Anda di halaman 1dari 272

Pertumbuhan dan Perkembangan

pada Tumbuhan
10 Juli 2020 oleh evhairawati

PERTUMBUHAN

Proses pertambahan biomassa atau ukuran (berat, volume atau jumlah) yang bersifat irreversibel
. Bersifat irreversibel berarti perubahan yang sudah terjadi tidak dapat kembali, pertumbuhan
dapt diukur secara kuantitatif dalam satuan ukuran panjang dan berat. Alat untuk mengukur
pertumbuhan disebut auksanometer (busur tumbuh) . Contoh pertumbuhan pohon mangga
memiliki tinggi 50 cm setelah 1 tahun kemudian menjadi 150 cm.

Jenis pertumbuhan dan perkembangan

 Pertumbuhan Primer

Pertumbuhan yang menyebabkan batang batang dan akar tumbuhan bertambah tinggi atau
panjang. Pada bagian ujung akar dan ujung batang, terdapat jaringan meristem primer yang
mengalami pembelahan secara mitosis yang menyebabkan pertumbuhan. Proses pertumbuhan
memanjang pada ujung akar dan ujung batang disebut pertumbuhan primer
Tumbuhan memiliki dua titik pertumuhan primer, yaitu titik tumbuh pada akar dan titik tumbuh
pada batang.

1. Titik tumbuh akar

Berdasarkan aktivitas sel dan struktur jaringannya, titik tumbuh akar dibagi menjadi 3 daerah
zona pembelahan yaitu:

a. Zona pembelahan sel yaitu kumpulan sel yang berukuran kecil, berdinding tipis, bentuk
seragam, dan sel-selnya aktif membelah. Tersusun oleh sel-sel meristem yang berbentuk
kotak dan berukuran sangat kecil. terdapat pada bagian ujung, di belakang tudung akar.
Pada daerah ini terdapat meristem primer dan meristem apikal dengan sel-sel yang aktif
membelah (meristematik). Meristem apikal merupakan pusat pembelahan sel.
b. Zona pemanjangan sel yaitu terletak di belakang zona pembelahan sel-sel  memanjang
sampai berukuran sepuluh kali panjang semula sehingga mendorong ujung akar.
Tersusun atas sel-sel yang memiliki kemampuan untuk membesar dan memanjang.
Pembentangan sel di daerah ini akan mendorong akar untuk menembus tanah
c. Zona diferensiasi (pematangan) sel yang mengalami proses organogenesis pada lapisan
epidermis akar . Tersusun atas sel-sel yang mengalami proses diferensiasi, sehingga
memiliki struktur dan fungsi khusus. Epidermis pada daerah diferensiasi sudah
terdiferensiasi dan tumbuh bulu-bulu akar, xilem dan floem.

Titik tumbuh batang tidak memiliki pelindung khusus seperti pada ujung akar (kaliptra), tetapi
jaringan pembalut bakal daunnya berfungsi sebagai pelindung. Titik tumbuh batang dapat di bagi
menjadi tiga daerah pertumbuhan, yaitu zona pembelahan sel, zona pemanjangan dan zona
diferensiasi

a. Zona pembelahan sel, memiliki sel-sel yang meristematik dan juga memiliki bakal daun.
b. Zona pemanjangan, sel-selnya mengalami pemanjangan dan pembesaran.
c. Zona diferensiasi (pematangan), terbentuk beberapa lapisan jaringan dengan struktur
yang berbeda seperti epidermis, korteks, floem, dan xylem.
 Pertumbuhan Sekunder

Pertumbuhan yang menyebabkan akar dan batang bertambah lebar. Pertumbuhan ini disebabkan
adanya pembelahan pada jaringan meristem sekunder (meristem lateral). Pada umumnya,
pertumbuhan sekunder terjadi pada batang tumbuhan Gymnospermae dan dikotil.
Lingkaran tahun

Pertumbuhan sekunder merupakan hasil aktivitas jaringan meristem sekunder yaitu kambium
pembuluh dan kambium gabus (felogen).

Tahapan pertumbuhan sekunder akar dan batang

1. Sel-sel kambium vaskuler terletak di antara xilem dan floem.


2. Sel-sel kambium vaskuler melakukan pembelahan ke arah dalam membentuk jaringan
xilem sekunder dan kearah luar membentuk jaringan floem sekunder.
3. Pembelahan selsel kambium vaskuler menghasilkan pertambahan diameter batang
sehingga epedermis terkelupas/mati. Pembelahan Kambium gabus akan menggantikan
fungsi epidermis yang rusak

Pembelahan kambium vaskuler terjadi sepanjang tahun, tetapi kecepatan pembelahan pada
musim hujan dan musim kemarau tidak sama. Pada musim hujan, kecepatan pembelahannya
lebih tinggi sehingga menghasilkan pertambahan diameter batang yang lebih besar. Jika
mengamati penampang melintang batang pohon yang ditebang, Anda akan
mendapatkan bentuk lingkaranlingkaran pada batang pohon yang disebut lingkaran tahun.

PERKEMBANGAN
Merupakan proses perubahan yang menyertai pertumbuhan, menuju tingkat pematangan atau
kedewasaan makhluk hidup. Proses perubahan secara berurutan adalah dari spesialiasi,
diferensiasi, histogenesis, organogenesis dan gametogenesis). Perkembangan merupakan proses
kualitatif yang tidak dapat di ukur. Tanda-tanda kedewasaan berbagai organisme berbeda-beda,
tetapi secara umum ditandai dengan kematangan fungsional pada organism tersebut menjadi
lebih sempurna.

Pembungaan

Tahapan pembungaan :

1. Induksi bunga (evokasi). Jaringan meristem berubah menjadi jaringan meristem


reproduktif.
2. Inisiasi bunga. Perubahan morfologis dari tunas vegetatif menjadi bentuk kuncup
reproduktif.
3. Menuju bunga mekar. Terjadinya diferensiasi bagianbagian bunga/ megasporogenesis
dan mikrosporogenesis untuk penyempurnaan serta pematangan organorgan reproduksi
jantan dan betina.
4. Bunga mekar (anthesis). Sesuai dengan namanya, pada tahap ini terjadi pemekaran
bunga. Biasanya, anthesis terjadi bersamaan dengan masaknya organ reproduksi jantan
dan betina.
5. Penyerbukan dan pembuahan. Terbentuknya buah muda.
6. Perkembangan pemasakan buah dan biji. Diawali dengan perbesaran bakal buah
(ovarium) yang diikuti oleh perkembangan endosperm (cadangan makanan) dan
selanjutnya terjadi perkembangan embrio.
Perkecambahan

Perkecambahan ditandai dengan berakhirnya masa dormansi pada biji. Air akan masuk  kedalam
sel-sel biji secara imbibisi melalui mikrofil biji, kemudian mengaktifkan hormon giberelin
sebagai sinyal aleuron (lapisan tipis di bagian luar endosperm) untuk mengeksresikan enzim
amilase memecah amilum (pati) menjadi maltosa dan enzim maltase menghidrolisis maltosa
menjadi glukosa dan selanjutnya mengalami proses metabolisme untuk menghasilkan energi
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan embrio. Protein dipecah menjadi asam
amino dalam proses metabolisme untuk menyusun struktur sel dan enzim-enzim baru, dan lemak
menjadi asam lemak dan gliserol sebagai penyusun membran sel. Setelah proses metabolesme
amaka titik tumbuh pada akar dan batang mengalami diferensiasi dan proses organogensis dan
jika sudah terbentuk klorofil pada daun tumbuhan sudah mampu melakukan proses fotosintesis.

Perkecambahan pada tumbuhan dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu:

1. Perkecambahan epigeal yang ditandai dengan hipokotil terangkat keatas permukaan


tanah. Contohnya kacang hijau.

biologimediacentre.comjpg

2. Perkecambahan hipogeal yang ditandai pertumbuhan memanjang dari epikotil sehingga


menyebabkan plumula keluar dan menembus pada kulit bijinya yang nantinya akan muncul di
atas tanah. Contohnya kacang kapri.
Pertumbuhan dan Perkembangan
pada Tumbuhan
10 Juli 2020 oleh evhairawati

PERTUMBUHAN

Proses pertambahan biomassa atau ukuran (berat, volume atau jumlah) yang bersifat irreversibel
. Bersifat irreversibel berarti perubahan yang sudah terjadi tidak dapat kembali, pertumbuhan
dapt diukur secara kuantitatif dalam satuan ukuran panjang dan berat. Alat untuk mengukur
pertumbuhan disebut auksanometer (busur tumbuh) . Contoh pertumbuhan pohon mangga
memiliki tinggi 50 cm setelah 1 tahun kemudian menjadi 150 cm.

Jenis pertumbuhan dan perkembangan

 Pertumbuhan Primer

Pertumbuhan yang menyebabkan batang batang dan akar tumbuhan bertambah tinggi atau
panjang. Pada bagian ujung akar dan ujung batang, terdapat jaringan meristem primer yang
mengalami pembelahan secara mitosis yang menyebabkan pertumbuhan. Proses pertumbuhan
memanjang pada ujung akar dan ujung batang disebut pertumbuhan primer
Tumbuhan memiliki dua titik pertumuhan primer, yaitu titik tumbuh pada akar dan titik tumbuh
pada batang.

1. Titik tumbuh akar

Berdasarkan aktivitas sel dan struktur jaringannya, titik tumbuh akar dibagi menjadi 3 daerah
zona pembelahan yaitu:

a. Zona pembelahan sel yaitu kumpulan sel yang berukuran kecil, berdinding tipis, bentuk
seragam, dan sel-selnya aktif membelah. Tersusun oleh sel-sel meristem yang berbentuk
kotak dan berukuran sangat kecil. terdapat pada bagian ujung, di belakang tudung akar.
Pada daerah ini terdapat meristem primer dan meristem apikal dengan sel-sel yang aktif
membelah (meristematik). Meristem apikal merupakan pusat pembelahan sel.
b. Zona pemanjangan sel yaitu terletak di belakang zona pembelahan sel-sel  memanjang
sampai berukuran sepuluh kali panjang semula sehingga mendorong ujung akar.
Tersusun atas sel-sel yang memiliki kemampuan untuk membesar dan memanjang.
Pembentangan sel di daerah ini akan mendorong akar untuk menembus tanah
c. Zona diferensiasi (pematangan) sel yang mengalami proses organogenesis pada lapisan
epidermis akar . Tersusun atas sel-sel yang mengalami proses diferensiasi, sehingga
memiliki struktur dan fungsi khusus. Epidermis pada daerah diferensiasi sudah
terdiferensiasi dan tumbuh bulu-bulu akar, xilem dan floem.

Titik tumbuh batang tidak memiliki pelindung khusus seperti pada ujung akar (kaliptra), tetapi
jaringan pembalut bakal daunnya berfungsi sebagai pelindung. Titik tumbuh batang dapat di bagi
menjadi tiga daerah pertumbuhan, yaitu zona pembelahan sel, zona pemanjangan dan zona
diferensiasi

a. Zona pembelahan sel, memiliki sel-sel yang meristematik dan juga memiliki bakal daun.
b. Zona pemanjangan, sel-selnya mengalami pemanjangan dan pembesaran.
c. Zona diferensiasi (pematangan), terbentuk beberapa lapisan jaringan dengan struktur
yang berbeda seperti epidermis, korteks, floem, dan xylem.
 Pertumbuhan Sekunder

Pertumbuhan yang menyebabkan akar dan batang bertambah lebar. Pertumbuhan ini disebabkan
adanya pembelahan pada jaringan meristem sekunder (meristem lateral). Pada umumnya,
pertumbuhan sekunder terjadi pada batang tumbuhan Gymnospermae dan dikotil.
Lingkaran tahun

Pertumbuhan sekunder merupakan hasil aktivitas jaringan meristem sekunder yaitu kambium
pembuluh dan kambium gabus (felogen).

Tahapan pertumbuhan sekunder akar dan batang

1. Sel-sel kambium vaskuler terletak di antara xilem dan floem.


2. Sel-sel kambium vaskuler melakukan pembelahan ke arah dalam membentuk jaringan
xilem sekunder dan kearah luar membentuk jaringan floem sekunder.
3. Pembelahan selsel kambium vaskuler menghasilkan pertambahan diameter batang
sehingga epedermis terkelupas/mati. Pembelahan Kambium gabus akan menggantikan
fungsi epidermis yang rusak

Pembelahan kambium vaskuler terjadi sepanjang tahun, tetapi kecepatan pembelahan pada
musim hujan dan musim kemarau tidak sama. Pada musim hujan, kecepatan pembelahannya
lebih tinggi sehingga menghasilkan pertambahan diameter batang yang lebih besar. Jika
mengamati penampang melintang batang pohon yang ditebang, Anda akan
mendapatkan bentuk lingkaranlingkaran pada batang pohon yang disebut lingkaran tahun.

PERKEMBANGAN
Merupakan proses perubahan yang menyertai pertumbuhan, menuju tingkat pematangan atau
kedewasaan makhluk hidup. Proses perubahan secara berurutan adalah dari spesialiasi,
diferensiasi, histogenesis, organogenesis dan gametogenesis). Perkembangan merupakan proses
kualitatif yang tidak dapat di ukur. Tanda-tanda kedewasaan berbagai organisme berbeda-beda,
tetapi secara umum ditandai dengan kematangan fungsional pada organism tersebut menjadi
lebih sempurna.

Pembungaan

Tahapan pembungaan :

1. Induksi bunga (evokasi). Jaringan meristem berubah menjadi jaringan meristem


reproduktif.
2. Inisiasi bunga. Perubahan morfologis dari tunas vegetatif menjadi bentuk kuncup
reproduktif.
3. Menuju bunga mekar. Terjadinya diferensiasi bagianbagian bunga/ megasporogenesis
dan mikrosporogenesis untuk penyempurnaan serta pematangan organorgan reproduksi
jantan dan betina.
4. Bunga mekar (anthesis). Sesuai dengan namanya, pada tahap ini terjadi pemekaran
bunga. Biasanya, anthesis terjadi bersamaan dengan masaknya organ reproduksi jantan
dan betina.
5. Penyerbukan dan pembuahan. Terbentuknya buah muda.
6. Perkembangan pemasakan buah dan biji. Diawali dengan perbesaran bakal buah
(ovarium) yang diikuti oleh perkembangan endosperm (cadangan makanan) dan
selanjutnya terjadi perkembangan embrio.
Perkecambahan

Perkecambahan ditandai dengan berakhirnya masa dormansi pada biji. Air akan masuk  kedalam
sel-sel biji secara imbibisi melalui mikrofil biji, kemudian mengaktifkan hormon giberelin
sebagai sinyal aleuron (lapisan tipis di bagian luar endosperm) untuk mengeksresikan enzim
amilase memecah amilum (pati) menjadi maltosa dan enzim maltase menghidrolisis maltosa
menjadi glukosa dan selanjutnya mengalami proses metabolisme untuk menghasilkan energi
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan embrio. Protein dipecah menjadi asam
amino dalam proses metabolisme untuk menyusun struktur sel dan enzim-enzim baru, dan lemak
menjadi asam lemak dan gliserol sebagai penyusun membran sel. Setelah proses metabolesme
amaka titik tumbuh pada akar dan batang mengalami diferensiasi dan proses organogensis dan
jika sudah terbentuk klorofil pada daun tumbuhan sudah mampu melakukan proses fotosintesis.

Perkecambahan pada tumbuhan dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu:

1. Perkecambahan epigeal yang ditandai dengan hipokotil terangkat keatas permukaan


tanah. Contohnya kacang hijau.

biologimediacentre.comjpg

2. Perkecambahan hipogeal yang ditandai pertumbuhan memanjang dari epikotil sehingga


menyebabkan plumula keluar dan menembus pada kulit bijinya yang nantinya akan muncul di
atas tanah. Contohnya kacang kapri.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN
DAN PERKEMBANGAN
19 Juli 2020 oleh evhairawati

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN DAN


PERKEMBANGAN

A. Faktor Internal (Dalam)

1. Genetik (hereditas)

Gen merupakan substansi pembawa sifat yang diturunkan dari induk ke generasi selanjutnya.
Gen mempengaruhi ciri dan sifat makhluk hidup dimana pada tanaman mempengaruhi bentuk
tubuh, warna bunga, dan rasa buah. Gen juga menentukan kemampuan metabolisme sehingga
sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman tersebut. Tanaman yang
memiliki gen tumbuh yang baik akan tumbuh dan berkembang cepat sesuai dengan periodenya.

2. Hormon (fitohormon)

Terdapat 2 kelompok hormon yaitu hormon pemicu pertumbuhan (auksin, giberelin dan
sitokinin) dan hormon penghambat pertumbuhan (asam absisat, gas etilen,hormon kalin dan
asam traumalin. Hormon merupakan zat yang berperan dalam mengendalikan berbagai fungsi
di dalam tubuh. Meskipun jumlahnya sedikit, hormon memberikan pengaruh nyata dalam
pengaturan berbagai proses dalam tubuh. Hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan pada tanaman ada beragam jenisnya.

Auksin : Hormon ini ditemukan oleh Frizt Went, ahli fisiologi Belanda pada tahun 1928. Auksin
terdapat pada tunas, daun muda, bunga maupun buah. Auksin berperan untuk memacu proses
pemanjangan, pembelahan, dan diferensiasi sel. Selain itu auksin bekerjasama dengan giberelin
untuk menghasilkan buah tanpa biji, menghambat pembentukan tunas lateral dan menghambat
pematangan buah dan penuaan daun. Auksin dapat merangsang perkembangan bunga dan buah,
merangsang pembentukan pembuluh flem dan xilem dan merangsang aktivitas kambium.
Hormon auksin

Hormon Giberelin

Giberelin, Hormon ini berperan untuk pembentukan biji serta perkembangan dan
perkecambahan embrio. Giberelin pertama kali ditemukan oleh E. Kurosawa, ahli penyakit
tanaman dari Jepang pada tahun 1926. Hormon giberelin dapat ditemukan hampir pada semua
bagian tanaman, baik akar, batang, daun, bunga, maupun buah. Giberelin dapat menghilangkan
sifat kerdil tanaman, dan mematahkan dormansi. Hormon giberelin dapat memperbesar ukuran
buah dan merangsang pembentukan saluran polen ( buluh serbuk sari)
Gas etilen

Etilen merupakan hormon tumbuhan yang berbentuk gas, tidak berwarna dan berbau seperti eter.
Etilen dihasilkan oleh ruas-ruas batang, buah matang, dan jaringan yang menua, misalnya daun-
daun yang gugur. Etilen, berperan untuk pematangan buah dan perontokan daun. menghambat
pertumbuhan akar dan batang pada saat tanaman stress. Hormon gas etilen bekerjasama dengan
auksin dapat memacu pembentukan bunga.
Hormon sitokinin

Hormon sitokinin ditemukan oelh ilmuan Amerika bernama Folke Skoog pada tahun 1954.
Terdapat hampir pada semua jaringan meristem. Sitokinin, berperan untuk pembelahan sel atau
sitokenesis, seperti merangsang pembentukan akar dan cabang tanaman. selain itu sitokinin
menghambat dominasi apikal oleh auksin, merangsang pertumbuhan kuncup lateral dan
menghambat proses penuaan. Hormon Sitokinin bersama dengan auksin merangsang
pembelahan sel.
Struktur Hormon Sitokinin
Asam absisat

Asam absisat ditemukan pada tahun 1963 oleh P.F Wareing dan F.T.Addicott. Asam absisat
dihasilkan oleh daun, ujung akar dan batang serta diedarkan oleh jaringan pengangkut. Biji dan
buah mengandung ABA (Abscisic Acid) dalam jumlah yang tinggi, Asam absisat biasa disebut
juga hormon stress karena memiliki sifat menghambat pertumbuhan tanaman. Asam absisat,
berperan untuk proses penuaan dan gugurnya daun. Merangsang penutupan stomata jika
kekurangan air, mempertahankan dormansi, dan menghambat pembelahan sel.
Hormon Kalin

Hormon Kalin adalah hormon yang dihasilkan oleh tumbuhan pada jaringan meristem yang
berperan untuk proses organogenesis tanaman. Kalin terdiri dari :

Kaulokalin yang berfungsi untuk merangsang pembentukan, pertumbuhan dan perkembangan


pada batang tanaman. Adanya hormon kaulokalin ini dapat membantu batang pada tanaman
tumbuh dengan baik.
Hormon Kaulokalin : Batang

Antokalin merupakan hormon yang membantu tumbuhan dalam merangsang pertumbuhan bunga
dan buah. Anthokalin berupa asam yang dapat merangsang bunga hingga ke pembuahan. 
Hormon Antokalin : Bunga

Rhizokalin adalah hormon yang berfungsi sebagai perangsang pertumbuhan dan perkembangan
akar tanaman. Hormon ini membantu merangsang terbentuknya akar, baik akar primer maupun
akar sekunder. Karena akar sendiri berfungsi sebagai penyerap zat hara atau air dari dalam tanah
dan disalurkan ke seluruh organ pada tumbuhan.

Hormon Rhizokalin : Akar

Filokalin adalah hormon yang merangsang pertumbuhan pembentukan daun. Hormon ini juga
memiliki peranan penting terhadap perkembangan tumbuhan, karena pada daun inilah terjadi
fotosintesis yakni untuk menghasilkan makanan pada semua bagian pada tumbuhan. Selain itu,
ketika tumbuhan kekurangan atau kelebihan air, maka kutikula yang ada di permukaan daun
dapat melakukan proses penguapan yang disebut proses transpirasi.

Hormon Filokalin : Daun

Hormon asam traumalin disebut juga sebagai hormon luka atau kambium luka, yakni sejenis
hormon yang berbentuk cair tetapi dalam kondisi normal, asam traumalin ini berbentuk padat,
kristal dan tak mudah larut dalam air.  Asam traumalin ini merupakan sejenis hormon hipotetik,
yakni gabungan dari beberapa aktivitas hormon lain seperti hormon auksin, sitokinin, giberelin,
gas etilen dan yang lainnya. Pada umumnya, tanaman yang kekurangan asam traumalin ini akan
sulit untuk bergenerasi . Asam traumalin, berperan untuk regenerasi sel apabila mengalami
kerusakan jaringan.

Hormon Traumalin (Hormon Luka)


Asam traumalin berfungsi memacu pembelahan sel pada bagian tumbuhan yang mengalami luka.
Peristiwa penutupan luka ini hanya terjadi pada tumbuhan dikotil. Pada tumbuhan monokotil,
tidak akan terjadi penutupan luka jika batang tumbuhan terluka. Coba perhatikan batang pohon
kelapa yang sengaja dilukai saat membuat panjatan sebagai pegangan kaki, jaringan yang terluka
tidak pernah tertutup kembali.

 FAKTOR EKSTERNAL
1. Unsur hara
 PENGARUH NUTRIEN PADA PERTUMBUHANTUMBUHAN

Nutrisi adalah unsur makronutrien dan mikronutrien, misalnya karbondioksida. Nutrisi


diperlukan sebagai sumber energi dan sebagai penyusun komponenkomponen sel bagi
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan Apabila suatu unsur tidak dapat tercukupi, tanaman
akan mengalami defisiensi . Defisiensi suatu unsur akan menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman terganggu Coba kita lihat contoh daun dari tanaman yang mengalami
defisiensi dibawah ini :

Defisiensi nitrogen : menyebabkan tumbuhan tumbuh jelek dan berwarna hijau muda.
Permukaan daun bagian bawah berwarna kuning atau cokelat muda dan batang pendek serta
kurus.
Defisiensi potasium (kalium) : menyebabkan tumbuhan memiliki tunas yang kecil dan
ujungujung daun mudanya mati. Daun yang lebih tua memperlihatkan gejala klorosis dengan
ujung pinggirnya mengering dan berwarna kecokelatan. Pada pinggir daun biasanya terdapat
banyak bercak cokelat : Defisiensi fosfor menyebabkan tumbuhan tumbuh jelek dengan daun
berwarna hijau kebiruan. Bagian bawah daun kadang berwarna seperti karat dengan bercak ungu
atau cokelat
Defisiensi magnesium akan menunjukkan gejala klorosis (daun tidak berwarna hijau karena
kekurangan klorofil). Hal itu terjadi karena magnesium diperlukan untuk pembentukan klorofl.

No Unsur hara FUNGSI


1 Belerang (S) Merupakan komponen utama protein dan koenzim pada tumbuhan
Merupakan komponen pembentuk asam nukleat, fosfolipid, ATP dan
2 Fosfor (P)
beberapa koenzim
Magnesium Merupakan komponen klorofil dan mengaktifkan banyak enzim pada
3
(Mg) tumbuhan
Merupakan unsur penting dalam pembentukan dan stabilitas dinding sel,
4 Kalsium (Ca) memelihara struktur dan permeabilitas membran, dan mengaktifkan banyak
enzim pada tumbuhan
5 Kalium (K) Merupakan kofaktor yang berfungsi dalam sintesis protein
6 Nitrogen (N) Merupakan komponen asam nukleat, protein, hormon dan koenzim
7 Oksigen (O) Merupakan komponen utama senyawa organik tumbuhan
8 Karbon (C) Merupakan komponen utama senyawa organik tumbuhan
9 Hidrogen (H) Merupakan komponen utama senyawa organik tumbuhan
Molibdenum
10 Komponen esensial untuk fiksasi nitrogen
(Mo)
11 Nikel (Ni) Kofaktor untuk enzim yang berfungsi dalam metabolisme nitrogen
Merupakan unsur yang aktif dalam pembentukan klorofil, mengaktifkan
12 Seng (Zn)
beberapa enzim
Merupakan unsur yang aktif dalam pembentukan klorofil, mengaktifkan
13 Mangan (Mn)
beberapa enzim
14 Besi (Fe) Merupakan komponen sitokrom, mengaktifkan beberapa enzim
Diperlukan untuk tahapan pemecahan air pada fotosintesis, diperlukan dalam
15 Klor (Cl)
menjaga keseimbangan air
sumber: Deviadrahayu https://www/slideshare.net
Sumber: https://www.slideplayer.net

2. Suhu

Suhu memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Karena suhu berpengaruh


terhadap laju metabolisme, fotosintesis, respirasi, dan transpirasi tumbuhan. Suhu tinggi
merusakkan enzim sehingga metabolisme tidak berjalan baik. Suhu yang kurang sesuai akan
menyebabkan kerja enzim di dalam sel-sel kurang optimal sehingga proses metabolisme (seperti
fotosintasis) akan terganggu. pada umumnya, tumbuhan akan tumbuh dengan baik pada suhu
optimum antara 10 -380 C. Tumbuhan tidak dapat hidup pada suhu di bawah 00 C dan diatas 400
C.

3. Kelembapan

Kelembapan udara maupun tanah berkaitan dengan ketersediaan air. Kelembapan pada tanah
sangat ditentukan oleh kandungan zat organik. Tanah gembur yang banyak mengandung kompos
maupun menyerap air sehingga akan selalu terjaga kelembap[annya. Kelembapan udara
mempengaruhi laju transpirasi . Kelembapan udara yang terlalu tinggi akan menghambat proses
transpirasi sehingga pengangkutan air dan garam-garam mineral akan berjalan lambat.
Lambatnya pengangkutan air dan garam mineral berpengaruh pada proses fotosintesis.
Kelembaban udara berarti kandungan uap air di udara. Kelembaban dibutuhkan oleh tanaman
agar tubuhnya tidak cepat kering karena penguapan. Kelembaban yang dibutuhkan tanaman
berbeda-beda tergantung pada jenisnya. jika ingin mendapatkan produktifitas yang optimal,
tanaman ada yang membutuhkan kelembaban yang tinggi dan ada juga yang membutuhkan
kelembaban yang rendah.

4. Cahaya

Cahaya selain berpengaruh langsung terhadap fotosintesis, cahaya matahari juga berpengaruh
terhadap pertumbuhan. Pengaruh cahaya matahari terhadap pertumbuhan dapat diamati dengan
membandingkan satu jenis tumbuhan yang tumbuh di daerah terang (cukup cahaya) dengan
tumbuhan sejenis yang tumbuh di tempat yang kurang cahaya atau di tempat gelap. Cahaya
matahari berperan dalam mengendalikan hampir semua tahap pertumbuhan mulai dari
perkecambahan, pertumbuhan batang dan daun, hingga respon gerak pertumbuhan. Tumbuhan
yang diletakkan di tempat gelap akan tumbuh lebih cepat daripada yang diletakkan di tempat
yang terkena cahaya matahari. Pertumbuhan tumbuhan yang lebih cepat jika berada di tempat
yang gelap disebut etiolasi. Tumbuhan akan tumbuh membelok kearah cahaya matahari karena
hormon pertumbuhan auksin sebagian akan rusak jika terkena cahaya matahari.
5. Air

Air diperlukan oleh tumbuhan dalam jumlah besar. Tanpa air tidak bisa hidup. Fungsi air bagi
tumbuhan adalah sebagai berikut:

 Pelarut zat-zat yang diperlukan oleh tumbuhan


 Bahan dasar untuk reaksi biokimia
 Sebagai medium berlangsungnya reaksi metabolisme.
 Menjaga tekanan turgor dinding sel dan agar tidak kekeringan.
 Berperan dalam proses transportasi unsur hara dari tanah ke daun
 Mengedarkan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan.
 Untuk proses transpirasi (penguapan) dan fotosintesis.

Jika kekurangan air, tumbuhan akan layu karena terjadi penurunan tekanan turgor pada sel-
selnya. Namun, tumbuhan memiliki sistem kontrol untuk mengatasi kekurangan air agar tidak
terlalu ekstrim. Tumbuhan merespon kekurangan air dengan cara memperlambat laju fotosintesis
(penguapan). Kekurangan air akan memacu pembentukan dan pembebasan hormon asam absisat
(ABA, abscisic acid) dari sel-sel mesofil daun yang menyebabkan stomata tertutup. Saat musim
kemarau panjang, dan kekurangan air, beberapa jenis tumbuhan mengurangi penguapan dengan
cara menggugurkan daunnya. Tumbuhan gurun beradaptasi terhadap kekurangan air dengan cara
membentuk daun seperti duri, sebaliknya, tumbuhan yang hidup di air, memiliki daun yang tipis
dan lebar untuk mempercepat penguapan.

6. pH

Hujan asam dapat menambah keasaman tanah. Jika keadaan tanah terlalu asam, klorofil akan
rusak sehingga menganggu proses fotosintesis. Tamahj bekas rawa-rawa dan tanah potsolik yang
berwarna merah kekuningan cenderung bersifat asam. Tanah jenis ini harus dicampur dengan
kapur sebelum ditanami agar keasaman berkurang. Pada beberapa jenis tumbuhan, seperti bunga
hortensia (Hydrangea sp.) keasaman tanah berpengaruh terhadap warna bunga.

ENZIM
26 Juli 2020 oleh evhairawati

PENGERTIAN DAN KOMPONEN ENZIM

Enzim adalah suatu protein yang berfungsi sebagai katalisator dalam reaksi pemecahan dan
pembentukan (metabolisme) suatu zat yang terjadi di dalam sel jaringan. Katalisator adalah suatu
zat yang memengaruhi kecepatan reaksi tanpa memengaruhi hasil akhirnya . Zat itu sendiri tidak
ikut dalam reaksi sehingga bentuknya tidak berubah.

Enzim yang lengkap tersusun dari senyawa protein dan nonprotein. Komponen protein disebut
apoenzim. Apoenzim bersifat labil (mudah berubah) dan dipengaruhi oleh suhu dan pH. Bagian
nonprotein disebut gugus prostetik. Gugus prostetik dapat berupa ion anorganik maupun
senyawa organik kompleks. Gugus prostetik dari ion anorganik disebut kofaktor, misalnya
kalsium (Ca), klor (Cl), natrium (Na), dan kalium (K). Atom logam dapat dijadikan sebagai
kofaktor, misalnya seng (Zn), besi (Fe), tembaga (Cu), dan magnesium (Mg). Kofaktor berfungsi
sebagai katalis yang dapat meningkatkan fungsi enzim, misalnya enzim ptialin dalam air ludah
(saliva) akan bekerja lebih baik jika terdapat ion klorida (Cl) dan kalsium (Ca). Enzim yang
terikat dengan kofaktor di sebut holoenzim. Gugus prostetik dari senyawa organik kompleks
disebut koenzim, contohnya vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), B3 (niasin), B5 (asam
pantotenat), B6 (piridoksin), B11 (asam folat), B12(kobalamin), vitamin H (biotin), koenzim A,
NAD+ (nicotinamide adenine dinucleotide), FMN (flavin mononucleotide), dan FAD+ ( flavin
adenine dinucleotide). Koenzim berfungsi memindahkan gugus kimia, atom, atau elektron dari
satu enzim ke enzim lainnya.
Enzim yang
terikat dengan kofaktor berupa: (a) gugus prostetik dan (b) koenzim

KLASIFIKASI ENZIM

Berdasarkan tempat bekerjanya, enzim dapat dibedakan dua macam, yaitu:

1. Enzim intraseluler
Enzim intraseluler adalah enzim yang bekerja di dalam sel, contohnya katalase. Enzim katalase
mampu menguraikan senyawa hidrogen peroksida (H2O2) yang merupakan racun bagi sel-sel
tubuh menjadi senyawa H2O dan O2 yang dapat dimanfaatkan kembali oleh tubuh. H2O2
merupakan sisa katabolisme asam amino dan asam lemak yang setiap saat dapat terbentuk. Pada
hewan dan manusia, katalase banyak ditemukan dalam sel-sel hati dan jantung. Sementara itu
pada sel tumbuhan, katalase banyak ditemukan pada sel umbi kentang.

2. Enzim ekstraseluler

Enzim ekstraseluler adalah enzim yang bekerja di luar sel, contohnya enzim-enzim pencernaan
yang disekresikan oleh organ pencernaan (pepsin, renin, atau lipase yang disekresikanoleh
lambung). Enzim ekstraseluler tersebut mempengaruhi bahan makanan di dalam rongga organ
pencernaan, dengan kata lain terjadi di luar sel-sel.

Berdasarkan tipe reaksi yang dikatalisis, enzim dapat dibagi menjadi enam kelompok, yaitu
sebagai berikut:

1. Oksireduktase, mengatalisis reaksi oksidasi dan reduksi


2. Transferase, mengatalisis pemindahan gugus seperti glikosil, metil atau fosforil
3. Hidrolase, mengatalisis pemutusan C-C, C-O, C -N, atau ikatan lainnya
4. Liase, mengatalisis pemutusan C-C, C-O, C-N, atau ikatan lain dengan eliminasi atom
yang menghasilkan ikatan rangkap.
5. Isomerase, mengatalisis perubahan geometrik atau struktural dalam satu molekul
6. Ligase, mengatalisis penyatuan dua molekul yang dikaitkan dengan hidrolase

SIFAT-SIFAT ENZIM

1. Enzim merupakan biokatalisator

Enzim dapat mempercepat reaksi tetapi tidak ikut bereaksi. Katalis mengubah kecepatan reaksi,
namun tidak mengubah produk akhir yang dibentuk atau mempengaruhi keseimbangan reaksi.

2. Enzim bekerja secara spesifik

Enzim tidak dapat bekerja pada semua zat atau substrat, tetapi hanya bekerja pada substrat
tertentu saja. Misalnya, enzim katalase hanya mampu menghidrolisis H2O2 menjadi H2O dan O2,
bukan substrat lain. Enzim ptialin di dalam mulut hanya akan mempengaruhi karbohidrat,
meskipun di dalam mulut terdapat proein dan lemak

3. Enzim adalah protein

Karena enzim adalah protein, kerja enzim seperti sifat protein, yaitu membutuhkan kondisi
lingkungan (suhu, pH, konsentrasi ion, dan sebagainya) yang sesuai. Lingkungan enzim yang
tidak cocok misalnya jika dipanaskan akan menggumpal. Suhu yang panas akan mengubah
struktur dan bentuk sisi aktif enzim. Pada umumnya, enzim akan rusak pada suhu diatas 500 C.
Rusaknya enzim karena panas disebut denaturasi.
4. Enzim dapat bekerja secara bolak balik atau dua arah (reversible)

Enzim tidak dapat menentukan arah dari reaksi, tetapi hanya mempercepat laju reaksi sehingga
mencapai keseimbangan. Bekerja secara bolak balik artinya, enzim dapat menguraikan suatu
senyawa dan juga dapat menyusun senyawa itu kembali. Contohnya maltase yang memengaruhi
maltosa.. Jika terdapat maltosa lebih banyak daripada glukosa, reaksi berlangsung dri kiri ke
kanan. Sebaliknya, jika jumlah glukosa lebih banyak daripada maltosa, maka reaksinya
berlangsung dari kanan ke kiri.

5. Enzim bersifat termolabil

Aktivitas enzim dipengaruhi oleh suhu. Dalam batas-batas tertentu , makin tinggi suhu akan
mempercepat reaksi kimia yang dipengaruhi oleh enzim. Sebaliknya, jika suhu makin rendah,
reaksinya makin lambat.

6. Enzim diperlukan dalam jumlah yang sedikit

Sesuai dengan fungsinya sebagai katalis, enzim hanya diperlukan dalam jumlah sedikit.
Sejumlah kecil enzim dapat meningkatkan kecepatan reaksi secara hebat.

