Anda di halaman 1dari 40

KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201

8
BAB VII
FILUM PLATYHELMINTHES

7.1 Pengertian Platyhelminthes


Platyhelminthes berasal dari Bahasa Yunani, dari
kata Platy berarti pipih dan helminthes berarti  cacing.
Jadi, Platyhelmintes atau cacing pipih merupakan cacing
yang memiliki bentuk pipih (Rusyana, 2011).
7.2 Habitat dan Penyebaran
Platyhelminthes ada yang hidup bebas maupun
parasit. Platyhelminthes yang hidup bebas memakan
hewan-hewan dan tumbuhan kecil atau zat organik
lainnya seperti sisa organisme. Platyhelminthes parasit
hidup pada jaringan atau cairan tubuh inangnya. Habitat
Platyhelminthes yang hidup bebas adalah di air tawar,
laut, dan tempat-tempat yang lembap. Platyhelminthes
yang parasit hidup di dalam tubuh inangnya (endoparasit)
pada siput air, sapi, babi, atau manusia (Kastawi, 2005).
Platyhelminthes tersebar luas diseluruh dunia. Untuk
penyebarannya cacing pita lebih banyak didaerah tropis,
Windiawati Dama|FILUM 1
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8
terutama didaerah yang banyak mengkonsumsi daging
babi seperti di Asia Tenggara, India, Afrika Selatan, dan
Amerika latin. Di Indonesia terutama paling banyak
didaerah Papua, Bali, Sumatera utara, NTT, Lampung,
Sulawesi utara, Kalimantan utara dan Jawa timur.
7.3 Klasifikasi Platyhelminthes
Filum Platyhelminthes dikelompokkan menjadi
3 kelas, yaitu :
7.3.1 Kelas Turbellaria (cacing rambut getar)
Pada kelas Turbellaria memiliki ciri khas yaitu
memiliki bulu getar sehingga disebut juga cacing bulu
atau rambut getar. Dimana terdapat sel-sel kelenjar yang
jumlahnya banyak.
1. Ciri-ciri
a. Memiliki silia pada epidermis
b. Hidup bebas di air tawar, air laut, tanah basah
dan parit.
c. Hidup soliter.
d. Panjang tubuh ± 5 - 25 cm.

Windiawati Dama|FILUM 2
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8
e. Kepala berbentuk segitiga, memiliki dua bintik
mata.
f. Mulut terdapat dipertengahan tubuh, faring
dapat dijulurkan.
g. Memiliki aurikel (tonjolan seperti telinga pada
sisi kanan dan kiri kepala) untuk menerim
rangsangan kimia, mengetahui letak makanan.
h. Daya regenerasi tinggi (Jasin, 1992).
2. Ciri-ciri Morfologi
Faring Bintik mata

Mulut
Ujung posterior Ujung anterior

Aurikel

Gambar 1. Struktur Morfologi dari Planaria sp.


(Jasin, 1992).

Windiawati Dama|FILUM 3
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8
Tubuh memiliki 2 mata dan tanpa alat hisap.
Hewan ini mempunyai kemampuan yang besar untuk
bergenerasi dengan cara memotong tubuhnya. Contoh
Turbellaria antara lain Planaria sp. dengan ukuran tubuh
kira-kira 0,5-1,0 cm yang panjang tubuh samapai 60 cm
dan hanya keluar dimalam hari (Jasin, 1992).
Permukaan tubuh Planaria bersilia dan kira-kira
ditengah mulut terdapat proboscis (tenggorokan yang
dapat dijulirkan keluar). Cacing kelas ini hidup bebas dan
tidak memiliki alat hisap. Turbellaria memiliki ukuran
tubuh bersilia dengan ukuran 15-18 mm. Silia digunakan
untuk bergerak. Pergerakan juga dapat menggunakan otot
dengan gerakan seperti gelombang (Suwignyo, dkk,
2005).
3. Ciri-ciri Anatomi
a. Tidak mempunyai rongga tubuh (acoela).
b. Ruangan-ruangan di dalam tubuh yang ada di
antara berbagai organ terisi dengan mesenkim
yang biasa disebut parenkim.

