Anda di halaman 1dari 64

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Coba perhatikan foto keluargamu. Pernahkah kalian memikirkan, kenapa foto orang tuamu saat belasan
tahun lalu, atau foto saudara ataupun foto dirimu saat masih anak-anak mengalami perubahan bentuk atau
ukuran dibandingkan dengan dirimu dan keluargamu saat ini?
Pada waktu lahir, bayi hanya berukuran sekitar 40-an sentimeter dan memiliki berat hanya beberapa
kilogram saja. Setetelah beberapa tahun akan tumbuh menjadi anak kecil yang tinggi badan dan beratnya
bertambah. Begitu pula dengan tanaman yang ada di sekitar kita. Pada awal menanam pohon mangga, tingginya
hanya beberapa sentimeter saja, setelah beberapa tahun, memiliki panjang yang bertambah dan berdaun lebih
lebat. Dari kedua contoh tersebut, dapat kita simpulkan bahwa pertumbuhan adalah perubahan yang terjadi
pada makhluk hidup yang meliputi pertambahan ukuran tubuh.

PETA KONSEP

A. PENGERTIAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu proses dimana keduanya berjalan
berdampingan. Dengan demikian proses pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat dipisahkan satu
sama lainnya. Tetapi jika kita pahami dari kata pertumbuhan dan perkembangan ada perbedaan yang
mendasar.
Pertumbuhan merupakan peristiwa perubahan pada ukuran (volume) pada makhluk hidup yang
terjadi selama masa hidupnya sebagai dampak dari perbanyakan sel dan pembesaran ukuran (volume) sel
yang tidak dapat balik (irreversible) yaitu tidak akan kembali ke bentuk semula. Pertumbuhan dapat diukur
dengan alat ukur berat, panjang, dan jumlah yang disebut auksonometer (busur pertumbuhan).
Perkembangan merupakan proses makhluk hidup menuju tingkat kedewasaan ditandai dengan
adanya perubahan struktur dan fungsi masing-masing organ hingga perubahan ini sangatlah kompleks.
Suatu makhluk hidup dikatakan dewasa ketika alat perkembangbiakannya secara kawin telah berfungsi.
Adapun perbedaan dan perkembangan adalah sebagai berikut :

Tabel Perbedaan Pertumbuhan dan Perkembangan


Pertumbuhan Perkembangan
Bersifar irreversibel Bersifat irreversibel
Dinyatakan secara kuantitatif Dinyatakan secara kualitatif
Bertambahnya ukuran dan jumlah sel Berubahnya struktur dan fungsi sel kearah yang lebih
dewasa dan sempurna

B. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA TUMBUHAN


Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan diawali dengan pertumbuhan bakal biji dan bakal buah. Tahap
berikutnya yaitu perkecambahan. Tumbuhan yang telah mengalami perkecambahan kemudian akan
mengalami pertumbuhan sampai akhirnya menjadi tumbuhan dewasa yang dapat menghasilkan biji
kembali.
● Perkembangan Bakal Biji dan Bakal Buah
Perkembangan Bakal Biji
Bakal biji akan tumbuh dan berkembang menjadi biji. Didalam bakal biji terdapat zigot dan endosperm.
Zigot akan tumbuh dan berkembang menjadi embrio.

Perkembangan endosperm
Endosperm tumbuh dan berkembang lebih dahulu dibandingkan pertumbuhan dan perkembangan embrio.
Endosperm kaya akan cadangan makanan. Cadangan makanan tersebut digunakan digunakan untuk
pertumbuhan dan perkembangan embrio.

Perkembangan embrio
Pertumbuhan dan perkembangan embrio diawali dengan pembelahan zigot secara mitosis menghasilkan
sel basal dan sel terminal. Sel basal berkembang menjadi suspensor. Suspensor berfungsi sebagai
penghubung antara embrio dan kulit bakal biji, serta mengalirkan nutrien dari tumbuhan induk atau dari
endosperm. Sel terminal berkembang menjadi proembrio yang melekat pada suspensor. Kotiledon mulai
berkembang membentuk tonjolan pada proembrio yang juga diikuti perkembangan embrio. Embrio
berkembang membentuk ujung batang dan ujung akar.

Struktur biji yang matang


Selama pematangan biji, biji mengalami pengurangan kandungan air sampai tinggal sekitar 5%-15% dari
berat biji. Selanjutnya embrio berhenti berkembang sampai biji mengalami perkecambahan. Biji yang
matang mengandung embrio yang dikelilingi kotiledon, endosperm atau keduanya. Biji dilundungi oleh
kulit biji.
Tumbuhan dikotil memiliki dua kotiledon. Pada perkembangan embrio tumbuhan dikotil akan terbentuk
epikotil dan hipokotil. Epikotil terletak diatas kotiledon. Di ujung epiotil terdapat plumula, yaitu berupa
ujung batang dan sepasang calon daun. Hipokotil terdapat di bagian bawah kotiledon yang membentuk
calon akar. Sementara itu, pada tumbuhan monokotil hanya terdapat satu kotiledon. Kotiledon pada
beberapa tumbuhan monokotil disebut skuletum.

Gambar. Struktur Biji

Perkembangan Bakal Buah


Ketika bakal biji berkembang menjadi biji, bakal buah menjadi buah. Buah berfungsi melindungi biji
ketika biji dipencarkan oleh angin atau hewan. Buah mulai berkembang setelah terjadi setelah terjadi
penyerbukan. Penyerbukan merangsang perubahan hormon yang menyebabkan bakal buah
berkembang. Dinding bakal buah berkembang menjadi perikarp (bagian dinding buah yang paling
tebal). Pada saat bakal buah berkembang, bagian-bagian bunga yang lain gugur. Jika pada suatu bunga
tidak terjadi penyerbukan, buah tidak akan berkembang dan semua bagian bunga gugur dari tangkainya.

● Perkecambahan pada Biji


Awal perkecambahan dimulai dengan berakhirnya masa dormansi pada biji. Berakhirnya masa
dormansi ditandai dengan masuknya air ke dalam biji, yang disebut dengan proses imbibisi. Proses
tersebut akan menginduksi aktivitas enzim sehingga awal perkecambahan mulai berjalan. Setelah
berakhirnya masa dormansi, tahap berikutnya tumbuhan akan melakukan proses perbanyakan sel atau
pembelahan aktif. Setelah mencapai massa sel tertentu, tumbuhan akan melakukan proses deferensiasi.
Deferensiasi merupakan proses pertambahan jenis dan fungsi sel yang jelas. Setelah itu akan dibentuk
organ-organ melalui proses organogenesis. Proses organogenesis berbagai organ yang berbeda bentuk
serta berguna untuk melengkapi struktur dan fungsi.

Tipe perkecambahan terdiri dari 2 macam :


1. Perkecambahan Epigeal
Hipokotil tumbuh memanjang yang mengakibatkan kotiledon dan plumula sampai keluar ke permukaan
tanah, sehingga kotiledon terdapat di atas tanah. Contoh perkecambahan ini terjadi pada kacang tanah,
kacang hijau.

Gambar Perkecambahan Epigeal

2. Perkecambahan Hipogeal
Gambar disamping memperlihatkan terjadinya pertumbuhan memanjang dari epikotil sehingga
menyebabkan plumula keluar dan menembus pada kulit bijinya yang nantinya akan muncul di atas
tanah, sedangkan kotiledonnya masih tetap berada di dalam tanah.Contoh perkecambahan ini terjadi
pada kacang kapri.

Gambar. Perkecambahan Hipogeal

Pertumbuhan pada tumbuhan terjadi di sekitar daerah meristematis atau titik tumbuh yaitu bagian yang
mengandung jaringan meristem. Jaringan ini biasanya terletak di ujung batang, ujung akar dan cambium.
Jaringan meristem yang ada di ujung batang atau akar menghasilkan pola pertumbuhan yang berbeda
dengan jaringan meristem yang ada di cambium karena itulah terdapat dua jenis pertumbuhan yaitu ;
1. Pertumbuhan Primer
Pertumbuhan primer terjadi akibat aktivitas jaringan meristem primer atau meristem apical. Titik
tumbuh primer terbentuk sejak tumbuhan masih berupa embrio. Jaringan ini terdapat pada ujung akar
dan ujung batang yang menyebabkan keduanya bertambah panjang. Pada titik tumbuh, pertumbuahn
terjadi secara bertahap yaitu daerah pembelahan biasanya terletak di bagian ujung dimana sel-sel baru
terus-menerus dihasilkan melalui proses pembelahan sel, daerah perpanjangan biasanya terletak
dibelakang daerah pembelahan dimana sel-sel hasil pembelahan akan terus tumbuh hingga ukurannya
bertambah besar dan daerah diferensiasi yang terletak di belakang daerah pemanjangan dimana sel-sel
yang telah tumbuh mengalami perubahan bentuk dan fungsi sebagian sel menjadi epidermis, korteks,
xylem, dan floem dan sebagian lagi membentuk parenkim, kolenkim dan sklerenkim.
Gambar Titik Tumbuh Primer

2. Pertumbuhan Sekunder
Jaringan meristem sekunder adalah jaringan cambium pada batang tumbuhan dikotil dan Gymnosperm.
Sel-sel jaringan cambium terus membelah dimana pembelahan kea rah dalam membentuk xylem atau
kayu sedangkan pembelahan ke luar membentuk floem atau kulit kayu. Akibat aktivitas jaringan
meristem pada cambium, diameter batang dan akar bertambah besar. Tumbuhan monokotil tidak
melewati masa pertumbuhan sekunder karena tidak memiliki cambium. Pertumbuhan sekunder ini
membentuk lingkaran tahun pada batang tumbuhan.

Gambar Jaringan Meristem Sekunder

● Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan


Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hasil kerja sama antara faktor dalam dan faktor luar.
Faktor dalam (faktor internal) meliputi sifat genetik tumbuhan tersebut yang diperoleh secara turun
menurun, yang berupa gen dan hormon. Faktor luar (faktor eksternal) meliputi faktor lingkungan.
1. Faktor Internal
Adapun faktor-faktor internal yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan adalah
sebagai berikut.
a) Gen
Ukuran batang, bentuk daun, biji, dan bunga tumbuhan padi berbeda dengan tumbuhan
kacang. Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi dengan kacang tersebut
dipengaruhi oleh faktor genetik. Gen pada tumbuhan berperan pada pengaturan reaksi-reaksi
kimia dalam sel (metabolisme sel). Berkait dengan gen ini, pemerhati tanaman budidaya
mengembangkan penelitian-penelitian yang bertujuan memperoleh biji yang baik untuk bibit,
misalnya berapa lama menyimpan biji, berapa lama penjemuran (pengeringan), dan suhu
berapakah yang paling cocok untuk penyimpanan.
b) Hormon
Hormon merupakan zat spesifik berupa zat organik yang dihasilkan oleh suatu bagian
tumbuhan untuk mengatur pertumbuhan dan perkembangannya. Hormon juga dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Hormon-hormon tumbuhan yang telah dikenal pada
saat ini meliputi auksin, giberelin, sitokinin, asam absisat, kalin, etilen, dan asam traumalin.
⮚ Auksin
Auksin atau asam indol asetat ditemukan pada tahun 1928 oleh Frits Went, seorang ahli botani
Belanda. Dia menemukan auksin di ujung koleoptil kecambah Avena (sejenis gandum). Auksin
juga ditemukan di ujung akar, ujung batang (tunas), daun muda & kuncup bunga. Peranan
auksin sebagai berikut:
● Menghambat pembentukan tunas samping. Pertumbuhan tunas ujung menghambat
pertumbuhan tunas samping. Keadaan ini disebut dominansi pucuk atau dominansi apikal.
● Memacu pertumbuhan akar liar pada batang, misalnya pada tanaman apel ditemukan akar
pada bawah cabang pada daerah antar nodus.
● Memacu pertumbuhan akar pada tanaman yang dikembangbiakkan dengan stek.

● Memacu berbagai sel tumbuhan untuk menghasilkan etilen, dimana keduanya bekerjasama
dalam proses pengguguran daun.
● Menghasilkan buah tanpa biji melalui partenokarpi, yakni pembentukan buah tanpa
melalui penyerbukan.
⮚ Giberelin
Giberelin pada tumbuhan terdapat pada biji (terutama kacang-kacangan), daun, dan akar.
Hormon ini ditemukan oelh Eiichi Kurosawa pada tahun 1926.Giberelin berfungsi untuk:
● Memacu pemanjangan batang.

● Mematahkan dormansi biji atau mempercepat perkecambahan.

● Mempercepat munculnya bunga.

● Merangsang proses pembentukan biji.

● Menyebabkan perkembangan buah tanpa biji (parteno karpik).

● Menunda penuaan daun dan buah.

⮚ Sitokinin
Sitokinin bisa ditemukan di jaringan pembuluh. Hormon ini diperoelh dari ragi santan kelapa,
ekstrak buah apel & pada jaringan tumbuhan yang aktif membelah. Sitokinin berfungsi untuk:
● Memacu pembelahan sel pada tahapan sitokinesis.

● Memacu pembentukan kalus menjadi kuncup, batang, dan daun.

● Menunda penuaan daun dan buah.

● Memacu pertumbuhan kuncup samping atau menghambat pengaruh dominansi apikal.

● Memperbesar daun muda.

⮚ Asam Absisat
Asam absisat (ABA) dapat ditemukan pada buah. Hormon ini berfungsi untuk:
● Mempertahankan masa dormansi, sehingga menghambat perkecambahan biji.

● Mempertahankan diri jika tumbuhan berada pada lingkungan yang tidak sesuai antara lain
saat kekurangan air, tanahnya bergaram, dan suhu dingin atau suhu panas.
● Merangsang penutupan mulut daun (stomata) sehingga mengurangi penguapan.

● Berperan dalam pembentukan zona absisi, sehingga menyebabkan pengguguran daun,


bunga, dan buah.
⮚ Kalin
Hormon kalin berperan dalam merangsang pertumbuhan organ (organogenesis). Berdasarkan
organ tumbuhan yang dibentuk, hormon kalin dibedakan menjadi: antokalin (memengaruhi
pembentukan bunga), filokalin (memengaruhi pembentukan daun), kaulokalin (memengaruhi
pembentukan batang), dan rizokalin (memengaruhi pembentukan akar).
⮚ Etilen
Gas etilen dikeluarkan oleh bagian tumbuhan yang busuk, terutama buah. Peranan gas etilen:
● Mempercepat proses pemasakan buah.

● Berperan pada pengguguran bunga, daun (peran gas etilen pada pengguguran lebih kuat
dibanding asam absisat (ABA)). Pada bunga dimulai dengan memudarnya warna,
pengkerutan. Pada daun dimulai dengan hilangnya klorofil.
● Gas etilen yang diberikan bersama auksin dapat merangsang proses pembungaan.

⮚ Asam traumalin
Asam traumalin berperan dalam proses pembentukan kembali sel-sel yang rusak, jika jaringan
tumbuhan terluka.
⮚ Batasin
Batasan ini ditemukan pada tumbuhan gadung. Jika batasin terkumpul pada bagian kuncup atau
tunas, pertumbuhannya akan terhambat.
⮚ Asam jasmonat
Asam jasmonat ditemukan di dalam minyak melati. Asam jasmonat berfungsi untuk memacu
proses penuaan.

2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal (faktor lingkungan) yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
meliputi faktor iklim, edafik, dan biologis.
a) Faktor iklim
Yang termasuk faktor iklim yaitu cahaya, suhu, air, panjang hari, angin, dan gas (CO2, N2, SO2, O2, dan
nitrogen oksida).
1) Faktor cahaya
Tumbuhan hijau membutuhkan cahaya untuk proses fotosintesis. Proses fotosintesis
menghasilkan zat-zat makanan bagi tumbuhan. Zat makanan inilah yang digunakan oleh
tumbuhan sebagai sumber energi untuk melakukan kegiatan-kegiatan hidupnya. Cahaya dapat
memicu pembentukan klorofil, perkembangan akar, dan pembukaan daun. Akan tetapi,
intensitas cahaya yang terlalu tinggi dapat merusak klorofil.
Pertumbuhan batang kecambah di tempat gelap lebih cepat (lebih panjang) dibandingkan
di tempat terang. Pertumbuhan yang cepat di tempat gelap ini disebut etiolasi.
Lama penyinaran matahari memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
Banyak penelitian melaporkan bahwa lama penyinaran ini berpengaruh pada fase
pembungaan tumbuhan. Lama penyinaran (panjang hari) diterjemahkan sebagai waktu dari
matahari terbit sampai dengan matahari terbenam. Di daerah katulistiwa, panjang hari kurang
lebih 12,1 jam. Respon tumbuhan terhadap lama penyinaran (panjang hari) disebut
fotoperiodisme. Berdasarkan lamanya siang, tumbuhan dibedakan menjadi :
⮚ Tumbuhan hari pendek
Tumbuhan hari pendek adalah tumbuhan yang berbunga pada saat lamanya siang kurang
dari 12 jam (lamanya siang lebih pendek dibanding lamanya malam). Contoh: ubi jalar,
krisan, aster, mangga , dan apokat.
⮚ Tumbuhan hari panjang
Tumbuhan ini berbunga pada saat lama siang lebih dari 12 jam (lamanya siang lebih
panjang dari lamanya malam). Contoh: kentang, slada , gandum, dan bayam.
⮚ Tumbuhan hari netral
Tumbuhan ini berbunga hampir sepanjang musim, tidak tergantung lamanya siang hari.
Contoh: kapas, mawar, tumbuhan sepatu, tomat, cabe, dan bunga matahari.
⮚ Tumbuhan hari sedang
Tumbuhan ini berbunga pada saat lama siang sekitar 12 jam. Contoh: tebu dan kacang.
Tumbuhan memiliki zat yang berfungsi mengontrol respon tumbuhan terhadap penyinaran
yang disebut pigmen fitokrom. Pigmen ini sebenarnya adalah suatu protein yang mampu
menyerap cahaya merah dan infra merah dari sinar matahari.
2) Oksigen
Oksigen diperlukan oleh semua tumbuhan untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Oksigen diperlukan oleh tanaman baik pada bagian tanaman yang ada di permukaan tanah
maupun bagian yang ada di dalam tanah, misalnya akar. Aerasi tanah yang cukup, memberikan
kesempatan sel-sel akar untuk melakukan respirasi sehingga peredaran unsur-unsur hara
dapat meningkat. Oleh karena itu, para petani sering melakukan upaya-upaya penggemburan
tanah. Dengan adanya oksigen dalam tanah, organisme-organisme aerob mampu hidup
sehingga proses penyediaan unsur-unsur hara tumbuhan lebih meningkat.
3) Suhu udara
Beberapa proses yang terjadi di dalam tumbuhan sangat tergantung kerja enzim. Enzim
bekerja dipengaruhi oleh suhu. Proses respirasi, transpirasi, dan fotosintesis dipengaruhi oleh
suhu. Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan tumbuhan tidak tumbuh, bahkan mati. Suhu yang
tinggi menyebabkan ketersediaan O2 untuk respirasi rendah, dan CO2 dalam sel tinggi,
sehingga menghambat respirasi selanjutnya. Suhu yang tinggi juga menyebabkan transpirasi
tumbuhan meningkat. Pengaruh suhu pada fotosintesis lebih banyak pada kerja enzim-enzim
fotosintetik.
4) Kelembaban
Kelembaban tanah dan kelembaban udara memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan. Tanah yang kaya humus mampu menyimpan air lebih banyak,
sehingga tanaman tumbuh lebih baik. Tanaman yang tumbuh dengan baik menghasilkan
seresah lebih banyak dan meningkatkan bahan organik tanah.
Udara mampu menyimpan air. Kadar air yang ada di udara disebut kelembaban udara.
Kadar air di udara yang tinggi, berpeluang untuk menjadi awan dan hujan. Air hujan masuk ke
dalam tanah dan akan disimpan dalam tanah, menjamin ketersediaan air bagi tumbuhan.

