Anda di halaman 1dari 35

ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

BAB VIII
FILUM NEMATHELMINTHES

8.1 Pengertian
Nemathelminthes (dalam bahasa yunani,
nema=benang, helminthes=cacing) disebut sebagai
cacing gilig karana tubuhnya berbentuk bulat panjang
atau seperti benang. Berbeda dengan Platyhelminthes
yang belum memiliki rongga tubuh, Nemathelminthes
sudah memiliki rongga tubuh meskipun bukan rongga
tubuh sejati. Oleh karena memiliki rongga tubuh semu,
Nemathelminthes disebut sebagai hewan pseudoselomata
(Rusyana, 2011).
8.2 Ciri-ciri
8.2.1 Ukuran dan bentuk tubuh
Ukuran tubuh Nemathelminthes umumnya
mikroskopis, meskipun ada yang panjangnya sampai 1
meter. Individu betina berukuran lebih besar daripada
individu jantan. Tubuh berbentuk bulat panjang atau
seperti benang dengan ujung-ujung yang meruncing
(Rusyana, 2011).

Muhammad Anang|FILUM NEMATHELMINTHES 1


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

8.2.2 Struktur dan fungsi tubuh


Permukaan tubuh Nemathelminthes dilapisi
kutikula untuk melindungi diri. Kutikula ini lebih kuat
pada cacing parasit yang hidup di inang daripada yang
hidup bebas. Kutikula berfungsi untuk melindungi dari
dari enzim pencernaan inang (Kastawi, 2005).
Nemathelminthes tidak memiliki pembuluh darah.
Makanan diedarkan keseluruh tubuh melalui cairan pada
pseudoselom. Nemathelminthes tidak memiliki sistem
respirasi, pernapasan dilakukan secara difusi melalui
permukaan tubuh. Organ reproduksi jantan dan betina
terpisah dalam individu berbeda (Kastawi, 2005).
Nemathelminthes memiliki sistem percenaan yang
lengkap terdiri dari mulut, faring, usus, dan anus. Mulut
terdapat pada ujung anterior, sedangkan anus terdapat
pada ujung posterior. Beberapa Nemathelminthes
memiliki kait pada mulutnya (Kastawi, 2005).

8.3 Habitat dan Penyebaran


Nemathelminthes hidup bebas ataupun parasit.
Nemathelminthes yang hidup bebas berperan dalam

Muhammad Anang|FILUM NEMATHELMINTHES 2


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

penguraian sampah organik. Sedangkan yang hidup


secara parasit, dia mengambil makanan dari sari makanan
atau darah inangnya. Nemathelminthes yang hidup bebas
terdapat di tanah becek di dasar perairan tawar atau laut.
Sedangkan Nemathelminthes yang hidup parasit hidup di
dalam tubuh makhluk hidup. Cacing ini hidup tersebar
dimana-mana, ada yang ditemukan di Afrika, Amerika
dan Eropa (Kastawi, 2005).
8.4 Klasifikasi Nemathelminthes
8.4.1 Kelas Nematoda
Nematoda berasal dari bahasa Yunani,
Nema=benang, oidos=bentuk, yang berarti cacing
berbentuk benang. Contoh: Ascaris lumbricoides.
1. Struktur Morfologi
Nematoda memiliki ukuran tubuh yang panjang,
berbentuk silinder dan atau seperti benang dengan bagian
meruncing pada kedua ujungnya. Hewan betina
berukuran 20-29 cm dengan diameter 4-6 mm. Hewan
jantan berukuran lebih kecil, panjang 13-31 cm dengan
diameter 2-3 mm. Permukaan tubuh tidak berwarna dan
kutikula luar berwarna putih kekuningan. Permukaan

Muhammad Anang|FILUM NEMATHELMINTHES 3


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

kulitnya tertutup kutikula yang halus, elastis, liat,


membentuk garis-garis melintang sehingga
menampakkan ruas-ruas semu pada cacing (Jasin, 1992).

Gambar 19. Struktur Anatomi Ascaris lumbricoides


(Rusyana, 2011).
Pada permukaan tubuhnya yang silindris terdapat
empat tali epidermis yang tampak dari luar, dua tali
dorsal dan ventral lebih sempit sedangkan lateral tebal.
Ujung anterior kebanyakan dari kutikula luar berwarna
yang dibatasi oleh 6 bibir (Kastawi, 2005).
2. Struktur Anatomi
a. Memiliki pseudoselom.
b. Mempunyai usus tetapi tidak mempunyai
proboscis (belalai).
c. Tidak mempunyai kloaka.

