Anda di halaman 1dari 21

Hand Out

Pertumbuhan dan Perkembangan


1. Konsep pertumbuhan dan perkembangan
Salah satu ciri makhluk hidup yaitu tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan
dan perkembangan merupakan dua proses yang berjalan sejajar dan
berdampingan. Jadi proses pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lain. Sehingga dapat dikatakan, Pertumbuhan dan
perkembangan adalah proses pertambahan ukuran, bentuk serta volume yang di
iringi dengan proses menuju kedewasaan seperti yang terlihat pada gambar 1.

Gambar 1. Pertumbuhan dan Perkembangan pada Tanaman

Walaupun pertumbuhan dan perkembangan berjalan seiringan, makna


dari kedua kata tersebut sangat berbeda seperti pada uraian di bawah ini:
a. Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan proses pertambahan ukuran, volume dan
massa yang bersifat irreversible (tidak dapat balik) karena adanya
pembesaran sel dan pertambahan jumlah sel akibat adanya proses
pembelahan sel. Pertumbuhan dapat dinyatakan secara kuantitatif karena
pertumbuhan dapat diketahui dengan cara melihat perubahan yang terjadi
pada makhluk hidup yang bersangkutan. Selain itu pertumbuhan makhluk
hidup dapat diukur menggunakan alat ukur dan dinyatakan dalam bentuk
bilangan. Contohnya adalah pertumbuhan pada tumbuhan dapat di lihat
dengan adanya perubahan tinggi batang, menghitung jumlah daun, jumlah
bunga, dll.
b. Perkembangan
Perkembangan adalah suatu proses untuk menuju kedewasaan pada
makhluk hidup yang bersifat kualitatif, artinya tidak dapat dinyatakan dengan
suatu bilangan tapi dapat diamati dengan mata telanjang. Proses
perkembangang dapat di lihat dengan terbentuknya organ-organ
perkembangbiakan seperti munculnya bunga pada tumbuhan yang kemudian
diikuti oleh buah atau umbi, dll. Pada tingkat seluler, perkembangan dapat
berupa diferensiasi sel-sel yang baru membelah membentuk jaringan yang
menyusun organ tertentu. Sedang pada hewan dan manusia ditandai dengan
kematangan organ reproduksi sehingga siap untuk menghasilkan keturunan.
Selain itu perkembangan bersifat reversible (dapat balik) sehingga prosesnya
dapat berulang-ulang.
2. Fisiologis Perkecambahan

Pada tumbuhan, pertumbuhan dan perkembangan diawali dengan


perkecambahan bijji. Perkecambahan merupakan berakhirnya masa
dormansi biji. Masa dormansi biji adalah masa ketika sel-sel penyusunnya
tidak aktif membelah atau tidak tumbuh, tetapi sel tersebut tidak mati.
Perkecambahan dimulai dengan proses penyerapan air ke dalam sel-sel
secara imbibisi. Proses ini merupakan proses fisika. Selanjutnya, air yang
masuk ke dalam biji akan membebaskan hormon giberelin (GA) sebagai
sinyal kepada aleuron (lapisan tipis di bagian luar endosperma) agar
menyekresikan enzim.
Bekerjanya enzim merupakan proses kimia. Enzim amilase bekerja
memecah tepung menjadi maltose, selanjutnya maltose dihidrolisis oleh
maltase menjadi glukosa, selanjutnya glukosa diubah menjadi energi.
Energi diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan embrio. Protein
juga dipecah menjadi asam-asam amino. Asam-asam amino dirangkaikan
menjadi protein yang berfungsi untuk menyusun struktur sel dan
menyusun enzim-enzim baru. Lemak dipecah menjadi asam lemak dan
gliserol. Asam-asam lemak terutama dipakai untuk menyusun membran
sel.
Hasil proses perkecambahan berupa tumbuh dan berkembangnya
plumula menjadi batang dan daun serta perkembangan radikula menjadi
akar. Embrio yang tumbuh belum memiliki klorofil, sehingga embrio belum
dapat membuat makanan sendiri. Pada tumbuhan, secara umum
makanan untuk pertumbuhan embrio berasal dari endosperma.

Gambar 2. Proses Perkecambahan


Proses perkecambahan dipengaruhi oleh oksigen, suhu, dan cahaya.
Oksigen dipakai dalam proses oksidasi sel untuk menghasilkan energi.
Perkecambahan memerlukan suhu yang tepat untuk aktivasi enzim.
Perkecambahan tidak dapat berlangsung pada suhu yang tinggi, karena
suhu yang tinggi dapat merusak enzim. Pertumbuhan umumnya
berlangsung baik dalam keadaan gelap. Perkecambahan memerlukan
hormon auksin dan hormon ini mudah mengalami kerusakan pada
intensitas cahaya yang tinggi. Karena itu di tempat gelap kecambah
tumbuh lebih panjang daripada di tempat terang .
3. Tipe-tipe perkecambahan
1. Perkecambahan
Biji yang telah mendapatkan kondisi yang memungkinkan akan mengalami
perkecambahan. Terdapat dua tipe perkecambahan yaitu:
a. Epigeal
Perkecambahan tipe epigeal yaitu ketika kotiledon ikut terangkat bersama
pucuk lembaga (plumula) dikarenakan pemanjangan hipokotil lebih cepat
daripada epikotil. Tumbuhan yang mengalami ini kebanyakan adalah
tumbuhan dikotil

