Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MAKHLUK HIDUP


Pertumbuhan: proses pertambahan ukuran atau volume serta jumlah sel secara
irreversible.
Perkembangan: proses menuju tercapainya kedewasaan, ditandai dengan
kematangan fungsional pada organisme tersebut. Contoh: manusia dikatakan dewasa
apabila alat perkembangbiakan secara kawin telah berfungsi.
Tumbuh dan kembang merupakan interaksi antara factor internal dan factor eksternal.
Faktor internal: gen pembawa kode untuk membentuk protein, hormone dan enzim.
Protein, hormone dan enzim mempengaruhi metabolism di dalam tubuh untuk mengatur
dan mengendalikan proses pertumbuhan dan perkembangan.
Faktor eksternal: factor lingkungan, misalnya: nutrisi, suhu, pH, air. Potensi genetic
hanya akan berkembang apabila didukung oleh lingkungan yang cocok.
Pola pertumbuhan pada tumbuhan berbeda dengan pertumbuhan pada hewan dan
manusia. Masa pertumbuhan pada tumbuhan dapat berjalan terus menerus selama
hidupnya sepanjang ada factor-faktor pendukungnya, karena tumbuhan memiliki
jaringan meristem yang selalu tersedia. Masa pertumbuhan pada tumbuhan tidak
terbatas, tetapi bukan berarti abadi. Tumbuhan berdasarkan siklus hidupnya dibagi 3
kelompok, yaitu: Tumbuhan annual (setahun), tumbuhan biennial (dua tahun), dan
tumbuhan perennial (tumbuhan tahunan).
Hewan dan manusia memiliki masa pertumbuhan yang sangat terbatas. Contoh:
manusia bertumbuh dari lahir hingga usia 20 tahun untuk perempuan dan 25 tahun
untuk laki-laki, setelah itu tidak bertumbuh lagi.
I. Pertumbuhan Dan Perkembangan Pada Tumbuhan
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hasil dari tiga kegiatan, yaitu:
pembelahan sel, pembesaran sel, dan diferensiasi sel-sel.
Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan tingkat tinggi diawali dari biji. Biji
merupakan hasil fertilisasi antara spermatozoa dengan ovum yang tumbuh menjadi
zygote. Spermatozoa dan ovum terbentuk di dalam gametofit pada bunga.
Gambar gametofit jantan dan betina pada bunga:

Pembentukan gamet jantan pada gametofit jantan.


Pembentukan gametofit betina:

Proses fertilisasi pada Angiospermae:


Setelah fertilisasi, terbentuklah biji.
Struktur biji:

Di dalam biji terdapat calon individu baru (embrio).


Embrio memiliki 3 bagian, yaitu: daun Lembaga (kotiledon), batang Lembaga
(kaulikulus) yang terdiri dari epikotil dan hipokotil, dan akar Lembaga (radikula).
Biji segera mengalami perkembangan jika berada pada kondisi lingkungan yang sesuai.
A. Perkecambahan Biji
1. Fisiologi Perkecambahan
-Proses fisika: terjadi imbibisi air ke dalam sel-sel biji sehingga menyentuh embrio.
-Embrio membebaskan hormone giberalin sebagai sinyal kepada aleoron (lapisan
tipis bagian luar endosperm).
-Aleoron merespon dengan cara mensintesis dan mensekresikan enzim pencernaan
yang menghidrolisis makanan pada endosperm.
-Proses kimia: enzim aktif bekerja menghidrolisis zat makanan pada endosperm.
Cth: Amilum hidrolisis α-amilase>>maltosa maltase>> glukosa untuk metabolism
Protein protease>> asam amino, untuk Menyusun struktur sel dan enzim.
Lemak lipase>> asam lemak, untuk Menyusun membrane sel.
-Dipengaruhi oleh: * oksigen untuk oksidasi sel menghasilkan energi.
* suhu yang tepat untuk aktivasi enzim.
-Berlangsung baik dalam keadaan gelap agar auksin tidak rusak.
-Setelah biji berkecambah, selanjutnya akan membentuk akar, batang dan daun.
2. Tipe-Tipe Perkecambahan