Windiawati Dama|FILUM 4
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8
c. Sudah memiliki sistem pencernaan, tetapi tidak
memiliki anus.
d. Dinding faringnya dilengkapai otot. Faring ini
dapat ditarik dan dijulurkan, bentuknya mirip
belalai dan disebut juga proboscis.
e. Memiliki sepasang Protonefridia dengan sel api
sebagai alat eksresi.
f. Sistem sarafnya primitif.
Tubuh tertutupi epidermis dan dibagian ventral
mengandung silia yang berfungsi untuk marayap. Pada
lapisan epidermis terdapat banyak sel kelenjar dan
batang-batang kecil yang disebut Rhabdite. Sel kelenjar
menghasilkan lendir untuk melekat, membungkus
mangsa, dan sebagai jel lendir pada waktu merayap. Sel
kelenjar acap kali juga terdapat didalam mesenkim
(parenkim), dan mempunyai saluran kecil yang
menembus epidermis. Dibawah epidermis terdapat
serabut-serabut otot melingkar, longitudinal, diagonal,
dan dorsoventral, hingga Turbellaria muda memutar dan
meliuk-liuk. Rhabdite berfungsi sebagai alat pertahanan
Windiawati Dama|FILUM 5
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8
atau hancur membentuk selaput lendir membungkus
dirinya sendiri (Jasin, 1992).

Gambar 2. Struktur Anatomi dari Planaria sp.


(Rusyana, 2011).

4. Struktur Anatomi
a. Mulut, tempat masuknya makanan, terletak di
bagian ventral. Pada mulut, terdapat saluran
yang dapat dijulurkan yang disebut faring untuk
menyedot makanan.
b. Saluran pencernaan untuk mencerna makanan.
c. Bintik Mata, alat indera digunakan untuk
mendeteksi cahaya.
d. Aurikel, organ penciuman.

Windiawati Dama|FILUM 6
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8
e. Protonefridia yaitu saluran yang
menghubungkan pori-pori dengan sel api
sebagai organ ekskresi (Kastawi, 2005).
5. Struktur Fisiologi
a. Sistem Gerak
Planaria bergerak ke arah tempat yang teduh untuk
menghindari terik matahari karena peka terhadap sinar.
Meskipun hidup bebas, Planaria tidak berenang tetapi
bergerak dengan cara meluncur dan merayap (Jasin,
1992).
Gerakan meluncur dengan bantuan silia yang ada
pada bagian ventral tubuhnya dan zat lendir yang
dihasilkan oleh kelenjar lendir pada bagian tepi tubuh.
Zat lendir itu merupakan jalur yang akan dilalui. Gerakan
silia menyentuh jalur lendir menyebabkan hewan
bergerak. Selama bergerak meluncur, gelombang yang
bersifat teratur tampak bergerak dari kepala ke arah
belakang (Jasin, 1992).
Gerakan merayap pada tubuh cacing memanjang,
sebagai akibat dari kontraksi otot seluler dan
Windiawati Dama|FILUM 7
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8
dorsoventral. Kemudian bagian depan tubuh
mencengkeram pada substrat dengan mukosa atau alat
perekat khusus. Dengan mengkontraksikan otot-otot
longitudinal, bagian tubuh belakang tertarik ke arah
depan. Gerakan otot-otot obligus menyebabkan tubuh
membelok (Kastawi, 2005).
b. Sistem Pencernaan

Gambar 3. Sistem Pencernaan Planaria sp.


(Rusyana, 2011).
Sistem pencernaan Planaria terdiri atas mulut,
kerongkongan dan usus. Faring dapat dijulurkan untuk
menangkap makanan. Makanannya berupa hewan-hewan
kecil. Mula-mula makanan didekati, kemudian dilibas
dengan cairan lendir yang dihasilkan oleh kelenjar

Windiawati Dama|FILUM 8
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8
Mukus dan sel Rhabdit. Makanan selanjutnya
dimasukkan ke dalam faring. Di dalam faring, makanan
dicampur dengan cairan digestif. Makanan dicerna oleh
aktifitas cairan digestif dan adanya gerakan memompa
dari faring. Setelah itu makanan ditelan (Jasin, 1992).
Pencernaan terjadi secara ekstraseluler dan
intraseluler. Makanan yang sudah tercerna
didistribusikan ke cabang-cabang alat pencernaan.
Bagian-bagian yang tidak tercerna dikeluarkan melalui
mulut. Planaria dapat hidup tanpa makanan dalam
waktu yang panjang. Dengan cara melarutkan organ
reproduksi, parenkim, dan ototnya sendiri sehingga tubuh
cacing menyusut. Tubuh yang menyusut akan mengalami
regenerasi jika cacing makan kembali (Jasin, 1992).
c. Sistem Sirkulasi
Planaria Tidak memiliki alat sirkulasi khusus.
Peredaran unsur-unsur makanan dan zat lain berlangsung
secara difusi (Jasin, 1992).

Windiawati Dama|FILUM 9
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8
d. Sistem Ekskresi
Planaria sudah berkembang lebih maju bila di
bandingkan dengan hewan Coelenterata. Dalam arti
sudah mempunyai alat khusus. Sistem tersebut terdiri
dari pembuluh-pembuluh yang bercabang-cabang yang
mengadakan anyaman-anyaman dan sel-sel yang
berbentuk seperti kantung yang di sebut sel api atau
“flame-cell”. Pada masing-masing sisi tubuh biasanya
terdapat 1 hingga 4 buah pembuluh pengumpul yang
membentang longitudinal. Di bagian anterior pembuluh-
pembuluh sisi longitudinal tersebut mengadakan
pertemuan, di hubungkan oleh pembuluh transversal
sedikit agak di depan bintik mata (Kastawi, 2005).