CARA KERJA ENZIM

Enzim meningkatkan laju reaksi kimia dengan cara menurunkan energi aktivasi (EA). Energi
aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan agar reaksi kimia tertentu dapat terjadi. Energi
aktivasi (EA) yang sangat besar merupakan rintangan terjadinya reaksi sehingga energi aktivasi
tersebut perlu diturunkan. pada beberapa rekasi metabolisme, diperlukan energi aktivasi yang
terlalu besar sehingga diperlukan suhu yang tinggi akan merusak, bahkan bisa mematikan sel.
Ada dua teori yang dapat menjelaskan kerja enzim terhadap substrat, yaitu teori gembok dengan
anak kuncinya ( lock and Key Theory) dan teori kecocokan yang terinduksi ( Induced fit
Theory).

1. Teori Gembok dan Kunci ( Lock and Key Theory)

Dikemukan oleh Fischer ( 1998). Enzim diumpamakan sebagai gembok yang mempunyai bagian
kecil yang dapat mengikat substrat (ibaratnya lubang pada gembok tempat memasukkan kunci).
Bagian enzim yang dapat berikatan dengan substrat disebut sisi aktif. Bentuk sisi aktif sangat
spesifik, sehingga hanya molekul dengan bentuk tertentu yang dapat menjadi substrat bagi
enzim. Enzim dan subztrat akan bergabung bersama membentuk kompleks, sehingga kunci yang
masuk kedalam gembok. Di dalam kompleks, substrat dapat bereaksi dengan energi aktivasi
yang rendah. Setelah bereaksi, kompleks lepas dan melepaskan produk serta membebaskan
enzim.
2. Teori Kecocokan yang terinduksi (Induced fit Theory)

Berdasarkan bukti dari kristalografi sinar X, analisis kimia sisi aktif enzim, serta teknik lain,
diduga bahwa sisi aktif enzim bukan merupakan bentuk yang kaku. Menurut teori kecocokan
yang terinduksi, sisi aktif enzim merupakan bentuk yang fleksibel. ketika substrat memasuki sisi
aktif enzim, bentuk sisi aktif termodifikasi melingkupinya membentuk kompleks. ketika produk
sudah terlepas dari kompleks, enzim kembali tidak aktif menjadi bentuk yang lepas, sehingga
substrat yang lain kembali bereaksi dengan enzim tersebut.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERJA ENZIM

1. Suhu

Kecepatan reaksi enzimatik akan meningkat sejalan dengan meningkatnya suhu sampai pada titik
tertentu karena molekul substrat bergerak lebih cepat dan lebih sering bertumbukan dengan
tempat sisi aktif. Namun, diluar suhu tersebut, laju reaksi enzimatik akan menurun drastis akibat
terputusnya ikatan hidrogen dan ikatan ionik lainnya yang merangkai molekul enzim. Hal ini
menyebabkan enzim mengalami denaturasi (terjadi perubahan atau modifikasi terhadap
konformasi protein). Setiap enzim memiliki suhu optimal, yaitu suhu ketika laju reaksi enzim
paling cepat. Sebagian besar enzim manusia memiliki suhu optimal sekitar 350C – 400 C. Pada
suhu di atas dan di bawah optimalnya , aktivitas enzim berkurang. Pada suhu di bawah 00C,
enzim tidak dapat bekerja tetapi enzim tidak rusak sehingga jika keadaan suhu normal kembali
enzim dapat bekerja lagi. Pada suhu tinggi di atas 550C, enzim akan rusak.

2. Derajat Keasaman (pH)

Sebagian besar enzim memiliki pH optimal sekitar 6-8. Namun, pepsin (enzim pencernaan
lambung) bekerja paling baik pada lingkungan asam, yaitu pH 2. Tripsin dalam usus bekerja
pada lingkungan basa dengan pH optimal 8.
3. Inhibitor ( Zat Penghambat)

Pestisida seperti DDT (dichloro diphenyl trichloroethane), dieldrin, endrin, karbamat, dan
paration dapat membunuh hama, hewan, bahkan manusia dengan menghambat kerja enzim
asetilkolinesterase (enzim sistem saraf). Contoh inhibitor lainnya adalah aspirin yang digunakan
sebagai obat. Aspirin menginhibisi enzim COX-1 dan COX-2 yang memproduksi pembawa
pesan peradangan prostaglandin sehngga dapat menekan peradangan dan rasa sakit. Ada dua
macam inhibitor enzim, yaitu inhibitor kompetitif dan inhibitor non-kompetitif.
Perbandingan laju reaksi yang dipengaruhi oleh inhibitor kompetitif, nonkompetitif dan tanpa
inhibitor

Inhibitor kompetitif adalah molekul penghambat yang cara kerjanya bersaing dengan substrat
untuk mendaptkan sisi aktif enzim. Contohnya, sianida bersaing dengan oksigen untuk
mendapatkan hemoglobin dalam rantai respirasi terakhir. Inhibitot kompetitif dapat diatasi
dengan cara penambahan konsentrasi substrat.

Inhibitor non-kompetitif adalah molekul penghambat enzim yang bekerja dengan cara
melekatkan diri pada luar sisi aktif, sehingga bentuk enzim berubah, dan sisi aktif tidak dapat
berfungsi. Inhibitor ini tidak dapat dipengaruhi oleh konsentrasi substrat.
Inhibitor
enzim: (a) inhibitor kompetitif dan (b) inhibitor non-kompetitif

4. Aktivator

Aktivator merupakan molekul yang mempermudah ikatan antara enzim dengan substrat.
Biasanya zat ini bergabung dengan enzim pada tempat yang disebut sisi alosterik sehingga
disebut efektor alosterik. Penggabungan antara efektor alosterik dan enzim menyebabkan
perubahan pada bentuk molekul enzim sehingga sisi aktif enzim cocok dengan substrat dan kerja
enzim menjadi lebih efektif. Contohnya ion klorida (Cl) yang mengaktifkan amilase dalam saliva
(air ludah).

Perbedaan antara aktivator enzim dan inhibitor enzim

4. Konsentrasi Enzim

Semakin tinggi konsentrasi enzim, semakin cepat proses terjadinya reaksi. Konsentrasi enzim
berbanding lurus dengan laju reaksi.
5. Konsentrasi Substrat

Jika sisi aktif enzim belum bekerja seluruhnya, penambahan konsentrasi substrat dapat
mempercepat terjadinya reaksi. Namun, jika semua sisi aktif enzim sudah bekerja, penambahan
konsentrasi substrat tidak akan mempercpat reaksi. Dengan kata lain, konsentrasi substrat berada
pada titik jenuh atau kecepatan reaksi sudah maksimal.
6. Zat Hasil (Produk)

Dalam kondisi normal, reaksi awal akan berlangsung secara cepat. Namun, jika sudah terbentuk
penimbunan produk, laju reaksi akan melemah. Jika penimbunan produk disingkirkan, reaksi
akan kembali cepat.
ENZIM
26 Juli 2020 oleh evhairawati

PENGERTIAN DAN KOMPONEN ENZIM

Enzim adalah suatu protein yang berfungsi sebagai katalisator dalam reaksi pemecahan dan
pembentukan (metabolisme) suatu zat yang terjadi di dalam sel jaringan. Katalisator adalah suatu
zat yang memengaruhi kecepatan reaksi tanpa memengaruhi hasil akhirnya . Zat itu sendiri tidak
ikut dalam reaksi sehingga bentuknya tidak berubah.

Enzim yang lengkap tersusun dari senyawa protein dan nonprotein. Komponen protein disebut
apoenzim. Apoenzim bersifat labil (mudah berubah) dan dipengaruhi oleh suhu dan pH. Bagian
nonprotein disebut gugus prostetik. Gugus prostetik dapat berupa ion anorganik maupun
senyawa organik kompleks. Gugus prostetik dari ion anorganik disebut kofaktor, misalnya
kalsium (Ca), klor (Cl), natrium (Na), dan kalium (K). Atom logam dapat dijadikan sebagai
kofaktor, misalnya seng (Zn), besi (Fe), tembaga (Cu), dan magnesium (Mg). Kofaktor berfungsi
sebagai katalis yang dapat meningkatkan fungsi enzim, misalnya enzim ptialin dalam air ludah
(saliva) akan bekerja lebih baik jika terdapat ion klorida (Cl) dan kalsium (Ca). Enzim yang
terikat dengan kofaktor di sebut holoenzim. Gugus prostetik dari senyawa organik kompleks
disebut koenzim, contohnya vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), B3 (niasin), B5 (asam
pantotenat), B6 (piridoksin), B11 (asam folat), B12(kobalamin), vitamin H (biotin), koenzim A,
NAD+ (nicotinamide adenine dinucleotide), FMN (flavin mononucleotide), dan FAD+ ( flavin
adenine dinucleotide). Koenzim berfungsi memindahkan gugus kimia, atom, atau elektron dari
satu enzim ke enzim lainnya.
Enzim yang
terikat dengan kofaktor berupa: (a) gugus prostetik dan (b) koenzim

KLASIFIKASI ENZIM

Berdasarkan tempat bekerjanya, enzim dapat dibedakan dua macam, yaitu:

1. Enzim intraseluler
Enzim intraseluler adalah enzim yang bekerja di dalam sel, contohnya katalase. Enzim katalase
mampu menguraikan senyawa hidrogen peroksida (H2O2) yang merupakan racun bagi sel-sel
tubuh menjadi senyawa H2O dan O2 yang dapat dimanfaatkan kembali oleh tubuh. H2O2
merupakan sisa katabolisme asam amino dan asam lemak yang setiap saat dapat terbentuk. Pada
hewan dan manusia, katalase banyak ditemukan dalam sel-sel hati dan jantung. Sementara itu
pada sel tumbuhan, katalase banyak ditemukan pada sel umbi kentang.

2. Enzim ekstraseluler

Enzim ekstraseluler adalah enzim yang bekerja di luar sel, contohnya enzim-enzim pencernaan
yang disekresikan oleh organ pencernaan (pepsin, renin, atau lipase yang disekresikanoleh
lambung). Enzim ekstraseluler tersebut mempengaruhi bahan makanan di dalam rongga organ
pencernaan, dengan kata lain terjadi di luar sel-sel.

Berdasarkan tipe reaksi yang dikatalisis, enzim dapat dibagi menjadi enam kelompok, yaitu
sebagai berikut:

1. Oksireduktase, mengatalisis reaksi oksidasi dan reduksi


2. Transferase, mengatalisis pemindahan gugus seperti glikosil, metil atau fosforil
3. Hidrolase, mengatalisis pemutusan C-C, C-O, C -N, atau ikatan lainnya
4. Liase, mengatalisis pemutusan C-C, C-O, C-N, atau ikatan lain dengan eliminasi atom
yang menghasilkan ikatan rangkap.
5. Isomerase, mengatalisis perubahan geometrik atau struktural dalam satu molekul
6. Ligase, mengatalisis penyatuan dua molekul yang dikaitkan dengan hidrolase

SIFAT-SIFAT ENZIM

1. Enzim merupakan biokatalisator

Enzim dapat mempercepat reaksi tetapi tidak ikut bereaksi. Katalis mengubah kecepatan reaksi,
namun tidak mengubah produk akhir yang dibentuk atau mempengaruhi keseimbangan reaksi.

2. Enzim bekerja secara spesifik

Enzim tidak dapat bekerja pada semua zat atau substrat, tetapi hanya bekerja pada substrat
tertentu saja. Misalnya, enzim katalase hanya mampu menghidrolisis H2O2 menjadi H2O dan O2,
bukan substrat lain. Enzim ptialin di dalam mulut hanya akan mempengaruhi karbohidrat,
meskipun di dalam mulut terdapat proein dan lemak

3. Enzim adalah protein

Karena enzim adalah protein, kerja enzim seperti sifat protein, yaitu membutuhkan kondisi
lingkungan (suhu, pH, konsentrasi ion, dan sebagainya) yang sesuai. Lingkungan enzim yang
tidak cocok misalnya jika dipanaskan akan menggumpal. Suhu yang panas akan mengubah
struktur dan bentuk sisi aktif enzim. Pada umumnya, enzim akan rusak pada suhu diatas 500 C.
Rusaknya enzim karena panas disebut denaturasi.
4. Enzim dapat bekerja secara bolak balik atau dua arah (reversible)

Enzim tidak dapat menentukan arah dari reaksi, tetapi hanya mempercepat laju reaksi sehingga
mencapai keseimbangan. Bekerja secara bolak balik artinya, enzim dapat menguraikan suatu
senyawa dan juga dapat menyusun senyawa itu kembali. Contohnya maltase yang memengaruhi
maltosa.. Jika terdapat maltosa lebih banyak daripada glukosa, reaksi berlangsung dri kiri ke
kanan. Sebaliknya, jika jumlah glukosa lebih banyak daripada maltosa, maka reaksinya
berlangsung dari kanan ke kiri.

5. Enzim bersifat termolabil

Aktivitas enzim dipengaruhi oleh suhu. Dalam batas-batas tertentu , makin tinggi suhu akan
mempercepat reaksi kimia yang dipengaruhi oleh enzim. Sebaliknya, jika suhu makin rendah,
reaksinya makin lambat.

6. Enzim diperlukan dalam jumlah yang sedikit

Sesuai dengan fungsinya sebagai katalis, enzim hanya diperlukan dalam jumlah sedikit.
Sejumlah kecil enzim dapat meningkatkan kecepatan reaksi secara hebat.

CARA KERJA ENZIM

Enzim meningkatkan laju reaksi kimia dengan cara menurunkan energi aktivasi (EA). Energi
aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan agar reaksi kimia tertentu dapat terjadi. Energi
aktivasi (EA) yang sangat besar merupakan rintangan terjadinya reaksi sehingga energi aktivasi
tersebut perlu diturunkan. pada beberapa rekasi metabolisme, diperlukan energi aktivasi yang
terlalu besar sehingga diperlukan suhu yang tinggi akan merusak, bahkan bisa mematikan sel.
Ada dua teori yang dapat menjelaskan kerja enzim terhadap substrat, yaitu teori gembok dengan
anak kuncinya ( lock and Key Theory) dan teori kecocokan yang terinduksi ( Induced fit
Theory).

1. Teori Gembok dan Kunci ( Lock and Key Theory)

Dikemukan oleh Fischer ( 1998). Enzim diumpamakan sebagai gembok yang mempunyai bagian
kecil yang dapat mengikat substrat (ibaratnya lubang pada gembok tempat memasukkan kunci).
Bagian enzim yang dapat berikatan dengan substrat disebut sisi aktif. Bentuk sisi aktif sangat
spesifik, sehingga hanya molekul dengan bentuk tertentu yang dapat menjadi substrat bagi
enzim. Enzim dan subztrat akan bergabung bersama membentuk kompleks, sehingga kunci yang
masuk kedalam gembok. Di dalam kompleks, substrat dapat bereaksi dengan energi aktivasi
yang rendah. Setelah bereaksi, kompleks lepas dan melepaskan produk serta membebaskan
enzim.
2. Teori Kecocokan yang terinduksi (Induced fit Theory)

Berdasarkan bukti dari kristalografi sinar X, analisis kimia sisi aktif enzim, serta teknik lain,
diduga bahwa sisi aktif enzim bukan merupakan bentuk yang kaku. Menurut teori kecocokan
yang terinduksi, sisi aktif enzim merupakan bentuk yang fleksibel. ketika substrat memasuki sisi
aktif enzim, bentuk sisi aktif termodifikasi melingkupinya membentuk kompleks. ketika produk
sudah terlepas dari kompleks, enzim kembali tidak aktif menjadi bentuk yang lepas, sehingga
substrat yang lain kembali bereaksi dengan enzim tersebut.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERJA ENZIM

1. Suhu

Kecepatan reaksi enzimatik akan meningkat sejalan dengan meningkatnya suhu sampai pada titik
tertentu karena molekul substrat bergerak lebih cepat dan lebih sering bertumbukan dengan
tempat sisi aktif. Namun, diluar suhu tersebut, laju reaksi enzimatik akan menurun drastis akibat
terputusnya ikatan hidrogen dan ikatan ionik lainnya yang merangkai molekul enzim. Hal ini
menyebabkan enzim mengalami denaturasi (terjadi perubahan atau modifikasi terhadap
konformasi protein). Setiap enzim memiliki suhu optimal, yaitu suhu ketika laju reaksi enzim
paling cepat. Sebagian besar enzim manusia memiliki suhu optimal sekitar 350C – 400 C. Pada
suhu di atas dan di bawah optimalnya , aktivitas enzim berkurang. Pada suhu di bawah 00C,
enzim tidak dapat bekerja tetapi enzim tidak rusak sehingga jika keadaan suhu normal kembali
enzim dapat bekerja lagi. Pada suhu tinggi di atas 550C, enzim akan rusak.

2. Derajat Keasaman (pH)

Sebagian besar enzim memiliki pH optimal sekitar 6-8. Namun, pepsin (enzim pencernaan
lambung) bekerja paling baik pada lingkungan asam, yaitu pH 2. Tripsin dalam usus bekerja
pada lingkungan basa dengan pH optimal 8.
3. Inhibitor ( Zat Penghambat)

Pestisida seperti DDT (dichloro diphenyl trichloroethane), dieldrin, endrin, karbamat, dan
paration dapat membunuh hama, hewan, bahkan manusia dengan menghambat kerja enzim
asetilkolinesterase (enzim sistem saraf). Contoh inhibitor lainnya adalah aspirin yang digunakan
sebagai obat. Aspirin menginhibisi enzim COX-1 dan COX-2 yang memproduksi pembawa
pesan peradangan prostaglandin sehngga dapat menekan peradangan dan rasa sakit. Ada dua
macam inhibitor enzim, yaitu inhibitor kompetitif dan inhibitor non-kompetitif.
Perbandingan laju reaksi yang dipengaruhi oleh inhibitor kompetitif, nonkompetitif dan tanpa
inhibitor

Inhibitor kompetitif adalah molekul penghambat yang cara kerjanya bersaing dengan substrat
untuk mendaptkan sisi aktif enzim. Contohnya, sianida bersaing dengan oksigen untuk
mendapatkan hemoglobin dalam rantai respirasi terakhir. Inhibitot kompetitif dapat diatasi
dengan cara penambahan konsentrasi substrat.

Inhibitor non-kompetitif adalah molekul penghambat enzim yang bekerja dengan cara
melekatkan diri pada luar sisi aktif, sehingga bentuk enzim berubah, dan sisi aktif tidak dapat
berfungsi. Inhibitor ini tidak dapat dipengaruhi oleh konsentrasi substrat.
Inhibitor
enzim: (a) inhibitor kompetitif dan (b) inhibitor non-kompetitif

4. Aktivator

Aktivator merupakan molekul yang mempermudah ikatan antara enzim dengan substrat.
Biasanya zat ini bergabung dengan enzim pada tempat yang disebut sisi alosterik sehingga
disebut efektor alosterik. Penggabungan antara efektor alosterik dan enzim menyebabkan
perubahan pada bentuk molekul enzim sehingga sisi aktif enzim cocok dengan substrat dan kerja
enzim menjadi lebih efektif. Contohnya ion klorida (Cl) yang mengaktifkan amilase dalam saliva
(air ludah).

Perbedaan antara aktivator enzim dan inhibitor enzim

4. Konsentrasi Enzim

Semakin tinggi konsentrasi enzim, semakin cepat proses terjadinya reaksi. Konsentrasi enzim
berbanding lurus dengan laju reaksi.
5. Konsentrasi Substrat

Jika sisi aktif enzim belum bekerja seluruhnya, penambahan konsentrasi substrat dapat
mempercepat terjadinya reaksi. Namun, jika semua sisi aktif enzim sudah bekerja, penambahan
konsentrasi substrat tidak akan mempercpat reaksi. Dengan kata lain, konsentrasi substrat berada
pada titik jenuh atau kecepatan reaksi sudah maksimal.
6. Zat Hasil (Produk)

Dalam kondisi normal, reaksi awal akan berlangsung secara cepat. Namun, jika sudah terbentuk
penimbunan produk, laju reaksi akan melemah. Jika penimbunan produk disingkirkan, reaksi
akan kembali cepat.
METABOLISME LEMAK
9 Agustus 2020 oleh evhairawati

Oksidasi Asam Lemak Jenuh

Lemak dalam tubuh tidak hanya berasal dari makanan yang mengandung lemak, tetapi dapat
pula berasal dari karbohidrat dan protein. Hal ini dapat terjadi karena ada hubungan antara
metabolism karbohidrat lemak dan protein atau asam amino. Asam lemak yang terjadi pada
proses hidrolisis lemak, mengalami proses oksidasi dan menghasilkan asetil koenzim A. Salah
satu hipotesis yang dapat diterima ialah bahwa asam lemak terpotong 2 atom karbon setiap kali
oksidasi. Oleh karena oksidasi terjadi pada atom karbon ß, maka oksidasi tersebut dinamakan ß
oksidasi.

Proses penguraian
asam lemak (ß oksidasi)
Katabolisme lemak terjadi di dalam matriks mitokondria dan disebut dengan ß oksidasi. Asam
lemak  masuk ke dalam mitokondria melalui suatu shuttle yang disebut karnitin shuttle. Hal ini
terjadi karena membran dalam mitokondria tidak dapat  dilewati asam lemak. Mekanisme
shuttle, yaitu asam lemak sitoplasma mula-mula berikatan dengan KoA dan dikatalisis oleh
tiokinase, membentuk asil KoA. Selanjutnya, asam asil KoA menyumbangkan gugus asilnya ke
karnitin, membentuk asil karnitin. Asil karnitin inilah yang membawa asam lemak memasuki
matriks mitokondria. Pada proses ini dibutuhkan energi 2  molekul ATP (ATP
……..  AMP + PPi). Proses lintasan ß oksidasi merupakan serangkaian reaksi yang bertujuan
membuang 2 karbon dari ujung gugus karboksil asam lemak dan dikeluarkan dalam bentuk asetil
KoA. Prosesnya terdiri atas 4 tahap reaksi, yaitu dehidrogenase (reaksi pelepasan hidrogen),
hidrasi (penambahan H2O), oksidasi (pelepasan elektron), dan tiolisis (pengeluaran asetil KoA
dari ratai asam lemak). Hal ini mengakibatkan asam lemak mengalami pemendekan secara terus
menerus. Reaksi pertama ß oksidasi ialah oksidasi asil KoA oleh enzim asil KoA dehidrogenase
dengan bantuan FAD sebagai koenzimnya. Reaksi ini membentuk ikatan rangkap antara atom C
kedua dan ketiga. Selanjutnya, ikatan rangkap mengalami hidrasi, yang kemudian karbon ke 3
(ß) mengalami oksidasimembentuk 3 ketoasil KoA. Pada reaksi ini NAD berfungsi sebagai
koenzimnya . Akhirnya, KoA bebas membentuk ikatan dengan karbon yang baru dioksidasi dan
mengeluarkan asetil KoA dari rantai asam lemak. Asil KoA yang lebih pendek menjadi substrat
untuk reaksi selanjutnya. Asetil KoA yang dihasilkan dari ß oksidasi akan memasuki siklus
Krebs untuk melanjutkan reaksi seperti respirasi aerob. Coba kamu bandingkan , setiap 3
molekul glukosa (sebanding dengan asam lemak beratom 18 karbon) melalui proses glikolisis
dan dekarboksilasi oksidatif di hasilkan 6 asetil-KoA, 12 NADH dan 6 ATP. Sedangkan, jika
asam lemak beratom 18 karbon melalui ß oksidasi membutuhkan 2 ATP akan dihasilkan 9 asetil
KoA, 6 FADH2, dan 6 NADH. Jika proses ini dilanjutkan  hingga membentuk ATP, sekarang
kamu bias menghitung jumlah ATP yang dihasilkan dengan perbandingan jumlah atom karbon
yang sama.
(a) ß
oksidasi (b) asetil KoA

Contoh perhitungan jumlah ATP hasil oksidasi asam lemak C16 palmitoil-KoA  

Palmitoil-KoA + 7 KoA-SH + 7FAD + 7NAD+ + 7 H2O  (proses ß oksidasi) 8 asetil KoA + 7


FADH2 + 7 NADH+ + 7H+

Untuk 1 asetil KoA melalui siklus Krebs 1 ATP + 7 FADH2 + 3 NADH+ + 16 CO2

Total hasil katabolisme asam lemak C16 palmitoil-KoA (setelah melalui tahapan transport
elektron)

34 NADH+  X 3           = 102 ATP

15 FADH2   X 2          = 30 ATP

ATP langsung             = 8 ATP

            =140 ATP – 2 (aktivasi) = 138 ATP


Gliserol merupakan senyawa yang mempunyai 3 atom C adalah hasil pemecahan lemak
kemudian diubah menjadi gliseraldehid 3-fosfat, selanjutnya gliseraldehid 3-fosfat mengikuti
jalur glikolisis akan menjadi piruvat. Asam lemak sendiri akan pecah menjadi molekul-molekul
yang mempunyai 2 atom C, selanjutnya akan diubah lagi menjadi asetil koenzim A. Dengan
demikian satu molekul glukosa akan menghasilkan 2 asetil koenzim A dan 1 molekul lemak
yang mempunyai C sejumlah 18 dapat menghasilkan 10 asetil koenzim A, sehingga kita dapat
mengetahui bahwa selama dalam proses katabolisme, energi yang dihasilkan lemak jauh lebih
besar dibandingkan dengan energi yang dihasilkan karbohidrat. Perlu Anda ingat bahwa 1 gram
karbohidrat dapat menghasilkan energi sebesar 4,1 kalori, sedangkan 1 gram lemak dapat
menghasilkan energi sebesar 9 kalori.
Perubahan gliserol menjadi Gliseladehid 3 Fosfat yang selanjutnya pd tahap glikolosis menjadi
piruvat.
Metabolisme gliserol

Gliserol sebagai hasil hidrolisis lemak (trigliserida) dapat menjadi sumber energi. Gliserol ini
selanjutnya masuk ke dalam jalur metabolisme karbohidrat yaitu glikolisis. Pada tahap awal,
gliserol mendapatkan 1 gugus fosfat dari ATP membentuk gliserol 3-fosfat. Selanjutnya senyawa
ini masuk ke dalam rantai respirasi membentuk dihidroksi aseton fosfat, suatu produk antara
dalam jalur glikolisis.
Oksidasi asam lemak (oksidasi beta)

Untuk memperoleh energi, asam lemak dapat dioksidasi dalam proses yang dinamakan oksidasi
beta. Sebelum dikatabolisir dalam oksidasi beta, asam lemak harus diaktifkan terlebih dahulu
menjadi asil-KoA. Dengan adanya ATP dan Koenzim A, asam lemak diaktifkan dengan
dikatalisir oleh enzim asil-KoA sintetase (Tiokinase).

Dalam oksidasi beta, asam lemak masuk ke dalam rangkaian siklus dengan 5 tahapan proses dan
pada setiap proses, diangkat 2 atom C dengan hasil akhir berupa asetil KoA. Selanjutnya asetil
KoA masuk ke dalam siklus asam sitrat. Dalam proses oksidasi ini, karbon β asam lemak
dioksidasi menjadi keton.
Bagan
metabolisme protein

Pada umumnya protein merupakan enzim  atau subunit enzim. Suatu protein merupakan untaian
dari asam amino yang saling berikatan melalui suatu ikatan peptida. Ikatan peptida merupakan
suatu ikatan kovalen antara gugus α-amino dari suatu asam amino dengan gugus α-karboksilat
dari asam amino lainnya. Ketika dua asam amino bergabung dengan satu ikatan peptida maka
dinamakan dipeptida. Penambahan sejumlah asam amino menghasilkan rantai yang panjang dari
gabungan asam-asam amino yang dinamakan oligopeptida (mengandung sampai 25 residu asam
amino) dan polipeptida (mengandung > 25 residu asam amino).

Mekanisme Metabolisme Katabolisme Protein

Asam amino dapat di manfaatkan menjadi energi ATP yang dibutuhkan tubuh melalui tiga jalur
katabolisme protein yang berbeda seperti berikut:

1. Katabolisme protein- Asam amino- Asam piruvat

Jalur katabolisme protein yang pertama diawali dengan konversi asam amino menjadi asam
piruvat. Kemudian asam amino dirubah lagi menjadi asetil KoA dan yang terakhir asetil KoA
memasuki siklus krebs untuk mendapatkan energi ATP

2. Katabolisme protein- Astil KoA – Suklus Krebs


Jalur katabolisme protein yang kedua adalah asam amino dimanfaatkan melalui pembentukan
asetil KoA terlebih dahulu. Kemudian setil KoA memasuki siklus Krebs untuk pembentukan
energi.

3. Katabolisme protein- Siklus Krebs

Jalur katabolisme protein ketiga adalah asam amino dimanfaatkan dengan cara langsung
memasuki siklus Krebs untuk menghasilkan energi ATP

Berdasarkan biosintesis Asam amino tebagi dua jenis Asam amino yaitu :

 Essential : Histidin, Isoleusin, Leusin, Lysin, Metionin, Fenilalanin, Treonin, Triftofan,


Valin.
 Nonessential : Alanin, Arginin, Asparagin, Asam aspartat, Cysteine, Asam glutamat,
Glutamine, Glycine, Proline, Serine, Tyrosine, Hydroxylysine, Hydroxyproline.

Asam amino essential adalah asam amino yang tidak dapat di sintesis oleh tubuh dan berasal dari
makanan yang kita makan. Sedangkan asam amino non essential adalah asam amino yang dapat
disintesis oleh tubuh dan yang berasal dari tubuh.

Reaksi Transaminasi asam amino

Katabolisme asam amino terjadi melalui reaksi transaminasi yang melibatkan pemindahan gugus
amino secara enzimatik dari satu asam amino ke asam amino lainnya. Enzim yang terlibat dalam
reaksi ini adalah transaminase atau aminotransaminase. Enzim ini spesifik bagi ketoglutarat
sebagai penerima gugus amino namun tidak spesifik bagi asam amino sebagai pemberi gugus
amino. Transaminase mempunyai gugus prostetik, piridoksal fosfat, pada sisi aktifnya yang
berfungsi sebagai senyawa antara pembawa gugus amino menuju ketoglutarat. Molekul ini
mengalami perubahan dapat balik di antara bentuk aldehidanya ( piridoksal fosfat), yang dapat
menerima gugus amino, dan bentuk teraminasinya (piridoksamin fosfat).

Dalam reaksi ini tidak terjadi deaminasi total, karena ketoglutarat teraminasi pada saat asam
amino mengalami deaminasi. Dan reaksinya bersifat dapat balik karena tetapan
keseimbangannya mencapai 1.0. Tujuan keseluruhan reaksi transaminasi adalah mengumpulkan
gugus amino dari berbagai asam amino ke bentuk asam amino glutamat. Ada sekitar 12 asam
amino protein yang mengalami reaksi transaminasi dalam proses degradasinya. Beberapa asam
amino lain mengalami proses deaminasi dan dekarboksilasi.

 Reaksi Deaminasi Asam amino

Proses deaminasi asam amino dapat terjadi secara oksidatif dan non oksidatif. Contoh asam
amino yang mengalami proses deaminasi oksidatif adalah asam glutamat. Reaksi degradasi asam
glutamat dikatalis oleh enzim L- glutamat dehidrogenase yang dibantu oleh NAD atau NADP.
Asam glutamate melepaskan gugus amono dalam bentuk NH4+.

Pembentukan Asetil Koenzim A

Terdapat dua jalur metabolik yang menuju kepada pembentukan asetil koenzim A, yaitu melalui
asam piruvat dan melalui asam asetoasetat.
Asam-asam amino yang menjalani jalur metabolik melalui asam piruvat ialah alanin, sistein,
glisin, serin dan treonin. Alanin menghasilkan asam piruvat dengan langsung pada reaksi
transaminasi dengan asam α ketoglutarat. Serin mengalami reaksi dehidrasi dan deaminasi oleh
enzim serin α dehidratase. Treonin diubah menjadi glisin dan asetaldehida oleh enzim treonin
aldolase. Glisin kemusian diubah menjadi asetil koenzim A melalui pembentukan serin dengan
jalan penambahan satu atum karbon, seperti metal, hidrosi metal dan formil. Koenzim yang
bekerja disini adalah tetrahidrofolat.

Jumlah ATP katabolisme asam glutamat

Penjelasan Siklus asam sitrat

Menurut Poedjiadi (1994) bahwa siklus asam sitrat adalah serangkaian reaksi kimia dalam sel
yaitu pada mitokondria, yang berlangsung secara berurutan dan berulang. Tujuannya adalah
mengubah asam piruvat menjadi CO2,H2O atau sebaliknya dan sejumlah energi. Proses ini
adalah proses oksidasi dengan menggunakan oksigen atau aerob. Siklus asam sitrat ini disebut
juga siklus Krebs, menggunakan nama Hans Krebs seorang ahli biokimia yang banyak jasa atau
sumbanganya dalam dalam penelitian tentang metabolisme karbohidrat. Reaksi reaksi kimia ini
yang berhubungan dengan siklus asam sitrat serta reaksi dalam siklus ini akan dibahas satu per
satu.

a. Pembentukan asetil koenzim A (Asetil KoA)

 Asetil KoA dibentuk pada reaksi antara asam piruvat dengan koenzim A. Reaksi pembentukan
asetil KoA menggunakan kompleks piruvatdehidrogenase 17 sebagai katalis yang terdiri atas
beberapa enzim. Reaksi khas glukoneogenesis (Gambar 5) ditunjukkan oleh panah tebal, panah
biasa menunjukkan reaksi yang terdapat pada proses glikolisis.
Koenzim yang ikut dalam reaksi ini ialah tiamin pirofosfat (TPP), NAD+ , asam lipoat dan ion
Mg++ sebagai aktivato. Reaksi tersebut bersifat tidak reversibel dan asetil KoA yang terjadi
merupakan penghubung antara proses glikolisis dengan siklus asam sitrat.

Asetil koenzim A merupakan senyawa penghubung antara metabolisme asam amino dengan
siklus asam sitrat. Asam piruvat dan asam asetoasetat adalah dua jalur metabolik yang menuju
kepada pembentukan asetil koenzim A.

2. Pembentukan asam sitrat

Asetil KoA adalah senyawa berenergi tinggi dan dapat berfungsi sebagai zat pemberi gugus
asetil atau dapat ikut dalam reaksi kondensasi.
Dengan cara kondensasi asam sitrat dibentuk oleh asetil KoA dengan asam oksaloasetat. Enzim
yang bekerja sebagai katalis adalah strat sintetase. Asam sitrat yang terbentuk merupakan salah
satu senyawa dalam siklus asam sitrat.

3. Pembentukan asam isositrat

Asam sitrat kemudian diubah menjadi asam isositrat melalui asam akonitat.

Pada reaksi tersebut enzim yang bekerja ialah akonitase. Terdapat 90% asam sitrat, 4% asam
akonitat dan 6% asam isositrat pada reaksi ini, tetapi asam isositrat akan segera diubah menjadi
asam ketoglutarat sehingga keseimbangan akan bergeser ke kanan.

4. Pembentukan asam α ketoglutarat

Pada reaksi pembentukan asam α ketoglutarat, asam isositrat diubah menjadi asam
oksalosuksinat, kemudian diubah lebih lanjut menjadi asam α ketoglutarat.
Enzim isositrat dehidrogenase bekerja pada reaksi pembentukan asam oksaluksinat dengan
koenzim NADP+ , sedangkan enzim karboksilase bekerja pada reaksi berikutnya. Pada reaksi
yang kedua ini disamping asam α ketoglutarat, dihasilkan pula CO2. 1 mol asam isositrat yang
diubah, dihasilkan 1 mol NADPH dan 1 mol CO2. Koenzim yang digunakan adalah NADPH dan
NAD.

5. Pembentukan suksinil KoA

Asam α ketoglutarat diubah menjadi suksinil KoA dengan jalan dekarboksilasi oksidatif.

Reaksi analog dengan reaksi pembentukan asetil KoA terbentuk dari asam piruvat. Koenzim TPP
dan NAD+ diperlukan dalam reaksi pembentukan suksinil KoA. Reaksi berlangsung antara asam
α ketoglutarat dengan koenzim A menghasilkan NADPH dan suksinil KoA kemudian
melepaskan CO2. Hal yang menarik pada reaksi ini ialah ketidakreversibelnya pembentukan
asam α ketoglutarat yang diubah menjadi suksinil KoA, sehingga siklus asam sitrat secara asam
isositrat asam oksalosuksinat asam α ketoglutarat asam α ketoglutarat suksinil koenzim A 21
keseluruhan bersifat tidak reversibel. Suksinil KoA adalah senyawa berenergi tinggi dan akan
diubah menjadi asam suksinat.

6. Pembentukan asam suksinat

Asam suksinat terbentuk dari suksinil KoA dengan cara melepaskan koenzim KoA serta
pembentukan guanosin trifosfat (GTP) dari guanosin difosfat (GDP).
Enzim suksinil KoA sintetase bekerja pada reaksi yang bersifat reversibel. Gugus fosfat yang
terdapat pada molekul GTP segera dipindahkan kepada ADP. Nukleosida difosfokinase
merupakan katalis dalam reaksi ini.

a. 7. Pembentukan asam fumarat

Dalam reaksi asam fumarat, asam suksinat diubah menjadi asam fumarat melalui proses oksidasi
dengan menggunakan enzim suksinat dehidrogenase dan FAD sebagai koenzim.

7. Pembentukan asam malat

Asam malat terbentuk dari asam fumarat dengan cara adisi molekul air. Enzim fumarase bekerja
sebagai katalis dalam reaksi ini.
8. Pembentukan asam oksaloasetat

Tahap akhir dalam siklus asam sitrat ialah dehidrogenase asam malat untuk membentuk asam
oksaloasetat.

Malat dehidrogenase adalah enzim yang bekerja pada reaksi asam oksaloasetat. Oksaloasetat
kemudian bereaksi dengan asetil koenzim A dan asam sitrat yang terbentuk kemudian bereaksi
lebih lanjut dalam siklus asam sitrat. Demikian reaksi-reaksi tersebut berlangsung terus-menerus
dan berulang kali.

