Anda di halaman 1dari 52

ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

BAB IV
FILUM COELENTERATA
4.1 Pengertian
Coelenterata diambil dari bahasa Yunani (Greek)
Coilis = ronga = enteron = usus. Gabungan kedua kata
tersebut tidak diartikan sebagai hewan berongga. Istilah
tersebut juga mengidentifikasikan bahwa hewan
Coelenterata tidak memiliki ronga tubuh sebenarnya,
melainkan hanya berupa tangga pencernaan sekaligus
berpungsi sebagai rongga pencernaan dan sekaligus
berfungsi sebagai pengedar sari makanan. Oleh karena itu
rongga tersebut disebut juga sebagai rongga
gastrovaskular (Kastawi, 2005).
Filum Coelenterata ada beberapa ahli yang
menyebutnya dengan istilah filum Cnidaria. Hewan-
hewan yang termasuk dalam filum ini meliputi golongan
hydra, ubur-ubur, anemon laut, dan oral atau hewan
karang. Hewan kelompok ini biasanya memiliki simetri
tubuh yang bersifat radial, termasuk juga kelompok
(tenophora), sehingga disebut radiata (Kastawi, 2005).

Muhammad Anang | FILUM 1


COELENTERATA
ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

4.2 Ciri umum Coelenterata


1. Struktur tubuh diploblastikan, terdiri atas:
a. Lapisan luar (ektoderm), berfungsi untuk
melindungi tubuh dan sensasi.
b. Lapisan dalam (endoderm), berfungsi sebagai
alat sekresi dan pencernaan makanan.
Diantara kedua lapisan tersebut terdapat
lapisan mesoglea. Lapisan mesoglea bersifat
nonselular seperti agar-agar dan berfungsi
sebagai tempat lalu lintasnya serabut saraf.
2. Tidak mempunyai kepala, anus, alat peredaran
darah, alat eksresi, dan alat respirasi.
3. Mempunyai mulut, dikelilingi tentakel.
4. Bersel banyak, simetri radial.
5. Belum mempunyai pusat susunan saraf.
6. Sistem pencernaan makanan dilakukan secara
intrasel dan ekstrasel.
7. Hidupnya bersifat polymorphisme atau
metagenesis, terdiri atas bentuk polip dan medusa.
a. Polip (Berbentuk tabung, menetap pada
suatu objek dan umumnya berkembang biak
secara vegetative)

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 2


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

b. Medusa (Berbentuk payung, hidup bebas,


umumnya berkembang biak secara
generatif).

Gambar 25. Pola dasar bentuk dan struktur tubuh


Coelenterata dengan penampakan irisan
membujur (Barnes, 1987).

8. Jenis kelamin: monoecrus atau dioecrous,


larvanya disebut planula.
9. Sistem gerak dilakukan oleh sel-sel
epiteliomuskuler yang terdapat pada lapisan
ectoderm dan pada bagian dasar gostrodemis.
10. Kebiasaan Coelenterata di air laut dan air tawar,
contoh: yang hidup di air tawar adalah hydra.

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 3


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

11. Rangka luar tersusun dari zat kapur atau lilin


(Rusyana, 2011).
Tubuh Coelenterata tersusun oleh dua lapis
jaringan dan satu lapisan non selular. Bagian luar berupa
lapisan jaringan epidermis dan bagian dalam lapisan
gastrodermis, sedangkan diantara ke dua lapisan tersebut
ada lapisan nonselular yang disebut mesoglea. Jaringan
gastrodermis melapisi rongga gastrovaskular sementara
mesogela merupakan masa pasta/gudir yang di sekresikan
oleh sel-sel epidermis dan gastrodermis zat-zat tersebut
mengisi ruangan antara lapisan epidermis dan
gastrodermis. Kadang-kadang di dalam lapisan mesogela
ini terdapat sel-sel amoeboid. Sebenarnya tubuh
Coelenterata terbangun oleh dua lapis germinal yakni
ektoderm dan endoderm (Kastawi, 2005).
Jenis hewan yang termasuk ke dalam golongan
Coelenterata, secara garis besar dikelompokan dalam
tiga kelas, walaupun ada juga yang membaginya menjadi
empat kelas. Kelas hydrozoa dilalui contohnya oleh
hydra (hidup di air tawar) dan obelia (hidup di laut),
kelas Scypozoa dilalui contohnya oleh ubur-ubur