Gambar 4. Sistem Ekskresi Planaria sp. (Rusyana,2011).


Windiawati Dama|FILUM 10
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8
Di bagian posterior pembuluh-pembuluh sisi
tersebut masih tetap terpisah. Di bagian permukaan
dorsal daripada tubuhnya, pembuluh-pembuluh sisi
tersebut bermuara pada suatu pori-pori yang disebut
nepridiophor. Flame cell atau sel-sel api tersebut terletak
tersebar di antara sel-sel tubuh lainnya terutama di bagian
mesenkim. Adapun fungsi sel-sel api ini adalah sebagai
alat ekskresi yaitu membuang zat-zat sampah yang
merupakan sisa-sisa metabolisme zat nitrogen dan juga
sebagai alat osmoregulasi dalam artian ikut membantu
mengeluarkan ekses-ekses penumpukan air di dalam
tubuh, sehingga nilai osmosis tubuh tetap dapat di
pertahankan seperti ukuran normal (Jasin, 1992).
e. Sistem Respirasi
Planaria belum mempunyai alat respirasi yang
khusus. Pengambilan oksigen dari lingkungan ekstren
maupun pengeluaran gas karbondioksida dari lingkungan
interen berjalan secara osmosis langsung melalui seluruh
permukaan tubuh. Dengan adanya kondisi tubuh yang

Windiawati Dama|FILUM 11
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8
pipih semakin memberi kelancaran pertukaran gas
tersebut (Kastawi, 2005).
f. Sistem Saraf

Gambar 5. Sistem Saraf Planaria sp. (Rusyana, 2011).


Otak Planaria tersusun oleh ganglion-ganglion
otak yang terdiri atas dua lobus. Dari otak muncul
serabut-serabut saraf ke arah anterior menuju ke kepala,
dan lateral menuju ke aurikel. Di samping itu ada dua tali
saraf ventral yang memanjang sepanjang tubuh dan
berakhir ke ujung posterior (Kastawi, 2005).
Masing-masing tali saraf ventral itu terletak pada
kira-kira sepertiga tepi tubuh. Kedua tali saraf ventral
dihubungkan satu dengan yang lain oleh komisura-
komisura transversal, dan pada masing-masing tali saraf
Windiawati Dama|FILUM 12
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8
muncul serabut saraf ke arah tepi tubuh (Suwignyo, dkk,
2005).
g. Sistem Reproduksi

Gambar 6. Sistem Reproduksi Planaria sp. (Kastawi,


2005).

Planaria berkembang biak secara aseksual maupun


seksual. Cara berkembang biak secara aseksual dengan
jalan autotomi. Sedangkan cara berkembang biak secara
seksual dengan pembuahan sel telur dan sel sperma.
Planaria bersifat hermafrodit. Maka dalam tubuh
Planaria tersebut terdapat alat kelamin jantan dan alat
kelamin betina.

Windiawati Dama|FILUM 13
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8
Adapun susunan alat kelamin Planaria
adalah sebagai berikut :
1) Sistem alat kelamin jantan
a) Testis yang jumlahnya ratusan, berbentuk
bulat tersebar sepanjang kedua sisi tubuh.
b) Vas deferens merupakan pembuluh agak kecil
yang berjumlah masing-masing membentang
pada sisi tubuh yang bergabung bermuara
pada suatu kantung yang disebut Vesicular
seminalis.
c) Vesicular seminalis merupakan kantung yang
berfungsi menampung sperma dan
mengeluarkannya menuju penis.
d) Penis merupakan alat transfer ke alat kelamin
hewan lain pada waktu perkawinan silang.
e) Ruangan genitalis pada waktu kopulasi
menjulur keluar melalui Porus genitalis.
2) Sistem alat kelamin betina
a) Ovari sebanyak 2 buah, terletak dibagian
anterior tubuh.
Windiawati Dama|FILUM 14
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8
b) Oviduk (saluran telur).
c) Kelenjar kuning telur atau yolk gland.
d) Vagina.
e) Uterus atau reseptakulum seminalis.
f) Ruangan genital atau atrium genitalis.
h. Habitat dan Penyebaran
Hewan Planaria hidup diair tawar yang jernih
terutama air yang tidak mengalir. Hewan ini umumnya
suka berlindung dibawah bebatuan, daun yang jatuh
kedalam air. Hewan ini tidak tampak kecuali jika sedang
bergerak disebabkan oleh ukuran tubuh yang kecil.
Penyebarannya terdapat diseluruh dunia (Jasin, 1992).
i. Klasifikasi Turbellaria
1) Ordo Acoela
Ciri-ciri :
a) Ukuran tubuh Turbellaria kecil, berbentuk oval
dan silindris.
b) Hidup di laut dan tidak mempunyai intestinum.
Contoh: Convoluta roscoffensis. Sering terdapat