Metabolisme beberapa asam amino

a. Leusin

Leusin dapat diubah menjadi asam keto melalui reaksi transaminasi oksidatif. Kemudian asam
keto ini melalui beberapa tahap reaksi diubah menjadi asetil KoA.

Salah satu senyawa yang terbentuk dalam tahap reaksi tersebut ialah β hidroksi β metil glutamil
KoA (HMG CoA), yang juga merupakan salah satu zat antara dalam biosintesis kolesterol
Hal tersebut merupakan salah satu contoh hubungan antara metabolisme protein, lemak dan
karbohidrat. Leusin adalah salah satu asam amino esensial yang disintesis oleh organisme mikro
atau tumbuhan dari asam piruvat.

2. Arginin

Dalam siklus urea, yaitu siklus reaksi-raksi yang menghasilkan urea dari CO2 dan NH3, arginin
merupakan salah satu senyawa pada siklus tersebut. Arginin diubah oleh enzim arginase menjadi
ornitin dan urea. Selanjutnya sebagian dari ornitin dapat diubah menjadi prolin dan asam
glutamat yang kemudian dapat pula diubah menjadi asam ketoglutarat yang masuk dalam siklus
asam sitrat.

3. Threonin

Threonin mengalami metabolisme yang serupa dengan serin. Asam ketobutirat kemudian diubah
menjadi propionil KoA yang selanjutnya diubah menjadi suksinil KoA.

Dengan cara pemecahan molekulnya metabolisme threonin dapat diubah menjadi glisin dan
asetaldehida

Reaksi pemecahan molekul threonin berlangsung oleh enzim aldolase threonin dan
piridoksalfosfat sebagai koenzim. Biosintesis threonin berasal dari asam aspartat melalui
beberapa tahap reaksi sebagai berikut
4. Valin

Melalui beberapa tahap reaksi, valin dapat diubah menjadi suksinil KoA yang kemudian masuk
kedalam siklus asam sitrat. Dalam metabolisme ini, valin mula-mula diubah menjadi asam
ketoisovalerat dengan cara transaminasi. Selanjutnya asam ketoiso dan valerat diubah berturut-
turut menjadi isobutiril KoA dan suksinil KoA.

Biosintesis valin hanya terjadi dalam tumbuhan dan organisme mikro. Biosintesis ini diawali dari
asam piruvat yang berturut-turut diubah menjadi asetolaktat, α, β dihidroksi isovalerat, α-
ketoisovalerat, dan kemudian valin.
5. Fenilalanin

Fenilalanin dapat diubah menjadi tirosin yang kemudian melalui beberapa tahap reaksi dapat
diubah menjadi asam formiat dan asam asetoasetat. Reaksi glutamat ketoisovalerat transaminase
42 pembentukan tirosin dan fenilalanin adalah reaksi tidak reversible, artinya fenilalanin tidak
dapat dibentuk dari tirosin dan karenanya fenilalanin adalah asam amino esensial sedangkan
tirosin merupakan asam amino non esensial.
Biosintesis fenilalanin terjadi pada organisme mikro dan dapat dibentuk dari asam fosfoenol
piruvat dan eritrosa-4-fosfat. Kedua jenis ini melalui beberapa tahap reaksi dapat membentuk
asam fenilpiruvat yang selanjutnya dengan reaksi transaminasi terbentuk fenilalanin.

6. Isoleusin

Metabolisme isoleusin mengalami reaksi transaminasi oksidatif sehingga terbentuk asam keto,
yaitu asam α keto β metil valerat. Kemudian asam ini melalui beberapa tahap reaksi diubah
menjadi asetil KoA dan propionil KoA. Asetil KoA dapat langsung masuk dalam siklus asam
sitrat. Isoleusin merupakan asam amino esensial yang disintesis dalam organisme mikro.
Biosintesis isoleusin tersebut dimulai dari asam α-ketobutirat yang dapat dibentuk dari threonin.
Melalui beberapa tahap reaksi asam ketobutirat diubah menjadi isoleusin.

7. Lisin

Lisin adalah suatu asam diamino monokarboksilat. Lisin dapat memberikan juga amino kepada
asam amino lain, tetapi tidak dapat dibentuk lisin kembali artinya tidak dapat proses reaminasi
setelah lisin mengalami reaksi deaminasi. Melalui beberapa tahap reaksi lisin dapat diubah
menjadi asam glutarat.
Lisin dapat terbentuk dari asam aspartat melalui dari beberapa tahap reaksi. Asam aspartat
diubah menjadi aspartat β semialdehida yang kemudian bereaksi dengan asam piruvat dan
membentuk lisin pada reaksi tahap akhir. Biosintesis lisin ini terjadi pada bakteri dari asam α
ketoglutarat dengan asetil KoA.

8. Histidin

Biosintesis histidin yang berlangsung pada organisme mikro terdiri atas beberapa tahap reaksi
yang berawal dari reaksi kondensasi antara fosforibosil pirofosfat dengan ATP, yang dibantu
oleh ATP fosforilase sebagai katalis.

9. Methionin

 Methionin dapat diperoleh dari hasil hidrolisis kasein. Struktur molekul methionin berupa gugus
metil. Gugus metil dalam molekul methionin dapat dipindahkan pada molekul senyawa lain,
sehingga methionin seringkali disebut sebagai molekul donor gugus metil. Biosintesis methionin
berawal dari asam 45 aspartat. Proses biosintesis methionin dapat berlangsung pada tumbuhan
dan organisme mikro.
KATABOLISME KARBOHIDRAT, LEMAK
DAN PROTEIN
12 Agustus 2020 oleh evhairawati

Jumlah ATP yang dihasilkan dalam katabolisme setiap molekul protein sama dengan
karbohidrat, yaitu 38 ATP. Sementara itu, setiap satu molekul lemak dapat menghasilkan 46
ATP. Lemak dapat berasal dari makanan maupun jaringan lemak yang tersimpan di bawah kulit.
Lemak dikatabolisme menjadi gliserol dan asam lemak. Gliserol di ubah menjadi PGAL
(gliseraldehida fosfat), kemudian masuk ke jalur respirasi glikolisis. Asam lemak diubah menjadi
molekul-molekul asetil ko-A, kemudian masuk ke siklus krebs.

Protein dihidrolisis menjadi asam, amino. Asam amino dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar
setelah mengalami deaminasi (pelepasan nitrogen). Bahan yang tersisa kemudian masuk ke jalur
respirasi. Asam amino gliserin, serin, alanin, dan sistein, masuk ke jalur respirasi reaksi transisi
setelah diubah menjadi asam piruvat. Asam amino fenilalanin, isoleusin, leusin, treonin, lisin,
triptofan, dan tirosin masuk ke siklus Krebs setelah di ubah menjasi asetil KoA. Asparagin dan
asam aspartat masuk ke siklus Krebs setelah di ubah menjadi asam oksaloasetat. Sementara itu,
glutamine, glutamate, arginin, histidin, dan prolin masuk ke siklus Krebs setelah di ubah menjadi
asam α-ketoglutarat.
ANABOLISME
21 Agustus 2020 oleh evhairawati

Anabolisme merupakan penyusunan senyawa kompleks organik dari senyawa-senyawa


sederhana membutuhkan sejumlah energi yang berasal dari cahaya atau dari reaksi kimia. Jika
sumber energinya berasal dari cahaya disebut fotosintesis, sedangkan jika sumber energi berasal
dari zat kimia disebut kemosintesis.

KLOROPLAS

Semua bagian yang berwarna hijau pada tumbuhan, termasuk batang hijau dan buah yang belum
matang, memiliki kloroplas, tetapi daun merupakan tempat utama berlangsungnya fotosintesis
pada sebagian besar tumbuhan. Warna daun berasal dari klorofil, pigmen warna hijau yang
terdapat di dalam kloroplas. Energi cahaya yang diserap klorofil inilah yang menggerakkan
sintesis molekul makanan dalam kloroplas. Kloroplas ditemukan terutama dalam sel mesofil,
yaitu jaringan yang terdapat di bagian dalam daun. Karbondioksida masuk ke daun, dan oksigen
keluar melalui pori mikroskopis yang disebut stomata. Air yang diserap oleh akar dialirkan ke
daun melalui berkas pembuluh. Daun juga menggunakan berkas pembuluh untuk mengirimkan
gula ke akar dan bagian-bagian dari tumbuhan yang tidak berfotosintesis.
Pada umumnya sel mesofil memiliki kira-kira 30 sampai 40 kloroplas, masing-masing adalah
organel berbentuk semangka berukuran kira-kira  2-4 µm kali 4 -7 µm.  Suatu selubung yang
terdiri dari dua membran melingkupi stroma, fluida kental di dalam kloroplas. Sistem halus yang
berupa membran tilakoid yang saling terhubung memisahkan stroma dari ruangan lain, yaitu
ruang tilakoid (atau lumen). Di beberapa tempat, kantong tilakoid bertumpuk dalam kolom yang
disebut grana. Klorofil terdapat dalam membran tilakoid.  

Pigmen penyerap cahaya yang tersusun atas klorofil a serta klorofil b terdapat pada membran
tilakoid dan membentuk kelompok-kelompok  yang disebut fotosistem. Fotosistem  merupakan
satuan fungsional penangkap cahaya. Satu fotosintesis tersusun oleh sekitar 200 molekul klorofil.
Fotosistem ada dua, yaitu fotosistem I (FS I) dan Fotosistem II (FS II). Fotosistem I sebagian
besar tersusun oleh klorofil a sehingga menyerap cahaya dengan panjang gelombang antara 600 -
700 nm. Fotosistem II tersusun oleh lebih banyak klorofil b sehingga menyerap cahaya dengan
panjang gelombang 400 -500 nm. Di dalam fotosistem terdapat molekul pigmen khusus berupa
klorofil a yang dikombinasikan dengan protein khusus yang disebut pusat reaksi. Klorofil
lainnya selain pusat reaksi disebut penangkap cahaya atau molekul antena. Sesuai dengan
namanya, pigmen-pigmen ini berfungsi untuk menyerap energi cahaya dan mengirimkannya ke
pusat reaksi untuk di ubah menjadi energi kimia. Klorofil a dapat menyerap cahaya merah dan
biru-ungu. Klorofil b dapat menyerap cahaya biru dan jingga. Sementara itu, karetenoid
menyerap cahaya biru-hijau. Perbedaan klorofil a dengan klorofil b, yaitu klorofil a berwarna
hijau dan mempunyai gugus R=-CH3, sedangkan klorofil b berwarna kuning hingga jingga dan
mempunyai gugus 

Klorofil a berperan langsung dalam reaksi terang fotosintesis (reaksi yang menggunakan
cahaya), kedudukannya di dalam fotosistem sebagai pusat reaksi, dimana terjadi reaksi kimiawi
pertama fotosintesis yang menggunakan cahaya. Dalam reaksi reduksi-oksidasi, klorofil a yang
menyerap cahaya akan mentransfer satu elektronnya ke aseptor elektron primer. Selanjutnya,
melalui siklus elektron, klorofil yang kehilangan satu elektron tersebut akan menangkap elektron
kembali sehingga klorofil menjadi normal.
Tahapan Reaksi Fotosintesis

Proses fotosintesis merupakan rangkaian reaksi yang diawali dari penyerapan cahaya hingga
dihasilkannya senyawa organik glukosa. Fotosintesis terdiri atas dua tahapan, yaitu reaksi terang
dan reaksi gelap

1. Reaksi terang

Reaksi terang dikemukakan pertama kali oleh C.B.Van Niel, seorang ahli mikrobiologi dari
Amerika tahun 1930-an. Van Niel meneliti peranan cahaya pada proses fotosintesis bakteri
belerang ungu. Bakteri ini menggunakan energI cahaya matahari dan CO2 untuk menyusun
karbohidratnya seperti yang dilakukan oleh tumbuh-tumbuhan. Fotosintesis pada bakteri ini tidak
menggunakan air (H2O), melainkan menggunakan H2S. Fotosintesis tersebut tidak membebaskan
oksigen (O2), tetapi membebaskan unsur belerang (S) berupa titik-titik sulfur berwarna kuning.

Reaksi fotosintesis pada bakteri belerang ungu adalah sebagai berikut:


Van Niel berkesimpulan bahwa semua organisme fotosintetik memerlukan hidrogen  (H) untuk
membuat gula. Namun, hidrogen dapt diperoleh dari beberapa sumber lainnya, seperti H2S dan
H2O.

Reaksi terang adalah reaksi yang mengubah energi cahaya menjadi energi kimia berupa ATP dan
NADPH (nicotinamide adenine dinucleotide phosfat hydrogen). Reaksi terang terjadi di grana
(tumpukan tilakoid) dalam kloroplas. Pada reaksi terang, diperlukan H2O, ADP, dan cahaya
matahari. Hasil akhir reaksi terang, yaitu NADPH, ATP, dan dibebaskan O2. O2 yang dibebaskan
berasal dari pemecahan air (fotolisis) yang telah dibuktikan dengan menggunakan isotope 18O
oleh S. Ruben, M.D. Kamen, dan Robin Hill sehingga reaksi terang disebut juga reaksi Hill.
Dalam reaksi terang, terdapat dua rute aliran electron, yaitu siklik dan nonsiklik.

a. Aliran elektron nonsiklik

Aliran elektron nonsiklik memiliki rantai transport elektron yang lebih panjang dan
menggunakan fotosistem I maupun fotosistem II. Mekanisme Aliran elektron nonsiklik

Adalah sebagai berikut:

 Klorofil a (P680) pada fotosistem II menyerap cahaya.


 Elektron berenergi tinggi dari klorofil a terlepas (tereksitasi) dan ditangkap oleh akseptor
elektron primer fotosistem II.
 Klorofil a (P680) menjadi klorofil a+ karena kehilangan elektronnya (teroksidasi).
 Air (H2O) yang terkena cahaya matahari melepaskan elektronnya (e–), terurai menjadi 2
ion hidrogen (H+) dan 1 atom oksigen. Satu atom oksigen akan bergabung dengan atom
oksigen lainnya membentuk oksigen (O2).
 Elektron yang dilepas air akan ditangkap oleh klorofil a+ sehingga klorofil a menjadi
normal kembali.
 Elektron yang ditangkap oleh akseptor primer fotosistem II dialirkan ke plastokinon (Pq),
kemudian ke kompleks sitokrom, dan  ke plastosianin (Pc). Plastokinon, kompleks
sitokrom, dan plastosianin merupakan rantai transport elektron pada kloroplas.
 Bersamaan dengan peristiwa tersebut, cahaya juga diserap oleh klorofil a (P700) pada
fotosistem I sehingga klorofil a (P700) menjadi klorofil a+ (teroksidasi)
 Electron dari plastosianin di tangkap oleh klorofil a+ fotosistem I sehingga klorofil a
fotosistem I tersebut menjadi normal kembali.
 Setiap perpindahan elektron menghasilkan energi (eksergonik), energi tersebut digunakan
oleh membran tilakoid untuk menyusun ATP dari ADP. Reaksi penyusunan ATP tersebut
disebut fotofosforilasi karena dikendalikan oleh cahaya. Fotofosforilasi pada Aliran
elektron nonsiklik disebut fotofosforilasi nonsiklik.
 Elektron yang dilepaskan oleh klorofil a fotosistem I pada saat terkena cahaya, diterima
oleh akseptro elektron primer fotosistem I.
 Elektron dari akseptor primer fotosistem I dialirkan ke rantai transport elektron yang
terdiri atas feredoksin (Fd). Feredoksin merupakan protein yang mengandung besi (Fe).
 Elektron dari feredoksin dialirkan oleh enzim NADP+ reduktase ke NADP+.
 NADP+ menangkap elektron dari ion H+ menjadi NADPH. NADPH merupakan sumber
energi untuk menyintesis gula.
2. Aliran elektron siklik

Aliran elektron siklik hanya menggunakan fotosistem I.  Aliran elektron ini memiliki rantai
transport elektron lebih pendek dan bertujuan untuk menambah pasokan ATP, tetapi tidak
memproduksi NADPH. Tambahan pasokan ATP ini sangat  membantu pada tahap reaksi
fotosisntesisi selanjutnya, yaitu siklus Calvin (reaksi gelap). Siklus Calvin lebih banyak
membutuhkan ATP daripada NADPH, sedangkan aliran elektron nonsiklik menghasilkan ATP
dan NADPH dengan jumlah yang sama. Jadi, aliran elektron siklik terjadi jika kloroplas
kekurangan ATP untuk siklus Calvin. Mekanisme aliran elektron siklik adalah sebagai berikut:

 Klorofil a (P700) pada fotosistem I menyerap cahaya dan melepaskan elektronnya


sehingga menjadi klorofil a+ (teroksidasi).
 Elektron berenergi tinggi dari klorofil a dilepaskan, kemudian ditangkap oleh akseptor
primer fotosistem .
 Elektron pada akseptor primer fotosistem I di alitkan ke feredoksin (Fd).
 Elektron dari feredoksin (Fd) di kembalikan ke klorofil a+ fotosistem I melalui kompleks
sitokrom, kemudian ke plastosianin (pC) sehingga klorofil a menjadi normal kembali.
Dapat disimpulkan bahwa pada reaksi terang terjadi fotolisis, foto untuk pembentukan ATP, dan
pembentukan NADPH (khusus pada aliran elektron nonsiklik).

1. Fotolisis, yaitu reaksi pemecahan air oleh cahaya yang menghasilkan 2 ion hidrogen dan
1 atom oksigen. Satu atom oksigen akan bergabung dengan atom oksigen lainnya
membentuk O2 (oksigen). Reaksi fotolisis dapat dituliskan sebagai berikut:

2. Fotofosforilasi, yaitu pembentukan ATP dari ADP yang dikendalikan oleh cahaya.
Pembentukan ATP memerlukan energi yang berasal dari perpindahan elektron dari suatu
akseptror elektron ke akseptor elektron lainnya. Reaksi fotofosforilasi dapat di tuliskan sebagai
berikut:

3. Pembentukan NADPH hanya terjadi pada aliran elektron nonsiklik. Reaksi pembentukan
NADPH dapat dituliskan sebagai berikut:

2. Reaksi gelap (Siklus Calvin)


Reaksi gelap dikemukakan pertama kali pada tahun 1961 oleh Dr. Melvin Calvin dan Andrew
Benson sehingga disebut siklus Calvin. Reaksi tersebut dinamakan reaksi gelap karena tidak
memerlukan cahaya matahari. Reaksi gelap terjadi di stroma . zat yang diperlukan dalam reaksi
gelap, yaitu CO2, ATP, dan NADPH. Hasil akhir reaksi gelap adalah gliseraldehida 3-fosfat
(PGAL/gula berkarbon 3) atau glukosa (jika menggunakan 2 molekul gula berkarbon 3) ADP,
dan NADP+. Mekanisme siklus Calvin, terdiri atas 3 fase sebagai berikut:

 Fiksasi karbon, terjadi pengikatan CO2 oleh molekul organik bisfosfat atau RuBP (gula
berkarbon 5) dengan katalisator enzim rubisko (RuBP karboksilase) yang banyak
ditemukan dalam kloroplas. Fiksasi CO2 oleh RuBP menghasilkan zat intermediet
berkarbon 6 yang segera terurai menjadi molekul 3-fosfogliserat (PGA).
 Reduksi, molekul 3-fosfogliserat menangkap gugus fosfat dari ATP membentuk 1,3
bifosfogliserat. NADPH yang berasal dari reaksi terang melepaskan elektronnya untuk
mereduksi gugus 1,3 bifosfogliserat menjadi gliseraldehida 3 fosfat (G3P). satu molekul 
dari setiap 6 molekul gliseraldehida 3-fosfat akan membentuk 1 molekul gula berkarbon
3 sehingga untuk membentuk 1 molekul glukosa berkarbon 6 akan membutuhkan 2
molekul gula berkarbon 3 (memerlukan dua kali siklus Calvin).
 Regennerasi RuBP, sisa 5 molekul gliseradehida 3-fosfat akan mengikat fosfat dari
penguraian ATP untuk menyusun kembali RuBP. RuBP berfungsi sebagai akseptor CO2.
Jenis-Jenis Fotosintesis
( Perbandingan tanaman C3, C4 dan CAM)

Fotosistesis Tumbuhan C3 (daur Calvin)

Daur reaksi ini disebut daur C3 karena senyawa yang pertama kali dihasilkan adalah senyawa
dengan 3 atom karbon yaitu asam fosfogliserat dari CO2; ribulosa-1,5-bifosfat dan H2O.
Tumbuhan yang melaksanakan daur tersebut disebut tumbuhan C3. Dalam daur ini satu molekul
fosfogliseraldehida (PGAL) dibentuk dari fiksasi 3 molekul CO2. Reaksi keseluruhan adalah
sebagai berikut:

3 CO2 + 9 ATP + 6 NADPH2 →PGAL + 9 ADP + 8 iP + 6 NADP

Selanjutnya PGAL akan diubah menjadi glukosa. Daur ini terjadi pada gandum, padi dan bambu.

Fotosintesis Tumbuhan C4 (daur Hatch dan Slack)

Daur reaksi ini disebut daur C4 karena sebagian besar senyawa yang pertama kali dihasilkan
adalah senyawa dengan 4 atom karbon yaitu asam malat dan asam aspartat dan tumbuhan yang
melaksanakan daur tersebut disebut tumbuhan C4. Yang termasuk tumbuhan C4 adalah beberapa
spesies Gramineae di daerah tropis termasuk jagung, tebu, sorghum. Anatomi daun tumbuhan C4
unik yang dikenal dengan anatomi Kranz, yaitu terdapat sel-sel seludang parenkim yang
mengelilingi ikatan pembuluh dan memisahkannya

dengan sel-sel mesofil. Pada tumbuhan C4 terdapat pembagian kerja antara sel- sel mesofil dan
sel-sel seludang parenkim, yaitu pembentukan asam malat dan aspartat dari CO2 terjadi di sel-sel
mesofil, sedangkan daur Calvin berlangsung di sel-sel seludang parenkim. Tumbuhan C4
melakukan fiksasi karbon mendahului siklus Calvin dengan menghasilkan molekul berkarbon
empat (oksaloasetat) sehingga dinamakan tumbuhan C4. Fiksasi karbon dilakukan oleh enzim
fosfoenolpiruva (PEP) karboksilase yang memiliki afinitas lebih tinggi terhadap CO2 jika
dibandingkan rubisko. Oleh karena itu PEP karboksilase dapat memfiksasi CO2 lebih efektif
dibandingkan rubisko. Hal ini sangat bermanfaat ketika udara sedang terik dan daun menutup
stomata sehingga konsentrasi CO2 menjadi menurun. PEP karboksilase mula-mula mengkatalisis
reaksi antara fosfoenolpiruvat dengan CO2 sehingga menjadi oksalo asetat. Reaksi ini terjadi di
sel mesofil. Oksaloasetat kemudian dikirim ke sel seludang pembuluh. Di sel seludang
pembuluh, oksaloasetat dipecah menjadi fosfoenolpiruvat dan CO2. CO2 memasuki siklus
Calvin untuk menghasilkan gula.

Fotosintesis Tumbuhan CAM (Crassulacean Acid Metabolism)

Daur CAM merupakan fiksasi CO2 pada spesies sukulen anggota famili Crassulaceae (misalnya
kaktus, nenas). yang hidup di daerah kering, mempunyai daun tebal dengan rasio permukaan
terhadap volume rendah, laju transpirasi rendah, sel-sel daun mempunyai vakuola relatif besar
dan lapisan sitoplasma yang tipis. Fiksasi yang menghasilkan asam malat terjadi pada malam
hari pada saat stomata terbuka dan daur Calvin yang menghasilkan glukosa terjadi pada siang
hari pada saat stomata tertutup. Jadi fiksasi CO2 pada tumbuhan CAM mirip dengan tumbuhan
C4, perbedaannya pada tumbuhan C4 terjadi pemisahan tempat sedangkan pada tumbuhan CAM
terjadi pemisahan waktu. Kemampuan tumbuhan melaksanakan daur CAM ditentukan secara
genetis, tetapi kemampuan ini juga dikontrol oleh lingkungan. Umumnya CAM berlangsung
lebih cepat pada siang hari yang panas dengan tingkat cahaya yang tinggi dan malam hari yang
dingin dan tanah yang kering seperti di gurun. Fiksasi CO2 pada beberapa tumbuhan CAM dapat
beralih ke daur C3 setelah hujan atau suhu malam hari yang lebih tinggi daripada biasanya
karena stomata terbuka lebih lama pada pagi hari (Campbell et al., 2006).

Fotorespirasi

Rubisko juga dapat menerima O2 sebagai pengganti CO2. Ketika matahari sedang terik, daun
tumbuhan cenderung menutup stomatanya. Akibatnya terjadi peningkatan O2 di ruang udara di
dalam daun. Rubisko kemudian menambahkan O2 pada siklus Calvin. Produknya berupa
senyawa berkarbon dua (fosfoglikolat) yang kemudian dikirim ke luar dari kloroplas.
Mitokondria dan peroksisom berperan memecah molekul berkarbon dua tersebut menjadi CO2.
Proses ini disebut fotorespirasi karena proses ini terjadi dalam cahaya (foto) dan mengkonsumsi
O2. Selain bereaksi dengan CO2, enzim ribulosa bifosfat karboksilase yang mengkatalisis
pembentukan fosfogliserat dalam daur C3, juga dapat bereaksi dengan O2, sehingga pada kondisi
demikian enzim ini disebut ribulosa bisfosfat oksigenase. Aktivitas ribulosa bifosfat oksigenase
adalah mengubah satu molekul ribulosa bifosfat menjadi satu molekul asam fosfoglikolat dan
satu molekul asam fosfogliserat, bukan menjadi dua molekul asam fosfogliserat jika CO2 yang
difiksasi. Dengan demikian digunakan nama enzim rubisco (ribulosa bifosfat karboksilase
oksigenase) untuk menyatakan keterlibatan enzim tersebut dalam fiksasi CO2 dan O2. Ada 4 hal
penting yang perlu diperhatikan dalam jalur glikolat, yaitu:

1. Jalur glikolat terjadi pada 3 tempat, yaitu kloroplas, peroksisom dan mitokondria.
2. Reaksi oksidasi ini membentuk glikolat dan produk sampingan H2O2 dan oksidan kuat
yang beracun ini diuraikan oleh katalase dalam peroksisom.
3. Asam amino glisin dan serin dihasilkan.
4. Satu molekul CO2 dihasilkan dan satu molekul O2 diserap untuk tiap dua molekul
glikolat yang dioksidasi.

Oleh sebab itu daur glikolat disebut juga fotorespirasi karena terjadi pengambilan O2 dan
pembentukan CO2 oleh jaringan yang berfotosintesis pada saat ada cahaya.
Contoh tumbuhan C3 adalah padi, C4 adalah jagung, CAM adalah nanas

DNA
4 September 2020 oleh evhairawati

DNA (Deoxyribonucleic acid) ditemukan pertama kali oleh Friedrich Miescher pada tahun
1869 saat menyelidiki susunan kimiawi nukleus. DNA merupakan penyusun gen pad kromosom
di dalam inti sel. Namun, DNA dapat ditemukan pula di dalam mitokondria, kloroplas, dan
plastida. Pada organisme tertentu seperti katak, Amoeba, Paramecium, dan tumbuhan paku-
pakuan, di dalam sitoplasmanya mengandung DNA.

STRUKTUR DNA

Pada tahun 1953, James Watson dan Francis Crick mengemukakan model struktur molekul tiga
dimensi DNA yang berbentuk untaian panjang heliks ganda (double helix) berpilin ke arah
kanan. DNA merupakan suatu polimer yang terdiri atas nukleotida-nukleotida dengan jumlah
ratusan hingga ribuan. Setiap nukleotida terdiri atas 3 komponen sebagai berikut.

1. Gula pentosa deoksi ribosa (ribosa yang kehilangan satu atom oksigennya).
2. Gugus fosfat (PO4-)
3. Basa nitrogen, terdiri atas dua jenis yaitu sebagai berikut.

a. Purin, ada dua macam : guanin (G) dan adenin (A)

b. Pirimidin, ada dua macam : timin (T) dan sitosin (S atau C =cytosine).
Basa Nitrogen

Satu nukleotida terdiri atas 1 gula deoksiribosa, 1 gugus fosfat, dan 1 basa nitrogen. Nukleotida
yang tidak memiliki gugus fosfat di sebut nukleosida atau deoksiribonukleosida. Nukleosida
merupakan prekursor dalam sintesis DNA. Struktur heliks ganda DNA dapat diilustrasikan
sebagai “tangga tali terpilin“. Fosfat dari suatu nukleotida akan membentuk ikatan fosfodiester
dengan gula dari nukleotida berikutnya. Ikatan gula dengan fosfat tersebut diilustrasikan sebagai
“tulang belakang” (back bone) gula fosfat atau “ibu tangga“. Sementara itu, basa nitrogen
purin pada suatu nukleotida akan membentuk ikatan hidrogen sebagai pasangan tetap dengan
pirimidin dari nukleotida lainnya. Ikatan basa nitrogen purin-pirimidin diilustrasikan sebagai
“anak tangga“. Pasangan tetap basa nitrogen purin-pirimidin, yaitu sebagai berikut :

1. guanin (G) – sitosin (C atau S)


2. Adenin (A) – timin (T)

Adenin (A) dengan timin (T) membentuk dua ikatan hidrogen (A=T), sedangkan guanin (G)
dengan sitosin (C) membentu tiga ikatan hidrogen (GΞC)
Pada tahun 1947, Erwin Chargaff mengemukakan bahwa komposisi basa nitrogen DNA pada
sejumlah organisme memiliki rasio yang berbeda-beda. Namun, terdapat suatu keteraturan, yaitu
jumlah timin sama atau hampir sama dengan jumlah adenin. Jumlah sitosin sama atau hampir
sama dengan jumlah guanin. Contohnya DNA manusia mengandung adenin =30,9%, timin =
29,4% guanin = 19,9%, dan sitosin 19,8 %. DNA Mycobacterium tuberculosis mengandung
adenin = 16%, sitosin = 34%, guanin = 36%, dan timin = 14 %.

REPLIKASI DNA

Replikai DNA adalah proses penggandaan DNA untuk memperbanyak diri yang terjadi pada fase
sintesis saat interfase. menjelang sel akan membelah. Tujuannya agar sel anakan hasil
pembelahan mengandung DNA yang identik dengan DNA sel induknya. Kesalahan dalam
replikasi DNA dapat mengakibatkan perubahan pad sifat sel-sel anakan.

Model Replikasi DNA

Para ahli mengemukakan tiga model mekanisme replikasi DNA, yaitu sebagai berikut:

1. Model konservatif

Kedua untai polinukleotida induk atau yang lama tidak berubah dan berfungsi sebagai cetakan.
Jadi, heliks ganda DNA baru tidak mengandung polinukleotida lama
2. Model semikonservatif

Kedua untai polinukleotida berpisah, kemudian masing-masing untai nukleotida membuat untai
polinukleotida baru sebagai pelengkapnya. Jadi, diperoleh dua heliks ganda DNA yang masing-
masing mengandung satu untaian polinukleotida lama dan satu untai polinukleotida baru.

3. Model disfersif

Beberapa bagian kedua untai polinukleotida lama secara tersebar berfungsi sebagai cetakan,
kemudian masing-masing bagian tersebut membuat bagian-bagian polinukleotida baru sebagai
pelengkapnya. Jadi, diperoleh dua heliks ganda DNA yang masing-masing mengandung molekul
DNA lama dan DNA baru secara berselang-seling pada kedua untai polinukleotida.

Dari ketiga model replikasi DNA tersebut, model semikonservatiflah yang lebih diyakini
kebenarannya. Hal ini telah dibuktikan oleh Matthew Meselson dan Franklin Stahl dengan
percobaan pembiakan bakteri Escherichia coli hingga beberapa generasi dalam medium yang
mengandung isotop nitrogen berat 15N, kemudian memindahkannya ke dalam medium isotop
nitrogen ringan 14N. Dari hasil ekstraksi DNA bakteri yang disentrifugasi selama 20 menit,
diperoleh DNA hibrid (15N-14N). Hal ini mematahkan teori konservatif. Selanjutnya, sampel
DNA disentrifugasi lagi untuk kedua kalinya, ternyata menghasilkan DNA ringan dan DNA
hibrid. Hal ini mematahkan teori disfersif dan mendukung teori semikonservatif.

Mekanisme Replikasi DNA


Replikasi DNA terjadi di dalam nukleus. Sumber energinya berasal dari nukleosida trifosfat
(nukleotida dengan 3 gugus fosfat). Replikasi DNA dikatalis oleh beberapa enzim, antara lain
sebagai berikut:

1. Helikase, berfungsi memutuskan ikatan-ikatan hidrogen untuk membuka heliks ganda


DNA menjadi sua untai tunggal.
2. RNA primase, untuk menggabungkan nukleotida-nukleotida RNA agar dapat membentuk
primer (kelas lain asam nukleat).
3. DNA polimerase, berfungsi menggbungkan nukleotida-nukleotida menjadi polimer DNA
yang panjang
4. DNA ligase, berfungsi menyambungkan fragmen-fragmen DNA (fragmen Okazaki) yang
baru terbentu sehingga menjadi untaian DNA yang lengkap.

Mekanisme replikasi DNA adalah sebagai berikt:

1. Helikase membuka heliks ganda DNA induk.


2. Protein pengikat untai tunggal menstabilkan DNA induk yang terbuka
3. Untai utama (leading strand) disintesis secara terus menerus pada arah 5′ ke 3′ oleh DNA
polimerase. Pembentukan leading strand dimulai dari satu primer RNA yang disintesis
oleh enzim primase. Primer RNA bukanlah DNA tetapi potongan pendek RNA. DNA
polimerase kemudian menggantikan nukleotida primer RNA dengan DNA.
4. Untuk memanjangkan untai baru DNA yang lain, DNA polimerase harus bekerja di
sepanjang cetakan yang jauh dari cabang replikasi. Untai DNA yang disintesis pada arah
ini disebut lagging strand (untai lamban). Lagging strand disintesis secar tidak kontinu.
Enzim primase menyintesis primer-primer RNA pendek yang kemusian diperpanjang
oleh DNA polimerase membentuk fragmen Okazaki.
5. Setelah primer RNA diganti menjadi DNA oleh DNA polimerase yang lainnya, DNA
ligase menggabungkan fragmen Okazaki ke untai yang sedang tumbuh.
RNA
6 September 2020 oleh evhairawati

RNA (ribonucleic acid) adalah makromolekul polinukleotida yang berbentuk untai tunggal. RNA
berperan dalam sintesis protein. RNA memiliki untai polimer yang lebih pendek dari pada DNA
karena dibentuk melalui transkripsi fragmen-fragmen DNA. Keberadaan RNA di dalam sel tidak
tetap karena RNA mudah terurai dan harus diproduksi kembali.

Komponen penyusun RNA, yaitu sebagai berikut:

a. Gula ribosa berkarbon 5

b. Gugus fosfat

c. Basa nitrogen, terdiri atas dua jenis:

1. purin, ada dua macam : guanin (G) dan adenin (A)


2. pirimidin, ada dua macam : urasil (U) dan sitosin (S atau C =cytosine)
JENIS RNA

RNA dapat dibedakan menjadi tiga jensi, yaitu mRNA (mesenger RNA), rRNA (ribosomal
RNA), dan tRNA (transfer RNA).

1. mRNA (messenger RNA atau RNAd (RNA duta)

mRNA merupakan untai tunggal panjang yang terdiri atas ratusan nukleotida. mRNA dibentuk
oleh DNA melalui proses transkripsi di dalam inti sel. mRNA memiliki urutan basa nitrogen
sesuia dengan pasamngan komplementer salah satu untai DNA (untai sense). mRNA berfungsi
membawa kode genetik (kodon) dari kromosom di dalam inti sel ke ribosom di dalam sitoplasma
sel. Kode genetik yang dibawa mRNA akan menentukan jenis asam amino yang akan terbentuk.
Setiap tiga urutan basa nitrogen (triplet) pada mRNA merupakan satu kodon dan menentukan
satu jenis asam amino. Kodon adalah kode genetik yang dibawa oleh mRNA yang terbentuk dari
triplet-triplet pada mRNA dan berfungsi menentukan jenis asam amino. mRNA berumur sangat
pendek, hanya beberapa menit hingga beberapa hari, setelah itu akan segera terurai. mRNA pada
sel eukariotik berumur lebih panjang daripada sel prokariotik.
2. tRNA (transfer RNA)

Molekul tRNA ditranskripsi dari cetakan DNA di dalam nukleus, kemusian diangkut ke
sitoplasma. tRNA berfunsi membawa asam amino ke ribosom. Molekul tRNA terdiri atas untai
tunggal yang pendek, sekitar 80 nukleotida. Untai tunggal ini melipat membentuk struktur tiga
dimensi dan terjadi ikatan hidrogen antara basa nitrogen pada tempat-tempat tertentu. tRNA
memiliki ujung tempat perlekatan asam amino dan ujung lain yang mengandung antikodon.
Antikodon adalah triplet basa nitrogen yang terikat dengan kodon mRNA secara spesifik. tRNA
mempunyai antikodon yang mampu mengenali dua atau lebih kodon yang berbeda sehingga
jumlahnya lebih sedikit dari jumlah kodon, yaitu sekitar 45 dari jumlah total kodon sebanyak 61.

