelas terdefinisi (Lal, 2010, hal. 100).

4. Classis Bivalvia

a. Barbatia decussata

Barbatia decussata adalah Bivalvia yang memiliki ciri cangkang yang


tampak seperti berjanggut. Hal ini disebabkan oleh lapisan periostrakum tebal
berwarna kehitaman yang melekat pada cangkang hewan ini. Barbatia
decussata melekatkan diri pada substratnya menggunakan byssus thread yang
diproduksi oleh kaki pipih hewan ini (Encyclopedia Britannica, 2013).

b. Pinna muricata

Pinna muricata adalah Bivalvia yang memiliki ciri cangkang yang


berbentuk segitiga seperti sayap. Pada permukaan luar cangkangnya terdapat
tonjolan seperti duri tumpul yang jumlahnya sedikit. Pada bagian dalam
terdapat lapisan nakreas yang dipisahkan menjadi dua oleh sulkus (Poutiers,
1998). Hewan ini biasanya berada sebagian di bawah permukaan dasar laut
dalam posisi vertikal, dengan ditopang oleh byssus thread (George, 2005, hal.
200). Hewan ini ditemukan di daerah pesisir intertidal sampai kedalaman 40
meter di bawah permukaan laut. Pinna muricata dapat ditemukan di
Samudera Hindia dan Pasifik (Poutiers, 1998).

c. Anadara sp.

Anadara sp. adalah Bivalvia yang memiliki cangkang berwarna putih


yang tebal dengan tekstur garis. Cangkang bagian kiri biasanya lebih konkaf
dari bagian kanannya. Biasanya terdapat periostrakum tipis yang menutupi
sebagian permukaan cangkang. Anadara sp. dapat ditemukan di seluruh
perairan subtidal dunia. Hewan ini biasanya hidup di lumpur atau pasir dan
melekatkan diri pada substratnya dengan byssus threads. Anadara subcrenata
biasanya dikonsumsi oleh manusia, dicirikan dengan bagian dalam tubuhnya
yang berwarna merah disebabkan adanya hemoglobin. Hewan ini biasanya
dijumpai pada ukuran sekitar 30-50 milimeter (Broom, 1985).

d. Tridacna sp.

Tridacna sp. adalah Bivalvia besar yang hidup di perairan dangkal hangat
di Samudera Hindia dan Pasifik. Cangkang hewan dapat mencapai panjang 60
cm dan memiliki 4-6 lekukan tebal. Hewan ini bersimbiosis dengan alga
fotosintesis zooxanthellae yang hidup di bagian mantel. Simbiosis ini
menyebabkan adanya berbagai warna pada permukaan mantel. Pada mantel
terdapat struktur seperti lensa bernama ocelli yang dapat memfokuskan
cahaya. Tridacna sp. dewasa hidup secara sesil dengan menancapkan diri
pada substratnya dengan byssus threads (Murphy, 2002).

e. Semele crenulata

Semele crenulata adalah Bivalvia yang memiliki cangkang berwarna


putih dengan ukuran 5 sampai 6 cm. Semele crenulata adalah anggota dari
Semelidae, yaitu Bivalvia laut yang memiliki ligamen internal yang
menghubungkan kedua bagian cangkang. Terdapat dua sifon yang
memanjang di sepanjang sisi luar, masing-masing untuk arah keluar dan
masuk (Barrett & Yonge, 1958, hal. 160).

5. Classis Scaphopoda

a. Dentalium sp.

Dentalium sp. adalah Scaphopoda yang memiliki cangkang berwarna


putih dan bentuknya panjang seperti gading gajah. Bagian kaki berkembang
dari mantel ke luar cangkang bagian anterior dan digunakan untuk menggali
substrat. Cangkang hewan memiliki lubang di kedua ujungnya sebagai jalur
aliran air. Terdapat tentakel bernama captacules yang berada di sekitar mulut,
bersifat penghisap dan sensorik, sehingga berfungsi sebagai penangkap zat
makanan. Dentalium sp. dapat ditemukan di perairan seluruh dunia kecuali
perairan kutub, dan hidup di laut dangkal hingga kedalaman lebih dari 4000
meter di bawah permukaan laut (Lal, 2010, hal. 101).

G. PERTANYAAN

1. Dapatkah anda menemukan persamaan yang dimiliki oleh setiap spesies


yang Anda temukan? Tuliskan persamaan-persamaan tersebut!

Jawab: Ya, dapat ditemukan. Persamaan dari setiap spesies yang ditemukan
ialah memiliki tubuh lunak dengan simetri bilateral, memiliki mantel,
bernapas dengan insang dan memiliki tiga lapisan tubuh (triploblastik).