Windiawati Dama|FILUM 15
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8
pada pasir di pantai, dan hidup simbiosis dengan
Chlamydomonadines.
c) Faring atau mulut terletak di ventral (bawah)
permukaan Turbellaria.
d) Tidak memiliki saluran pencernaan (usus), tidak
ada protonefridia (ginjal primitif untuk ekskresi
dan keseimbangan osmotik), dan tidak ada gonad.
Kingdom : Animalia

Filum : Platyhelminthes

Kelas : Turbellaria

Ordo : Acoela

Gambar 7. Convoluta roscoffensis (Suwignyo, 2005).


2) Ordo Allecoella
Ciri-ciri :
a) Ukuran tubuh Allecoella kecil dan hidup di laut.
b) Intestinum Allecoella mempunyai satu cabang
utama dengan cabang-cabang kecil ke lateral.
Contoh: Prorhynchus, dan Pseudostomum.

Windiawati Dama|FILUM 16
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8

Kingdom : Animalia

Filum : Platyhelminthes

Kelas : Turbellaria

Ordo : Allecoella
Gambar 8. Prorhynchus sp. (Jasin, 1992).
3) Ordo Polycladida
Ciri-ciri:
a) Cacing Polycladida hidup di laut.
b) Ukuran tubuh Polycladida beberapa mm sampai
dengan 1 cm.
c) Mempunyai banyak cabang pokok pada
intestinum. Mempunyai banyak testis dan
ovarium, telur Polycladida bersegmen dan
membentuk spiral. Contoh: Tyzanozoon,
Yungia, Prostheceraeus vittatus, Cyclophorus,
bermata banyak.

Windiawati Dama|FILUM 17
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8

Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Turbellaria
Ordo : Polycladida
Famili : Polycladaceae
Genus : Prostheceraeus
Spesies : Prostheceraeus sp.
Gambar 9. Prostheceraeus sp. (Jasin, 1992).
4) Ordo Rhabdocoella
Ciri-ciri:
a) Hidup Rhabdocoella di laut, air tawar atau di
tanah.
b) Intestinum Rhabdocoella sederhana dan lurus
(tubuler), dan tanpa sekum.
c) Mulut Rhabdocoella terletak dekat ujung
anterior. Ukuran tubuh Rhabdocoella kecil,
kurang dari 1 mm dan berbentuk silindris,
fusiform atau pipih.
d) Sistem reproduksi ordo Rhabdocoella aseksual.
Contoh : Hidup bebas di laut: Plagiostomum,
Dalyellia, Mesostoma, Microstomum,

Windiawati Dama|FILUM 18
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8
Macrostomum, Catenula. Hidup di air tawar:
Gyratrix.
Kingdom : Animalia

Filum : Platyhelminthes

Kelas : Turbellaria

Ordo : Rhabdocoella
Gambar 10. Gyratrix sp. (Jasin, 1992).
5) Ordo Tricladid (Planaria )
Ciri-ciri:
a) Termasuk Turbellaria berukuran besar, dan
sebagian besar hidup di daerah tropis
b) Mempunyai intestinum dengan tiga cabang pokok.
c) Habitat Tricladid bervariasi, hidup di air tawar:
Planaria , Crenobia, Dugesia, Polycelis,
Dendrocoelum. Hidup di tanah: Rhynchodemus,
ukurannya 6-8 mm, hidup di laut: Procerodes, dan
Bdelloura.
d) Hidup di tempat yang lembab, di bawah daun-
daun, kayu dari pohon yang mati (Jasin, 1992).
Windiawati Dama|FILUM 19
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8

Kingdom : Animalia

Filum : Platyhelminthes

Kelas : Turbellaria

Ordo : Tricladid
Gambar 11. Dugesia tigrina (Rusyana, 2011).
7.3.2 Kelas Trematoda
Kelas Trematoda disebut sebagai cacing isap
karena cacing ini memiliki alat pengisap. Alat pengisap
terdapat pada mulut di bagian anterior tubuhnya.
Kegunaan alat isap adalah untuk menempel pada tubuh
inangnya. Pada saat menempel cacing ini mengisap
makanan berupa jaringan atau cairan tubuh inangnya.
Dengan demikian Trematoda merupakan hewan parasit.
Ciri-ciri :
a) Tubuh cacing Fasciola hepatica berbentuk pipih
dorsoventral oval atau seperti daun, tidak
bersegmen, kecuali famili Schistosomatidae.

