3. Tipe-tipe perkecambahan
1. Perkecambahan
Biji yang telah mendapatkan kondisi yang memungkinkan akan mengalami
perkecambahan. Terdapat dua tipe perkecambahan yaitu:
a. Epigeal
Perkecambahan tipe epigeal yaitu ketika kotiledon ikut terangkat bersama pucuk
lembaga (plumula) dikarenakan pemanjangan hipokotil lebih cepat daripada epikotil.
Tumbuhan yang mengalami ini kebanyakan adalah tumbuhan dikotil
Gambar 3. Epigeal
b. Hipogeal
Perkecambahan tipe epigeal yaitu ketika kotiledon tidak ikut terangkat bersama
pucuk lembaga (plumula) dikarenakan pemanjangan epikotil lebih cepat daripada
hipokotil. Tumbuhan yang mengalami ini kebanyakan adalah tumbuhan
monokotil.
Gambar 4. Epigeal
Syarat sebuah biji untuk mulai berkecambah adalah biji tersebut berada pada
kondisi yang tepat dan sesuai. Apabila air, kelembapan maupun faktor ekternal tidak
memadai maka biji akan mengalami fase dormansi atau tidak aktif. Maka dalam
perkecambahan pada biji mengalami proses yang rumit yaitu air masuk ke dalam embrio
sehingga mengaktifkan enzim yang ada di dalamnya. Dengan aktifnya enzim, maka
terjadi peningkatan aktivitas metabolik yang mengakibatkan tumbuhnya radikula.
Tumbuhan memiliki dua titik pertumbuhan primer, yaitu titik tumbuh pada akar
dan titik tumbuh pada batang.
1) Titik Tumbuh Akar
Titik tumbuh pada akar merupakan bagian jaringan meristem akar yang dilindungi
oleh tudung akar (kaliptra). Tudung akar mengeluarkan lender polisakarida yang
berfungsi untuk melumasi akar sehingga mengurangi gesekan antara ujung akar
dan butir-butir tanah pada saat akar menembus tanah. Jaringan meristem pada
akar banyak mengandung cadangan makanan yang diperlukan dalam metabolism.
Hasil metabolism digunakan untuk pemanjangan akar.
Berdasarkan aktivitas sel dan struktur jaringan, titik tumbuh akar di bagi
menjadi tiga daerah, yaitu Zona pembelahan sel, Zona pemanjangan sel, dan
Zona diferensiasi. Namun, zona-zona tersebut bergabung tanpa ada batasan yang
jelas.
1. Zona pembelahan sel tersusun dari kumpulan sel yang berukuran kecil,
berdinding tipis,berbentuk seragam, dan sel-selnya aktif membelah secara
cepat.
2. Zona pemanjangan sel terletak dibelakang zona pembelahan sel-selnya
memanjang sampai berukuran sepuluh kali panjang semula sehingga
mendorong ujung akar. Sel-sel penyusunnya tampak berbeda baik ukuran
maupun bentuknya.
3. Zona diferensiasi (pematangan) sel menunjukkan perbedaan bentuk dan
ukuran sel-sel yang semakin jelas. Dinding sel mengalami penebalan karena
terjadi penimbulan substansi material dibagian dalamnya. Pada zona ini
terjadi proses organogenesis dan lapisan epidermis akar telah memiliki
rambut-rambut akar untuk menyerap garam-garam mineral dari dalam tanah.
Jaringan primer akar terbentuk dari ketiga jenis jaringan meristem primer
sebagai berikut:
1. Protoderm, yaitu meristem primer yang terletak paling luar dan akan
membentuk epidermis.
2. Prokambium, terletak di bagian paling dalam, akan menjadi stele (silinder
pusat) yang terdiri atas perisikel, berkas pembuluh xilem dan floem. Dari
lapisan sel-sel perisikel, dapat tumbuh akar lateral (samping).
3. Meristem dasar, terletak di antara protoderm dan prokambium, akan
membentuk jaringan dasar, yaitu sel-sel parenkim pengisi korteks.
