BAB IV
FILUM COELENTERATA
4.1 Pengertian
Coelenterata diambil dari bahasa Yunani (Greek)
Coilis = ronga = enteron = usus. Gabungan kedua kata
tersebut tidak diartikan sebagai hewan berongga. Istilah
tersebut juga mengidentifikasikan bahwa hewan
Coelenterata tidak memiliki ronga tubuh sebenarnya,
melainkan hanya berupa tangga pencernaan sekaligus
berpungsi sebagai rongga pencernaan dan sekaligus
berfungsi sebagai pengedar sari makanan. Oleh karena itu
rongga tersebut disebut juga sebagai rongga
gastrovaskular (Kastawi, 2005).
Filum Coelenterata ada beberapa ahli yang
menyebutnya dengan istilah filum Cnidaria. Hewan-
hewan yang termasuk dalam filum ini meliputi golongan
hydra, ubur-ubur, anemon laut, dan oral atau hewan
karang. Hewan kelompok ini biasanya memiliki simetri
tubuh yang bersifat radial, termasuk juga kelompok
(tenophora), sehingga disebut radiata (Kastawi, 2005).
4.5 Fisiologi
1. Sistem Pergerakan
Kontraksi otot berpengaruh terhadap cairan di dalam
rongga gastrovaskular yang berlaku sebagai suatu rangka
hidrostatik, sebagaimana mesoglea. Gerakan pada polip
biasanya terbatas, merayap, atau meliuk-liuk, sedang
medusa dapat berenang bebas. Tubuh polip seperti halnya
6) Gerak mengapung
Dalam gerak ini tubuhnya diapungkan
kepermukaan air untuk dibiarkan kemana akan
dibawah aliran air.
7) Gerak melayang
Prinsipnya sama dengan gerak mengapung, tetapi
dalam hal ini menggunakan gelembung-gelembung gas
sebagai alat layangannya.
8) Gerak meluncur
Dengan menggunakan zat lendir yang dihasilkan
oleh sel-sel kelenjar yang berada di daerah cakram
(Kastawi, 2005).
d. Sistem Reproduksi
Organ-organ kelamin pada Hydra belum ditemukan,
tetapi Hydra bereproduksi baik secara seksual maupun
aseksual (Kastawi, 2005).
1. Reproduksi secara seksual
Sel ovum dan sperma → zigot → blastula →
gastrula → Hydra merkista → medusa (bergerak
bebas) → polyp → Hydra dewasa
2. Reproduksi secara aseksual
a. Hydra membentuk kuncup, bila keadaan dan
kondisi tubuh Hydra telah memadai maka
dibagian tengah-tengah batang tubuhnya, yang
disebut zona pembentukkan kuncup, sel-sel
interstitial akan membelah diri secara cepat dan
membentuk tonjolan. Tonjolan tersebut makin
lama akan membentuk tonjolan besar yang
disebut kuncup. Pada kuncup tersebut akan
terbentuk mulut dan tentakel-tentakel. Bila
kuncup tersebut telah terbentuk secara sempurna
maka akan memisahkan diri dari tubuh induknya
untuk berkembang menjadi Hydra baru (Kastawi,
2005).
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Gambar 32. Hydra yang menunjukan reproduksi secara
aseksual (Jasin, 1992).
4.6.1.2 Obelia
1. Habitat
Obelia merupakan contoh anggota dari kelas
Hydrozoa yang hidup di perairan laut. Di dalam siklus
hidupnya Obelia mengalami pergiliran keturunan
(metagenesis) antara fase hydrozoid atau polip dengan
5. Sistem Syaraf
a. Jaringan syaraf utama, terletak di bagian
permukaan sub umbrella. Susunan syaraf ubur-
ubur berkorelasi dengan sistem muscular yang
berada dibagian itu. Menjulur masuk ke dalam
bagian tengah mulut, manubrium, tentakel, dan
rhopalia. Susunan syaraf dari syaraf bipolar dan
serabut-serabut syaraf.
b. Susunan syaraf difusi, susunan syaraf ini meliputi
badan-badan sel saraf yang kecil-kecil. Fungsi
berhubungan dengan respon lokal.
c. Ganglion rhopalia, ganglion rhopalia merupakan
kumpulan dari neuron. Kedelapan buah ganglion
masing-masing terletak dekat dengan bagian basal
(Kastawi, 2005).
6. Alat Indera
a. Tentakulosit
Alat ini merupakan indera keseimbangan yang
merupakan hasil modifikasi dari suatu tentakel. Alat
ini disamping sebagai alat keseimbangan juga
berfungsi untuk mengontrol irama gerak
mengembang kempisnya badan payung. Dengan alat
c. Celah Olfaktorius
Pada Ubur-ubur celah olfaktoriuos sebagai
indera pembau, yang berfungsi untuk mengenai
zat makanan yang akan dimasukkan ke dalam
mulutnya (Kastawi, 2005).
7. Siklus Hidup
Ubur-ubur (Aurelia) bersifat dioecious atau
berkelamin terpisah. Ubur-ubur jantan dan ada yang
betina. Spermatozoid dari ubur-ubur jantan setelah
dipancarkan masuk ke dalam air lalu berenang-renang
mencari ubur-ubur betina. Saat bertemu lalu masuk ke
dalam tubuhnya melalui mulut yang selanjutnya ke dalam
enteron (Kastawi, 2005).
Spermatozoid yang terdapat di dalam enteron ubur-
ubur betina, membuahi sel telur yang dihasilkan yaitu
ovarium. Zigot yang merupakan hasil peleburan
selanjutnya akan dikeluarkan dari dalam tubuh betina
melalui mulutnya. Setelah keluar dari mulutnya, zigot
tersebut akan didukung oleh tangan-tangan mulut, dan di
tempat tersebut berkembang menjadi larva yang
berambut getar (planula) (Kastawi, 2005).
Planula dengan rambut-rambut getarnya akan
mengembara untuk sementara waktu, dan selanjutnya
mengikat diri pada suatu substrat yang berada di dasar
laut. Di tempat tersebut planula melepaskan rambut-
rambut getarnya dan tumbuh menjadi polip baru yang
disebut skifistoma. Skifistoma berbentuk seperti
5. Sistem Reproduksi
Perkembangbiakan secara aseksual dengan cara
pembentukan kuncup berlangsung sebagai berikut, mula-
mula di bagian kolumna atau skapus timbul semacam
tonjolan yang makin berkembang sehingga akhirnya
terbentuklah Metridium baru. Metridium anakan tersebut
kelak bila sudah tiba saatnya akan melepaskan diri dari
tubuh induknya dan hidup secara mandiri (Kastawi,
2005).
Pada perkembangbiakan yang terjadi secara seksual
Metridium, ada jenis yang bersifat hemaprodit. Pada jenis
yang hemaprodit, perkembangan antara sel telur dengan
spermatozoid tidak bersama masaknya. Perkawinan sel
telur dengan spermatozoid yang telah masak akan
dikeluarkan melalui mulut, perkawinan berlangsung di
alam bebas. Dari hasil pembelahan zigot tersebut akan
terbentuk coeloblastula. Coeloblastula tersebut
selanjutnya dengan proses gastrulasi akhirnya
membentuk larva yang berambut getar atau planula
(Kastawi, 2005).