Muhammad Anang|FILUM NEMATHELMINTHES 4


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

d. Dinding tubuh terdiri atas lapisan-lapisan


kutikula, epidermis/hipodermis/sub-kutikula dan
otot.
e. Memiliki otot membujur yang berfungsi untuk
pergerakan.

Gambar 20. Struktur Anatomi Ascaris lumbrivcoides


(Kastawi, 2005).

3. Struktur Fisiologi
a. Sistem Pencernaan
Nematoda memiliki saluran pencernaan makanan
yang lengkap. Sistem pencernaan dimulai dari
memasukkan makanan berupa makanan setengah jadi
yang berasal dari inangnya kedalam mulut → makanan

Muhammad Anang|FILUM NEMATHELMINTHES 5


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

dihisap oleh faring → sel-sel kelenjar dari faring


menghasilkan enzim dan intestinnya menyerap makanan
serta melaksanakan pencernaan secara intraseluler →
selanjutnya kelebihan makanan disimpan sebagai
cadangan glikogen dan lemak di dalam intestin, otot dan
epidermis kemudian makanan diedarkan keseluruh tubuh
melalui cairan pada pseudoselom (Kastawi, 2005).
b. Sistem Respirasi
Respirasi dilakukan secara anaerob. Energi
diperoleh dengan cara mengubah glikogen menjadi
karbondioksida dan lemak yang diekskresikan melalui
kutikula. Namun sebenarnya Ascris dapat mengkonsumsi
oksigen kalau dilingkungannya tersedia, gas itu diambil
oleh hemoglobin yang ada dalam dinding tubuh dan
cairan pseudosol (Rusyana, 2011).
c. Sistem Gerak
Gerak pada Nematoda disebabkan oleh adanya
otot-otot yang terdapat pada dinding tubuh. Otot-otot
terbagi menjadi empat kuadran, dua kuadran terletak
pada sisi dorsal dan yang lain pada sisi ventral. Kontraksi
dan relaksasi otot-otot inilah yang menyebabkan tubuh

Muhammad Anang|FILUM NEMATHELMINTHES 6


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

cacing memanjang dan memendek sehingga dapat


bergerak (Kastawi, 2005).
d. Sistem Ekskresi
Cacing ini memiliki saluran ekskresi longitudinal
pada setiap tali lateral. Rusuk anterior dan kanal
transversal bercabang membentuk satu jaringan yang
muncul dari saluran ekskresi umum pendek. Saluran itu
berakhir pada lubang ekskresi yangterletak dibagian
ventral di belakang bibir. Sistem ekskresi pada cacing ini
tidak dilengkapi dengan lubang-lubang internal, silia, dan
sel api (Kastawi, 2005).

Muhammad Anang|FILUM NEMATHELMINTHES 7


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

Gambar 21. Sistem Ekskresi Ascaris Lumbriciodes


(Jordan, 1983).

e. Sistem Saraf
Sistem saraf meliputi sebuah cincin sirkum
faringeal yang mengelilingi faring. Saraf ini tersusun
oleh serabut-serabut saraf adan sel-sel saraf difus. Cincin
saraf sirkum faringeal itu berhubungan dengan banyak
ganglion, ada ganglion dorsal yang tidak berpasangan
dan ganglion sub-dorsal yang berpasangan. Pada tiap sisi
dari cincin saraf sirkum faringeal terdapat sebuah
ganglion lateral yang terbagi menjdi enam ganglion. Pada
sisi bawah dari cincin saraf terdapat satu pasang ganglion
ventral yang berukuran besar. Masing-masing ganglion
mempunyai sel-sel saraf yang jumlahnya tetap (Kastawi,
2005).
f. Sistem Sirkulasi
Cacing ini tidak memiliki sistem peredaran darah
dan jantung tetapi tubuhnya mengandung cairan