2. Dapatkah anda menemukan perbedaan yang dimiliki oleh setiap spesies


tersebut sehingga dimasukkan pada classis yang berbeda? Tuliskan
perbedaannya!

Jawab: Ya, perbedaan tersebut terletak pada bentuk tubuh, alat gerak (tipe
atau letak kaki), alat respirasi, karakteristik cangkok (warna, arah putar, dan
jumlah), serta habitatnya. Berdasarkan alat geraknya, pada Polyplacophora
kakinya berada di sepanjang bagian ventral tubuh, pada Gastropoda alat
geraknya terletak di bagian perut, pada Bivalvia alat geraknya berupa kaki
dengan bentuk pipih dan mantel dengan rongga mantelnya, sedangkan pada
Chepalopoda alat geraknya menempel pada bagian kepala.

3. Tuliskan ciri khas dari tiap-tiap classis pada kolom berikut :

Jawab:

Classis Ciri Khas

Polyplacophora 1. Memiliki bentuk tubuh yang pipih, kepala tidak


(Amphineura) terlihat, dan pada bagian punggung dorsal dilindungi
oleh cangkang.
2. Permukaan dorsal tubuhnya tertutup mantel yang
dilengkapi delapan kepingan kapur yang
mengandung berlapis-lapis serabut insang.
3. Kakinya pipih dan biasanya memiliki lidah parut
(radula)

Gastropoda 1. Arah putaran test gastropoda terdiri dari dextral


(searah jarum jam) dan sinistral (berlawanan putaran
jarum jam)
2. Kepala dengan tentakel berjumlah dua atau empat
3. Terdapat gigi radula

Pelecypoda 1. Di antara tubuh dan mantel terdapat rongga mantel


(Bivalvia) 2. Alat gerak berupa kaki yang pipih
3. Tubuhnya pipih lateral, serta kaki berotot dan pipih
ventrolateral yang berfungsi menggali pasir atau
lumpur
4. Kelaminnya terpisah (hermafrodit) dan
perkembangannya melalui larva
Cephalopoda 1. Tentakel-tentakel merupakan kaki yang
bermodifikasi
2. Memiliki kelenjar tinta
3. Mulut yang terletak di ujung dikelilingi oleh tentakel
4. Cangkang tereduksi, kecuali pada Nautilus.

4. Tuliskan peranan hewan Mollusca dalam kehidupan yang anda temukan:


Jawab: (1) Sumber makanan yang mengandung protein tinggi, misalnya:
tiram batu (Acmaea sp.), kerang (Anadara sp.), Kerang hijau (Mytilus viridis),
sotong (Sepia sp.), cumi-cumi (Loligo sp.), remis (Corbicula javanica), dan
bekicot (Achatina fulica), (2) Perhiasan, misalnya tiram mutiara (Pinctada
margaritifera), (3) Hiasan dan kancing, misalnya dari cangkang tiram batu,
Nautilus, dan tiram mutiara.

5. Dari teori perkuliahan atau buku sumber yang ada peroleh mengenai
Phylum Mollusca, lengkapilah tabel berikut ini:

Phylum Pencernaan Ekskresi Sistem Sistem Reproduksi


Makanan Pernapasan Syaraf

Mollusca Holozoik atau Sistem Sebagian Sistem Mollusca


saprozoik. Alat ekskresinya besar sarafnya terdiri merupakan
pencernaan yaitu berupa Mollusca atas ganglion hewan
makanan terdiri nefridia yang memiliki cerebral hermaprodit,
atas mulut dengan berperan organ (massa badan yakni
radula, faring, mirip dengan respirasi sel saraf) yang mempunyai alat
esofagus, crop, ginjal, berupa dihubungkan kelamin jantan
lambung, nefridia insang dengan dan betina
intestine, rectum, mampu sebagai ganglion dalam satu
dan anus. mengeluarkan tempat visceral dan individu
sisa terjadinya ganglion pedal (berumah satu),
metabolisme pertukaran oleh tali saraf tetapi ada juga
dalam bentuk oksigen dan penghubung yang alat
cairan. karbondioksi dan tali kelaminnya
da dalam air transversal. terpisah
melalui (berumah dua).
permukaan Oleh karena itu,
insang yang cara
luas dan reproduksinya
berbentuk dengan cara
membran fertilisasi
yang tipis. internal.
Pada
beberapa
Gastropoda
darat,
berkembang
paru-paru
pallial dari
mantel yang
berfungsi
sebagai
tempat
pertukaran
udara,