Gambar 3. Epigeal
b. Hipogeal
Perkecambahan tipe epigeal yaitu ketika kotiledon tidak ikut terangkat
bersama pucuk lembaga (plumula) dikarenakan pemanjangan epikotil
lebih cepat daripada hipokotil. Tumbuhan yang mengalami ini kebanyakan
adalah tumbuhan monokotil.
Gambar 4. Epigeal

Syarat sebuah biji untuk mulai berkecambah adalah biji tersebut berada
pada kondisi yang tepat dan sesuai. Apabila air, kelembapan maupun faktor
ekternal tidak memadai maka biji akan mengalami fase dormansi atau tidak aktif.
Maka dalam perkecambahan pada biji mengalami proses yang rumit yaitu air
masuk ke dalam embrio sehingga mengaktifkan enzim yang ada di dalamnya.
Dengan aktifnya enzim, maka terjadi peningkatan aktivitas metabolik yang
mengakibatkan tumbuhnya radikula.

4. Pertumbuhan primer dan sekunder pada tumbuhan


A. Pertumbuhan primer
Setelah biji berkecambah, selanjutnya akan membentuk akar,
batang, dan daun. Pada bagian ujung akar dan ujung batang, terdapat
jaringan yang sel-selnya aktif membelah secara mitosis, yang disebut
meristem primer. Aktivitas sel-sel jaringan meristem primer menyebabkan
pertumbuhan memanjang pada bagian ujung batang maupun ujung akar.
Proses pertumbuhan memanjang pada ujung batang dan ujung akar
disebut pertumbuhan primer.

Gambar 5. Pertumbuhan primer


Tumbuhan memiliki dua titik pertumbuhan primer, yaitu titik tumbuh pada
akar dan titik tumbuh pada batang.
1) Titik Tumbuh Akar
Titik tumbuh pada akar merupakan bagian jaringan meristem akar yang
dilindungi oleh tudung akar (kaliptra). Tudung akar mengeluarkan lender
polisakarida yang berfungsi untuk melumasi akar sehingga mengurangi
gesekan antara ujung akar dan butir-butir tanah pada saat akar menembus
tanah. Jaringan meristem pada akar banyak mengandung cadangan
makanan yang diperlukan dalam metabolism. Hasil metabolism digunakan
untuk pemanjangan akar.
Berdasarkan aktivitas sel dan struktur jaringan, titik tumbuh akar di
bagi menjadi tiga daerah, yaitu Zona pembelahan sel, Zona pemanjangan
sel, dan Zona diferensiasi. Namun, zona-zona tersebut bergabung tanpa
ada batasan yang jelas.
1. Zona pembelahan sel tersusun dari kumpulan sel yang berukuran kecil,
berdinding tipis,berbentuk seragam, dan sel-selnya aktif membelah
secara cepat.
2. Zona pemanjangan sel terletak dibelakang zona pembelahan sel-
selnya memanjang sampai berukuran sepuluh kali panjang semula
sehingga mendorong ujung akar. Sel-sel penyusunnya tampak
berbeda baik ukuran maupun bentuknya.
3. Zona diferensiasi (pematangan) sel menunjukkan perbedaan bentuk
dan ukuran sel-sel yang semakin jelas. Dinding sel mengalami
penebalan karena terjadi penimbulan substansi material dibagian
dalamnya. Pada zona ini terjadi proses organogenesis dan lapisan
epidermis akar telah memiliki rambut-rambut akar untuk menyerap
garam-garam mineral dari dalam tanah.
Jaringan primer akar terbentuk dari ketiga jenis jaringan meristem
primer sebagai berikut:
1. Protoderm, yaitu meristem primer yang terletak paling luar dan akan
membentuk epidermis.
2. Prokambium, terletak di bagian paling dalam, akan menjadi stele
(silinder pusat) yang terdiri atas perisikel, berkas pembuluh xilem dan
floem. Dari lapisan sel-sel perisikel, dapat tumbuh akar lateral
(samping).
3. Meristem dasar, terletak di antara protoderm dan prokambium, akan
membentuk jaringan dasar, yaitu sel-sel parenkim pengisi korteks.
Gambar 6. Jaringan meristem pada akar

