Anda di halaman 1dari 24

BAB VII

FILUM PLATYHELMINTHES

7.1 Pengertian
Platyhelminthes berasal dari bahasa Yunani yaitu
Platy yang berarti pipih dan Helminthes yang berarti
cacing. Jadi, Platyhelminthes berarti cacing pipih
(Mukayat, 1989).
7.2 Habitat dan Penyebaran
Platyhelminthes hidup di air tawar dan ada juga
yang hidup parasit di dalam tubuh vertebrata dan larva
ada yang hidup di dalam jaringan invertebrata.
Platyhelminthes tersebar luas di seluruh dunia.
Untuk penyebaran cacing pita lebih banyak di daerah
tropis, terutama di daerah yang banyak mengkonsumsi
daging babi seperti di Asia Tenggara, India, Afrika
Selatan dan Amerika Latin. Di Indonesia terutama paling
banyak di daerah Papua, Bali, Sumatera Utara, NTT,
Lampung, Sulawesi Utara, Kalimantan Utara dan Jawa
Timur (Mukayat, 1989).

FILUM Platyhelminthes 213


7.3 Klasifikasi
7.3.1 Kelas Turbellaria
1. Ciri-Ciri
a. Ciri Morfologi
1) Tubuh pipih dorso ventral dan tidak terbagi atas
segmen-segmen
2) Panjang tubuh sekitar 5-25mm, tetapi yang hidup di
darat dapat mencapai 60 cm
3) Tubuh bagian luarnya dilapisi epidermis bersinsitium
dan dilengkapi bulu-bulu getar
4) Memiliki sel-sel yang menghasilkan zat mukosa
(lendir)
5) Kepala berbentuk segitiga dan terdapat tonjolan yang
disebut aurikel
6) Mulut terletak di bagian ventral
7) Di tengah-tengah bagian dorsal kepalanya terdapat
sepasang bintik mata yang sensitif terhadap sinar
sehingga dapat membedakan gelap terang.

FILUM Platyhelminthes 214


b. Ciri Anatomi
1) Tidak mempunyai rongga tubuh (acoela)
2) Ruangan-ruangan di dalam tubuh yang ada di antara
berbagai organ terisi dengan mesenkim yang biasa
disebut parenkim
3) Sudah memiliki sistem pencernaan, tetapi tidak
memiliki anus
4) Dinding pharynx dilengkapai otot. Pharynx ini dapat
ditarik dan dijulurkan, bentuknya mirip belalai dan
disebut juga proboscis
5) Memiliki sepasang protonefridia dengan sel api
sebagai alat eksresi
6) Sistem sarafnya primitif (Mukayat, 1989).

FILUM Platyhelminthes 215


Contoh dari kelas Turbellaria adalah Planaria sp.
Struktur tubuh Planaria sp dapat dilihat pada Gambar 1.

Gam
bar 72. Struktur tubuh Planaria sp (Barnes, 1994).

2. Fisiologi
a. Sistem Pencernaan
Saluran pencernaan makanan Planaria terdiri dari
mulut, pharynx, esophagus, usus. Planaria tidak memiliki
anus. Mulut terletak di bagian ventral arah posterior.
Esophagus merupakan persambungan pharynx dan usus,
usus bercabang tiga, satu ke arah anterior dan dua
berjajar sebelah menyebelah ke arah posterior. Makanan
masuk melalui mulut, dan hasil pencernaan diedarkan ke

FILUM Platyhelminthes 216


seluruh tubuh melalui cabang-cabang usus, sedangkan
sisa makanan yang tidak tercerna dikeluarkan melalui
mulut.
b. Sistem Respirasi
Planaria belum mempunyai alat respirasi khusus.
Pengambilan O2 dari lingkungan ekstern maupun
pengeluaran gas O2 dari lingkungan intern berjalan
secara osmosis langsung melalui permukaan tubuh.
c. Sistem Eksresi
Sistem eksresi Planaria berupa sel api atau flame
cell. Sel-sel api ini berfungsi membuang zat-zat sisa
metabolisme dan sebagai alat osmoregulasi sehingga
nilai osmosis tubuh dapat dipertahankan seperti ukuran
normal. Sel-sel api ini berupa pipa berongga yang
dilengkapi dengan seberkas silia. Jika silia bergetar,
maka cairan dalam tubuh terdorong masuk ke dalam
saluran yang berhubungan dengan pori-pori permukaan
tubuh.
d. Sistem Saraf
Sistem saraf Planaria sudah lebih maju dari
Coelenterata sebab Planaria memiliki sejumlah ganglion
yang berfungsi sebagai pusat susunan saraf. Dari