Gambar 6. Jaringan meristem pada akar
B. Pertumbuhan Sekunder
Jika kita perhatikan secara cermat batang-batang tumbuhan di sekitar
lingkungan tempat kita tingga, dari hari ke hari bukan hanya semakin tinggi, tetapi
juga semakin besar. Batang tumbuhan menjadi besar karena mengalami
pertumbuhan sekunder. Pertumbuhan sekunder merupakan hasil aktivitas
jaringan meristem sekunder, yaitu kambium pembuluh dan kambium gabus
(Felogen). Pada umumnya, pertumbuhan sekunder terjadi pada batang tumbuhan
Gymnospermae dan dikotil. Sebagian besar akar dikotil berkayu mengalami
pertumbuhan sekunder. Tumbuhan monokotil tidak mengalami pertumbuhan
sekunder, kecuali monokotil berkayu khususnya Angave, Aloe, Dracaena, dan
Yucca.
Gambar 9. Pertumbuhan sekunder pada batang
Jaringan kambium pembuluh terletak di antara jaringan pembuluh xilem
(pembuluh kayu) dan pembuluh floem (pembuluh kulit). Jaringan kambium
pembuluh mudah diamati dan dibedakan dengan jaringan lainnya. Jika kita
mengupas kulit batang, akan terlihat bagian kambium berupa lendir licin.
Pembelahan sel-sel pembuluh kambium terjadi secara radial., yaitu membelah
kearah luar membentuk floem sekunder dan membelah kearah dalam membentuk
xilem sekunder.
Pada tumbuhan tahunan (perennial), pertumbuhan sekunder terjadi
bertahun-tahun sehingga lapisan demi lapisan xilem sekunder membentuk kayu
dengan formasi melingkar yang disebut lingkaran tumbuh (lingkaran tahun).
Pembentukan lingkaran tumbuh sangat dipengaruhi oleh musim, di daerah
beriklim tropis, umumnya lingkaran tumbuh yang terbentuk pada musim hujan
lapisannya lebih tebal dari pada lapisan yang terbentuk pada musin kemarau.
Ketika musim hujan, kualitas air yang diserap dari tanah meningkat dan
pertumbuhan xilem sekunder akan lebih cepat. Sebaliknya, di musim kemarau,
intensitas penyerapan air berkurang sehingga xilem yang terbentuk akan lebih
kecil dan terkesan berwarna lebih gelap karena sel-selnya lebih padan dan kering
akibat kekurangan air.
Gambar 10. Lingkaran tahun
Floem sekunder dan jaringan diluarnya berkembang menjadi kulit. Selama
bertahun-tahun, pertumbuhan kayu lebih cepat dan tidak seimbang dengan
pertumbuhan kulitnya. Epidermis yang dihasilkan oleh pertumbuhan primer akan
pecah-pecah, mengelupas, kering, dan jatuh dari batang. Epidermis berfungsi
sebagai pelindung sehingga jika mengalami kerusakan akan mengganggu jaringan
yang terdapat di dalamnya. Untuk itu, tumbuhan akan membentuk jaringan
pelindung baru yang dihasilkan oleh kambium gabus (felogen). Sel-sel kambium
gabus akan membelah kearah luar membentuk felem dan kearah dalam akan
membentuk feloderm. Ketiga jaringan sekunder felem, felogen, dan feloderm
secara kolektif disebut periderm.
Felem merupakan lapisan gabus yang terdiri atas sel-sel mati yang
mengandung suberin (bahan berlilin) pada dinding selnya sehingga kedap air dan
udara. Feloderm merupakan korteks sekunder yang terdiri atas sel-sel hidup dan
tidak mengandung suberin. Lapisan gabus tidak semuanya rapat, terdapat celah-
celah yang disebut lentisel. Lentisel berfunsi sebagai jalur keluar masuknya udara
pernapasan. Lentisel pada batang mudah diamati. Jika permukaan batang
tumbuhan diraba, akan terasa ada benjolan-benjolan kecil yang kasar dan terlihat
pori-pori ditengahnya.
1. Faktor Internal
Adapun faktor-faktor internal yang memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan adalah sebagai berikut.
a. Gen
Gen adalah substansi/materi pembawa sifat yang diturunkan dari
induk. Gen mempengaruhi ciri dan sifat makhluk hidup, misalnya bentuk
tubuh, tinggi tubuh, warna kulit, warna bunga, warna bulu, rasa buah, dan
sebagainya. Gen juga menentukan kemampuan metabolisme makhluk
hidup, sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya.
b. Hormon
Hormon merupakan zat spesifik berupa zat organik yang dihasilkan
oleh suatu bagian tumbuhan untuk mengatur pertumbuhan dan
perkembangannya. Hormon juga dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan. Hormon-hormon tumbuhan yang telah dikenal
pada saat ini meliputi auksin, giberelin, sitokinin, asam absisat, kalin, etilen,
dan asam traumalin.