Windiawati Dama|FILUM 20
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8
b) Kutikulanya halus atau berduri. Biasanya
mempunyai saluran pencernaan yang buntu
(sekum) dilengkapi dengan satu atau dua alat
penghisap untuk menempel.
c) Cacing Fasciola hepatica memiliki sistem
reproduksi hermaprodit, kecuali famili
Schistosomatidae (cacing jantan dan betina
terpisah).
d) Makanannya diperoleh dengan cara menghisap
lendir, jaringan lemak, darah yang merupakan
makanan dari inangnya. Contoh Trematoda
adalah cacing hati (Fasciola hepatica).
e) Hidup parasi pada vertebrata.
f) Memiliki sistem pencernaan yang sederhana.
g) Tidak memiliki sistem sirkulasi (Jasin, 1992).
1. Struktur Morfologi
Salah satu contoh dari kelas Trematoda adalah
Fasciola hepatica, yang dewasa hidup parasit dalam
kantung empedu biri-biri, babi dan lainnya, kadang-
kadang juga ditemukan pada manusia. Mulut terletak
Windiawati Dama|FILUM 21
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8
disebelah anterior. Disekitar mulut terdapat alat hisap.
Alat ini juga terdapat di daerah ventral. Kedua alat ini
berfungsi sebagai penempel pada hospes, antara mulut
dan alat hisap ventral terdapat lubang genital sebagai
jalan untuk mengeluarkan telur. Lubang ekskresi terletak
agak dekat akhir posterior, kecuali itu terdapat lubang
lain sebagai akhir dari saluran laurer (Rusyana, 2011).
Trematoda memiliki tubuh yang menyerupai daun,
dilapisi kutikula dan tidak bersegmen. Dinding tubuh
tidak tersusun oleh epidermis dan silia. Alat hisap
dilengkapi dengan otot-otot sehingga menempel erat
pada hospes. Otot tersusun atas tiga lapisan yaitu
ektoderm, endoderm dan mesoderm (Kastawi, 2005).

Windiawati Dama|FILUM 22
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8
Gambar 12. Struktur Tubuh Fasciola hepatica
(Kastawi, 2005).

2. Struktur Anatomi
a. Sistem pencernaan sederhana, tanpa anus.
b. Organ ekskresi berupa protonefridia.
c. Memiliki satu ovarium dan 2 atau banyak testis.
3. Struktur Fisiologi
a. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan cacing pipih disebut sistem
gastrovaskuler, dimana peredaran makanan tidak melalui
darah tetapi oleh usus. Sistem pencernaan cacing pipih
dimulai dari mulut, faring, dan dilanjutkan ke
kerongkongan. Di belakang kerongkongan ini terdapat
usus yang memiliki cabang ke seluruh tubuh. Dengan
demikian, selain mencerna makanan, usus juga
mengedarkan makanan ke seluruh tubuh (Kastawi, 2005).
Pencernaan sederhana di mulai dari Mulut, faring,
esofagus, usus. Tidak memiliki sistem sirkulasi maka
bahan makanan di edarkan oleh pencernaan itu sendiri.

Windiawati Dama|FILUM 23
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8
Alat hisap di lengkapi dengan otot-otot, sehingga
menempel dengan erat pada hospes (Kastawi, 2005).
Sistem pencernaan sederhana dimulai dari mulut,
faring, yang merupakan saluran pendek, osofagus, usus
yang terdiri dari dua cabang utama yang menjulur dari
anterior ke posterior sebelah-sebelah dalam tubuh.
Selanjutnya cabang utama itu akan bercabang-cabang
lagi seperti halnya pada Planaria. Tidak memiliki sistem
sirkulasi, maka bahan makanan itu diedarkan oleh
pencernaan itu sendiri (Jasin, 1992).
b. Sistem Respirasi
Fasciola hepatica belum memiliki alat pernapasan
khusus, karena merupakan hewan endoparasit (parasit
didalam tubuh vertebrata), maka pernapasan dilakukan
secara anaerob, artinya respirasi berlangsung tanpa
oksigen. Hal ini terjadi karena hewan ini hidup pada
lingkungan kekurangan oksigen.
c. Sistem Reproduksi
1) Alat kelamin jantan
a) Sepasang testis sebagai pabrik sperma.
Windiawati Dama|FILUM 24
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8
b) Dua pembuluh vasa diferensia, sebagai
penyalur sperma dari testis.
c) Kantong vesikulum seminalis.
d) Saluran ejakulasi yang berakhir pada alat
kopulasi.
e) Penis.
2) Alat kelamin betina
a) Saluran tunggal ovarium yang memproduksi
telur.
b) Saluran oviduk yang mengeluarkan telur
dari ovari.
c) Kelenjar pembungkus ovum.
d) Saluran vetelline atau saluran yolk.
e) Kelenjar yolk atau vetelline.
f) Uterus.
Alat kelamin jantan terdiri atas sepasang testis, dua
pembuluh vasa diferensia, kantung vesikulum seminalis,
saluran ejakulasi yang berakhir pada alat kopulasi, dan
penis (Kastawi, 2005).