FILUM Platyhelminthes 217


ganglion tersebut muncul cabang-cabang saraf radier
baik menuju ke anterior maupun posterior. Cabang
anterior menuju ke bintik mata, cabang lateral menuju ke
indera Chemoreceptor, sedang cabang ke posterior yang
sejajar, terdiri atas bagian kanan dan kiri membentang di
bagian ventral tubuh.
e. Sistem Reproduksi
Planaria berkembang biak dengan cara seksual
maupun aseksual. Perkembangbiakan secara aseksual
dengan jalan autotomi, sedang cara seksual dengan
pembuahan sel telur oleh sel sperma. Reproduksi seksual
terjadi pada siang pendek dan udara dingin. Reproduksi
aseksual terjadi pada siang panjang dan udara hangat.
Planaria bersifat hermaphrodit, maka dalam tubuh seekor
hewan tersebut terdapat alat kelamin jantan dan betina.
Akan tetapi, sperma tidak dapat membuahi sel telur dari
tubuhnya sendiri, karena pemasakan sperma dan sel telur
berbeda. Reproduksi secara seksual terjadi melalui
perkawinan silang. Pada perkawinan silang, dua Planaria
melekatkan diri pada bagian ventral sehingga lubang
kelamin (porus genitalis) berhadapan dan bersinggungan,
dan terjadilah fertilisasi internal. Reproduksi secara

FILUM Platyhelminthes 218


aseksual terjadi melalui autotomi yang diawali dengan
tubuh bertambah panjang dan bagian tubuh dekat faring
sedikit demi sedikit menyempit dan akhirnya terputus.
Bagian yang terputus akan melengkapi diri, masing-
masing akan menjadi tubuh yang baru dan lengkap.
f. Sistematika
1. Ordo Acoelida
Ciri-ciri ordo Acoelida yaitu sebagai berikut:
a. Panjang tubuh 1-4 mm
b. Memiliki mulut dan pharynx
c. Tidak memiliki anus
d. Memiliki protonephiridia
e. Oviduct dan gonad jelas
Habitat ordo ini adalah di dalam laut, biasanya
terdapat pada ganggang Sargassum dan pada ketam laut.

FILUM Platyhelminthes 219


Contoh spesies:

Gambar 73. Convoluta sp. (Barnes, 1994).

2. Ordo Rabdocoelida
Contoh spesies:

Gambar 74. Rhabdocoella sp.(Barnes, 1994).

FILUM Platyhelminthes 220


3. Ordo Alloceolida
Contoh spesies:

Gambar 75. Acoella sp.(Barnes, 1994).

4. Ordo Tricladida
Ciri-ciri ordo Tricladida yaitu sebagai berikut:
1. Biasanya kecil (2 mm - 25 mm)
2. Mulut terdapat ditengah ventral dengan proboscis
3. Saluran pencernaan bercabang tiga
4. Ada yang tubuhnya berpigmen dan ada yang putih
seperti air susu
Habitat ordo ini adalah di air tawar. Namun ada pula
yang terdapat dalam rumah kaca dan dalam tanah.

FILUM Platyhelminthes 221


Contoh spesies:

Gambar 76. Planaria sp (Dugesia).(Barnes, 1994)

5. Ordo Polycladida
Ciri-ciri ordo Polycladida yaitu sebagai berikut:
1. Ukuran tubuh mencapai 150 mm
2. Biasanya kurus dan oval
3. Bermata banyak
4. Seluran penceraan makanannya bercabang secara
tidak teratur.

FILUM Platyhelminthes 222


Contoh spesies:

Gambar 77. Notoplana sp (Barnes, 1994).

7.3.2 Kelas Trematoda


1. Ciri-Ciri
a. Ciri Morfologi
1. Tubuh berbentuk seperti daun dan dilengkapi dengan
alat penghisap.
2. Tubuh tidak dilengkapi epidermis maupun silia ,
(kecuali fase larvanya)
3. Bagian luar tubuh dilapisi kutikula
4. Mulut biasanya terdapat dibagian anterior dan ususnya
bercabang dua
5. Disekitar mulut terdapat alat hisap
6. Lubang eksresi terletak agak dibagian akhir posterior

FILUM Platyhelminthes 223


7. Antara mulut dengan alat hisap ventral terdapat lubang
genital sebagai jalan untuk mengeluarkan telur.
b. Ciri Anatomi
1. Sistem pencernaan sederhana, tanpa anus
2. Organ eksresi berupa protonefridia
3. Memiliki satu ovarium dan dua atau banyak testis
Contoh spesies dari kelas Trematoda adalah
Fasciola hepatica. Struktur tubuh Fasciola hepatica
dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 78. Struktur tubuh Fasciola hepatica (Barnes, 1994)