3. rRNA (ribosomal RNA)


rRNA terdapat di ribosom. Jumlah rRNA di dalam ribosom sebanyak 60% dari berat total
ribosom. Satu sel mengandung ribuan ribosom sehingga di dalam sel, jumlah rRNA adalah yang
paling banyak dibansingkan dengan mRNA maupun tRNA. Molekul rRNA ditranskripsi oleh
DNA. rRNA berfungsi sebagai penyelaras (adaptor) atau mesin perakit polipeptida yang
bergerak ke satu arah sepanjang mRNA dalam proses sintesis protein.

Perbedaan DNA dan RNA


KROMOSOM
31 Agustus 2020 oleh evhairawati

Bagian utama sebuah sel terdiri atas nukleus dan sitoplasma. Didalam nukleus terdapat benang-
benang halus yang disebut kromatin. Bila sel siap membelah, benang-benang halus itu dipintal
membentuk kromosom. Kromosom adalah suatu struktur padat yang terdiri dari dua komponen
molekul, yaitu protein dan DNA. Struktur padat kromosom hanya dapat terlihat dengan jelas
pada tahap metaphase saat pembelahan sel. Kromosom  (Yunani, chroma = warna dan soma =
badan) pertama kali dikemukakan oleh W.Waldeyer pada tahun 1888.

Substansi genetik di dalam kromosom berupa asam nukleat yang terdiri atas asam
deoksiribonukleat (AND) atau Deoxyribonucleic acid (DNA) dan asam ribonukleat (ARN) atau
Ribonucleic acid (RNA). DNA merupakan rangkaian dari gula deoksiribosa, asam fosfat, dan
basa Nitrogen (purin atau pirimidin). Basa purin terdiri atas guanin (G) dan adenin (A). basa
pirimidin terdiri atas timin (T) dan sitosin (S). adenin berpasangan dengan timin, guanin
berpasangan dengan sitosin.
JENIS KROMOSOM

Setiap sel yang terdapat di dalam tubuh suatu organisme pasti memiliki satu set kromosom
dengan jumlah tertentu. Berdasarkan fungsinya, kromosom dapat di bedakan menjadi dua jenis,
yaitu sebagai berikut:

1. Kromosom tubuh

Kromosom tubuh (autosom = A) atau kromosom somatik yaitu kromosom yang mengendalikan
sifat-sifat tubuh, seperti warna mata, warna kulit, tinggi badan, dan lain-lain. Autosom tidak
berperan dalam menentukan jenis kelamin suatu organisme. Jumlahnya di dalam sel tubuh
adalah 2n-2, dengan n = jumlah seluruh kromosom. Sebagai contoh, jumlah kromosom autosom
sel tubuh manusia adalah 46-2 = 44 buah atau 22 pasang.
2. Kromosom seks

Kromosom seks (gonosom) atau kromosom kelamin karena kromosom ini berperan dalam
menentukan jenis kelamin suatu organisme. Jumlah kromosom seks pada sel tubuh manusia ada
dua buah atau sepasang. Jenis kelamin pada manusia ditentukan oleh kromosom seks ini. Orang
berkelamin laki-laki memiliki kromosom X dan kromosom Y (XY) dalam tubuhnya, sedangkan
perempuan memiliki sepasang kromosom X (XX). Kromosom X berbentuk lurus, sedangkan
kromosom Y berbentuk bengkok pada ujungnya.

Kromosom dalam suatu spesies memiliki pola tampilan tertentu yang di sebut kariotipe.
Kariotipe kromosom suatu spesies berbeda dengan spesies lainnya. Kromosom di dalam sel
tubuh pada suatu individu terlihat berpasang-pasangan. Setiap pasangan kromosom di sebut
kromosom homolog, yaitu kromosom yang berasal dari kedua induknya sehingga memiliki
bentuk, ukuran, dan komposisi yang sama atau hamper sama. Namun, pasangan kromosom
homolog satu dengan lainnya di dalam sebuah sl memiliki bentuk, ukuran, dan komposisi yang
berbeda-beda. Pasangan kromosom homolog di sebut genom atau ploidi (perangkat/set).

Pada sel tubuh (sel somatic), inti selnya mengandung kromosom yang berpasangan (diploid =
2n). jumlah kromosom sel tubuh pada manusia dengan jenis kelamin laki-laki, yaitu 22 autosom
ditambah gonosom X dan Y (dapat ditulis 22AA + XY). Sementara itu, jumlah kromosom sel
tubuh wanita adalah 22 AA + XX. Jadi, jumlah kromosom pada setiap sel tubuh manusia
berjumlah 46.

Pada sel tubuh mamalia betina, terdapat gonosom XX. Namun, pada saat perkembangan
embrionik salah satu kromosom X hampir tidak aktif sama sekali dan mengalami pemadatan,
disebut Barr body. Akibatnya, sel-sel mamalia betina dan jantan memiliki dosis gen efektif yang
sama (satu salinan) dengan lokus yang terletak pada kromosom X. Bar body terletak memanjang
di bagian dalam selubung nucleus. Barr body akan aktif pada saat oogenesis di dalam ovarium
yang menghasilkan ovum.

Pada sel kelamin, inti selnya mengandung kromosom yang tidak berpasangan (haploid = n).
ovum manusia mempunyai 22 autosom ditambah gonosom X (dapat ditulis 22A + X). sementara
itu, spermatozoid mempunyai 22 autosom ditambah gonosom X atau Y (dapat ditulis 22A + X
atau 22 A + Y) . Jadi, jumlah kromosom pada setiap sel kelamin manusia hanya 23 atau separuh
dari jumlah kromsom sel tubuh.

kari
otipe kromosom pada manusia

STRUKTUR KROMOSOM
Kromosom sel-sel eukariota terdiri atas bahan kompleks yang disebut kromatin. Kromatin
tersusun atas 27% DNA (deoxyribonucleid acid / asam deoksiribonukleat), 67% protein, dan 6 %
RNA (ribonucleic acid / asam ribonukleat). DNA hanya menyusun sekitar sepertiga massa
kromosom.

Dengan proses pewarnaan, kromosom menunjukkan dua bagian yang berbeda, yaitu sebagai
berikut:

a. Sentromer, berupa bulatan kecil yang berwarna terang karena daya serap terhadap zat
warna rendah.

Sentromer merupakan bagian kromosom yang berkontradiksi (mengecil), menyerupai bulatan


kecil di tengah-tengah kromosom. Pada sentromer, terdapat kinetokor yang merupakan tempat
melekatnnya benang-benang spindel saat terjadi pembelahan sel.

2. Kromatid, berupa lengan yang berwarna lebih gelap karena lebih banyak menyerap zat warna.
Kromatid (lengan) merupakan badan kromosom yang mengandung filamen tipis kromonema.
Kromonema diselubungi oleh matriks yang dibungkus oleh suatu membran. Kromonema terdiri
atas bagian-bagian yang bergranula besar dan kecil. Granula-granula tersebut terlihat seperti
manik-manik yang merupakan akumulasi dari materi kromatin. Granula besar disebut kromomer,
sedangkan granula kecil disebut kromiol. Kromomer disebut juga lokus yang menyimpan materi
genetic berupa protein histon dan DNA. Pada bagian ujung kromosom, terdapat telomere yang
berfungsi untuk menghalangi agar tidak terjadi perlekatan antar kromosom dan menjaga agar
DNA di dalamnya tidah mudah terurai. Bagian ujung kromosom memiliki sutu struktur yang
terbentuk akibat terjadinya kontridiksi sekunder, disebut satelit.

DNA di dalam kromomer berbentuk untaian pita heliks ganda (double helix) yang berpilin ke
kanan. DNA berfungsi sebagai penentu sifat-sifat genetic suatu organisme. Pemintalan dan
pengemasan DNA di dalam kromosom terjadi pada tahap profase. Untaian DNA membentuk
pintalan pada protein histon menjadi nukleosom yang merupakan unit dasar kromosom .
Nukleosom-nukleosom tersusun padat dan terpilin membentuk lipatan solenoid. Lipatan-lipatan
solenoid tersusun padat membentuk benang kromatin. Benang-benang kromatin yang memadat
membentuk kromatid. Dua kromatid kembar kemudian membentuk satu kromosom.  
Bentuk dan Ukuran Kromosom

Bentuk dan ukuran kromosom antarspesies bervariasi. Panjang kromosom ± 0.5µm dengan
diameter 0,2 -20 µm. pada umumnya, kromosom tumbuhan berukuran lebih besar dibandingkan
dengan hewan. Kromosom mempunyai jumlah sentromernya yang bervariasi. Berdasarkan
jumlah sentromernya, bentukm kromosom dapat di bedakan menjadi empat macam, yaitu
sebagai berikut:

1. Asentrik, kromosom yang tidak memiliki sentromer


2. Monosentrik, kromosom yang memiliki satu sentromer
3. Disentrik, kromosom yang memiliki dua sentromer
4. Polisentrik, kromosom yang memiliki banyak sentromer

Berdasarkan letak sentromernya, bentuk kromosom  dapat di bedakan menjadi empat macam,
yaitu sebagai berikut:

1. Metasentrik, jika memiliki sentromer di tengah-tengah kromatid sehingga kromatid


menunjukkan dua bagian yang sama. Kromosom berbentuk seperti huruf V
2. Submetasentrik, jika sentromer tidak terletak tepat di tengah-tengah kromatis sehingga
kedua bagian kromatis tidak sama panjang. Bentuk kromosom seperti huruf J
3. Akrosentrik, jika sentromer terletak diantara bagian ujung dan tengah kromatid sehingga
bagian kromatid yang satu lebih panjang dan yang lainnya sangat pendek. Kromosom
berbentuk seperti huruf L
4. Telosentrik, jika sentromer terletak di bagian ujung kromatid sehingga bentuk kromosom
menyerupai huruf I
Berdasarkan bentuknya, kromosom di golongkan menjadi enam macam, yaitu:

1. Bentuk bulat
2. Bentuk cerutu
3. Bentuk koma
4. Bentuk batang
5. Bentuk huruf V
6. Bentuk huruf L
Jumlah Kromosom

Jumlah kromosom antarorganisme berbeda-beda dan tidak dipengaruhi oleh derajat tingkatan
kesempurnaan suatu organisme maupun ukuran tubuhnya. Contohnya, ikan mas 94 kromosom,
kuda memiliki 64 kromosom, sedangkan manusia memiliki 46 kromosom.
KROMOSOM
31 Agustus 2020 oleh evhairawati

Bagian utama sebuah sel terdiri atas nukleus dan sitoplasma. Didalam nukleus terdapat benang-
benang halus yang disebut kromatin. Bila sel siap membelah, benang-benang halus itu dipintal
membentuk kromosom. Kromosom adalah suatu struktur padat yang terdiri dari dua komponen
molekul, yaitu protein dan DNA. Struktur padat kromosom hanya dapat terlihat dengan jelas
pada tahap metaphase saat pembelahan sel. Kromosom  (Yunani, chroma = warna dan soma =
badan) pertama kali dikemukakan oleh W.Waldeyer pada tahun 1888.

Substansi genetik di dalam kromosom berupa asam nukleat yang terdiri atas asam
deoksiribonukleat (AND) atau Deoxyribonucleic acid (DNA) dan asam ribonukleat (ARN) atau
Ribonucleic acid (RNA). DNA merupakan rangkaian dari gula deoksiribosa, asam fosfat, dan
basa Nitrogen (purin atau pirimidin). Basa purin terdiri atas guanin (G) dan adenin (A). basa
pirimidin terdiri atas timin (T) dan sitosin (S). adenin berpasangan dengan timin, guanin
berpasangan dengan sitosin.
JENIS KROMOSOM

Setiap sel yang terdapat di dalam tubuh suatu organisme pasti memiliki satu set kromosom
dengan jumlah tertentu. Berdasarkan fungsinya, kromosom dapat di bedakan menjadi dua jenis,
yaitu sebagai berikut:

1. Kromosom tubuh

Kromosom tubuh (autosom = A) atau kromosom somatik yaitu kromosom yang mengendalikan
sifat-sifat tubuh, seperti warna mata, warna kulit, tinggi badan, dan lain-lain. Autosom tidak
berperan dalam menentukan jenis kelamin suatu organisme. Jumlahnya di dalam sel tubuh
adalah 2n-2, dengan n = jumlah seluruh kromosom. Sebagai contoh, jumlah kromosom autosom
sel tubuh manusia adalah 46-2 = 44 buah atau 22 pasang.
2. Kromosom seks

Kromosom seks (gonosom) atau kromosom kelamin karena kromosom ini berperan dalam
menentukan jenis kelamin suatu organisme. Jumlah kromosom seks pada sel tubuh manusia ada
dua buah atau sepasang. Jenis kelamin pada manusia ditentukan oleh kromosom seks ini. Orang
berkelamin laki-laki memiliki kromosom X dan kromosom Y (XY) dalam tubuhnya, sedangkan
perempuan memiliki sepasang kromosom X (XX). Kromosom X berbentuk lurus, sedangkan
kromosom Y berbentuk bengkok pada ujungnya.

Kromosom dalam suatu spesies memiliki pola tampilan tertentu yang di sebut kariotipe.
Kariotipe kromosom suatu spesies berbeda dengan spesies lainnya. Kromosom di dalam sel
tubuh pada suatu individu terlihat berpasang-pasangan. Setiap pasangan kromosom di sebut
kromosom homolog, yaitu kromosom yang berasal dari kedua induknya sehingga memiliki
bentuk, ukuran, dan komposisi yang sama atau hamper sama. Namun, pasangan kromosom
homolog satu dengan lainnya di dalam sebuah sl memiliki bentuk, ukuran, dan komposisi yang
berbeda-beda. Pasangan kromosom homolog di sebut genom atau ploidi (perangkat/set).

Pada sel tubuh (sel somatic), inti selnya mengandung kromosom yang berpasangan (diploid =
2n). jumlah kromosom sel tubuh pada manusia dengan jenis kelamin laki-laki, yaitu 22 autosom
ditambah gonosom X dan Y (dapat ditulis 22AA + XY). Sementara itu, jumlah kromosom sel
tubuh wanita adalah 22 AA + XX. Jadi, jumlah kromosom pada setiap sel tubuh manusia
berjumlah 46.

Pada sel tubuh mamalia betina, terdapat gonosom XX. Namun, pada saat perkembangan
embrionik salah satu kromosom X hampir tidak aktif sama sekali dan mengalami pemadatan,
disebut Barr body. Akibatnya, sel-sel mamalia betina dan jantan memiliki dosis gen efektif yang
sama (satu salinan) dengan lokus yang terletak pada kromosom X. Bar body terletak memanjang
di bagian dalam selubung nucleus. Barr body akan aktif pada saat oogenesis di dalam ovarium
yang menghasilkan ovum.

Pada sel kelamin, inti selnya mengandung kromosom yang tidak berpasangan (haploid = n).
ovum manusia mempunyai 22 autosom ditambah gonosom X (dapat ditulis 22A + X). sementara
itu, spermatozoid mempunyai 22 autosom ditambah gonosom X atau Y (dapat ditulis 22A + X
atau 22 A + Y) . Jadi, jumlah kromosom pada setiap sel kelamin manusia hanya 23 atau separuh
dari jumlah kromsom sel tubuh.

kari
otipe kromosom pada manusia

STRUKTUR KROMOSOM
Kromosom sel-sel eukariota terdiri atas bahan kompleks yang disebut kromatin. Kromatin
tersusun atas 27% DNA (deoxyribonucleid acid / asam deoksiribonukleat), 67% protein, dan 6 %
RNA (ribonucleic acid / asam ribonukleat). DNA hanya menyusun sekitar sepertiga massa
kromosom.

Dengan proses pewarnaan, kromosom menunjukkan dua bagian yang berbeda, yaitu sebagai
berikut:

a. Sentromer, berupa bulatan kecil yang berwarna terang karena daya serap terhadap zat
warna rendah.

Sentromer merupakan bagian kromosom yang berkontradiksi (mengecil), menyerupai bulatan


kecil di tengah-tengah kromosom. Pada sentromer, terdapat kinetokor yang merupakan tempat
melekatnnya benang-benang spindel saat terjadi pembelahan sel.

2. Kromatid, berupa lengan yang berwarna lebih gelap karena lebih banyak menyerap zat warna.
Kromatid (lengan) merupakan badan kromosom yang mengandung filamen tipis kromonema.
Kromonema diselubungi oleh matriks yang dibungkus oleh suatu membran. Kromonema terdiri
atas bagian-bagian yang bergranula besar dan kecil. Granula-granula tersebut terlihat seperti
manik-manik yang merupakan akumulasi dari materi kromatin. Granula besar disebut kromomer,
sedangkan granula kecil disebut kromiol. Kromomer disebut juga lokus yang menyimpan materi
genetic berupa protein histon dan DNA. Pada bagian ujung kromosom, terdapat telomere yang
berfungsi untuk menghalangi agar tidak terjadi perlekatan antar kromosom dan menjaga agar
DNA di dalamnya tidah mudah terurai. Bagian ujung kromosom memiliki sutu struktur yang
terbentuk akibat terjadinya kontridiksi sekunder, disebut satelit.

DNA di dalam kromomer berbentuk untaian pita heliks ganda (double helix) yang berpilin ke
kanan. DNA berfungsi sebagai penentu sifat-sifat genetic suatu organisme. Pemintalan dan
pengemasan DNA di dalam kromosom terjadi pada tahap profase. Untaian DNA membentuk
pintalan pada protein histon menjadi nukleosom yang merupakan unit dasar kromosom .
Nukleosom-nukleosom tersusun padat dan terpilin membentuk lipatan solenoid. Lipatan-lipatan
solenoid tersusun padat membentuk benang kromatin. Benang-benang kromatin yang memadat
membentuk kromatid. Dua kromatid kembar kemudian membentuk satu kromosom.  
Bentuk dan Ukuran Kromosom

Bentuk dan ukuran kromosom antarspesies bervariasi. Panjang kromosom ± 0.5µm dengan
diameter 0,2 -20 µm. pada umumnya, kromosom tumbuhan berukuran lebih besar dibandingkan
dengan hewan. Kromosom mempunyai jumlah sentromernya yang bervariasi. Berdasarkan
jumlah sentromernya, bentukm kromosom dapat di bedakan menjadi empat macam, yaitu
sebagai berikut:

1. Asentrik, kromosom yang tidak memiliki sentromer


2. Monosentrik, kromosom yang memiliki satu sentromer
3. Disentrik, kromosom yang memiliki dua sentromer
4. Polisentrik, kromosom yang memiliki banyak sentromer

Berdasarkan letak sentromernya, bentuk kromosom  dapat di bedakan menjadi empat macam,
yaitu sebagai berikut:

1. Metasentrik, jika memiliki sentromer di tengah-tengah kromatid sehingga kromatid


menunjukkan dua bagian yang sama. Kromosom berbentuk seperti huruf V
2. Submetasentrik, jika sentromer tidak terletak tepat di tengah-tengah kromatis sehingga
kedua bagian kromatis tidak sama panjang. Bentuk kromosom seperti huruf J
3. Akrosentrik, jika sentromer terletak diantara bagian ujung dan tengah kromatid sehingga
bagian kromatid yang satu lebih panjang dan yang lainnya sangat pendek. Kromosom
berbentuk seperti huruf L
4. Telosentrik, jika sentromer terletak di bagian ujung kromatid sehingga bentuk kromosom
menyerupai huruf I
Berdasarkan bentuknya, kromosom di golongkan menjadi enam macam, yaitu:

1. Bentuk bulat
2. Bentuk cerutu
3. Bentuk koma
4. Bentuk batang
5. Bentuk huruf V
6. Bentuk huruf L
Jumlah Kromosom

Jumlah kromosom antarorganisme berbeda-beda dan tidak dipengaruhi oleh derajat tingkatan
kesempurnaan suatu organisme maupun ukuran tubuhnya. Contohnya, ikan mas 94 kromosom,
kuda memiliki 64 kromosom, sedangkan manusia memiliki 46 kromosom.
SINTESIS PROTEIN
13 September 2020 oleh evhairawati

Sintesis protein adalah proses pembentukan partikel protein yang melibatkan sintesis RNA dan
dipengaruhi oleh DNA. Sintesis protein berlangsung di dalam inti sel dan ribosom dengan bahan
baku berupa asam amino. Terdapat 20 jenis asam amino. Jenis asam amino dalam sintesis protein
ditentukan oleh DNA. Perbedaan jenis, jumlah, dan susunan asam amino menentukan jenis
protein yang disintesis, misalnya enzim, hormon, kreatin, atau hemoglobin.
Allison, Lizabeth. 2007. Fundamental Molecular Biology. Malden: Blackwell Publishing.

Aspek penting dalam mekanisme sintesis protein, yakni lokasi berlangsungnya sintesis protein
pada sel, mekanisme berpindahnya Informasi atau hasil transformasi dari DNA ke tempat
terjadinya sintesis protein, dan mekanisme asam amino penyusun protein pada suatu sel berpisah
membentuk protein-protein yang spesifik.

DNA SENSE adalah untaian DNA dengan arah 5′ → 3′ yang memiliki urutan / sekuens basa
nitrogen sama dengan mRNA (kecuali T diganti U). Untaian ini juga dikatakan sebagai untaian
positif (+). Dikarenakan untaian ini memiliki urutan yang sama dengan mRNA, maka untaian ini
disebut sebagai pengkode (coding). Untaian ini TIDAK ditranskripsi atau dicetak menjadi
mRNA sehingga disebut anti-template.

DNA ANTISENSE adalah untaian DNA dengan arah 3′ → 5′ atau disebut untaian negatif (-).
Untaian ini berperan untuk melakukan transkripsi membentuk mRNA sehingga untaian ini
disebut Pencetak/Cetakan (Template). Arah 3′ → 5′ didasarkan pada untaian DNA ini ketika
proses transkripsi oleh enzim RNA Polimerase. Urutan / sekuens basa nitrogen pada untaian ini
tidak sama dengan mRNA sehingga dikatakan sebagai non coding.

MEKANISME SINTESIS PROTEIN

Mekanisme sintesis protein terdiri atas dua tahap, yaitu transkripsi dan translasi.

1. Transkripsi

Transkripsi merupakan proses pembentukan RNA dari salah satu pita cetakan DNA (DNA
sense). Pada tahap ini, akan menghasilkan 3 jenis RNA, yaitu mRNA, tRNA dan rRNA. DNA
memiliki dua untai, untai yang satu sebagai cetakan (antitemplate/sense) dan untai
komplemennya sebagai template/antisense. Tahap ini dapat berlangsung di dalam sitoplasma
dengan diawali proses pembukaan rantai ganda yang dimiliki oleh DNA dengan bantuan enzim
RNA polimerase. Tahap transkripsi dibagi menjadi 3: tahap inisiasi, elongasi dan terminasi.

Inisiasi (permulaan) trasnkripsi


RNA polimerase menempel dan terikat pada untaian DNA, yang disebut promoter, yang
ditemukan didekat awal dari suatu gen. Setiap gen mempunyai promoternya tersendiri. Setelah
terikat, RNA polimerase memisahkan untaian ganda DNA, menyediakan template atau cetakan
untaian tunggal yang siap untuk ditranskripsi. RNA polimerase mulai membentuk RNA pada
titik awal (start point).

Elongasi (pemanjangan) untai RNA


Satu untaian DNA, untaian cetakan, bertindak sebagai cetakan untuk digunakan oleh enzim RNA
polimerase. Sambil ‘membaca’ cetakan ini, RNA polimerase membentuk molekul RNA keluar
dari nukleotida, membuat sebuah rantai yang tumbuh dari 5′ ke 3′. RNA transkripsi membawa
informasi yang sama dari untaian DNA antitemplate (coding). RNA mulai terbentuk dan RNA
polimerase menambahkan nukleotida ke ujung 3′ pada RNA yang sedang tumbuh. Perakitan
nukleotida-nukleotida RNA selalu dari arah 5′ ke 3′. Basa nitrogen pada RNA yang dibentuk
merupakan komplementer terhadap basa nitrogen untai DNA sense yang terbuka, kecuali A pada
DNA untuk cetakan U pada RNA. Basa nitrogen T pada DNA untuk cetakan A pada RNA, G
pada DNA untuk cetakan C pada RNA, dan C pada DNA ditranskripsi, triplet basa nitrogen
ATG pada DNA akan menyediakan cetakan untuk UAC dalam molekul RNA.

Terminasi (pengakhiran) transkripsi


Urutan ini memberikan sinyal bahwa transkripsi RNA telah selesai. Setelah ditranskripsi, RNA
polimerase melepaskan hasil transkripsi RNA. Proses transkripsi akan berhenti pada saat RNA
polimerase mentrasnkripsi suatu urutan DNA terminator. Pada sel prokariotik, transkripsi
berhenti tepat saat RNA polimerase berada pada titik terminasi. Pada sel eukariotik, transkripsi
akan berhenti setelah RNA polimerase melewati titik terminasi hingga 10 – 35 nukleotida.
Setelah pembentukan RNA selesai, heliks ganda DNA menutup kembali da RNA terlepas dari
enzim RNA polimerse. Pada sel eukariotik, transkripsi RNA memiliki rentangan nukleotida
bukan pengkode (urutan penyela disebut intron atau daerah yang tidak di translasi) yang tersebar
berselang seling di antara segmen pengkode (ekson). Transkripsi terjadi kira-kira 60 nukleotida
per detik dan menghasilkan pra-mRNA. Pra-mRNA disambung dan dimodifikasi menjadi
mRNA. mRNA terbentuk kemudian keluar dari inti sel melalui pori-pori membran inti dan
menempel pada ribosom.

2. Translasi

Translasi adalah sintesis polipeptida dengan menggunakan informasi genetik yang dikode pada
suatu molekul mRNA. Translasi dilakukan oleh ribosom dan tRNA. Ribosom merupakan
organel kecil yang biasanya berderet membentuk polisom. Ribosom terdiri atas dua subunit,
yaitu subunit besar dan subunit kecil. tRNA mempunyai antikodon yang merupakan urutan basa
nitrogen komplementer dari mRNA. Setiap tiga urutan basa nitrogen (triplet) pada mRNA
merupakan kodon yang akan menentukan jenis asam amino. Setiap asam amino digabungkan
dengan tRNA yang sesuai oleh enzim sintetase tRNA-aminosil. Di dalam sel, terdapat 20 jenis
enzim tersebut karena satu enzim untuk satu jenis asam amino. translasi membutuhkan energi
dari GTP (Guanosina 5-trifosfat). Translasi meliputi tiga tahap, yaitu sebagai berikut:

a. Inisiasi translasi

Subunit kecil ribosom berikatan dengan molekul mRNA di ujung 5′. Translasi selalu dimulai dari
kodon inisiasi AUG pada mRNA yang berfunsi sebagai sinyal “start”. tRNA inisiator yang
memiliki antikodon UAC membawa asam amino metionin (Met) dan melekat pada kodon
inisiasi AUG. Metionin selalu menjadi asam amino awal dalam proses sintesis protein.
b. Elongasi translasi

Asam-asam amino ditambahkan satu persatu pada asam amino pertama. Siklus ini berlangsung
sekitar 1/10 detik dan terus diulang pada saat penambahan asam amino hingga terbentuk rantai
polipeptida yang lengkap. Siklus elongasi meliputi tiga tahap, yaitu sebagai berikut:

1). Pengenalan kodon : Kodon mRNA (di temapat A dari ribosom) membentuk ikatan hidrogen
dengan antikodon tRNA yang baru masuk membawa asam amino)
2). Pembentukan ikatan peptida : Molekul rRNA dari subunit besar berfungsi sebagai enzim
(ribozim) yang mengatalisis pembentukan peptida dengan menggabungkan polipeptida (dari
tempat P) ke asam amino yang baru datang (di tempat A)

3). Translokasi : tRNA (di tempat A) yang sudah terikat pada polipeptida yang sedang tumbuh
ditranslokasikan ke tempat P. Saat tRNA berpindah tempat, antikodonnya tetap berikatan dengan
hidrogen pada kodon mRNA. mRNA ikut bergerak dan membawa kodon berikutnya untuk di
translasi (di tempat A). tRNA “kosong” yang tadinya berada di tempat P bergerak ke tempat E,
lalu keluar dari ribosom.
Sumber gambar : https://caiherang.com/sintesis-protein/

c. Terminasi translasi

Elongasi beraksir setelah kodon stop mencapai tempat A di ribosom. Triplet basa nitrogen kodon
stop, yaitu UAA, UAG, dan UGA yang berfunsi sebagai sinyal untuk menghentikan translasi dan
tidak mengkode asam amino. Protein faktor pelepas langsung mengikatkan diri pada kodon stop
dan menghidrolisis ikatan antara tRNA dengan asam amino terakhir pada rantai polipeptida.
Selanjutnya, polipeptida di lepaskan dari ribosom. Kedua subunit ribosom dan komponen lainya
terdisosiasi (terpisah-pisah).
KODE GENETIK

Kode genetik disusun oleh urutan basa nitrogen (A, T, G dan C) biasa disebut kodon. Kode
genetik yang dipakai saat ini yaitu kode genetik yang tersusun oleh tiga basa N yang disebut
kode triplet.

Cara membaca kodon : Selalu dimulai dari basa nitrogen ke-1 (ujung 5′), basa nitrogen ke-2. dan
diakhiri basa nitrogen ke-3 (ujung 3′). contoh CAG = Gln (glutamin), AAG = Lys (lisin) dan
AUU = Ile (isoleusin)
PEMBELAHAN SEL
13 September 2020 oleh evhairawati

Pembelahan sel dapat terjadi pada organisme uniseluler maupun multiseluler untuk
perkembangbiakan, pertumbuhan, dan mengganti sel-sel yang rusak atau mati. Sel yang
membelah disebut sel induk, sedangkan sel hasil pembelahannya disebut sel anak. Cara
pembelahan sel dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pembelahan secara langsung
(amitosis) dan pembelahan secara tidak langsung (mitosis dan meiosis).

A. Pembelahan Sel secara Langsung (Amitosis)

Amitosis adalah pembelahan sel secara langsung atau spontan tanpa melalui tahap-tahap
pembelahan. Dari satu sel membelah menjadi dua sel sehingga disebut juga pembelahan biner
(binary fission). Pembelahan amitosis terjadi pada organisme prokariotik, yaitu organisme yang
tidak memiliki membran inti yang membatasi nukleoplasma dengan sitoplasma. Bahan inti
berupa asam nukleat tersebar di dalam sel karena tidak memiliki membran inti. Organisme
prokariotik seperti bakteri dan ganggang biru melakukan perkembangbiakan melalui pembelahan
secara amitosis.
Pembel
ahan sel bakteri ( Escherichia coli) melalui pembelahan biner

Mekanisme pembelahan amitosis adalah sebagai berikut:

1. Replikasi kromosom mulai. Segera sesudahnya, satu salinan origo bergerak dengan cepat
ke arah ujung sel yang lain melalui mekanisme yang belum di pahami sepenuhnya.
2. Replikasi berlanjut. Kini di setiap ujung sel terdapat satu salinan origo. Sementara itu sel
memanjang.
3. Replikasi selesai. Membran plasma tumbuh ke dalam, dan dinding sel baru akan
ditumpuk.
4. Dua sel anakan di hasilkan

B. Pembelahan Sel secara Tidak Langsung (Mitosis)

Pada tahun 1882, seorang ahli anatomi Jerman bernama Walther Flemming mengembangkan zat
pewarna yang memungkinkan ia mengamati, untuk pertama kali, perilaku kromosom selama
mitosis dan sitokinesis. Mitosis merupakan bagian dari siklus sel. Siklus sel dapat di bagi
menjadi dua tahapan, yaitu interfase dan fase mitotik (M). Interfase dan fase mitotik terjadi
secara bergantian. Fase mitotik (M) meliputi dua tahapan, yaitu mitosis yang segera diikuti oleh
sitokinesis (pembelahn sitoplasma). Jika mitosis tidak diikuti sitokinesis, akan terbentuk sel
tunggal yang memiliki beberapa inti sel.

Mitosis merupakan pembelahan inti sel (nukleus) melalui tahapan-tahapan yang berurutan dan
teratur. Meiosis menghasilkan nukleus pada kedua sel anakan dengan sifat genetik ekuivalen
(sama) dengan sel induknya. Satu sel induk dengan kromosom diploid (2n) yang mebelah secara
mitosis akan menghasilkan sel anakan yang memiliki kromosom bersifat diploid (2n) juga.
Mitosis biasanya merupakan fase terpendek, yaitu berlangsung sekitar 1 jam dari waktu total
siklus sel selama 18 -24 jam (pada sel hewan umumnya).

Interfase

Sebelum sel mengalami pembelahan, sel akan mengalami masa interfase. Interfase merupakan
fase persiapan yang paling lama dari kesluruhan siklus sel, yaitu kira-kira 90% dari siklus sel.
Interfase merupakan fase antara fase mitotik yang satu dengan fase mitotik berikutnya. Interfase
bukanlah fase istrahat, tetapi fase ketika sel mengumpulkan energi untuk tumbuh, menyalin
(replikasi) DNA, menghasilkan protein, dan membentuk organel sel dalam sitoplasma. Interfase
dibagi menjadi tiga subfase sebagai berikut:
a. Fase G1 atau gap-1 (Growth-1, pertumbuhan primer), yaitu sel mengalami pertumbuhan
sehingga tampak lebih besar. Fase ini berlangsung selama 6 -12 jam.

b. Fase S (fase sintesis), terjadi sintesis DNA dan DNA mengalami replikasi. Fase ini
berlangsung selama 6 – 8 jam.

c. Fase G2 atau gap-2 (Growth-2, pertumbuhan sekunder), terjadi pertumbuhan lagi dan
terbentuklah organel-organel sel hingga pembelahan sel membelah. Fase ini berlangsung selama
3 – 4 jam.

Pada interfase akhir, di dalam sel sudah terbentuk nukleus (inti sel) yang mengandung satu atau
lebih anak inti (nukleolus=tunggal, nukleoli = jamak). Di dalam inti sel terlihat benang-benang
kromatin yang halus dan panjang yang telah mengalami duplikasi. Di luar inti sel, terdapat
sentrosom yang bereplikasi sehingga berjumlah sepasang. Sentrosom memiliki struktur radial
berbentuk aster (bintang). Pada sel hewan, setiap sentrosomnya mengandung sepasang sentriol
yang terbuat dari mikrotubulus. Namun, pada sebagian besar sel tumbuhan, Fungi, dan alga
sentrosomnya tidak mengandung sentriol, tetapi tetap mampu membuat serabut-serabut
gelendong.

Fase-Fase pada Mitosis


Secara konvensional mitosis dibagi menjadi lima tahap : profase (prophase), prometafase
(prometaphase), metafase (metaphase), anafase, (anhaphase), dab telofase (telophase).

Pembelahan Mitosis

Profase
1. Serat-serat kromatin menjadi terkumpar lebih rapat, terkondensasi menjadi kromosom
diskret yang dapat diamati dengan mikroaskop cahaya.
2. Nukleolus lenyap.
3. setiap kromosom terduplikasi tampak sebagai dua kromatid saudara identik yang
tersambung pada sentromernya dan sepanjang lengannya oleh kohesin (kohesi kromatid
saudara).
4. Gelendong mitotik (diberi nama demikian karena bentuknya) mulai terbentuk. Gelendong
initerdiri atas sentrosom dan mikrotubulus yang menjulur dari sentrosom. susunan radial
mikrotubulus-mikrotubulus yang lebih pendek dan menjulur dari sentrosom disebut aster
(bintang).
5. Sentrosom-sentrosom bergerak saling menjauhi, tampaknya didorong oleh mikrotubulus
yang memanjang diantaranya.

Prometafase
1. Selaput nukleus terfragmentasi
2. Mikrotubulus yang menjulur dari masing-masing sentrosom kini dapat memasuki
wilayah nukleus
3. Kromosom menjadi semakin terkondensasi
4. Masing-masing dari kedua kromatid pada setiap kromosom kini memiliki kinetokor,
struktur protein terspesialisasi yang terletak pada sentromer.
5. Beberapa mikrotubulus melekat pada kinetokor, menjadi mikrotubulus kinetokor
mikrotubulus ini menarik-narik kromosom maju-mundur
6. Mikrotubulus nonkinetokor berinteraksi dengan sejenisnya yang berasal dari kutub
gelendong yang bersebrangan

Metafase
1. Metafase merupakan tahap mitosis yang paling lama, seringkali berlangsung sekitar 20
menit.
2. Sentrosom kini berda pada kutub-kutub sel yang berseberangan.
3. Kromosom berjejer pada lempeng metafase, bidang khayal yang berada di pertengahan
jarak anata kedua kutub gelendong. Sentromer-sentromer kromosom berada di lempeng
metafase.
4. untuk setiap kromosom, kinetokor kromatid saudara melekat ke mikrotubulus kinetokor
yang berasal dari kutub yang bersebrangan.

Anafase
1. Anafase merupakan tahap mitosis yang paling pendek, seringkali berlangsung hanya
beberapa menit.
2. Anafase dimulai ketika protein kohesin terbelah. Ini memungkinkan kedua kromtid
saudara dari setiap pasangan memisah secara tiba-tiba. Setiap kromatid pun menjadi satu
kromosom utuh.
3. Kedua kromosom anakan yang terbebas mulai bergerak menuju ujung-ujung sel yang
berlawanan saat mikrotubulus kinetokor memendek. Karena mikrotubulus ini melekat ke
wilayah sentromer, kromosom bergerak ke sentromer terlebih dahulu (dengan kecepatan
sekitar 1mm/menit).
4. Sel memanjang saat mikrotubulus nonkinetokor memanjang.
5. Pada akhir anafase, kedua ujung sel memiliki koleksi kromosom yang sama dan lengkap.

