Anda di halaman 1dari 10

Nama : Rahman Pobela

Nim : 431419025

Kelas : A Pendidikan Biologi

Mata Kuliah : Struktur Perkembangan Tumbuhan 2

Resume

A. Identifikasi Strukur Kambium Vaskular

Kambium adalah lapisan jaringan meristematik pada tumbuhan yang sel-


selnya aktif membelah dan bertanggung jawab atas pertumbuhan sekunder
tumbuhan. Kambium ditemukan pada batang dan akar. Berdasarkan jaringan tetap
yang dibentuknya, dikenal dua kelompok kambium, yaitu kambium gabus
(felogen, phellogen) dan kambium pembuluh (vascular cambium). Kambium
hanya ditemukan pada tumbuhan dikotil dan gymnospermae.

Kambium merupakan meristem lateral karna berada di daerah lateral akar


dan batang. Pada kebanyakan pohon dan semak, daerah kambium berupa silinder
yang berlapis banyak dan pada penampang melintang membentuk cincin yang
kontinu. Pada saat aktif, kabium terdiri dari banyak lapisan sel, namun pada saat
istirahat (dorman) hanya ada satu lapisan sel.

Lapisan sel itu dianggap lapisan bermuka dua karena dapat membuat
turunan kedua arah. Setelah membelah secara periklinal, sel yang ada di sebelah
dalam berkembang menjadi sel xilem dan sel yang berada di luar tetap aktif
sebagai kambium; atau, sel luar berkembang menjadi sel floem dan sel dalam
tetap berlaku sebagai sel kambium.

Inilah tafsiran yang di anut secara luas. Bukti yang paling meyakinkan
adalah bahwa floem sekunder dan xilem sekunderseakan-akan merupakan gambar
cermin dari sesamanya. Pada saat tertentu kambium membentuk jari-jari empuler
baru yang kemudian ditemukan baik di xilem maupun di floem. Selanjutnya,
sementara kambium terdorong ke luar seiring dengan menebalnya silinder xilem
di sebelah dalamnya, sel kambium membelah dengan bidang pembelahan
antiklinal sehingga dapat menambah luas tangensial. Dengan demikian, luas
kambium mengimbangi perluasan silinder xilem yang di klilinginya
Diatas disebutkan bahwa kambium berbentuk silinder penuh. Namun pada
sejumlah tanaman seperti kaktus sukulen, beberapa Euphorbiaaceae, dan
kebanyakan dikotil, termasuk papaya, hanya sedikit kayu yang terbentuk sehingga
tumbuhan tampak seperti tumbuhan herba. Disini kambium tampak seperti
sejumlah pita ramping yang berbatas dengan berkas ikatan pembuluh asal.
Aktifitas yang terbatas dari kambium mengakibatkan berkas tersebut berbentuk
tiang yang berkayu atau jala berkayu.

Kambium pembuluh dengan jaringan yang diturunkannya

a. Bagian pemula fusiform.


b. Pemula jari-jari empulur.
c. Sayatan batang Robina
d. Sayatan melintang
e. Sayatan radial (menunjukan hanya sistem aksial)
f. Sayatan (hanya melalui jari-jari empulur)

B. Aktivitas Kambium Dan Faktor Yang Mempengaruhinya 

Kambium gabus adalah bagian dari korteks. Aktivitasnya menghasilkan


jaringan gabus (felem, phellem atau cork) ke arah luar. Jaringan gabus berfungsi
untuk mengendalikan masuk dan keluarnya air, mencegah serangan hama, dan
beberapa fungsi mekanik lainnya. Ke arah dalam, kambium gabus pada beberapa
spesies tumbuhan menghasilkan lapisan kulit bergabus yang
disebut feloderm (phelloderm).

Kambium gabus merupakan kelmpok dari korteks. Aktivitasnya yang


dapat menghasilkan jaringan gabus (phellem atau cork, dan felem) ke arah luar.
Jaringan gabus memiliki fungsi untuk mengendalikan keluar dan masuknya air,
mencegah dari hama, serta fungsi mekanik lainnya. Ke arah dalam, kambium
gabus pada spesies tumbuhan yang menghasilkan lapisan kulit yang memiliki
gabus disebut dengan feloderm (phelloderm).
Kambium gabus atau felogen/phellogen merupakan bagian tak terpisahkan
dari korteks. Fungsi kambium ini menghasilkan jaringan gabus (ke arah luar) yang
berperan sebagai pengendali masuknya air, pencegah serangan hama, dan fungsi
yang bersifat mekanis lainnya. Sementara itu ke arah dalam, kambium ini
membentuk lapisan kulit bergabus yang dikenal dengan istilah phelloderm.