FILUM Platyhelminthes 224


2. Fisiologi
a. Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan sederhana, dimulai dari mulut,
pharynx yang merupakan saluran pendek, esophagus,
usus yang terdiri dari dua cabang utama yang menjalur
dari anterior ke posterior sebelah-menyebelah dalam
tubuh.
b. Sistem Respirasi
Cacing hati hidup sebagai endoparasit, maka
proses respirasi terjadi secara anaerob, artinya respirasi
berlangsung tanpa oksigen. Hal ini karena cacing
endoparasit hidup dalam lingkungan yang kekurangan
oksigen.
c. Sistem Eksresi, Sirkulasi dan Saraf
Sistem eksresi, sistem sirkulasi dan sistem sarafnya
sama seperti pada Planaria.
d. Sistem Reproduksi
Fasciola hepatica bersifat hermaphrodit, sehingga
alat reproduksi jantan dan patina terdapat pada tiap-tiap
hewan dewasa. Perkembangbiakan Fasciola hepatica
terjadi melalui perkawinan silang.

FILUM Platyhelminthes 225


3. Daur Hidup
Telur yang sudah dibuahi keluar bersama feses
hospes, kemudian telur menetas menjadi larva bersilia
yang disebut mirasidium. Larva ini kemudian masuk ke
dalam siput dan dalam waktu sekitar 2 minggu larva
berubah bentuk menjadi oval dan disebut sporosista yang
tidak bersilia. Sporosista tumbuh dan akhirnya pecah
menjadi larva kedua yang disebut redia. Redia masuk ke
jaringan siput dan berkembang menjadi larva ketiga yang
disebut serkaria. Kemudian serkaria meninggalkan tubuh
siput dan membentuk sista. Serkaria akan menjadi
metaserkaria jika menempel dirumput atau tmbuhan air.
Bila metaserkaria ini dimakan hewan ternak, maka dalam
saluran pencernaan metaserkaria akan pecah dan
menempel di duodenum. Metaserkaria akan menembus
usus mengikuti aliran darah sampai ke hati dan tumbuh
menjadi dewasa.

FILUM Platyhelminthes 226


Gambar 79. Daur hidup Fasciola hepatica (Barnes, 1994)
Sistematik:
Ordo 1: Monogenea (Hetrocotylae)
Ciri-ciri ordo monogenae adalah sebagai berikut:
1. Alat hisap bagian mulut lemah atau tidak ada
2. Akhir bagian posterior berakhir dengan cakram mudah
merekat, biasanya memiliki kait
3. Terdapat 2 lubang eksresi yang terletak disebelah
anterior dari bagian dorsal
4. Jumlah telur sedikit, larva bersilia
5. Tidak memiliki hospes intermedier

FILUM Platyhelminthes 227


Contoh spesies : Gyrodacylus sp.
Ordo 2: Aspidocotylae (Aspidogastrae)
Ciri-ciri ordo aspidocotylae adalah sebagai
berikut:
1. Tidak memiliki alat hisap oral atau alat untuk melekat
lainnya
2. Pada daerah ventral terdapat alat hisap besar atau
bahan untuk alat hisap
3. Lubang eksresi hanya satu terletak pada bagian
posterior
4. Bersifat endoparasit pada satu hospes
Contoh spesies

Gambar 80. Aspidogaster sp (Kozloff, 2010).


Ordo 3: Digenea
Ciri-ciri ordo Digenea yaitu sebagai berikut:
1. Mempunyai alat hisap dua buh disekitar mulut dan
sebuah lainnya didaerah ventral, tidak memiliki kait
2. Lubang eksresi satu di daerah posterior

FILUM Platyhelminthes 228


3. Uterus panjang
4. Telur banyak, mempunyai satu fase larva yang
dihasilkan dalam hospes intermedier sebelum
mengalami metamorphosis menjadi dewasa.
Contoh spesies

Gambar 81. Fasciola hepatica (Barnes, 1994).