b) Faktor Edafik (Tanah)


Faktor edafik meliputi struktur, tekstur, bahan organik, pH dan ketersediaan nutrisi
(makanan). Pada bab ini hanya dibahas faktor nutrisi saja. Ilmu nutrisi tanaman telah diterapkan
sejak 160 tahun yang lalu berdasarkan eksperimen klasik Liebig, Lauwes, dan Gilbert.
Ada banyak unsur yang diperlukan oleh tumbuhan. Seperti halnya makhluk hidup yang lain,
tumbuhan memerlukan nutrisi atau makanan untuk hidupnya. Tumbuhan hijau mengambil nutrisi
dari udara, air, dan dari dalam media tumbuhnya. Misalnya dari dalam tanah, nutrisi diambil dalam
bentuk ion. Unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tumbuhan dalam jumlah yang banyak disebut
unsur makro (makronutrien) dan yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit disebut unsur mikro
(mikronutrien).
Sumber-sumber nutrisi bagi tumbuhan berupa zat-zat organik dan zat-zat anorganik. Nutrisi
selain diperoleh melalui pemupukan juga melalui hasil pelapukan mineral anorganik dan hasil
biodegradasi bahan organik. Unsur-unsur yang telah tersedia dalam media tanam (misalnya tanah)
tidak segera dapat dipergunakan oleh tumbuhan apabila factor-faktor lain tidak terpenuhi,
misalnya adanya mikrobia dalam tanah.
Unsur makro terdiri dari: C (karbon), H (hidrogen), O (oksigen), N (nitrogen), S (sulfur), P
(fosfor), K (kalium), Mg (magnesium), dan Ca (kalsium). Unsur mikro terdiri dari: Cl (klor), Fe
(besi), B (boron), Mn (mangan), Zn (seng), Co (koper), dan Mo (molibdeum). Tumbuhan yang
kekurangan nutrien pada media tanamnya akan mengalami defisiensi. Apabila hal ini terjadi, maka
pertumbuhan dan perkembangannya tidak sempurna.
Unsur-unsur tersebut dapat segera digunakan oleh tanaman apabila didukung oleh faktor pH
tanah yang sesuai. Pada umumnya pH yang baik untuk banyak tanaman adalah 6,0 - 7,0. Tanaman
kentang, ubi jalar cocok pada pH 4,5 - 5,5 sedangkan seledri, kubis pada pH 6,5 - 7,5.
Pupuk organik merupakan salah satu alternatif yang baik untuk pemenuhan nutrisi tanaman.
Semua bagian tubuh tumbuhan dapat dipakai sebagai pupuk organik. Bahkan beberapa tumbuhan
dari jenis tumbuhan polong-polongan, selain sebagai sumber pupuk organik, akar tumbuhan
tersebut memiliki bintil-bintil akar yang kaya mikroorganisme Rhizobium yang dapat mengikat N
dari udara. Pupuk organik yang lain, berasal dari kotoran hewan atau bangkai hewan (hewan yang
telah mati). Kotoran hewan meliputi kotoran sapi, kotoran domba, kambing, kuda, dan kerbau.
Pupuk organik digunakan sebagai pupuk dasar.

Tanah yang cukup mengandung pupuk organik, mampu mengikat air lebih banyak untuk
memenuhi kebutuhan tumbuhan. Beberapa mikrofauna dan mikroflora yang ada dalam tanah
berperan dalam penyedia unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk memenuhi
kebutuhannya. Mikroorganisme tersebut adalah bakteri nitrifikasi, bakteri Rhizobium, Azetobakter,
Nitrosomonas, dan Nitrosococcus. Tumbuhan paku air Azolla pinata dan ganggang hijau biru dapat
mengikat N dari udara. Cendawan merupakan organisme pembusuk bahan organik. Beberapa
hewan kecil penyedia unsur adalah dari kelompok insekta (semut, rayap), dan cacing tanah.
Mikrofauna dan mikroflora tersebut dapat hidup di dalam tanah apabila syarat-syarat hidupnya
terpenuhi seperti aerasi dalam tanah, kelembaban tanah, temperatur tanah, ketersediaan bahan
organik, dan pH tanah.

c) Faktor Biologis
Meliputi gulma, serangga, organisme penyebab penyakit, nematoda, maupun mikroorganisme
tanah (misalnya: bakteri Rhizobium dan Mikorhiza).

C. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA HEWAN DAN MANUSIA

Fase Pertumbuhan Dan Perkembangan Hewan Dan Manusia


Pertumbuhan dan perkembangan manusia dan hewan dimulai dari terbentuknya zigot setelah
terjadinya fertilisasi ovum oleh sperma. Sama halnya dengan tumbuhan, perkembangan pada hewan
dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar. Termasuk faktor dalam antara lain perangkat materi genetik
(kromosom), dan hormon. Sedangkan faktor luar terutama faktor lingkungan dan nutrisi.
Ada dua tahap dalam pertumbuhan dan perkembangan hewan dan manusia. Tahap pertama adalah
tahap embrionik yang dimulai dari terbentuknya zigot sampai berkembang menjadi embrio. Tahap kedua
adalah tahap pasca embrionik yang merupakan pertumbuhan dan perkembangan setelah embrio, termasuk di
dalamnya regenerasi (penyembuhan luka) dan metamorfosis.

Gambar Fase Embrionik


Gambar Metamorfosis pada Kupu-kupu Gambar Metamorfosis pada Belalang

Menyusun Laporan Percobaan


Setelah selesai melakukan percobaan, buatlah laporan percobaan untuk mengkomunikasikan hasil percobaan
yang telah dilakukan. Dengan demikian, hasil percobaan tersebut dapat diketahui dan bermanfaat bagi orang
lain. Ada beberapa format penyusunan laporan ilmiah. Namun sebuah laporan ilmiah harus mempunyai unsur-
unsur seperti berikut.
1. Judul laporan
2. Prakata, berisi ucapan rsa syukur penulis serta ucapan-ucapan terima kasih
3. Daftar isi
4. Pendahuluan, berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat
penelitian
5. Tinjauan pustaka, berisi teori, konsep, fakta-fakta, penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan topik
penelitian, dan hipotesis
6. Metode penelitian, berisi unsur-unsur berikut.
a. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian
b. Waktu dan tempat pelaksanaan penelitian
c. Cara kerja penelitian
d. Cara pengambilan data
7. Hasil dan pembahasan berisi unsur-unsur berikut.
a. Data dan fakta yang diperoleh selama penelitian
b. Pengolahan data dan analisis hasil penelitian
8. Kesimpulan
9. Daftar pustaka
10. Lampiran, menyajikan tabel, grafik, gambar, dan informasi pendukung lainnya.

ENZIM DAN METABOLISME

Metabolisme berasal dari kata ‘metabole’ yang artinya perubahan. Ada dua macam proses metabolisme
yaitu anabolisme dan katabolisme. Kedua proses tersebut melibatkan enzim untuk mempercepat terjadinya
reaksi.
A. Enzim
Enzim adalah suatu molekul yang mengontrol kecepatan metabolisme tubuh. Enzim merupakan
katalis yang terbuat dari protein, dalam hal ini enzim tidak ikut serta dalam pengubahan suatu zat
dan dapat digunakan secara berulangkali.
Sifat enzim:
a. Protein, sebagian besar enzim adalah protein. Dengan demikian sifat-sifat yang dimilikinya
sama dengan sifat protein, yaitu menggumpal pada suhu tinggi dan terpengaruh oleh pH.
b. Bersifat sebagai katalis yaitu mempercepat terjadinya reaksi tetapi tidak ikut bereaksi
c. Bersifat spesifik/khusus, enzim tertentu hanya dapat mempengaruhi reaksi kimia tertentu, dan
tidak dapat mempengaruhi reaksi lainnya. Sebagai contoh: di dalam usus rayap terdapat Flagellata
yang menghasilkan enzim selulase sehingga rayap dapat hidup dengan makan kayu karena dapat
mencerna selulosa (salah satu jenis karbohidrat/polisakarida). Sebaliknya, manusia tidak dapat
mencerna kayu meskipun mempunyai enzim amilase yaitu enzim yang dapat mencerna amilum/pati
(yang juga merupakan jenis polisakarida). Enzim amilase dan selulase masing-masing bekerja secara
khusus.
d. Bekerja secara bolak-balik, suatu enzim dapat bekerja menguraikan suatu senyawa menjadi
senyawa-senyawa lain dan sebaliknya dapat pula bekerja menyusun senyawa-senyawa itu
menjadi senyawa semula.
e. Dapat digunakan berulangkali
f. Rusak oleh panas, dinamakan denaturasi. Kebanyakan enzim rusak pada suhu diatas 500C.
Reaksi kimia akan meningkat dua kali lipat dengan kenaikan suhu sebesar 100C.
g. Mempunyai nama tertentu yang bersifat khusus
h. Diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit
i. Kerja enzim dipengaruhi lingkungan

Struktur kimia enzim


Secara kimia, enzim yang lengkap (holoenzim), tersusun atas dua bagian, yaitu bagian protein dan
bagian bukan protein. Bagian protein disebut apoenzim (bersifat labil/mudah berubah), dan bagian
bukan protein disebut gugus prostetik, yang terdiri atas kofaktor atau koenzim. Kofaktor berasal dari
molekul anorganik yaitu logam, misalnya besi, tembaga, dan seng. Sedangkan koenzim merupakan
gugus prostetik yang terdiri atas senyawa organik kompleks misalnya NADH, FADH, koenzim A dan
vitamin B. Enzim yang belum aktif dinamakan zimogen.

Peranan enzim dalam metabolisme adalah sebagai biokatalisator tetapi tidak ikut bereaksi dengan
substrat. Berdasarkan tipe reaksi kimia yang dikatalis, macam-macam enzim antara lain: enzim
hidrolisis, enzim oksidase-reduksi, fosforilase, transferase, karboksilase.

Mekanisme Kerja Enzim


Mekanisme kerja enzim dalam dalam suatu reaksi kimia dilakukan melalui pembentukan kompleks enzim
substrat. Jika suatu molekul substrat menumbuk molekul enzim yang tepat, maka akan menempel pada
enzim. Tempat menempelnya molekul substrat pada enzim disebut sisi aktif. Kemudian terjadi reaksi dan
terbentuk molekul produk. Berikut merupakan skema kerja enzim :
Substrat + enzim kompleks enzim - substrat enzim + produk

Ada dua teori mengenai kerja enzim, yaitu:


1. Model kunci gembok (lock and key): enzim dimisalkan sebagai gembok karena memiliki sebuah
bagian kecil yang dapat berikatan dengan substrat. Bagian tersebut sisi aktif. Substrat dimisalkan
sebagai kunci karena dapat berkaitan secara pas dengan sisi aktif enzim (gembok).
2. Model induksi pas (induced fit): sisi aktif enzim dapat berubah bentuk sesuai dengan bentuk
substrat.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Enzim


1. Suhu/Temperatur
Enzim bekerja optimal pada suhu 300C atau pada suhu tubuh dan akan rusak pada suhu tinggi. Biasanya
enzim bersifat nonaktif pada suhu rendah, tetapi tidak rusak. Pada suhu tinggi, enzim akan rusak dan
tidak dapat berfungsi kembali.
2. Perubahan pH
Setiap enzim mempunyai pH optimum yang spesifik, umumnya pH netral. Perubahan pH mengakibatkan
sisi aktif enzim berubah sehingga dapat menghalangi terikatnya substrat pada sisi aktif enzim. Selain itu,
perubahan pH juga mengakibatkan proses denaturasi pada enzim.
3. Konsentrasi Enzim
Makin besar konsentrasi enzim akan meningkatkan kecepatan reaksi. Peningkatan kecepatan reaksi
akan terus bertambah hingga tercapai kecepatan konstan yaitu jika semua substrat sudah terikat oleh
enzim.
4. Konsentrasi Substrat
Bertambahnya konsentrasi substrat dalam suatu reaksi akan meningkatkan kecepatan reaksi jika jumah
enzim dalam reaksi tersebut tetap.
5. Zat penggiat/Aktivator
Zat yang berfungsi memacu atau mempercepat reaksi enzim disebut aktivator. Contoh aktivator antara
lain garam-garam dari logam alkali dalam kondisi encer dan ion logam [Ca, Mg, Ni, Mn, dan Cl].
6. Zat Penghambat/Inhibitor
Ada 2 macam inhibitor enzim yaitu inhibitor kompetitif dan inhibitor nonkompetitif.
a. Inhibitor Kompetitif
Inhibitor kompetitif adalah inhibitor yang berikatan secara kuat pada sisi aktif enzim. Inhibitor ini
dapat dihilangkan dengan cara menambah konsentrasi substrat.
b. Inhibitor Nonkompetitif
Inhibitor nonkompetitif adalah inhibitor yang terikat pada sisi alosterik enzim [selain sisi aktif
enzim]. Inhibitor ini mengakibatkan sisi aktif enzim berubah sehingga substrat tidak dapat berikatan
dengan sisi aktif enzim. Inhibitor ini tidak dapat dihilangkan walaupun dengan menambah substrat.
Contoh inhibitor nonkompetitif yaitu ion Ag, Hg, dan Pb.

B. Katabolisme
Katabolisme adalah reaksi penguraian senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana
dengan bantuan enzim. Enzim yang berperan dalam katabolisme misalnya enzim sitokrom (a,b,c),
flavoprotein, koenzim, riboflavin. Proses ini menghasilkan energi yang dapat digunakan oleh makhluk hidup
sehingga disebut reaksi eksergonik. Proses katabolisme yang berlangsung di dalam tubuh manusia berasal
dari bahan makanan seperti karbohidrat, protein, dan lemak. Contoh katabolisme adalah respirasi.
1. Katabolisme Karbohidrat
Katabolisme karbohidrat dalam tubuh berlangsung melalui proses respirasi sel. Respirasi merupakan
proses penguraian bahan makanan yang menghasilkan energi. Respirasi dilakukan oleh semua sel
penyusun makhluk hidup. Respirasi sel berlangsung di dalam mitokondria. Berdasarkan kebutuhan
akan oksigen, respirasi dibagi menjadi 2 yaitu respirasi aerob (memerlukan oksigen) dan respirasi
anaerob (tidak memerlukan oksigen).
a. Respirasi Aerob, merupakan serangkaian reaksi enzimatis yang mengubah glukosa secara
sempurna menjadi CO2, H2O, dan menghasilkan energi sebesar 38 ATP. Respirasi aerob
membutuhkan oksigen bebas dari udara. Persamaan reaksi pada respirasi aerob adalah sbb.

C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + ATP


[glukosa] [oksigen] [karbondioksida] [air]

Proses respirasi aerob mengubah energi kimia yang terkandung dalam sari makanan [glukosa]
menjadi energi kimia dalam bentuk ATP.
Tahap-tahap reaksi dalam respirasi aerob:
1. Glikolisis, adalah serangkaian reaksi enzimatis yang memecah glukosa (terdiri dari 6 atom C)
menjadi asam piruvat (terdiri dari 3 atom C). Reaksi ini melepas energi untuk menghasilkan
ATP dan NADH2. Glikolisis terjadi di sitoplasma dan tidak memerlukan oksigen. Reaksinya
adalah sebagai berikut:

C6H12O6 2 asam piruvat + 2 ATP + 2 NADH

2. Dekarboksilasi Oksidatif atau Pembentukan Asetil Co-A


Pada tahap ini asam piruvat diubah menjadi asetil Co-A [terdiri dari 2 atom C] dengan
menghasilkan NADH dan melepaskan CO2. Pada organisme eukariotik, proses ini berlangsung di
dalam matriks mitokondria, sedangkan pada organisme prokariotik berlangsung di sitosol
[cairan sitoplasma sel]. Reaksi dekarboksilasi oksidatif sebagai berikut.

2 NAD+ 2 NADH

2 C3H4O3 [asam piruvat] + 2 CoA 2 C2H3O-CoA [asetil Co-A] + 2 CO2


3. Siklus Krebs
Siklus Krebs berfungsi menghasilkan energi dan berbagai senyawa antara yang akan digunakan
untuk sintesis senyawa lain. Dalam siklus krebs terdapat delapan tahap yang reaksinya terjadi
terus menerus dari awal hingga akhir dan terjadi secara berulang,
Secara lengkap proses siklus ini terjadi sebagai berikut,
1. Pembentukan sitrat adalah proses awal yang terjadi dalam siklus krebss. Dimana terjadi
proses kondensasi asetil-KoA dengan oksaloasetat yang akan membentuk sitrat dengan
enzim sitrat sintase.
2. Sitrat yang dihasilkan dari proses sebelumnya akan diubah menjadi isositrat dengan
bantuan enzim akonitase.
3. Enzim dehidrogenasi isositrat mampu mengubah isositrat menjadi α-ketoglutarat dengan
bantuan NADH. Dalam proses reaksi ini juga terjadi pelepasan satu molekul karbon
dioksida.
4. Alfa-ketoglutarat mengalami proses oksidasi sehingga akan menghasilkan suksinil-KoA .
Selama oksidasi ini, NAD+ menerima elektron (reduksi) menjadi NADH + H+. Enzim yang
mengkatalisis reaksi ini adalah alpha-ketoglutarat dehidrogenase.
5. Suksinil-KoA diubah menjadi suksinat. Energi yang dilepaskan digunakan untuk mengubah
guanosin difosfat (GDP) dan fosforilasi (Pi) menjadi guanosin trifosfat (GTP). GTP ini
kemudian dapat digunakan untuk membuat ATP.
6. Suksinat yang dihasilkan dari proses sebelumnya akan dioksidasi menjadi fumarat. Ketika
oksidasi inilah, FAD akan menerima elektron (reduksi) dan menjadi FADH2. Enzim suksinat
dehidrogenase mengkatalisis pemindahan dua hidrogen dari suksinat.
7. Selanjutnya adalah proses hidrasi, proses ini menyebabkan terjadinya penambahan atom
hidrogen pada ikatan karbon (C=C) sehingga akan menghasilkan produk berupa malat
8. Malat kemudian dioksidasi untuk menghasilkan oksaloasetat dengan bantuan enzim malat
dehidrogenase. Oksaloasetat inilah yang akan menangkap asetil-KoA sehingga siklus krebs
dapat terus menerus terjadi. Hasil akhir dari tahap ini juga berupa NADH.