Muhammad Anang|FILUM NEMATHELMINTHES 8


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

semacam darah yang dapat merembes kebagian tubuh


akibat kontraksi tubuh (Kastawi, 2005).
g. Sistem Reproduksi
Nematoda merupakan hewan berkelamin tunggal,
artinya alat kelamin jantan dan betina belum terpisah.
Hewan jantan dan betina dapat dibedakan dengan jelas
berdasarkan penampang dari luar. Hewan jantan
mempunyai ukuran lebih kecil dari hewan betina dan
mempunyai ekor yang melengkung. Gonad berbentuk
pembuluh yang dilanjutkan dengan dengan saluran-
salurannya. Gonad terletak di dalam pseudosol yang
menggantung secara bebas. Sistem alat kelamin jantan
mengalami reduksi sehingga hanya tinggal satu, sedang
sistem kelamin betina ada dua buah (Kastawi, 2005).
Organ kelamin jantan terletak pada separuh tubuh
bagian posterior. Testisnya satu, panjang, menggulung
dan berlanjut menjadi saluran vas deferens menggabung
dengan vesikula seminalis yang dindingnya berotot dan
terletak pada sepertiga tubuh bagian posterior, vesikula
seminalis tersalur ke saluran ejakulasi yang pendek,
sempit dan bermuara pada kloaka. Dibagian dorsal

Muhammad Anang|FILUM NEMATHELMINTHES 9


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

kloaka terdapat satu pasang kantong muskular yang


disebut kantong spikula. Kedua kantong spikula tersebut
mengandung satu pasang serta pineal atau spikula yang
berfungsi untuk kopulasi yaitu untuk membuka lubang
genital betina dan membantu mengeluarkan sperma.
Pengeluaran sperma dibantu oleh satu lempengan kitin
yang terletak pada dinding kloaka (Kastawi, 2005).
Organ kelamin betina bersifat didelfik artinya
jumlahnya ada dua. Pada betina terdapat sistem
reproduksi berbentuk Y. Masing-masing cabang Y terdiri
dari satu gulung ovari menyerupai benang yang
bersambungan dengan saluran yang lebih besar, uterus.
Uterus dari dua unit cabang ke saluran pendek muskular,
vagina, yang berlubang ke bagian luar melalui genital
aperture atau vulva. Fertilisasi terjadi pada uterus
(Kastawi, 2005).
h. Habitat dan Penyebaran
Nematoda dapat dijumpai di darat, air tawar, dan
air laut, namun ada pula yang parasit pada manusia,
hewan, dan tumbuhan. Hewan ini menyebar dari daerah
kutub hingga daerah tropis (Jasin, 1992).

Muhammad Anang|FILUM NEMATHELMINTHES 10


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

4. Sistematika
Kelas Nematoda dibedakan menjadi 5 ordo, yaitu:
1) Ordo Ascaroida
Ordo Ascaroida terdiri atas 4 famili, yaitu:
a) Famili Ascaridae
(1) Ciri-ciri
(a) Bentuk tubuh bulat panjang dengan bagian
ujung-ujung yang meruncing.
(b) Merupakan hewan diosius.
(c) Tidak mempunyai segmentasi tubuh dan
memiliki dinding luar yang halus.
(d) Bergerak dengan gerakan seperti cambuk.
(2) Morfologi
Cacing family Ascaridae adalah jenis
cacing gilig yang besar. Tubuh berbentuk bulat
panjang, memiliki kutikula yang tebal serta
memiliki tiga buah bibir pada bagian mulut.
Dua buah bibirnya terletak pada bagian dorsal.
Masing-masing bibir dilengkapi dengan papila
dibagian lateral dan sub-ventral dan dilengkapi

Muhammad Anang|FILUM NEMATHELMINTHES 11


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

pula dengan sederetan gigi pada permukaan


sebelah dalam (Rusyana, 2011).

Gambar 22. Struktur Tubuh Ascaris lumbricoides


(Rusyana, 2011) .

(3) Fisiologi
Hewan Ascaris lumbricoides hanya
berkembang biak secara seksual. Hewan jantan
memiliki sepasang alat berbentuk kait yang
menyembul dari anus disebut spikula. Spikula
ini berfungsi untuk membuka pori kelamin
cacing betina dan memindahkan sperma saat
kawin.