H. KESIMPULAN
1. Keanekaragaman hewan-hewan yang telah diamati dalam filum Mollusca
diantaranya ada, Bursa rubeta, Trochus niloticus, Tridacna sp., Oliva carneola,
Conus sp., Cypraea sp., Pleuroploca sp., Busycon sp., Tonna sp., Lambis lambis,
Oliva tesselata, Babylonia spirata, Semele crenulata, Dentalium sp., Anadara
sp., Turbo sp., Pinna muricata, Chaetopleura sp., Sepia sp., Achatina fulica,
Nautilus sp., Loligo sp., Murex trapa, Polinices sp., Barbatia decussata,
Vaginula sp., Octopus sp., Doris sp., Limax maximus.
2. Hewan-hewan Mollusca termasuk hewan multiseluler, hidup di laut, air tawar,
dan darat, memiliki bentuk tubuh simetri bilateral, bertubuh lunak, triploblastik.
Sebagian besar spesiesnya memiliki cangkang atau cangkok yang terbuat dari
zat kapur, mantel, dan rongga mantel.
3. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa hewan-hewan dalam filum
Mollusca terbagi kedalam lima kelas yaitu Gastropoda, Chepalopoda, Bivalvia,
Polyplacophora, Scaphopoda.
4. Kelas yang pertama yaitu Cephalopoda yang umumnya tidak memiliki cangkok
kecuali pada Nautilus sp. Anggota geraknya berada di daerah kepala. Pada kelas
Gastropoda hewan-hewannya memiliki cangkok (kecuali pada Limax maximus,
Vaginulus sp., dan Doris sp.) yang beraneka ragam ukuran dan warnanya, bagian
yang dianggap kaki adalah bagian yang paling menonjol pada tubuhnya. Kelas
Polyplacophora hewannya memiliki keping atau lempeng dari zat kapur yang
pada bagian dorsal tubuhnya berjumlah delapan dan kakinya berada pada daerah
sepanjang bagian ventral tubuh. Kelas Bivalvia atau Pelecypoda yang memiliki
sepasang cangkok yang disatukan oleh otot sehingga membentuk tonjolan yang
disebut umbo, letaknya ke arah anterior tubuh, karena hidup di perairan ia
memiliki insang berbentuk lembaran (lamella), dan kaki yang berbentuk pipih
seperti kapak.
I. KLASIFIKASI FILOGENIK
1. Seriasi

Tabel I.1. Skala Filogenik Mollusca

No. Karakter Skor

1 2 3 4 5

1. Simetri tubuh Radial Bilateral

2. Cangkang Di bagian dalam Menutupi


keseluruhan

3. Habitat larva Akuatik Terestrial

4. Coelom Acoelom Pseudocoelom Coelom

5. Fungsi kaki Merayap Menggali Menangkap mangsa

6. Peredaran Terbuka Tertutup


darah

7. Habitat dewasa Akuatik Darat

8. Endoskeleton Tidak ada Ada

9. Umbo Tidak ada Ada


Tabel I.2. Seriasi Mollusca

No. Karakter Cephalopoda Gastropoda

Sepia sp. (A) Skor Octopus sp. Skor Limax Skor Pleuroploca Skor
(B) maximus (C) sp. (D)

1. Simetri tubuh Bilateral 5 Bilateral 5 Bilateral 5 Bilateral 5

2. Cangkang Di bagian 2 Di bagian 2 Di bagian 2 Menutupi 4


dalam dalam dalam keseluruhan

3. Habitat larva Akuatik 2 Akuatik 2 Terestrial 4 Akuatik 2

4. Coelom Coelom 5 Coelom 5 Coelom 5 Coelom 5

5. Fungsi kaki Menangkap 5 Menangkap 5 Merayap 1 Merayap 1


mangsa mangsa

6. Peredaran darah Tertutup 5 Tertutup 5 Terbuka 1 Terbuka 1

7. Habitat dewasa Akuatik 1 Akuatik 1 Terestrial 5 Akuatik 1

8. Endoskeleton Ada 5 Ada 5 Tidak ada 1 Tidak ada 1

9. Umbo Tidak ada 1 Tidak ada 1 Tidak ada 1 Tidak ada 1

Total skor 31 31 25 21
(Lanjutan Tabel I.2)