2) Titik Tumbuh Batang


Titik tumbuh batang merupakan bagian jaringan meristem pada
ujung batang dengan tunas berupa kuncup. Kuncup tersusun dari
sejumlah daun kecil yang menyelubungi pusat kuncup. Pada bagian paling
ujung, terdapat meristem apikal berupa massa sel berbentuk seperti
kubah. Meristem apikal akan menjadi meristem primer (protoderm,
prokambium, dan meristem dasar). Pada sisi-sisi meristem apikal, muncul
primordial daun muda.
Gambar 7. Titik tumbuh batang
Titik tumbuh batang tidak memiliki pelindung khusus seperti pada
ujung akar, tetapi jaringan pembalut bakal daunnya berfungsi sebagai
pelindung. Titik tumbuh batang dapat dibagi menjadi tiga daerah
pertumbuhan, yaitu zona pembelahan sel, zona pemanjangan, dan zona
diferensiasi.
1. Zona pembelahan sel, memiliki sel-sel yang meristematik dan juga
memiliki bakal daun. Permukaan bawah bakal daun lebih cepat
tumbuh dibandingkan dengan permukaan atas, sehingga daun muda
melengkung menutupi ujung titik tumbuh.
2. Zona pemanjangan, sel-selnya mengalami pemanjangan daun
pembesaran. Pada zona ini, mulai terlihat jaringan calon pembuluh.
3. Zona diferensiasi (pematangan), sel-sel mengalami diferensiasi
sehingga terbentuk beberapa lapisan jaringan dengan struktur yang
berbeda, seperti epidermis, korteks, floem, dan xilem.

Gambar 8. Anatomi batang

B. Pertumbuhan Sekunder
Jika kita perhatikan secara cermat batang-batang tumbuhan di
sekitar lingkungan tempat kita tingga, dari hari ke hari bukan hanya
semakin tinggi, tetapi juga semakin besar. Batang tumbuhan menjadi
besar karena mengalami pertumbuhan sekunder. Pertumbuhan sekunder
merupakan hasil aktivitas jaringan meristem sekunder, yaitu kambium
pembuluh dan kambium gabus (Felogen). Pada umumnya, pertumbuhan
sekunder terjadi pada batang tumbuhan Gymnospermae dan dikotil.
Sebagian besar akar dikotil berkayu mengalami pertumbuhan sekunder.
Tumbuhan monokotil tidak mengalami pertumbuhan sekunder, kecuali
monokotil berkayu khususnya Angave, Aloe, Dracaena, dan Yucca.

Gambar 9. Pertumbuhan sekunder pada batang


Jaringan kambium pembuluh terletak di antara jaringan pembuluh
xilem (pembuluh kayu) dan pembuluh floem (pembuluh kulit). Jaringan
kambium pembuluh mudah diamati dan dibedakan dengan jaringan
lainnya. Jika kita mengupas kulit batang, akan terlihat bagian kambium
berupa lendir licin. Pembelahan sel-sel pembuluh kambium terjadi secara
radial., yaitu membelah kearah luar membentuk floem sekunder dan
membelah kearah dalam membentuk xilem sekunder.
Pada tumbuhan tahunan (perennial), pertumbuhan sekunder terjadi
bertahun-tahun sehingga lapisan demi lapisan xilem sekunder membentuk
kayu dengan formasi melingkar yang disebut lingkaran tumbuh (lingkaran
tahun). Pembentukan lingkaran tumbuh sangat dipengaruhi oleh musim, di
daerah beriklim tropis, umumnya lingkaran tumbuh yang terbentuk pada
musim hujan lapisannya lebih tebal dari pada lapisan yang terbentuk pada
musin kemarau. Ketika musim hujan, kualitas air yang diserap dari tanah
meningkat dan pertumbuhan xilem sekunder akan lebih cepat. Sebaliknya,
di musim kemarau, intensitas penyerapan air berkurang sehingga xilem
yang terbentuk akan lebih kecil dan terkesan berwarna lebih gelap karena
sel-selnya lebih padan dan kering akibat kekurangan air.

Gambar 10. Lingkaran tahun


Floem sekunder dan jaringan diluarnya berkembang menjadi kulit.
Selama bertahun-tahun, pertumbuhan kayu lebih cepat dan tidak
seimbang dengan pertumbuhan kulitnya. Epidermis yang dihasilkan oleh
pertumbuhan primer akan pecah-pecah, mengelupas, kering, dan jatuh dari
batang. Epidermis berfungsi sebagai pelindung sehingga jika mengalami
kerusakan akan mengganggu jaringan yang terdapat di dalamnya. Untuk
itu, tumbuhan akan membentuk jaringan pelindung baru yang dihasilkan
oleh kambium gabus (felogen). Sel-sel kambium gabus akan membelah
kearah luar membentuk felem dan kearah dalam akan membentuk
feloderm. Ketiga jaringan sekunder felem, felogen, dan feloderm secara
kolektif disebut periderm.
Felem merupakan lapisan gabus yang terdiri atas sel-sel mati yang
mengandung suberin (bahan berlilin) pada dinding selnya sehingga kedap
air dan udara. Feloderm merupakan korteks sekunder yang terdiri atas sel-
sel hidup dan tidak mengandung suberin. Lapisan gabus tidak semuanya
rapat, terdapat celah-celah yang disebut lentisel. Lentisel berfunsi sebagai
jalur keluar masuknya udara pernapasan. Lentisel pada batang mudah
diamati. Jika permukaan batang tumbuhan diraba, akan terasa ada
benjolan-benjolan kecil yang kasar dan terlihat pori-pori ditengahnya.