Secara garis besar, dapat disimpulkan bahwa dari seluruh proses di atas, siklus Krebs bertujuan
untuk mengubah Asetil-KoA dan H2O menjadi CO2 dan menghasilkan energi tinggi berupa ATP,
NADH dan FADH.

4. Transpor elektron
Transpor elektron terjadi di membran dalam mitokondria, di membran ini terdapat bagian-
bagian penting yang berperan sebagai penerima elekton yaitu..kompleks protein I, kompleks
protein II, kompleks protein III, kompleks protein IV, ubiquinon, dan sitokrom c.
secara singkat transpor elektron untuk NADH.
Proses transpor elektron untuk NADH dijelaskan sebagai berikut.
 Molekul NADH akan melepaskan elektronnya dan ditangkap kompleks protein I kemudian
berpindah menuju ubiquinon.
 Saat elektron meninggalkan kompleks protein I, menyebabkan sebuah H+ dikeluarkan
menuju ruang antar membran.
 Dari ubiquinon, elektron akan menuju kompleks protein III dan kemudian menuju
sitokrom c.
 Saat elektron meninggalkan kompleks protein III, sebuah H+ juga akan dikeluarkan menuju
ruang antar membran.
 Dari sitokrom c elektron akan menuju kompleks sitokrom IV yang kemudian akan menuju
penerima elektron terakhir yaitu O2.
 Saat elektron meninggalkan kompleks protein IV menyebabkan sebuah H+ juga
dikeluarkan menuju ruang antar membran.
 O2 setelah menerima elektron akan mengikat H+ dan membentuk H2O.
 Tiga H+ yang telah dikeluarkan tadi akan masuk kembali melalui enzim ATP sintase yang
berada di membran tersebut.
 Setiap H+ yang masuk melalui ATP sintase juga akan dihasilkan 1 molekul ATP.
 Jadi total dari satu NADH akan dihasilkan 3 ATP.

Selanjutnya proses transpor elektron untuk molekul FADH2 seperti di bawah ini.
 Molekul FADH2 akan melepaskan elektronnya dan ditangkap kompleks protein II kemudian
berpindah menuju ubiquinon, namun pada tahap ini tidak menyebabkan dikeluarkannya
H+.
 Kemudian elektron akan meninggalkan ubiquinon dan menuju kompleks protein III,
sitokrom C, dan kompleks protein IV.
 Saat elektron melewati kompleks protein III dan IV masing-masing menyebabkan
dikeluarkannya molekul H+.
 Jadi hanya 2 H+ yang dikeluarkan hingga nantinya masuk kembali melalui ATP sintase dan
terbentuk 2 ATP.
 Di akhir cerita elektron juga akan ditangkap oleh O2 menghasilkan H2O.
Jadi kesimpulannya adalah adalah NADH menghasilkan 3 molekul ATP sedangkan FADH 2
menghasilkan 2 molekul ATP.

Gambar Transpor Elektron

Adapun tinjauan energi yang dihasilkan dari respirasi aerob dengan bahan dasar 1 molekul glukosa
disajikan pada tabel berikut ini.
Hasil
Proses
ATP NADH FADH
Glikolisis 2 mol 2 mol -
Dekarboksilasi oksidatif asam piruvat - 2 mol - Total
Siklus Krebs 2 mol 6 mol 2 mol ATP
Total 4 mol 10 mol 2 mol
Transpor elektron 4 ATP 30 ATP 4 ATP
Total ATP 38 ATP

b. Respirasi Anaerob
Respirasi anaerob adalah respirasi yang tidak memerlukan oksigen yang proses reaksinya
dikenal dengan istilah fermentasi. Reaksi-reaksi yang terjadi serta organel yang berperan dalam
respirasi anaerob sama seperti pada repirasi aerob. Tetapi, dalam respirasi anaerob peran oksigen
digantikan oleh zat lain seperti NO3 dan SO4. Energi yang dihasilkan dalam repirasi anaerob jauh
lebih sedikit daripada respirasi aerob. Respirasi anaerob dilakukan oleh organisme tertentu
misalnya bakteri.
Fermentasi adalah proses penguraian karbohidrat menjadi senyawa lain tanpa bantuan
oksigen. Fermentasi terdiri dari dua tahap yaitu glikolisis dan pembentukan NAD +. Pada proses ini
asam piruvat hasil glikolisis tidak diubah menjadi asetil Co-A tetapi direduksi menjadi senyawa lain
dengan bantuan NADH. Perbedaan antara fermentasi dengan respirasi aerob terletak pada organ
yang berperan. Fermentasi tidak melibatkan mitokondria, sedangkan respiarsi aerob melibatkan
mitokondria. Satu molekul glukosa yang difermentasi menghasilkan 2 ATP. Fermentasi dibedakan
menjadi 2 macam, yaitu fermentasi asam laktat dan fermentasi alkohol.
1. Fermentasi Asam Laktat
- Menggunakan bahan baku berupa asam piruvat dari hasil glikolisis menghasilkan asam
laktat dan ATP.
- Terjadi pada sel-sel otot.
- Timbunan asam laktat yang berlebihan dapat mengakibatkan otot terasa lelah dan nyeri.
- Reaksi yang terjadi sebagai berikut.

2 ATP 2 NADH 2 NAD+

Glukosa 2 asam piruvat 2 fosfoenol piruvat 2 asam laktat


glikolisis

2. Fermentasi Alkohol
- Menggunakan bahan baku berupa asam piruvat dari hasil glikolisis menghasilkan etanol,
CO2, dan ATP.
- Disebut juga peragian alkohol atau alkoholisasi.
- Terjadi pada khamir atau yeast [Saccharomyces sp.]
- Reaksi yang terjadi sebagai berikut.

2 ATP 2CO2 2 NADH 2 NAD+

Glukosa 2 asam piruvat 2 asetal dehid 2 etanol

- Saccharomyces sp. merupakan salah satu mikroorganisme yang dapat melakukan fermentasi.
Oleh karena itu, mikroorganisme tersebut sering digunakan dalam pembuatan produk
fermentasi.

3. Katabolisme Lemak dan Protein


Lemak dan protein merupakan sumber energi selain karbohidrat. Untuk menghasilkan energi,
lemak dan protein harus dipecah menjadi bentuk yang lebih sederhana. Katabolisme lemak dan
protein merupakan proses pengubahan lemak dan protein menjadi bentuk yang lebih sederhana. Hasil
katabolisme tersebut akan masuk pada proses katabolisme karbohidrat.
a. Katabolisme Lemak
- Dibantu oleh enzim lipase
- Katabolime lemak dimulai dengan pemecahan lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Asam
lemak diubah menjadi asetil Co-A. Asetil Co-A kemudian memasuki siklus Krebs. Gliserol akan
diubah menjadi fosfogliseraldehida [PGAL]. PGAL selanjutnya memasuki reaksi glikolisis.
b. Katabolisme Protein
- Dibantu oleh enzim protease dan peptidase
- Katabolisme protein dimulai dengan pemecahan protein dengan bantuan enzim menjadi asam
amino. Selanjutnya asama amino mengalami reaksi deaminasi yang menghasilkan gugus amin
[NH3] dan asam keto. Pada mamalia dan beberapa hewan lain, NH3 diubah mnejadi urea
kemudian dibuang melalui urin. Adapun asam keto memasuki reaksi glikolisis atau siklus
Krebs.

C... Anabolisme
Anabolisme merupakan proses penyusunan senyawa kompleks dari senyawa-senyawa yang lebih
sederhana. Anabolismemembutuhkan energi bebas dari lingkungannya. Contoh anabolisme adalah
peristiwa fotosintesis.
1. Fotosintesis
Fotosintesis adalah peristiwa penyusunan zat organik (gula) dari zat anorganik (air,
karbondioksida) dengan bantuan energi cahaya. Fotosintesis dilakukan oleh tumbuhan dan makhluk
hidup yang mempunyai klorofil. Komponen-komponen yang dibutuhkan dalam fotosintesis adalah:
CO2, H2O, cahaya, dan klorofil. CO2 diambil dari udara, H2O diambil dari tanah. Peranan klorofil dalam
fotosintesis adalah menyerap cahaya dan sumber elektron. Cahaya yang paling efektif digunakan untuk
mendapatkan hasil fotosintesis yang maksimum adalah cahaya merah dan biru.
Proses pembentukan karbohidrat ini berlangsung secara bertingkat. Zat yang stabil yang mula-
mula terbentuk adalah gula sederhana. Kelebihan molekul-molekul gula sederhana akan disimpan
dalam bentuk zat tepung/pati.
Secara singkat persamaan reaksi fotosintasis yang terjadi di alam dituliskan sebagai berikut.

energi cahaya
6CO2 + 6H2O C6H12O6 +6O2+ 6H2O
klorofil

Organel yang berperan dalam proses fotosintesis adalah kloroplas. Di dalam kloroplas berisi
pigmen klorofil yang mengakibatkan warna hijau pada tumbuhan. Kloroplas dibungkus oleh dua
lapisan membran. Di dalam kloroplas terdapat cairan yang disebut stroma. Di dalam stroma terdapat
kantong-kantong datar yang dinamakan tilakoid. Satu tumpukan tilakoid disebut grana.

Gambar Struktur Kloroplas

Proses fotosintesis berlangsung dalam dua tahapan reaksi yaitu reaksi terang dan reaksi gelap. Berikut
penjelasan tahapan reaksi dalam fotosintesis.
1. Reaksi Terang/Reaksi Hill/Fotolisis
- Terjadi dalam membran tilakoid di grana. Grana berupa tumpukan tilakoid, terdapat di dalam
kloroplas. Tilakoid adalah membran pipih berbentuk cakram yang membrannya mengandung
klorofil.
- Butuh cahaya
- Terjadi penguraian molekul air menjadi O2 (oksigen), H+ (proton), dan elektron
- Elektron tersebut akan mengalami transpor elektron melalui reaksi redoks. Pada akhir
transpor elektron, elektron tersebut bersama dengan H+ akan ditangkap oleh NADP+ sehingga
terbentuk NADPH. Selain NADPH, reaksi terang juga menghasilkan ATP.
- Terjadi perubahan energi matahari menjadi energi kimia
- Persamaan reaksi terang adalah sebagai berikut.
12H2O +ATP +24 NADP + 6O2 +ATP + 24 NADPH
- Mempunyai 2 pusat reaksi (Fotosistem)  pusat klorofil berkumpul untuk berkerja sama
menyerap sinar matahari
a. Pusat Reaksi I/Fotosistem I/P700
- Tempat klorofil menyerap sinar matahari dengan panjang gelombang 700 nm
- Daun yang mengandung banyak klorofil a (daun yang tidak muda dan tidak tua)
b. Pusat Reaksi II/Fotosistem II/P680
- Panjang gelombang <680 nm
- Klorofil b banyak, klorofil a sedikit (daun yang masih muda)
- Pigmen-pigmen dalam fotosistem berfungsi untuk menangkap energi cahaya. Energi tersebut
digunakan oleh pusat reaksi untuk melepaskan elektronnya. Ada dua macam aliran elektron
yaitu jalur elektron siklik dan jalur elektron nonsiklik.
a. Fotofosforilasi Siklik
Jalur fotofosforilasi siklik adalah proses yang melibatkan hanya satu
fotosistem (PI) dan hanya menghasilkan ATP tanpa NADPH dan O2. Pengertian siklik
yakni elektron mengalami perputaran kembali ke pusat reaksi. Jalur ini disebut siklik
karena elektron (e−) bertenaga tinggi yang meninggalkan klorofil pusat reaksi, kembali
ke pusat reaksi tersebut setelah melalui rantai pemindah elektron.

Gambar Aliran Fotofosforilasi Siklik

Mekanisme alur fotofosforilasi siklik yakni ketika foton memberi energi pada
Fotosistem I, selanjutnya terjadi pemindahan elektron bertenaga tinggi dari klorofil pusat
reaksi ke penerima elektron primer. Berikutnya, penerima elektron primer dioksidasi
saat memberikan elektron bertenaga tinggi kepada pembawa-elektron pertama dari
rantai pemindah elektron. Elektron dipindahkan dari pembawa elektron yang satu ke
berikutnya oleh reaksi redoks.
Pada setiap reaksi di rantai pemindah elektron, tenaga elektron berkurang dan
pada akhirnya kembali ke pusat reaksi sebagai elektron bertenaga lemah. Sebagian energi
elektron juga digunakan untuk memompa proton (H+) ke lumen tilakoid untuk dikonversi
menjadi ATP secara kemiosmotik.
b. Fotofosforilasi Nonsiklik
Jalur fotofosforilasi non siklik adalah proses yang melibatkan Fotosistem I dan
II serta menghasilkan ATP, NADPH dan O2. Ciri fotofosforilasi nonsiklik pada
fotosintesis yakni jalurnya tidak mengalami siklus. Mekanisme jalur nonsiklik
berlangsung sebagai berikut: foton mengenai kompleks antena fotosistem II, elektron
(e−) bertenaga tinggi berpindah ke fotosistem I melewati rantai pemindah elektron.
Gambar Aliran Fotofosforilasi Nonsiklik

Adapun mekanisme rincinya yakni pada saat foton memberikan energinya ke


Fotosistem II (P680), maka terjadi pemecahan air dan terjadi perpindahan elektron dari
pusat reaksi menuju ke akseptor elektron primer. Perjalanan elektron selanjutnya
melewati serangkian reaksi di sepanjang kompleks sitokrom. Selama perjalanan tersebut
energi elektron digunakan untuk memompa proton (H+) dari stroma menuju lumen
untuk baku pembuatan ATP secara kemiosmotik.
Selanjutnya perjalanan elektron menuju ke Fotosistem I (P700) yang pada saat ini
foton juga mengaktifkan pigmen fotosintesis untuk eksitasi elektron yang berasal dari
Fotosistem II. Elektron yang berasal dari molekul klorofil di pusat reaksi fotosistem I
tersebut kemudian meyalurkan energinya ke feredoksin (Fd) yang kemudian digunakan
untuk membentuk NADPH.

2. Reaksi Gelap/Reaksi Blackman/Siklus Calvin


- Terjadi dalam stroma
- Tidak membutuhkan cahaya
- Terjadi fiksasi CO2 masuknya CO2 dari lingkungan ke sel (jaringan parenkim)
- Fiksasi CO2 butuh bantuan enzim karbonat anhidrase
- Untuk mengaktifkan enzim ini butuh ATP, NADPH
- Terjadi penyusunan molekul karbohidrat melalui siklus Calvin
- Ada 3 tahap, yaitu:
1. Karboksilasi/Fiksasi : masuknya CO2 ke RuDP/RUBP [ribulosa bifosfat] menghasilkan
APG dengan bantuan enzim rubisco [RuBP karboksilase].

2. Reduksi : perubahan gugus karboksil dalam molekul PGA menjadi gugus aldehid dalam
molekul PGAL

3. Regenerasi : molekul PGAL disusun ulang menjadi 3 molekul RuBP dan membentuk
glukosa.

Berikut tabel ringkasan perbedaan rekasi terang dan reaksi gelap dalam fotosintesis
Dalam dunia tumbuhan, dikenal tanaman C3, C4, dan CAM sesuai dengan mekanisme fotosintesisnya.
Perbedaan proses fotosintesis pada tumbuhan C3, C4 dan CAM terutama pada tempat reaksi dan waktu
reaksi.
1. Tumbuhan/Tanaman C3 adalah tumbuhan yang mendominasi sebagian besar di bumi (85%)
dengan melakukan fotosintesis secara standar. Pada saat siklus Calvin, senyawa pertama yang
melakukan fiksasi CO2 adalah fosfogliserat (molekul berkarbon 3) dengan bantuan enzim rubisco
sehingga lintasan tersebut dinamakan C3. Tumbuhan ini tidak memiliki adaptasi fotosintesis untuk
mengurangi laju fotorespirasi. Contoh tanaman C3 adalah mangga, padi, gandum, kedelai, dll.
2. Tumbuhan/Tanaman C4 adalah tumbuhan yang pada saat melakukan proses fotosintesis
menggunakan lintasan C4. Hal yang membedakan dari tanaman C4 yakni daun dari tanaman C4
berupa Anatomi Kranz. Anatomi daun tersebut memiliki dua macam kloroplas (dimorfik) di dua
tempat yakni sel mesofil dan seludang pembuluh (bundle-sheath). Contoh tanaman C4 adalah
jagung, tebu, shorgum, dll.
3. Tumbuhan/Tanaman CAM adalah tumbuhan yang saat melakukan fotosintesis menggunakan
lintasan crassulacean acid metabolism (CAM) untuk meminimalkan laju fotorespirasi. Pemberian
nama tersebut berdasarkan pertama kali ditemukannya lintasan reaksi tersebut pada
Famili Crassulaceae. Saat ini ada sekitar 20 famili tumbuhan CAM seperti Cactaceae, Orchidaceae,
Liliaceae, Bromeliaceae, dan Euphorbiaceae. Metabolisme tumbuhan CAM yakni pembentukan
asam malat dilakukan pada malam hari sedangkan penguraiannya terjadi pada siang hari.
Perilaku tumbuhan ini adalah stomata membuka pada malam hari untuk menyerap CO2 sedangkan
siang hari stomata menutup. Contoh tumbuhan CAM adalah anggrek, nanas, dan kaktus.