Telofase

1. Dua nukleus anakan terbentuk dalam sel


2. Selaput nukleus muncul dari fragmen-fragmen selaput nukleus sel induk dan bagian-
bagian lain dari sistem endomembran.
3. Nukleolus muncul kembaliu
4. Kromosom menjadi kurang terkondensasi
5. Mitosis, pembelahan satu nukleus menjadi dua nukleus yang identik secara genetik,
sekarang sudah selesai.

Sitokinesis

1. Pembelahan sitoplasma biasanya sudah berlangsung cukup jauh pada akhir telofase,
sehingga kedua sel anakan muncul tak lama setelah mitosis berakhir
2. Pada sel hewan, sitokinesis melibtkan pembentukan lekukan penyibakan, yang membagi
sel menjadi dua.

Pada fase sitokinesis terjadi hal-hal sebagai berikut:

a. Pembelahan sitoplasma diikuti dengan pembentukan sekat yang memisahkan kedua bagian sel
sehingga terbentuk dua sel anak.

b. Pada sel hewan, sitokinesis diawali dengan pembentukan alur pembelahan di bidang ekuatorial
(di tengah-tengah sel). Pada sisi alur pembelahan sitoplasma terdapat cincin kontraktil tersusun
dari mikrofilamen aktin dan molekul protein miosin. Kontraksi cincin mikrofilamen tersebut
menyebabkan alur pembelahan semakin dalam sehingga pada akhirnya terbentuk dua sel anak.

c. Berbeda dengan sel hewan, sel tumbuhan yang berdinding sel saat sitokinesis tidak
membentuk alur pembelahan, tetapi vesikula-vesikula yang dihasilkan oleh badan golgi
berpindah di sepanjang mikrotubula di tengah-tengah sel. Vesikula-vesikula yang membawa
materi dinding sel tersebut bersatu membentuk pelat sel. Pelat sel ini membesar hingga membran
di sekelilingnya bergabung dengan membran plasma, kemudian terbentuklah dinding sel baru
yang memisahkan kedua anak.
MEIOSIS

Meiosis merupakan jenis pembelahan sel yang terjadi dalam dua tahap, dilakukan oleh
organisme eukariotik yang bereproduksi secara seksual, dan menghasilkan empat sel gamet
dengan jumlah kromosom separuhnya dari sel semula. Meiosis disebut juga pembelahan reduktif
karena terjadi pengurangan jumlah kromosom pada sel anak yang dihasilkan. Jika jumlah
kromosom sel induk diploid (2n), akan di hasilkan sel anak dengan jumlah kromosom yang
haploid (n). Meiosis bertujuan untuk mengurangi jumlah kromosom separuh dari jumlah
kromosom sel induk sehingga menjaga jumlah kromosom individu dari generasi ke generasi
berikutnya akan tetap sama. Jika terjadi fertilisasi anatara sel kelamin jantan (n) dan sel kelamin
betina (n) yang dihasilkan melalui meiosis, akan dihasilkan zigot (2n) yang nantinya tumbuh
menjadi individu diploid (2n).

Fase-Fase Pada Meiosis

Pada dasarnya, Fase-fase meiosis menyerupai mitosis, hanya saja pada meiosisterjadi dua kali
pembelahan secara berturut-turut, yaitu meiosis I dan meiosis II. Sebelum meiosis, terjadi
interfase. Pembelahan meiosis meliputi tahapan sebagai berikut:

a. Interfase
Interfase adalah masa sebelum meiosis I. Pada interfase, terjadi hal-hal sebagai berikut:

 DNA bereplikasi sehingga terbentuk dua salinan DNA


 sentrosom bereplikasi menjadi dua buah
b. Meiosis I
Meiosis I merupakan tahap pemisahan kromosom homolog atau pembelahan reduksional yang
menghasilkan dua sel haploid dari satu sel diploid. Meiosis I meliputi prophase I, metaphase I,
anaphase I, telophase I, dan sitokinesis I.

Prophase I
Prophase I

Prophase I merupakan fase terpanjang, yaitu 90% dari waktu yang diperlukan dalam meiosis.
Prophase I terbagi menjadi lima subphase, sebagai berikut:

a. Leptoten : Benang ktomatin yang panjang dan tipis mulai memendek, menebal, dan memadat
menjadi kromosom yang berbentuk seperti benang tunggal panjang.

b. Zigoten: Kedua sentrosom kembar bergerak ke arah kutub yang berlawanan. Kromosom
homolog (berasal dari kedua induknya) berdekatan dan berpasangan membentuk sinapsis.
Kromosom homolog memiliki bentuk, ukuran, dan struktur yang sama, kecuali kromosom seks
X dan Y

c. Pakiten : setiap kromosom terlihat sedang berduplikasi menjadi dua kromatid dengan
sentromer tetap menyatu. Pasangan kromosom homolog yang membentuk sinapsis dan
berduplikasi tersebut terlihat sebagai tetrad (bivalen) yang merupakan kompleks empat krmatid

d. Diploten : Pasangan kromosom homolog saling merenggang tetapi beberapa bagian dari
kromosom homolog terjadi pelekatan atau saling menyilang membentuk kiasma (kiasmata :
jamak). Pada kiasma, terjadi pindah silang (Crossing over) yang memungkinkan terbentuknya
rekombinasi ( kombinasi gen baru). Pindah silang menyebabkan sifat sel anak hasil pembelahan
meiosis tidak identik dengan sel induknya dan merupakan mekanisme terbentuknya
keanekaragaman individu.
E. Diakinesis : Nukleolus (anak inti) dan membran inti menghilang. Terbentuk benang-benang
spindel (mikrotubula) diantara kedua sentrosom yang berada di kedua kutub yang berlawanan.

Metaphase I

Kromosom tetrat bergerak ke bidang ekuatorial (pelat metafase) sehingga tampak dua barisan
kromosom kembar. Mikrotubula kinetokor dari satu kurub sel melekatkan diri pada setiap
sentromer kromosom dan mikrotubula dari kutub yang berlawanan menempel pada sentromer
kromosom homolog.
Metaphase I

Anaphase I

Benang-benang spindel menggerakkan dan menarik kromosom homolog ke arah kutub yang
berlawanan sehingga pasangan kromosom homolog tersebut terpisah. Sentromer tidak terpisah,
melainkan tetap menyatukan kromatid saudara sehingga masing-masing kromosom homolog
tersebut tetap terdiri atas dua kromatid saudara. Anaphase I menyebabkan unit kromosom diploid
(2n) terbagi menjadi dua unit kromosom yang masing-masing bersifat haploid (n).
Anaphase I

Telophase I dan Sitokinesis I

Kromosom homolog sudah berada di kedua kutub, setiap kutub sudah memiliki satu set
kromosom yang haploid. Sitokinesis terjadi secara simultan (serentak) dengan telofase I untuk
membentuk dua sel anak. Pada sel hewan terbentuk alur pembelahan, sedangkan pada sel
tumbuhan terbentuk pelat sel. Hasil pembelahan meiosis I adalah dua sel anak yang
kromosomnya haploid, yaitu setengah pasang kromosom homolog. Namun, kromosom tersebut
terdiri atas sepasang kromatid.
Telophase I dan Sitokinesis

Interkinesis

Periode antara meiosis I dengan meiosis II yang waktunya berbeda-beda pada setiap spesies.
Pada beberapa spesies, kromosom menyebar, nukleolus dan membran inti mulai terbentuk
kembali, dan terjadi interfase dahulu sebelum meiosis II. Namun, pada sepesies lainnya, sel anak
hasil telofase I segera mengalami pembelahan meiosis II. Sebelum pembelahan meiosis II, tidak
terjadi replikasi DNA.

Meiosis II
Meiosis II merupakan tahap pemisahan kromatid saudara dari kromosom haploid. Meiosis II
meliputi tahapan sebgai berikut:

Profase II

Gelendong pembelahan (benang spindel) mulai terbentuk. kromatid saudara masih melekat pada
sentromernya. Tahap ini terkadang berlangsung sangat cepat dan segera diikuti tahap berikutnya.

Metafase II

Kromosom berjajar di bidang ekuatorial dan terlihat hanya dalam satu baris.

Anafase II

Sentromer kromatid saudara berpisah sehingga kromatid tersebut menjadi kromosom individual.
Benang spindel (mikrotubula) menarik kromatid bergerak ke arah kutub yang berlawanan.

Telofase II dan Sitokinesis II

Kromosom telah sampai di kedua kutub yang berlawanan. Terbentuk nukleolus dan membran
inti pada kutub sel yang berlawanan. Setiap inti dipisahkan oleh sekat pembelahan. Pada sel
hewan terbentuk alur pembelahan, sedangkan pada sel tumbuhan terbentuk pelat sel. Pada akhir
sitokinensis, dihasilkan empat sel anak yang kromosomnya haploid.

Perbandingan Pembelahan mitosis dengan meiosis


GAMETOGENESIS

Gametogenesis Pada Hewan dan Manusia


Gametogenesis adalah perkembangan sel germinal diploid (2n) menjadi kelamin (ovum dan
spermatozoa) haploid (n) (oogenesis dan spermatogenesis). Proses pembentukan ovum disebut
Oogenesis. Sedangkan Proses pembentukan sepermatozoa disebut spermatogenesis.

Spermatogenesis

Spermatogenesis adalah proses dimana sel-sel germinal primer laki-laki mengalami pembelahan
dan menghasilkan jumlah sel disebut spermatogonium, yang darinya spermatosit primer berasal.
Setiap spermatosit primer membelah menjadi dua spermatosit sekunder, dan masing-masing
spermatosit sekunder spermatid menjadi dua atau spermatozoa muda. Ini berkembang menjadi
spermatozoa matang, juga dikenal sebagai sel sperma. Oleh karena itu, spermatosit primer
menimbulkan dua sel, spermatosit sekunder, dan dua spermatosit sekunder dengan subdivisi
mereka menghasilkan empat spermatozoa. Spermatozoa adalah gamet jantan matang dalam
banyak organisme bereproduksi secara seksual.

Spermatogenesis adalah proses pembentukan spermatozoa yang terjadi di dalam testis. Ketika
anak laki-laki menginjak masa pubertas, sel-sel promordial pada epitel germinal tubulus
seminiferus dalam testis berdiferensiasi menjadi sel induk sperma yang disebut
spermatogonium. Spermatogonium (jamak:spermatogonia) memperbanyak diri secara mitosis
berulang-ulang. Spermatogonium pada manusia memiliki kromosom 22 AA + XY, dapat
dituliskan 44A + XY atau 44, XY yang artinya memiliki 44 autosom dan gonosom XY.
Mekanisme spermatogenesis adalah sebagai berikut:

Spermatogenesis diawali dengan membesarnya masing-masing sel spermatogonium (2n),


kemudian terjadi sinapsis dan duplikasi kromosom sehingga terbentuklah tetrad. Sel ini disebut
spermatosit primer (spermatosit I) yang memiliki kromosom diploid (2n).

Spermatosit primer mengalami pembelahan meiosis I menghasilkan dua sel spermatosit


sekunder (spermatosit II) yang haploid (n). Satu sel spermatosit sekunder mengandung
gonosom X, sedangkan spermatosit sekunder lainnya mengandung gonosom Y.

Kedua spermatosit sekunder kemudian membelah secara meiosis II, terbentuklah 4 sel
spermatid yang haploid.
Keempat spermatid mengalami proses pematangan dan pertumbuhan ekor menjadi spermatozoa
yang fungsional, artinya dapat melakukan fungsinya dalam proses pembuahan.

Spermatozoa yang dihasilkan memiliki kromosom haploid (n), sebanyak 50% mengandung
gonosom X dan 50% lainnya mengandung gonosom Y. rumus kromosom spermatozoa pada
manusia adalah 22A + X atau 22 A + Y. Keadaan ini menyebabkan terjadinya pembuahan yang
menghasilkan kemungkinan anak laki-laki sebanyak 50% dan anak perempuan 50%. Laki-laki
memiliki masa produktif spermatozoa mulai dari masa pubertas hingga selama hidupnya jika
kondisinya mendukung meskipun sudah lanjut usia.

Oogenesis

Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur. Sel induk telur (oogonium) menjadi besar
sebelum membelah secara meiosis. Sel ini disebut oosit primer. Berbeda dengan
spermatogenesis, sel oosit primer jauh lebih besar karena mengandung komponen sitoplasmik
lebih banyak. Dua oosit sekunder (hasil pembelahan meiosis I) berbeda ukuran dan fungsi. Satu
oosit sekunder memiliki ukuran yang lebih besar akan melakukan meiosis II dan menghasilkan
satu sel telur yang fungsional dan satu badan kutub yang berdegenerasi. Satu sel oosit sekunder
lain yang berukuran lebih kecil (badan kutub pertama) juga mengalami degenerasi (mati).
Dengan demikian oogenesis menghasilkan empat sel haplod, tetapi hanya satu sel yang
fungsional menjadi sel telur dan tiga badan polar yang berdegenerasi.

Oogenesis adalah Proses pembentukan sel kelamin betina, yaitu sel telur (ovum). Oogenesis
terjadi di dalam ovarium. Tahap pembelahan oogenesis sama dengan spermatogenesis, yaitu
mitosis (untuk memperbanyak diri), meiosis I, dan Meioasis II. Oogenesis diawali dari sel=sel
primordial diploid pada epitel germinal ovarium yang berdiferensiasi menjadi sel induk ovum
yang disebut oogonium. Oogonium (oogonia =jamak) memperbanyak diri secara mitosis.
Oogonium pada manusia memiliki kromosom berjumlah 46, yaitu 22 AA + XX, atau 44 A +XX,
dapat dituliskan 44, XX yang artinya memiliki 44 autosom dan gonosom XX . Mekanisme
oogenesis adalah sebagai berikut:

Oogenesis diawali dengan membesarnya oogonium, terjadi sinapsis, dan duplikasi kromosom
sehingga terbentuklah tetrad. Sel ini disebut dengan oosit primer (oosit I) yang memiliki
kromosom diploid (2n). Oosit primer berukuran lebih besar daripada spermatosit primer karena
memiliki kandungan sitoplasma banyak.

Oosit primer mengalami pembelahan meiosis I dan terbentuklah 2 sel dengan ukuran yang sangat
berbeda. Sel yang berukuran lebih besar mengandung hampir semua sitoplasma dan kuning telur,
sehingga disebut oosit sekunder (oosit II). Sementara itu, sel yang berukuran kecil hanya
mengandung inti dan disebut badan polar I (badan kutub I, polosit primer). Oosit sekunder dan
badan polar I memiliki kromosom yang haploid (n), yaitu 22 A + X.

Oosit sekunder kemudian membelah secara meisos II menjadi dua sel dengan ukuran yang tidak
sama, sel yang berukuran lebih besar serta mengandung sitoplasma dan kuning telur disebut
ootid. Sementara itu, sel yang berukuran lebih kecil dan hanya mengandung inti disebut badan
polar II (badan kutub II atau polosit sekunder). Badan polar II merupakan hasil pembelahan
badan polar I. Ketiga badan polar II yang berukuran kecil tersebut kemudian akan hancur.

Ootid mengalami proses pertumbuhan dan pematangan menjadi ovum atau sel telur yang
funsional, artinya jika dibuahi oleh spermatozoa akan menjadi zigot, Ovum memiliki kromosom
yang haploid (n0. kromosom ovum pada manusia yaitu 22 A + X.

Berbeda dengan laki-laki, perempuan sudah memiliki 6 -7 juta oosit primer sejak masa embrio.
Namun, jumlahnya akan menurun terus sehingga masa pubertas hanya tersisa sebnyak 300- 400
yang bisa hidup dan berkembang menjadi ovum matang untuk diovulasikan satu persatu setiap
bulannya. Hal tersebut yang menyebabkan perempuan di usia tua kehabisan oosit primer
sehingga proses oogenesis terhenti, disebut menopause, Masa menopause perempuan berbeda-
beda, berkisar antara usia 45 -55 tahun.

Jika terjadi pembuahan ovum oleh spermatozoa, akan terbentuk zigot dengan sifat gabungan atau
memiliki jumlah kromosom yang merupakan penjumlahan dari kedua kromosom orang tuanya,
yaitu sebagai berikut:

Ovum (22 A + X) + spermatozoa ( 22 A + X) = zigot ( 22 AA + XX), menjadi individu wanita.

Ovum (22 A + X) + spermatozoa ( 22 A + Y) = zigot ( 22 AA + XY), menjadi individu


laki=laki.

Perbedaan spermatogenesis dengan oogenesis


Gametogenesis Pada Tumbuhan

Gametogenesis tumbuhan tingkat tinggi yang dimaksud terjadi pada tumbuhan berbunga tertutup
(Angiospermae). Gametogenesis dibedakan menjadi dua macam, yaitu mikrosporogenesis
(pembentukan gamet jantan) dan megasprorogenesis (pembentukan gamet betina).
Gametogenesis terjadi pada alat kelamin jantan dan betina yang terdapat di dalam bunga. Alat
kelamin jantan dinamakan benang sari (stamen). Benang sari tersusun dari tangkai sari (filamen)
dan kepala/kantong sari (anther). Di dalam kantong sari, terdapat ruang-ruang sari. di dalam
ruang sari, terdapat butir-butir serbuk sari (polen).

Alat kelamin betina dinamakan putik (pistillum). Putik tersusun dari kepala putik (stigma),
tangkai putik (stilus), dan bakal buah (ovarium). kepala putik merupakan tempat terjadinya
penyerbukan. Tangkai putik merupakan tempat pertumbuhan buluh serbuk sari. Sementara itu,
bakal buah merupakan tempat terjadinya sel telur, pembuahan, dan perkembangan biji. Di dalam
ovarium, akan terbentuk bakal biji (ovul) jika terjadi pembuahan.

Tumbuhan berbunga lengkap memiliki putik dan benang sari sehingga proses pembentukan
gamet jantan maupun gamet betina dapat terjadi dalam bunga yang sama. Sementara itu,
tumbuhan berbunga tidak lengkap hanya memiliki benang sari saja atau putik saja sehingga
proses gametogenesis jantan dan betina terjadi secara terpisah pada bunga yang berbeda.
Tumbuhan berbunga tidak lengkap dibedakan menjadi dua macam, yaitu berumah satu (bunga
jantan dan betina dalam satu individu) dan berumah dua (bunga jantan dan betina terdapat pada
individu yang berbeda).

Mikrosporogenesis

Gametogenesis pada alat kelamin jantan tumbuhan dinamakan mikrosporogenesis.


Mikrosporogenesis adalah proses pembentukan mikrospora (serbuk sari). Gametogenesis pada
Tumbuhan Mikrosporogenesis dimulai dari sel induk mikrospora yang membelah melalui
meiosis I dan meiosis II, serta menghasilkan empat mikrospora yang dinamakan tetrad (karena
keempat mikrospora menempel menjadi satu). Masing-masing mikrospora akan berkembang
terpisah satu sama lain menjadi butir serbuk sari (polen). Pada tiap serbuk sari, intinya
mengadakan pembelahan mitosis menjadi inti vegetatif dan inti generatif. Pada tumbuhan
Angiospermae (berbiji tertutup), inti generatif membelah sekali lagi membentuk dua inti
generatif setelah terjadi penyerbukan. Gametofit jantan yang lengkap terjadi saat serbuk sari
berkecambah, yaitu mengandung satu inti vegetatif dan dua inti generatif. Kedua inti generatif
inilah yang siap membuahi sel-sel gamet betina.

Mikrosporogenesis adalah proses pembentukan mikrospora (serbuk sari/polen).


Mikrosporogenesis terjadi di kantong sari (anther). Mekanisme mikrosporogenesis sebagai
berikut :

Sel induk mikrospora (mikrosporosit) diploid mengalami pembelahan meiosis I kemudian


meiosis II. Pembelahan tersebut menghasilkan 4 sel mikrospora berkromosom haploid (n) yang
menempel menjadi satu.

Masing-masing mikrospora (n) terpisah satu sama lainnya, dan berkembang menjadi butir serbuk
sari (polen) yang haploid (n). Inti sel (nukleus) di dalam butir serbuk sari mengalami pembelahan
kariokinesis I sehingga terdapat dua buah nukleus yang identik, yaitu nukleus generatif (inti
generatif) dan nukleus tabung (inti vegetatif) yang keduanya bersifat haploid (n). Biasanya pada
tahap inilah polen dilepaskan. Kariokinesis merupakan pembelahan mitosis tanpa disertai
pembelahan sitoplasma.

Setelah penyerbukan (butir serbuk sari jatuh di kepala putik), butir serbuk sari akan tumbuh
membentuk buluh polen. Nukleus generatif di dalam buluh polen mengalami generatif I) dan
nukleus sperma II (inti generatif II). Pada tahap ini, terbentuk gametofit jantan yang memiliki 3
nukleus, yaitu nukleus sperma I, nukleus sperma II, dan nukleus tabung. ketiganya bersifat
haploid.
Megasporogenesis

Gametogenesis pada alat kelamin betina dinamakan megasporogenesis. Megasporogenesis


merupakan proses pembentukan megaspora. Proses megasporogenesis dimulai dari pembelahan
meiosis I dan meiosis II sel induk megaspora diploid, menghasilkan empat sel megaspora yang
haploid. Pada tumbuhan Angiospermae hanya satu megaspora saja yang fungsional, sedangkan
tiga lainnya mengalami degenerasi. Selanjutnya satu sel megaspora yang haploid mengalami tiga
kali pembelahan mitosis berturut-turut menghasilkan 8 sel megaspora di dalam gametofit betina.
Delapan sel tersebut selanjutnya tersusun menjadi tiga sel antipoda, dua inti kutub, satu sel telur
(ovum), dan dua sel sinergid.

Megasporogenesis adalah proses pembentukan megaspora. terjadi di dalam bakal buah


(ovarium). Mekanisme megasporogenesis sebagai berikut:

Sel induk megaspora (megasporosit) yang diploid mengalami pembelahan meiosis I, kemudian
meiosis II. pembelahan tersebut menghasilkan 4 sel megaspora berkromosom haploid (n) yang
mengelompok secara linear. Setelah meiosis, hanay 1 sel megaspora yang fungsional, sedangkan
3 sel lainnya berdegenerasi (mati).

Nukleus dari megaspora sel yang funsional kemudian mengalami pembelahan secara berturut-
turut kariokinesis I, kariokinesis II, dan kariokinesis III, sehingga terbentuk 8 nukleus yang
semuanya haploid (n). sel yang berukuran bedar dan memiliki 8 nukleus tersebut dinamakan
kantong embrio yang belum matang (kandung lembaga primer). kantong embrio dikelilingi oleh
jaringan integumen dan nuselus. Pada salah satu ujung kantong embrio, terdapat bukaan
(mikropil) yang akan dilalui oleh tabung polen yang melakukan penetrasi.
Inti-inti di dalam sel kantong embrio akan menempatkan diri, yaitu sebagai berikut :

a. Satu inti di tengah dekat mikropil berkembang menjadi ovum (sel telur) yang haploid (n)

b. Dua inti di samping kanan kiri ovum disebut sinergid yang haploid (n) akan berdegenerasi dan
mati

c. Dua inti di tengah-tengah bergabung dan melebur menjadi fusi nukleus polar ( disebut juga inti
kandung lembaga sekunder) yang diploid (2n).

d. Tiga inti di daerah kalaza (berseberangan dengan mikropil) disebut antipoda yang masing-
masing haploid (n).

Hasil akhir prose megasporogenesis adalah kantong embrio matang (megagametofit) yang
memiliki 1 ovum, 2 sinergid, fusi 2 nukleus polar, dan 3 antipoda.

Perbedaan mikrosporogenesis dengan megasporogenesis

POLA-POLA HEREDITAS
27 September 2020 oleh evhairawati

Penurunan atau pewarisan sifat-sifat dari induk kepada keturunannya melalui gen disebut
hereditas. Mekanisme pewarisan sifat mengikuti aturan-aturan tertentu yang disebut pola-pola
hereditas. Menurut Walter Sutton, pola-pola hereditas ini terjadi karena hal-hal sebagai berikut.

1. Gen merupakan karakteristik yang diturunkan sehingga meskipun terjadi mitosis dan
meiosis bentuk dan identitas setiap gen di dalam kromosom adalah tetap.
2. Saat terjadi meiosis, kedua perangkat kromsom yang berasal dari kedua induknya
memisah secara bebas dengan kromosom lain yang bukan sehomolog
3. Jumlah kromosom yang terkandung dalam ovum maupun spermatozoid adalah sama
(bersifat haploid), yaitu setengah dari jumlah kromosom sel induknya.
4. Individu hasil pembuahan antara ovum dengan spermatozoid bersifat diploid artinya
mengandung dua perangkat kromosom

Terdapat beberapa istilah dalam mempelajari pola-pola hereditas, yaitu sebagai berikut:

1. Parental (P) adalah induk yang disilangkan, misalnya P1 merupakan induk dalam
penyilangan pertama dan P2 merupakan induk dalam penyilangan kedua.
2. Gamet (G) adalah sel kelamin jantan atau betina
3. Filial (F) adalah hasil keturunan atau anak, misalnya F1 merupakan keturunan pertama
dan F2 merupakan keturunan ke dua.
4. Gen adalah faktor pembawa sifat. Gen dapat dibedakanmenjadi dua macam, yaitu gen
dominan dan gen resesif . Gen dominan (kuat) dituliskan dengan huruf besar, misalnya
M membawa sifat manis. Gen resesif (lemah) dituliskan dengan huruf kecil, misalnyam
membawa sifat asam. Sifat dari gen dominan akan menutup sifat gen resesif jika kedua
gen tersebut berada bersama-sama, misalnya Mm membawa sifat rasa manis, bukan rasa
asam.
5. Alel merupakan pasangan gen yang terdapat pada kromosom sejomolog (dari kedua
induknya) yang menunjukkan sifat alternatif sesamanya, contohnya panjang dengan
pendek, manis dengan asam, halus dengan keriput, dan lain-lainnya. Cara penulisan
pasangan gen satu alel menggunakan huruf yang sejenis, tetapi berupa huruf besar atau
huruf kecil, misalnya Aa, AA, aa, Bb, Cc, dan seterusnya. Alel dominan tidak berarti
lebih banyak di temukan dalam suatu populasi daripada alel resesif.
6. Genotipe (tipe gen) adalah keadaan genetik dari suatu individu atau populasi. Genotipe
merupakan faktor pembawa sifat dari kedua induknya. Genotipe dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu genotipe dominan homozigot (contohnya MM membawa sifat manis),
genotipe heterozigot (contohnya Mm membawa sifat manis), dan genotipe resesif
(contohnya mm membawa sifat asam). Jika genotipe terdiri atas 1 gen dominan dan 1 gen
resesif, gen dominan ditulis di depan gen resesif, contohnya Aa.
7. Fenotipe adalah sifat yang muncul atau dapat diamati dari suatu organisme (baik
struktural, biokimia, fisiologis, atau perilaku), misalnya warna bunga ungu, bentuk biji
bulat. Penampakan sifat pada fenotipe tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor dalam (gen)
dan faktor lingkungannya, contohnya orang yang mempunyai genotipe bakat menyanyi,
tidak akan bisa penyanyi yang baik jika tidak pernah berlatih.
8. Karakter merupakan istilah yang digunakan para ahli genetika untuk menjelaskan sifat
yang dapat diturunkan, seperti warna bunga, panjang tanaman, atau bentuk biji. Setiap
varian dari suatu karakter disebut sifat (trait), contohnya warna bunga ungu dan putih.

Beberapa sifat yang dapat diturunkan pada manusia di jelaskan dalam tabel berikut:
HUKUM PEWARISAN SIFAT

Genetika mulai berkembang setelah seorang biarawan Austria yang bernama Gregor Johann
Mendel pada tahun 1856-1863 menyampaikan hasil eksperimen penyilangan (hibridisasi) kacang
ercis (Pisum sativum, kacang kapri). Mendel memilih tanaman kacang ercis dengan beberapa
alasan sebagai berikut:

1. Memiliki banyak varietas dengan pasangan sifat yang kontras, yaitu bunga berwarna
ungu dan putih, posisi bunga aksial dan terminal, bentuk biji bulat dan keriput, warna
kotiledon biji hijau dan kuning, bentuk polong menggembung dan mengerut, warna
polong hijau dan kuning, serta batang panjang dan pendek.
2. Dapat melakukan penyerbukan sendiri (autogami)
3. Mudah dilakukan perkawinan silang
4. cepat menghasilkan biji
5. Menghasilkan banyak keturunan
A. HUKUM MENDEL I

Hukum Mendel I didapatkan dari percobaan perkawinan monohibrid, yaitu persilangan dengan
satu sifat beda. Mendel melakukan persilangan antara tanaman ercis biji bulat dengan tanaman
ercis biji berkerut. Hasilnya, semua keturunan F1 berupa tanaman ercis biji bulat. Kemudian
dilakukan persilangan antarketurunan F1 untuk mendapatkan keturunan F2. Pada keturunan f2
didapatkan perbandingan fenotipe kira-kira 3 biji bulat : 1 biji berkerut. Perhatikan diagram
persilangan berikut:

Hukum Mendel I atau hukum segregasi (pemisahan) adalah suatu kaidah pemisahan pasangan
alel secara bebas pada saat pembelahan meiosis dalam pembentukan gamet. Segrefasi ini disertai
dengan penurunan jumlah kromosom diploid menjadi haploid. Hukum Mendel I dapat
dibuktikan pada penyilangan monohibrid. Monohibrid adalah penyilangan dengan satu sifat beda
yang merupakan satu pasangan alel. Mendel menyilangkan kacang ercis berbunga warna ungu
dengan kacang ercis berbunga warna putih. Hasil keturunan I berbunga warna ungu 100%. Sifat
bunga warna ungu dominan, sedangkan warna putih bersifat resesif. Jika bunga warna ungu
keturunan I (F1) disilangkan dengan sesamanya (inbreeding), akan dihasilkan keturunan II (F2)
berupa bunga warna ungu sebanyak 75% dan warna putih sebanyak 25%.

Peristiwa penyilangan monohibrid tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:


 Bunga ungu bersifat dominan. Bunga ungu pada induk pertama (P1) mempunyai genotipe
homozigot PP sehingga pada saat pembentukan gamet terjadi pemisahan pasangan alel
PP dan terbentuklah satu macam gamet P.
 Bunga putih bersifat resessif. Bunga putih pada induk petama (P1) mempunyai genotipe
homozigot pp sehingga pada saat pembentukan gamet terjadi pemisahan pasangan alel pp
dan terbentuklah satu macam gamet p.
 Jika terjadi fertilisasiantara gamet yang dihasilkan oleh kedua induk jantan dan betina (P
dan p) akan dihasilkan keturunan pertama (F1) dengan genotipe heterozigot Pp.
 F1 yang disilangkan sesamanya sebagai parental II (P2) bergenotipe Pp. Saat
pembentukan gamet, setiap pasangan alel Pp berpisah sehingga terbentuklah 2 macam
gamet jantan yang mengandung alel P dan p serta 2 macam gamet betina yang
mengandung alel P dan p.
 Jika keempat gamet tersebut mengalami fertilisasi, akan terjadi pertemuan silang antara
keempat gamet. Hal tersebut menyebabkan terbentuknya keturunan F2 yang mengandung
genotipe PP, Pp, dan pp. Genotipe PP dan Pp mempunyai fenotipe ungu, sedangkan
genotipe pp mempunyai fenotipe putih. Perbandingan bunga ungu : bunga putih adalah 3:
1

B. Hukum Mendel II

Hukum Mendel II atau hukum asortasi (berpasangan) secara bebas adalah suatu kaidah yang
menyatakan bahwa setiap alel dapat berpasangan secara bebas dengan alel lainnya yang tidak
sealel pada waktu pembentukan gamet. Hukum Mendel II dapat dijelaskan dengan penyilangan
dihibrid, yaitu penyilangan dengan dua sifat beda atau dua alel yang berbeda, misalnya sifat biji
bulat dan keriput atau warna biji kuning dan hijau. Hukum Mendel II ini hanya berlaku pada
gen-gen yang letaknya berjauhan sehingga dapat memisah secara bebas. Pada gen yang letaknya
berdekatan, cenderung akan terjadi tautan (tidak dapat memisah secara bebas).

Pada penyilangan tanaman kacang ercis berbiji bulat dan berwarna kuning dengan tanaman
kacang ercis berbiji keriput dan berwarna hijau, dihasilkan keturunan pertama (F1) kacang ercis
berbiji bulat dan berwarna kuning. Bentuk biji bulat dan berwarna kuning bersifat dominan.
Sementara itu, bentuk biji keriput dan berwarna hijau bersifat resesif. Jika keturunan pertama
tanaman ercis berbiji bulat dan berwarna kuning disilangkan dengan sesamanya, akan dihasilkan
keturunan kedua (F2), tanaman kacang ercis berbiji bulat kuning, bulat hijau, keriput kuning, dan
keriput hijau dengan perbandingan 9 : 3: 3 : 1. Diagram penyilangan dihibrid adalah sebagai
berikut.
Pembentukan gamet pada persilangan dihibrid terjadi dengan cara pemisahan alel secara bebas,
yaitu sebagai berikut.

1. BB berpisah menjadi B dan B; Bb berpisah menjadi B dan b; dan bb berpisah menjadi b


dan b
2. KK berpisah menjadi K dan K ; Kk berpisah menjadi K dan k dan kk berpisah menjadi k
dan k

Pembentukan gamet pada persilangan dihibrid terjadi melalui penggabungan alel (berpasangan
secara bebas), yaitu sebagai berikut :

 B berpasangan dengan K membentuk BK


 B berpasangan dengan k membentuk Bk
 b berpasangan dengan K membentuk bK
 b berpasangan dengan k membentuk bk

MENGHITUNG MACAM GAMET, GENOTIPE, DAN FENOTIPE


Jumlah jenis gamet yang dihasilkan oleh individu dapat dihitung dengan menggunakan rumus 2n,
dengan n adalah jumlah pasangan alel heterozigot yang bebas memisah. Sementara itu, jenis
gametnya dapat diketahui dengan menggunakan diagram anak garpu. Langkah-langkah mencari
jenis gamet adalah sebagai berikut:

1. Alel heterozigot dituliskan secara terpisah, sedangkan alel homozigot dituliskan salah
satunya saja
2. Garis penghubung untuk alel heterozigot dibuat bercabang sedangkan alel homozigot
dibuat lurus

Cara mencari macam dan jumlah gamet, dapat diperhatikan pada tabel di bawah ini !

Dari data yang diperoleh dalam percobaan-percobaannya, Mendel menyusun hipotesis dalam
menerangkan hukum-hukum hereditas sebagai berikut :
1. Tiap karakter /sifat dari organisme hidup dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan,
satu dari induk betina dan lainnya dari induk jantan
2. Tiap pasangan faktor keturunan menunjukkan bentuk alternatif sesamanya, misalnya
ungu atau putih, bulat atau kisut dan lainnya. Kedua bentuk alternatif disebut dengan alel.
3. Satu dari pasangan alel bersifat dominant atau menutupi alel yang resesif bila keduanya
bersama-sama.
4. Pada pembentukan sel kelamin (gamet), terjadi peristiwa meiosis, pasangan factor
keturunan kemudian memisah. Setiap gamet menerima salah satu factor dari pasangan
itu. Kemudian pada proses fertilisasi, faktor-faktor ini akan berpasang-pasangan secara
bebas.
5. Individu dengan galur murni mempunyai dua alel yang sama, dominant semua atau
resesif semua.
6. Semua individu pada F1 adalah sama / seragam.
7. Jika dominasi tampak sepenuhnya, maka individu F1 memiliki fenotifpe seperti induknya
yang dominan.
8. Jika dominansi tampak sepenuhnya, maka perkawinan monohibrid ( Pp X Pp)
menghasilkan keturunan yang memperlihatkan perbandingan fenotif 3 : 1 , yaitu ¾
berbunga ungu dan ¼ berbunga putih dan memperlihatkan perbandingan genotif 1 : 2 : 1,
yaitu ¼ TT : 2/4 Tt : ¼ tt

Menghitung fenotipe hasil keturunan menggunakan diagram anak garpu, tidak perlu mencaro
jenis gamet. Hal yang perlu dilakukan adalah langsung memasangkan setiap alel pada kedua
induk yang sealel, menghitung jumlahnya, kemudian menggabungkan dengan pasangan alel
lainnya yang bukan sealel, dan mengalihkan koefisiennya. Hubungan antara sifat beda, jumlah
jenis gamet, kemungkinan genotipe, dan fenotipe pada F2 dapat dihitung dengan rumus tertentu
seperti pada tabel berikut
Rumu
s segitiga pascal untuk menentukan macam fenotipe

TESTCROSS, BACKCROSS DAN PENYILANGAN RESIPROK

A. Testcross (Uji Silang)

Testcross merupakan penyilangan antara suatu individu yang tidak diketahui genotipenya dengan
individu yang bergenotipe homozigot resesif. Tujuam testcross adalah sebagai berikut:

1. Untuk menguji sifat individu yang menunjukkan fenotipe dominan, apakah bergenotipe
homozigot atau heterozigot.

 jika hasil keturunannya menunjukkan sifat yang sama 100%, genotipe individu tersebut
adalah dominan homozigot

 jika hasil keturunannya menunjukkan sifat yang berbeda-beda, genotipe individu tersebut
adalah dominan heterozigot

2. Mengetahui berapa macam gamet yang dihasilkan oleh suatu individu yang genotipenya
dipertanyakan.
 Individu dominan homozigot akan menghasilkan hanya satu macam gamet
 individu heterozigot akan menghasilkan jenis gamet yang berbeda dengan frekuensi
sebanding (monohibrid menghasilkan 2 macam gamet, dihibrid menghasilkan 4 macam
gamet)

Contoh penyilangan

Dilakukan testcroos (uji silang) antara marmut jantan berbulu putih dengan marmut betina
berbulu hitam yang genotipenya tidak diketahui. Alel hitam bersifat dominan (H), sedangkan alel
putih bersifat resesif (h). Buatlah diagram testcross masing-masing, jika induk betina bergenotipe
homozigot dan jika induk betina bergenotipe heterozigot.