7.3.3 Kelas Cestoda


1. Ciri-Ciri
a. Ciri Morfologi
1. Tubuh seperti pita dan terbagi atas segmen-segmen
2. Tubuh tidak dilengkapi dengan epidermis maupun
silia
3. Tubuh tertutup kutikula dan tidak berpigmen
4. Panjang tubuh dapat mencapai 2 m

FILUM Platyhelminthes 229


5. Bagian anterior biasanya merupakan scolex yang
melekat dengan lekukan perekat (bothria), atau alat
hisap lainnya serta mempunyai alat kait yang disebut
rostellum
6. Di belakang sholex terdapat leher kacil yang selalu
tumbuh dan menghasilkan proglattid baru
7. Tubuh tersusun atas proglottid yang masing-masing
berisi alat reproduksi yang hermaphrodit.
b. Ciri Anatomi
1. Tidak memiliki mulut dan saluran pencernaan
2. Sistem eksresi terdiri atas protonefridia dengan sel api
3. Sistem saraf primitif
4. Tiap segmen mengandung satu atau dua set sistem
reproduksi yang hermaphrodit.

Gambar 82. Struktur tubuh Taenia solium (Barnes, 1990).

FILUM Platyhelminthes 230


2. Fisiologi
a. Sistem Pencernaan
Cacing pita tidak memiliki alat pencernaan
makanan, karena langsung menghisap zat makanan dari
hospesnya.
b. Sistem Respirasi
Karena cacing pita hidup sebagai endoparasit,
maka proses respirasi terjadi secara anaerob, artinya
respirasi berlangsung tanpa oksigen. Hal ini karena
cacing endoparasit hidup dalam lingkungan yang
kekurangan oksigen.
c. Sistem Eksresi
Saluran eksresi memanjang dengan cabang-
cabang ujung berakhir dengan sel api.
d. Sistem Saraf
Sistem saraf seperti pada Planaria dan cacing hati,
tetapi tidak begitu berkembang baik.

3. Daur Hidup
Daur hidup cacing Taenia solium adalah sebagai
berikut. Proglottid biasa yang yang mengandung embrio
melepaskan diri dari rangkaian dan keluar bersama feses

FILUM Platyhelminthes 231


inang. Jika proglottid dewasa ini tertelan oleh babi, maka
dalam usus babi akan keluar larva yang disebut heksakan
atau onkosfer yang memiliki 6 kait kitin. Dengan
menembus dinding usus babi, heksakan ikut aliran darah
dan singgah diotot atau jaringan tubuh babi. Larva ini
kemudian tumbuh menjadi sistiserkus. Apabila manusia
memakan daging babi yang mengandung sistiserkus dan
dimasak tidak sempurna, maka sistiserkus akan tumbuh
dan berkembang menjadi dewasa dalam usus manusia
(Gambar 12).

Gambar 83. Daur hidup Taenia solium (Barnes, 1994).

FILUM Platyhelminthes 232


Sistematik:
Ordo 1: Tetraphyllida (Phylobothrioidea)
Ciri-ciri ordo Tetraphyllida yaitu sebagai berikut:
1. Scolex memiliki 4 brothria dan sering memiliki alat
kait
2. Bersifat parasit papa ikan, Amfibi dan Reptil
Contoh spesies:

Gambar 84. Phyllobothrium sp (Barnes, 1994).


Ordo 2: Diphylodia
Ordo 3: Trypanorhynchida (Tetrarhynchoida)
Ordo 4: Pseudophyllida
Ciri-ciri ordo Pseudophyllida yaitu sebagai
berikut:
1. Scolex tidak begitu jelas dan memiliki 2-6 bothria
2. Beberapa tidak mempunyai perekat

FILUM Platyhelminthes 233


Contoh spesies:

Gambar 85. Dicothriocephalus latus (Barnes, 1994).


Ordo 5: Nippothaeniida
Ordo 6: Taenida (Cyclophyllida)
Ciri-ciri ordo Taenida yaitu sebagai berikut:
1. Mempunyai alat hisap yang dalam dan sering
memiliki kait pada ujung kepala
2. Lubang seks terbuka sebelah lateral
3. Proglottid tersambung satu sama lain agak bebas, pada
saat masak akan dilepaskan.

FILUM Platyhelminthes 234


Contoh spesies:

Gambar 86. Taenia solium (Barnes, 1994).


Ordo 7: Apotida
Ciri-ciri ordo Apotida yaitu sebagai berikut:
1. Berscolex dengan 4 alat hisap
2. Memiliki kait atau rostellum
3. Tidak memiliki kuning telur
4. Memiliki saluran atau lubang seks..

FILUM Platyhelminthes 235


DAFTAR PUSTAKA

Kastawi, Yusuf. 2005. Zoologi Avertebrata. Malang :


Universitas Negeri Malang

Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya :


Sinar Wijaya

FILUM Platyhelminthes 236

Anda mungkin juga menyukai