1) Auksin
Auksin atau asam indol asetat ditemukan pada tahun 1926 oleh Frits
Went. Dia menemukan auksin di ujung koleoptil kecambah Avena
(sejenis gandum). Perhatikan Gambar. Auksin juga ditemukan di ujung
akar dan ujung batang. Beberapa peran auksin dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Menghambat pembentukan tunas samping. Pertumbuhan tunas ujung
menghambat pertumbuhan tunas samping. Keadaan ini disebut
dominansi pucuk atau dominansi apikal.
b. Memacu pertumbuhan akar liar pada batang, misalnya pada tanaman
apel ditemukan akar pada bawah cabang pada daerah antar nodus.
c. Memacu pertumbuhan akar pada tanaman yang dikembangbiakkan
dengan stek.
d. Memacu berbagai sel tumbuhan untuk menghasilkan etilen.
2) Giberelin
Giberelin pada tumbuhan terdapat pada biji (terutama kacangkacangan), daun, dan
akar. Giberelin berfungsi untuk:
a. Memacu pemanjangan batang.
b. Mematahkan dormansi biji atau mempercepat perkecambahan.
c. Mempercepat munculnya bunga.
d. Merangsang proses pembentukan biji.
e. Menyebabkan perkembangan buah tanpa biji (parteno karpik).
f. Menunda penuaan daun dan buah.
3) Sitokinin
Sitokinin bisa ditemukan di jaringan pembuluh. Sitokinin berfungsi
untuk:
a. Memacu pembelahan sel pada tahapan sitokinesis.
b. Memacu pembentukan kalus menjadi kuncup, batang, dan daun.
c. Menunda penuaan daun dan buah.
d. Memacu pertumbuhan kuncup samping atau menghambat pengaruh
dominansi apikal
e. Memperbesar daun muda.
4) Asam Absisat
Gambar 14. Eksperimen pada
Asam absisat (ABA) dapat ditemukan pada buah. Hormon ini tanaman Phaseolus vulgaris
berfungsi untuk: yang dipacu dengan giberelin.
a. Mempertahankan masa dormansi, sehingga menghambat perkecambahan biji.
b. Mempertahankan diri jika tumbuhan berada pada lingkungan yang tidak sesuai
antara lain saat kekurangan air, tanahnya bergaram, dan suhu dingin atau suhu
panas.
c. Merangsang penutupan mulut daun (stomata) sehingga mengurangi penguapan.
d. Berperan dalam pembentukan zona absisi (Gambar 4), sehingga menyebabkan
pengguguran daun, bunga, dan buah.
Gambar
6) Etilen
Gas etilen dikeluarkan oleh bagian tumbuhan yang busuk, terutama buah. Apakah
kalian pernah melakukan proses pemeraman buah? Jika buah yang telah tua
dimasukkan di tempat yang hangat (bukan dipanggang) dalam posisi tertutup
rapat, buah cepat masak.
Gas etilen juga berperan pada pengguguran bunga, daun (peran gas etilen pada
pengguguran lebih kuat dibanding asam absisat (ABA)). Pada bunga dimulai
dengan memudarnya warna, pengkerutan. Pada daun dimulai dengan hilangnya
klorofi l. Gas etilen yang diberikan bersama auksin dapat merangsang proses
pembungaan.
7) Asam traumalin
Asam traumalin berperan dalam proses pembentukan kembali selsel yang rusak,
jika jaringan tumbuhan terluka.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal (faktor lingkungan) yang memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan meliputi nutrisi, air, cahaya, kelembaban, faktor
biologis.
a. Nutrisi
Ada banyak unsur yang diperlukan oleh tumbuhan. Seperti halnya
makhluk hidup yang lain, tumbuhan memerlukan nutrisi atau makanan untuk
hidupnya. Tumbuhan hijau mengambil nutrisi dari udara, air, dan dari dalam
media tumbuhnya. Misalnya dari dalam tanah, nutrisi diambil dalam bentuk ion.
Unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tumbuhan dalam jumlah yang banyak disebut
unsur makro (makronutrien) dan yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit disebut
unsur mikro (mikronutrien).
Sumber-sumber nutrisi bagi tumbuhan berupa zat-zat organik dan zat-zat
anorganik. Perbaikan kesuburan tanah secara alami dengan pemupukan, baik
menggunakan pupuk alami maupun pupuk buatan banyak dilakukan oleh para
petani. Disamping penambahan zat-zat organik dan zat-zat anorganik, nutrisi yang
ada dalam tanah berasal dari hasil pelapukan mineral anorganik dan hasil
biodegradasi bahan organik. Unsur-unsur yang telah tersedia dalam media tanam
(misalnya tanah) tidak segera dapat dipergunakan oleh tumbuhan apabila faktor –
faktor lain tidak terpenuhi, misalnya adanya mikroba dalam tanah.
Terdapat sembilan makronutrien, yang meliputi enam unsur penyusun
utama senyawa organik: karbon, oksigen, hidrogen, nitrogen, sulfur, dan fosfor.
Tiga makronutrien lainnya adalah kalium, kalsium, dan magnesium. Sedangkan
kedelapan mikronutrien adalah besi, klorida, tembaga, mangan, seng,
molybdenum, boron, dan nikel. Pada tumbuhan, unsur-unsur ini sebagian
berfungsi sebagai kofaktor-kofaktor reaksi enzimatik.
Tumbuhan yang kekurangan nutrien pada media tanamnya akan
mengalami defisiensi. Apabila hal ini terjadi, maka pertumbuhan dan
kembangannya tidak sempurna.
Jenis unsur, fungsi utama, dan akibat defisiensi unsur dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 1. Jenis unsur makro, fungsi utama, dan akibat defisiensi unsur pada
tumbuhan
Tabel 2. Jenis unsur mikro, fungsi, dan akibat defisiensi unsur pada tumbuhan
Besi (Fe) Fe2+ dan Fe3+ Komponen sitokrom, Klorosis, daun pucat,
Jenis Unsur Bentuk yang Fungsi Utama Akibat Defisiensi
Mikro Tersedia
Bagi
Tanaman
b. Air
Air diperlukan oleh tumbuhan dalam jumlah besar. Fungsi air bagi
tumbuhan adalah sebagai berikut.
1. Pelarut zat-zat yang dibutuhkan oleh tumbuhan
2. Bahan dasar untuk reaksi biokimia
3. Sebagai medium berlangsungnya reaksi metabolisme
4. Menjaga tekanan turgor dinding sel dan agar tidak kekeringan
5. Berperan dalam proses transportasi unsur hara dari tanah ke daun
6. Mengedarkan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan
7. Untuk proses transpirasi (penguapan) dan fotosintesis
Jika kekurangan air, tumbuhan akan layu karena terjadi penurunan tekanan
turgor pada sel-selnya. Namun, tumbuhan memiliki sistem kontrol untuk
mengatasi kekurangan air agar tidak terlalu ekstrim. Tumbuhan merespons
kekurangan air dengan cara memperlambat laju transpirasi (penguapan).
Kekurangan air akan memacu pembentukan dan pembebasan hormon asam
absisat (ABA, abscisic acid) dari sel-sel mesofil daun yang menyebabkan stomata
tertutup.
Saat musim kemarau panjang dan kekurangan air, beberapa jenis
tumbuhan mengurangi penguapan dengan cara menggugurkan daunnya.
Tumbuhan gurun beradaptasi terhadap kekurangan air dengan cara membentuk
daun seperti duri. Sebaliknya, tumbuhan yang hidup di air, memiliki daun yang
tipis dan lebar untuk mempercepat penguapan.
c. Cahaya
Bagi manusia dan hewan cahaya matahari berfungsi sebagai penerang.
Sedangkan bagi tumbuhan dan organisme berklorofil, cahaya matahari dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam proses fotosintesis. Dalam proses ini
energi cahaya diperlukan untuk berlangsungnya penyatuan CO₂ dan air untuk
membentuk karbohidrat.