No. Karakter Bivalvia Polyplacophora

Pinna muricata (E) Skor Anadara sp. (F) Skor Chiton sp. (G) Skor

1. Simetri tubuh Bilateral 5 Bilateral 5 Bilateral 5

2. Cangkang Menutupi keseluruhan 4 Menutupi keseluruhan 4 Menutupi keseluruhan 4

3. Habitat larva Akuatik 2 Akuatik 2 Akuatik 2

4. Coelom Coelom 5 Coelom 5 Coelom 5

5. Fungsi kaki Menggali 3 Menggali 3 Merayap 1

6. Peredaran darah Terbuka 1 Terbuka 1 Terbuka 1

7. Habitat dewasa Akuatik 1 Akuatik 1 Akuatik 1

8. Endoskeleton Tidak ada 1 Tidak ada 1 Tidak ada 1

9. Umbo Ada 5 Ada 5 Tidak ada 1

Total skor 27 27 21

Rerata Classis Polyplacophora = 21


Rerata Classis Gastropoda = 23
Rerata Classis Bivalvia = 27
Rerata Classis Cephalopoda = 31
Kesimpulan seriasi: Urutan kemajuan evolusi dari yang paling primitif adalah Polyplacophora, Gastropoda, Bivalvia, dan Cephalopoda.
2. Fenetika

Tabel I.3. Matriks Taksa dan Karakter

No. Karakter / Spesies A B C D E F G


(Sepia sp.) (Octopus sp.) (Limax (Pleuroploca (Pinna (Anadara sp.) (Chiton sp.)
maximus) sp.) muricata)

1. Tubuh simetri bilateral 1 1 1 1 1 1 1

2. Cangkang menutupi
keseluruhan 0 0 0 1 1 1 1

3. Habitat larva terestrial 0 0 1 0 0 0 0

4. Mempunyai coelom 1 1 1 1 1 1 1

5. Fungsi kaki menangkap


mangsa 1 1 0 0 0 0 0

6. Sistem peredaran darah


tertutup 1 1 0 0 0 0 0

7. Habitat dewasa terestrial 0 0 1 0 0 0 0

8. Mempunyai endoskeleton 1 1 0 0 0 0 0

9. Mempunyai umbo 0 0 0 0 1 1 0
Tabel I.4. Koefisien Kesamaan

AB = 9/9 = 1 BC = 4/9 = 0.44 CD = 6/9 = 0.67 DE = 8/9 = 0.89 EF = 9/9 = 1 FG = 8/9 = 0.89

AC = 4/9 = 0.44 BD = 5/9 = 0.56 CE = 5/9 = 0.56 DF = 8/9 = 0.89 EG = 8/9 = 0.89

AD = 5/9 = 0.56 BE = 4/9 = 0.44 CF = 5/9 = 0.56 DG = 9/9 = 1

AE = 4/9 = 0.44 BF = 4/9 = 0.44 CG = 6/9 = 0.67

AF = 4/9 = 0.44 BG = 5/9 = 0.56

AG = 5/9 = 0.56

Tabel I.5. Matriks Kesamaan

A B C D E F G

A 1

B 1 1

C 0.44 0.44 1

D 0.56 0.56 0.67 1

E 0.44 0.44 0.56 0.89 1

F 0.44 0.44 0.56 0.89 1 1

G 0.56 0.56 0.67 1 0.89 0.89 1

Tabel I.6. Klastering 1, AB = P

P C D E F G

P 1

C 0.44 1

D 0.56 0.67 1

E 0.44 0.56 0.89 1

F 0.44 0.56 0.89 1 1

G 0.56 0.67 1 0.89 0.89 1

PC = (AC + BC)/2 = PD = (AD + BD)/2 = PE = (AE + BE)/2 =


(0.44 + 0.44)/2 = 0.44 (0.56 + 0.56)/2 = 0.56 (0.44 + 0.44)/2 = 0.44
PF = (AF + BF)/2 = PG = (AG + BG)/2 =
(0.44 + 0.44)/2 = 0.44 (0.56 + 0.56)/2 = 0.56

Tabel I.7. Klastering 2, EF = Q

P C D Q G

P 1

C 0.44 1

D 0.56 0.67 1

Q 0.44 0.56 0.89 1

G 0.56 0.67 1 0.89 1

QC = (EC + FC)/2 = (0.56 + 0.56)/2 = 0.56 QD = (ED + FD)/2 = (0.89 + 0.89)/2 = 0.89

QG = (EG + FG)/2 = (0.89 + 0.89)/2 = 0.89 QP = (EP + FP)/2 = (0.44 + 0.44)/2 = 0.44

Tabel I.8. Klastering 3, DG = R

P C R Q

P 1

C 0.44 1

R 0.56 0.67 1

Q 0.44 0.56 0.89 1

RC = (DC + GC)/2 = (0.67 + 0.67)/2 = 0.67 RP = (DP + GP)/2 = (0.56 + 0.56)/2 = 0.56

RQ = (DQ + GQ)/2 = (0.89 + 0.89)/2 = 0.89

Tabel I.9. Klastering 4, RQ = S

P C S

P 1

C 0.44 1

S 0.5 0.615 1

SC = (RC + QC)/2 = (0.67 + 0.56)/2 = 0.615 SP = (RP + QP)/2 = (0.56 + 0.44)/2 = 0.5
Tabel I.10. Klastering 5, CS = T