B. Pertumbuhan Primer
Pertumbuhan primer merupakan pertumbuhan yang terjadi karena adanya aktivitas
sel-sel meristem pada ujung batang dan ujung akar, sehingga akar bertambah
Panjang dan batang bertambah tinggi. Aktivitas sel-sel meristem tersebut
dipengaruhi oleh hormone auksin.
Daerah titik tumbuh akar:
Daerah titik tumbuh batang:

C. Pertumbuhan Sekunder
Adanya aktivitas meristem lateral ( cambium) yang dipengaruhi oleh hormone auksin
sehingga cambium berubah menjadi meristematic, membelah ke arah luar membentuk
floem sekunder dan membelah kearah dalam membentuk xylem sekunder, sehingga
diameter akar dan batang bertambah besar.
Meristem jaringan meristem jaringan
Primer primer lateral sekunder

Protoderm Epidermis
Floem Primer floem sekunder
Meristem
Apical Prokambium Kambium vaskuler xylem sekunder
Batang xylem primer
Meristem dasar jaringan dasar cambium gabus gabus
(pada korteks dan empulur) periderm
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan:
a. Faktor eksternal:
1. Nutrisi: unsur makro, cth: C,H,O,N
Unsur mikro, cth: B, Mn, Zn, Cu, Ni.

2. Air: sebagai pelarut, bahan dasar untuk reaksi kimia, medium tempat
berlangsungnya reaksi metabolisme, mengedarkan hasil fotosintesis.
3. pH (derajad keasaman), misalnya pada tanaman Hortensia (Hydrangea sp.)
dapat mempengaruhi warna bunga.
4. Kadar garam dapat mempengaruhi proses penyerapan air oleh sel-sel rambut
akar.
5. Oksigen untuk respirasi.
6. Cahaya: untuk fotosintesis, dan berperan untuk mengendalikan hampir semua
tahapan pertumbuhan mulai dari perkecambahan, pertumbuhan batang dan
daun hingga gerak respon tumbuhan. Cahaya matahari juga dapat memicu
pembentukan pigmen antosianin dan flavonoid yang dapat mempengaruhi warna
bunga.
7. Suhu mempengaruhi kerja enzim
8. Kelembaban udara maupun tanah berkaitan dengan ketersediaan air. Tanah
gembur yang banyak mengandung kompos mampu menyerap air sehingga akan
selalu terjaga kelembabannya.
9. Gravitasi. Tumbuhan mapu mengindera gravitasi karena adanya pengendapan
statolith pada titik terendah sel tudung akar. Statolith merupakan plastida yang
mengandung butiran pati padat.
10. Sentuhan menghambat pertumbuhan sel-sel, sehingga terjadi perbedaan laju
pertumbuhan sel yang terkena sentuhan dan sel yang tidak terkena sentuhan.
11. Organisme parasite dan herbivora yang dapat mengambil sari makanan dari
tumbuhan sehingga dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan.

b. Faktor Internal: gen yang mempengaruhi pembentukan hormone.