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 4


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

(Aurelia) dan kelas anthozoa dilalui oleh golongan


anemone laut dan hewan karang (Kastawi, 2005).
4.3 Morfologi
Tubuh Coelenterata simetri radial beberapa simetri
bilarial. Struktur tubuh Coelenterata dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu polip yang hidup menetap dan
medusa yang hidup berenang bebas. Bentuk polip lebih
kurang silindris, dengan satu ujung yang disebut oral
yang mengandung mulut dikelilingi dengan tentakel
dengan ujung lain yang menempel pada substrat disebut
aboral (Suwignyo, 2005).
Bentuk medusa seperti lonceng atau mangkuk
terbalik dengan bagian cembung mengarah ke atas dan
bagian cekung dilengkapi mulut dan tentakel mengarah
ke bawah (Suwignyo, 2005).
4.4 Anatomi
Dinding tubuh Coelenterata terdiri atas 3 lapisan,
yaitu epidermis yang merupakan lapisan paling luar,
gastrodermis yang merupakan lapisan paling dalam dan
membatasi rongga pencernaan, serta mesoglea yang
terletak diantara epidermis dan gastrodermis (Suwignyo,
2005).

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 5


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

Gambar 26. Dua macam bentuk Coelenterata (Barnes,


dkk,1993).

Gambar 27. Potongan membujur dinding tubuh hydrozoa


(Barnes, 1980).

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 6


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

a. Sel- Sel Pembentuk Lapisan Epidermis


Lapisan epidermis terdiri atas 5 macam sel, yaitu sel
lapisan otot (epitheliomuscle cell), sel interstitial
(interstitial cell), sel cyndocyte, sel kelenjar lendir
(mucos secreting cells), dan sel saraf indera (sensori
nerve cells) (Suwignyo, 2005).
Sel epitel otot berukuran besar, merupakan
pelindung tubuh, pada bagian dasarnya melebar dan
menempel pada mesoglea berisi myofibril yang kontraktil
dan berfungsi sebagai alat yang longitudinal sejajar
sumbu oral-aboral. Sel interstitial berukuran kecil, agak
bulat, nukleus besar, terletak diantara sel epitel otot,
mampu menghasilkan tipe sel lain, seperti sperma, sel
telur atau cnydocite. Jadi merupakan dasar bagi daya
regeneasi dan perbaikan segala bagian tubuh (Suwignyo,
2005).
Cnydocite berukuran lebih kecil dari kedua macam
sel tersebut di atas, terletak diantara atau mendesak sel
epitel otot. Di dalam cnydocite terdapat nematocyst, yaitu
suatu struktur yang berbentuk seperti kapsul bulat atau
lonjong, pada spesies air tawar berukuran 5-25 mikron.
Di dalam nematocyst terdapat semacam benang atau pipa

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 7


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

halus atau duri melingkar-lingkar, dan pangkalnya


menempel pada dasar nematocyst. Bila ada rangsangan
dari luar, benang dalam nematocyst ditembakkan keluar.
Nematocyst paling banyak terdapat ditentakel dan ujung
oral (Suwignyo, 2005).
Filum Coelenterata selain nematocyst ada bentuk
lain, yaitu spirocyst dan ptychocyst. Spirocyst terdapat
pada beberapa jenis Anthozoa. Benang yang telah
ditembakkan akan larut menjadi jaring pekat yang
lengket, dan berguna untuk menempel dan menangkap
mangsa (Barnes, 1993).
Ptychocyst hanya terdapat pada anemone laut dari
ordo Cetiantharia, contohnya Cerianthus. Bentuk
benangnya melipat dan berliku-liku dan tidak berduri,
berguna sebagai perekat dan membantu pembentukkan
selubung tempat tinggal hewan tersebut (Barnes, 1993).
Nematocyst pada Coelenterata air tawar ada 4
macam, yaitu penggulung (volvent, desmonemene),
penusuk (penetrant, stenotele) dan dua macam tipe
perekat (glutinant, isorhiza). Tipe penggulung berukuran
kecil, berfungsi untuk menggulung mangsa. Tipe
penusuk berukuran besar agak bulat mengandung 3 buah

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 8


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

duri besar dan 3 deret duri-duri kecil, dan berfungsi untuk


menyuntikkan racun ke dalam tubuh mangsa (Barnes,
1993).
Tipe perekat ada 2 macam, yaitu holotrichous
isorhiza dan atrichous isorhiza. Kedua tipe tersebut
mempunyai pipa halus yang ujungnya terbuka dan
menghasilkan bahan perekat. Holotrichous isorhiza
berukuran lebih besar dan di sekitar pipa halus terdapat
duri-duri kecil yang berfungsi untuk mempertahankan
diri. Atrichous isorhiza beukuran lebih kecil dan pada
pipa halus tidak dilengkapi duri, berfungsi untuk
meletakkan tubuh pada substrat (Suwignyo, 2005).
Racun yang dikeluarkan oleh Hydra dan kebanyakan
Coelentara lain tidak membahayakan manusia, namun
beberpa jenis Coelenterata laut seperti Physalia dan ubur-
ubur Chironex sengatnya sangat menyakitkan, panas,
bahkan mengakibatkan kematian (Barnes, 1993).
Nematocyst hanya dapat dipakai sekali saja
kemudian dibuang. Untuk menggantinya maka sel
interstitial yang berada di dekatnya membuat cnydocyte
baru. Pada waktu memakan udang kecil Hydra littoralis
kehilangan 25% nematocyst dalam tentakelnya.