Windiawati Dama|FILUM 25
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8
Alat reproduksi betina terdiri atas saluran tunggal
ovarium yang memproduksi telur, saluran oviduk yang
menyalurkan telur dari ovari, kelenjar pembungkus
ovum, saluran vetelin. Setelah itu, kelenjar pembungkus
melengkapi kulit chitine, selanjutnya telur masuk
kedalam uterus (Kastawi, 2005).
4. Klasifikasi Trematoda
a. Ordo Monogenea
Ciri-ciri:
1) Spesies dari ordo Monogenea merupakan
parasit pada hewan vertebrata yang hidup di
air.
2) Dalam siklus hidupnya membutuhkan satu
hospes (monogenetik).
3) Mempunyai alat penempel yang besar di
bagian posterior disebut Opisthaptor:
merupakan organ yang berfungsi untuk
melekat pada hospesnya.
4) Sebagian ada yang ektoparasit, contoh:
Gyrodactylus elegans, yang hidup pada
Windiawati Dama|FILUM 26
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8
insang dan permukaan tubuh ikan laut, tawar
dan katak.
5) Ada yang bersifat endoparasit, contoh:
Polystomoidella oblongum merupakan
monogenea, parasit pada kantong urin dari
kura-kura.
6) Pada umumnya parasit bersifat viviparous,
contoh: Gyrodactylidae atau oviparous dan
siklus hidupnya langsung (direct cycle).
7) Larva atau onchomiracidium bersilia dan
terdapat satu atau lebih dari satu pasang
bintik mata (Jasin, 1992).
b. Ordo Aspidogastrea
Ciri-ciri:
1) Merupakan endoparasit dan Monogenetik.
2) Ukuran panjang kurang dari 10 mm s/d
beberapa cm.
3) Mulut di bagian anterior, tidak dikelilingi
oleh sucker.

Windiawati Dama|FILUM 27
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8
4) Pharing dan esofagus pendek, intestinum
sederhana sampai ujung posterior.
5) Hermaprodit. Alat kelamin jantan terdiri dari
satu testis di bagian posterior ovarium
(Jasin, 1992).
c. Ordo Digenea
Ciri-ciri:
1) Bentuk pipih dorsoventral, ada beberapa yang
panjang dan ramping, ada pula yang
berbentuk seperti daun, sedangkan
Amphistoma badannya berdaging tebal.
2) Golongan Schistosomatidae mempunyai gilig
yang panjang seperti cacing Nematoda.
3) Kutikula halus dan ada yang berduri.
4) Oral sucker (penghisap mulut): di bagian
anterior tubuh, dan ventral sucker (penghisap
perut): pada sepertiga anterior dari
permukaan ventral tubuh.
5) Reproduksi secara hermaprodit, kecuali
famili Schistosomatidae (Jasin, 1992).
Windiawati Dama|FILUM 28
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8

7.3.3 Kelas Cestoda


Cestoda disebut sebagai cacing pita karena
bentuknya pipih panjang seperti pita. Tubuh Cestoda
dilapisi kutikula dan terdiri dari bagian anterior yang
disebut skoleks, leher (strobilus), dan rangkaian
proglotid. Pada skoleks terdapat alat pengisap, selain itu
juga memiliki kait (rostelum) yang berfungsi untuk
melekat pada organ tubuh inang.
1. Struktur Morfologi
Contoh dari kelas ini adalah Taenia solium.
a. Tubuh seperti pita dan terbagi atas segmen-
segmen.
b. Tubuh tidak dilengkapi dengan epidermis
maupun silia.
c. Tubuh tertutup kutikula dan tidak berpigmen.
d. Panjang tubuh dapat mencapai 2 meter.
e. Bagian anterior biasanya merupakan skolks
yang melekat dengan lekukan perekat, atau alat
Windiawati Dama|FILUM 29
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8
hisap lainnya serta mempunyai alat kait yang
disebut Rostellum.
f. Dibelakang skoleks terdapat leher kecil yang
selalu tumbuh dan menghasilkan proglotit baru.
g. Tubuh tersusun atas proglotit yang masing-
masing berisi alat reproduksi yang hermaprodit
(Rusyana, 2011).
2. Struktur Anatomi
a. Tidak memiliki mulut dan saluran pencernaan.
b. Sistem ekskresi terdiri atas protonefridia
dengan sel api.
c. Sistem saraf primitif.
d. Tiap segmen mengandung satu atau dua set
sistem reproduksi yang hermaprodit.