Skenario 1 : induk betina berbulu hitam itu homozigot .

Induk betina hitam pada testcross adalah dominan homozigot (bergenotipe HH) dan
menghasilkan hanya satu macam gamet karena hasil keturunannya sama (100%).

Skenario 2 : Betina berbulu hitam itu heterozigot


Induk betina hitam pada testcross adalah dominan heterozigot (bergenotipe Hh) dan
menghasilkan dua jenis gamet karena hasil keturunannya menunjukkan sifat yang berbeda (50%
hitam dan 50% putih).

Alel tomat berbatang tinggi bersifat dominan (T) terhadap alel kerdil (t). Alel berbatang berbulu
bersifat dominan (B) terhadap alel batang tidak berbulu (b). Testcross dilakukan terhadap
tanaman tinggi berbulu dan menghasilkan keturunan sebanyak 123 tanaman tinggi betbulu, 120
tanaman tinggi tidak berbulu, 118 tanaman kerdil berbulu, dan 121 tanaman kerdil tidak berbulu.
Bagaimanakah genotipe individu yang pada testcross tersebut.
Pasangan alel tt pada F1 dipisahkan dan diletakkan di kedua induknya (P1). Alel bb juga
dipisahkan dan diletakkan di kedua induknya (P1). jadi dapat diketahui bahwa genotipe induk
yang digunakan adalah TtBb (bergenotipe heterozigot).

B. Backcross (Silang Balik)

Backcross merupakan penyilangan antara suatu individu dengan salah satu induknya , induk
betina atau jantan (atau dengan individu-individu yang bergenotipe identik dengan induknya).
Tujuan backcross adalah untuk mendapatkan kembali individu yang bergalur murni (yang
bergenotipe homozigot resesif atau homozigot dominan). Backcross menghasilkan progeni, yaitu
keturunan yang berasal dari sumber yang sama. contoh baccross dapat dilihat pada gambar
berikut.
C. Penyilangan Resiprok

Penyilangan resiprok adalah penyilangan ulang dengan menukarkan jenis kelaminnya.


Penyilangan resiprok ini tidak memengaruhi rasio hasil penyilangan jika dilakukan terhadap gen-
gen yang tidak tertaut pada kromosom seks. Contohnya, penyilangan resiprok dari penyilangan
monohibrid ercis betina berbiji kuning dengan ercis berbiji hijau adalah ercis jantan berbiji
kuning disilangkan dengan ercis betina berbiji hijau.
PENYIMPANGAN SEMU
HUKUM MENDEL
19 Oktober 2020 oleh evhairawati

Berdasarkan hukum Mendel I dan II, penyilangan monohibrid (satu sifat beda) dominan penuh
memiliki perbandingan fenotipe pada F2 sebesar 3:1. sementara itu, penyilangan dihibrid (dua
sifat beda) dominan penuh memiliki perbandingan fenotipe F2 sebesar 9 : 3 : 3 : 1. Namun pada
kenyataannya, ketika dilakukan penyilangan, terkadang ditemukan angka perbandingan yang
tidak sama (menyimpang) dengan pola-pola hereditas menurut hukum Mendel sebagai berikut.

a. Penyilangan monohibrid yang memiliki angka perbandingan fenotipe F2 sebesar 1 : 2 : 1.

b. penyilangan dihibrid yang memiliki angka perbandingan fenotipe F2 sebagai berikut .

 9 : 3 : 4 ————- 9 : 3 : (3 + 1)
 9 : 7 ————-9 : (3 + 3 + 1)
 9 : 6 : 1 ————- 9 : (3 + 3 ) : 1
 12 : 3 : 1 ————- (9 + 3 ) : 3 : 1
 15 : 1 ————- ( 9 + 3 + 3 ) : 1

Jika diperhatikan secara seksama, ternyata angka-angka perbandingan tersebut merupakan


penggabungan atau penjumlahan dari angka-angka perbandingan yang dikemukakan oleh
Mendel sehingga peristiwa tersebut dikenal dengan penyimpangan semu hukum Mendel.
Penyimpangan semu hukum Mendel terjadi karena interaksi antaralel dan interaksi genetik.

A. Interaksi genetik

a. Epistasis dan hipostasis

Epistasis dan hipostasis adalah salah satu bentuk interaksi gen dominan mengalahkan gen
dominan lainnya yang bukan sealel. gen dominan yang menutupi ekspresi gen dominan lainnya
disebut epistasis, sedangkan gen dominan yang tertutup itu disebut hipostasis. peristiwa epistasis
dan hipostasis terjadi pada warna kulit biji gandum, warna labu squash, warna bulu ayam, warna
bulu mencit, dan warna mata manusia.

Epistasis Dominan

Pada epistasis dominan terdapat satu gen dominan yang bersifat epistasis. Epistasis dominan
mislanya terjadi pada pewarisan warna kulit biji gandum, seperti dilaporkan oleh Nilson-Ehle.
Warna kulit biji gandum ditentukan oleh gen H untuk warna hitam dan gen K untuk warna
kuning. Gen H bersifat epistasis terhadap gen K. Dalam percobaannya, nelson-Ehle
menyilangkan gandum berkulit biji hitam dengan berkulit biji kuning. Semua keturunan F1
berupa gandum berkulit biji hitam (100%). selanjutnya, dengan menyilangkan sesama individu
F1 dihasilkan rasio fenotipe F2 antara kulit biji hitam : kulit biji kuning : kulit biji putih = 12 : 3 :
1. Perhatikan diagram persilangan berikut!

Contoh lain pada percobaan persilangan yang dilakukan oleh E.W Sinnott terhadap karakter
warna buah labu (Cucurbita pepo L). Pada sifat warna labu, dikendalikan oleh dua pasang alel
dalam lokus yang berbeda, yaitu putih (P) dominan terhadap hijau (p), dan kuning (K) dominan
terhadap hijau (k). Jika gen dominan P (putih) muncul bersama-sam dengan gen dominan K
(kuning), akan muncul warna putih. Gen P (putih) bersifat epistasis (menutupi), sedangkan gen K
(kuning) dan gen k (hijau) merupakan gen hipostasis (ditutupi). Alel resesifnya menunjukkan
warna hijau. Diagram penyilangannya merupakan persilangan dihibrid (dua sifat beda) sebagai
berikut.
Rasio
fenotipe F2 = putih : kuning : hijau = 12 : 3 : 1

Epistasis Resesif

Pada peristiwa epestasis resesif terdapat suatu gen resesif yang bersifat epistasis terhadap gen
dominan yang bukan alelnya (pasangannya). Gen resesif tersebut harus dalam keadaan
homozigot. Contoh pada pewarisan warna bulu tikus.

Warna bulu tikus ditentukan oleh gen-gen berikut.


1. Gen A menentukan warna hitam
2. Gen a menentukan warna abu-abu
3. Gen C menentukan enzim yang menyebabkan timbulnya warna
4. Gen c menentukan enzim penghambat munculnya warna dan bersifat epistasis

Perhatikan diagram persilangan berikut!

Contoh lain diagram persilangan pada rambut bulu tikus >


Epistasi gen dominan rangkap
Epistasis gen dominan rangkap terjadi jika dua gen dominan atau lebih menghasilkan satu
fenotipe dominan yang sama. Namun, jika tidak ada gen dominan satupun, fenotipe resesif akan
muncul. Contohnya pada karakter bentuk kapsul biji tanaman Capsella bursa-pastoris
(shepherd’s-purse/kantong gembala). Gen domonan A maupun B secara sendiri-sendiri atau
bersamaan dalam genotipe menyebabkan kapsul biji berbentuk segitiga. Namun, jika dalam
genotipe tidak ada gen dominan, kapsul biji berbentuk oval.

Persilangan antara tanaman berkapsul biji bentuk segitiga homozigot dengan berkapsul biji
bentuk oval menghasilkan F1 semuanya berkapsul biji bentuk segitiga. Hasil persilangan sesama
F1 menghasilkan rasio fenotipe F2 kapsul biji segi tiga : kapsul biji oval adalah 15: 1

Diagram penyilangan epistasis gen dominan rangkap pada tanaman Capsella bursa-pastoris
adalah sebagai berikut.
Epistasi Dominan dan Resesif

Epistasis dominan dan resesif (inhibiting gen) merupakan penyimpangan semu yang terjadi
karena terdapat dua gen dominan yang jika dalam keadaan bersama akan menghambat pengaruh
salah satu gen dominan tersebut. Peristiwa ini mengakibatkan perbandingan fenotipe F2 = 13 : 3.
Contoh pada ayam negeri.
Epistasis gen rangkap dengan efek kumulatif

Epistasis gen rangkap dengan efek kumulatif terjadi jika kondisi dominan, baik homozigot
maupun heterozigot, pada salah satu lokus menghasilkan fenotipe yang sama. Epistasis gen
rangkap dengan efek kumulatif terjadi pada karakter warna biji gandum (barli, Hordeum
vulgare). Genotipe dominan pada masing-masing lokus menghasilkan suatu unit pigmen secara
bebas sehingga genotipe A•bb dan aaB• menghasilkan satu unit pigmen dan fenotipenya sama.
Genotipe aabb tidak menghasilkan pigmen, sedangkan genotipe A•B• menghasilkan dua unit
pigmen dan efeknya kumulatif. Diagram persilangannya adalah sebagai berikut.
b. Polimeri

Polimeri adalah interaksi dua gen atau lebih (gen ganda) yang memengaruhi dan menguatkan
suatu sifat yang sama (bersifat kumulatif). Contoh polimeri terjadi pada karakter warna biji
gandum Triticum sp. (percobaan oleh Herman Nilson-Ehle), pigmentasi kulit, tinggi badan,
pigmentasi iris mata, dan berat buah-buahan. Rasio fenotipe F2 pada polimeri, yaitu 15 : 1
(dihibrid), 27 : 1 (trihibrid), dan seterusnya. Diagram persilangan polimeri terhadap karakter
warna biji gandum.
c. Kriptomeri

Kriptomeri (kriptos = tersembunyi) adalah sifat gen dominan yang tersembunyi jika berdiri
sendiri, tetapi akan tampak pengaruhnya jika bertemu dengan gen dominan lainnya yang bukan
sealel. Kriptomeri terjadi pada percobaan Correns terhadap sifat bunga Linaria maroccana. Jika
bunga berwarna merah disilangkan dengan putih akan menghasilkan fenotipe F1 berwarna ungu
100%. Jika antara F1 berwarna ungu disilangkan dengan sesamanya, akan diperoleh rasio pada
F2 ungu : merah : putih sebesar 9 : 3 : 4. Penyelidikan terhadap plasma sel bunga menunjukkan
bahwa warna bunga disebabkan oleh adanya pigmen antosianin dan pH. Gen yang
mengendalikan adanya anstosianin bersifat dominan (A). Gen yang mengendalikan tidak adanya
antisoanin bersifat resesif (a). Gen yang mengendalikan plasma sel basa bersifat dominan adalah
B, sedangkan gen yang mengendalikan plasma sel asam bersifat resesif adalah b.

Diagram persilangan Linaria maroccana adalah  sebagai berikut .


d. Komplementer

Komplementer adalah interaksi antara gen-gen dominan yang saling melengkapi dalam
mengeksperikan suatu sifat, contohnya pada karakter warna bunga sweet pea (Lathyrus
odoratus). Warna bunga tersebut dikendalikan oleh gen penumbuh bahan mentah pigmen (C)
dan gen penumbuh enzim pengubah bahan mentah pigmen menjadi antosianin (P). Jika terdapat
gen C maupun P, bunga warna ungu. Jika hanya terdapat satu gen dominan atau tidak ada gen
dominan sama sekali, bunga berwarna putih. Persilangan antara bunga putih dengan putih
menunjukkan F1 bunga berwarna ungu. Jika antara F1 bunga berwarna ungu disilangkan dengan
sesamanya, akan diperoleh perbandingan F2 berwarna ungu : putih sebesar 9 : 7.
Diagram persilangan  Lathyrus odoratus adalah sebagai berikut.

e. Atavisme (Interaksi beberapa pasangan alel)


Atavisme adalah interaksi beberapa gen yang menghasilkan sifat baru. Atavisme terjadi pada
bentuk jengger ayam ras (negeri). Empat bentuk jengger ayam ras, yaitu rose (mawar), pea (biji),
walnut (sumpel, seperti kacang walnut), dan single (tunggal/bilah).

Beberapa persilangan yang berkaitan dengan dengan bentuk jengger ayam dan hasil
keturunannya adalah sebagai berikut.

1. Jika ayam berjengger rose galur murni dikawinkan dengan ayam berjengger single galur
murni, akan menghasilkan keturunan (F1) ayam berjengger rose. Rose bersifat dominan,
single bersifat resesif.
2. Jika ayam berjengger pea galur murni dikawinkan dengan dengan ayam berjengger
single galur murni, akan menghasilkan keturunan (F1) ayam berjengger pea. Pea bersifat
dominan, single bersifar resesif.
3. Jika ayam yang mempunyai sifat resesif (single) galur murni dikawinkan dengan
sesamanya, akan menghasilkan keturunan (F1) ayam berjengger single.
4. Jika kedua ayam yang mempunyai sifat dominan tersebut (rose dan pea) dan bergalur
murni dikawinkan, akan menghasilkan keturunan (F1) ayam berjengger walnut. Namun,
jika antara f1 dikawinkan (ayam berjengger walnut heterozigot dikawinkan dengan
sesamanya), akan menghasilkan keturunan (F2) ayam berjengger walnut : rose : pea :
single = 9 : 3 : 3: 1 .
Berdasarkan diagram perkawinan tersebut, diperoleh perbandingan fenotipe F2 sesuai dengan
hukum Mendel, yaitu walnut : rose : pea : single = 9 : 3 : 3 : 1. Letak penyimpangannya adalah
timbulnya sifat baru akibat interaksi beberapa gen. Dalam hal ini, interaksi antara dua macam
gen dominan menghasilkan bentuk jengger walnut, sedangkan interaksi antara dua macam gamet
gen resesif menghasilkan bentuk jengger single.

B. Interaksi Antaralel

Selain hubungan dominan dan resesif, interaksi antaralel juga menunjukkan kodominan,
dominan tidak sempurna, alel ganda, dan alel letal.

1.Kodominan (Codominance)

Kodominan adalah dua alel dari suatu gen yang diekspresikan secara bersama-sama dan
menghasilkan fenotipe yang berbeda pada idividu bergenotipe heterozigot. Alel-alel kodominan
tidak memiliki hubungan dominan atau resesif serta dituliskan dengan menggunakan simbol
dasar berhuruf besar dengan huruf-huruf berbeda yang ditulis di atasnya. Contohnya alel-alel
yang mengatur golongan darah sistem M-N pada manusia, menggunakan simbol LM dan LN.
Huruf L diambil dari nama penemunya, yaitu Landsteiner-Levine.

Contoh soal

Warna rambut sapi ras Shorthorn dipengaruhi oleh alel-alel kodominan, yaitu warna merah oleh
CRCR, roan (cokelat kemerahan dengan percikan warna putih) oleh CRCW, dan putih oleh CWCW.
Jika sapi berwarna roan disilangkan dengan sesamanya, bagaimanakah rasio fenotipe F1?

2. Dominasi Tidak Sempurna (Incomplete Dominancel Intermediet)

Dominasi tidak sempurna terjadi ketika alel dominan tidak dapat menutupi alel resesif dengan
sempurna sehingga menghasilkan fenotipe ” campuran” pada individu bergenotipe heterozigot.
Dominasi tidak sempurna terjadi pada bunga snapdragon, bunga pukul empat (Mirabilis jalapa),
dan ayam Andalusian. Persilangan bunga snapdragon merah dengan bunga snapdragon putih
akan menghasilkan F1 yang semuanya berwarna merah muda. Jika F1 (berwarna merah muda)
disilangkan dengan sesamanya rasio fenotipe F2 merah : merah muda : putih adalah 1 : 2 : 1
( sama dengan rasio genotipenya).
Contoh lain:
3. Alel Ganda

Alel ganda merupakan suatu gen yang memiliki lebih dari alel. Alel ganda terjadi karena
perubahan struktur DNA (mutasi) yang diwariskan. contoh alel ganda adalah sebagai berikut.

a. Golongan darah sistem ABO pada manusia. Jenis alelnya adalah IA kodominan IB, sedangkan
IA dan IB dominan sepenuhnya terhadap i. Golongan darah A memiliki IAIA dan IAi, golongan
darah B memiliki alel IBIB dan IBi, golongan darah AB memiliki alel IAIB, sedangkan golongan
darah O memiliki alel ii.

b. Warna mata pada lalat buah (Drosophila), diatur oleh suatu seri alel dengan hierarki mulai
dari yang lebih dominan ke yang lebih resesif, yaitu wild atau merah (w+ atau W)> merah koral
(wco) > merah darah (wbl) > eosin (we)> merah ceri (wch) > aprikot (wa) > madu (wh) > buff atau
kuning kecokelatan pucat (wbf) > tinged (wt) > mutiara (wp) > ivory atau gading (wi) >putih (w).
Alel w+ atau W dominan sepenuhnya, sedangkan w resesif sepenuhnya terhadap alel lainnya.

c. Warna rambut kelinci, dikendalikan oleh alel-alel dengan hierarki dominansinya, yaitu warna
penuh abu-abu (C) > chinchilla atau abu-abu keperakan (cch) > himalayan atau putih dengan
bagian tungkai, ekor, telinga, hidung berwarna hitam (ch) > tidak menghasilkan warna atau
albino (c).
Contoh soal

Kelinci betina abu-abu muda (cchc) dikawinkan dengan kelinci jantan warna abu-abu (Cch).
Bagaimanakah rasio fenotipe anak-anak kelinci yang dilahirkan?
Alel ganda menyebabkan adanya gejala polimorfisme, yaitu bertambahnya jenis fenotipe yang
mengarah kepada terbentuknya varietas-varietas yang berbeda pada suatu populasi. Salah satu
contoh polimorfisme adalah pola pewarnaan pada ular garter ( Thamnophis ordinoides) yang
berpengaruh pada perbedaan perilakunya.

4. Alel Letal

Alel letal adalah alel yang menyebabkan kematian pada individu yang memilikinya. Kematian
ini terjadi karena alel tersebut berperan pada karakter penting dalam tubuh, misalnya
menumbuhkan klorofil pada tumbuhan. pengaruh alel letal dapat terjadi pada masa embrio
sehingga menyebabkan kematian sebelum lahir atau kematian pada usia anak-anak hingga
dewasa (subletal). Alel letal dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu alel letal dominan, alel
letal resesif, dan alel subletal.

a. Alel Letal Dominan

Individu dengan alel letal dominan bergenotipe homozigot akan letal (mati sebelum lahir),
sedangkan yang bergenotipe heterozigot akan mengalami subletal. Contoh kasus letal dominan,
antara lain ayam creeper (redep), tikus kuning, kucing berekor pendek (manx cat), penyakit
Huntington (degeneratif sistem saraf), achondroplasia (kerdil), dan brakidaktili (jari tangan
pendek).

Ayam creeper bergenotipe heterozigot (Cc) akan tetap memiliki cacat kaki walaupun hidup.
Ayam creeper (Cc) dapat dihasilkan dari ayam normal (cc) yang salah satu gen resesifnya (c)
mengalami mutasi gen menjadi gen dominan (C). Ayam creeper yang bergenotipe homozigot
tidak pernah dijumpai karena mati sejak masih embrio akibat kelainan pada kepala, tulang tidak
terbentuk, serta mata mengecil dan rusak. alel resesif c berperan mengatur pertumbuhan tulang.
Diagram persilangan ayam creeper adalah sebagai berikut.
b. Alel letal resesif

Alel letal resesif hanya menyebabkan kematian pada individu yang bergenotipe homozigot
resesif. Individu yang bergenotipe heterozigot dan homozigot dominan adalah normal. Contoh
kasus letal resesif, antara lain albino pada tanaman, ichtyosis congenita (kulit tebal, banyak luka
sobekan pada janin), sapi bulldog, dan mata bentuk bintang pada Drosophila melanogaster. Sapi
bulldog memiliki tubuh kecil seperti anjing bulldog, bergenotipe homozigot resesif, dan letal saat
dilahirkan. Sapi bulldog ini merupakan keturunan dari sapi dexter (bertubuh pendek dan
bergenotipe heterozigot). Jika sapi dexter dikawinkan dengan sesamanya, akan dihasilkan sapi
kerry (normal) : sapi dexter : sapi bulldog sebesar 1: 2 : 1. Sapi bulldog akan mati saat dilahirkan
sehingga jumlah sapi yang hidup hanya 75%, terdiri atas sapi 25% kerry dan 50% sapi dexter.
Diagram persilangannya adalah sebagai berikut.
Contoh soal :

Pada tanaman jagung (Zea mays), alel dominan G mengatur terbentuknya klorofil. Sementara itu,
alel g bersifat letal. Hasil persilangan tanaman heterozigot dengan sesamanya menghasilkan
1.200 biji jagung. Jika seluruh biji jagung tersebut ditanam kembali, berapakah yang bisa tumbuh
menjadi tanaman baru?

c. Alel Subletal

Alel sub letal adalah alel homozigot dominan atau homozigot resesif yang menyebabkan
kematian individu pada usia anak-anak hingga dewasa. Contoh subletal homozigot dominan
adalah talasemia, sedangkan contoh subletal homozigot resesif adalah hemofilia. Diagram
persilangannya adalah sebagai berikut.

PENENTUAN JENIS KELAMIN


(DETERMINASI SEKS)
1 November 2020 oleh evhairawati

Jenis kelamin merupakan salah satu sifat yang diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya.
Jenis kelamin ditentukan oleh kromosom seks (gonosom) yang terdapat di seluruh sel tubuhnya.
Menurut C.E. McClung (1902), terdapat perbedaan jenis gonosom pada sel individu jantan dan
betina. Determinasi seks adalah proses penentuan jenis kelamin pada makhluk hidup berdasarkan
kromosom kelamin (gonosom). Gonosom yang menentukan jenis kelamin suatu individu
tersebut diperoleh dari kedua induknya saat terjadi fertilisasi. Berdasarkan jenis gonosom yang
diperoleh dari kedua induknya, dapat dibedakan individu homogametik dan individu
heterogametik. Individu homogametik mempunyai satu macam gonosom, misalnya wanita (XX)
dan ayam jantan (ZZ). Sementara itu, individu heterogametik mempunyai dua macam gonosom,
misalnya laki-laki (XY) dan ayam betina (ZW).

A. Penentuan Jenis kelamin pada Tumbuhan

Umumnya tumbuhan memiliki bunga dengan benang sari dan putik sebagai alat kelaminnya.
Oleh karena itu, umumnya tumbuhan tidak dibedakan jenis kelaminnya. Namun, beberapa
tumbuhan dapat dibedakan jantan atau betina sesuai dengan system XY. Tumbuhan jantan
bergonosom XY dan betina bergonosom XX, misalnya pada tanaman salak.

B. Penentuan Jenis Kelamin pada Hewan

Beberapa tipe penentuan jenis kelamin pada hewan antara lain tipe XY, XO, ZW, dan tipe ploidi.
a. Tipe XY

Tipe XY terdapat pada lalat buah (Drosophila melanogaster), manusia, dan semua mamalia.
Lalat buah betina memiliki sepasang kromosom X, sedangkan lalat buah jantan memiliki satu
kromosom X dan satu kromosom Y. Gonosom Y pada lalat buah tidak menentukan jenis
kelamin, tetapi menentukan kesuburan (fertilitas). Jenis kelamin lalat buah dapat ditentukan
dengan perimbangan jumlah gonosom X dengan jumlah set autosom (indeks kelamin).

Contoh:

Lalat diploid, berkromosom 3AA,XX →X/A = 2/2 = 1 adalah betina Lalat diploid, berkromosom
3AA,XY →X/A = 1/2 = 0,5 adalah jantan, fertile Lalat diploid, berkromosom 3AA,XO →X/A =
1/2 = 0,5 adalah jantan, tetapi steril Lalat diploid, berkromosom 3AA,XXX →X/A = 3/2 = 1,5
adalah betina super Lalat triploid, berkromosom 3AA,XXY →X/A = 2/3 = 0,67 adalah interseks
(sifat antara jantan dan betina).

2. Tipe XO

Tipe XO terdapat pada beberapa serangga (belalang, kecoa, dan kutu daun). Individu yang
memiliki kromosom X homozigot (XX) berjenis kelamin betina. Sedangkan individu yang
memiliki hanya satu kromosom X atau XO berjenis kelamin jantan.

Contoh:
Belalang berkromosom 22A+XX = 24 →betina

Belalang berkromosom 22A+XO = 23→jantan

3. Tipe ZW

Tipe ZW terdapat pada burung, ikan, dan beberapa jenis kupu-kupu. Individu ZW adalah betina,
sedangkan individu ZZ adalah jantan.

Contoh:

Ayam berkromosom 19AA+ZW →betina

Ayam berkromosom 19AA+ZZ →jantan

4. Tipe haploid-diploid

Tipe haploid-diploid terdapat pada beberapa serangga yang dapat melakukan parthenogenesis
(terbentuknya individu baru dari sel telur tanpa didahului pembuahan oleh sel sperma), misalnya
pada lebah madu. Peristiwa parthenogenesis terjadi pada pembentukan lebah jantan sehingga
bersifat haploid (n) yang memiliki 16 buah kromosom. Sedangkan lebah madu betina (lebah ratu
dan pekerja) terbentuk dari hasil perkawinan sehingga bersifat diploid (2n) yang memiliki 32
kromosom. Karena perbedaan tempat dan makanannya, lebah ratu yang dihasilkan bersifat fertile
sedangkan lebah pekerja bersifat steril. Oleh karena itu, penentuan jenis kelamin pada tipe ini
tidak dipengaruhi oleh kromosom kelamin, melainkan tergantung dari sifat ploidi dari
makhluknya.

PAUTAN

Pautan (linkage) adalah peristiwa dua gen atau lebih yang terletak pada kromosom yang sama
dan tidak dapat memisah secara bebas pada waktu pembelahan meiosis. Gen-gen tersebut berada
dalam keadaan tertaut sehingga cenderung diturunkan bersama-sama. Pautan dapat terjadi pada
kromosom tubuh (pautan gen) maupun kromosom seks (pautan seks).

1) Pautan gen

Setiap kromosom mengandung gen yang tersimpan di tempat khusus yang disebut lokus. Gen-
gen ini dapat berada pada kromosom yang sama atau kromosom yang berbeda. Gen-gen yang
berada dalam satu kromosom homolog yang sama dan letaknya saling berdekatan inilah yang
disebut pautan gen (gene linkage). Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut.
Akibat letaknya yang saling berdekatan, gen-gen tersebut akan tetap bersama sampai saat
pembentukan gamet. Pautan dari dua macam gen atau lebih akan menghasilkan jumlah gamet
yang lebih sedikit, sehingga keturunan yang dihasilkan akan memiliki perbandingan fenotip dan
genotip yang lebih sedikit pula. Contoh peristiwa pautan gen dapat kalian temui pada Drosophila
melanogaster.
2) Pautan seks

Dalam kehidupan sehari-hari, mungkin kalian pernah mengamati adanya suatu sifat khas
individu yang hanya dimiliki oleh wanita saja atau laki-laki saja. Peristiwa ini terjadi karena
adanya pautan seks. Sebelum mempelajari lebih lanjut mengenai pautan seks, coba kalian
lakukan terlebih dahulu kegiatan berikut.
Berdasarkan kegiatan di atas, kalian telah mengetahui mengetahui mekanisme terjadinya pautan
seks. Kromosom kelamin dibedakan atas kromosom X dan kromosom Y. Peristiwa terdapatnya
gen dalam kromosom kelamin disebut terpaut seks (sex linkage). Gen-gennya disebut gen-gen
terpaut seks (sex linked genes). Oleh karena kromosom X lebih panjang dari kromosom Y,
jumlah gen-gen yang terpaut kromosom X lebih banyak daripada gen-gen terpaut kromosom Y.

a. Pautan seks pada Drosophila melanogaster

Sifat warna mata Drosophila melanogaster terpaut pada kromosom X. Drosophila melanogaster
bermata putih selalu berkelamin jantan. Hal ini menunjukkan warna mata merah lebih dominan
daripada warna mata putih. Perhatikan diagram persilangan berikut.
2. Pautan seks pada manusia

Pautan seks pada manusia dapat dibedakan pada gen dominan dengan gen resesif. Pautan gen
pada gen dominan misal gigi coklat dan hypertrichosis . Adapun pautan seks pada gen resesif
missal hemophilia, buta warna, dan anadontia.

3. Pautan seks pada kucing

Sifat warna rambut terpaut pada kromosom X. Akibatnya, kucing kaliko yang berambut belang
tiga selalu berkelamin betina. Namun pernah dijumpai kucing kaliko berkelamin jantan. Kucing
kaliko jantan mempunyai kelebihan kromosom X sehingga susunan kromosom kelaminnya
XXY. Hal ini terjadi karena adanya nondisjunction selama induk jantan membentuk gamet.
Perhatikan diagram persilangan berikut.
Pautan seks pada ayam

Pautan seks pada ayam Penentuan jenis kelamin pada ayam mengikuti tipe ZW. Ayam betina
memiliki tipe ZW, sedangkan ayam jantan memiliki tipe ZZ. Pautan seks pada ayam
berpengaruh pada penentuan warna bulu. Warna bulu ayam ditentukan oleh gen-gen yang terpaut
pada kromosom seks, missal: B = gen untuk bulu bergaris-garis (blorok) B = gen untuk bulu
polos Perkawinan antara ayam betina berbulu blorok dengan ayam jantan berbulu polos akan
menghasilkan keturunan berupa ayam betina berbulu polos dan ayam jantan berbulu blorok.
Perhatikan diagram persilangan berikut.

Pindah Silang (Crossing Over)


Pindah silang adalah peristiwa pertukaran segmen kromatid yang bukan saudaranya dari
sepasang kromosom homolog. Pindah silang terjadi saat pembelahan meiosis I, yaitu pada akhir
profase I atau awal metaphase I. Peristiwa tersebut menghasilkan kombinasi baru (rekombinan
gen) dari sifat induknya. Pindah silang mengakibatkan terbentuknya empat macam gamet, dua
macam gamet yang sifatnya sama dengan induknya (tipe parental) dan dua macam gamet yang
merupakan hasil pindah silang (tipe rekombinan). Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar
berikut.

Menurut Suryo (1992), ada beberapa faktor yang kemungkinan mempengaruhi peristiwa pindah
silang, antara lain:

1. Jarak antara gen-gen yang terangkai; makin jauh letak satu gen dengan gen lainnya, makin
besar kemungkinan terjadinya pindah silang;

2. Suhu; di atas atau di bawah suhu normal akam memperbesar kemungkinan terjadinya pindah
silang;

3. Umur; makin tua umur individu, makin kecil peluang terjadinya pindah silang;

4. Zat kimia; ada zat kimia tertentu yang memperbesar kemungkinan pindah silang;

5. Jenis kelamin; pindah silang umumnya terjadi pada individu jantan dan betina, tetapi pada ulat
sutera (Bombyx mori) hanya ulat sutra jantan yang mengalami pindah silang. Demikian pula
pada lalat buah (Drosophila) jantan

Dalam peristiwa pindah silang akan terbentuk kombinasi parental dan kombinasi rekombinan
(kombinasi baru). Gen-gen yang berpautan tidak selamanya terpaut. Pindah silang menyebabkan
pergantian alel di antara kromosom-kromosom homolog, menghasilkan kombinasi yang tidak
ditemukan pada induknya. Pindah silang meningkatkan keanekaragaman genetic selain yang
dihasilkan oleh pengelompokan gen secara bebas. Nah, tahukah kalian bahwa persentase pindah
silang bisa kita ketahui, caranya dengan menggunakan rumus berikut:
Gagal Berpisah (Non-Disjunction)
Gagal berpisah adalah peristiwa gagalnya satu kromosom atau lebih untuk berpisah ke arah
kutub yang berlawanan pada saat anaphase meiosis I maupun meiosis II. Gagal berpisah
mengakibatkan sel anak kelebihan atau kekurangan kromosom (sel aneuploid). Gagal berpisah
dapat terjadi pada gonosom maupun autosom. Perhatikan gambar berikut.

Pada manusia, gagal berpisah dapat mengakibatkan sindrom Down atau idiot mongoloid (45A +
XX atau XY), sindrom Turner (44A + X), sindrom Klinefelter (44A + XXY), sindrom X tripel
atau wanita super (44A + XXX), dan sindrom Jacobs (44A + XYY).

Gen Letal

Gen letal adalah gen yang menyebabkan kematian individu dalam keadaan homozigot,
sedangkan dalam keadaan heterozigot, seseorang dalam keadaan normal atau sub letal. Ada dua
macam gen letal yang perlu kalian ketahui:

1) Gen letal dominan

Gen letal dominan merupakan gen yang menyebabkan kematian individu dalam keadaan
homozigot dominan. Sedangkan dalam keadaan heterozigot, seorang individu dapat bersifat
subletal yang mengakibatkan terjadinya kelainan. Contoh gen yang menyebabkan kaki dan sayap
pendek (redep) pada ayam, gen warna rambut kuning pada tikus, gen Huntington’s Disease, dan
gen yang menyebabkan pemendekan ruas-ruas jari (brakidactili) pada manusia

Ayam redep atau ayam creeper


Pertumbuhan tulang pada ayam ditentukan oleh gen c. Alelnya, gen C, menyebabkan
ketidaknormalan pada pertumbuhan tulang. Ayam bergenotipe CC tidak pernah ada karena mati
sewaktu embrio. Ayam bergenotipe Cc dapat hidup, tetapi cacat, yaitu kaki dan sayap pendek.
Ayam itu disebut ayam redep atau creeper. Perkawinan ayam redep jantan dan ayam redep betina
akan menghasilkan keturunan dengan perbandingan 2 ayam redep : 1 ayam normal.

Tikus kuning

Tikus yang normal umumnya berwarna hitam atau abu-abu. Pembentukan pigmen hitam atau
abu-abu ditentukan oleh gen resesif y. Alelnya gen Y (yellow), menyebabkan tikus tidak
berwarna hitam atau abu-abu, melainkan berwarna kuning. Tikus kuning yang hidup bergenotipe
Yy, sedangkan tikus YY tidak pernah ada karena letal. Tikus normal bergenotipe yy. Perkawinan
dua tikus kuning akan menghasilkan keturunan dengan perbandingan 2 tikus kuning : 1 tikus
abu-abu.

Gen letal resesif

Gen letal resesif merupakan gen yang menyebabkan kematian individu dalam keadaan
homozigot resesif. Sedangkan dalam keadaan heterozigot, dapat bersifat carrier (pembawa sifat)
yang dapat diwariskan pada keturunannya. Contohnya adalah gen yang dapat menyebabkan
kelainan albino pada tanaman jagung. Sifat albino ini muncul karena tidak terbentuk klorofil.
Karena tidak memiliki klorofil, maka tanaman tersebut tidak dapat melakukan fotosintesis
sehingga akan segera mati setelah berkecambah. Sifat albino ditentukan oleh gen resesif a dan
alelnya, gen A, menyebabkan tanaman dapat membuat klorofil. Tanaman albino bergenotipe aa,
sedangkan tanaman normal bergenotipe homozigot AA atau heterozigot Aa. Tanaman yang
bergenotipe Aa, meskipun normal, daunnya agak kekuningan.

Jika tanaman normal heterozigot dibiarkan menyerbuk sendiri, keturunannya akan memiliki
perbandingan 1 tanaman normal homozigot : 2 tanaman normal heterozigot. Meskipun demikian,
hal itu dapat dikatakan 100% normal.

HEREDITAS PADA MANUSIA


25 Oktober 2021 oleh evhairawati

I. Variasi Sifat pada Manusia

Pada dasarnya semua sifat pada diri manusia didapatkan dari kedua orang tuanya, meliputi sifat
fisik, fisiologi, dan psikologi a9kejiwaan). Sifat fisik, antar laii warna dan tekstur
rambut/kulit,postur tubuh, bentuk hidung, warna dan bentuk mata, serta tipe suara. Sifat
fisiologis, antara lain metabolisme tubuh, fungsi alat-alat tubuh, sistem hormonal, dan sistem
enzimatis. Sementara itu, sifat psikologis lebih sulit untuk diamati karena berhubungan dengan
kondisi kejiwaan seseorang, antara lain perwatakan atau IQ (Intelegence Quotient).