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 9


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

Penggantian kehilangan nematocyst tersebut memerlukan


waktu 48 jam (Barnes, 1993).
Sel kelenjar lendir menghasilkan lendir yang
digunakan sebagai pelindung untuk menangkap mangsa
dan melekat pada substrat. Sel saraf bentuknya mirip
multipolar neuron, terletak pada dasar epitel otot dekat
dan sejajar mesoglea. Bentuk sel indera panjang langsing
dan tegak lurus epidermis. Pangkal sel indera
berhubungan dengan sel saraf yang tersusun seperti jala
pada epidermis dekat mesoglea (Williams, 1977).
b. Sel-Sel Pembentuk Lapisan Gastrodermis
Gastrodermis terdiri dari beberapa macam sel, antara
lain sel otot pencerna yang berflagel, sel kelenjar lendir
dan sel kelenjar enzim. Sel otot pencerna berfungsi untuk
pencernaan dan sebagai otot yang bekerja tegak lurus
terhadap sumbu oral-aboral, membentuk lapisan otot
melingkar (Suwignyo, 2005).
Sel kelenjar enzim menghasilkan enzim untuk
pencernaan di dalam rongga gastrovaskular. Sel kelenjar
lendir banyak terdapat di sekitar mulut. Kebanyakan
coelenterate mempunyai nematocyst dalam
gastrodermisnya, tetapi Hydra tidak. Pada beberapa

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 10


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

spesies Hydra dalam gastrodermisnya terdapat


zooclorella yang hidup bersimbiosis, hingga warna
Hydra menjadi hijau cerah (Suwignyo, 2005).

Gambar 28. Susunan sel saraf pada Hydra (Suwignyo,


2005).

4.5 Fisiologi
1. Sistem Pergerakan
Kontraksi otot berpengaruh terhadap cairan di dalam
rongga gastrovaskular yang berlaku sebagai suatu rangka
hidrostatik, sebagaimana mesoglea. Gerakan pada polip
biasanya terbatas, merayap, atau meliuk-liuk, sedang
medusa dapat berenang bebas. Tubuh polip seperti halnya

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 11


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

Hydra dapat memanjang dan memendek, atau


melengkung ke berbagai arah (Suwignyo, 2005).
Hydra dengan ukuran sekitar 8 mm mengambil air
dan mengisi rongga gastrovaskularnya, tubuhnya dapat
mencapai 20 mm, namun pada saat air dikeluarkan, tubuh
dapat memendek hingga tinggal 1 mm. Medusa berenang
dengan jalan berdenyut, yang dihasilkan oleh otot
melingkar pada tepi lonceng, dan menghasilkan gerakan
vertical. Sedangkan gerakan horizontal tergantung pada
arus laut, kecuali pada beberapa jenis Cubozoa
(Suwignyo, 2005).
2. Makanan dan Cara Makan
Kebanyakan Coelenterata bersifat karnivora, dan
makanan utamanya adalah Crustacea dan ikan kecil.
Makanan masuk ke mulut dengan bantuan tentakel.
Kemudian makanan masuk ke rongga gastrovaskular. Di
dalam rongga tersebut sel kelenjar enzim menghasilkan
enzim semacam tripsin untuk mencerna protein.
Makanan hancur menjadi partikel kecil-kecil
seperti bubur, dan dengan gerakan flagel diaduk hingga
merata. Sel otot pencerna mempunyai pseudopodia untuk
menangkap dan menelan partikel makanan, dan

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 12


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

pencernaan dilanjutkan secara intraseluler. Hasil


pencernaan didistribusikan ke seluruh tubuh secara
difusi. Cadangan makanan berupa lemak dan glikogen.
Sisa makanan yang tidak dapat dicerna dibuang melalui
mulut (Suwignyo, 2005).
3. Sistem Pernapasan dan Ekskresi
Alat pernapasan dan alat ekskresi pada
Coelenterata khusus tidak ada. Pertukaran gas terjadi
secara difusi melalui seluruh permukaan tubuh. Sisa
metabolisme biasanya dalam bentuk amonia juga dibuang
secara difusi melalui seluruh permukaan tubuh
(Suwignyo, 2005).
4. Sistem Reproduksi
Coelenterata berkembangbiak secara seksual dan
aseksual. Reproduksi aseksual terjadi pada stadium
polyp, dan dilakukan dengan jalan pertunasan (budding),
pembelahan telapak kaki. Suatu tunas terjadi dari dinding
tubuh yang menonjol kelur diikuti perluasan perluasan
rongga gastrovaskular, kemudian pada ujungnya
terbentuk mulut dan tentakel (Suwignyo, 2005).
Reproduksi aseksual dimungkinkan karena
kebanyakan Coelenterata mempunyai daya regenerasi