Muhammad Anang|FILUM NEMATHELMINTHES 12


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

Alat ekskresi terdiri dari dua saluran


lateral dengan bermuara pada sebuah lubang
disebelah anterior dan ventral. Cincin saraf ini
selanjutnya bercabang-cabang meliputi seluruh
bagian tubuh.
(4) Siklus Hidup
Mula-mula telur akan keluar bersama-
sama feses hospes. Telur yang keluar bersama
feses dapat bertahan hidup selama berbulan-
bulan dalam tanah yang lembab. Telur tersebut
belum bersegmen. Segemntasi bermula di
dalam tanah, dan larvanya terbentuk dalam
cangkang selama 10-14 hari. Larva mengalami
pengelupasan kulit sebanyak dua kali dalam
cangkang selama satu minggu berikutnya.
Setelah pengelupasan 2 kali, cacing muda
bersifat infektif. Apabila larva tertelan manusia
bersama lumpur, air atau sayuran, maka larva
masuk ke usus (Kastawi, 2005).

Muhammad Anang|FILUM NEMATHELMINTHES 13


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

Gambar 23. Siklus hidup Ascaris lumbricoides


(Barnes, 1987).

Cacing kemudian bermigrasi ke organ-


organ lain selama 10 hari. Mula-mula cacing
menembus dinding usus halus dan masuk ke
dalam alat peredaran darah mesentrik.
Selanjutnya masuk ke dalam hati melalui vena
porta hepatik. Setelah itu lanjut ke vena cava
inferior untuk mencapai sisi jantung bagian
kanan. Dari bagian ini cacing berkali-kali
mengelilingi tubuh inang melalui aliran darah

Muhammad Anang|FILUM NEMATHELMINTHES 14


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

dan akhirnya masuk ke paru-paru melalui arteri


pulmonalis (Jasin, 1992).
Cacing masuk ke dalam alveolus dengan
cara menembus kapiler-kapiler darah, dan
menetap selama beberapa hari. Cacing tumbuh
dan mengelupaskan kulitnya untuk yang ketiga
kalinya. Dari alveolus, cacing masuk ke
bronkiolus, bronkus, trakea dan glotis. Dari
faring cacing masuk ke esofagus dan masuk
kembali ke usus. Di usus cacing mengalami
pengelupasan kulit sekali lagi, dan dalam
waktu 60-70 hari cacing tumbuh menjadi
dewasa (Kastawi, 2005).
(5) Habitat dan Penyebaran
Hewan ini umumnya hidup sebagai parasit
pada tubuh manusia, terutama pada usus halus
manusia sehingga sering kali disebut cacing
perut. Bersifat kosmopolit (terdapat di segala
tempat), terutama di daerah tropis (Kastawi,
2005).
b) Famili Heterakidae

Muhammad Anang|FILUM NEMATHELMINTHES 15


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

Cacing family Heterakidae ukuran


tubuhnya kecil berwarna putih, ekstremitas
anterior dorsal, membungkuk. Memiliki
kutikula yang halus membentang sepanjang
tubuh (Kastawi, 2005).
Esofagus dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
pendek, faring berotot, bagian tengah silinder,
dan bagian posterior diperbesar untuk
membentuk sub-bola lampu dengan tiga sisi
aparatus katup. Cincin saraf dan pori-pori
ekskretoris hanya anterior ke papila serviks
(Kastawi, 2005).
Family ini merupakan famili yang parasit
pada burung dan mamalia. Salah satu contoh
spesies: Heterakis gallinae, yang hidup parasit
pada burung liar. Cacing Heterakis gallinae
tidak melukai usus, tetapi sering juga terdapat
dalam usus unggas sehingga dapat
menimbulkan infeksi (Kastawi, 2005).
c) Famili Oxyuridae

Muhammad Anang|FILUM NEMATHELMINTHES 16


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

Cacing ini memiliki tubuh yang kecil,


putih, dan berbentuk benang. Panjang tubuh 9-
12 cm (betina) dan 3-5 (jantan).
(1) Siklus hidup Enterobius vermicularis