Gambar Perbedaan Proses Mekanisme Fotosintesis Pada Tumbuhan C3, C4 dan CAM

Untuk mempermudah pemahaman, berikut adalah perbedaan tumbuhan C3, C4 dan CAM dalam
bentuk tabel:
No Ciri Pembeda Tumbuhan C3 Tumbuhan C4 Tumbuhan CAM
1 Anatomi daun - Sel fotosintesis - Sel seludang - Biasanya tidak ada
tidak memiliki pembuluh tertata sel-sel palisade dan
berkas yang jelas dengan baik dan terdapat vakuola
- Sel mesofil besar kaya organel yang besar di
dan tidak rapat - Sel mesofil tidak dalam mesofil
- Sel-sel seludang terlalu besar dan
ikatan pembuluh lebih rapat
kecil dan banyak - Ikatan pembuluh
lebih sedikit
2 Kloroplas (tempat Mesofil daun Mesofil daun dan Mesofil
fotosintesis) (monomorfik) seludang (monomorfik)
(dimorfik)
3 Jenis Tanaman Angiospermae: – Monokotil: tebu, Tumbuhan
durian, apel, mangga jagung sukulen/xerofit
– Dikotil: famili contoh: kaktus, lidah
Amaranthaceae buaya
4 Penggolongan Disebut C3 karena Disebut C4 karena Mengikat CO2 pada
menghasilkan menghasilkan senyawa malam hari dan siang
senyawa pertama pertama berupa hari stomata menutup
berupa berkarbon berkarbon empat
tiga
5 Kebutuhan energi 3:2 5:2 6,5:2
ATP : NADPH
6 Fiksasi CO2 CO2 langsung masuk Fiksasi CO2 melewati Fiksasi CO2 melewati
dalam sikulus calvin lintasan C4 yang lintasan C4 yang
saat siang hari terjadi di dua tempat terjadi di waktu yang
yang berbeda (mesofil berbeda (siang dan
dan seludang) malam)
7 Kebutuhan air per 450 – 950 g 250 – 350 g 18 – 55 g
penambahan berat
kering
8 Senyawa pertama Asam fosfogliserat Asam oksaloasetat Asam oksaloasetat
yang dihasilkan
9 Enzim pertama saat RuBP karboksilase PEP karboksilase – PEP karboksilase
fiksasi CO2 (Rubisco) kemudian RuBp (malam)
karboksilase – RuBP karboksilase
(siang)
10 Tempat reaksi Sel-sel mesofil daun - Sintesis asam malat Sintesis asam malat
di sel mesofil daun dan pemecahan asam
- Pemecahan asam malat terjadi di sel
malat di seludang mesofil daun
pembuluh
11 Waktu fiksasi CO2 Siang hari Sintesis asam malat – Sintesis asam malat
dan pemecahan asam terjadi waktu malam
malat terjadi di siang hari
hari – Pemecahan asam
malat terjadi di siang
hari
12 Mekanisme – Siang hari: stomata – Siang hari: stomata – Siang hari: stomata
membuka/menutup membuka membuka menutup
stomata – Malam hari: – Malam hari: stomata – Malam hari: stomata
stomata menutup menutup membuka
13 Fotorespirasi Ada Ada, tapi hanya di Ada, tetapi hanya
seludang pembuluh terjadi di sore
dan bahkan hampir menjelang malam hari
tidak melakukan
fotorespirasi
14 Hambatan Ya Tidak Ya
fotosintesis oleh O2
15 Kompensasi 30 – 70 ppm 0 – 10 ppm 0 – 5 ppm (dalam
terhadap CO2 gelap)
16 Laju fotosintesis Rendah Tinggi Rendah
17 Laju fotorespirasi Tinggi Rendah Rendah
18 Efisiensi terhadap Kurang efisien Efisien Efisien
H2O
19 Adaptasi terhadap Mudah beradaptasi Mudah adaptasi di Mudah adaptasi di
lingkungan ketika CO2 tinggi, daerah kering dan lingkungan yang
habitat lahan basah banyak sinar matahari sangat kering.
20 Adaptasi dalam Mati Mati Dapat tumbuh
keadaan kekeringan walaupun lambat
hebat
21 Temperatur 15 – 25°C 30 – 40°C ~35°C
optimum saat
fotosintesis
22 Efek temperatur Menghambat Memacu Memacu
(30-40°C) pada
penangkapan CO2
23 Produksi bahan 20 – 25 ton 35 – 40 ton Rendah dan sangat
kering per tahun beragam

Percobaan-percobaan tentang Fotosintesis


1. Percobaan Engelmann(1883)
Pada saat itu Engelmann mengamati Spirogyra sp. dan Bacterium thermo dibawah mikroskop, jika
seberkas sinar dijatuhkan pada kloroplas Spirogyra, akan tampak Bacterium thermo
mengerumuni daerah kloroplas yang terkena sinar, terutama warna biru (400nm) dan merah
(680nm). Bacterium thermo perlu oksigen hasil fotosintesis spirogyra. Jika kloroplas tidak disinari
cahaya, tidak banyak bakteri disitu.

Membuktikan bahwa fotosintesis:


 memerlukan cahaya
 memerlukan klorofil
 paling efektif terjadi pada spektrum warna biru merah
 membebaskan oksigen

2. Percobaan G.J. Sach (1862)


Langkah-langkah percobaan:
a. Tutuplah sebagian daun pacar air dengan kertas alumunium biarkan beberapa hari.
b. Setelah beberapa hari, petik daun, buka kertas. Masukkan daun ke dalam gelas beaker yang
berisi air panas. Panaskan diatas lampu bunsen. Tujuan perebusan ini adalah supaya sel-sel
daun mati dan proses didalamnya berhenti.
c. Ambil daun dengan penjepit, cuci dengan air dingin
d. Siapkan alkohol dengan tabung reaksi. Masukkan tabung tersebut ke gelas beaker berisi air
yang dipanaskan diatas lampu bunsen. Kemudian masukkan daun ke tabung berisi alkohol
biarkan klorofilnya larut. Tujuan perebusan daun didalam alkohol adalah melarutkan klorofil.
Angkat daun dengan penjepit, letakkan dicawan, tetesi dengan lugol.
Tujuan pemberian lugol adalah untuk menguji ada tidaknya amilum.
e. Bagian daun yang terbuka akan berwarna biru kehitaman karena terjadi reaksi amilum+lugol
f. Bagian daun yang tertutup kertas alumunium akan berwarna pucat karena tidak terjadi reaksi
warna antara amilum dengan lugol.
pucat

Warna pucat

Membuktikan bahwa fotosintesis:


 perlu cahaya
 perlu klorofil
 menghasilkan amilum(zat tepung),yang diuji dengan larutan Iodin/Lugol menghasilkan warna
biru kehitaman.

3. Percobaan lngenhousz (1779)


 Perangkat diletakkan ditempat yang terkena cahaya matahari. Hasilnya muncul gelembung
udara dari tanaman. Gelembung yang tertampung ditabung reaksi diuji dengan nyala api.
Nyala api yang semakin besar membuktikan gelembung itu adalah oksigen.
Percobaan ini menggunakan tumbuhan air Hydrilla verticillata.

Gambar Tumbuhan Air Hydrilla verticillata.

Membuktikan bahwa fotosintesis:


 membebaskan oksigen berupa gelembung udara pada saat terang
 memerlukan cahaya
 memerlukan karbondioksida sebagai sumber karbon
 memerlukan klorofil
2. Kemosintesis
Kemosintesis adalah proses pembentukan glukosa (karbohidrat) dengan menggunakan energi
kimia, bukan energi sinar matahari. Tanaman dan alga membentuk glukosa dengan energi berasal dari
sinar matahari melalui fotosintesis, sedangkan bakteri akan membentuk glukosa dengan sumber
energi dari reaksi kimia melalui kemosintesis. Bakteri memerlukan glukosa untuk tumbuh dan
berkembangbiak, banyak bakteri yang tidak berklorofil menghasilkan glukosa melalui proses
kemosintesis. Proses ini diawali dengan bakteri memproses bahan anorganik yang ada disekitarnya
hingga berubah menjadi bahan lain dan menghasilkan energi. Energi yang dihasilkan dalam proses
tersebut akan digunakan untuk menangkap molekul karbondioksida dari lingkunagn sekitarnya.
Karbondioksida akan masuk ke dalam Siklus Calvin dan menghasilkan glukosa.

Macam-Macam Kemosintesis
1. Kemosintesis Bakteri Nitrifikasi
Proses nitrifikasi terjadi di tanah dalam keadaan tersedia oksigen. Nitrifikasi akan mengubah
amonia menjadi nitrit kemudian diubah menjadi nitrat. Energi yang dihasilkan dari reaksi-reaksi
tersebut akan digunakan untuk membentuk glukosa.

Amonia akan diubah menjadi nitrit oleh bakteri Nitrosomonas

Nitrit akan diubah menjadi nitrat oleh bakteri Nitrobacter

Senyawa nitrat yang telah dihasilkan akan menyuburkan tanah dan diserap oleh tumbuhan
sebagai sumber senyawa nitrogen.

2. Kemosintesis Bakteri Belerang


Bakteri belerang ditemukan pada sumber air panas atau genangan air yang tidak mengalir.
Bakteri belerang seperti Thiobacillus ferrooxidans mampu mengubah hidrogen sulfida menjadi
sulfur (belerang) dan menggunakan energi yang dihasilkan untuk membentuk glukosa.

Thiobacillus ferrooxidans dapat digunakan sebagai agen pembersih lingkungan karena mampu
mengubah hidrogen sulfida yang beracun menjadi belerang yang lebih aman. Hidrogen sulfida
berbentuk gas dan sering ditemukan pada pengeboran minyak bumi.

3. Kemosintesis Bakteri Besi


Bakteri besi ditemukan pada perairan yang banyak mengandung unsur besi dan biasanya
memiliki endapan berwarna kemerahan. Bakteri besi seperti Ferrobacillus ferrooxidans akan
mengubah ion ferri yang larut air menjadi endapan ferro yang tidak larut air. Energi yang
dihasilkan akan digunakan untuk membentuk glukosa.
Dalam keadaan tidak tersedia oksigen, ion ferro yang berbentuk endapan akan diubah kembali
oleh bakteri tersebut menjadi ion ferri yang larut air.

4. Kemosintesis Bakteri Metana


Bakteri ini mampu menggunakan metana untuk menghasilkan energi dan karbondioksida, yang
kemudian digunakan untuk membentuk glukosa.

Bakteri yang menggunakan metana sebagai sumber energi contohnya adalah Methanomonas.

Proses Pembentukan Glukosa pada Kemosintesis


Proses pembentukan glukosa pada berbagai bakteri sebagian besar terjadi melalui reaksi gelap/
siklus Calvin. Prosesnya sama dengan yang terjadi pada tumbuhan, hanya berbeda pada organel
tempat berlangsungnya reaksi gelap tersebut.
Energi yang telah diperoleh akan digunakan untuk membentuk NADH, kemudian NADH akan
diproses lebih lanjut menjadi NADPH. Molekul NADPH ini akan digunakan pada reaksi gelap untuk
menangkap karbondioksida (CO2) yang akan diproses menjadi glukosa. Berikut tabel perbedaan antara
fotosintesis dan kemosintesis.

3. Sintesis Lemak dan Protein


a. Sintesis Lemak
Lemak dapat disintesis dari karbohidrat dan protein, karena dalam metabolisme, ketiga zat
tersebut bertemu di dalam siklus Krebs. Sebagian besar pertemuannya berlangsung melalui pintu
gerbang utama siklus (daur) Krebs, yaitu Asetil Ko-enzim A. Akibatnya ketiga macam senyawa
tadi dapat saling mengisi sebagai bahan pembentuk semua zat tersebut. Lemak dapat dibentuk
dari protein dan karbohidrat, karbohidrat dapat dibentuk dari lemak dan protein dan seterusnya.
1. Sintesis Lemak dari Karbohidrat
Glukosa diurai menjadi piruvat —> gliserol
Glukosa diubah —> gula fosfat —> asetil Ko-A —> asam lemak.
Gliserol+ asam lemak —> lemak.
2. Sintesis Lemak dari Protein
Protein——–> Asam Amino protease

Sebelum terbentuk lemak asam amino mengalami deaminasi lebih dabulu, setelah itu
memasuki daur Krebs. Banyak jenis asam amino yang langsung ke asam piravat —> Asetil Ko-A.
Asam amino Serin, Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin dapat terurai menjadi Asam piruvat,
selanjutnya asam piruvat –> gliserol –> fosfogliseroldehid Fosfogliseraldehid dengan asam lemak
akan mengalami esterifkasi membentuk lemak. Lemak berperan sebagai sumber tenaga (kalori)
cadangan. Nilai kalorinya lebih tinggi daripada karbohidrat. 1 gram lemak menghasilkan 9,3
kalori, sedangkan 1 gram karbohidrat hanya menghasilkan 4,1 kalori saja.

b. Sintesis Protein
Sintesis protein yang berlangsung di dalam sel, melibatkan DNA, RNA dan Ribosom.
Penggabungan molekul-molekul asam amino dalam jumlah besar akan membentuk molekul
polipeptida. Pada dasarnya protein adalah suatu polipeptida. Setiap sel dari organisme mampu
untuk mensintesis protein-protein tertentu yang sesuai dengan keperluannya. Sintesis protein
dalam sel dapat terjadi karena pada inti sel terdapat suatu zat (substansi) yang berperan penting
sebagai “pengatur sintesis protein”. Substansi-substansi tersebut adalah DNA dan RNA.

SUBSTANSI GENETIKA

Subtansi genetika adalah materi yang menjelaskan konsep gen, DNA, dan kromosom serta menjelaskan
menjelaskan hubungan gen (DNA), RNA, polipeptida dan proses sintesis protein.
A. Kromosom
Kromosom pada setiap spesies makhluk hidup memiliki ukuran dan bentuk yang bervariasi. Panjang
kromosom berkisar antara 0,2 –50 mikron dengan diameter antara 0,2–20 mikron. Bentuk kromosom pada
setiap fase pembelahan sel senantiasa berubah-ubah. Kromosom terdapat di dalam nukleus. Kromosom
berfungsi membawa sifat keturunan (membawa informasi genetika), karena di dalam kromosom
mengandung gen. Kromosom tersusun atas benang kromatin, benang kromatin tersusun atas serabut-
serabut protein, DNA dan RNA. Kromosom tersusun dari sentomer dan lengan.
Macam-macam kromosom berdasarkan letak sentromernya:
1. Telosentrik, yaitu jika letak sentromer berada di ujung, sehungga hanya memiliki 1 lengan
2. Akrosentrik, yaitu jika letak sentromer hampir di ujung.
3. Submetasentrik, yaitu jika letak sentromer hampir di tengah sehingga kedua lengan tidak sama
panjang.
4. Metasentrik, yaitu jika letak sentromer berada tepat di tengah sehingga panjang masing-masing
lengan sama.

Gambar Kromosom Berdasarkan Letak Sentromer

Sentromer : bagian dari kromosom tempat berpegangan benang spindel/gelendong, di bagian ini tidak
terdapat gen. dan tidak menyerap zat warna jika diberikan pewarnaan. Sentromer terdapat kinetokor untuk
melekatnya benang spindel akan memisah ketika anafase.

Gambar Sentromer

Macam kromosom berdasarkan tipe/fungsinya:


1. Autosom / Kromosom Tubuh
Adalah kromosom yang terdapat pada organisme jantan dan betina dengan jumlah dan susunan yang
sama.
Pada sel tubuh berjumlah ( n -1 ) pasang, sedang pada sel kelamin berjumlah (n-1) buah
2. Gonosom / Kromosom Kelamin
Adalah kromosom yang terdapat pada organisme jantan dan betina dengan jumlah dan susunan yang
berbeda, berperan menentukan jenis kelamin.
Pada sel tubuh berjumlah 1 pasang yaitu XX untuk jenis kelamin betina dan XY untuk yang berjenis
kelamin jantan , sedang pada sel kelamin berjumlah 1buah yaitu X atau Y
Gambar Kromosom Drossophila[lalat buah]

Kromosom tubuh yang berpasangan bersifat homolog. Kromosom homolog adalah kromosom yang
mempunyai bentuk, ukuran dan fungsi yang sama. Pada manusia mempunyai 46 kromosom. Kromosom
tubuh terdiri atas 22 pasang autosom (22AA). Kromosom seks manusia terdiri atas 1 pasang gonosom, yang
menentukan jenis kelamin perempuan bersifat homolog (dinotasikan dengan XX) dan yang menentukan
jenis kelamin laki-laki bersifat nonhomolog (dinotasikan dengan XY).

B. Gen
adalah segmen/penggalan DNA yang terkait dengan sifat tertentu yang diwariskan kepada keturunannya.
Gen merupakan ekspresi DNA dengan protein yang dibuat yang berada di sekelilingnya.

Gambar Hubungan Sel – Kromosom – DNA – Gen

Sifat-sifat Gen:
1. Mengandung informasi genetik
2. Dapat menduplikasi diri
3. Ditentukan oleh susunan kombinasi dari basa nitrogennya
4. Masing-masing gen memiliki fungsi yang berbeda
Fungsi Gen:
1. Mengatur perkembangan dan proses metabolisme individu (organisme)
2. Menyampaikan informasi genetik dari generasi ke generasi berikutnya
3. Sebagai zarah tersendiri yang terdapat dalam kromosom
Alel
Alel adalah gen-gen yang terletak pada lokus yang bersesuaian dari kromosom yang homolog . Ekspresi dari
alel dapat serupa misalnya A dengan A, atau a dengan a. tetapi orang lebih sering menggunakan istilah alel
untuk ekspresi gen yang secara fenotipik berbeda. Contoh : gen A ( bentuk bulat) alelnya a (bentuk lonjong),
gen A ( bentuk bulat) bukan alel dari gen B ( warna kuning) maupun gen b (warna Putih) : AaBb, MM, mm,
MMBB

Gambar Alel Homozigot dan Alel Heterozigot


C. DNA [Deoxyribonucleic Acid] atau Asam Deoksiribonukleat [ADN]
DNA merupakan asam nukleat yang menyusun gen di dalam inti sel. Selain itu DNA juga terdapat dalam
mitrokondria, kloroplas, sentriol, plastid dan sitoplasma. DNA merupakan materi genetik yang membawa
informasi biologis dari setiap makhluk hidup dan beberapa virus. DNA dibawa oleh setiap individu ke
keturunannya.

Struktur DNA

Gambar struktur DNA

Struktur DNA terdiri dari suatu molekul besar kompleks dengan dua pita panjang saling berpilin
membentuk heliks ganda. Setiap DNA terbentuk dari ratusan hingga ribuan polimer nukleotida. Setiap
nukleotida terdiri dari:
1. Gula pentosa deoksiribosa atau 2-deoksiribosa (H−(C=O)−(CH2)−(CHOH)3−H)

2. Gugus fosfat atau ostorifosfat (PO43-)

3. Basa nitrogen atau nukleobasa yaitu Purin [Adenin dan Guanin] dan Pirimidin [Timin dan
Sitosin]
Dalam menyusun molekul ADN basa nitrogen memiliki pasangan tertentu :
Adenin selalu berpasangan dengan Timin (A-T) yang dihubungkan oleh 2 ikatan hidrogen
Guanin selalu berpasangan dengan Sitosin (G-S) yang dihubungkan oleh 3 ikatan hidrogen

Gambar Basa Purin dan Pirimidin


Ikatan Kimia pada Rantai DNA
Seperti namanya, DNA tersusun atas beberapa ikatan rantai kimia. Ikatan kimia ini menyambungkan antara
gugus fosfat, basa, dan gula dalam susunan DNA.
1. Ikatan fosfodiester, yaitu ikatan kimia antara gugus fosfat dari satu nukelotida dan gula dari nukleotida
berikutnya.
2. Ikatan hidrogen, yaitu ikatan kimia antarpasangan basa nitrogen.
3. Ikatan antara gula deoksiribosa dan basa nitrogen:
Deoksiadenosin monofosfat (dAMP): antara gula deoksiribosa dan basa adenin.
Deoksiguanin monofosfat (dGMP): antara gula deoksiribosa dan basa guanin.
Deoksisistidin monofosfat (dCMP): antara gula deoksiribosa dan basa sitosin.
Deoksitimidin monofosfat (dTMP): antara gula deoksiribosa dan basa timin.