Perkembangan struktur tumbuhan juga dipengaruhi oleh cahaya
(fotomorfogenesis). Efek fotomorfogenesis ini dapat dengan mudah diketahui
dengan cara membandingkan kecambah yang tumbuh di tempat terang dengan
kecambah dari tempat gelap. Kecambah yang tumbuh di tempat gelap akan
mengalami etiolasi atau kecambah tampak pucat dan lemah karena produksi
klorofil terhambat oleh kurangnya cahaya. Sedangkan, pada kecambah yang
tumbuh di tempat terang, daun lebih berwarna hijau, tetapi batang menjadi lebih
pendek karena aktifitas hormon pertumbuhan auksin terhambat oleh adanya
cahaya.
- Fototropisme
Percobaan N Cholodny dan Frits went menerangkan bahwa pada ujung
koleoptil tanaman, pemanjangan sel yang lebih cepat terjadi di sisi yang teduh
daripada sisi yang terkena cahaya. Sehingga, koleoptil membelok ke arah
datangnya cahaya. Hal ini terjadi, karena hormon auksin yang berguna untuk
pemanjangan sel berpindah dari sisi tersinari ke sisi terlindung.
Banyak jenis tumbuhan mampu melacak matahari, dalam hal ini lembar
datar daun selalu hampir tegak lurus terhadap matahari sepanjang hari. Kejadian
tersebut dinamakan diafototropisme. Fototropisme ini terjadi pada famili
Malvaceae.
Gambar 16. Pengaruh auksin terhadap fototropisme
- Fotoperiodisme
Interval penyinaran sehari-hari terhadap tumbuhan mempengaruhi proses
pembungaan. Lama siang hari di daerah tropis kira-kira 12 jam. Sedangkan, di
daerah yang memiliki empat musim dapat mencapai 16 - 20 jam. Respon
tumbuhan yang diatur oleh panjangnya hari ini disebut fotoperiodisme.
Fotoperiodisme dipengaruhi oleh fitokrom (pigmen penyerap cahaya).
Fotoperiodisme menjelaskan mengapa pada spesies tertentu biasanya berbunga
serempak. Tumbuhan yang berbunga bersamaan ini sangat menguntungkan,
karena memberi kesempatan terjadinya penyerbukan silang.
Berdasarkan panjang hari, tumbuhan dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu:
o Tumbuhan hari pendek, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran
kurang dari 12 jam sehari. Contohnya krisan, jagung, kedelai, anggrek, dahlia,
stroberi, aster, ubi jalar, kopi, dan tembakau.
o Tumbuhan hari panjang, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran
lebih dari 12 jam (14 - 16 jam) sehari. Contohnya kembang sepatu, bit, selada,
gandum, barli, oat, bayam, lobak, dan kol.
o Tumbuhan hari netral, tumbuhan yang tidak responsif terhadap panjang
hari untuk pembungaannya. Contohnya mentimun, padi, wortel liar, mawar,
bunga matahari, anyelir, tomat, jagung, padi, lada, pepaya, bunga pukul empat,
buncis, kacang
polong dan kapas.
Gambar
17. Tumbuhan
hari pendek (a)
dan tumbuhan
hari panjang
(b)
d.
Kelembapan
Kelembapan udara maupun tanah berkaitan dengan ketersediaan
air. Kelembapan pada tanah sangat ditentukan oleh kandungan zat organik.
Tanah gembur yang banyak mengandung kompos mampu menyerap air
sehingga akan selalu terjaga kelembapannya. Kelembapan udara
memengaruhi laju transpirasi. Kelembapan udara yang terlalu tinggi akan
menghambat proses transpirasi sehingga sehingga pengangkutan air dan
garam-garam mineral akan berjalan lambat. Lambatnya pengangkutan air
dan garam mineral berpengaruh pada proses fotosintesis.
Tumbuhan memiliki batas kemampuan beradaptasi terhadap
tingkat kelembapan tertentu. Tumbuhan yang memiliki kemampuan
beradaptasi yang baik terhadap kelembapan, antara lain kaktus dan kelapa.
e. Faktor Biologis
Meliputi gulma, herbivora, organisme penyebab penyakit,
nematoda, maupun mikroorganisme tanah (misalnya: bakteri Rhizobium
dan Mikorhiza).