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 13


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

yang besar. Tentakel yang putus akan segera diganti


dengan tentakel yang baru. Reproduksi seksual umumnya
terjadi pada stadium medusa. Sel telur atau sperma
sebagian besar berasal dari sel interstitial yang
mengelompok sehingga membentuk ovari atau testis
(Suwignyo, 2005).
4.6 Klasifikasi Coelenterata
4.6.1 Kelas Hydrozoa
Hydrozoa merupakan polip yang hidup soliter
dalam arti koloni, hidup di air tawar misalnya dikolam, di
empang, danau, rawa-rawa dan lain-lain. Dapat
berpindah tempat, tetapi terikat atau melekat pada suatu
objek, misalnya batu bentuk silindris yang dapat di
julurkan serta di pendekan (Jasin, 1992).
4.6.1.1 Hydra
1. Karakteristik
Tubuh hydra berbebtuk seperti tabung (panjang 5-
10 mm, garis tengah kurang lebih dari 2 mm); hidup
berbentuk polip; permukaan mulut disebut ujung oral,
dan permukaan tempat melekatkan diri disebut ujung
aboral; mulut dikelilingi oleh tentakel (setiap spesies
tidak sama jumlahnya, ada yang 6 atau 7 buah tentakel,

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 14


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

panjang 1-20 mm). Reproduksi dilakukan secara aseksual


(dengan pembentukan tunas) dan seksual (dengan
pembentukan testis di bagian atas dan ovum di bagian
bawah. Persatuan antara spermatozoid dengan ovum
membentuk zigot, zigot akhirnya tumbuh menjadi
individu baru. Ujung bawah tubuh merupakan bagian
yang tertutup dan disebut cakram basal yang berfungsi
sebagai alat gerak dan alat pelekat (Jasin,1992).

Gambar 29. Struktur Tubuh Hydra (Suwignyo, 2005).


Baik spermatozoid maupun ovum dibentuk dalam
satu tubuh sehingga disebut hermafrodit. Dinding tubuh
terdiri atas dua lapis (diploblastikan), yaitu lapisan luar
(epidermis), dan lapisan dalam (gastrodemis). Lapisan

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 15


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

luar (epidermis) bersusun atas sel-sel kubus dan ditutupi


dengan kutikula yang tipis serta transparan, kecuali
epidermis di bagian aboral (Rusyana, 2011).
1.1 Lapisan luar (epidermis)
a. Sel epiteliumuskuler
Sel epiteliumuskuler berfungsi untuk proteksi dan
kontraksi. Sel epiteliomuskuler pada ujung bebas melihat
satu dengan yang lain. Ujung yang melihat pada
mesuyela mengandung beberapa serabut kontraktil, sel-
sel epiteliumuskuler tersusun secara longitudinal
(mengikuti panjang tubuh), menonjol keluar pada kedua
belah sel, sehinga sel tersebut membentuk seperti huruf
T.
b. Sel interstitial
Sel interstitial bentuknya oval, berukuran kecil,
terletak di bagian dasar diantara sel-sel epitelromuskuler.
Fungsi sel interestual adalah:
1). Pembentuk knidoblast.
2). Pembentuk tunas (bertindak sebagai sel
formatif).
3). Pembentukan sel-sel kelamin.

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 16


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

4). Regenerasi dan perbaikan sel-sel yang rusak


(Jasin, 1992).
1.2 Knidoblast (sel jelatang)
Di dalam knidoblast biasanya sel belerang terletak di
antara sel-sel epiteliumuskuler, tetapi sel jelelang
terdapat di bagian tentakel terletak di dalam sel
epiteliumuskuler yang memiliki sel jelarang khusus di
beri nama sel induk semang atau sel bateral. Nematokist
terdiri dari empat tipe yaitu:
1. Penetran (mempunyai benang yang panjang dan 3
baris duri)
2. Volerent (mempunyai benang yang pendek dan
tebal)
3. Streptilne glutinant (mempuyai benang yang panjang
dan duri yang kecil)
4. Stereoline glutinant (mempunyai benang yang lurus
dan tidak mempuyai duri) (Jasin, 1992).
Penetran dan volvent berfungsi sebagai untuk
menagkap mangsa, sedangkan streptoline dan streptoline
glutinant berfungsi sebagai pengerakan (Jasin, 1992).
1.3 Sel sensori dan sel saraf

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 17


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

Sel sensori terutama terdapat di bagian kentakel dan


knidoblastdan di antara sel-sel epiteliumuskuler sel-sel
saraf kurang lebih sama dengan multipolar, neuron,
terletak di bagian epidermis.