Fungsi DNA
DNA sebagai materi genetik memiliki beberapa fungsi pada tubuh makhluk hidup, diantaranya yaitu:
1. Membawa informasi genetik
2. Memiliki peran dalam pewarisan sifat
3. Mengekspresikan informasi genetik
4. Menyintesis molekul kimia lain
5. Menduplikasikan diri atau bereplikasi

Sifat DNA
Berikut beberapa karakteristik dari DNA yang terdapat dalam makhluk hidup:
1. Jumlah DNA konstan pada setiap jenis sel dan spesies
2. Kandungan DNA dalam sel bergantung sifat ploidi atau jumlah kromosom
3. Bentuk DNA pada inti sel eukariotik seperti benang yang tidak bercabang
4. Bentuk DNA pada inti sel prokariotik, plastid, dan mitokondria berbentuk sirkuler

Replikasi DNA
Replikasi atau proses menduplikasikan diri ini terjadi saat interfase sebelum sel membelah dengan tujuan
agar sel anakan hasil pembelahan mengandung DNA yang identik dengan DNA sel induk. Replikasi DNA
dapat terjadi dengan adanya sintesis rantai nukleotida baru dari rantai nukleotida lama melalui proses
menggunakan komplementasi pasangan basa untuk menghasilkan suatu molekul DNA baru yang sama
dengan molekul DNA lama, proses yang terjadi tersebut dipengaruhi oleh enzim helikase, enzim polimerase,
dan ligase

Model Replikasi DNA


Ada 3 cara terjadinya replikasi DNA dalam sel eukariot, yaitu
1. Semikonservatif. Rantai ganda DNA lama berpisah kemudian rantai baru disintesis pada masing-
masing rantai DNA lama.
2. Konservatif. Rantai ganda DNA lama tidak berubah. Berfungsi sebagai cetakan buat DNA baru.
3. Dispersif. Beberapa bagian dari kedua rantai DNA lama digunakan sebagai cetakan DNA baru. Sehingga
DNA lama dan baru tersebar.
D. RNA [Ribonucleid Acid]
RNA adalah makromolekul polinukleotida berupa rantai tunggal atau ganda yang tidak berpilin seperti
halnya DNA. RNA banyak terdapat pada ribosom atau sitoplasma dan keberadaannya tidak tetap karena
mudah terurai dan harus dibentuk kembali.
Molekul RNA mempunyai bentuk yang berbeda dengan DNA. RNA memiliki bentuk pita tunggal dan tidak
berpilin. Tiap pita RNA merupakan polinukleotida yang tersusun atas banyak ribonukleotida. Tiap
ribonukleotida tersusun atas gula ribosa, basa nitrogen, dan asam fosfat.
Basa nitrogen RNA juga dibedakan menjadi basa purin dan basa pirimidin. Basa purinnya sama dengan
DNA tersusun atas adenin (A) dan guanin (G), sedangkan basa pirimidinnya berbeda dengan DNA yaitu
tersusun atas sitosin (C) dan urasil (U).

Gambar Struktur RNA

Berbeda dengan DNA, RNA merupakan rantai tunggal polinukleotida. Tiap ribonukleotida terdiri dari 3
gugus molekul, yaitu gula 5 karbon (ribosa), gugus fosfat, membentuk punggung RNA bersama ribosa, basa
nitrogen, yang terdiri dari basa purin yang sama dengan DNA sedangkan pirimidin berbeda, yaitu sitosin
dan urasil, dan gugus fosfat.

Fungsi RNA
RNA berperan dalam proses sintesis protein di dalam sel. Akan tetapi, pada beberapa jenis virus, RNA
berperan seperti DNA untuk membawa informasi genetik.

Macam-Macam RNA
 RNA genetik, yaitu RNA yang berperan seperti DNA dalam membawa informasi genetik. RNA tipe ini
hanya ada dalam beberapa jenis virus.
 RNA nongenetik, yaitu RNA yang hanya berperan dalam proses sintesis protein. RNA tipe ini ada dalam
organisme yang memiliki DNA. Ada tiga macam RNA nongenetik, yaitu:
a. RNA duta (mRNA), rantai tunggal panjang yang tersusun atas ratusan nukleotida. RNA ini terbentuk
melalui proses transkripsi di dalam inti sel oleh DNA. Fungsi dari mRNA adalah sebagai pembawa
kode genetik (kodon) dari inti sel ke sitoplasma.
b. RNA pemindah (tRNA), rantai tunggal pendek yang dibentuk DNA di dalam inti sel kemudian
diangkut ke sitoplasma. Fungsi dari tRNA adalah sebagai penerjemah kodon dari mRNA dan
pengangkut asam-asam amino dari sitoplasma ke ribosom.
c. RNA ribosom (rRNA) memiliki rantai tunggal, tidak bercabang, serta fleksibel pada ribosom yang
dibentuk DNA di dalam inti sel. Jumlahnya lebih banyak daripada mRNA ataupun tRNA. Fungsi dari
rRNA adalah sebagai mesin perakit polipeptida pada sintesis protein.

Perbedaan DNA dan RNA


Perbedaan DNA RNA
Bentuk Rantai panjang, ganda, dan berpilin Rantai pendek, tunggal, dan tidak berpilin
(double heliks)
Fungsi Mengendalikan faktor keturunan dan Mengendalikan sintesis protein
sebagai materi genetik (bahan baku)
untuk sintesis protein sintesis protein.
Letak Berada dalam nukleus, kloroplas, Berada dalam nukleus, sitoplasma,
mitokondria kloroplas, mitokondria
Komponen gula Deoksiribosa Ribosa
Ukuran Panjang Pendek
Jenis basa nitrogen Purin (adenin dan guanin) gugus fosfat. Purin (adenin dan guanin) dan pirimidin
Dan pirimidin (sitosin dan timin) (sitosin dan urasil)
Kadar Tetap, tidak dipengaruhi oleh aktivitas Berubah-ubah sesuai sesuai dengan jumlah
sintesis protein sintesis protein yang dibutuhkan
Keberadaannya Permanen Periode pendek karena mudah terurai

E. Sintesis Protein
Sintesis protein merupakan proses untuk mengubah asam amino yang terdapat dalam linear menjadi
protein dalam tubuh. Ada tiga aspek penting dalam mekasnisme sintesis protein, yakni lokasi
berlangsungnya sintesis protein pada sel; mekanisme berpindahnya informasi atau hasil transformasi dari
DNA ke tempat terjadinya sintesis protein; dan mekanisme asam amino penyusun protein pada suatu sel
berpisah membentuk protein-protein yang spesifik.
Sintesis protein berlangsung di dalam ribosom, salah satu organel yang berukuran kecil dan padat
dalam sel (juga nukleus) dengan menghasilkan protein yang non-spesifik atau sesuai dari mRNA yang di
translasi. Ribosom sendiri memiliki diameter sekitar 20 nm serta terdiri atas 65% RNA ribosom (rRNA) dan
35% protein ribosom (disebut Ribonukleoprotein atau RNP).

Proses Sintesis Protein


Pada dasarnya, sel menggunakan informasi genetik (gen) yang terdapat di DNA untuk membuat protein,
proses pembuatan protein atau sintesis protein ini dibagi menjadi tiga langkah, yaitu transkripsi, translasi
dan pelipatan protein.
1. Transkripsi
Transkripsi merupakan proses pembentukan RNA dari salah satu pita cetakan DNA (DNA sense). Pada
tahap ini, akan menghasilkan 3 jenis RNA, yaitu mRNA, tRNA dan rRNA. Tahap ini dapat berlangsung di
dalam sitoplasma dengan diawali proses pembukaan rantai ganda yang dimiliki oleh DNA dengan
bantuan enzim RNA polimerase. Pada tahap ini, ada rantai tunggal yang bertugas sebagai rantai sense,
sedangkan rantai lain yang berasal dari pasangan DNA dinamakan rantai anti sense.
Tahap transkripsi sendiri dibagi menjadi 3: tahap inisiasi, elongasi dan terminasi.
a. Inisiasi
RNA polimerase terikat pada untaian DNA, yang disebut promoter, yang ditemukan didekat awal
dari suatu gen. Setiap gen mempunyai promoternya tersendiri. Setelah terikat, RNA polimerase
memisahkan untaian ganda DNA, menyediakan template atau cetakan untaian tunggal yang siap
untuk ditranskripsi.
b. Elongasi
Satu untaian DNA, untaian cetakan, bertindak sebagai cetakan untuk digunakan oleh enzim RNA
polimerase. Sambil ‘membaca’ cetakan ini, RNA polimerase membentuk molekul RNA keluar dari
nukleotida, membuat sebuah rantai yang tumbuh dari 5′ ke 3′. RNA transkripsi membawa
informasi yang sama dari untaian DNA non-template (coding).
c. Terminasi
Urutan ini memberikan sinyal bahwa transkripsi RNA telah selesai. Setelah ditranskripsi, RNA
polimerase melepaskan hasil transkripsi RNA.

Gambar Tahap Transkripsi pada Sintesis Protein


2. Translasi
Translasi merupakan proses urutan nukleotida dalam mRNA yang diterjemahkan ke dalam
urutan asam amino dari rantai polipeptida. Selama proses ini, sel ‘membaca’ informasi pada messenger
RNA (mRNA) dan menggunakannya untuk membuat sebuah protein.
Ada setidaknya 20 macam jenis asam amino yang dibutuhkan untuk dapat membentuk protein
yang berasal dari terjemahan kodon mRNA. Pada sebuah mRNA, instruksi untuk membuat polipeptida
adalah RNA nukleotida (Adenine, Uracil, Cytosine, Guanine) yang dibaca dalam kelompok tiga
nukleotida, kelompok tiga ini disebut kodon. Selanjutnya, beberapa dari asam amino tersebut akan
menghasilkan rantai polipeptida yang spesifik dan nantinya akan membentuk protein yang spesifik pula.
Proses translasi sendiri terbagi atas 3 tahap:
a. Tahap Awal atau Inisiasi
Pada tahap ini ribosom merakit di sekitar mRNA untuk dibaca dan tRNA pertama yang membawa
asam amino metionin (yang cocok dengan start kodon, AUG). Bagian ini diperlukan agar tahap
translasi bisa dimulai.
b. Elongasi atau Memperpanjang Rantai
Ini adalah tahap di mana rantai asam amino diperpanjang. Disini mRNA dibaca satu kodon sekali,
dan asam amino yang sesuai dengan kodon ditambahkan ke rantai protein. Selama elongasi, tRNA
bergerak melewati situs A, P, dan E dari ribosom. Proses ini diulang terus-menerus saat kodon baru
dibaca dan asam amino baru ditambahkan ke rantai.
c. Terminasi
Ini adalah tahap dimana rantai polipeptida dilepaskan. Proses ini dimulai ketika stop kodon (UAG,
UAA atau UGA) memasuki ribosom, membuat rantai polipeptida terpisah dari tRNA dan lepas
keluar dari ribosom.
3. Pelipatan Protein
Rantai polipeptida yang baru disintesis tidak berfungsi sampai mengalami modifikasi struktur tertentu
seperti penambahan karbohidrat ekor (glikosilasi), lipid, kelompok prostetik, dll., Agar menjadi
fungsional, dilakukan dengan modifikasi pasca-translasi dan pelipatan protein.
Pelipatan protein dibagi ke dalam empat tingkat, yakni tingkat primer (rantai polipeptida linier); tingkat
menengah (α-heliks dan β-lipit lembar); tingkat tersier (bentuk berserat dan bundar); dan tingkat
Kuarter (protein kompleks dengan dua atau lebih subunit.
Catatan
Ada 61 kodon yang diketahui untuk asam amino. Setiap kodon itu ‘dibaca’ untuk membangun asam
amino tertentu dari 20 asam amino yang biasanya ditemukan di protein.
Satu kodon, yakni AUG, mempunyai fungsi untuk membangun asam amino methionine dan juga
bertindak sebagai start codon untuk memberi sinyal mulai pada pembuatan protein.
Tiga kodon yang tidak membuat asam amino, disebut stop codon, meliputi UAA,
UAG, dan UGA. Ketiganya memberitahu sel jika pembuatan polipeptida telah selesai.

F. KODE GENETIK
Kode genetik adalah cara pengkodean urutan nukleotida pada DNA atau RNA untuk menentukan urutan
asam amino pada saat proses sintesis protein. Informasi pada kode genetik ditentukan oleh basa nitrogen
pada rantai DNA yang akan menentukan susunan asam amino yang dibawa oleh RNA mesenger ( RNAm).
Dari susunan kode kode genetik itu ternyata bisa digunakan sebagai bahasa sandi antar DNA dan RNA untuk
mengumpulkan asam amino yang merupakan kumpulan 3 basa nitrogen yang akhirnya bisa menjadi protein.
Ada 61 kodon yang diketahui untuk asam amino. Setiap kodon itu ‘dibaca’ untuk membangun asam
amino tertentu dari 20 asam amino yang biasanya ditemukan di protein.
Satu kodon yaitu AUG mempunyai fungsi untuk membangun asam amino metionin dan juga bertindak
sebagai kodon start untuk memberi sinyal mulai pada pembuatan protein. Tiga kodon yang tidak membuat
asam amino disebut kodon stop meliputi UAA, UAG, UGA. Ketiganya memberi tahu sel jika pembuatan
polipetida telah selesai.
Ciri-ciri kode genetik
1. Terdiri dari triplet, artinya 1 kodon terdiri dari 3 basa
2. Non overlapping, artinya susunan 3 basa pada kodon berbeda dengan kodon lain
3. Degenerate, artinya 1 asam amino mempunyai kodon lebih dari 1
4. Universal, artinya kode yang sama berlaku untuk semua makhluk hidup.

Tabel Kode Genetik


Penelitian tentang kode genetika ini dikemukakan oleh M. Nirenberg (1961) dan H. Mathei (1961) dan
kemudian diperkuat oleh G.H. Khorama (1964). Kode genetika adalah kode yang dibawa oleh mRNA untuk
disampaikan ke tRNA. Kode genetika yang merupakan urutan tiga basa nitrogen yang membentuk suatu
triplet disebut kodon dapat kita lihat pada tabel kode genetik berikut ini.
Keterangan:
Ala = alanin
Arg = arginin
Asn = asparagin
Asp = asam aspartat
Cys = sistein
Gln = glutamin
Glu = asam glutama
Gly = glisin
His = histidin
Ile = isoleusin
Leu = leusin
Lys = lisin
Met = metionin
Phe = fenilalanin
Pro = prolin
Ser = serin
Thr = treonin
Try = triptofan
Tyr = tirosin
Val = valin

Contoh Soal
1. Perhatikan diagram berikut.

Berdasarkan rantai DNA sense tersebut, rantai tRNA yang terbentuk adalah…
A. AUC CCU AAC GGA
B. ACU GGA CCU AAG
C. UAG CCU GGA UUG
D. AGC UUA GGA CGC
E. CCU GGA UUC GCG
Pembahasan:
Pertama, tentukan terlebih dahulu kodon yang terbentuk pada mRNA, yaitu UCG AAU CCU GCG. Lalu,
tentukan kode genetik pada tRNA yang merupakan pasangan dari kodon, yaitu AGC UUA GGA CGC. Di sini,
tampak bahwa kode yang terbentuk mirip dengan kode pada rantai DNAnya, hanya saja basa T pada DNA
diganti U pada tRNA.
Jadi, rantai tRNA yang terbentuk adalah AGC UUA GGA CGC.
Jawaban: D

2. Jika rantai DNA adalah ATT GTA AAA CGG, kode genetik yang dibawa oleh mRNA pada sintesis protein
adalah…
A. TAA CAT TTT CGG
B. ATT GTA AAA GCC
C. AUU GTA UUU GCC
D. AUU GUA AAA CGG
E. UAA CAU UUU GCC
Pembahasan:
Urutan sintesis protein sebagai berikut
DNA rantai sense : ATT-GTA-AAA-CGG
DNA rantai antisense : TAA-CAT-TTT-GCC
Rantai kodon mRNA : UAA-CAU-UUU-GCC
Jawaban: E
PEMBELAHAN SEL

Pembelahan sel membahas tentang macam pembelahan sel, mekanisme pembelahannya, serta contoh
dari pembelahan sel. Pembelahan sel adalah mengenai penggandaan kromosom serta mekanisme pewarisan
kromosom dari ‘sel induk’ ke ‘sel anak’. Reproduksi sel bertujuan untuk menambah jumlah dan jenis sel, atau
membentuk sel-sel lain dengan tujuan tertentu. Sel merupakan unit kehidupan terkecil yang reproduktif. Sel
baru dihasilkan melalui proses membelah diri menjadi 2 sel baru/ sel anak. Pembelahan sel adalah peristiwa
alami yang harus terjadi karena mempengaruhi kelangsungan hidup suatu makhluk hidup. Ada tiga jenis
pembelahan sel, yaitu amitosis, mitosis, dan meiosis.

A. AMITOSIS, MITOSIS DAN MEIOSIS


1. AMITOSIS
Pembelahan secara langsung biasa terjadi pada mahluk hidup bersel tunggal (uniseluler). merupakan
reproduksi mahluk hidup itu sendiri. Pembelahan amitosis tidak didahului pembentukan benang
gelondong maupun pembelahan inti. Amitosis merupakan cara reproduksi vegetatif pada organisme
prokariotik dan protozoa, langsung menghasilkan dua sel anakan, sehingga sering disebut pembelahan,
setiap sel anak mewarisi sifat-sifat induknya. pembelahan amitosis senantiasa menghasilkan keturunan
yang memiliki sifat yang identik dengan induknya.

Gambar Pembelahan Amitosis pada Amoeba


2. MITOSIS
Pembelahan mitosis merupakan pembelahan secara tidak langsung atau melalui tahap-tahap
yang terjadi pada perbanyakan sel tubuh. Sel yang membelah secara mitosis akan menghasilkan dua sel
anakan yang masing-masing memiliki sifat dan jumlah kromosom yang sama dengan induknya. Siklus
sel adalah kejadian-kejadian yang berlangsung dengan urutan tertentu yang dimulai dari pembelahan
sel hingga pembelahan sel dalam pembentukkan sel anakan. Siklus ini meliputi dua fase, yaitu fase
interfase dan fase mitotik. Pembelahan mitosis berlangsung secara bertahap melalui beberapa fase,
yaitu :
Interfase
Merupakan fase istirahat dari pembelahan sel. Namun tidak berarti sel tidak beraktifitas justru tahap ini
merupakan tahap yang paling aktif dan dan penting untuk mempersiapkan pembelahan.