Faktor Yang Mempengaruhi

Faktor Internal

 Gen

Gen merupakan pembawa sifat yang diturunkan dari induk ke generasi


selanjutnya. Gen memengaruhi ciri dan sifat makhluk hidup, seperti bentuk tubuh,
warna bunga, dan rasa buah. Gen juga menentukan kemampuan metabolisme
sehingga memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanaman yang
punya gen tumbuh baik akan tumbuh dan berkembang cepat sesuai dengan
periodenya.
 Hormon

Hormon merupakan zat yang berperan mengendalikan berbagai fungsi di dalam


tubuh. Meskipun jumlahnya sedikit, hormon punya pengaruh nyata dalam
pengaturan berbagai proses dalam tubuh. Hormon yang memengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman ada beragam jenisnya.

1. Auksin, untuk memacu proses pemanjangan, pembelahan, dan diferensiasi


sel.
2. Giberlin, untuk pembentukan biji serta perkembangan dan perkecambahan
embrio.
3. Etilen, untuk pematangan buah dan perontokan daun.
4. Sitokinin, untuk pembelahan sel atau sitokenesis, seperti merangsang
pembentukan akar dan cabang tanaman.
5. Asam absisat, untuk proses penuaan dan gugurnya daun.
6. Kaolin, untuk proses organogenesis tanaman.
7. Asam traumalin, untuk regenerasi sel apabila mengalami kerusakan
jaringan.

Faktor Eksternal

 Nutrisi

Nutrisi merupakan bahan baku dan sumber energi dalam proses metabolisme
tubuh. Kualitas dan kuantitas nutrisi memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan.

 Cahaya Matahari

Tanaman sangat membutuhkan cahaya matahari untuk fotosintesis. Namun


keberadaan cahaya juga bisa menghambat pertumbuhan karena bisa merusak
hormon auksin yang ada pada ujung batang.
 Air dan Kelembaban

Air merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia di dalam tubuh.


Kelembaban memengaruhi keberadaan air yang bisa diserap oleh tumbuhan dan
mengurangi penguapan. Kondisi ini sangat mempengaruhi sekali terhadap
pemanjangan sel. Kelembaban juga penting untuk mempertahankan stabilitas
bentuk sel.

 Suhu

Semua proses dalam pertumbuhan dan perkembangan seperti penyerapan air,


fotosintesis, penguapan, dan pernapasan pada tanaman dipengaruhi oleh suhu.

 Tanah

Tumbuhan akan tumbuh dan berkembang dengan baik kalau kondisi tanah tempat


hidupnya sesuai dengan kebutuhan nutrisi dan unsur hara. Kondisi tanah
ditentukan oleh faktor lingkungan lain, misalnya suhu, kandungan mineral, air,
dan derajat keasaman atau pH.

C. Proses Terjadinya Dormansi Dan Reaktivasi Kambium Dorman

Dalam siklus hidupnya, tumbuhan mengalami masa stres yang disebabkan


oleh perubahan suhu, kekeringan dan berbagai faktor lingkungan yang lain.
Sebagai bentuk evolusi, tumbuhan mengembangkan suatu mekanisme pertahanan
sebagai bentuk perlindungan terhadap stres tersebut. Salah satu mekanisme
tersebut adalah dormansi.
Dormansi adalah kondisi dimana benih atau bagian meristematik yang lain
dari tumbuhan tidak mampu berkecambah atau bertunas meskipun berada pada
lingkungan yang sangat mendukung perkecambahan atau pertunasan.
Jadi dormansi tidak hanya terjadi pada benih tumbuhan saja tetapi juga pada
bagian meristem lain yang dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan, seperti
umbi (modifikasi batang), rimpang, tunas lateral dan sebagainya. Pada benih
berakhirnya masa dormansi ditandai dengan dimulainya perkecambahan,
sementara pada organ-organ vegetatif akhir masa dormansi diindikasikan dengan
munculnya tunas.
Dormansi berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa tahun
tergantung pada jenis tumbuhan dan tipe dormansinya. Benih yang sedang
dorman dapat berkecambah atau masa dormansinya dapat dipersingkat jika diberi
perlakuan-perlakuan khusus.
Berdasarkan pada faktor yang mengendalikan terjadinya, maka dormansi terdiri
atas :
1. Ecodormansi, bila dormansi terjadi akibat pengaruh lingkungan. Misalnya
tunas tumbuhan yang tidak mau tumbuh akibat kekeringan.
2. Paradormansi, dormansi yang terjadi bukan karena pengaruh dari
meristem tetapi dari dalam tumbuhan itu sendiri. Contohnya kegagalan tunas
lateral tumbuh akibat dari apa yang disebut sebagai dominansi apikal.
3. Endodormansi, terjadi akibat pengaruh dari meristem itu sendiri. Misalnya
dormansi yang terjadi karena after ripening.

