Nim : 431419025
Resume
Lapisan sel itu dianggap lapisan bermuka dua karena dapat membuat
turunan kedua arah. Setelah membelah secara periklinal, sel yang ada di sebelah
dalam berkembang menjadi sel xilem dan sel yang berada di luar tetap aktif
sebagai kambium; atau, sel luar berkembang menjadi sel floem dan sel dalam
tetap berlaku sebagai sel kambium.
Inilah tafsiran yang di anut secara luas. Bukti yang paling meyakinkan
adalah bahwa floem sekunder dan xilem sekunderseakan-akan merupakan gambar
cermin dari sesamanya. Pada saat tertentu kambium membentuk jari-jari empuler
baru yang kemudian ditemukan baik di xilem maupun di floem. Selanjutnya,
sementara kambium terdorong ke luar seiring dengan menebalnya silinder xilem
di sebelah dalamnya, sel kambium membelah dengan bidang pembelahan
antiklinal sehingga dapat menambah luas tangensial. Dengan demikian, luas
kambium mengimbangi perluasan silinder xilem yang di klilinginya
Diatas disebutkan bahwa kambium berbentuk silinder penuh. Namun pada
sejumlah tanaman seperti kaktus sukulen, beberapa Euphorbiaaceae, dan
kebanyakan dikotil, termasuk papaya, hanya sedikit kayu yang terbentuk sehingga
tumbuhan tampak seperti tumbuhan herba. Disini kambium tampak seperti
sejumlah pita ramping yang berbatas dengan berkas ikatan pembuluh asal.
Aktifitas yang terbatas dari kambium mengakibatkan berkas tersebut berbentuk
tiang yang berkayu atau jala berkayu.
Faktor Internal
Gen
Faktor Eksternal
Nutrisi
Nutrisi merupakan bahan baku dan sumber energi dalam proses metabolisme
tubuh. Kualitas dan kuantitas nutrisi memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan.
Cahaya Matahari
Suhu
Tanah
Dormansi fisik
Dormansi fisik adalah dormansi yang terjadi oleh karena pengaruh-pengaruh
berikut :
o Kulit benih yang keras
o Sumbatan lapisan lilin pada permukaan kulit benih
o Adanya hambatan mekanis yang menghalangi munculnya embrio
Kulit benih berperan penting terhadap masuknya air dan gas yang akan
menginisiasi perkecambahan. Perkecambahan dimulai dari imbibisi air oleh benih.
Permeabilitas kulit benih berperan penting dalam proses ini. Bila kulit benih keras
maka air akan kesulitan masuk sehingga benih tetap dorman.
Kulit benih yang keras juga menghambat keluarnya embrio. Begitupun dengan
adanya lapisan lilin pada kulit benih akan menghambat imbibisi air.
Dormansi fisiologis
Dormansi fisiologis terjadi karena :
Embrio yang belum dewasa (rudimenter)
Adanya senyawa yang menghambat perkecambahan
Adanya persyaratan khusus
After ripening
Embrio yang rudimenter adalah embrio yang belum mengalami
perkembangan secara sempurna. Benih yang rudimenter setelah dipanen
membutuhkan waktu beberapa lama agar embrio berkembang sempurna.
Contohnya benih anggrek dan wortel.
Kehadiran senyawa penghambat (inhibitor) pada benih akan menghalangi
aktivitas enzim-enzim untuk metabolisme perkecambahan sehingga benih
berada pada kondisi dorman. Pada benih tomat dan timun, kehadiran pulp
(lendir) pada kulit benih merupakan penghambat perkecambahan.
Beberapa benih tanaman butuh syarat khusus agar dapat berkecambah.
Sejumlah kultivar selada dan seledri akan berkecambah apabila ada cahaya
pada suhu 25°C, tetapi gagal berkecambah bila ditempatkan dalam kondisi
gelap.
Pada beberapa jenis benih tanaman, meskipun perkembangan embrio dan
kesiapan endosperma (cadangan makanan) telah sempurna dan tidak ada
hambatan secara fisik sehingga benih dikatakan telah siap berkecambah, namun
benih tersebut ternyata tidak mampu berkecambah. Benih jenis ini ternyata
membutuhkan suatu jangka waktu penyimpanan tertentu untuk bisa
berkecambah atau disebut dengan “after ripening”.
After ripening adalah perubahan-perubahan fisiologi pada benih yang
terjadi selama penyimpanan sampai akhirnya benih mampu berkecambah. Masa
simpan untuk after ripening berbeda tergantung pada jenis tanamannya. Contoh
jenis ini adalah benih selada dan bayam.