Beberapa mikrofauna dan mikroflora yang ada dalam tanah
berperan dalam penyedia unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tumbuhan
untuk memenuhi kebutuhannya. Mikroorganisme tersebut adalah bakteri
nitrifikasi, bakteri Rhizobium azotobakter, Nitrosomonas, dan
nitrosococcus. Tumbuhan paku air Azolla pinata dan ganggang hijau biru
dapat mengikat N dari udara. Cendawan merupakan organisme pembusuk
bahan organik. Beberapa hewan kecil penyedia unsur adalah dari
kelompok insekta (semut, rayap), dan cacing tanah. Mikrofauna dan
mikroflora tersebut dapat hidup di dalam tanah apabila syarat-syarat
hidupnya terpenuhi seperti aerasi dalam tanah, kelembaban tanah,
temperatur tanah, ketersediaan bahan organik, dan pH tanah.
Organisme parasit pada tumbuhan dapat berupa virus, bakteri, dan
jamur. Organisme parasit tersebut mengambil sari makanan dari tumbuhan
inang sehingga tumbuhan inang yang ditumpangi akan terganggu
pertumbuhan dan perkembangannya, bahkan dapat mengalami kematian.
Herbivora adalah hewan pemakan tumbuh-tumbuhan, misalnya
ulat, belalang, dan kumbang. Jika daun-daun pada tumbuhan dimakan ulat,
akan mengganggu proses pertumbuhannya. Namun, beberapa tumbuhan
memiliki alat pertahanan diri secara fisik seperti duri-duri dan pertahanan
secara kimiawi, misalnya menghasilkan zat kanavanin yang merupakan
racun bagi herbivora.
2. Faktor Eksternal
a. Makanan atau Nutrisi
Makanan merupakan bahan baku dan sumber energi dalam proses
metabolism tubuh. Kualitas dan kuantitas makanan akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup. Zat
gizi yang diperlukan manusia dan hewan adalah karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, dan mineral. Semua zat ini diperoleh dari makanan
b. Suhu
Semua makhluk hidup membutuhkan suhu yang sesuai untuk
menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Suhu ini disebut suhu
optimum, misalnya suhu tubuh manusia yang normal adalah sekitar
37°C. Pada suhu optimum, semua makhluk hidup dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik. Hewan dan manusia memiliki kemampuan
untuk bertahan hidup dalam kisaran suhu lingkungan tertentu
c. Cahaya
Cahaya berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
makhluk hidup. Selain tumbuhan, manusia juga membutuhkan cahaya
matahari untuk membantu pembentukan vitamin D.
d. Air
Air merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Air sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Tanpa air,
makhluk hidup tidak dapat bertahan hidup. Air merupakan tempat
berlangsungnya reaksi-reaksi kimia di dalam tubuh. Tanpa air, reaksi
kimia di dalam sel tidak dapat berlangsung, sehingga dapat
mengakibatkan kematian.
e. Kelembapan
Kelembapan adalah banyaknya kandungan uap air dalam udara
atau tanah. Kondisi ini sangat mempengaruhi sekali terhadap
pemanjangan sel. Kelembapan juga penting untuk mempertahankan
stabilitas bentuk sel.
7. Metamorfosis
Pada beberapa jenis hewan, dalam pertumbuhan dan perkembanganya
mengalami proses metamorfosis. Metamorfosis adalah peristiwa perubahan
bentuk tubuh secara bertahap yang dimulai dari larva sampai dewasa.
Metamorfosis terjadi pada serangga dan amfibi.
Metamorfosis pada hewan dibedakan menjadi metamorfosis sempurna dan
metamorfosis tidak sempurna. Metamorfosis sempurna ditandai dengan adanya
fase yang disebut pupa atau kepompong. Tahapan dalam metamorfosis sempurna
adalah sebagai berikut. telur → larva (ulat) →pupa (kepompong) → dewasa
(imago). Telur menetas menjadi larva. Larva ada yang langsung membuat pupa,
tetapi ada juga yang lebih dulu membuat pelindung dari daun yang dilipat, tanah
atau pasir yang halus, sayatan kayu yang halus, dan bahan lainnya. Tempat
perlindungan di sekeliling pupa disebut kepompong atau kokon. Setelah melewati
tahap pupa, serangga akan menjadi dewasa (imago). Sedangkan metamorphosis
tidak sempurna contohnya terjadi pada belalang. Tahapan pada metamorphosis
tidak sempurna yaitu telur → larva (nimfa) → semi imago → imago (dewasa).
Daftar Pustaka