P T

P 1

T 0.47 1

TP = (CP + SP)/2 = (0.44 + 0.5)/2 = 0.47

Diagram I.1. Fenogram Mollusca

Kesimpulan fenetika: Dari ciri yang digunakan, spesimen G dan D berkerabat dekat
(koefisien = 1), E dan F berkerabat dekat (koefisien = 1), A dan B berkerabat dekat
(koefisien = 1). Hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan teori, karena G dan D
menempati classis berbeda, sehingga seharusnya tidak berkerabat dekat dengan
koefisien = 1. Hal ini dapat disebabkan karena ciri yang digunakan belum cukup luas
sehingga tidak bisa menemukan perbedaan kedua spesimen tersebut.
3. Kladistika

Tabel I.11. Perubahan Evolusi pada Spesimen

No Karakter / Spesies Outgroup A B C D E F G

1. Tubuh simetri bilateral (1) 0 1 1 1 1 1 1 1

2. Cangkang menutupi
keseluruhan (2) 0 0 0 0 1 1 1 1

3. Habitat larva terestrial (3) 0 0 0 1 0 0 0 0

4. Mempunyai coelom (4) 0 1 1 1 1 1 1 1

5. Fungsi kaki menangkap


mangsa (5) 0 1 1 0 0 0 0 0

6. Sistem peredaran darah


tertutup (6) 0 1 1 0 0 0 0 0

7. Habitat dewasa terestrial


(7) 0 0 0 1 0 0 0 0

8. Mempunyai endoskeleton
(8) 0 1 1 0 0 0 0 0

9. Mempunyai umbo (9) 0 0 0 0 0 1 1 0

Perubahan evolusi 0 5 5 4 3 4 4 3

Diagram I.2. Kladogram Mollusca

Kesimpulan kladistika: Dari ciri yang digunakan, sifat simetri tubuh bilateral (1) dan
mempunyai coelom (4) adalah sinapomorf bagi seluruh sampel. G, D, E, F memiliki
sinapomorf berupa cangkang yang menutupi keseluruhan tubuh (2). E dan F kemudian
dibedakan dari cabang sebelumnya, dengan sinapomorf keduanya berupa adanya umbo
(9). Kembali ke cabang utama, C dibedakan dari A dan B, dengan ciri C adalah habitat
larva terrestrial (3) dan habitat dewasa terrestrial (7). A dan B memiliki sinapomorf
berupa fungsi kaki menangkap mangsa (5), sistem peredaran darah tertutup (6), dan
memiliki endoskeleton (8). Hasil kladistika secara umum sesuai dengan teori, yaitu G
dari Polyplacophora adalah yang paling primitif, serta A dan B dari Cephalopoda adalah
yang paling maju. Hal yang tidak sesuai terletak pada D yang memiliki ciri evolusi
sama dengan D, meskipun keduanya berbeda classis. Hal ini disebabkan karena ciri
yang kurang menyeluruh untuk membedakan ciri setiap spesimen.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, M. Y., & Pianta. (2011). STUDI PENDAHULUAN TENTANG ASPEK