Fase ini membutuhkan waktu paling lama dibandingkan dengan fase fase pembelahan sel (fase mitotik).
Terbagi atas tiga fase, yaitu:
Fase G1 (Growth 1/pertumbuhan 1)
Merupakan fase paling aktif berlangsung selama 9 jam. Pada fase ini sel mengadakan pertumbuhan
dan perkembangan. Pada fase ini sel bertambah ukuran dan volumenya.
Fase S (Sintesis)
Merupakan fase sintesis DNA atau duplikasi kromosom, dengan waktu 10 jam
Fase G2 (Growth 2/Pertumbuhan 2)
Merupakan fase yang didalamnya terjadi proses sintesis protein. Pada fase ini sel siap untuk
mengadakan pembelahan

Gambar Interfase

Sekali lagi bahwa fase Mitosis tidak diawali dengan Interfase tetapi Fase Profase , karena Interfase
merupakan persiapan mitosis , merupakan fase istirahat sel tidak membelah.
sedangkan Mitosis itu Fase sel melakukan pembelahan / reproduksi
Mitosis terjadi pada sel-sel tubuh (somatic). Terdiri atas 4 tahapan yang saling berurutan : profase,
metafase, anafase dan telofase
1. Profase
 Benang kromatin memendek dan menebal menjadi kromosom
 Tiap kromosom mengadakan replikasi menghasilkan kromatid
 Sentriol (pada sel hewan) mulai memisah dan mengarahkan benang-benang gelendong
 Pada akhir profase ditandai dengan menghilangnya membran inti

Gambar Profase

2. Metafase
 Kromosom berjajar di bidang equator/ bidang pembelahan

Gambar Metafase

3. Anafase
 Merupakan tahap pembelahan inti
 Sentromer membelah dan kromatid memisahkan diri bergerak ke kutub yang berlawanan,
berperan sebagai kromosom tetapi bergeraknya masih dalam benang gelendong
Gambar Anafase

4. Telofase
 Kromosom sampai di kutub masing-masing dan menjadi kromatin kembali
 Benang spindel mulai lenyap dan nukleolus muncul kembali
 Membrane inti terbentuk kembali
 Sekat sel/ lekukan sel terbentuk sehingga sel terbagi dua bagian (sitokinesis)dengan jumlah
kromosom sama dengan jumlah kromosom sel induk

Gambar Telofase

3. MEIOSIS
Meiosis terjadi pada alat reproduksi/gametangium/ gonat pada saat pembentukan gamet
(gametogenesis). Menghasilkan sel anak yang memiliki jumlah kromosom setengah dari jumlah kromosom
sel induk (n) sehingga disebut sebagai pembelahan reduksi. Meiosis diperlukan agar hasil peleburan
antara gamet jantan dan gamet betina tetap memiliki jumlah kromosom 2n. Meiosis terdiri dari 2 tahap,
yaitu : Meiosis I dan Meiosis II. , masa istirahat antara keduanya disebut interfase.
Sel somatik manusia terdiri dari 46 kromosom (23 pasang kromosom), setengah berasal dari tiap orang tua.
Masing-masing dari 22 autosom maternal memiliki kromosom paternal yang homolog. Pasangan kromosom
ke 23 adalah kromosom seks yang menentukan jenis kelamin seseorang,
Sel ovum dan sperma hanya mempunyai setengah kromosom (haploid / n), apabila ovum dan sperma
bersatu (fertilisasi) akan terbentuk zigot diploid (2n) yang akan tumbuh menjadi individu baru dengan gen
hasil kombinasi dari ovum dan sperma.
a. Meiosis I
1) Profase I, dibagi menjadi beberapa tahap:
 Leptoten
Benang-benang kromatin menjadi kromosom
 Zigoten
Kromosom homolog berdekatan dan bergandengan.tiap pasang kromosom homolog disebut
bivalen
 Pakiten
Tiap-tiap bagian kromosom homolog mengganda, tetapi masih dalam satu ikatan sentromer
sehingga terbentuk tetrad.
 Diploten
Kromatid dari tiap-tiap belahan kromosom memendek dan membesar. Kromatid homolog
tampak saling menjauhi tetapi tetap saling terikat bersama oleh kiasma. Terjadi pindah silang
(crossing over).
 Diakinesis
Kromatid masih melanjutkan gerakan untuk saling menjauhi dan kiasmata mulai bergerak
menuju ujung- ujung kromosom. Sentrosom membentuk dua sentriol yang masing-masing
membentuk benang gelendong pembelahan. Satu sentriol tetap sedang yang lain bergerak kea
rah kutub yang berlawanan. Membran inti dan nukleolus hilang.
2) Metafase
 Menyerupai tahap metaphase pada mitosis, pembeda dengan metaphase pada mitosis adalah
sentromer setiap pasang homolog menempel pada gelendongnya, satu di atas dan satu di
bawah bidang equator
3) Anafase I
 Setiap pasangan kromosom homolog berpisah bergerak kea rah kutub yang berlawanan
 Sentromer belum membelah
4) Telofase I
 Selubung inti terbentuk, nucleolus muncul kembali
 Kromatin muncul kembali
 Terjadi sitokinesis
 Sentriol berperan sebagai sentrosom kembali

b. Meiosis II
1) Profase II
 Sentrosom membentuk dua sentriol yang letaknya berlawanan kutub dan dihubungkan oleh
spindel
 Membran inti dan nukleus lenyap
 Kromatin berubah menjadi kromosom yang dijerat oleh spindel
2) Metafase II
 Kromosom berada di equator
 Kromatid berkelompok dua-dua
 Belum terjadi pembelahan sentomer
3) Anafase II
 Kromososm melekat pada kinetokor spindel ke arah kutub yang berlawanan, sehingga
sentromer terbelah
 Masing-masing kromatid bergerak ke arah yang berlawanan
4) Telofase II
 Kromatid berkumpul pada kutub pembelahan dan berubah kembali jadi kromatin
 Membran inti dan nukleus terbentuk lagi
 Akhir pembelahan meiosis II akan terbentuk 4 sel yang masing-masing mengandung setengah
dari kromosom induknya (n)
Gambar Meiosis I dan II

Perbedaan Pembelahan Mitosis dengan Pembelahan Meiosis


No Mitosis Meiosis

Lokasi pembelahan sel-sel tubuh Lokasi pembelahan Sel gonad/sel


1. (somatis) dan sel gonad kelamin

2 Jumlah pembelahan satu kali Jumlah pembelahan dua kali

Jumlah sel anak hasil pembelahan


Jumlah sel anak hasil pembelahan Satu
Satu sel induk menghasilkan 2 sel
sel induk menghasilkan 4 sel anak
1 anak

Jumlah kromosom anak Diploid (2n) Jumlah kromosom anak Diploid (2n)
2 Diploid (2n) Haploid (n)

3 Pindah silang tidak terjadi Pindah silang terjadi pada Profase I

Komponen genetik sama dengan Komponen genetik berbeda dengan


4 induk induk

Tujuan reduksi kromosom yaitu


Tujuan pertumbuhan dan regenerasi
5 pembentukan gamet

B. GAMETOGENESIS
Gametogenesis merupakan proses pembentukan sel-sel gamet di dalam tubuh makhluk hidup. Pada
proses perkembangbiakan generatif (seksual) hewan maupun tumbuhan, bahan baku tersebut berupa sel
kelamin yang disebut gamet. Gamet jantan dan betina diperlukan untuk membentuk zigot, embrio,
kemudian individu baru. Gametogenesis melibatkan pembelahan meiosis dan terjadi pada organ
reproduktif. Pada hewan dan manusia, gametogenesis terjadi pada testis dan ovarium, sedangkan pada
tumbuhan terjadi pada putik dan benang sari. Hasil gametogenesis adalah sel-sel kelamin, yaitu gamet
jantan (sperma) dan gamet betina (ovum atau sel telur).
1. Gametogenesis pada Hewan
Gametogenesis pada hewan yang dibagi menjadi dua, yaitu spermatogenesis dan oogenesis.
Spermatogenesis merupakan proses pembentukan gamet jantan (sperma). Sementara oogenesis adalah
proses pembentuk an gamet betina (ovum atau sel telur). Gametogenesis memegang peranan yang
sangat penting dalam perkembangbiakan hewan. Spermatogenesis dan Oogenesis termasuk
pembelahan meiosis, karena terjadi di jaringan organ reproduksi dan menghasilkan 4 sel anak yang
haploid.
a. Spermatogenesis
Di dalam testis terdapat saluran-saluran kecil yang disebut tubulus seminiferus. Pada dinding
sebelah dalam saluran inilah, terjadi proses spermatogenesis. Di bagian tersebut terdapat sel-sel
induk sperma yang bersifat diploid (2n) yang disebut spermatogonium.
Pembentukan sperma terjadi ketika spermatogonium mengalami pembelahan mitosis menjadi
spermatosit primer (sel sperma primer). Selanjutnya, sel spermatosit primer mengalami meiosis I
menjadi dua spermatosit sekunder yang sama besar dan bersifat haploid. Setiap sel spermatosit
sekunder mengalami meiosis II, sehingga terbentuk 4 sel spermatid yang sama besar dan bersifat
haploid.
Mula-mula, spermatid berbentuk bulat, lalu sitoplasmanya semakin banyak berkurang dan
tumbuh menjadi sel spermatozoa. Setiap spermatozoa mempunyai ekor (flagela) untuk membantu
pergerakan dan mengandung akrosom yang dapat menghasilkan enzim proteinase dan
hiakironidase yang berperan untuk menembus lapisan pelindung sel telur. Satu spermatosit primer
menghasilkan dua spermatosit sekunder dan akhirnya terbentuk 4 sel spermatozoa (jamak =
spermatozoon) yang masing-masing bersifat haploid dan fungsional (dapat hidup).
b. Oogenesis
Oogenesis terjadi di dalam ovarium, sel induk telur yang disebut oogonium tumbuh besar
sebagai oosit primer sebelum membelah secara meiosis. Berbeda dengan meiosis I pada
spermatogenesis yang menghasilkan 2 spermatosit sekunder yang sama besar. Meiosis I pada oosit
primer menghasilkan 2 sel dengan komponen sitoplasmik yang berbeda, yaitu 1 sel besar dan 1 sel
kecil. Sel yang besar disebut oosit sekunder, sedangkan sel yang kecil disebut badan polar (polar
body) atau kutub primer.
Oosit sekunder dan badan kutub primer mengalami pembelahan meiosis tahap II. Oosit
sekunder menghasilkan dua sel yang berbeda. Satu sel yang besar disebut ootid yang akan
berkembang menjadi ovum. Sedangkan sel yang kecil disebut badan kutub. Sementara itu, badan
kutub hasil meiosis I juga membelah menjadi dua badan kutub sekunder. Jadi, hasil akhir oogenesis
adalah satu ovum (sel telur) yang fungsional dan tiga badan kutub yang mengalami degenerasi
(mati).
Pada manusia (wanita), pematangan oosit primer terjadi hingga memasuki masa pubertas.
Selanjutnya akan terjadi pematangan akhir, ovulasi, dan pembelahan meiosis I. Sekitar satu sel
telur matang dan dilepaskan melalui ovulasi dalam satu bulan. Pola ovulasi ini terus berlangsung
hingga menopause, berhentinya siklus menstruasi. Jika pada sel telur yang diovulasikan terjadi
fertilisasi, pembelahan meiosis II terjadi dan sel telur berkembang menjadi embrio.

Gambar Spermatogenesis dan Oogenesis

2. Gametogenesis pada Tumbuhan Tingkat Tinggi


Pada tumbuhan berbunga, gametogenesis diperlukan dalam pembentukan gamet jantan dan
pembentukan gamet betina. Pembentukan gamet jantan disebut mikrosporogenesis, sedangkan
pembentukan gamet betina disebut megasporogenesis.
a. Mikrosporogenesis
Mikrosporogenesis berlangsung di dalam benang sari, yaitu pada bagian kepala sari atau
anthera. Kepala sari ini menghasilkan serbuk sari, yang mengandung sel sperma. Pembentukan
sel sperma dimulai dari sebuah sel induk mikrospora diploid yang disebut mikros porosit di
dalam anthera. Mikrosporosit ini mengalami meiosis I menghasilkan sepasang sel haploid.
Selanjutnya, sel ini mengalami meiosis II dan menghasilkan 4 mikrospora yang haploid. Keempat
mikrospora ini berkelompok menjadi satu sehingga disebut sebagai tetrad.
Setiap mikrospora mengalami pembelahan mitosis. Pembelahan ini menghasilkan dua sel,
yaitu sel generatif dan sel vegetatif. Sel vege tatif ini mempunyai ukuran yang lebih besar
daripada sel generatif. Struktur bersel dua ini terbungkus dalam dinding sel yang tebal. Kedua sel
dan dinding sel ini bersama- sama membentuk sebuah butiran serbuk sari yang belum dewasa.
Setelah terbentuk serbuk sari, inti generatif membelah secara mitosis tanpa disertai
sitokinesis, sehingga terbentuklah dua inti sel sperma. Sementara itu, inti vegetatifnya tidak
membelah. Pembentukan sel sperma ini dapat terjadi sebelum serbuk sari keluar dari anthera
atau pada saat serbuk sari sampai di kepala putik (stigma). Pada saat inilah, tangkai serbuk sari
mulai tumbuh. Pada umumnya, pembelahan mitosis sel generatif terjadi setelah buluh serbuk sari
menembus stigma atau mencapai kantung embrio di dalam bakal biji (ovulum).

b. Megasporogenesis
Proses megasporogenesis terjadi di dalam bagian betina bunga, yaitu bakal biji (ovulum)
yang dibungkus oleh bakal buah (ovarium) pada pangkal putik. Di dalam bakal biji terdapat
sporangium yang mengandung megasporofit yang bersifat diploid. Selanjutnya, megasporofit
mengalami meiosis menghasilkan 4 megaspora haploid yang letaknya berderet. Tiga buah
megaspora mengalami degenerasi dan mati, tinggal sebuah megaspora yang masih hidup.
Megaspora yang hidup ini mengalami pembelahan kromosom secara mitosis 3 kali berturut-
turut, tanpa diikuti pembelahan sitoplasma. Hasilnya berupa sebuah sel besar yang disebut
kandung lembaga muda yang mengan dung delapan inti haploid. Kandung lembaga ini dikelilingi
kulit (integumen). Di ujungnya terdapat sebuah lubang (mikropil) sebagai tempat masuknya
saluran serbuk sari ke dalam kandung lembaga.
Selanjutnya, tiga dari delapan inti tadi menempatkan diri di dekat mikropil. Dua di antara
tiga inti yang merupakan sel sinergid mengalami degenerasi. Sementara itu, inti yang ketiga
berkembang menjadi sel telur. Tiga buah inti lainnya bergerak ke arah kutub kalaza, tetapi
kemudian mengalami degenerasi pula. Ketiga inti ini dinamakan inti antipoda. Sisanya, dua inti
yang disebut inti kutub, bersatu di tengah kandung lembaga dan terjadilah sebuah inti diploid
(2n). Inti ini disebut inti kandung lembaga sekunder. Ini berarti kandung lembaga telah masak,
yang disebut megagametofit dan siap untuk dibuahi.

Mikrosporogenesis dan Megasporogenesis


POLA PEWARISAN SIFAT PADA HUKUM MENDEL

Tokoh peletak prinsip dasar genetika adalah Gregor Johan Mendell (1822-1884) seorang biarawan dan
penyelidik tanaman berkebangsaan Austria. melakukan penelitian tentang pewarisan sifat dari induk terhadap
keturunannya dengan menggunakan tanaman kacang ercis (Pisum sativum). Alasan pemilihan kacang ercis
sebagai tanaman percobaan:
Memiliki pasangan sifat yang menyolok
Bisa melakukan penyerbukan sendiri
Segera menghasilkan keturunan/umurnya pendek
Mampu menghasilkan banyak keturunan,
Mudah disilangkan

Dalam eksperimennya, Mendel menyilangkan dua varietas (bunga ungu x bunga putih), persilangan ini disebut
sebagai hibridisasi. Kedua induk disebut generasi P (parental) dan keturunan hibridnya disebut generasi F1
(filial 1). Selanjutnya hibrid F1 melakukan polinasi sendiri dan menghasilkan hibrid F2 (filial 2) (Gambar 1).
Dengan menganalisis ribuan tumbuhan generasi F2, Mendel menyimpulkan dua prinsip dasar pewarisan sifat
yaitu
 Hukum pemisahan bebas (segregation), dikenal sebagai Hukum Mendel I yaitu pada saat pembentukan
gamet pada individu terjadi pemisahan alel secara bebas. Hukum ini berlaku untuk persilangan monohibrid
(persilangan dengan satu sifat beda).
 Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment), dikenal sebagai Hukum Mendel II yaitu pada
saat pembentukan gamet masing-masing alel akan memisah secara bebas dan bergabung secara bebas.
Hukum Mendel II ini dapat dijelaskan melalui persilangan dihibrida, yaitu persilangan dengan dua sifat
beda.

Beberapa istilah dalam persilangan

A. Monohibrida [Persilangan dengan Satu Sifat Beda]


 Dominansi Penuh
Persilangan pada kasus dominansi penuh akan terjadi apabila sifat gen yang satu lebih kuat
dibandingkan dengan sifat gen yang lainnya. Akibatnya, sifat gen yang lebih kuat itu dapat menutupi
sifat gen yang lemah. Dalam hal ini, gen yang memiliki sifat yang kuat disebut gen dominan dan gen
yang memiliki sifat yang lemah disebut gen resesif.
Perhatikan contoh di bawah ini!
Persilangan antara bunga mawar merah (MM) dengan bunga mawar putih (mm) dengan gen M bersifat
dominan penuh terhadap m. Lakukanlah persilangan sampai mendapatkan F2!
Penyelesaian:

Berdasarkan persilangan di atas, kita bisa mengetahui perbandingan fenotip dan genotipnya. Perlu
diingat kalau fenotip adalah sifat yang tampak. Jadi, berdasarkan hasil F2 kita bisa tahu kalau
perbandingan fenotipnya adalah 3 : 1 (3 sifat merah : 1 sifat putih). Sedangkan, untuk perbandingan
genotipnya diperoleh MM : Mm : mm = 1 : 2 : 1.

 Kasus Dominansi Tidak Penuh (Intermediet)


Persilangan pada kasus intermediet terjadi apabila sifat dari kedua gen sama-sama kuat. Jadi, tidak
ada gen yang bersifat dominan ataupun resesif.
Perhatikan contoh di bawah ini!
Persilangan antara bunga mawar merah (MM) dengan bunga mawar putih (mm) dengan M dan m sama-
sama merupakan gen dominan. Lakukanlah persilangan sampai mendapatkan F2!
Penyelesaian:

B. Dihibrida (Persilangan dengan Dua Sifat Beda)


Jika pada persilangan monohibrid kita hanya memperhatikan satu sifat beda saja, maka pada
persilangan dihibrid kita akan memperhatikan dua sifat beda atau lebih. Misalnya warna buah dan
bentuk buah, warna buah, bentuk buah, dan rasa buah, dsb. Pada persilangan dihibrida berlaku Hukum II
Mendel karena pada saat pembentukan F2, gen di dalam gamet yang tadinya mengalami pemisahan
kemudian akan bergabung secara bebas. Penggabungan secara bebas ini maksudnya adalah gen yang satu
dapat secara bebas bergabung dengan gen yang lainnya tanpa adanya syarat tertentu.
Perhatikan contoh berikut ini.
Persilangan antara biji bulat kuning (BBKK) dengan biji kisut hijau (bbkk). Biji bulat (B) dominan terhadap
biji kisut (b) dan warna kuning (K) dominan terhadap warna hijau (k). Lakukan persilangan sampai
mendapat F2!
Penyelesaian:

Sehingga, akan diperoleh F2 = bulat kuning (B_K_), bulat hijau (B_kk), kisut kuning (bbK_), kisut hijau
(bbkk).
Untuk perbandingan fenotipnya adalah sebagai berikut:
Perbandingan fenotip = bulat kuning : bulat hijau : kisut kuning : kisut hijau = 9 : 3 : 3 : 1.