Gambar 11. penampang melintang kayu


Tabel pembeda pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder:
PERTUMBUHAN PRIMER PERTUMBUHAN SEKUNDER
Arah tumbuhnya vertical Arah tumbuh horizontal
Hasil dari pertumbuhan lapisan Hasil pertumbuhan meristem primer
embrional biji yang meristematis
Disebabkan aktivitas meristem Disebabkan aktivitas meristem
primer sekunder
Ujung akar dan ujung batang Cambium gabus, vaskuler,
perikambium

5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan


Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hasil kerja sama
antara faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam (faktor internal)
meliputi sifat genetik tumbuhan tersebut yang diperoleh secara turun
menurun, yang berupa gen dan hormon. Faktor luar (faktor eksternal)
meliputi faktor lingkungan. Faktor genetis pada bab ini hanya akan
dibahas secara sekilas.

1. Faktor Internal
Adapun faktor-faktor internal yang memengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan tumbuhan adalah sebagai berikut.
a. Gen
Gen adalah substansi/materi pembawa sifat yang diturunkan
dari induk. Gen mempengaruhi ciri dan sifat makhluk hidup,
misalnya bentuk tubuh, tinggi tubuh, warna kulit, warna bunga,
warna bulu, rasa buah, dan sebagainya. Gen juga menentukan
kemampuan metabolisme makhluk hidup, sehingga mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangannya.

Hewan, tumbuhan, dan manusia yang memiliki gen tumbuh


yang baik akan tumbuh dan berkembang dengan cepat sesuai
dengan periode pertumbuhan dan perkembangannya.

Meskipun peranan gen sangat penting, faktor genetis bukan


satu-satunya faktor yang menentukan pola pertumbuhan dan
perkembangan, karena juga dipengaruhi oleh faktor lainnya.
Misalnya tanaman yang mempunyai sifat unggul dalam
pertumbuhan dan perkembangannya, hanya akan tumbuh dengan
cepat, lekas berbuah, dan berbuah lebat jika ditanam di lahan subur
dan kondisinya sesuai. Bila ditanam di lahan tandus dan kondisi
lingkungannya tidak sesuai, pertumbuhan dan perkembangannya
menjadi kurang baik.

Faktor genetis ini banyak digunakan dalam hal pemilihan bibit


unggul. Gen pada tumbuhan berperan pada pengaturan reaksi-
reaksi kimia dalam sel (metabolisme sel). Berkait dengan gen ini,
pemerhati tanaman budidaya mengembangkan penelitian-penelitian
yang bertujuan memperoleh biji yang baik untuk bibit, misalnya
berapa lama menyimpan biji, berapa lama penjemuran
(pengeringan), dan suhu berapakah yang paling cocok untuk
penyimpanan.

b. Hormon
Hormon merupakan zat spesifik berupa zat organik yang
dihasilkan oleh suatu bagian tumbuhan untuk mengatur
pertumbuhan dan perkembangannya. Hormon juga dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Hormon-
hormon tumbuhan yang telah dikenal pada saat ini meliputi auksin,
giberelin, sitokinin, asam absisat, kalin, etilen, dan asam traumalin.
1) Auksin
Auksin atau asam indol asetat ditemukan pada tahun 1926
oleh Frits Went. Dia menemukan auksin di ujung koleoptil
kecambah Avena (sejenis gandum). Perhatikan Gambar. Auksin
juga ditemukan di ujung akar dan ujung batang. Beberapa peran
auksin dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Menghambat pembentukan tunas samping. Pertumbuhan tunas
ujung menghambat pertumbuhan tunas samping. Keadaan ini
disebut dominansi pucuk atau dominansi apikal.
b. Memacu pertumbuhan akar liar pada batang, misalnya pada
tanaman apel ditemukan akar pada bawah cabang pada daerah
antar nodus.
c. Memacu pertumbuhan akar pada tanaman yang
dikembangbiakkan dengan stek.
d. Memacu berbagai sel tumbuhan untuk menghasilkan etilen.

Gambar 12. Peragaan Went. Auksin mengakibatkan bengkoknya ujung


koleoptil

Gambar 13.

2) Giberelin
Giberelin pada tumbuhan terdapat pada biji (terutama kacangkacangan),
daun, dan akar. Giberelin berfungsi untuk:
a. Memacu pemanjangan batang.
b. Mematahkan dormansi biji atau mempercepat perkecambahan.
c. Mempercepat munculnya bunga.
d. Merangsang proses pembentukan biji.
e. Menyebabkan perkembangan buah tanpa biji (parteno karpik).
f. Menunda penuaan daun dan buah.

3) Sitokinin
Sitokinin bisa ditemukan di jaringan pembuluh. Sitokinin berfungsi
untuk:
a. Memacu pembelahan sel pada tahapan sitokinesis.
b. Memacu pembentukan kalus menjadi kuncup, batang, dan daun.
c. Menunda penuaan daun dan buah.
d. Memacu pertumbuhan kuncup samping atau menghambat pengaruh
dominansi apikal
e. Memperbesar daun muda.