1. Hormon Auksin
Fungsi: merangsang pembentukan pembuluh floem dan xylem
Merangsang aktivitas cambium
Merangsang pembentukan akar lateral
Merangsang perkembangan bunga dan buah
Partenokarpi
2. Giberalin
Fungsi: memacu pemanjangan dan pembelahan sel
Memacu perkembangan embrio pada perkecambahan
Mengakhiri dormansi pada biji dan kuncup ketiak batang
Memperbesar ukuran buah
Berperan dalam partenokarpi
3.Gas etilen,
Fungsi: mempercepat proses pematangan buah
Berperan dalam pengguguran daun dan merangsang pertumbuhan batang
menjadi tebal dan kokoh.
3. Sitokinin
Fungsi:
- Menghambat penuaan pada organ tumbuhan
- Mengatur pembentukan bunga dan buah
- Menghambat dominansi apical oleh auksin
- Partenokarpi
- Bersama auksin merangsang pembelahan sel.
- Merangsang sintesis RNA dan protein.
4. Asam Absisat
Fungsi:
- Menghambat pertumbuhan
- Menyebabkan dormansi biji dan tunas
- Menyebabkan absisi daun
- Menyebabkan senesens pada sel, organ atau individu.
5. Kalin
Fungsi:
- Filokalin untuk memacu pembentukan daun
- Kaulokalin untuk memacu pembentukan batang
- Rizokalin untuk memacu pembentukan akar
- Antokalin memacu pembentukan bunga.

6. Asam traumalin
Fungsi; memacu pembelahan sel pada bagian tumbuhan yang mengalami luka.
II. Pertumbuhan Dan Perkembangan Pada Hewan dan Manusia
Terdiri dari 2 tahap: tahap embrio dan tahap pasca embrio.

Tahap Embrio 

Tahap embrio dimulai dari proses fertilisasi (penyatuan sel telur dan sperma), kemudian
terbentuk zigot yang mengalami proses pembelahan. Tahap embrio dikelompokkan
menjadi beberapa fase, yaitu fase pembelahan (cleavage) yang membentuk morula,
fase blastula, fase gastrula, fase diferensiasi, serta organogenesis.  

Fase Morula 
Pada fase ini zigot mengalami pembelahan berkali-kali. Pembelahan zigot terjadi
secara mitosis, yaitu dimulai dari satu menjadi dua,  dua menjadi empat,  dan
seterusnya.  Pada saat pembelahan sel terjadi pembelahan yang tidak bersamaan.
Embrio yang terdiri dari 16-64 sel inilah yang disebut morula.

Fase Blastula
Pada fase blastula terjadi pembagian sitoplasma ke dalam dua kutub yang dibentuk
pada fase morula. Pada fase ini kutub fungsional dan kutub vegetatif telah selesai
dibentuk.  Hal ini ditandai dengan dibentuknya rongga di antara kedua kutub yang berisi
cairan dan disebut blastosol / blastocoel (Gambar 2).  Embrio yang memiliki blastosol
disebut blastula. Proses pembentukan blastosol disebut blastulasi.

Fase Gastrula,

Embrio mengalami proses diferensiasi dengan mulai menghilangkan blastosol. Sel-sel


pada kutub fungsional akan membelah dengan cepat.  Akibatnya, sel-sel pada kutub
vegetatif membentuk lekukan ke arah dalam (invaginasi).  Invaginasi akan membentuk
dua formasi, yaitu lapisan luar (ektoderm)  dan lapisan dalam (endoderm). Bagian
tengah gastrula disebut dengan arkenteron. Bagian luar yang terbuka menuju
arkenteron disebut dengan blastofor. Pada fase ini akan terjadi lanjutan diferensiasi
sebagian endoderm menjadi bagian mesoderm. Pada akhir dan gastrula telah
terbentuk bagian endoderm,  mesoderm,  ectoderm.

Hewan triploblastik dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan ada


tidaknya selom (berasal dari kata coelom = ruangan yang berongga) dan bagaimana
selom tersebut dibentuk selama embriogenesis. Kelompok hewan tersebut
yaitu aselomata, pseudoselomata, dan selomata (euselomata). Hewan aselomata
tidak memiliki pseudoselomata memiliki selom semu, contohnya cacing tanah. Hewan
selomata yang memiliki selom sesungguhnya, misalnya manusia (Gambar 4)