No Sifat Dominan Sifat resesif


1. Rambut keriting Rambut lurus
2. Jari berambut Jari tidak berambut
3. Mata sipit Mata lebar
4. Bibir tebal Bibir tipis
5. Tangan kidal Tangan tidak kidal
6. Rambut hitam Rambut pirang
7. Lesung pipi Tidak berlesung pipi
8. Lidah dapat menggulung Lidah tidak dapat menggulung
9. Hidung berbentuk lurus Hidung berbentuk melengkung
10. Cuping telinga melekat Cuping teinga menggantung
11. Bentuk wajah oval Bentuk wajah segiempat
12. Dagu tidak membelah Dagu membelah
13. Bulu mata panjang Bulu mata pendek
14. Bentuk mata almond Bentuk mata bulat
Beberapa sifat fisik manusia yang bersifat dominan dan resesif

B
eberapa contoh variasi karakteristik fisik pada manusia

Variasi sifat-sifat tersebut dikendalikan oleh gen-gen yang bersifat dominan atau resesif. Jika gen
dominan tersebut berada bersamma-sama denga gen resesif, sifat yang akan muncu adalah sifat
dari gen dominan. Contohnya, jika orang yang bertangan kidal kawin dengan orang yang
bertangan tidak kidal akan memiliki keturunan yang bertangan kidal. Begitu pula jika orang yang
bermata sipit kawin dengan orang yang bermata lebar kemungkinan akan memiliki keturunan
yang bermata sipit. Namun,perlu diperhatikan juga hereditas, kejadian-kejadian lain dalam pola-
pola hereditas, seperti kodominan, dominasi tidak sempurna, alel ganda, alel letal, atavisme,
polimeri, epistasis-hipostatis, interaksi gen, kriptomeri, komplementer, tautan, atau gagal
berpisah.

Selain faktor hereditas (gen), faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap kemunculan suatu
karakter. Contohnya anak yang mestinya mempunyai tingkat IQ tinggi dari pewarisan IQ ayah
dan ibunya bisa saja memiliki prestasi belajar yang rendah karena faktor penyakit, gizi, fasilitas
belajar yang kurang, atau tidak pernah berlatih.

II. Pedigree (Peta Silsilah Keluarga)

Pedigree dalam hereditas manusia adalah diagram yang menunjukkan penurunan karakter-
karakter tertentu dari leluhur (pasangan perkawinan) kepada keturunannya dari generasi ke
generasi berikutnya manfaat pembuatan Pedigree adalah sebagai berikut.

1. Mengatur perkawinan untukhindari munculnya penyakit-penyakit keturunan.


2. Mempertahankan sifat-sifat yang unggul dalam keluarga
3. Memperbaiki mutu genetik keluarga

III. Penentuan Jenis Kelamin (Determinasi Seks) Pada Manusia

Pada Manusia, jenis kelamin ditentukan berdasarkan tipe XY. Gonosom Y merupak faktor
penentu jenis kelamin laki-laki. Jika sel tubuh seseorang mengandung gonosom Y, berarti orang
tersebut berjenis kelamin laki-laki, meskipun memiliki beberapa kromosom X. Contohnya XY
(laki-laki normal) dan XXY (laki-aki sindrom Klinefelter). Sementara itu, jika sel tubuh
seseorang hanya menggandung satu macam gonosom X (tanpa Y), orang tersebut berjenis
kelamin wanita. Contohnya XX (wanita normal), XXX (wanita super), atau X (wanita sindrom
Turner). Secara normal, jenis kelamin pada manusia dikendalikan oleh sepasang kromosom seks,
yaitu XX untuk perempuan dan XY untuk laki-laki. Pada proses pembuatan gamet, wanita
menghasilkan ovum yang mengandung satu macam kromosom X. Sementara itu, laki-laki
menghasilkan spermatozoa yang mengandung dua macam kromosom, yaitu X atau Y. Jika
spermatozoa berkromosom X membuahi ovum berkromosom X, akan menghasilkan anak
perempuan (XX). Namun, jika spermatozoa berkromosom Y membuahi ovum berkromosom X,
akan menghasilkan anak laki-laki (XY). Diagram perkawinan adalah sebagai berikut.
Kemungkinan kelahiran anak laki-laki dengan perempuan sama, yaitu 50%. Namun pada
kenyataannya, jumlah anak perempuan atau laki-laki dalam suatu keluarga tidak selalu 50%. Hal
tersebut dapat dijelaskan dengan teori kemungkinan pada jenis kelamin.

A. Teori Kemungkinan pada Jenis Kelamin

Teori kemungkinan pada jenis kelamin adalah perbandingan antara peristiwa yang diharapkan
dengan peristiwa yang mungkin terjadi pada kemunculan jenis kelamin dalam suatu perkawinan.
Rumus teori kemungkinan adalah sebagai berikut.

l = kemungkinan lahir anak laki-laki = 50% = 1/2

p = kemungkinan lahir anak perempuan =50% = 1/2

n = jumlah anak yang diharapkan

Penentuan rumus teori kemungkinan jenis kelamin adalah sebagai berikut.

1. Jika jumlah anak yang diharapkan 1 maka (l + p)1 = l + p


2. Jika jumlah anak yang diharapkan 2 maka (l + p)2 = l2 + 2lp + p2
3. Jika jumlah anak yang diharapkan 3 maka (l + p)3 = l3 + 3l2p + 3lp2 + p3
4. Jika jumlah anak yang diharapkan 4 maka (l + p)4 = l4 + 4l3p + 6l2p2 +4lp3 + p4 dan
seterusnya.

Contoh penggunaan rumus teori kemungkinan jenis kelamin adalah sebagai berikut.
1. Jika jumlah anak yang diharapkan 4 orang (terdiri atas 2 laki-laki dan 2 perempuan),
rumus yang dipilih adalah 6l2p2
2. Jika jumlah anak yang diharapkan 4 orang (terdiri atas 3 laki-laki dan 1 perempuan)
rumus yang dipilih adalah 4l3p.

Contoh soal:

Roni menikah dengan Rini. Mereka merencanakan mempunyai 4 anak, dua laki-laki dan dua
perempuan. Berapa persen kemungkinan harapan keluarga tersebut?

l = 1/2, p = 1/2

Kemungkinan harapan keluarga Roni dan Rini

= 6l2p2

= (6)(1/2)2 (1/2)2 X 100% = 37,5%

Saat ini, dikenal tiga sistem penggolongan darah, yaitu sistem ABO, MN, dan rhesus. Namun
penggolongan darah di Indonesia pada umumnya hanya menggunakan sistem ABO dan
rhesus.Penentuan golongan darah berdasarkan ada atau tidak adanya kandungan antigen tertentu
dalam darah.
A. Golongan Darah Sistem ABO

Penggolongan darah sistem ABO ditemukan oleh Karl Landsteiner (ilmuwan Austria peraih
nobel pada tahun 1930). Berdasarkan perbedaan kandungan aglutinogen (antigen) dan aglutinin
(antibodi), darah dibagi menjadi empat golongan, yaitu A, B, AB, dan O (zero/nol). Aglutinogen
(antigen) merupakan sejenis glikoprotein yang terdapat pada permukaan eritrosit. Jika
aglutinogen ditransfusikan pada golongan darah yang tidak cocok, akan dikenali sebagai antigen
(benda asing). Sementara itu, aglutinin (antibodi) merupakan protein yang dihasilkan oleh sel
linfosit B dalam pasma darah (serum) untuk merespon adanya antigen atau benda asing.

Penggolongan darah sistem ABO berdasarkan jenis antigen dan antibodi

Golongan darah merupakan alel ganda karena lebih dari dua alel menempati lokus gen yang
sama. Macam alel pada penggolongan darah, yaitu IA, IB, dan i. Simbol huruf I merupakan
singkatan dari isoaglutinogen. Hubungan hierarki dominasi alel tersebut adalah ( IA= IB) > i. Alel
IA untuk menghasilkan antigen A, alel IB untuk menghasilkan antigen B, dan alel i tidak
menghasilkan antigen jenis apapun. Setiap orang hanya memiliki sepasang alel yang
menunjukkan fenotif golongan darahnya, misalnya IAIA atau IAi menunjukkan fenotipe golongan
darah A, IAIB menunjukkan golongan darah AB, dan seterusnya.
Dalam populasi terdapat golongan darah A dan B yang bersifat homozigot maupun heterozigot.
Jika seseorang tidak diketahui apakah golongan darahnya bergenotipe homozigot atau
heterozigot, akan dianggap bergenotipe heterozigot ketika ingin menghitung angka perbandingan
keturunan hasil  perkawinannya.

Contoh soal:

1. Seorang wanita bergolongan darah A menikah dengan seorang laki-laki bergolongan


darah B. Bagaimanakah kemungkinan golongan darah anak-anaknya?

P1     :       IAi      > <           IBi

G1   :        IA ,   i            IB ,   i

F1   :         IAIB   =  AB = 25%

                    IA I  =   A   = 25%

I I  =   B   = 25%


                              B

                        IOi   =  O   = 25%

Jadi kemungkinan golongan darah pada anak-anaknya adalah AB, A, B, dan O masing-masing
25%.

2. Sepasang suami-istri bergoongan darah AB dan O. Mungkinkah  pasangan tersebut


menghasilkan keturunan dengan golongan darah yang sama dengan kedua orang tuanya, yaitu
AB atau O?

P1     :       IAIB      > <           ii

G1   :        IA ,   IB                       i

F1   :         IA i  =   A   = 50%

I i  =   B   = 50%


                              B

Keturunan yang dihasilkan dari pasangan suami-istri bergolongan darah AB dengan O adalah
bergolongan darah A dan B. Jadi, anak yang dilahirkan tidak mungkin memiliki golongan darah
seperti kedua orang tuanya.
Pew
arisan golongan darah sistem ABO dari suatu tipe perkawinan

Contoh soal:

Lengkapilah peta silsillah yang menunjukkan pewarisan sifat golongan darah berikut.

B. Golongan Darah Sistem MN


Penggolongan darah sistem MN ditemukan oleh Karl Landsteiner dan Philip Levine pada
tahun 1927. Penggolongan golongan darah MN berdasarkan jenis antigen glikoprotein yang
terdapat pada membran eritrosit yang disebut glikoforin A (glycophorin-A). Terdapat dua macam
antigen glikoforin, yaitu antigen glikoforin-M dan antigen glikoforin-N. Antigen ini tidak
membentuk antibodi jika ditransfusikan dari golongan darah yang satu ke golongan darah
lainnya.. Namun, jika antigen ini disuntikkan ke tubuh kelinci, tubuh kelinci akan membentuk
antibodi (zat anti-M atau anti-N) dalam serum darahnya. Jika serum kelinci  yang mengandung
anti-M atau anti-N tersebut disuntikkan ke dalam darah manusia, akan menimbulkan reaksi.
Berdasarkan reaksi tersebut, golongan darah dibedakan menjadi tiga macam, yaitu M, N, dan
MN. Golongan darah M menunjukkan reaksi positif (terjadi penggumpalan) terhadap anti-M.
Golongan N menunjukkan reaksi positif terhadap anti-N. Sementara itu, golongan MN
menunjukkan reaksi positif terhadap anti-M maupun anti-N.

Adanya antigen glikoforin-M, antigen glikoforin-N, atau keduanya, ditentukan oleh gen
kodominan yang terdiri atas dua alel, yaitu alel LM dan alel LN. Dalam hal ini, tidak ada
dominasi. Jika alel LM dan alel LN terdapat bersama-sama, akan menampakkan fenotipe baru.
Simbol huruf L merupakan singkatan dari Landsteiner.

Contoh soal:

1. Seorang wanita bergolongan darah M menikah dengan seorang laki-laki bergolongan


darah N. Bagaimanakah kemungkinan golongan darah pada anak-anaknya?
P1     :       LMLM      > <           LNLN

G1   :             LM                                   LN

F1   :         LMLN   100% golongan MN

2. Tono yang mempunyai gollongan darah A, MN menikah dengan Tini yang mempunyai
golongan darah AB, N. Bagaimanakah golongan darah anak-anaknya?

Dalam soal, terdapat dua system golongan darah, yaitu system ABO dan system MN. Diagram
perkawinan golongan darah system ABO adalah sebagai berikut.

P1     :       IAi      > <           IAIB

                        A                            AB

G1   :        IA ,   i                     IA ,   IB

F1   :         IAIA   =  A      = 25%

                  IA IB  =  AB    = 25%


                   
    IA i   =  A       = 25%

                   IBi   =  B        = 25%

Golongan darah keturunannya berdasarkan system ABO, yaitu sebagai berikut.

1. A    (IAIA  dan IAi)  = 25% + 25% = 50% = ½


2. AB   (IAIB)              = 25% = ¼
3. B ( IBi) = 25% = ¼

Diagram perkawinan golongan darah sistem MN adalah sebagai berikut.

P1     :       LMLN      > <           LNLN

G1   :             LM ,  LN                                 LN

F1   :         LMLN   50% golongan MN = 1/2

LNLN   50% golongan N = 1/2

Jadi, golongan darah keturunannya adalah sebagai berikut.


1. Golongan darah A, MN = 1/2 X 1/2 = 1/4 = 25%
2. Golongan darah A, N = 1/2 X 1/2 = 1/4 = 25%
3. Golongan darah AB, MN = 1/4 X 1/2 = 1/8 = 12,5%
4. Golongan darah AB, N = 1/4 X 1/2 = 1/8 = 2,5%
5. Golongan darah B, MN = 1/4 X 1/2 = 1/8 = 12,5%
6. Golongan darah B, N = 1/4 X 1/2 = 1/8 = 12,5%

C. Golongan Darah Sistem Rhesus (Rh)

Penggolongan darah sistem rhesus ditemukan oleh Karl Landsteiner dan Alexander S. Wiener
pada tahun 1973. Pada awalnya, keduanya menemukan antigen pada membran plasma sel darah
merah kera Rhesus macaque (Macaca mulatta) yang ternyata juga ditemukan pada sel darah
merah manusia. Antigen tersebut kemudian diknal dengan antigen rhesus (faktor rhesus).
Berdasarkan ada atau tidaknya antigen tersebut, dibedakan dua macam golongan darah, yaitu
RH+ (rhesus positif) dan Rh– (Rhesus negatif). Golongan darah Rh+ mengandung antigen rhesus
dan menunjukkan reaksi positif (penggumpalan) terhadap antibodinya (zat anti-D). Sementara
itu, golongan darah Rh– tidak mengandung antigen rhesus sehingga reaksi terhadap anti serum
rhesus menunjukkan reaksi negatif (tidak terjadi penggumpalan).

Dalam populasi terdapat golongan darah Rh+ yang  bersifat homozigot maupun heterozigot. Jika
seseorang tidak diketahui apakah golongan darahnya bergenotipe homozigot atau heterozigot,
akan dianggap bergenotipe heterozigot ketika ingin menghitung angka perbandingan keturunan
hasil perkawinannya. Pengaruh rhesus terhadap keadaan kehamilan ibu akibat suatu tipe
perkawinan adalah sebagai berikut.

Jika wanita Rh+ mmiliki suami Rh+, anak-anaknya akan memiliki darah Rh+ danRh– . Embrio
yang dikandung ibu baik Rh+  maupun Rh-, akan lahir dengan selamat karena tidak terjadi
penggumpalan. Diagram perkawinannya adalah sebagai berikut.
Jika wanita Rh+ memiliki suamiRh– , anak-anaknya akan memiliki darahRh+ danRh–  . Embrio
yang dikandung ibu, baik Rh+ maupun Rh– , akan lahir engan selamat karena tidak terjadi
penggumpalan. Diagram perkawinannya adalah sebagai berikut.

Jika wanita Rh– memiliki suamiRh+ , anak-anaknya akan memiliki darahRh+ danRh–  . Jika embrio
yang dikandungannya Rh– , tidak akan terjadi penggum[alan. Jika embrio yang dikandung Rh+,
pada awalnya darah ibu tidak membentuk antibodi. Namun, pada bulan-bulan akhir kehhamilan,
gerakan dan berat janin meningkat sehingga mengakibatkan pecahnya pembuluh kapiler
plasenta. Hal tersebut menimbulkan terjadinya perembesan darah janin yang mengandung
antigen rhesus ke dalam darah ibu. Antigen rhesus darah janin menyebabknandarah ibu
membentuk antibodi untuk melawan antigen rhesus bayi. Pada umumnya, anak pertama yang
dikandung akan lahir dengan selamat karena jumlah antibodi ibu yang terbentu secara perlahan-
lahan belum banyak. Namun, pada kehamilan anak Rh+ kedua, ketiga, dan seterusnya akan
mengalami eritroblastosis fetalis karena antibodi yang sudah terbentuk dalam darah ibu pada
saat kehamilan pertama dapat menggumpalkan darah bayi pada kehamilan berikutnya.
Eritroblastosis fetalis merupakan penyakit anemia akut karena sel-sel darah mengalami
hemolisis.  Diagram perkawinannya adalah sebagai berikut.
Golongan darah Rh+  banyak dimiliki oleh orang Asia, sedangkan Rh– banyak dimiliki oleh orang
Eropa dan Amerika. Dalam hal ini, wanita Rh– sebaiknya menikah dengan laki-laki Rh–.

V. Kelainan dan Penyakit Genetik pad Manusia

Kelainan dan penyakit genetik pada manusia dapat disebabkan oleh alel yang terpaut pada
kromosom seks (gonosom) Kromosom tubuh ( autosom). Alel-alel  tersebut dapat bersifat
dominan maupun resesif.  Namun,  sebagian besar penyakit menurun dikendalikan oleh alel-alel
yang bersifat resesif sehingga diderita oleh individu yang bergenotipe homozigot resesi.
Semntara itu, dalam keadaan heterozigot, individu tersebut normal tetapi berpeluang
menurunkan sifat (carrier). Kelainan dan penyakit menurun tidak dapat disembuhkan tetapi,
dapat dihindari kemunculannya pada generasi berikutnya melalui pengaturan pasangan dalam
perkawinan.

A. Kelainan dan Penyakit Menurun oleh Alel yang Tertaut pada Autosom

Kelainan yang dibawa oleh kromosom tubuh (autosom) dapat diderita oleh laki-laki maupun
perempuan. Kelainan ini dapat kendalikan oleh alel dominan maupun alel resesif.

a. Kelainan yang Disebabkan oleh Alel Dominan Autosomal

Kelainan yang disebabkan oleh alel dominan akan diderita oleh individu yang bergenotipe
homozigot dominan maupun heterozigot. Sementara itu, individu yang bergenotipe homozigot
resesif adalah normal.Kelainan yang disebabkan oleh alel dominan autosomal, antara lain
sebagai berikut.

1) Polidaktili

Polidaktili adalah kelainan berupa jumlah jari lebih dari lima (memiliki jari tambahan)pada
tangan atau kaki. Tempat jari tambahan berbeda-beda, ada yang berdekatan dengan kelingking
atau ibu jari. Jari tambahan dapat berbentuk sempurna, abnormal, atau berupasuatu nodul
(benjolan) kecil. Penderita dapat bergenotipe homozigot dominan (PP) dan heterozigot (Pp),
sedangkan individu normal bergenotipe homozigot resesif (pp). Contoh diagram perkawinannya
adalah sebagai berikut.
P1     :       PP                            ><                                    pp

            Polidaktili homozigot                                               normal   


 G1  :       P                                                                           p        

F1   :                                      100% Pp (polidaktili)                   

Polidaktili

2) Brakidaktili

Brakidaktili adalah kelainan tulang ruas jari pendek pada tangan atau kaki. Kelainan ini bersifat
letal dalam keadaan homozigot dominan (BB). Sementara itu, Bb merupakan penderita
brakidaktili dan bb merupakan manusia normal. Contoh diagram perkawinannya adalah sebagai
berikut.

P1     :       Bb                            ><                                    Bb

                Brakidaktili                                                       Brakidaktili 


 G1  :       B,    b                                                                      B,    b       

F1   :                                     25% BB (Letal)


                                             50% Bb (penderita)
                                             25% bb (normal)
                                                                                          Brakidaktili

3) Sindaktili

Sindaktili adalah kelainan berupa jari-jari yang berdekatan. Kelainan ini bersifat tidak letal.
Genotipe SS dan Ss adalah penderita sindaktili, sedangkan genotipe ss adalah individu normal.
Contoh diagram perkawinannya adalah sebagai berikut.

P1     :       Ss                            ><                                    ss

                sindaktili heterozigot                                             normal


 G1  :       S,    s                                                                      s       

F1   :                                     50% Ss (penderita


                                             50% ss (normal)

Penderita cenderung memiliki keturunan yang juga menderita sindaktili. Ekspresi gen pada
kelainan jari beranekaragam. Beberapa penderita memiliki jari pendek sekaligus berlekatan
sehingga disebut sinbrakidaktili.

sindaktili
4) Talasemia

Talasemia adalah kelainan eritrosit berbentuk lonjong dan kecil-kecil sehingga daya ikat
terhadap oksigen rendah dan mengakibatkan anemia. Pada penderita talasemia, terjadi kelainan
pada gen-gen yang mengatur pembentukan rantai globin yang berakibat kerusakan atau pecahnya
eritrosit. Ciri lain penderita talasemia adalah kandungan zat besi tubuh berlebihan,
pembengkakan limpa dan hati, wajah sembab, pangkal hidung terbenan, tulang tengkorak dan
muka menebal, serta tulang panjang mudah patah. Jika penderita tidak mendapatkan
pengomatan, dapat menyebabkan kematian pada masa kanak-kanak. Genotipe dominan
homozigot menimbulkan talasemia major (anemia parah, letal/meninggal pada usia muda),
sedangkan genotive heterozigot menimbulkan talasemia minor (anemia tidak parah). Talasemia
banyak ditemukan di negara Timur Tengah, Asia Tenggara, Cina, dan Afrika.

Perbandingan sel darah normal dengan sel darah penderita


                                    Genotipe dan fenotipe talasemia

5) Huntington

Huntington merupakan kelainan degeratif sistem saraf dengan gejala hilang konsentrasi, sering
lupa, cadel ketika berbicara, kesulitan makan, depresi, gerakan abnormal dan tidak disadari (pada
kaki, jari-jari, dan wajah), serta mudah kehilangan keseimbangan dan jatuh. Gejala nyata baru
tampak pada usia rata-rata 35 – 44 tahun.

6) Progeria

Progeria adalah penuaan dini. Pada waktu dilahirkan, penderita tampak normal. Namun, pada
usia 2 -3 tahun mulai terjadi gejala penuaan, antara lain lemak di bawah kulit menghilang,
rambut rontok, dan pengerasan arteri.

7) Akondroplasia

Akondroplasia adalah kerdil (cebol) akibat kelainan epifisis atau penulangan pada kartilago
sehingga anggota badan pendek, muka kecil, dan kepala berbentuk kubah. Namun, penderita
memiliki tingkat intelegensi normal. Diperkirakan terdapat satu akondroplasia dari setiap 50.000
ank yang dilahirkan akibat mutasi gen pada gamet salah satu orang tuanya.
8) Tilosis (Hiperkeratosis)

Tilosis adalah penebalan kulit pada telapak tangan atau telapak kaki. Penderita tilosis cenderung
terkena kanker esofagus yang dapat menyebabkan kematian.

9) Sindrom Marfan

Ciri-ciri penderita sindrom Marfan adalah tangan dan jari-jari kecil panjang (araknodaktili),
perawakan tubuh tinggi kecil, sering terjadi kelainan tulang belakang (kifosis, skoliosis, atau
hemivertebrata),  tulang skapula bersayap (winged scapulae), tulang dada seperti burung (pigeon
chest), otot tidak berkembang, serta defisiensi lemak yang akut.

10) Sindrom Achoo


Sindrom Achoo adalah kelainan bersin yang kronis. Genotipe dominan homozigot dan
heterozigot adalah penderita sindrom Achoo, sedangkan genotipe homozigot resesif adalah
individu normal.

11) Hipertensi

Penderita hipertensi bergenotipe dominan homozigot (HH) dan heterozigot (Hh), sedangkan
individu normal bergenotipe hh. Ekspresi hipertensi pada umumnya muncul pada usia setelah
dewasa dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antar lain obesitas, nutrisi, populasi udara, kurang
berolahraga dan stress.

12) Dentinogenesis imperfecta

Dentinogenesis imperfecta adaah kelainan pada gigi manusia yang menyebabkan tulang
gigi(dentin) berwarna seperti air susu. Penderita penyakit ini bergenotipe homozigot dominan
(DtDt) atau heterozigot (Dtdt). Sementara itu, individu norma bergenotipe homozigot resesif
(dtdt). Contoh diagram perkawinannya adalah sebagai berikut.

13) Anonikia (Anonychia)

Anonikia adalah kelainan tidak adanya kuku pada sebagian jari. Genotipe dominan homozigot
(acAc) dan heterozigot (Acac) adalah penderita anonikia, sedangkan genotipe resesif homozigot
(acac) adalah individu normal.

b. Kelainan yang disebabkan oleh Alel Semidominasi Autosomal

Kelainan yang disebabkan oleh alel semidominan autosomal, contohnya sistinuria (cystinuria).
Sistinuria adalah kelainan berupa tubuh terlalu banyak menyekresikan asam amino  sistein.
Asam amino sistein sukar larut dalam air sehingga akan menimbulkan endapan berupa batu
ginjal. Orang yang bergenotipe heterozigot (Cc) menyekresikan asam amino sistein, tetapi tidak
menimbulkan pengendapan batu ginjal. Sementara itu, genotipe homozigot resesif (cc) adalah
individu normal.

c. Kelainan yang disebabkan oleh Alel resesif Autosomal


Kelainan yang disebabkan oleh alel resesif autosomal, antara lainsebagai berikut.

a) Albino (Bulai)

Albino adalah tidak adanya pigmen pada kulit, rambutdan mata. Albino terjadi karena tubuh
tidak mempunyai enzim tirosinase yang mengubah tirosin menjadi melanin sehingga terbentuk
kombinasi rambut putih, mata kemerahan, dan kulit sangat cerah. Penderita sangat rentan
terhadap kanker kulit. Mata penderita albino tidak tahan terhadap cahaya terang sinar matahari
(fotofobia). Beberapa penderita positif tirosinase sehingga terdapat sejumlah pigmen melanin
dengan kadar yang beragam. Kadar melanin yang beragam ini memunculkan warnarambut
seperti jeramibdan iris mata berwarna biru. Penderita dapat lahir dari pasangan suami-istri yang
normal carrier atau bergenotipe heterozigot. Jumlah penderita albino di dunia sekitar satu di
antara 20.000 orang. Contoh diagram perkawinannya adalah sebagai berikut.

b) Gangguan mental

Gangguan mental terjadi akibat ketidakmampuan tubuh membentuk enzim fenilalanin


hidroksilase yang mengubah fenilalanin menjadi tirosin. Jika urine penderita direaksikan dengan
larutan feksida akan menunjukkan warna hijau kebiruan karena mengandung derivat
fenilketonuria (phenylketonuria, PKU). Tingkat gangguan mental beragam, yaitu debil (IQ 50 -
69), imbisil (IQ 25 -49), dan idiot (IQ <25). Penderita dapat lahir dari pasangan suami istri yang
normal carrier  atau bergenotipe heterozigot. Gejala gangguan mental, antara lain kebodohan,
reaksi refleks lambat, rambut dan kulit kekurangan pigmen, jarang mempunyai keturunan, dan
pada umumnya berumur pendek.

c) Siklemia

Siklemia adalah kelainan seldarah merah berbentuk sabit sehingga daya ikat terhadap oksigen
rendah dan mengakibatkan anemia. Penderita merasakan demam dan sakit di seluruh tubuhnya,
mudah lelah, gangguan fungsi limpa, dan mengalami kematian. Kelainan ini biasa diderita orang
Negro di Afrika. Penderita sikemiabergenotipe ss, sedangkan individu normal bergenotipe SS
dan Ss.
d) Xeroderma pigmentosum

Xeroderma pigmentosum adalah kelainan pigmentasi yang menyebabkan kulit sangat peka
terhadap sinar matahari, timbul bercak-bercak,melepuh, dan rentan terhadap kanker kulit pada
usia lanjut.

e) Galaktosemia

Galaktosemia adalah ketidakmampuan tubuh untuk menghasilkan enzim pemecah laktosa. Pada
orang normal, laktosa dipecah menjadi glukosa dan galaktosa  yang selanjutnya akan diubah
menjadi glikogen melalui proses glikolisis. Kadar galaktosa yang tinggi dalam darah penderita
menyebabkan kerusakan hati, otak, dan mata. Penderita galaktosemia kekurangan nutrisi, diare,
dan muntah-muntah.

f. Fibrosis sistik

Fibrosis sistik adalah tidak adanya suatu jenis protein pada membran plasma yang membantu
transpor ion klorida  sehingga konsentrasi klorida di luar sel lebih tinggi daripada di dalam sel.
Penderita menghasilkan lendir di sekitar sel-sel tertentu yang kemudian menumpuk dalam
pankreas, paru-paru, dan saruran pencernaan makanan. Banyaknya lendir menyebabkan tubuh
rentan terhadap infeksi bakteri.

B. Kelainan dan Penyakit Menurun  oleh Alel yang Tertaut pada Kromosom kelamin

Kelainan yang disebabkan oleh gen yang tertaut pada kromosom X akan diderita oleh perempuan
ataupun laki-laki. Sementara itu, kelainan yang disebabkan oleh alel yang tertaut pada kromosom
Y hanya diderita oleh laki-laki.

I. Kelainan yang Tertaut pada kromosom X

Beberapa kelainan yang disebabkan oleh alel-alel yang tertaut padakromosom X, antara lain
sebagai berikut.

a. Buta warna

Buta warna disebabkan oleh kelainan pada sel-sel kerucut mata sehingga tidak dapat mengenali
warna-warna tertentu. Buta warna dibedakan menjadi dua macam, yaitu buta warna total dan
buta warna parsial. Buta warna total tidak mampu mengenali semua warna sehingga hanya
melihat hitam dan putih. Sementara itu, buta warna parsia tidak mampu mengenali warna-warna
tertentu, misalnya buta warna merah(protanapia), buta warna hijau (deuteranopia), dan buta
warna biru (tritanopia). Karakteristik genetis buta warna, yaitu sebagai berikut.

1. Bersifat resesif
2. Tertaut pada kromosom X sehingga laki-laki buta warna akan menurunkan sifat buta
warnanya hanya kepada anak perempuannya.
B merupakan alel normal, sedangkan b merupakan alel buta warna. Alelnormal (B) boleh tidak
dituliskan, contohnya XBXB  menjadi XX dan XBXb  menjadi XXb .

Contoh soal:

Perempuan berpenglihatan normal yang memiliki ayah buta warna menikah dengan laki-laki
berpenglihatan normal, mungkinkah akan melahirkan anak yang buta warna?

Ayah buta warna (XbY) akan memiliki anak perempuan normal yang carrier.

b. Hemofilia
Hemofiia merupakan kelainan berupa darah sukar membeku jika terjadi luka. Darah penderita
tidak memiliki zat antihemofilia globulin sehingga tidak mampu membentuk tromboplastin.
Tromboplastin merupakan substansi dalam pembekuan darah. Karakteristik genetis hemofilia,
yaitu sebagai berikut.

1. Bersifat resesif dan tertaut pada kromosom X.


2. Wanita bergenotipe homozigot 9hemofilia) bersifat letal sehingga tidak pernah ada di
dunia.

H merupakan alel normal, sedangkan h merupakan alel hemofilia.  Alel normal (H) boleh tidak
dituliskan, contohnya XHXH  menjadi XX dan XHXh  menjadi XXh .

Contoh soal:

Bagaimanakah fenotipe anak-anak yang lahir dari perkawinan laki-laki hemofilia dengan wanita
carrier (pembawa sifat)?

Jadi, fenotipe anak-anaknya yang lahir dan dapat hidup, yaitu wanita normal carrier (25%), laki-
laki normal (25%), danlaki-laki hemofilia (25%). Anak wanita hemofilia (25%) akan mengalami
kematian sebelum lahir karena letal. Kelainan hemofilia pernah diderita oleh anggota kerajaan
Inggris. Gen hemofilia diturunkan dari ratu Viktoria yang normal carrier. Namun,  anggota
keluarga kerajaan Inggris tidak ada lagi yang menderita hemofilia.

c. Distrofi otot

Distrofi otot merupakan kelainan tidak adanya satu jenis protein otot distrofin sehingga otot
melemah dan kehilangan keseimbangan badan.Pada umumnya, penderita meninggal ketika
berusia kurang dari 20 tahun. Jumlah laki-laki penderita distrofi otot di Amerika cukup tinggi,
yaitu sekitar satu diantara 3.500 orang laki-laki. Laki-laki penderita distrofi otot dapat lahir dari
ibu normal carrier yang bersuami normal.

d. Sindrome fragile X

Sindrome fragile X adalah keterbelakangan mental akibat terjadi pelekukan pada ujung lengan
panjang kromosom X. gen penyebab fragile X merupakan gen mutan yang bersifat resesif.

e. Sindrom Lesch-Nyhan

Sindrom Lesch-Nyhan dikendalikan oleh alel resesif. Penderita mengalami defisiensi enzim
hipoksantin-guanin fosforil transferase (HGPRT) yang menyebabkan sakit encok yang parah,
gangguan ginjal, degenerasi motorik, gerakan berulang-ulang pada lengan dan kaki, wajah
meringis,gangguan mental, serta kematian di usia muda.

f. Anodontia

Anodontia adalah kelainan yang menyebabkan penderita tidak memiliki gigi (ompong).
Anodontia dikendalikan oleh alel resesif. Diagram perkawinannya adalah sebagai berikut.
g. Gigi detektif

Email gigi detektif tersusun dalam lajur-lajur vertikal yang tidak merata, kasar, dan keras.
Kelainan pada email gigi ini dikendalikan oleh alel dominan. Laki-laki yang memiliki satu gen
dominan (XEY) atau hemizigot memiliki derajat gangguan email lebih parah dibanding dengan
wanita dengan satu gendominan (XEXe) atau heterozigot. Hemizigot adalah genotipe yang
mengandung gen tunggal tidak berpasangan, contohnya laki-aki XEY.

Kelainan yang Tertaut pada kromosom Y

Kelainan yang tertaut pada kromosom Y hanya diderita oleh laki-laki, contohnya hypertrichosis.
Pada laki-laki, hanya terdapat satu kromosom Y sehingga gen yang mengendalikan kelainan ini
tidak berpasangan dan tidak dibedakan apakah dominan atau resesif. Sifat-sifat yang disebabkan
oleh gen yang tertaut kromosom Y disebut holandrik.

Hypertrichosis adalah kelainan berupa tumbuhnya rambut di bagian tertentu dari daun telinga,
wajah atau anggota tubuh lainnya. Usia tumbuhnya rambut beraneka ragam, ada yang
sejak lahiratau masa pertumbuhan, misalnya ketika bayi berusia 3 bulan. Laki-laki
hypertrichosis  sudah pasti akan memiliki keturunan anak laki-lakihypertrichosis,  sedangkan
anak perempuannya normal. Hypertrichosis  banyak dijumpai pada masyarakat India dan
Pakistan. Laki-laki hypertrichosis bergenotipe XYHt , sedangkan laki-laki normal bergenotipe
XY.

C. Kelainan yang Dipengaruhi oleh Hormon Kelamin

Contoh sifat yang tidak tertaut pada kromosom kelamin, tetapi ekspresinya dipengaruhi oleh
hormon kelamin adalah kebotakan. Kebotakan dikendalikan oleh alel dominan autosomal. Dalam
keadaan homozigot dominan (BB),, baik pada laki-laki maupun perempuan, menimbulkan
kebotakan. Namun, dalam keadaan heterozigot (Bb), pada laki-laki menimbullkan kebotakan
sedangkanpada wanita tidak. Hal ini karena ada pengaruh hormon testoteron pada laki-laki
terhadap penampakan kebotakan. Dalam populasi masyarakat, lebih banyak ditemukan laki-laki
botak daripada wanita botak. Kebotakan karena pengaruh genetik berbeda dengan kebotakan
akibat suatu penyakit. Kebotakan oleh faktor genetik terjadi karena memang memiliki rambut
dengan jumlah yang sedikit, sedangkan kebotakan oleh faktor penyakit terjadi akibat kerontokan.

MUTASI
17 November 2021 oleh evhairawati

Pengertian Mutasi

Mutasi (Latin, mutatus = perubahan) adalah peristiwa perubahan materi genetik kromosom atau
DNA di dalam inti sel. Organisme yang mengalami mutasi disebut mutan. Sementara itu,
penyebab mutasi disebut mutagen. Tujuan mutasi adalah untuk menghadapi perubahan alam
yang akan timbul sewaktu-waktu, sehingga ketika perubahan muncul, ada dua kemungkinan
yang dapat timbul yaitu sifat yang bermutasi lebih mudah beradaptasi dibandingkan dengan sifat
yang asli, sehingga karakter asli kemungkinan hilang dari peredaran. Kemungkinan lainnya
adalah sifat yang bermutasi tidak cocok terhadap lingkungan yang baru, sehingga individu atau
populasi suatu spesies yang memilikinya akan susut atau punah. Berdasarkan hal ini dapat
dikatakan bahwa cocok atau tidaknya bagi individu yang bermutasi tergantung pada daerah
dimana individu atau populasi tersebut tinggal. Mutasi sendiri terbagi menjadi Mutasi Besar dan
Mutasi kecil, Mutasi Kecil hanya menimbulkan perubahan kecil yang kadang tidak jelas pada
fenotip atau dengan kata lain terdapat variasi dimana individu yang bermutasi hanya sedikit
berbeda dari tetuanya. Sebaliknya, mutasi besar menimbulkan perubahan yang jelas pada fenotip
dan menyebabkan fenotip keturunannya mengarah ke abnormal. Mutasi besar merupakan dasar
bagi sumber variasi organisme hidup yang bersifat terwariskan (heritable).