Gambar 30. Sistem Saraf Hydra (Suwignyo, 2005).


1.4 Sel-sel sekresi kelenjar mulus
Sel-sel sekresi kelenjar mulus terletak terutama pada
bagian basal (ujung aboral) Hydra.
Lapisan gastrodermis, sel-sel yang terdapat pada
lapisan ini adalah:

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 18


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

1). Sel epiteliomuskuler (disebut juga sel-sel nutrisi,


mempunyai flagel dan dapat membentuk
pseudopodia)
2). Sel-sel kelenjar (terletak di antara sel-sel nutrisih,
berfungsi menghasilkan enjim pencernaan)
3). Sel-sel sensori (sel-sel sensori pada lapisan
gastrodermis sama seperti di dalam lapisan
epidermis tetapi jumlahnya lebih sedikit)
4). Sel-sel interstial (jumlahnya tidak banyak) (Rusyana,
2011).
2. Fisiologi Hydrozoa
a. Cara Makan dan Sistem Pencernaan Hydra
Makanan Hydra terutama berupa hewan-hewan
yang berukuran kecil, microcrustacea (Copepoda,
Cyclops), Annelida atau larva-larva insekta yang hidup di
dalam air. Kadang-kadang Hydra menelan mangsanya
yang justru ukurannya lebih besar dari pada ukuran
tubuhnya sendiri (Kastawi, 2005).
Hydra yang sedang kelaparan mempunyai
kebiasaan berdiri tegak di atas cakram basalnya dengan
tentakel-tentakel yang digapai-gapaikan seolah-olah akan
meraih tubuh mangsanya. Bila tentakelnya telah

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 19


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

menyentuh tubuh mangsanya, maka nematocyst-


nematocyst segera bekerja. Nematocyst tipe penetrant
segera menembakkan panah beracunnya yang
mengandung hipnotoksin paralisis, sedangkan
nematocyst tipe volpent bekerja dengan benang lassnya
untuk menjerak kaki-kaki tubuh mangsanya, dan
nematocyst tipe glutinannya membantu proses
penggulungan tubuh mangsanya untuk di tarik ke dekat
tubuhnya (Kastawi, 2005).
Tubuh mangsa yang telah tertangkap tersebut
segera dimasukkan ke dalam lubang mulutnya
(hipostom), kemudian di telan masuk ke dalam liang
enteron. Proses penelanan makanan dibantu oleh adanya
secret yang dihasilkan oleh sel-sel kelenjar. Setelah
mangsa tiba ke dalam liang anteron segera dicerna oleh
enzim yang dihasilkan oleh sel-sel sekretoris dari lapisan
gastrodermis. Partikel makanan yang telah mengalami
proses pencernaan, sarinya akan segera diserap oleh sel-
sel nutritif. Cara penyerapan sari makanan dapat
berlangsung secara pinositosis, fagositosis ataupun secara
osmosis (Kastawi, 2005).

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 20


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

Proses pencernaan dalam tubuh Hydra berlangsung


secara ekstraseluler dan dilanjutkan secara intraseluler
oleh sel-sel berflagel. Selanjutnya sari-sari makanan akan
diedarkan ke seluruh bagian tubuh oleh dinding
gastrodermis, dengan demikian sistem enteronnya
mengemban dua fungsi sekaligus yaitu sebagai alat
pencerna dan sebagai alat transportasi. Sistem enteron
Hydra bersifat sebagai sistem gastrovaskular (Kastawi,
2005).
Partikel-partikel yang tidak tercerna akan
dikeluarkan dari dalam tubuh dengan jalan dimuntahkan
kembali dengan melalui mulut. Cadangan makanan
dalam tubuh Hydra akan disimpan dalam bentuk
glikogen, di dalam sel-sel nutritif dan lapisan
gastrodermis. Bila cadangan makanan akan digunakan
maka simpanan glikogen tersebut akan diubah kembali
menjadi bentuk gula terlarut (glukosa) kemudian secara
difusi dan osmosis akan diedarkan ke seluruh bagian
tubuh (Kastawi, 2005).
b. Sistem Respirasi dan Ekskresi
Pertukaran gas pada Hydra terjadi secara
langsung pada permukaan tubuhnya. Hal ini karena