Windiawati Dama|FILUM 30
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8

Gambar 13. Struktur tubuh Taenia solium (Jasin, 1992).


3. Struktur Fisiologi
a. Sistem Pencernaan
Cacing Cestoda ini belum memiliki saluran
pencernaan yang sempurna. Makanan langsung
didapatkan dari hospesnya dengan cara menyerap
makanan dari hospesnya tersebut (Kastawi, 2005).
b. Sistem Respirasi
Cestoda belum memiliki sistem respirasi yang
khusus. Pengambilan oksigen dilakukan secara difusi
melalui seluruh permukaan tubuh (Kastawi, 2005).
c. Sistem Ekskresi
Pada Cestoda terdapat 4 saluran ekskresi
longitudinal. Dua saluran yang ada pada posisi dorsal
membentang hanya pada bagian anterior strobila. Dua
saluran yang ada pada sisi ventral memanjang diseluruh
tubuh. Keempat saluran itu tergabung satu sama lain
melalui saluran cincin. Saluran dorsal mengumpulkan zat

Windiawati Dama|FILUM 31
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8
ekskresi pada bagian kepala (skoleks) dan saluran ventral
menyalurkan zat ekskresi menjauhi skoleks (Kastawi,
2005).
d. Sistem Reproduksi
Cacing pita mempunyai alat reproduksi jantan
yaitu:
1) Testis yang manghasilkan spermatoziod.
2) Vasa diferensia yang membawa ke lubang
genital.
Sedangkan alat reproduksi betina yaitu:
1) Ovarium yang menghasilkan sel telur.
2) Oviduk yang merupakan penyalur sel telur.
3) Kelenjar kuning telur yang membungkus sel
telur.
4) Kelenjar pembungkus (yang membungkus
telur).
5) Uterus. Di dalam uterus itulah akan terjadi
fertilisasi atau pembuahan dengan
spermatozoid yang datang dari proglotid yang
sama, setelah itu turun ke vagina. Proglotid
Windiawati Dama|FILUM 32
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8
yang masak telah banyak mengandung telur
yang setelah dibuahi akan lepas dan keluar
bersama-sama feses hospesnya (Jasin, 1992).
4. Klasifikasi Cestoda
a. Ordo Tetraphyllidea
Cacing pita berukuran sedang, skoleks dengan 4
bothridia, vitterallia di bagian samping, parasit pada ikan
elasmobranchii, yaitu Calliobothrium certicillatum.
Kingdom : Animalia

Filum : Platyhelminthes

Kelas : Cestoda

Ordo : Tetraphyllidea
Gambar 14. Gyrocotyle sp. (Kastawi, 2005).
b. Ordo Diphyllodia
Hanya satu species yang dikenal dari ikan
elasmobranchii, skoleks hanya satu dan tersebar dibagian
anterior, siklus hidupnya belum diketahui.

Windiawati Dama|FILUM 33
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8

Kingdom : Animalia

Filum : Platyhelminthes

Kelas : Cestoda

Ordo : Diphyllodia
Gambar 15. Echeneibothrium sp. (Jasin, 1992).
c. Ordo Trypanorhynchydea
Skoleks Trypanorhynchydea terdiri dari 2 atau 4
bothria dan 4 rektraktil, proboscoides berduri dan tubuh
yang memanjang. Pori alat kelamin Trypanorhynchydea
terletak di pinggir. Ketika dalam keadaan larva
merupakan parasit pada ikan teleoste dan setelah dewasa
menjadi parasit pada ikan elasmobranchii.
d. Ordo Pseudophyllida
Cacing pita yang kecil atau besar, skoleks tidak begitu
jelas mempunyai bothria 2-6, beberapa tidak mempunyai

Windiawati Dama|FILUM 34
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8
perekat, contohnya: Triaenophorus. Parasit pada ikan,
burung dan mamalia.

Kingdom : Animalia

Filum : Platyhelminthes

Kelas : Cestoda

Ordo : Pseudophyllida
Gambar 16. Triaenophorus sp. (Jasin, 1992).
e. Ordo Nippothaenida
Soleks Nippothaenida memiliki 1 sucker di bagian
anterior, punya beberapa proglotid dan parasit pada ikan
di jepang dan rusia.
f. Ordo Cyclophyllida
Scoleks Cyclophyllida mempunyai 4 alat penghisap
dan juga dilengkapi oleh rostellum, memiliki kait di
ujung kepala, lubang seks terbuka secara lateral,
proklotid tersambung satu sama lain sehingga
tersambung bebas dan pada saat telah masak akan
dilepaskan. Salah satu yang termasuk ordo Cyclophyllida

Windiawati Dama|FILUM 35
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8
adalah Taenia solium yang merupakan parasit pada
manusia, Taenia fisiform pada kucing dan anjing yang
memproduksi larva ketika pada tubuh inang.
g. Ordo Apotida
Skoleks Apotida biasanya besar dengan 4 alat isap,
memiliki kait atau rostellum dan tidak memiliki kuning
telur, tidak bersegmen dan parasit kecil pada angsa dan
bebek.
7.4 Siklus Hidup
7.4.1 Kelas Trematoda, contoh Fasciola hepatica

Gambar 17. Siklus Hidup Fasciola hepatica


(Rusyana, 2011).