Jenis Mutasi

Berdasarkan tingkatan terjadinya, mutasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu mutasi tingkat
gen dan mutasi tingkat kromosom. Mutasi yang terjadi pada tingkat kromosom lebih besar
pengaruhnya (lebih nyata) dan dapat menimbulkan kelainan tubuh dibandingkan dengan mutasi
yang terjadi pada tingkat gen.

Mutasi Tingkat Gen

Mutasi tingkat gen adalah perubahan materi genetik pada gen. Mutasi gen disebut juga mutasi
titik (point mutations). Mutasi ini terjadi akibat perubahan urutan basa nitrogen atau susunan
nukleotida pada rantai DNA. Jika urutan basa nitrogen pada DNA berubah, akan menyebabkan
perubahan pesan-pesan pada kode genetik (kodon) mRNA atau RNAd sehingga urutan asam
amino yang terbentuk pada rantai polipeptida juga berubah. Perubahan rantai polipeptida ini
menyebabkan perubahan genotipe maupun fenotipe pada suatu individu. Mutasi gen terkadang
dapat dikatakan sebagai mutasi tak bermakna (nonsense mutation) jika tidak menyebabkan
perubahan apa-apa karena perubahan basa nitrogen pada kodon triplet tidak memengaruhi
perubahan pesanan asam amino dalam sintesis polipeptida. Contoh mutasi tak bermakna adalah
jika kodogen (triplet basa nitrogen pada DNA) AGA berubah menjadi AGG, kodon mRNA
adalah UCC, bukan UCU. Namun, baik UCC maupun UCU, sama-sama mengkode asam amino
serin sehingga tidak terjadi perubahan asam amino yang dipesan. Mutasi gen dapat terjadi akibat
perubahan jumlah basa nitrogen, perubahan jenis basa nitrogen, dan perubahan letak
urutan basa nitrogen pada rantai nukleotida.

a. Mutasi Akibat Perubahan Jumlah Basa NItrogen

Mutasi gen akibat perubahan jumlah basa nitrogen disebut juga mutasi pergeseran kerangka
(frameshift mutation) karena perubahan jumlah basa nitrogen yang bukan kelipatan tiga dapat
mengubah kerangka baca triplet kode genetik mRNA. Perubahan jumlah basa nitrogen dapat
disebabkan oleh duplikasi (penggandaan), adisi (penambahan), insersi (penyisipan), dan delesi
(kehilangan). Duplikasi, adisi, dan insersi pada dasarnya adalah sama, yaitu penambahan satu
atau lebih basa nitrogen pada rantai nukleotida. Jika terjadi penambahan basa nitrogen pada
ujung atau pangkal rantai nukleotida, disebut adisi. Jika tejadi penambahan basa nitrogen di
tengah-tengah rantai nukleotida, disebut insersi (penyisipan). sementara itu, jika terjadi
pengurangan jumlah basa nitrogen pada rantai nukleotida, disebut delesi. Perhatikan contoh
berikut.

Urutan basa nitrogen pada rantai nukleotida DNA awal adalah ACC-GGC-TAA- ….. dan
seterusnya.
1. Jika terjadi duplikasi pada basa nitrogen awal A, akan berubah menjadi AAC – CGG – CTA – A…
dan seterusnya
2. Jika terjadi adisi basa nitrogen T di ujung rantai, akan berubah menjadi TAC – CGG – CTA – A….
dan seterusnya
3. Jika terjadi insersi T ditengah antara GGC, akan berubah menjadi ACC _GTG – CTA – A ….dan
seterusnya
4. Jika terjadi delesi basa nitrogen di ujung rantai (A), akan berubah menjadi CCG -GCT – AA …. dan
seterusnya

b. Mutasi Akibat Perubahan Jenis Basa Nitrogen

Perubahan jenis basa nitrogen pada rantai nukleotida disebut juga pergeseran tautomerik
(tautomeric shift). Perubahan ini dapat terjadi karena substitusi (penggantian) secara transisi
maupun transversi.

1. Substitusi transisi adalah penggantian suatu pasangan basa nitrogen dengan pasangan basa
nitrogen lainnya yang sejenis, contohnya basa nitrogen pada pirimidin (timin) diganti dengan
basa pirimidin lain (sitosin) atau sebaliknya.
2. Substitusi transversi adalah penggantian suatu pasangan basa nitrogen lainnya yang tidak
sejenis, contohnya basa nitrogen purin (adenin) digantikan dengan basa pirimidin (timin) atau
sebaliknya.

Perubahan jenis basa nitrogen dapat menyebabkan kelainan-kelainan, misalnya pada penderita
yang memiliki sel darah merah berbentuk sabit (sickle cell anemia). Sel darah normal
mengandung hemoglobin A (normal), sedangkan pada penderita siklemia mengandung
hemoglobin S (siklemia) dengan urutan asam amino yang tidak sama. Hal ini disebabkan oleh
terjadinya pergantian basa nitrogen pirimidin (timin) dengan basa nitrogen purin (denin)
sehingga asam amino ke-6 yang terbentuk pada Hb S adalah valin, bukan glutamat seperti Hb
A.

Sekuens asam amino pada hemoglobin


P
erbandingan bentuk sel darah merah normal dengan sel darah merah sabit

Mutasi substitusi pada umumnya menghsilkan mutasi salah arti (missense mutation), yaitu
perubahan kodon yang menyebabkan perubahan kode asam amino sehingga berbeda dari kondisi
normal. Namun, jika mutasi tersebut mengubah kodon untuk suatu asam amino menjadi kodon
stop, translasi akan berhenti dan mengakibatkan rantai polipeptida akan lebih pendek daripada
rantai normalnya. Perubahan kodon asam amino menjadi kodon stop merupakan mutasi tanpa
arti/mutasi tak bermakna (nonsense mutation).

c. Mutasi Akibat Perubahan Letak Urutan Basa Nitrogen (Transposisi)

Transposisi adalah perubahan letak basa-basa nitrogen pada suattu rantai nukleotida. Contohnya,
rantai DNA ACC – GTT – CAT yang mengalami transposisi (misalnya tukar tempat) antara basa
nitrogen G dengan T, akan menjadi ACC – TGT – CAT.

Mutasi Tingkat Kromosom (Aberasi Kromosom)


Mutasi tingkat kromosom atau gross mutations adalah perubahan materi genetik pada
kromosom. Mutasi tingkat kromosom merupakan mutasi besar. Mutasi ini terjadi akibat
perubahan struktur dan jumlah kromosom.

Mutasi Akibat Perubahan struktur kromosom

Perubahan struktur kromosom dapat disebabkan oleh delesi (defisiensi), duplikasi, inversi,
translokasi, dan katenasi kromosom.

Delesi (Defisiensi)

Delesi kromosom adalah peristiwa hilangnya sebagian segmen kromosom krena patah, kemudian
segmen patahnya menempel pada kromosom lain yang sehomolog. Contohnya delesi pada
lengan pendek kromosom nomor 5 yang mengakibatkan sindrom cri du chat (cat’s cry, sindrom
kucing menangis). Penderita sindrom ini memiliki ciri-ciri pita suara kecil, epiglotis melengkung
sehingga suara tangisan pada saat bayi seperti kucing, keterbelakangan mental, muka bundar,
kepala lebar, micrognathia (rahang bawah kecil), kelainan jantung, pertumbuhan badan lambat,
dan pada umumnya meninggal saat lahir atau masa anak-anak.
Delesi

Sindrom cri du chat akibat delesi pada kromosom


nomor 5

Duplikasi

Duplikasi kromosom adalah peristiwa kelebihan/bertambahnya segmen kromosom. segmen


kromosom yang menempel berasal dari kromosom sehomolog, akibatnya kromosom akan
kelebihan gen. Contohnya, duplikasi pada kromosom X segmen nomor 16A pada lalat buah
Drosophila melanogaster yang berakibat timbulnya mutan mata “bar” (mata berukuran kecil).

Duplikasi

Inversi

Inversi kromosom adalah perubahan urutan letak gen pada suatu kromosom karena terjadi
pembalikan segmen kromosom. Pembalikan segmen kromosom terjadi karena kromosom patah
di dua tempat yang diikuti penyisipan kembali gen-gen dengan urutan terbalik. Inversi dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu inversi perisentrik dan inversi parasentrik. Inversi
perisentrik terjadi jika segmen yang terbalik mencakup sentromer,. Sementara itu, inversi
parasentrik terjadi jika segmen yang terbalik tidak mencakup sentromer.
Inversi

Translokasi

Translokasi kromosom adalah peristiwa kromosom patah, kemudian segmen patahannya melekat
kembali pada kromosom yang bukan sehomolog. Peristiwa translokasi menimbulkan gamet semi
steril atau kurang mampu membuahi sehingga separuh zigotnya tidak terjadi. Translokasi
dibedakanmenjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.

1. Translokasi resiprok terjadi jika kromosom nonhomolog saling bertukar fragmen. Transformasi
resiprok dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu translokasi resiprok homozigot dan
translokasi resiprok heterozigot. Translokasi resiprok homozigot terjadi jika dua pasang
kromosom translokasi menpunyai gen-gen yang tidak sama. translokasi resiprok heterozigot
terjadi jikan dua pasang kromosom translokasi mempunyai gen-gen yang tidak sama.
2. Translokasi nonresiprok (translokasi simpel) adalah translokasi yang hanya mentransfer satu
fragmen kromosom ke kromosom nonhomolog karena kromosom yang mentransfer fragmen
tidak menerima kembali fragmen lainnya.
3. Translokasi Robertson terjadi pada kromosom-kromosom akrosentris yang mempunyai
sentromer pada satu ujung. Kromosom normal hanya mempunyai satu lengan, kemudian
menyatu pada sentromer membentuk kromosom-kromosom metasentris. Penyatuan ini dapat
terjadi antarkromosom homolog maupun nonhomolog. Translokasi Robertson ditemukan pada
tikus-tikus liar.
Katenasi

Katenasi kromosom terjadi jika dua kromosom nonhomolog mmbelah menjadi empat
kromosom, kemudian ujung-ujungnya saling bertemu sehingga membentuk lingkaran.

Mutasi Akibat Perubahan Jumlah Kromosom

Perubahan jumlah kromosom dapat terjadi pada saat pembelahan mitosis maupun meiosis.
Perubahan jumlah kromosom dapat dibedakan dua macam, yaitu sebagai berikut.

a. Euploid

Euploid adalah perubahan pada seluruh set kromosom. Euploid merupakan perubahan pada
seluruh materi genetik dalam suatu set (genom) sehingga jumlah kromosom menjadi kelipatan
dari satu set kromosom haploidnya. Satu set kromosom disebut genom. Berdasarkan jumlah set
kromosom, euploid dapat dibedakan beberapa tipe, yaitu monoploid, diploid, triploid,
tetraploid, dan seterusnya. Organisme yang mempunyai kromosom 3n, 4n, 5n, 6n, dan
seterusnya, dinamakan poliploid. Tanaman poliploid memiliki jumlah kromosom lebih banyak
tetapi ukuran kromosom lebih kecil. Tanaman tampak lebih kekar, ukuran sel lebih besar,
bagian-bagian tanaman lebih besar, stomata lebih besar, daun menjadi lebih tebal dengan warna
lebih hijau, ukuran bunga lebih besar tetapi waktu berbunga menjadi lebih lama (masa vegetatif
lebih lama), daya fertilitas berkurang, serta kurang tahan terhadap serangan penyakit dan
perubahan lingkungan.

1) Monoploid (n)

Organisme monoploid mempunyai 1 perangkat (set) kromosom di dalam sel tubuhnya. Contoh
organisme monoploid, yaitu lebah jantan yang berasal dari ovum yang tidak dibuahi oleh
spermatozoa dan tumbuh secara partenogenesis.
2) Diploid (2n)

Organisme diploid mempunyai 2 perangkat kromosom di dalam sel tubuhnya. Organisme diploid
(normal) terjadi dari peleburan ovum dan spermatozoa yang haploid.

3)Triploid (3n)

Organisme triploid mempunyai 3 perangkat kromosom di dalam sel tubuhnya. Pada umumnya,
tumbuhan triploid mempunyai buah berukuran lebih besar dan bersifat steril (tidak menghasilkan
biji) sehingga sering dimanfaatkan untuk membuat buah-buahan tanpa biji, misalnya semangka,
jeruk, dan anggur.

4) Tetraploid (4n)

Organisme tetraploid mempunyai 4 perangkat kromosom di dalam sel tubuhnya. Tumbuhan


tetraploid pada umumnya bersifat fertil, berukuran lebih besar, dan lebih banyak mengandung
klorofil daripada yang normal (diploid). Contohnya tembakau (Nicotiana tabacum) normal
diploid mempunyai jumlah kromosom 48 dengan genom (n) 24. Tembakau tetraploid
mempunyai jumlah kromosom sebanyak 4 X 24 = 96. Tembakau tetrapolid memiliki kandungan
nikotin 18-33% lebih tinggi daripada tanaman diploid (2n).

Variasi pada euploid

Berdasarkan asal kromosomnya, euploid dapat dibedakan dua mavam, yaitu sebagai berikut.

1. Autopoliploid (Auto = sendiri), jika terjadi penggandaan sendiri pada kromosom yang
sehomolog dari spesies yang sama. Autopoliploid dapat terjadi pada saat meiosis. Meiosis
abnormal dapat menghasilkan gamet 2n. Jika gamet 2n bersatu dengan gamet normal (n), akan
menghasilkan zigot autotriploid (3n). Autopoliploid juga dapat dilakukan secara biuatan,
contohnya pada tanaman tomat heksaploid yang diperoleh dengan cara pemotongan tunas
(dekapitasi).
2. Alopoliploid (allo = berbeda), jika penggandaan set kromosom terjadi pada kromosom
nonhomolog dari spesies yang berbeda. Alopoliploid terjadi karena hibrid (penyilangan) antara
dua spesies. Individu alopoliploid bersifat steril sehingga dikembangbiakkan dengan cara
vegetatif. Kelebihan individu alopoliploid bersifat lebih kuat (vigor). Contoh alopoliploid, yaitu
gandum aloheksaploid Triticum aestivum yang saat ini digunakan dalam pembuatan roti.
Gandum aloheksaploid Triticum aestivum (formula genom 42 AABBDD) merupakan hasil
penyilangan antara gandum alotetraploid Triticum turgidum (28 AABB) dengan rumput liar yang
diploid Triticum tauschii (14 DD) yang disertai penggandaan kromosom secara langsung.

Euploid yang terjadi pada hewan dan manusia berbeda dengan yang terjadi pada tumbuhan.
Euploid dapat ditemukan pada sel-sel kanker. Hewan dan manusia euploid pada umumnya
berumur pendek. Euploid pada hewan dan manusia dapat terjadi melalui digini dan diandri.

1. Digini adalah dua inti sel telur yang tetap terlindung dalam satu plasma dibuahi oleh satu
spermatozoa. Digini terjadi karena kegagalan sel polosit memisah.
2. Diandri adalah satu sel telur yang dibuahi oleh dua sel spermatozoa. Diandri terjadi karena
keterlambatan dalam pembuahan.

Aneuploid

Aneuploid adalah perubahan jumlah kromosom dalam satu set (genom) kromosom. Aneuploid
menyebabkan jumlah kromosom suatu individu menjadi lebih banyak atau lebih sedikit daripada
jumlah kromosom normalnya yang disomi (2n), misalnya 2n +1; 2n + 2; 2n -1, 2n -2, dan
seterusnya. Penyebab terjadinya aneuploid, yaitu sebagai berikut.

1. Anafase lag, peristiwa tidak melekatnya kromatid pada gelendong pembelahan saat meiosis.
2. Nondisjuntion, yaitu peristiwa gagal berpisahnya kromosom homolog pada saat anafase meiosis
I atau gagal berpisahnya pasangan kromatid selama anafase meiosis II.

Skema terbentuknya aneuploid akibat nondisjuntion; (a) kromosom homolog gagal berpisah
selama anafase meiosis I, (b) kromatid gagal berpisah selama anafase meiosis II.

Tipe aneuploid adalah sebagai berikut.

1. Nulisomi (2n-2), jika sel kehilangan dua kromosom


2. Monosomi (2n -1), jika sel kehilangan satu kromosom
3. Trisomi (2n +1), jika sel kelebihan satu kromosom
4. Tetrasomi (2n+1), jika sel kelebihan dua kromosom

Jika di dalam sel terdapat 2 pasangan kromosom yang masing-masing kehilangan satu kromosom
disebut monosomi ganda, dengan rumus 2n -1 -1. Jika di dalam sel terdapat 2 pasangan
kromosom yang masing-masing kelebihan satu kromosom disebut trisomi ganda, dengan rumus
2n +1 +1. Contoh aneuploid terjadi pada manusia sindrom Down yang mempunyai kelebihan
satu kromosom pada kromosom tubuh nomor 21 sehingga jumlah kromosom di dalam sel ada
47.
peta kromosom kasus trisomi
pada sindrom down

B. Penyebab Mutasi

Mutasi adalah peristiwa berubahnya informasi yang terkandung dalam DNA. Perubahan
informasi ini dapat terjadi dalam skala kecil pada beberapa basa nukleotida, atau pada skala
kromosom yang melibatkan jutaan basa nukleotida. Mutasi dapat menyebabkan berbagai
perubahan baik maupun buruk dan menghasilkan berbagai variasi genetik. Mutasi dapat
disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Terjadinya mutasi pada DNA dapat menyebabkan
adanya perubahan protein yang dihasilkan. Perubahan pada protein yang dihasilkan dapat
menyebabkan perbedaan pada manusia. Beberapa penyakit pada manusia yang disebabkan oleh
terjadinya mutasi adalah penyakit buta warna dan thalasemia. Terdapat beberapa macam mutasi
diantaranya substitusi, delesi, insersi, duplikasi, inversi, translokasi dan lain-lain. Faktor- faktor
yang menjadi penyebab terjadinya mutasi berasal dari banyak aspek variabel faktor lingkungan.
Faktor- faktor tersebut dikenal sebagai mutagen. Pada umumnya faktor- faktor lingkungan
penyebab mutasi (mutasi) dibagi menjadi:

1. Faktor Fisika (Radiasi)

Agen mutagenik dari faktor fisika berupa radiasi. Radiasi yang bersifat mutagenik antara lain
berasal dari sinar kosmis, sinar ultraviolet, sinar gamma, sinar –X, partikel beta, pancaran netron
ion- ion berat, dan sina- sinar lain yang mempunyai daya ionisasi. Radiasi dipancarkan oleh
bahan yang bersifat radioaktif. Suatu zat radioaktif dapat berubah secara spontan menjadi zat lain
yang mengeluarkan radiasi. Ada radiasi yang menimbulkan ionisasi ada yang tidak. Radiasi yang
menimbulkan ionisasi dapat menembus bahan, termasuk jaringan hidup, lewat sel-sel dan
membuat ionisasi molekul zat dalam sel, sehingga zat- zat itu tidak berfungsi normal atau bahkan
menjadi rusak. Sinar tampak gelombang radio dan panas dari matahari atau api, juga membentuk
radiasi, tetapi tidak merusak.

2. Faktor Kimia

Mutagen Bahan Kimia, contohnya kolkisin dan zat digitonin. Kolkisin adalah zat yang dapat
menghalangi terbentuknya benang-benang spindel pada proses anafase dan dapat menghambat
pembelahan sel pada anafase. Zat-zat lainnya misalnya:

 Pestisida: DDT (insektisida dipertanian dan rumah tangga), DDVP (insektisida, fumigam,
helminteik ternak),  Aziridine (digunakan pada industri tekstil, kayu dan kertas untuk membasmi
lalat rumah, mutagen pada tawon, mencit, neurospora, E, coli, dan bakteriofage T4), TEM
(digunakan dalam teskstil dan medis, Membasmi lalat rumah.mutagen pada mencit dan
serangga, jamur, aberasi pada memcit, allium E. coli dan lekosit).
 Makanan dan minuman: Caffein (Banyak didapatkan pada minuman, kopi, teh, cokelat, dan
limun yang mengandung cola, Pada bidang medis untuk antihistamin dan obat pusing,
pengembang pembuluh darah, koroner), Siklamat dan sikloheksilamin (Banyak digunakan untuk
penyedap makanan dan minuman, Natrium nitrit dan asam nitrit (zat ini digunakan
mengawetkan daging, ikan dan keju).

3. Faktor Biologi

Lebih dari 20 macam virus penyebab kerusakan kromosom, misalnya virus hepatitis
menimbulkan aberasi pada darah dan sumsum tulang. Virus campak, demam kuning, dan cacar
juga dapat menimbulkan aberasi.

C. Jenis Mutasi

Mutasi pada tingkat gen disebut mutasi titik, sedangkan mutasi pada kromosomal biasanya
disebut aberasi. Mutasi pada gen dapat mengarah pada munculnya alel baru dan menjadi dasar
munculnya variasi-variasi baru pada spesies. Mutasi terjadi pada frekuensi rendah di alam,
biasanya lebih rendah daripada 1:10.000 individu. Jenis-jenis mutasi lainnya, diantaranya:

1. Mutasi titik

Mutasi titik merupakan perubahan pada basa N dari DNA atau RNA. Mutasi titik sering terjadi
namun efeknya dapat dikurangi oleh mekanisme pemulihan gen. Mutasi titik dapat
mengakibatkan berubahnya urutan asam amino pada protein serta berubah atau hilangnya fungsi
enzim. Saat ini teknologi banyak menggunakan mutasi titik sebagai markernya (disebut juga
SNP) untuk mengkaji perubahan yang terjadi pada gen dan dikaitkan dengan perubahan fenotipe.
Contoh mutasi gen adalah reaksi asam nitrit dengan adenin menjadi zat hipoxanthine. Zat ini
kemudian akan menempati tempat adenin asli dan berpasangan dengan sitosin, bukan lagi
dengan timin. Mutasi gen dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu mutasi diam, mutasi non-sense,
mutasi miss-sense. Mutasi silent atau mutasi diam adalah perubahan kodon yang tidak
menyebabkan berubahnya asam amino. Hal ini berarti perubahan basa-basa nukleotida DNA
tidak berpengaruh pada struktur protein. Mutasi non-sense adalah mutasi tanpa arti dimna
mutasinya mengubah kodon asam amino menjadi kodon stop. Kodon stop menghentikan
produksi asam amino dalam ribosom, sehingga protein tidak dapat diproduksi. Mutasi miss-sense
adalah mutasi yang mengubah kodon basa nukleotida dan menyebabkan asam aminonya
berubah. Namun, kebanyakan protein hasil mutasi missense masih dapat digunakan secara
fungsional. Mutasi bingkai atau frameshift mutation adalah penyisipan atau penghapusan basa-
basa nukleotida. Dari gambar terlihat bahwa basa T dan A dihapus dari rantai DNA sehingga
mengubah asam amino dan membuat protein hasil mutasi tidak dapat digunakan.

2. Mutasi Besar

Mutasi kromosom, sering juga disebut dengan mutasi besar atau aberasi kromosom merupakan
perubahan jumlah kromosom dan susunan atau urutan gen dalam kromosom. Mutasi kromosom
sering terjadi karena kesalahan meiosis dan sedikit dalam mitosis.

3. Aneuploidi

Aneuploidi adalah perubahan jumlah n yang menandakan jumlah set kromosom. Sebagai contoh,
sel tubuh manusia memiliki 2 paket kromosom sehingga disebut 2n, dimana satu paket n
manusia berjumlah 23 kromosom. Aneuploidi dibagi menjadi dua yaitu autopoliploidi dan
allopoliploidi. Pada autopoliploidi, n-nya mengganda karena kesalahan meiosis, sedangkan
allopoliploidi, yaitu perkawinan atau hibrid antara spesies yang berbeda jumlah set
kromosomnya.

4. Aneusomi

Aneusomi merupakan perubahan jumlah kromosom. Penyebabnya adalah anafase lag (peristiwa
tidak melekatnya beneng-benang spindel ke sentromer) dan non disjunction (gagal berpisah).
Aneusomi pada manusia dapat menyebabkan:

 Sindrom Klinefelter, kariotipe (22 AA+XXY), Kondisi trisomik pada kromosom gonosom.
Penderita Sindrom Klinefelter berjenis kelamin laki-laki, namun testisnya tidak berkembang
(testicular disgenesis) sehingga aspermia dan tidak dapat memiliki keturunan (gynaecomastis).
 Sindrom Jacobs, kariotipe (22AA+XYY), Kondisi trisomik pada kromosom gonosom. Penderita
sindrom ini umumnya memiliki gangguang psikis Psikopat. Penelitian sendiri menunjukan
sebagian besar orang-orang yang masuk penjara adalah orang-orang yang menderita Sindrom
Jacobs.
 Sindrom Turner, dengan kariotipe (22AA+X0, Kondisi dimana Jumlah kromosomnya 45 dan
kehilangan 1 kromosom kelamin. Penderita Sindrom Turner ini berjenis kelamin wanita, namun
ovumnya tidak berkembang (ovaricular disgenesis).
 Sindrom Patau, kariotipe (45A+XX/XY), Kondisi trisomik pada kromosom autosom. Komosom
autosomnya ini mengalami kelainan pada kromosom nomor 13, 14, atau 15.
 Sindrom Edward, kariotipe (45A+XX/XY), Kondisi trisomik pada autosom. Autosom mengalami
kelainan pada kromosom nomor 16,17, atau 18. Penderita sindrom ini mempunyai tengkorak
lonjong, bahu lebar pendek, telinga agak ke bawah dan abnormal

5. Mutasi Kromosom

Mutasi kromosm adalah mutasi yang menyebabkan perubahan materi genetik dalam skala besar.
Dilansir dari bbc.co.uk, ada empat jenis mutasi kromosom yaitu penghapusan, translokasi,
inversi, dan duplikasi. Penghapusan Penghapusan atau deletion adalah hilangnya bagian dari
kromosom saat proses meiosis. Jika kromosom patah atau telomernya rusak, kromosom akan
kehilangan banyak gen yang penting bagi ekspresi individu. Penghapusan dapat menyebabkan
kematian individu dalam bentuk zigot ataupun kematian pada usia dini. Selain penghapusan, ada
juga penyisipan atau insertion dimana kromosom mengalami penambahan potongan kromosom.

 Penghapusan Penghapusan atau deletion adalah hilangnya bagian dari kromosom saat proses
meiosis. Jika kromosom patah atau telomernya rusak, kromosom akan kehilangan banyak gen
yang penting bagi ekspresi individu. Penghapusan dapat menyebabkan kematian individu dalam
bentuk zigot ataupun kematian pada usia dini. Selain penghapusan, ada juga penyisipan atau
insertion dimana kromosom mengalami penambahan potongan kromosom.
 Translokasi Dilansir dari ThougtCo, translokasi adalah mutasi yang disebabkan oleh
menempelnya potongan kromosom ke kromosom non-homolognya. Translokasi dapat
menyebabkan tidak terekspresinya gen sehingga menjadi masalah serius.
 Inversi adalah peristiwa menempelnya kembali kromosom yang patah ke kromosom asalnya,
tetapi dengan posisi terbalik. Inversi disebut mutasi diam karena tidak menyebabkan masalah
yang serius pada individu.
 Duplikasi adalah mutasi kromosom dimana sebagian kromosom bereplikasi menyebabkan
bertambahnya gen yang sama dalam satu bagian.

D. Manfaat dan Kerugian Mutasi

Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada bahan genetik, baik DNA maupun RNA. Perubahan
tersebut bisa terjadi pada taraf urutan gen (disebut juga mutasi titik) maupun pada taraf urutan
kromosom yang disebut aberasi. Peluang terjadinya mutasi di alam adalah sebanyak 1:10.000
individu.

1. Manfaat Mutasi

Pada umumnya, mutasi merugikan, mutannya bersifat letal dan homozigot resesif. Namun
demikian mutasi juga bisa menguntungkan, diantaranya, melalui mutasi, dapat dibuat tumbuhan
poliploid yang sifatnya unggul. Contohnya, semangka tanpa biji, jeruk tanpa biji, buah stroberi
yang besar, dan lain-lain. Mutasi juga menjadi salah satu kunci terjadinya evolusi di dunia.
Terbentuknya tumbuhan poliploid menguntungkan bagi manusia, tetapi merugikan bagi
tumbuhan yang mengalami mutasi, karena tumbuhan tersebut menjadi tidak bisa berkembang
biak secara generatif. Meskipun secara biologi sebagian besar mutasi menyebabkan gangguan
pada kondisi individu, mutasi sebenarnya adalah salah satu kunci beradaptasi suatu jenis
(spesies) terhadap lingkungan baru atau lingkungan yang terus berubah. Sisi positif ini
dimanfaatkan oleh sejumlah bidang biologi terapan, diantaranya:

a. Terapi Tumor

Aplikasi radiasi radioterapi (seperti penyinaran dengan sinar X) serta kemoterapi berguna dalam
menghambat perkembangan sel-sel tumor dan kanker. Terapi ini berfungsi menginduksi mutasi
pada sel-sel kanker. Agen mutasi tersebut akan menyebabkan sel-sel target berhenti tumbuh
karena tidak mampu memperbanyak diri.

b. Pemuliaan

Pemaparan tanaman terhadap radiasi sinar mengion, seperti sinar gamma dari Co-60, atau
terhadap beberapa kemikalia, seperti EMS dan DS. Dalam penerapan ini, mutasi tidak ditujukan
untuk mematikan sel, tetapi untuk mengubah susunan basa nitrogen pada DNA atau untuk
menyebabkan mutasi segmental. Harapannya adalah beberapa sel akan mengalami mutasi yang
menguntungkan. Mutasi ini kebanyakan dilakukan terhadap tanaman hortikultura, seperti sayur
mayur dan tanaman hias (ornamental).

c. Peningkatan Hasil Tanaman

Dihasilkan buah-buahan tanpa biji, seperti semangka. Jika kita akan membudidayakan semangka
maka perlu diperhatikan produksinya. Buah semangka akan memiliki nilai jual yang lebih baik
jika berukuran besar dan tanpa biji. Untuk itu perlu dilakukan pemberian kolkisin. Kolkisin dapat
dibeli di toko obat-obatan tanaman. Cara pemakaian kolkisin dapat dibaca pada label petunjuk
pemakaian pada tanaman. Melalui penerapan mutasi ini dapat memberikan peluang usaha yang
baik dalam meningkatkan hasil tanaman yang kita tanam, sehingga dapat meningkatkan
pendapatan. Melalui peristiwa mutasi dapat didapatkan tanaman hias yang memiliki nilai
ekonomi tinggi, misalnya yang populer di masyarakat saat ini adalah tanaman hias Aglonema.
Harga tanaman ini mencapai puluhan juta rupiah. Hal ini bisa dijadikan sebagai peluang bisnis
yang menjanjikan. Varietas baru ini dapat dihasilkan dengan pemberian kolkisin pada tanaman.
Mutasi dapat meningkatkan hasil produksi pertanian, di antaranya gandum, tomat, kelapa
poliploidi, kol poliploidi, dan sebagainya. Hasil antibiotik, seperti mutan Penicillium akan lebih
meningkat lagi. Mutasi merupakan proses yang sangat berguna untuk evolusi dan variasi genetik

2. Dampak Negatif Mutasi

Selain memiliki beberapa manfaat, mutasi juga memiliki dampak negatif, lho. Dampak negatif
mutasi antara lain berdampak bagi manusia, yaitu timbulnya penyakit seperti Sindrom Turner,
Klinefelter, Sindrom Jacob, Sindrom Patau, Sindrom Edward, Metafemale, dan Anemia Sel
Sabit. Berikut ini penjelasan lebih lengkapnya:

a. Sindrom Turner

Sindrom Turner merupakan kelainan genetik pada perempuan karena kekurangan satu
kromosom X. Biasanya, perempuan memiliki kromosom seks XX yang berjumlah 46 buah,
tetapi pada penderita Sindrom Turner, kromosomnya menjadi XO dan hanya berjumlah 45 buah.
Penderita Sindrom Turner juga mengalami infertil. Ciri-ciri sindrom Turner adalah berkelamin
wanita, bertubuh pendek, ovarium dan payudara tidak berkembang, steril, bentuk leher
bersayap,memiliki kelainan jantung, serta keterbelakangan mental.

Sindrom
Turner

b. Sindrom Jacob

Sindrom Jacob diderita oleh pria. Sindrom Jacob terjadi karena ada 1 tambahan kromosom Y
pada pria, sehingga kromosomnya menjadi XYY. Meskipun menyebabkan kelainan genetik,
sindrom ini tidak diwariskan secara turun temurun. Manusia dengan sindrom Jacob mempunyai
kromosom berjumlah 47, yaitu 22 AA + XYY. Sindrome ini dapat terjadi akibat nondisjunction
kromatid-kromatid Y pada meiosis II yang menghasilkan satu permatid dengan kromosom YY
dan satu spermatid tidak mempunyai kromosom seks. Jika terjadi pembuahan antara ovum
normal berkromosom X dengan spermatozoa berkromosom YY, akan terjadi sinrom XYY. Ciri-
ciri fisiknya adalah laki-laki yang bertubuh tinggi, melibihi ukuran normal. Pada tahun 1960,
muncul hipotesis bahwa pria XYY cenderung agresif, antisosial, dan kriminal. Namun, beberapa
ahli membantah hipotesis tersebut.
Sindrom Jacob

c. Sindrom Klinefelter

Sindrom Klinefelter adalah kelainan yang disebabkan oleh kelebihan kromosom X pada laki-
laki. Oleh karena itu, pada penderita Klinefelter, kromosomnya menjadi XXY. Manusia dengan
Sindrom Klinefelter memiliki kromosom berjumlah 47 dengan kariotipe 22 AA + XXY atau 44
A + XXY. Ciri-cirinya adalah laki-laki bertubuh tinggi, testis mengecil saat masa pubertas, steril,
payudara berkembang, dan pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan di bawah normal.
Sindrom ini dapat terjadi karena ovum nondisjunction yang berkromosom XX di buahi oleh
spermatozoa normal berkromosom Y. Selain Sindrom Klinefelter, kelainan lain yang disebabkan
oleh mutasi gen yang tidak sempurna adalah sindrom patau.
Sindrom Klinefelter

d. Sindrom Patau

Sindrom Patau atau Trisomy 13. Pada penderita Sindrom Patau, terdapat 3 salinan kromosom
dan mengalami kelainan pada kromosom ke-13 sehingga mempunyai kromosom 47 dengan
kariotipe 45 A + XX atau 45 A + XY. Ciri-ciri manusia dengan sindrom Patau adalah sumbing
(harelip) dan langit-langit rongga mulut (cleft palate) serta polidaktili (jari lebih dari lima).
Selain itu, Sindrom Patau merupakan kondisi genetik, sehingga penyakit ini hanya bisa
diwariskan berdasarkan garis keturunan saja.
Sindrom Patau atau Trisomy 13

e. Sindrom Edward

Sindrom Edward juga merupakan kelainan pada kromosom. Kromosom yang mengalami
kelainan pada Sindrom Edward adalah kromosom nomor 18 sehingga memiliki 47 kromosom
dengan kariotipe 45 A + XX atau 45 A + XY. Ciri-ciri bayi yang mengalami Sindrom Edward
adalah jari tangan yang tumpang tindih dengan kondisi telapak tangan yang menggenggam,
bentuk kepala panjang, bentuk muka khas, pola sidik jari sederhanan, dada pendek dan lebar,
memiliki kelaianan jantung dan ginjal, serta berumur pendek.

Si
ndrom Edward

f. Sindrom XXX Wanita Super)


Sindrom Metafemale, Sindrom ini sering juga disebut dengan sindrom wanita super, yang
menyebabkan penderitanya menjadi berperawakan lebih besar dari wanita pada umumnya. Hal
ini disebabkan kelebihan kromosom X pada penderitanya, sehingga penderita Sindrom
Metafemale biasanya memiliki kromosom XXX. Manusia dengan sindrom XXX memiliki
kromosom berjumlah 47, yaitu 22 AA + XXX. Sindrom ini terjadi karena ovum hasil
nondisjunction yang berkromosom XX dibuahi oleh spermatozoa normal berkromosom X. Ciri-
ciri manusia dengan sindrom XXX adalah berkelamin wanita serta memiliki sistem reproduksi
dan tingkat kecerdasan yang bervariasi dari mulai normal sampai subnormal.

Sindrom XXX (wanita Super)

g. Sindrom Down

Sindrom Down terjadi karena trisomi pada kromosom nomor 21 sehingga memiliki kromosom
47 dengan kariotipe 45A + XY atau 45A + XX. Ciri-ciri bermata sipit, fertil, kaki pendek,
berjalan lambat, menderita kelainan jantung (kardiovaskuler), serta pertumbuhan tubuh dengan
mental agak lambat. berdasarkan IQ-nya, penderita sindrom Down dapat dibedakan menjadi
idiot dengan IQ 24, imbisil dengan IQ 25 – 49, dan debil dengan IQ 50 – 69. Wanita sindrom
Down tidak steril sehingga mampu memproduksi ovum. Namun, jika ovumnya dibuahi
kemungkinan besar akan menghasilkan keturunan dengan sindrom Down. penderita pada
umumnya berumur pendek, rata-rata hingga 16 tahun.
Sindrom
Down

h. Sindrom Wolf

Sindrom Wolf terjadi karena delesi atau hilangnya sebagian lengan pendek kromosom nomor 4.
Kelainan yang tampak, yaitu pangkal hidung menonjol, bibir sumbing, pertumbuhan lambat,
keterbelakangan mental, serta kelainan jantung.

Sindr
om Wolf

i. Sindrom Y

Zigot yang mempunyai kromosom 22AA + Y, tidak mampu hidup.

Anda mungkin juga menyukai