4) Asam Absisat
Gambar 14. Eksperimen pada
Asam absisat (ABA) dapat ditemukan pada buah. Hormon ini tanaman Phaseolus vulgaris
berfungsi untuk: yang dipacu dengan giberelin.
a. Mempertahankan masa dormansi, sehingga menghambat
perkecambahan biji.
b. Mempertahankan diri jika tumbuhan berada pada lingkungan yang tidak
sesuai antara lain saat kekurangan air, tanahnya bergaram, dan suhu
dingin atau suhu panas.
c. Merangsang penutupan mulut daun (stomata) sehingga mengurangi
penguapan.
d. Berperan dalam pembentukan zona absisi (Gambar 4), sehingga
menyebabkan pengguguran daun, bunga, dan buah.

Gambar 15. Zona absisi. Pada zona inilah daun, bunga, buah
terlepas dari cabang atau batangnya
5) Kalin
Hormon kalin berperan dalam merangsang pertumbuhan organ
(organogenesis). Berdasarkan organ tumbuhan yang dibentuk, hormon
kalin dibedakan menjadi: antokalin (memengaruhi pembentukan bunga),
filokalin (memengaruhi pembentukan daun), kaulokalin (memengaruhi
pembentukan batang), dan rizokalin (memengaruhi pembentukan akar).
6) Etilen
Gas etilen dikeluarkan oleh bagian tumbuhan yang busuk, terutama buah.
Apakah kalian pernah melakukan proses pemeraman buah? Jika buah
yang telah tua dimasukkan di tempat yang hangat (bukan dipanggang)
dalam posisi tertutup rapat, buah cepat masak.
Gas etilen juga berperan pada pengguguran bunga, daun (peran gas etilen
pada pengguguran lebih kuat dibanding asam absisat (ABA)). Pada bunga
dimulai dengan memudarnya warna, pengkerutan. Pada daun dimulai
dengan hilangnya klorofi l. Gas etilen yang diberikan bersama auksin dapat
merangsang proses pembungaan.

7) Asam traumalin
Asam traumalin berperan dalam proses pembentukan kembali selsel yang
rusak, jika jaringan tumbuhan terluka.

2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal (faktor lingkungan) yang memengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan meliputi nutrisi, air, cahaya,
kelembaban, faktor biologis.
a. Nutrisi
Ada banyak unsur yang diperlukan oleh tumbuhan. Seperti halnya
makhluk hidup yang lain, tumbuhan memerlukan nutrisi atau makanan
untuk hidupnya. Tumbuhan hijau mengambil nutrisi dari udara, air, dan dari
dalam media tumbuhnya. Misalnya dari dalam tanah, nutrisi diambil dalam
bentuk ion. Unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tumbuhan dalam jumlah
yang banyak disebut unsur makro (makronutrien) dan yang dibutuhkan
dalam jumlah sedikit disebut unsur mikro (mikronutrien).
Sumber-sumber nutrisi bagi tumbuhan berupa zat-zat organik dan
zat-zat anorganik. Perbaikan kesuburan tanah secara alami dengan
pemupukan, baik menggunakan pupuk alami maupun pupuk buatan
banyak dilakukan oleh para petani. Disamping penambahan zat-zat
organik dan zat-zat anorganik, nutrisi yang ada dalam tanah berasal dari
hasil pelapukan mineral anorganik dan hasil biodegradasi bahan organik.
Unsur-unsur yang telah tersedia dalam media tanam (misalnya tanah)
tidak segera dapat dipergunakan oleh tumbuhan apabila faktor – faktor
lain tidak terpenuhi, misalnya adanya mikroba dalam tanah.
Terdapat sembilan makronutrien, yang meliputi enam unsur
penyusun utama senyawa organik: karbon, oksigen, hidrogen, nitrogen,
sulfur, dan fosfor. Tiga makronutrien lainnya adalah kalium, kalsium, dan
magnesium. Sedangkan kedelapan mikronutrien adalah besi, klorida,
tembaga, mangan, seng, molybdenum, boron, dan nikel. Pada tumbuhan,
unsur-unsur ini sebagian berfungsi sebagai kofaktor-kofaktor reaksi
enzimatik.
Tumbuhan yang kekurangan nutrien pada media tanamnya akan
mengalami defisiensi. Apabila hal ini terjadi, maka pertumbuhan dan
kembangannya tidak sempurna.
Jenis unsur, fungsi utama, dan akibat defisiensi unsur dapat dilihat
pada tabel berikut.