BIOLOGI KEONG MACAN (Babylonia spirata (L. 1758)) DI PERAIRAN
TELUK PALABUHANRATU. Journal of Agroscience, 2(1), 58-67.
Alf, A., Kreipl, K., & Poppe, G. T. (2003). A Conchological Iconography. Hackenheim.
Barnes, R. D. (1982). Invertebrate Zoology. Holt-Saunders International.
Barrett, J. H., & Yonge, C. M. (1958). Collins Pocket Guide to the Sea Shore. Collins.
Broom, M. J. (1985). The Biology and Culture of Marine Bivalve Molluscs of the Genus
Andara. International Center for Living Aquatic Resources Management.
Brusca, R. C. (2003). Invertebrates. Sinauer Associates, Inc.
Budiyanto dan Sugiarto. (1997). Catatan Mengenai Si Tangan Delapan (Gurita/Octopus
SPP.).Oseana, 12(3), 25-33.
Campbell, N. A., Reece, J. B., Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A., Minorsky, P.
V., & Jackson, R. B. (2008). Biology (8th ed., Vol. 2). Pearson Education Inc.
Cook, A., & Radford, D. J. (1988). The Comparative Ecology of Four Sympatric
Lymacid Slug in Northern Ireland. Institute of Malacology, 28, 131-146.
Encyclopedia Britannica. (2013, Oktober 17). Arcidae. Encyclopedia Britannica.
https://www.britannica.com/animal/ark-shell
Emerson, W. K. (1977). The Murex Snails Murex Shells of the World: An Illustrated
Guide to the Muricidae George E. Radwin Anthony D’Attilio. BioScience,
27(8), 564–564. https://doi.org/10.2307/1297824
Fischer. (1884). Pleuroploca sp. http://www.gastropods.com/8/Shell_44938.shtml
George, D. (2005). Marine invertebrates. Trident Press.
Hickman, C. P., Roberts, L. S., & Larson, A. (2001). Integrated Principle of Zoology.
New York: McGraw Hill.
Hsia, C. W., Schmitz, A., Maina, J. N., & Perry, S. (2013). Evolution of Air Breathing:
Oxygen Homeostasis and the Transitions from Water to Land and Sky.
Comprehensive Physiology, 3(2), 849-915.
Islami, M. M. (2011). Sekilas tentang Conus (Gastropoda:Conidae).
http://blog.sivitas.lipi.go.id/blog.cgi?isiblog&1148469329&&&1036008555&&
1311215300&muha067
Jablonski, D. (1990). Cenozoic mollusca of New Zealand. A. G. Beu , P. A. Maxwell.
The Journal of Geology, 98(5), 799–799. https://doi.org/10.1086/629450
Kastawi, Y, dkk. (2003). Zoologi Invertebrata. Malang: Universitas Negeri Malang.
Kilburn, R., & Rippey, E. (1982). Sea Shells of Southern Africa. MacMillan.
Lal, S. S. (2010). Practical Zoology Invertebrate. Rastogi Publications.
Marshall, B. (2019, Agustus 29). Chaetopleura Shuttleworth, 1853. World Register of
Marine Species.
http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=138086
Mathger, L., Roberts, S., & Hanlon, R. (2010). Evidence for distributed light sensing in
the skin of cuttlefish, Sepia officinalis. Biology Letters, 6(5), 600-603.
Mega. (2020, April). Lola. BALAI PENGELOLAAN SD PESISIR & LAUT PADANG
DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN RUANG LAUT.
https://kkp.go.id/djprl/bpsplpadang/page/318-lola
Murphy, R. C. (2002). Coral Reefs: Cities Under The Sea. The Darwin Press.
Ponder, W., & Lindberg, D. (2008). Phylogeny and Evolution of the Mollusca.
University of California Press.
Poutiers, J. M. (1998). FAO species identification guide for fishery purposes: The living
marine resources of the Western Central Pacific. Volume 1. Seaweeds, corals,
bivalves, and gastropods. FAO.
Putranto, Y., Wais, A., Maraputra, H. F., & Patria, B. I. (2019). PENGAWASAN
BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN BEKICOT PT. KEONG
NUSANTARA ABADI (WONG COCO) SERTA  PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN DI DESA MOJOAYU  KECAMATAN PLEMAHAN
KABUPATEN KEDIRI. Dinamika Journal : Pengabdian Masyarakat, 1(4).
https://doi.org/10.20884/1.dj.2019.1.4.921
Ramadina, T. I. (2017). Filum Mollusca Fix. [Daring]. Diakses dari
https://id.scribd.com/document/361220406/Filum-Mollusca-Fix
Rollo, D. C., & Wellington, W. G. (1979, April). intra- and inter-specific agonistic
behavior among terrestrial slugs (Pulmonata: Stylommatophora). Canadian
Journal of Zoology, 57(4), 846-855.
https://cdnsciencepub.com/doi/abs/10.1139/z79-104
Rosenberg, G. (1992). Encyclopedia of Seashells. Dorset.
Ruppert, E. E., Fox, R. S., & Barnes, R. D. (2004). Invertebrate Zoology. Brooks &
Cole.
Rusyana, A. (2011). Zoologi Invertebrata. Bandung: Alfabeta.
Serb, J., & Eernisse, J. (2008). Charting Evolution's Trajectory: Using Molluscan Eye
Diversity to Understand Parallel and Convergent Evolution. Evolution:
Education and Outreach, 1(4), 439-447.
Speiser, D. I., Eernisse, D. J., & Johnsen, S. N. (2011). A Chiton Uses Aragonite Lenses
to Form Images. Current Biology, 21(8), 665-670.
Taylor, J. W. (1902). Monograph of the land and freshwater Mollusca of the British
Isles. Taylor Brothers.
Thiengo, S. C., Maldonado, A., Mota, E. M., Torres, E. J. L., Caldeira, R., Carvalho, O.
S., Oliveira, A. P. M., Simões, R. O., Fernandez, M. A., & Lanfredi, R. M.
(2010). The giant African snail Achatina fulica as natural intermediate host of
Angiostrongylus cantonensis in Pernambuco, northeast Brazil. Acta Tropica,
115(3), 194–199. https://doi.org/10.1016/j.actatropica.2010.01.005
Turgeon, D. D., Bogan, A., Coan, E. V., Rosenberg, G., & Mikkelsen, P. M. (1998). In
Common and Scientific Names of Aquatic Invertebrates: Mollusks 2nd Edition.
American Fisheries Society. http://dx.doi.org/10.47886/9781888569018.fmatter
Tursch, B., & Greifeneder, D. (2001). Oliva Shells: The genus oliva and the species
problem.
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Limax maximus. (9 Oktober, 2021). Dok. Kelompok 6, 2018.