Persilangan Balik (Backcross)


Backcross adalah persilangan antara keturunan hasil persilangan F1 dengan salah satu induknya. Back
cross berguna untuk mencari genotip induk.
Contoh
P2 = F1 (Bb) >< Induk (?)
(Bulat) (Kisut)
G = B b
b b
F2 = Bb (Bulat)
bb (kisut)
Oleh karena hasilnya bulat : kisut = 1 : 1 berrati induknya bergenotip bb.

Uji Silang (Testcross)


Test cross adalah persilangan individu F1 dengan induknya yang bersifat resesif. Test cross bertujuan
untuk mengetahui suatu individu yang bersifat homozigot atau heterozigot. Apabila hasil test cross
menunjukkan beberapa fenotip keturunan, berarti individu yang diuji heterozigot. Jika hasil uji
menunjukkan fenotip yang sama, berarti individu yang diuji tersebut bersifat homozigot.
persilangan antara keturunan hasil prsilangan F1 yang belum diketahui genotipnya dengan individu yang
sudah diketahui genotipnya homozigot resesif. Tujuan testcross adalah untuk mengetahui genotip suatu
individu. Perbandingan fenotip F2 hasil persilangan testcross = 1 : 1.
Contoh:
Tikus hitam disilangkan dengan induk tikus putih menghasilkan keturunan 50% tikus hitam dan 50% tikus
putih. Bersifat homozigot atau heterozigot kah genotip tikus hitam tersebut?
P = ? >< hh
(hitam) (putih)
G = H h
H h
F1 = Hh = 50% hitam
= hh = 50% putih
Jadi tikus hitam tersebut bersifat heterozigot.

C. Penyimpangan Semu Hukum Mendell


1. Epistasis-Hipostasis
Yaitu interaksi di mana satu gen menutupi gen lain yang bukan alelnya. Gen yang ditutupi itu disebut
hipostasis, sedangkan gen yang menutupi disebut epistasis. Epistasis dibagi menjadi empat jenis, yaitu
epistasis dominan, epistasis resesif, epistasis gen dominan rangkap, dan epistasis gen rangkap dengan
efek kumulatif. Berikut ini disajikan contoh epistasis resesif.
Soal :
Tikus berambut hitam disilangkan dengan tikus berambut putih. Rambut hitam ditentukan oleh gen B,
sedangkan rambut putih ditentukan oleh gen resesif bb. Gen bb bersifat epistasis terhadap gen G yang
mengendalikan warna abu-abu dan alel g. Ternyata, F1 seluruhnya berambut abu-abu. Jika F1
disilangkan dengan sesamanya, bagaimanakah perbandingan fenotipenya?
Pembahasan :
Contoh kasus epistasis dan hipostasis dapat ditemukan pada persilangan labu.
Perhatikan contoh kasus epistasis dan hipostasis pada persilangan labu di bawah ini:

2. Atavisme [Interaksi Gen]


Yaitu interaksi beberapa gen, sehingga dihasilkan fenotipe baru. Atavisme ini dapat ditemukan pada tipe
jengger atau pial ayam. Terdapat empat tipe jengger ayam, yaitu rose (R-pp), pea (rrP-), walnut (R-P-),
dan bilah/single (rrpp).

pial Rose (RRpp) pial Pea (rrPP) pial Walnut (RRPP) pial Single (rrpp)

Contoh :
Ayam jantan berjengger rose homozigot disilangkan dengan ayam betina berjengger pea homozigot.
Dari hasil persilangan tersebut, ternyata diperoleh bahwa seluruh F1 berjengger walnut. Jika F1
disilangkan dengan sesamanya, kemungkinan perbandingan F2-nya adalah ....
Pembahasan :

3. Polimeri
Yaitu interaksi dua gen atau lebih di mana masing-masing gen saling menguatkan satu sama lain.

Contoh :
Gandum bersekam merah tua disilangkan dengan gandum bersekam putih. Seluruh keturunan F1
bersekam merah sedang. Jika F1 disilangkan dengan sesamanya, perbandingan fenotipe F2-nya adalah .

Pembahasan :
4... Kriptomeri
Kriptomeri adalah peristiwa tersembunyinya gen dominan jika tidak berpasangan dengan gen
dominan lainnya. Jadi, jika gen dominan tersebut berdiri sendiri, maka sifatnya akan tersembunyi
(kriptos). Contoh kasus kriptomeri terdapat pada persilangan bunga Linaria maroccana yang ditentukan
oleh pigmen hemosianin dan sifat keasaman plasma sel. Pigmen hemosianin akan berwarna merah pada
plasma yang asam dan berwarna ungu pada plasma yang bersifat basa. Warna ungu merupakan hal yang
tidak biasa karena merupakan fenotip baru.

Contoh :
Disilangkan bunga Linaria merah dengan bunga Linaria warna putih. Keturunan pertama menghasilkan
bunga Linaria warna ungu. Apabila F1 disilangkan dengan sesamanya, perbandingan fenotip F2 nya
adalah ....

Pembahasan:

P : merah x putih
AAbb aaBB

G : Ab Ab

F1 : AaBb
ungu [warna ungu muncul karena A dan B berada bersama]

P2 : AaBb x AaBb

G : AB AB
Ab Ab
aB aB
ab ab

F2 : 9 A-B- : ungu
3 A-bb : merah
3 aaB- : putih
1 aabb : putih
Perbandingan fenotif pada F2 = ungu : merah : putih = 9 : 3 : 4
Linaria maroccana (sumber: pinterest.com)

5. Gen Komplementer
Yaitu interaksi antargen dominan dalam mengekspresikan suatu sifat. Gen komplementer ini dapat
ditemukan pada bunga Lathyrus odoratus, di mana gen C merupakan penghasil pigmen antosianin,
sedangkan gen P penghasil enzim untuk mengaktifkan antosianin.
Contoh :
Saat dua bunga Lathyrus odoratus berbunga putih disilangkan, seluruh F1 berbunga ungu. Jika F1
disilangkan dengan sesamanya, perbandingan fenotipe F2 keturunananya adalah…

Pembahasan :
POLA-POLA HEREDITAS DAN PAUTAN

Pewarisan sifat dari orang tua kepada anaknya disebut dengan istilah hereditas. Pada proses terjadinya
pewarisan sifat, terdapat bentuk-bentuk tertentu atau pola-pola dalam mewariskannya. Berikut ini dalah pola-
pola dalam pewarisan sifat .
1. Determinasi Seks
Berikut ini -tipe penentuan jenis kelamin (determinasi seks) yang berdasarkan tipe XY, XO, ZD, dan haplo-
diploid.
a. Tipe XY
Tipe penentuan seks ini dapat dijumpai pada lalat buah, manusia, tumbuh-tumbuhan berumah dua,
dan pada hewan menyusui. Pada nukleus lalat buah terdapat 8 buah kromosom (4 pasang) yang
terdiri dari 3 pasang kromosom tubuh/autosom dan 1 pasang kromosom seks. Formula kromosom
lalat buah betina adalah 3AA + XX (3 pasang kromosom autosom + 1 pasang kromosom X), sedangkan
lalat buah jantan adalah 3AA + XY (3 pasang kromosom autosom + 1 kromosom X + 1 kromosom Y).
Jumlah kromosom pada manusia adalah 46 buah (23 pasang). Pada wanita, terdapat 22 pasang autosom
dan 1 pasang kromosom X (22AA + XX), sedangkan pada laki-laki terdapat 22 pasang autosom, 1
kromosom X, dan 1 kromosom Y (22AA + XY).
b. Tipe XO
Tipe XO ini dijumpai pada serangga seperti belalang (Ordo Orthoptera) dan kepik (Ordo Hemiptera).
Pada belalang tidak dijumpai adanya kromosom Y sehingga hanya mempunyai kromosom X saja. Oleh
karena itu, belalang jantan bertipe XO dan belalang betina bertipe XX (mempunyai sepasang
kromosom X).
c. Tipe ZW
Tipe ini dijumpai pada serangga (kupu-kupu), beberapa jenis ikan dan reptil. Berbeda dengan tipe seks
pada manusia dan lalat buah yang homogametik (terdiri dari kromosom kelamin yang sama) pada
betina atau wanita, tipe seks ZW pada betina bersifat heterogametik (terdiri dari kromosom kelamin
yang berbeda). Agar tidak terjadi kekeliruan dengan tipe penentuan kelamin XY, maka digunakan Z dan
W. Oleh karena itu, yang betina mempunyai tipe ZW (atau XY) dan yang jantan mempunyai tipe ZZ (atau
XX).
d. Tipe Haplo-Diploid
Terdapat pada beberapa serangga yang dapat melakukan partenogenesis. Partenogenesis merupakan
terbentuknya individu baru dari sel telur tanpa didahului pembuahan ovum oleh sel sperma. Perintiwa
partenogenesis terjadi pada pembentukan lebah madu jantan sehingga bersifat haploid [n] yang
memiliki 16 buah kromosom. Sementara itu, lebah madu betina terbentuk dari hasil perkawinan
sehingga bersifat diploid [2n] yang memiliki 32 kromosom. Oleh karena itu, penentuan jenis kelamin
pada tipe ini tidak dipengaruhi oleh kromosom kelamin seperti pada makhluk hidup lainnya melainkan
tergantung dari sifat ploidi makhluknya.

2. Pautan Gen [Gen Linkage]


Adalah keadaan di mana dalam satu kromosom yang sama terdapat dua atau lebih gen (linked). Gen-
gen yang berada pada kondisi pautan ini disebut gen-gen terpaut, contohnya berikut ini.

Akibat letaknya yang saling berdekatan, gen 1 dan gen 2 tersebut akan tetap bersama sampai saat
pembentukan gamet (sel kelamin). Pautan dari dua macam gen atau lebih akan menghasilkan jumlah gamet
yang lebih sedikit dibandingkan dengan gen-gen yang tidak berpautan. Oleh karena itu, keturunan yang
dihasilkan akan memiliki perbandingan fenotip dan genotip yang lebih sedikit pula.
Contoh kasus pautan gen dapat kalian temui pada persilangan tanaman ercis di bawah ini .
Persilangan ercis bunga ungu pollen lonjong (PPLL) dengan ercis bunga merah pollen bulat (ppll) akan
menghasilkan keturunan pertamanya (F1) yaitu ercis bunga ungu pollen lonjong (PpLl). Ketika dilakukan
persilangan kembali pada antar sesama F1, maka akan menghasilkan keturunan (F2) dengan perbandingan
fenotip 3 : 1. Hal ini disebabkan karena adanya pautan antara gen P dengan gen L, serta alelnya yaitu gen p
dengan gen l. Akibatnya, pada F2 hanya terbentuk dua macam gamet, yaitu PL dan pl.

3. Pindah Silang
Berdasarkan tempat terjadinya, pindah silang dibedakan menjadi pindah silang tunggal dan pindah silang
ganda.
a. Pindah Silang Tunggal
Pindah silang ini hanya terjadi pada satu tempat saja. Hasil dari pindah silang ini akan membentuk 4
gamet. Gamet tersebut adalah gamet tipe parental, yaitu gamet yang mempunyai gen-gen seperti
induknya dan gamet tipe rekombinasi, yaitu gamet tipe baru hasil pindah silang.

b. Pindah silang ganda


Pindah silang ini terjadi pada 2 tempat (kiasmata). Seperti halnya pada pindah silang tunggal, pindah
silang ganda ini juga menghasilkan 4 kromatid dan 4 gamet.
Pindah silang tersebut terjadi pada individu trihibrid (dengan 3 gen berangkai). Gamet nomor 1 dan 4
merupakan gamet tipe parental, sedangkan gamet nomor 2 dan 3 merupakan gamet tipe
rekombinasi. Dengan dihasilkannya individu tipe parental dan tipe rekombinasi, maka dapat dihitung
besarnya persentase kombinasi baru yang dihasilkan sebagai akibat terjadinya pindah silang. Nilai ini
disebut nilai pindah silang (NPS).

Rumus perhitungan nilai pindah silang adalah sebagai berikut:

Persentase nilai pindah silang tersebut menunjukkan kekuatan pindah silang antara gen-gen yang
terpaut.

4. Gagal Berpisah (Non-Disjunction)


Selama proses pembentukan individu keturunan, dapat terjadi beberapa kemungkinan peristiwa yang
tidak berjalan normal. Salah satu dari peristiwa tersebut adalah peristiwa gagalnya pemisahan kromosom
pada saat meiosis (pembentukan gamet) dan disebut gagal berpisah atau non-disjunction.
Gagal berpisah dapat terjadi pada peristiwa meiosis yaitu pada anafase I atau pada anafase II sehingga
pasangan kromatid tidak dapat memisahkan diri. Peristiwa gagal berpisah tersebut dapat menyebabkan
terjadinya perubahan jumlah kromosom pada individu keturunannya (berkurang atau bertambah), baik
pada kromosom seks maupun autosom.
Contoh peristiwa gagal bepisah adalah pada saat oogenesis. Pada perempuan dengan kromosom kelamin
XX, apabila gagal berpisah menghasilkan 2 macam ovum yaitu ovum XX dan ovum 0. Jika ovum 0 dibuahi
oleh sperma X maka akan memeproleh zigot X0 yaitu perempuan dengan kelainan sindrom Turner. Jika
ovum XX dibuahi oleh sperma Y akan diperoleh zigot XXY yaitu laki-laki dengan kelainan sindrom
Klinefelter.
5. Pautan Sex
Pautan seks dibedakan menjadi pautan kromosom X dan pautan kromosom Y. Apa perbedaan antara
keduanya?
a. Pautan Kromosom X
Pautan kromosom X berarti kromosom X membawa gen yang dapat diturunkan pada keturunannya baik
jantan atau betina. Kromosom kelamin pada lalat betina terdiri dari 2 kromosom X (XX), sedangkan
pada lalat jantan terdiri dari 1 kromosom X dan 1 kromosom Y (XY).
Untuk mempelajari persilangan pada lalat buah, simbol-simbol gen yang digunakan yaitu gen
+, penentu warna mata merah (normal atau tipe liar) dan gen w, penentu warna mata putih (white eye) .
Berikut bagan persilangan antara lalat buah betina mata merah homozigot dengan lalat jantan mata
putih.

Selanjutnya antara F1 disilangkan

Rasio fenotip F2 = betina mata merah : jantan mata merah : jantan mata putih
50% 25% 25%

Pada persilangan ini, gen penentu warna mata hanya dibawa oleh kromosom X saja. Hasil persilangan
tersebut menunjukkan bahwa warna merah dominan terhadap warna putih dan gen dominan (+)
terpaut pada kromosom X. Beberapa contoh gen yang hanya terdapat pada kromosom X adalah gen
penentu warna bulu pada burung, gen penentu warna rambut pada kucing, gen penentu kelainan buta
warna, anodontia, dan hemofilia. Kelainan-kelainan tersebut akan dibahas pada subbab Hereditas Pada
Manusia.

b. Pautan Kromosom Y
Pautan kromosom Y berarti bahwa pada kromosom Y terdapat gen yang hanya diturunkan
pada keturunan laki-laki atau jantan saja. Oleh karena itu, jika gen dominan terdapat pada kromosom Y,
maka setiap keturunan jantan atau laki-laki akan mewarisi sifat dominan tersebut. Pewarisan sifat ini
disebut holandrik.
Gen pada kromosom Y dapat terpaut seperti halnya pada kromosom X. Beberapa contoh gen yang hanya
terdapat pada kromosom Y adalah gen penentu jari-jari berselaput, gen penentu tumbuhnya rambut
pada telinga, serta gen penentu tumbuhnya rambut panjang dan kaku pada manusia.

6. Gen Letal
Individu baru yang dihasilkan dari perkawinan induk tidak selalu berada dalam keadaan hidup. Secara
genetik, hal ini dapat disebabkan oleh adanya gen letal, yaitu gen yang jika berada dalam keadaan
homozigotik, dapat menyebabkan kematian individu. Dengan adanya gen letal, fungsi gen akan mengalami
gangguan dalam menumbuhkan sifat atau fenotip. Gen letal akan berpengaruh atau dapat menyebabkan
kematian saat individu masih berada dalam tahap embrio, pada saat kelahiran individu, atau setelah
individu berkembang dewasa. Contoh gen letal adalah thalasemia, hemofilia, ayam “Creeper” dan tikus
kuning. Gen letal penyebab hemofilia akan dibahas pada subbab Hereditas Pada Manusia.

Gambar Ayam Creeper


HEREDITAS PADA MANUSIA

Hereditas pada manusia merupakan sebuah proses penurunan sifat dari induk kepada keturunannya
melalui gen. Hereditas bukan termasuk ke dalam penurunan berupa tingkah laku, melainkan lebih ke arah
penurunan bentuk atau struktur tubuh dari makhluk hidup. Sehingga antara induk dengan keturunannya
memiliki kemiripan atau serupa.
Pada manusia, terdapat beberapa pola penurunan sifat yang akan diturunkan. Pada dasarnya, banyak hal
bisa diturunkan induk kepada anaknya atau dari orang tua ke anak-anaknya. Contoh sederhana yang umum
terjadi adalah penurunan penyakit yang diakibatkan oleh adanya gen. Gen ini terletak pada autosom atau juga
bisa dipicu oleh gen pada kromosom seks yang disebut sebagai gonosom.

A. Sifat-Sifat yang Diturunkan pada Manusia


Sifat-sifat dimiliki oleh induk yang diturunkan pada anaknya dapat terjadi karena melalui pola pewarisan
sifat. Penurunan sifat pada manusia ini dapat dipelajari dengan sebuah metode. Metode tersebut dikenal
dengan metode asal usul atau silsilah di dalam bentuk pedigree. Berikut inilah pola hereditas pada manusia.
1. Sifat Fisik yang Diturunkan
Ada beberapa contoh bentuk perwaris sifat pada manusia yang bisa diamati, yakni:
a. Warna Kulit
Warna kulit Warna kulit manusia berbeda-beda dan itu dipengaruhi oleh gen. Pada gen ada tiga
macam, yakni gen A, B, dan C yang mengkode pembentukan pigmen kulit, yaitu melamin. Pigmen
menyebabkan kulit menjadi gelap. Variasi gen lain pada kulit yaitu gen a, b, c. Orang yang memiliki
gen AABBCC akan memiliki kulit sangat gelap, sementara orang yang memiliki gen aabbcc akan
memiliki kulit sangat terang. Pada orang yang memiliki gen AaBbCc akan memiliki warna kulit
sawo matang (tengah-tengah antara sangat gelap dan sangat cerah). Warna kulit juga dipengaruhi
faktor lingkungan. Seperti terkena sinar matahari.
b. Bentuk rambut
Bentuk rambut juga dipengaruhi oleh gen. Ada dua macam gen yang dapat mengendalikan rambut,
yakni gen C (dominan) untuk rambut kering dan ges s (resesif) untuk rambut lurus. Jika salah satu
dari kedua gen tersebut dan mendapatkan campuran, maka rambut akan menjadi berombak (Cs).
c. Cuping telinga
Pewaris sifat manusia bisa juga dilihat dari cuping telinga. Jika kamu mengamati ada yang cuping
telinganya melekat dan terlepas. Tipe perlekatan cuping telinga dikontrol oleh gen, yaitu gen G
untuk cuping telinga terpisah dan gen g untuk cuping telinga melekat. Jika memiliki gen G akan
memiliki tipe perlekatan cuping telinga terpisah. Sementara yang memiliki tipe perlekatan cuping
melekat memiliki gen gg.