Tabel 1. Jenis unsur makro, fungsi utama, dan akibat defisiensi unsur
pada tumbuhan
Jenis Unsur Bentuk yang Fungsi Utama Akibat Defisiensi
Makro Tersedia
Bagi
Tanaman
Karbon (C), CO2, O2, dan Bahan dasar Metabolisme
Oksigen (O), H2O fotosintesis untuk terganggu,
dan Hidrogen membentuk pertumbuhan
(H) glukosa terhambat, dan
kematian
-
Nitrogen (N) NO3 dan Komponen asam Pertumbuhan lambat
NH4+ nukleat, protein, (kerdil), klorosis (daun
hormone, dan berwarna hijau pucat,
koenzim menguning, dan
gugur), dan buah
masak sebelum
waktunya
2-
Sulfur (S) atau SO4 Komponen protein Daun berwarna hijau
belerang dan koenzim pucat atau menguning
dan pertumbuhan
terhambat (batang
pendek dan kurus)
4-
Fosfor (P) H2PO dan Komponen asam Pembentukan buah
2-
HPO4 nukleat, fosfolipid, dan biji terhambat,
ATP, dan koenzim kerdil, serta memiliki
warna daun keunguan
atau kemerahan
+
Kalium (K) K Berfungsi dalam Warna daun hijau
sistem gelap kebiruan, daun
keseimbangan air, tua menggulung, daun
gerak stomata, dan memiliki bercak-
aktivasi enzim bercak, tepi daun
hangus, dan batang
lemah/rebah
2+
Kalsium (Ca) Ca Untuk Pertumbuhan akar
pembentukan dan terhambat, daun sulit
stabilitas dinding terbentuk, ujung
sel, pemeliharaan tanaman mongering,
struktur dan dan tunas mati
permeabilitas
Jenis Unsur Bentuk yang Fungsi Utama Akibat Defisiensi
Makro Tersedia
Bagi
Tanaman
membran, serta
respons terhadap
rangsangan
Magnesium Mg2+ Komponen klorofil Daun klorosis,
(Mg) dan mengaktifkan menguning, dan gugur
enzim

Tabel 2. Jenis unsur mikro, fungsi, dan akibat defisiensi unsur pada
tumbuhan
Jenis Unsur Bentuk yang Fungsi Utama Akibat Defisiensi
Mikro Tersedia
Bagi
Tanaman
Klor (Cl) Cl- Diperlukan dalam Layu, daun klorosis,
pemecahan air pada berwarna tembaga,
fotosintesis serta dan mati
untuk menjaga
keseimbangan air
2+ 3+
Besi (Fe) Fe dan Fe Komponen Klorosis, daun pucat,
sitokrom, untuk dan menguning
aktivasi beberapa
enzim
-
Boron (B) H2BO3 Kofaktor sintesis Daun menebal,
klorofil, transport keriting dan rapuh.
karbohidrat, dan Pertumbuhan tunas
sintesis asam terhenti, kuncup mati
nukleat berwarna hitam,
cabang lateral mati
2+
Mangan (Mn) Mn Untuk pembentukan Berkas pembuluh
klorofil dan aktivasi berwarna gelap,
beberapa enzim klorosis, warna daun
memutih dan gugur,
pembentukan biji-
bijian terganggu
2+
Seng (Zn) Zn Untuk pembentukan Klorosis, daun kecil,
klorofil, hormon berwarna merah tua,
pertumbuhan, dan pertumbuhan akar
aktivasi beberapa tidak normal
enzim
+ 2+
Tembaga atau Cu dan Cu Komponen enzim Klorosis, daun
Cuprum (Cu) redoks, biosintesis berbintik-bintik, daun
Jenis Unsur Bentuk yang Fungsi Utama Akibat Defisiensi
Mikro Tersedia
Bagi
Tanaman
lignin, dan muda layu,
pembentukan pertumbuhan
klorofil terhambat
Molibdenum MoO42- Untuk fiksasi Daun berwarna hijau
(Mo) nitrogen dan pucat, keriput, dan
kofaktor dalam melengkung seperti
reduksi nitrat mangkok
Nikel (Ni) Ni2+ Kofaktor enzim Gangguan
dalam metabolisme perkecambahan,
nitrogen pertumbuhan
tanaman terhambat

b. Air
Air diperlukan oleh tumbuhan dalam jumlah besar. Fungsi air bagi
tumbuhan adalah sebagai berikut.
1. Pelarut zat-zat yang dibutuhkan oleh tumbuhan
2. Bahan dasar untuk reaksi biokimia
3. Sebagai medium berlangsungnya reaksi metabolisme
4. Menjaga tekanan turgor dinding sel dan agar tidak kekeringan
5. Berperan dalam proses transportasi unsur hara dari tanah ke daun
6. Mengedarkan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan
7. Untuk proses transpirasi (penguapan) dan fotosintesis
Jika kekurangan air, tumbuhan akan layu karena terjadi penurunan
tekanan turgor pada sel-selnya. Namun, tumbuhan memiliki sistem kontrol
untuk mengatasi kekurangan air agar tidak terlalu ekstrim. Tumbuhan
merespons kekurangan air dengan cara memperlambat laju transpirasi
(penguapan). Kekurangan air akan memacu pembentukan dan
pembebasan hormon asam absisat (ABA, abscisic acid) dari sel-sel
mesofil daun yang menyebabkan stomata tertutup.
Saat musim kemarau panjang dan kekurangan air, beberapa jenis
tumbuhan mengurangi penguapan dengan cara menggugurkan daunnya.
Tumbuhan gurun beradaptasi terhadap kekurangan air dengan cara
membentuk daun seperti duri. Sebaliknya, tumbuhan yang hidup di air,
memiliki daun yang tipis dan lebar untuk mempercepat penguapan.

c. Cahaya
Bagi manusia dan hewan cahaya matahari berfungsi sebagai
penerang. Sedangkan bagi tumbuhan dan organisme berklorofil, cahaya
matahari dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam proses
fotosintesis. Dalam proses ini energi cahaya diperlukan untuk
berlangsungnya penyatuan CO₂ dan air untuk membentuk karbohidrat.
Perkembangan struktur tumbuhan juga dipengaruhi oleh cahaya
(fotomorfogenesis). Efek fotomorfogenesis ini dapat dengan mudah
diketahui dengan cara membandingkan kecambah yang tumbuh di tempat
terang dengan kecambah dari tempat gelap. Kecambah yang tumbuh di
tempat gelap akan mengalami etiolasi atau kecambah tampak pucat dan
lemah karena produksi klorofil terhambat oleh kurangnya cahaya.
Sedangkan, pada kecambah yang tumbuh di tempat terang, daun lebih
berwarna hijau, tetapi batang menjadi lebih pendek karena aktifitas
hormon pertumbuhan auksin terhambat oleh adanya cahaya.