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 21


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

Hydra tidak mempunyai organ khusus untuk pernapasan,


pembuangan hasil ekskresi dan juga tidak mempunyai
darah dan sistem peredaran darah. Semua organ itu tidak
dibutuhhkan oleh Hydra sebab tubuhnya terdiri atas
deretan sel-sel yang sebagian besar masih bebas
bersentuhan langsung dengan air yang ada di sekitarya
(Kastawi, 2005).
Disamping itu dinding tubuh Hydra merupakan
dinding tubuh yang tipis, oleh sebab itu pertukaran gas
oksigen dan karbondioksida maupun zat-zat sampah dari
bahan nitrogen tidak menjadi persoalan bagi tubuh
Hydra. Pertukaran zat tersebut berlangsung secara
langsung dengan dunia luar secara difusi dan osmosis
melalui membran dari masing-masing sel. Sehingga
proses pernapasan maupun pembuangan sisa
metabolisme dilakukan secara mandiri oleh masing-
masing sel yang bersangkutan (Kastawi, 2005).
c. Cara Gerak
Tangkai tubuh dan tentakel Hydra dapat digerakkan
karena adanya kontraksi dari fibril-fibril otot yang
memanjang pada bantalan epidermis. Gerak pada Hydra
dapat terjadi karena adanya rangsangan dari luar atau

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 22


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

gerak spontan. Menurut hasil pengamatan ternyata cara


gerak Hydra dapat dibedakan menjadi 8 pola yaitu:
1) Gerak spontan
Gerak spontan biasanya dilakukan bila hydra
sedang beristirahat dengan melekatkan diri pada kaki
calurannya.
2) Gerak seperti ular kilan
Dengan posisi membungkuk mata tentakel yang
memiliki nematolusi glurinam akan berpegang pada
objek.
3) Gerak merayap
Pada saat melakukan gerak ini mula-mula
tubuhnya dibungkus, kemudian tentakelnya berpegang
pada sesuatu objek dengan posisi cakram basal diatas.
4) Gerak salto
Gerak ini pada prinsipnya sama dengan gerak ular
kilan, bedanya adalah hydranya mengadakan gerak
jungkir balik akrobatis.
5) Gerak semangat
Dengan menggunakan tentakelnya hydra dapat
berpindah tempat dengan bergelantungan pada suatu
objek ke objek lain.

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 23


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

6) Gerak mengapung
Dalam gerak ini tubuhnya diapungkan
kepermukaan air untuk dibiarkan kemana akan
dibawah aliran air.
7) Gerak melayang
Prinsipnya sama dengan gerak mengapung, tetapi
dalam hal ini menggunakan gelembung-gelembung gas
sebagai alat layangannya.
8) Gerak meluncur
Dengan menggunakan zat lendir yang dihasilkan
oleh sel-sel kelenjar yang berada di daerah cakram
(Kastawi, 2005).

Gambar 31. I. Gerak spontan dan II. Gerak salto pada


Hydra pada posisi D. Hydra dapat bergerak
merayap (Hegner and Engemann, 1968).

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 24


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

d. Sistem Reproduksi
Organ-organ kelamin pada Hydra belum ditemukan,
tetapi Hydra bereproduksi baik secara seksual maupun
aseksual (Kastawi, 2005).
1. Reproduksi secara seksual
Sel ovum dan sperma → zigot → blastula →
gastrula → Hydra merkista → medusa (bergerak
bebas) → polyp → Hydra dewasa
2. Reproduksi secara aseksual
a. Hydra membentuk kuncup, bila keadaan dan
kondisi tubuh Hydra telah memadai maka
dibagian tengah-tengah batang tubuhnya, yang
disebut zona pembentukkan kuncup, sel-sel
interstitial akan membelah diri secara cepat dan
membentuk tonjolan. Tonjolan tersebut makin
lama akan membentuk tonjolan besar yang
disebut kuncup. Pada kuncup tersebut akan
terbentuk mulut dan tentakel-tentakel. Bila
kuncup tersebut telah terbentuk secara sempurna
maka akan memisahkan diri dari tubuh induknya
untuk berkembang menjadi Hydra baru (Kastawi,
2005).

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 25


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

b. Hydra membelah diri, prosesnya baik membelah


secara transversal, maupun secara longitudinal.
Perkembangbiakan seperti ini biasanya hanya
dilakukan tidak secara regular, artinya secara
insidental atau kadang-kadang saja, misalnya
pada kejadian regenerasi yang berlangsung secara
abnormal (Kastawi, 2005).

c.
d.
e.
f.
g.
h.
Gambar 32. Hydra yang menunjukan reproduksi secara
aseksual (Jasin, 1992).
4.6.1.2 Obelia
1. Habitat
Obelia merupakan contoh anggota dari kelas
Hydrozoa yang hidup di perairan laut. Di dalam siklus
hidupnya Obelia mengalami pergiliran keturunan
(metagenesis) antara fase hydrozoid atau polip dengan