2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin pada manusia dikendalikan oleh sepasang kromosom seks, yaitu kromosom XX
untuk perempuan dan kromosom XY untuk laki-laki. Berdasarkan susunan tersebut, kromosom
perempuan bersifat homogametik, sedangkan susunan kromosom seks laki-laki bersifat heterogametic.
Bila terjadi pembelahan meiosis, maka seorang perempuan hanya akan menghasilkan satu macam sel
gamet yaitu X, sedangkan laki-laki akan menghasilkan dua macam sel gamet yaitu X dan Y. Perhatikan
skema berikut ini

Dari skema tersebut nampak jelas bahwa yang menentukan jenis kelamin anak adalah ayah, sebab
ibu hanya menghasilkan satu macam kromosom seks, sedangkan ayah menghasilkan dua macam
kromosom seks. Seorang ibu akan memberikan jenis kromosom seks yang sama baik kepada anak laki-
laki maupun anak perempuan, sedangkan ayah akan memberikan kromosom X kepada anak perempuan
dan kromosom Y kepada anak laki-laki.

3. Cacat dan Penyakit Menurun


Penyakit menurun (cacat yang diwariskan) mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. tidak dapat menular
b. tidak dapat disembuhkan
c. dapat dihindarkan
d. umumnya dikendalikan oleh gen resesif
Karena penyakit menurun umumnya bersifat resesif, maka hanya muncul pada orang yang homozigot
resesif, sedangkan orang yang heterozigot bersifat normal carrier (pembawa sifat). Cacat atau penyakit
menurun pada manusia ada yang diwariskan melalui autosom dan ada pula yang diwariskan melalui
kromosom seks (seks linkage= terpaut seks).

Cacat dan Penyakit yang Diturunkan Melalui Kromosom Seks (Gonosom)


Tautan seks terjadi pada kromosom seks (gonosom), baik pada kromosom X maupun kromosom Y.
Beberapa contoh peristiwa tautan seks yang terjadi pada manusia adalah buta warna dan hemofilia.
Peristiwa tautan ini terjadi pada kromosom X. Adapun peristiwa tautan seks yang terjadi pada
kromosom Y, contohnya hystrixgravier, yaitu pertumbuhan rambut kasar seperti landak (hg),
hypertrichosis yaitu pertumbuhan bulu panjang pada telinga (ht), dan webbedtoes yaitu adanya selaput
pada jari (Wb).
1. Buta Warna
Buta warna adalah penyakit keturunan yang menyebabkan seseorang tidak bisa membedakan
warna merah dengan biru, atau kuning dengan hijau. Penyakit keturunan ini disebabkan oleh gen
resesif cb (color blind). Gen buta warna terpaut pada kromosom X. Sebagaimana penderita
hemofilia, pada penderita buta warna juga memiliki genotip yang berbeda antara wanita dan laki-
laki. Genotip buta warna dapat dibedakan sebagai berikut.
1) Genotip wanita buta warna :
XXcb = heterozigot = normal carrier = pembawa sifat
XcbXcb = homozigot resesif = penderita buta warna
2) Genotip laki-laki buta warna :
XY = laki-laki normal
XcbY = laki-laki buta warna

Tes untuk Mendeteksi Buta Warna

Untuk lebih jelasnya, perhatikanlah contoh soal persilangan terkait penurunan penyakit buta
warna berikut. Seorang laki-laki penderita buta warna (cb) merah dan hijau beristrikan wanita
normal, tetapi pembawa sifat buta warna (carrier). Tentukan persentase anak yang mungkin lahir.
Jawab:
Jadi, kemungkinan anaknya 50% normal (terdiri dari 25% wanita normal dan 25 % laki-laki
normal) dan
50% anak menderita buta warna (terdiri dari 25% wanita buta warna dan 25 % laki-laki buta
warna).

2. Hemofilia
Hemofilia adalah penyakit keturunan yang mengakibatkan darah seseorang sukar membeku.
Penderita hemofilia jika terluka darahnya akan membeku sekitar 50 menit hingga 2 jam. Hal ini
akan mengakibatkan penderita mengalami kehilangan banyak darah dan dapat menimbulkan
kematian. Penyakit ini dikendalikan oleh gen resesif (h) yang terpaut kromosom X. Contoh silsilah
penyakit hemofilia adalah pada keluarga kerajaan Eropa. Ratu Victoria dari Inggris menderita
hemofilia. Penderita hemofilia memiliki genotip yang berbeda antara wanita dan laki-laki. Genotip
hemofilia dapat dibedakan sebagai berikut.
1) Genotip wanita hemofilia:
HH = XHXH = homozigot dominan = normal
Hh = XHXh = heterozigot = normal carrier = pembawa sifat
hh = XhXh = homozigot resesif = penderita hemofilia
2) Genotip laki-laki hemofilia:
XHY = laki-laki normal
XhY = laki-laki hemofilia
Untuk memperjelas, berikut ini contoh soal mengenai persilangan yang melibatkan gen hemofilia
yang tertaut kromosom seks X.

normal

hemofilia

Jadi, kemungkinan anaknya 75% normal (terdiri dari 25% wanita normal, 25% wanita normal
carrier, dan 25 % laki-laki normal) dan 25% menderita hemofilia (pada anak laki-laki).

3. Anodontia
Anodontia adalah kelainan yang dibawa oleh kromosom X dan muncul dalam keadaan resesif. Ciri-
cirinya antara lain tidak memiliki gigi sehingga tampak ompong.
Kelainan ini lebih sering dijumpai pada pria sebab seorang pria yang mengandung satu gen a (gen
anodontia) sudah menampakkan gejalanya (XaY), sementara pada wanita baru menampakkan
sebagai penderita jika genotipnya XaXa.
Penderita Anodontia
4. Webbed Toes
Webbed toes adalah kelainan sifat yang ditandai dengan pertumbuhan selaput diantara jari-jari,
seperti halnya kaki bebek atau kaki katak. Sifat tersebut dikendalikan oleh resesif (wt) sedangkan
gen dominan Wt menentukan keadaan normal.

Penderita Webbed toes


5. Hyserix Gravior
Adalah kelainan yang ditandai dengan pertumbuhan rambut yang kasar dan panjang, mirip duri
landak. Sifat rambut ini dikendalikan oleh gen resesif (hg). Gen Hg mengekspresikan pertumbuhan
rambut normal.

Penderita Hyserix Gravior


6. Hipertrikosis
Adalah kelainan yang ditandai dengan pertumbuhan rambut yang berlebihan pada tubuh. Sifat ini
dikendalikan oleh gen resesif (ht). Gen H menyebabkan keadaan normal.

Penderita Hipertrikosis
7. Anenamel (Gigi Tak Beremail)
Kelainan ini dibawa oleh gen yang bersifat dominan pada kromosom X. Gen g menentukan gigi
normal, sementara gen G anenamel. Ciri-cirinya antara lain gigi kekurangan lapisan email sehingga
giginya berwarna coklat dan lebih cepat rusak. Penderita bergenotip XGY, XGXG, dan XGXg. sementara
genotip normalnya adalah XgY dan XgXg.
Penderita Anenamel

Cacat dan Penyakit yang Diwariskan melalui Kromosom Tubuh [Autosom]


Beberapa penyakit bersifat autosom yang berhasil diidentifikasi antara lain adalah albino, brakidaktili,
gangguan mental, polidaktili, dan diabetes mellitus.
1. Albino
Albino merupakan kelainan yang disebabkan oleh tidak terbentuknya pigmentasi tubuh. Kelainan
ini merupakan kelainan bawaan yang terkait dengan kromosom tubuh. Selain lahir tanpa
pigmentasi, orang yang memiliki kelainan ini sangat peka dengan cahaya berintensitas tinggi.
Kelainan ini terjadi karena tubuh seseorang tidak mempunyai gen yang mampu membentuk enzim
untuk mengubah tirosin menjadi pigmen melanin (pembentuk warna kulit). Gen tersebut adalah
gen dominan A. Oleh karena itu, orang yang normal akan mempunyai genotip AA atau Aa dan orang
albino tidak mempunyai gen A atau mempunyai genotip aa (resesif homozigot).

2. Brakidaktili
Brachydactily adalah keadaan seseorang yang mempunyai jari-jari pendek atau tidak normal. Hal
ini terjadi karena pendeknya tulang-tulang pada ujung jari dan tumbuh menjadi satu. Gen yang
menyebabkan penyakit ini adalah gen dominan (B) yang bersifat letal. Oleh karena itu, individu
yang memiliki genotipe homozigot dominan (BB) akan mengalami kematian. Adapun penyakit
brakidaktili disebabkan oleh genotipe heterozigot (Bb). Keadaan genotipe homozigot resesif (bb)
merupakan individu normal.

Fenotipe : brakidaktili X brakidaktili

P Genotipe : Bb Bb

Gamet : B, b B, b
F1

Game
t B b

B BB Bb

b Bb bb

1 BB : meninggal (25%)
2 Bb : brakidaktili (50%)
1 aa : normal (25%)

3. Gangguan Mental
Gangguan mental atau cacat mental merupakan kelainan yang diwariskan dari kedua orangtuanya.
Beberapa gangguan mental yang diketahui adalah imbisil, debil, dan idiot. Ciri-ciri dari penderita
gangguan mental, antara lain warna rambut dan kulit kekurangan pigmen, bereaksi lamban, tidak
berumur panjang, dan biasanya IQ rendah.
Salah satu penyebab gangguan mental adalah rusaknya sistem saraf akibat kadar asam fenilpiruvat
yang tinggi dalam tubuh, atau biasanya disebut fenilketonuria (FKU). FKU disebabkan oleh
ketidakmampuan tubuh untuk mensintesis enzim yang dapat mengubah fenilalanin menjadi asam
amino tiroksin. Produksi enzim tersebut dikendalikan oleh gen dominan. Oleh karena itu, seorang
anak yang memiliki gen homozigot resesif tidak bisa memproduksi enzim tersebut.

Fenotipe : normal heterozigot X normal heterozigot

P Genotipe : Aa Aa

Gamet : A, a A, a

F1

Game
t A a

A AA Aa

a Aa aa

1 AA : normal (25%)
2 Aa : normal heterozigot atau carrier FKU (50%)
1 aa : gangguan mental FKU (25%)

4. Polidaktili
Penderita polidaktili memiliki jumlah jari tangan dan kaki lebih dari normal. Polidaktili adalah
suatu kelainan yang diwariskan oleh gen autosom dominan P, sedangkan gen p untuk normal. Hal
ini terjadi karena kelainan ditentukan oleh autosom, ekspresi gen yang terjadi berbeda sehingga
lokasi tambahan jari berbeda. Misalnya seorang laki-laki penderita polidaktili menikah dengan
seorang wanita polidaktili heterozigot pula.

Fenotipe : polidaktili heterozigot X polidaktili heterozigot


P
Genotipe : Pp Pp
Gamet : P, p P, p

F1

Game
t P p

P PP Pp

p Pp pp

1 PP : polidaktili homozigot (25%)


2 Pp : polidaktili heterozigot (50%)
1 pp : normal (25%)

5. Sicklemia
Adalah suatu kelaian dimana penderita mempunyai hemoglobin yang tidk normal sehingga eritrosit
berbentuk bulan sabit. Sel darah ini mudah rusak sehingga mengakibatkan anemia pada
penderitanya. Sifat sicklemia ditentukan oleh gen dominan S s sedangkan gen resesif s menentukan
sifat normal. Genotip homozigot dominan SS bersifat letal.

6. Thalasemia
Thalasemia adalah kelainan genetik yang disebabkan rendahnya kemampuan pembentukkan
hemoglobin. Hal ini dapat terjadi karena gangguan salah satu rantai globin. Thalasemia
menyebabkan kemampuan eritrosit dalam mengangkut oksigen menjadi rendah sehingga
menyebabkan anemia. Thalasemia dapat dibedakan menjadi thalasemia mayor dan thalasemia
minor. Thalasemia mayor (ThTh) biasanya menyebabkan kematian, sedangkan thalasemia minor
(Thth) tidak terlalu parah.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh persilangan individu Thalasemia berikut.

7. Dentinogenesis Imperfecta
Dentinogenesis Imperfecta adalah kelainan pada gigi manusia yang menyebabkan tulang gigi
(dentin) berwarna seperti air susu. Kelainan ini disebabkan oleh gen dominan Dt, sedangkan
keadaan normal diatur oleh gen dt. Contoh persilangannya adalah sebagai berikut.

8. Kemampuan Mengecap Phenylthiocarbamide (PTC)


Sebagian besar orang mampu merasakan pahitnya PTC yang dikendalikan oleh gen T.
• Orang yg mampu mengecap rasa pahit (PTC) = taster
• Orang yg tdk mampu mengecap rasa pahit = non-taster
• Gen penentu taster = TT atau Tt

9. Anonychia
Yaitu kelainan kuku jari tangan/kaki tidak ada/tidak baik pertumbuhannya dan tidak
terdapat kuku
• Biasanya kuku tidak ada pada jari telunjuk & jari tengah
• Penyebabnya : gen dominant An (bila an an = normal)

10. Katarak
• Penyakit pada mata yang dapat menyebabkankebutaan
• Penyebabnya : gen dominan K
• Penderita katarak bergenotip KK atau Kk, sedangkan orang normal bergenotip kk.

4. Golongan Darah
Salah satu aplikasi (manfaat) mempelajari golongan darah seseorang adalah untuk transfusi
darah. Oleh karena itu, dikenal istilah donor (yang memberikan darah) dan resipien (yang menerima
transfusi darah). Begitu pentingnya darah bagi kehidupan manusia, penelitian mendalam tentang
darah pun kian banyak dilakukan. Dua komponen penyusun darah adalah sel-sel darah (leukosit dan
eritrosit) dan cairan (plasma). Plasma sendiri, terdiri dari atas fibrinogen (protein untuk pembekuan
darah) dan serum.
Penelitian mengenai penggolongan darah diawali oleh Dr. Karl Landsteiner pada tahun 1901.
Dari hasil penelitiannya, diketahui bahwa di dalam sel darah merah (eritrosit) terdapat suatu
substansi asing yaitu antigen yang akan bereaksi dengan substansi pada plasma darah yaitu antibodi
(zat anti). Selanjutnya, penggolongan darah pada manusia ini didasarkan pada antigen (aglutinogen)
yang terdapat di dalam eritrosit.
a. Golongan Darah Sistem A,B,O
Berbeda dengan pewarisan yang telah kalian pelajari sebelumnya, pewarisan golongan darah ini
ditentukan oleh adanya alel ganda (beberapa alel atau seri alel yang terdapat dalam satu lokus
yang sama). Simbol untuk alel tersebut adalah I (berasal dari kata isoaglutinin, merupakan
protein pada permukaan sel eritrosit). Orang yang mampu membentuk aglutinogen A akan
mempunyai alel IA, yang mampu membentuk aglutinogen B mempunyai alel IB, dan yang
mampu membentuk aglutinogen A dan B mempunyai alel IA dan IB. Sementara itu, orang yang
tidak mampu membentuk aglutinogen A dan B mempunyai alel resesif i. Golongan darah
ditentukan oleh adanya interaksi alel-alel tersebut. Perhatikan Tabel berikut
Golongan Darah Antigen dalam
Alel dalam Kromosom Genotip
(Fenotip) Eritrosit
A A IA IA IA atau IAi
B B I B
IB IB atau IBi
AB A dan B IA dan IB IB IA
O - i ii
Suryo, Genetika Manusia, hlm. 349

b. Sistem M, N
Penggolongan sistem ini ditemukan oleh Landsteiner dan Lavine, didasarkan pada ada tidaknya
antigen M dan N. Jika pada penggolongan darah A, B, AB, dan O terdapat antibodi dalam darah
seseorang, maka pada golongan darah ini darah seseorang tidak mengandung antibodi M atau N.
Oleh karena itu, untuk menguji apakah seseorang mempunyai antingen M atau N atau keduanya
digunakan antibodi dari kucing. Dengan tidak adanya antingen M atau N dalam darah
manusia, maka penggolongan darah dengan sistem ini tidak berpengaruh atau tidak berperan
dalam transfusi darah. Perhatikan tabel berikut.
Alel dalam
Reaksi terhadap Genotipe
Golongan Darah Kromosom
Antibodi (antiserum)
(fenotip)
Anti-M Anti-N
M + - LM LM LM
N - + LN LN LN
MN + + LM dan LN LM LN
Keterangan: + = aglutinasi, dan - = tidak aglutinasi

c. Sistem Rhesus
Penemuan sistem ini sejak tahun 1940 oleh Landsteiner dan Wiener. Berdasarkan ada tidaknya
faktor Rh (Rhesus) dalam eritrosit, golongan darah pada manusia dibedakan menjadi Rh+, yaitu
jika mempunyai antigen Rh dan golongan darah Rh -, jika tidak mempunyai antigen Rh. Transfusi
atau pencampuran darah dengan sistem Rh berbeda dapat menyebabkan terjadinya
penggumpalan akibat ketidaksesuaian Rh yang disebut incompatibilitas rhesus. Perhatikan tabel
golongan darah sistem Rh berikut
Fenotipe Genotipe Macam Gamet
Rh + I I ,I I
Rh Rh Rh rh
IRh dan Irh
Rh - I I
rh rh
Irh

Pada perkawinan antara pria Rh+ homozigot (IRhIRh) dengan wanita Rh– homozigot (Irh Irh), semua
anak yang dilahirkan akan mempunyai Rh+. Fetus dalam tubuh ibu akan menerima zat makanan
atau menerima pertukaran gas dan air melalui saluran penghubung yang disebut plasenta

Gambar Aliran Darah pada Plasenta

Nah, jika seorang ibu Rh- mengandung bayi Rh+ maka setelah bayi lahir, eritrosit-
eritrosit bayi yang mengandung antigen Rh masuk dalam aliran darah ibu. Dengan demikian,
darah ibu akan membentuk antibodi. Bayi pertama yang dilahirkan akan selamat. Pada
kehamilan berikutnya tentu dihasilkan anak Rh+ lagi, bukan? Karena ibu telah mempunyai anti-
Rh, maka akan beraglutinasi dengan antigen Rh pada bayi yang dikandungnya. Akibatnya,
eritrosit bayi akan rusak dan mengalami kelebihan zat bilirubin yang akan masuk ke dalam
sirkulasi darah ibu Kelebihan dan penimbunan bilirubin tersebut menyebabkan penyakit
kuning, ditandai dengan kulit bayi yang kuning, tubuh menggembung oleh cairan, hati dan limfa
membengkak, dalam darah banyak eritrosit yang belum masak (eritroblas), serta otaknya
rusak. Penyakit inilah yang disebut eritroblastosis fetalis. Pada umumnya, bayi penderita
penyakit tersebut akan mati sejak lahir atau hidup beberapa saat saja.

Anda mungkin juga menyukai