Gambar 24. Siklus Hidup Enterobius vermicularis


(Barnes, 1987).
Siklus hidup cacing betina pada malam
hari pergi ke rektum meletakkan telur.
Kemudian membuat lubang disekitar dubur
sehingga menimbulkan rasa gatal. Bila
penderita menggaruk dubur, telur itu melekat
di kuku dan masuk kembali ke dalam usus
sehingga cacing menjadi dewasa. Infeksi
semacam ini disebut Auto infeksi (infeksi diri
Muhammad Anang|FILUM NEMATHELMINTHES 17
ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

sendiri). Siklus hidup cacing betina pada


malam hari pergi ke rektum meletakkan telur.
Kemudian membuat lubang disekitar dubur
sehingga menimbulkan rasa gatal. Bila
penderita menggaruk dubur, telur itu melekat
di kuku dan masuk kembali ke dalam usus
sehingga cacing menjadi dewasa. Infeksi
semacam ini disebut Auto infeksi (infeksi diri
sendiri) (Kastawi, 2005).
(2) Habitat dan Penyebaran
Cacing Enterobius vermicularis hidup
parasit pada manusia terutama pada anak-anak.
Salah satu contoh spesies: Enterobius
vermicularis (cacing kremi). Cacing
Enterobius vermicularis menyebar diseluruh
dunia. (Kastawi, 2005).
d) Famili Rhabditidae
Cacing dewasa betina hidup sebagai
parasit di virus duodenum, bentuknya
filariform, halus, tidak berwarna, dan panjang
2 mm.

Muhammad Anang|FILUM NEMATHELMINTHES 18


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

(1) Siklus hidup Strongyloides stercoralis

Gambar 25. Siklus hidup Strongyloides stercoralis


(Rusyana, 2011).
Cara berkembang biak dengan
parthenogenesis. Cacing dewasa hidup di
dalam usus. Dari telur cacing betina akan
menetas menjadi larva yang disebut
Rhabditoform, dimana larva tersebut keluar
bersama-sama feses, beberapa saat kemudian
menjelma menjadi filariform. Selanjutnya
larva ini masuk bersama-sama makanan atau
menembus kulit kaki, masuk ke pembuluh
darah, ikut bersama aliran-aliran darah ke

Muhammad Anang|FILUM NEMATHELMINTHES 19


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

jantung kemudian ke paru-paru, tenggorokan


dan akhirnya masuk ke alat pencernaan dan
larva berubah menjadi cacing dewasa
(Rusyana, 2011).
(2) Habitat dan Penyebaran
Cacing Strongyloides stercoralis hidup di
tempat becek dan juga parasit pada manusia
menyebar di daerah tropis dan subtropis,
sedangkan didaerah yang beriklim dingin
jarang ditemukan. Salah satu contoh spesies:
Strongyloides stercoralis.
2) Ordo Strongyloida
Ordo Strongyloida terdiri atas 2 famili, yaitu:
a) Famili Strongylidae
(1) Habitat dan Penyebaran
Termasuk famili Strongylidae adalah
spesies Strongulus vulgaris. Hewan ini hidup
parasit pada ternak. Tersebar di seluruh dunia
terutama di daerah yang hawanya panas
(Kastawi, 2005).
(2) Siklus hidup

Muhammad Anang|FILUM NEMATHELMINTHES 20


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

Cacing dewasa hidup pada usus dan


menghisap darah sehingga mengakibatkan
penyakit anemia. Telur –telur keluar bersama
tinja dan telah mengalami awal segmentasi.
Dinding telur tipis, terdiri dari lapisan dinding
sebelah luar yang terdiri dari bahan kitin dan
membran vitellinus. Pada suhu 26 C terbentuk
larva stadium I dalam waktu 20-24 jam yang
menetas dari telur dan menjadi larva stadium
bebas. Setelah menetas, larva berada pada
stadium I, yaitu bentuk rhabditiform. Makanan
larva adalah bakteri, kemudian terus
bertumbuh dan menjadi larva stadium II.
Bentuk rhabditiform esofagus berkurang,
kemudian tumbuh menjadi larva yang
kutikulanya masih tetap berasal dari stadium
sebelumnya dan bersifat infeksius (Rusyana,
2011).
Larva stadium infeksius tidak memakan
bakteri  dari lingkungan sekitar, tetapi
memperoleh makanan dari granula makanan

Muhammad Anang|FILUM NEMATHELMINTHES 21


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

yang tersimpan didalam sel-sel intestinum.