Diferensiasi dan Organogenesis 


Pada fase ini mulai terjadi diferensiasi dan organogenesis pada struktur dan fungsi sel
untuk menjadi jaringan yang spesifik.  Proses ini dikendalikan oleh faktor gen yang
dibawa pada saat terjadi pembentukan kutub fungsional dan kutub vegetatif.  Pada
akhirnya masing-masing bagian endoderm, mesoderm,  dan ektoderm akan mengalami
diferensiasi menjadi organ-organ sebagai berikut:

1. Ektoderm akan mengalami diferensiasi menjadi epidermis,  rambut,  kelenjar


minyak,  kelenjar keringat,  email gigi,  sistem saraf,  dan saraf reseptor.  
2. Mesoderm akan mengalami diferensiasi menjadi tulang,  jaringan ikat,  otot,
sistem peredaran darah, sistem ekskresi misalnya duktus deferens,  dan
sistem reproduksi 
3. Endoderm akan mengalami diferensiasi menjadi jaringan epitel pencernaan,
sistem pernapasan,  pankreas dan hati serta kelenjar gondok. 
Dalam proses diferensiasi dan organogenesis,  bagian yang berdekatan saling
mempengaruhi. Sebagai contoh,  bagian mesoderm akan mempengaruhi ektoderm
dalam diferensiasi untuk perkembangan alat gerak,  yaitu sebagian berasal dari sel
ektoderm dan sebagian dari mesoderm.  Setelah tahap embrio selesai,  embrio yang
disebut janin siap dilahirkan.

Tahapan Pasca Embrio 

Pada tahap pasca embrio,  terjadi pertumbuhan dan perkembangan menjadi individu
dewasa. Individu dewasa, artinya siap menghasilkan keturunan atau bereproduksi
Beberapa hewan invertebrata mengalami regenerasi atau metamorfosis selama
pertumbuhan dan perkembangannya Sedangkan hewan vertebrata mengalami
pertumbuhan dan perkembangan dari hewan muda (anak) menjadi hewan dewasa.

Regenerasi 
Regenerasi adalah proses perbaikan tubuh yang luka atau rusak.  Proses ini ditentukan
oleh sel-sel batang dalam tubuh hewan yang belum mengalami diferensiasi. Pada
organisme yang berkembang biak secara aseksual, regenerasi berarti juga sebagai
proses reproduksi atau berkembang biak
Metamorfosis Metamorfosis adalah perubahan ukuran,  bentuk,  dan bagian-bagian
tubuh hewan dari suatu stadium ke stadium berikutnya. Metamorfosis merupakan
proses pertumbuhan dan perkembangan hewan khususnya serangga dan amfibi
menuju dewasa.  Dalam siklus hidupnya, hewan memiliki truktur dan fungsi tubuh yang
berbeda pada setiap stadium.  Metamorfosis dikendalikan oleh hormon tiroksin dan
triodotironin yang dihasilkan oleh kelenjar Thyroid, di bawah pengaruh TSH (Thyroid
Stimulating hormon)-yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis.

Metamorfosis serangga (insekta) 


Berdasarkan tidak terjadinya atau terjadinya tahap metamorfosis yang dialami,
serangga dibedakan menjadi kelompok serangga ametabola, holometabola,
dan hemimetabola. 

a. Ametabola 
Ametabola merupakan organisme yang tidak mengalami proses metamorfosis. Stadium
yang dimiliki adalah stadium telur dan stadium imago (dewasa).  Contohnya kutu buku
yang bertelur kemudian berkembang menjadi dewasa tanpa melakukan metamorfosis