Gambar 2. Limax maximus. (9 Oktober, 2021). [Online]. Diakses dari: Limax maximus
Linnaeus, 1758 (gbif.org).
Gambar 3. Doris sp. (9 Oktober, 2021). Dok. Kelompok 6, 2018.
Gambar 4. Doris sp. (9 Oktober, 2021). [Online]. Diakses dari: Doris Linnaeus, 1758
(gbif.org).
Gambar 5. Octopus sp. (9 Oktober, 2021). Dok. Kelompok 6, 2018.
Gambar 6. Octopus rubescens. (9 Oktober, 2021). [Online]. Diakses dari: Octopus
Cuvier, 1798 (gbif.org).
Gambar 7. Vaginulus sp. (9 Oktober, 2021). Dok. Kelompok 6, 2018.
Gambar 8. Vaginulus taunaisii. (9 Oktober, 2021). [Online]. Diakses dari: Vaginulus
A.Férussac, 1821 (gbif.org).
Gambar 9. Barbatia decussata. (9 Oktober, 2021). Dok. Kelompok 6, 2018.
Gambar 10. Barbatia decussata. (9 Oktober, 2021). [Online]. Diakses dari: Barbatia
decussata (G.B.Sowerby I, 1833) (gbif.org).
Gambar 11. Polinices sp. (9 Oktober, 2021). Dok. Kelompok 6, 2018.
Gambar 12. Polinices mammilla. (9 Oktober, 2021). [Online]. Diakses dari: Polinices
mammilla (Linnaeus, 1758) (gbif.org).
Gambar 13. Murex trapa. (9 Oktober, 2021). Dok. Kelompok 6, 2018.
Gambar 14. Murex trapa. (9 Oktober, 2021). [Online]. Diakses dari: Rare-spined murex
(Murex trapa) (wildsingapore.com).
Gambar 15. Loligo sp. (9 Oktober, 2021). Dok. Kelompok 6, 2018.
Gambar 16. Loligo vulgaris. (9 Oktober, 2021). [Online]. Diakses dari: Loligo Lamarck,
1798 (gbif.org).
Gambar 17. Nautilus sp. (9 Oktober, 2021). Dok. Kelompok 6, 2018.
Gambar 18. Nautilus belauensis. (9 Oktober, 2021). [Online]. Diakses dari: Nautilus
Linnaeus, 1758 (gbif.org).
Gambar 19. Achatina fulica. (9 Oktober, 2021). Dok. Kelompok 6, 2018.
Gambar 20. Achatina fulica. (9 Oktober, 2021). [Online]. Diakses dari: GISD
(iucngisd.org).
Gambar 21. Sepia sp. (9 Oktober, 2021). Dok. Kelompok 6, 2018.
Gambar 22. Sepia plangon. (9 Oktober, 2021). [Online]. Diakses dari: Sepia Linnaeus,
1758 (gbif.org).
Gambar 23. Chaetopleura sp. (9 Oktober, 2021). Dok. Kelompok 6, 2018.
Gambar 24. Chaetopleura gemma. (9 Oktober, 2021). [Online]. Diakses dari:
Chaetopleura Shuttleworth, 1853 (gbif.org).
Gambar 25. Pinna muricata. (9 Oktober, 2021). Dok. Kelompok 6, 2018.
Gambar 26. Pinna muricata. (9 Oktober, 2021). [Online]. Diakses dari: Pinna muricata
Linnaeus, 1758 (gbif.org).
Gambar 27. Turbo sp. (9 Oktober, 2021). Dok. Kelompok 6, 2018.
Gambar 28. Turbo petholatus. (9 Oktober, 2021). [Online]. Diakses dari: Turbo
petholatus Linnaeus, 1758 (gbif.org).
Gambar 29. Anadara sp. (9 Oktober, 2021). Dok. Kelompok 6, 2018.
Gambar 30. Anadara transversa. (9 Oktober, 2021). [Online]. Diakses dari: Anadara
Gray, 1847 (gbif.org).