Larva infeksius tidak aktif masuk kedalam
tubuh hospes, tetapi tertelan bersama makanan
(Rusyana, 2011).
b) Famili Ancylostomidae
(1) Morfologi dan siklus hidup
Cacing Ancylostoma duodenale dapat
dibedakan antara jantan dan betina melalui
pengamatan morfologi. Panjang tubuh sekitar
1-1,5 cm. Cacing dewasa hidup di rongga usus
dengan mulut yang besar melekat pada mukosa
dinding usus. Cacing betina mengeluarkan
telur kira – kira 9000 butir tiap hari. Cacing
betina panjang 1 cm dan cacing jantan 0,8 cm.
Bentuk badan menyerupai huruf S. Cacing
betina memiliki kitin dan pada cacing jantan
memiliki kopulatrik. Cacing ini menghisap
darah sehingga dapat menyebabkan kematian
karena pada saat menggigit, cacing ini
mengeluarkan zat anti pembekuan darah
(antikoagulasi). Cacing tersebut terdapat di

Muhammad Anang|FILUM NEMATHELMINTHES 22


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

usus manusia dan di usus babi (Rusyana,


2011).

Gambar 26. Siklus Hidup Ancylostoma duodenale


(Barnes, 1987).

(2) Habitat dan Penyebaran


Cacing ini adalah spesies Ancylostoma
duodenale (cacing tambang) yang tersebar luas
di Eropa. Cacing ini sering ditemukan di
daerah khatulistiwa, daerah pertambangan dan

Muhammad Anang|FILUM NEMATHELMINTHES 23


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

perkebunan serta daerah beriklim panas


(Rusyana, 2011).
c) Famili Terichostrongylidae
(1) Morfologi
Cacing betina berukuran panjang 2-3 cm
dan jantan lebih pendek kira-kira 1 cm, betina
mempunyai flap anterior yang merupakan
bangunan untuk menutup permukaan vulva.
Flap interior ini mempunyai 3 bentuk, yaitu
linguiform, knob dan bentuk halus (Jasin,
1992).
(2) Siklus hidup

Gambar 27. Siklus Hidup Haemanchus contortus


(Barnes, 1987).

Muhammad Anang|FILUM NEMATHELMINTHES 24


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

Cacing dewasa hidup di abomasum,


memproduksi telur. Telur dikeluarkan oleh
ternak bersama-sama feses. Diluar tubuh
hospes, pada kondisi yang sesuai, telur
menetas dan menjadi larva. Larva stadium L1
berkembang menjadi L2 dan L3, yang
merupakan stadium efektif. Larva infektif
menempel pada rumput teringesti oleh domba.
Selanjutnya menjadi dewasa di abomasums
(Rusyana, 2011).
(3) Habitat dan Penyebaran
Hewan Haemanchus contortus umumnya
hidup sebagai parasit pada hewan-hewan
rendah, parasit pada ternak. Hewan ini
tersebar luas di beberapa negara terutama di
daerah peternakan kambing atau intensif
dengan kondisi daerah yang lembab dan panas
(Jasin, 1992).
3) Ordo Filaroida
a) Family Filaroidae
(1) Morfologi

Muhammad Anang|FILUM NEMATHELMINTHES 25


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

Ordo Filaroida banyak menyesuaikan diri


pada darah, limfa, otot daging, dan jaringan
penunjang. Ordo Filaroida memerlukan
hospes intermedier yaitu nyamuk culex.
Contoh spesies yang terkenal adalah Wucheria
bancrofti (Rusyana, 2011).
(2) Siklus hidup

Gambar 28. Siklus Hidup Wucheria bancrofti


(Barnes, 1987).
Siklus hidup cacing terjadi malalui 2
tahap, yaitu:
(i) Perkembangan filarial dalam tubuh nyamuk
Siklus hidup pada tubuh nyamuk terjadi
dalam tubuh nyamuk apabila nyamuk tersebut
Muhammad Anang|FILUM NEMATHELMINTHES 26
ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

menggigit dan menghisap darah orang yang


terserang filariasis, sehingga mikrofilaria yang
terdapat ditubuh penderita ikut terhisap
kedalam tubuh nyamuk. Mikrofilaria tersebut
masuk kedalam melepaskan pembungkus pada
tubuh nyamuk, kemudian menembus dinding
lambung dan bersarang diantara otot-otot dada
(toraks).
Bentuk mikrofilaria menyerupai sosis
yang disebut larva stadium I. Dalam waktu
kurang lebih satu minggu larva ini berganti
kulit, tumbuh menjadi lebih gemuk dan
panjang yang disebut larva stadium II. Pada
hari ke sepuluh dan seterusnya larva berganti
kulit untuk kedua kalinya, sehingga tumbuh
menjadi lebih panjang dan kurus, ini adalah
larva stadium III. Gerak larva stadium III ini
sangat aktif, sehingga larva mulai bermigrasi
mula-mula ke rongga perut (abdomen)
kemudian pindah ke kepala dan alat tusuk
nyamuk (Marshall, 1977).