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 26


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

fase meduzoid atau kwall. Fase hydrozoidnya hidup


secara berkoloni dan terikat pada suatu objek (menetap
pada suatu tempat), sedang fase medusanya hidup bebas
berpindah tempat karena dapat berenang kemana-mana.
Sifat hidup Obelia adalah soliter. Antara fase hydrozoid
dan fase meduzoidnya sangat berbeda baik dari segi
struktur maupun morfologi tubuhnya. Dengan demikian
Obelia menunjukkan gejala polimorfisme (Kastawi,
2005).
2. Makanan dan Pencernaannya
Koloni hydrozoid Obelia bersifat karnivora, artinya
makanannya berupa hewan-hewan kecil yang hidup di
dalam laut, seperti: micro crustacea, micro nematoda, dan
lain-lain. Baik cara menangkap, cara mencerna dan cara
pengedaran sari makanan polanya seperti apa yang terjadi
pada Hydra. Perbedaan antara dua kelompok hewan
tersebut adalah tidak semua cabang polip Obelia
mengurus makanan. Makanan hanya diurus oleh cabang-
cabang polyp tertentu yang disebut Hydrant (Kastawi,
2005).
Makanan medusa Obelia bersifat karnivor, yakni
makanannya berupa cacing-cacing kecil, udang-udang

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 27


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

kecil, maupun larva-larva insekta, yang hidup di perairan


laut. Mangsanya mula-mula ditangkap oleh tentakel yang
dibantu dengan nematocistnya yang kemudian
dimasukkan ke dalam mulut dan enteron atau
gastrovaskular. Di dalam gastrovaskular mangsa tersebut
mengalami proses pencernaan secara ekstraseluler
maupun secara intraseluler. Proses pencernaan secara
ekstraseluler berlangsung ketika tubuh mangsanya masih
berada di dalam rongga gastrovaskular, yaitu dicerna
dengan getah-getah pencernaan yang dihasilkan oleh sel-
sel amoeboid yang ditemukan di dalam dinding
gastrovaskularnya. Pada dasarnya proses pencernaan
secara intraseluler itu merupakan lanjutan dari enzim
tripsin dari proses pencernaan secara ekstraseluler yang
terjadi di dalam sel-sel pencerna dalam vakuola makanan
(Kastawi, 2005).
3. Pergerakan
Koloni Hydrozoid merupakan hewan yang
digolongkan pada kelompok zoophyta, artinya hewan
yang menyerupai tumbuhan. Hewan ini tidak dapat
bergerak dalam arti tidak berpindah tempat. Hidupnya
menetap pada suatu tempat dengan jalan mengikatkan

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 28


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

diri pada suatu objek atau substrat tertentu (Kastawi,


2005).
Medusa merupakan hewan yang dapat bergerak atau
berenang secara aktif, yaitu dengan jalan
pengembangkempisan tubuhnya yang berbentuk seperti
payung. Ada kalanya dalam gerak berenang posisi
tubuhnya yang seperti payung itu tidak dalam posisi
normal melainkan dalam posisi permukaan oralnya
terbalik ke atas (Kastawi, 2005).
4. Respirasi dan Ekskresi
Fase hydrozoid maupun fase medusa, Obelia tidak
mempunyai alat khusus untuk respirasi maupun untuk
mengeluarkan hasil ekskresi. Pengambilan oksigen dari
lingkungan air di sekitarnya, pengeluaran gas
karbondioksida, pengeluaran zat-zat sampah yang
merupakan sisa-sisa metabolisme dilakukan dengan jalan
difusi-osmosis secara langsung oleh sel-sel epidermis
maupun gastrodermalnya (Kastawi, 2005).
5. Sistem Susunan Saraf dan Alat Indera
Koloni hidrozoid hanya ditemukan sistem susunan
saraf, sedangkan alat indera tidak ditemukan. Susunan
saraf masih primitif, terjadi dari sel-sel saraf yang

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 29


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

kedudukannya tersebar tanpa memiliki pusat, dalam arti


belum ditemukan sistem koordinasi. Sehingga sedikit
banyak tiap sel saraf bekerja secara mandiri. Susunan
saraf yang demikian ini disebut bersistem difus (Kastawi,
2005).
6. Sistem Reproduksi dan Siklus Hidup Obelia
Medusa yang dihasilkan oleh polyp gonangium dari
koloni hidrozoid itu ada yang jantan dan ada yang betina.
Setelah hidup bebas dan mandiri di laut, medusa jantan
akan menghasilkan spermatozoid, sedangkan medusa
betina menghasilkan ovum. Baik spermatozoid maupun
ovum, masing-masing akan dikeluarkan ke dalam laut.
Medusa-medusa yang telah mengeluarkan sperma
kemudian akan mati. Perkawinan atau pembuahan ovum
oleh sperma terjadi di dalam laut. Dari hasil pembuahan
akan terjadi zigot. Selanjutnya terjadilah proses
pembelahan berulang kali pada zigot sehingga terbentuk
morula. Dari bentuk morula akhirnya berubah menjadi
blastula (Kastawi, 2005).
Proses perkembangbiakannya, blastula akan berubah
menjadi larva yang berambut getar yang disebut dengan
planula, dengan rambut-rambut getarnya maka planula