- Fototropisme
Percobaan N Cholodny dan Frits went menerangkan bahwa pada
ujung koleoptil tanaman, pemanjangan sel yang lebih cepat terjadi di sisi
yang teduh daripada sisi yang terkena cahaya. Sehingga, koleoptil
membelok ke arah datangnya cahaya. Hal ini terjadi, karena hormon
auksin yang berguna untuk pemanjangan sel berpindah dari sisi tersinari
ke sisi terlindung.
Banyak jenis tumbuhan mampu melacak matahari, dalam hal ini
lembar datar daun selalu hampir tegak lurus terhadap matahari sepanjang
hari. Kejadian tersebut dinamakan diafototropisme. Fototropisme ini
terjadi pada famili Malvaceae.

Gambar 16. Pengaruh auksin terhadap fototropisme

- Fotoperiodisme
Interval penyinaran sehari-hari terhadap tumbuhan mempengaruhi
proses pembungaan. Lama siang hari di daerah tropis kira-kira 12 jam.
Sedangkan, di daerah yang memiliki empat musim dapat mencapai 16 - 20
jam. Respon tumbuhan yang diatur oleh panjangnya hari ini disebut
fotoperiodisme. Fotoperiodisme dipengaruhi oleh fitokrom (pigmen
penyerap cahaya). Fotoperiodisme menjelaskan mengapa pada spesies
tertentu biasanya berbunga serempak. Tumbuhan yang berbunga
bersamaan ini sangat menguntungkan, karena memberi kesempatan
terjadinya penyerbukan silang.
Berdasarkan panjang hari, tumbuhan dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu:
o Tumbuhan hari pendek, tumbuhan yang berbunga jika terkena
penyinaran kurang dari 12 jam sehari. Contohnya krisan, jagung, kedelai,
anggrek, dahlia, stroberi, aster, ubi jalar, kopi, dan tembakau.
o Tumbuhan hari panjang, tumbuhan yang berbunga jika terkena
penyinaran lebih dari 12 jam (14 - 16 jam) sehari. Contohnya kembang
sepatu, bit, selada, gandum, barli, oat, bayam, lobak, dan kol.
o Tumbuhan hari netral, tumbuhan yang tidak responsif terhadap
panjang hari untuk pembungaannya. Contohnya mentimun, padi, wortel liar,
mawar, bunga matahari, anyelir, tomat, jagung, padi, lada, pepaya, bunga
pukul empat,
buncis, kacang
polong dan kapas.

Gambar 17. Tumbuhan hari pendek (a) dan tumbuhan hari panjang
(b)

d. Kelembapan
Kelembapan udara maupun tanah berkaitan dengan
ketersediaan air. Kelembapan pada tanah sangat ditentukan oleh
kandungan zat organik. Tanah gembur yang banyak mengandung
kompos mampu menyerap air sehingga akan selalu terjaga
kelembapannya. Kelembapan udara memengaruhi laju transpirasi.
Kelembapan udara yang terlalu tinggi akan menghambat proses
transpirasi sehingga sehingga pengangkutan air dan garam-garam
mineral akan berjalan lambat. Lambatnya pengangkutan air dan
garam mineral berpengaruh pada proses fotosintesis.
Tumbuhan memiliki batas kemampuan beradaptasi terhadap
tingkat kelembapan tertentu. Tumbuhan yang memiliki kemampuan
beradaptasi yang baik terhadap kelembapan, antara lain kaktus dan
kelapa.

e. Faktor Biologis
Meliputi gulma, herbivora, organisme penyebab penyakit,
nematoda, maupun mikroorganisme tanah (misalnya: bakteri
Rhizobium dan Mikorhiza).
Beberapa mikrofauna dan mikroflora yang ada dalam tanah
berperan dalam penyedia unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
tumbuhan untuk memenuhi kebutuhannya. Mikroorganisme
tersebut adalah bakteri nitrifikasi, bakteri Rhizobium azotobakter,
Nitrosomonas, dan nitrosococcus. Tumbuhan paku air Azolla pinata
dan ganggang hijau biru dapat mengikat N dari udara. Cendawan
merupakan organisme pembusuk bahan organik. Beberapa hewan
kecil penyedia unsur adalah dari kelompok insekta (semut, rayap),
dan cacing tanah. Mikrofauna dan mikroflora tersebut dapat hidup
di dalam tanah apabila syarat-syarat hidupnya terpenuhi seperti
aerasi dalam tanah, kelembaban tanah, temperatur tanah,
ketersediaan bahan organik, dan pH tanah.
Organisme parasit pada tumbuhan dapat berupa virus,
bakteri, dan jamur. Organisme parasit tersebut mengambil sari
makanan dari tumbuhan inang sehingga tumbuhan inang yang
ditumpangi akan terganggu pertumbuhan dan perkembangannya,
bahkan dapat mengalami kematian.
Herbivora adalah hewan pemakan tumbuh-tumbuhan,
misalnya ulat, belalang, dan kumbang. Jika daun-daun pada
tumbuhan dimakan ulat, akan mengganggu proses
pertumbuhannya. Namun, beberapa tumbuhan memiliki alat
pertahanan diri secara fisik seperti duri-duri dan pertahanan secara
kimiawi, misalnya menghasilkan zat kanavanin yang merupakan
racun bagi herbivora.

6. Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi hewan


1. Faktor Internal
a. Gen
Gen adalah substansi/materi pembawa sifat yang diturunkan
dari induk. Gen mempengaruhi ciri dan sifat makhluk hidup,
misalnya bentuk tubuh, tinggi tubuh, warna kulit, warna bulu, dan
sebagainya.
b. Hormon
Hormon merupakan zat yang berfungsi untuk mengendalikan
berbagai fungsi di dalam tubuh. Meskipun kadarnya sedikit,
hormon memberikan pengaruh yang nyata dalam pengaturan
berbagai proses dalam tubuh. Beberapa hormon pertumbuhan
pada hewan adalah sebagai berikut:
1) Tiroksin, mengendalikan pertumbuhan hewan. Pada katak
hormon ini merangsang dimulainya proses metamorfosis.
2) Somatomedin, mempengaruhi pertumbuhan tulang.
3) Ekdison dan juvenil, mempengaruhi perkembangan fase larva
dan fase dewasa, khususnya pada hewan Invertebrata.

2. Faktor Eksternal
a. Makanan atau Nutrisi
Makanan merupakan bahan baku dan sumber energi dalam
proses metabolism tubuh. Kualitas dan kuantitas makanan akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup.
Zat gizi yang diperlukan manusia dan hewan adalah karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, dan mineral. Semua zat ini diperoleh dari
makanan
b. Suhu
Semua makhluk hidup membutuhkan suhu yang sesuai
untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Suhu ini
disebut suhu optimum, misalnya suhu tubuh manusia yang
normal adalah sekitar 37°C. Pada suhu optimum, semua
makhluk hidup dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
Hewan dan manusia memiliki kemampuan untuk bertahan hidup
dalam kisaran suhu lingkungan tertentu
c. Cahaya
Cahaya berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan makhluk hidup. Selain tumbuhan, manusia juga
membutuhkan cahaya matahari
untuk membantu pembentukan vitamin D.
d. Air
Air merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan. Air sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup.
Tanpa air, makhluk hidup tidak dapat bertahan hidup. Air
merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia di dalam
tubuh. Tanpa air, reaksi kimia di dalam sel tidak dapat
berlangsung, sehingga dapat mengakibatkan kematian.
e. Kelembapan
Kelembapan adalah banyaknya kandungan uap air dalam
udara atau tanah. Kondisi ini sangat mempengaruhi sekali
terhadap pemanjangan sel. Kelembapan juga penting untuk
mempertahankan stabilitas bentuk sel.

7. Metamorfosis
Pada beberapa jenis hewan, dalam pertumbuhan dan
perkembanganya mengalami proses metamorfosis. Metamorfosis adalah
peristiwa perubahan bentuk tubuh secara bertahap yang dimulai dari larva
sampai dewasa. Metamorfosis terjadi pada serangga dan amfibi.
Metamorfosis pada hewan dibedakan menjadi metamorfosis
sempurna dan metamorfosis tidak sempurna. Metamorfosis sempurna
ditandai dengan adanya fase yang disebut pupa atau kepompong.
Tahapan dalam metamorfosis sempurna adalah sebagai berikut. telur →
larva (ulat) →pupa (kepompong) → dewasa (imago). Telur menetas
menjadi larva. Larva ada yang langsung membuat pupa, tetapi ada juga
yang lebih dulu membuat pelindung dari daun yang dilipat, tanah atau pasir
yang halus, sayatan kayu yang halus, dan bahan lainnya. Tempat
perlindungan di sekeliling pupa disebut kepompong atau kokon. Setelah
melewati tahap pupa, serangga akan menjadi dewasa (imago). Sedangkan
metamorphosis tidak sempurna contohnya terjadi pada belalang. Tahapan
pada metamorphosis tidak sempurna yaitu telur → larva (nimfa) → semi
imago → imago (dewasa).
Gambar 18 . Metamorfosis sempurna pada kupu-kupu

Daftar Pustaka

Campbell, dkk. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Hal : 338-352.


Irnaningtyas. 2013. Biologi untuk SMA/MA Kelas XII Kelompok Peminatan
Matematika dan Ilmu Alam.
Jakarta : Erlangga. Hal : 21-30.

Anda mungkin juga menyukai