Dalam beberapa literatur, dormansi berdasar sumber yang mempengaruhi terbagi


atas dua yaitu :
 Dormansi primer, semua dormansi yang disebabkan oleh sifat fisik dan
fisiologi dari benih. Pengaruh dari sifat fisik juga disebut exogenous
dormancy sementara pengaruh internal benih atau dari fisiologi benih
disebut endogenous dormancy.
 Dormansi sekunder. Dormansi yang terjadi akibat tidak terpenuhinya
syarat-syarat lingkungan yang dibutuhkan untuk perkecambahan. Misalnya
suhu atau kelembaban yang tidak sesuai.
Dormansi pada benih (seed dormancy)
Dormansi pada benih dapat terjadi akibat kulit benih yang impermeabel
terhadap air dan gas atau pengaruh faktor fisiologi benih itu sendiri.

Dormansi fisik
Dormansi fisik adalah dormansi yang terjadi oleh karena pengaruh-pengaruh
berikut :
o Kulit benih yang keras
o Sumbatan lapisan lilin pada permukaan kulit benih
o Adanya hambatan mekanis yang menghalangi munculnya embrio
Kulit benih berperan penting terhadap masuknya air dan gas yang akan
menginisiasi perkecambahan. Perkecambahan dimulai dari imbibisi air oleh benih.
Permeabilitas kulit benih berperan penting dalam proses ini. Bila kulit benih keras
maka air akan kesulitan masuk sehingga benih tetap dorman.
Kulit benih yang keras juga menghambat keluarnya embrio. Begitupun dengan
adanya lapisan lilin pada kulit benih akan menghambat imbibisi air.

Dormansi fisiologis
Dormansi fisiologis terjadi karena :
 Embrio yang belum dewasa (rudimenter)
 Adanya senyawa yang menghambat perkecambahan
 Adanya persyaratan khusus
 After ripening
Embrio yang rudimenter adalah embrio yang belum mengalami
perkembangan secara sempurna. Benih yang rudimenter setelah dipanen
membutuhkan waktu beberapa lama agar embrio berkembang sempurna.
Contohnya benih anggrek dan wortel.
Kehadiran senyawa penghambat (inhibitor) pada benih akan menghalangi
aktivitas enzim-enzim untuk metabolisme perkecambahan sehingga benih
berada pada kondisi dorman. Pada benih tomat dan timun, kehadiran pulp
(lendir) pada kulit benih merupakan penghambat perkecambahan.
Beberapa benih tanaman butuh syarat khusus agar dapat berkecambah.
Sejumlah kultivar selada dan seledri akan berkecambah apabila ada cahaya
pada suhu 25°C, tetapi gagal berkecambah bila ditempatkan dalam kondisi
gelap.
Pada beberapa jenis benih tanaman, meskipun perkembangan embrio dan
kesiapan endosperma (cadangan makanan) telah sempurna dan tidak ada
hambatan secara fisik sehingga benih dikatakan telah siap berkecambah, namun
benih tersebut ternyata tidak mampu berkecambah. Benih jenis ini ternyata
membutuhkan suatu jangka waktu penyimpanan tertentu untuk bisa
berkecambah atau disebut dengan “after ripening”.
After ripening adalah perubahan-perubahan fisiologi pada benih yang
terjadi selama penyimpanan sampai akhirnya benih mampu berkecambah. Masa
simpan untuk after ripening berbeda tergantung pada jenis tanamannya. Contoh
jenis ini adalah benih selada dan bayam.

Gabungan dormansi fisik-fisiologis.


Dormansi jenis ini merupakan gabungan dari dua atau beberapa faktor
yang mempengaruhi dormansi benih baik secara fisik maupun fisiologis.

Dormansi pada organ vegetatif (bud dormancy)


Dormansi pada organ vegetatif seperti umbi, rimpang dan lainnya pada
umumnya bukanlah dormansi fisik tetapi lebih kepada dormansi secara fisiologis.
Baik itu kebutuhan syarat yang spesifik maupun after ripening  mempengaruhi
fungsi fisiologi sehingga menghambat pertumbuhan tunas. Syarat spesifik
misalnya fotoperiodesitas dan suhu rendah. Umbi kentang akan mengalami masa
dorman setelah dipanen. Hal ini karena pengaruh after ripening, dan setelah
disimpan dalam suhu ruang selama beberapa minggu barulah tunasnya tumbuh.
Pematahan dormansi
Benih yang mengalami masa dormansi dapat merupakan kerugian dalam
teknik budidaya tanaman. Waktu yang dibutuhkan dalam proses budidaya menjadi
lebih lama sehingga secara ekonomi tidak menguntungkan. Oleh karena itu
diperlukan adanya perlakuan-perlakuan khusus untuk mematahkan atau
memperpendek masa dormansi ini.

Anda mungkin juga menyukai