b. Holometabola 
Holometabola merupakan organisme yang mengalami metamorfosis sempurna.  Hewan
ini memiliki stadium telur, larva (ulat), pupa (kepompong), dan imago (dewasa).  Contoh
hewan yang mengalami metamorfosis sempurna adalah kupu-kupu. Stadium telurnya
dapat kita amati pada daun, Telur menjadi larva yang sangat aktif mencari makan
dengan cara memakan daun. Stadium larva terjadi beberapa kali pergantian kulit yang
disebut dengan ekdisis. Setelah itu larva akan berubah menjadi pupa (kepompong).
Fase pupa merupakan fase istirahat. Kemudian,  pupa berkembang menjadi kupu-kupu
yang mampu terbang dan berkembang biak kembali untuk menghasilkan telur. Contoh
lain holometabola adalah kumbang, ngengat, semut, dan lebah.
c. Hemimetabola 
Hemimetabola merupakan organisme yang mengalami metamorfosis tidak
sempurna. Stadium yang dimiliki oleh hewan ini adalah telur, larva atau nimfa,
semi-imago, dan imago (dewasa). Contoh hewan kelompok ini adalah kumbang.
Stadium telur dapat kita amati pada pasir sebagai medium peletakan telur.
Setelah telur menetas,  terbentuk stadium larva. Setelah itu akan terbentuk
stadium semi-imago.  Stadium ini memiliki bentuk morfologi yang sama dengan
kumbang imago,  tetapi belum memiliki kemampuan untuk bereproduksi, karena
organ reproduksinya belum tumbuh sempurna. Setelah itu kumbang memasuki
stadium imago yang mampu bereproduksi atau berkembang bia menghasilkan.
Contoh lain hemimetabola adalah belalang, walang sangit,  dan lipas.
Metamorfosis katak (amfibi) 
Tahap metamorfosis katak pada umumnya dibagi menjadi 3 stadium,
yaitu premetamorfosis, prometamorfosis, dan metamorfosis klimaks. Selama
stadium premetamorfosis, telur yang telah dibuahi tumbuh menjadi berudu (kecebong).
Berudu bertambah ukurannya dengan sedikit perubahan bentuk tubuh. Pada stadium
prometamorfosis, kaki bagian belakang muncul dan pertumbuhan tubuh terjadi secara
lambat. Selama metamorfosis klimaks, kaki bagian depan muncul dan ekor mulai
menghilang.  

Metagenesis

Beberapa jenis hewan dan tumbuhan ada yang mengalami proses


metagenesis. Metagenesis adalah proses pergiliran hidup yaitu antara fase seksual dan
aseksual. Hewan dan tumbuhan yang mengalami metagenesis akan mengalami dua
fase kehidupan, yaitu fase kehidupan yang bereproduksi secara seksual dan fase
kehidupan yang bereproduksi secara aseksual. 
Metagenesis pada tumbuhan dapat diamati dengan jelas pada tumbuhan tak berbiji
(paku dan lumut). Pada tumbuhan tersebut, pembentukan gamet jantan berlangsung di
dalam antheridium dan gamet betina di dalam arkegonium. Jika gamet jantan
membuahi gamet betina, maka akan terbentuk zigot. Zigot tumbuh menjadi individu
yang menghasilkan spora. Generasi ini disebut fase vegetatif (aseksual) atau sporofit.
Spora yang jatuh di tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi individu baru yang
menghasilkan gamet. Karena menghasilkan gamet, maka generasi ini disebut fase
generatif (seksual) atau gametofit. Demikian seterusnya terjadi pergiliran keturunan
antara fase gametofit dan sporofit. Tumbuhan lumut yang sering kamu jumpai
merupakan fase gametofit. Sedangkan tumbuhan paku yang kamu lihat sehari-hari
merupakan fase sporofit. Pergiliran keturunan antara fase sporofit dan gametofit itulah
yang disebut metagenesis. Beberapa hewan tingkat rendah juga mengalami
metagenesis, contohnya Obelia dan Aurelia. Perhatikan metagenesis ubur-ubur
(Aurelia), dari gambar itu tampak jelas bahwa ubur-ubur (Aurelia) memiliki dua jenis
kehidupan yaitu kehidupan saat menempel (polip) dan kehidupan bergerak bebas (medusa).

Anda mungkin juga menyukai