Muhammad Anang|FILUM NEMATHELMINTHES 27


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

(ii) Perkembangan filarial dalam tubuh manusia


Siklus hidup cacing filarial dalam tubuh
manusia terjadi apabila nyamuk yang
mengandung mikrofilaria ini menggigit
manusia. Maka mikrofilaria yang sudah
berbentuk larva infektif (larva stadium III)
secara aktif ikut masuk kedalam tubuh manusia
(hospes).
Bersama-sama dengan aliran darah dalam
tubuh manusia, larva keluar dari pembuluh
kapiler dan masuk ke pembuluh limfe.
Didalam pembuluh limfe larva mengalami dua
kali pergantian kulit dan tumbuh menjadi
cacing dewasa yang sering disebut larva
stadium IV dan larva stadium V. Cacing filaria
yang sudah dewasa bertempat di pembuluh
limfe, sehingga akan menyumbat pembuluh
limfe dan akan terjadi pembengkakan,
misalnya pada kaki dan disebut kaki gajah
(filariasis) (Marshall, 1977).
(3) Penyebaran

Muhammad Anang|FILUM NEMATHELMINTHES 28


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

Cacing Wucheria bancrofti tersebar luas di


daerah tropis terutama di Suriname, Afrika
Selatan, Afrika Tengah, Afrika barat dan
beberapa pulau di Samudra Pasifik (Jasin,
1992).
4) Ordo Dioctophymoida
a) Family Dioctophymoidae
Anggota famili Dioctophymoidae hidup
parasit pada manusia seperti pada alat
pencernaan, ginjal, rongga tubuh, pada anus
dan vertebrata lainnya. Hospes intermedier
adalah ikan. Contoh spesies Dioctophyme
renale yang terdapat pada ginjal anjing,
dimana anjing tersebut dapat dijangkiti cacing
ini karena makan ikan yang masih mentah.
Parasit yang masuk dalam hospes, tetapi tidak
berkembang dan tetap hidup dan dapat
menginfeksi ke hospes difinitif (Kastawi,
2005).
5) Ordo Trichinellidae
a) Family Trichinelloidae

Muhammad Anang|FILUM NEMATHELMINTHES 29


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

(1) Siklus hidup


Larva tinggal di dalam usus halus dan
bertelur disana. Telur menetas menjadi larva
dan masuk ke dalam otot lurik untuk membuat
kista. Cacing ini parasit masuk ke dalam tubuh
manusia karena makan babi yang kurang
masak yang mengandung larva cacing tersebut.
Babi yang mengandung larva cacing ini karena
makan daging tikus yang mengandung larva.
Sedangkan tikus yang mengandung larva
karena makan daging manusia atau babi yang
mengandung larva.
Dalam usus larva akan tumbuh menjadi
cacing muda. Cacing muda akan pergi ke otot
daging yang melalui pembuluh limpa atau
darah dan selanjutnya menjadi cacing dewasa
(Kastawi, 2005).
(2) Habitat dan Penyebaran
Salah satu spesies yang terkenal yaitu
Trichinella spiralis menyebabkan penyakit
trikinosis pada manusia, babi, dan tikus.

Muhammad Anang|FILUM NEMATHELMINTHES 30


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

Penyebarannya melalui pengkonsumsian


daging yang tidak higienis dan mengandung
larva cacing ini (Jasin, 1992).
8.4.2 Kelas Acantochepala
Acanthocephala berasal dari bahasa Yunani
akanthos = duri dan kephale = kepala, merupakan cacing
berkepala duri.
1. Struktur Morfologi
Acanthocephala memiliki panjang tubuh yang
mencapai 50 mm. Bagian eksternal tubuh memiliki kulit
tipis kutikula yang menutupi epidermis, yang terdiri dari
sincitium tanpa dinding sel. Sincitium ini dilalui oleh
serangkaian percabangan tubulus yang mengandung
cairan dan dikendalikan oleh beberapa pengembara,
amoeboid inti. Di dalam sincitium terdapat lapisan yang
tidak teratur melingkari serat otot dan tidak ada
(Rusyana, 2011).