Gambar 31. Dentalium sp. (9 Oktober, 2021). Dok. Kelompok 6, 2018.
Gambar 32. Dentalim reevei. (9 Oktober, 2021). [Online]. Diakses dari: Dentalium
Linnaeus, 1758 (gbif.org).
Gambar 33. Semele crenulata. (9 Oktober, 2021). Dok. Kelompok 6, 2018.
Gambar 34. Semele crenulata. (9 Oktober, 2021). [Online]. Diakses dari: Semele
crenulata (Reeve, 1853) (gbif.org).
Gambar 35. Babylonia spirata. (9 Oktober, 2021). Dok. Kelompok 6, 2018.
Gambar 36. Babylonia spirata. (9 Oktober, 2021). [Online]. Diakses dari: Babylonia
spirata (Linnaeus, 1758) (gbif.org).
Gambar 37. Bursa rubeta. (9 Oktober, 2021). Dok. Kelompok 6, 2018.
Gambar 38. Tutufa rubeta. (9 Oktober, 2021). [Online]. Diakses dari: Tutufa rubeta
(Linnaeus, 1758) (gbif.org).
Gambar 39. Trochus niloticus. (9 Oktober, 2021). Dok. Kelompok 6, 2018.
Gambar 40. Trochus niloticus. (9 Oktober, 2021). [Online]. Diakses dari: Trochus
niloticus Linnaeus, 1767 (gbif.org).
Gambar 41. Tridacna sp. (9 Oktober, 2021). Dok. Kelompok 6, 2018.
Gambar 42. Tridacna squamosa. (9 Oktober, 2021). [Online]. Diakses dari: Tridacna
Bruguière, 1797 (gbif.org).
Gambar 43. Oliva carneola. (9 Oktober, 2021). Dok. Kelompok 6, 2018.
Gambar 44. Oliva carneola. (9 Oktober, 2021). [Online]. Diakses dari: Oliva carneola
(Gmelin, 1791) (gbif.org).
Gambar 45. Conus sp. (9 Oktober, 2021). Dok. Kelompok 6, 2018.
Gambar 46. Conus textile. (9 Oktober, 2021). [Online]. Diakses dari: Nature Picture
Library Textile cone shell (Conus textile) Walindi, West New Britain, Papua New
Guinea, Pacific Ocean - Franco Banfi (naturepl.com).
Gambar 47. Cypraea sp. (9 Oktober, 2021). Dok. Kelompok 6, 2018.
Gambar 48. Cypraea tigris. (9 Oktober, 2021). [Online]. Diakses dari: Cypraea
Linnaeus, 1758 (gbif.org).
Gambar 49. Pleuroploca sp. (9 Oktober, 2021). Dok. Kelompok 6, 2018.
Gambar 50. Pleuroploca trapezium. (9 Oktober, 2021). [Online]. Diakses dari:
Pleuroploca P.Fischer, 1884 (gbif.org).
Gambar 51. Busycon sp. (9 Oktober, 2021). Dok. Kelompok 6, 2018.
Gambar 52. Busycon carica. (9 Oktober, 2021). [Online]. Diakses dari: Busycon
Röding, 1798 (gbif.org).
Gambar 53. Tonna sp. (9 Oktober, 2021). Dok. Kelompok 6, 2018.
Gambar 54. Tonna dolium. (9 Oktober, 2021). [Online]. Diakses dari: Tonna Brünnich,
1771 (gbif.org).
Gambar 55. Lambis lambis. (9 Oktober, 2021). Dok. Kelompok 6, 2018.
Gambar 56. Lambis lambis. (9 Oktober, 2021). [Online]. Diakses dari: Lambis lambis
(Linnaeus, 1758) (gbif.org).
Gambar 57. Oliva tessellata. (9 Oktober, 2021). Dok. Kelompok 6, 2018.
Gambar 58. Oliva tessellata. (9 Oktober, 2021). [Online]. Diakses dari: Oliva tessellata
Lamarck, 1811 (gbif.org).

Anda mungkin juga menyukai