Windiawati Dama|FILUM 36
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8
Telur menetas menjadi larva bersilia yang disebut
mirasidium. Mirasidium akan berenang di air tetapi tidak
lebih dari 24 jam. Mirasidium ini harus menemukan
inang sementara, yaitu siput air tawar (Lymnaea
javanica). Jika larva tidak menemukan siput air tawar,
mirasidium akan mati. Larva mirasidium menginfeksi
siput air tawar disertai menghilangkan silianya. Dalam
waktu dua minggu larva mirasidium berkembang
menjadi sporokist (Kastawi, 2005).
Dalam tubuh siput, sporokist secara paedogenesis
berkembang menjadi larva lain yaitu disebut redia. Setiap
satu sporokist akan menjadi 3-8 redia. Setelah delapan
hari, redia berubah menjadi serkaria dengan ekor yang
membulat. Serkaria ini akan keluar dari tubuh siput.
Larva akan berenang untuk beberapa jam dan menempel
pada rumput air (Kastawi, 2005).
Pada waktu menempel di rumput air, larva
serkaria melepaskan ekornya sehingga berubah menjadi
metaserkaria. Metaserkaria dapat menempel pada rumput
sampai beberapa bulan. Jika rumput dimakan oleh hewan
Windiawati Dama|FILUM 37
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8
ternak, larva ini akan masuk ke usus halus hewan ternak.
Larva ini menembus dinding usus dan bersama aliran
darah dapat sampai ke hati hewan ternak untuk beberapa
minggu. Setelah dari hati, larva menuju saluran empedu
dan menjadi dewasa. Cacing dewasa dalam saluran
empedu akan bertelur. Telur tersebut keluar melalui anus
bersama feses (Kastawi, 2005).
7.4.2 Kelas Cestoda, contoh Taenia solium

Gambar 18. Siklus Hidup Taenia solium (Rusyana, 2011)


Dalam usus manusia terdapat proglotid yang sudah
masak yakni yang mengandung sel telur yang telah
dibuahi. Telur yang berisi embrio ini keluar bersama
feses. Bila telur ini termakan babi dan sampai pada usus
akan tumbuh dan berubah menjadi larva onkosfer. Larva
Windiawati Dama|FILUM 38
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8
ini akan membentuk kista yang disebut cysticerus bovis
(larva cacing). Kista akan membesar dan membentuk
gelembung yang disebut sistiserkus (Kastawi, 2005).
Manusia akan tertular cacing ini apabila memakan
daging babi mentah atau setengah matang. Dinding
sistiserkus akan dicerna dilambung sedangkan larva dan
skoleks menempel pada usus manusia. Kemudian larva
akan tumbuh membentuk proglotid yang dapat
menghasilkan telur. Selanjutnya akan keluar bersama
feses, begitu seterusnya (Suwignyo, 2005).
7.5 Peranan Platyhelminthes
7.5.1 Menguntungkan
Planaria sp. merupakan salah satu sumber
makanan bagi organisme lain.
7.5.2 Merugikan
1. Schistosoma dapat menyebabkan kerusakan
jaringan, organ seperti: kandung kemih, ureter,
hati, limfa dan ginjal manusia.
2. Clonorchis sinensis menghisap darah manusia.

Windiawati Dama|FILUM 39
PLATYHELMINTHES
KEANEKARAGAMAN HEWAN 1 201
8
3. Paragonimus sp. (parasit pada paru-paru
manusia) dapat menyebabkan sesak bila
bernapas, batuk kronis, dahak/sputum
bercampur darah berwarna coklat (ada telur
cacing).
4. Taenia menyebabkan Taeniasis, menghisap sari
makanan di usus manusia.
5. Fasciolisis sp. (parasit pada saluran
pencernaan) menyebabkan hambatan makanan
yang lewat.
6. Fasciola hepatica menyebabkan fasciolisis,
parasit pada hewan ternak. Menyebabkan nafsu
makan turun, kurus, selaput lendir mata pucat
dan diare (Campbell, 2003).

Windiawati Dama|FILUM 40
PLATYHELMINTHES

Anda mungkin juga menyukai