Muhammad Anang|FILUM NEMATHELMINTHES 31


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

Gambar 29. Struktur Tubuh Acanthocephalan


(Suwignyo, 2005).
2. Struktur Anatomi
Acanthochepala memiliki alat pencernaan.
Didalam pseudoselom terdapat cairan bening yang
berperan seperti darah untuk mengedarkan sari-sari
makanan. Jenis kelamin terpisah dan sistem
reproduksinya kompleks (Jasin, 1992).
3. Fisiologi
a. Sistem Saraf
Cacing kelas Acanthocephala sudah memiliki
sistem saraf. Ganglion pusat dari sistem saraf terletak di
belakang hidung atau septum selubung. Terdapat dua
batang kokoh posterior yang memasok tubuh. Masing-
masing batang ini dikelilingi oleh otot, saraf otot ini
kompleks dan disebut retinakulum. Pada jantan terdapat

Muhammad Anang|FILUM NEMATHELMINTHES 32


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

kelamin ganglion. Beberapa tersebar papila yang


berfungsi sebagai organ perasa (Jasin, 1992).
b. Sistem Respirasi
Hewan Acanthocephala tidak memiliki sistem
respirasi, respirasi dilakukan secara difusi melalui
permukaan tubuh.
c. Sistem Digesti
Acanthocephala tidak memiliki mulut atau
saluran pencernaan. Tahap dewasa tinggal di usus inang
dan asupan nutrisi yang telah dicerna oleh inang secara
langsung melalui permukaan tubuh.
d. Sistem Reproduksi
Ada sebuah struktur yang disebut Ligamentum
kelamin yang membentang dari ujung posterior tubuh.
Pada hewan jantan, terdapat dua testis yang terletak di
kedua sisi. Masing-masing akan terbuka dalam vas
deferens yang beruang tiga atau vesicular seminalis.
Hewan jantan juga memiliki tiga pasang kelenjar semen,
terdapat di belakang testis, yang menghasilkan sekresi
melalui saluran ke vas deferens, kemudian bersatu dan
berakhir pada sebuah penis yang membuka di posterior.

Muhammad Anang|FILUM NEMATHELMINTHES 33


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

Pada hewan betina terdapat ovarium yang


berbentuk seperti testis yang bulat sepanjang
ligamentum. Ovum pecah ke rongga tubuh dan
mengapung dalam cairan. Di sini telur dibuahi. Telur
yang mengandung embrio kemudian menuju ke dalam
rahim melalui rahim bel, sebuah saluran yang membuka
ke dalam rahim. Pada pertemuan antara rahim bel dan
rahim terdapat lubang kecil terletak di sebelah dorsal.
Telur yang sudah matang akan keluar dari dalam rahim
(Suwignyo, 2005).

Gambar 30. Sistem Reproduksi Acanthocephalan


(Suwignyo, 2005).
e. Siklus hidup

Muhammad Anang|FILUM NEMATHELMINTHES 34


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

Acanthocephala memiliki siklus hidup yang


kompleks, yang melibatkan sejumlah hospes. Telur
dikeluarkan oleh hewan betina yang dilepaskan
bersamaan dengan kotoran dari inang. Setelah itu, telur
yang menagndung embrio tertelan oleh invertebrata,
seperti Crustacea. Di dalam hospes perantara, cacing
Acanthocephala menembus dinding usus, bergerak ke
dalam rongga tubuh, dan mulai berubah bentuk ke tahap
cystacanth yang bersifat infektif.
Pada tahap ini, sudah terbentuk semua organ-
organ reproduksi dewasa. Di dalam tubuh hospes
cystacanth berkembang menjadi dewasa. Kemudian
dengan menggunakan proboscisnya cacing akan
menembus dinding usus. Cacing dewasa kemudian akan
melakukan reproduksi. Cacing jantan menggunakan
ekskresi dari kelenjar semen untuk melakukan kopulasi
pada vagina hewan betina. Telur akan dibuahi di dalam
tubuh hewan batina dan siklus hidup cacing inipun
berulang (Kastawai, 2005).

Muhammad Anang|FILUM NEMATHELMINTHES 35

Anda mungkin juga menyukai