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 30


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

akan berenang untuk mencari tempat yang sesuai untuk


perkembangbiakan selanjutnya. Setelah mendapatkan
tempat yang cocok maka planula akan melekatkan
dirinya pada substrat tersebut dengan melalui perantara
blastopornya. Planula yang telah melekatkan diri pada
suatu objek tersebut secara berangsur akan tumbuh
menjadi koloni hydrozoid muda (Kastawi, 2005).
Tubuh koloni hidrozoid tumbuh polyp-polyp
hidrozoid maupun polyp gonangium. Polyp gonangium
akan membentuk medusa-medusa secara vegetatif
(Kastawi, 2005).

Gambar 33. Siklus Hidup Obelia (Barnes, 1987).

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 31


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

Fase hydrozoid atau hidup secara berkoloni atau


terikat pada suatu objek (menetap pada suatu tempat),
Sedangkan fase medusoidnya hidup bebas berpindah
tempat karena dapat berenang-renang dan sifat hidupnya
soliter. Antara fase hydrozoidnya dengan fase
medusoidnya sangat berbeda sekali baik struktur maupun
morfologi tubuhnya, sehingga dalam hal ini obelia
menggunakan gejala yang disebut polimorfisme
(Kastawi, 2005).
Fase hydra ini hidupnya secara koloni. Hydra
terikat pada suatu tempat dengan bagian tubuh yang
disebut hydrohiza. Hidup di air laut hingga kedalaman 80
m atau lebih. Tersebar secara kosmopolitan obelia
ditemukan didaerah air laut yang diangkat, biasanya
melekatkan diri pada: batu-batuan, karang, pohon-pohon
yang tumbang atau pada tumbuhan air laut lain misalnya
ganggang Lambiharia koloninya bersifat polimorfi. Dari
tubuh yang menyerupai Hydra tersebut muncul kuncup-
kuncup tidak seperti pada Hydra, kuncup di sini tidak
terus melepaskan diri dari tubuh miliknya, melainkan
tetap melekatkan diri pada tubuh induk dan tumbuh
dewasa bersama-sama induknya serta kuncup-kuncup

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 32


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

lain sehingga membentuk apa yang disebut koloni. Fase


hydrozoid atau fase polip ini yang penampilannya seperti
tumbuhan maka dimasukkan dalam kelompok zoophyta
(Kastawi, 2005).
Perincian bagian-bagian tubuh hydrozoid atau polip
tersebut adalah koloni hydrozoid melekat pada suatu
subsrat (a) dengan bagian tubuh yang disebut hydrohiza
(b) Hydrohiza itu mengandung bagian tubuh yang
brbentuk seperti batang yang disebut Hydrocaulis (c)
pada hydrocaulis tumbuh beratus-ratus, yaitu cabang
yang khusus mengurusi urusan vegatif disebut Hydranth
(d) dan tipe lain yaitu cabang yang khusus mengurusi
urusan generative yaitu gonanglim (e) Hydrant juga
disebut polip pencari makan, semua urusan vegetatif dari
pada koloni hydroid di urus oleh polip ini, bentuknya
seperti kantung yang silindris atau konus, warna kuning-
kuningan. Bagian basalnya berhubungan langsung
dengan bagian hydrocaulis (Kastawi, 2005).
Batang vertikal dari pada hydracauli telah
mengalami pertumbuhan secara penuh, maka akan
dihasilkanlah cabang khusus yang disebut gonangium.
Pembentukan cabang tipe ini jumlahnya kurang. Polip ini

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 33


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

(gonangium) tidak dilengkapi dengan tentakel maupun


mulut oleh karena itu tugasnya tidak untuk mengurusi
penangkapan dan pencernaan makanan, melainkan untuk
memproduksi kuncup yang berurusan dengan
perkembang biakan hewan ini (obelia). Medusa itu tidak
lain adalah merupakan salah satu dari pada fase hidup
obelia. Bagian tengah-tengah gonagium ditemukan poros
yang disebut blastostyle yang bertugas membentuk
kuncup-kuncup (Kastawi, 2005).
Kuncup-kuncup itu akan berkembang menjadi
medusa atau ubur-ubur, bila telah tiba saatnya kuncup-
kuncup tersebut akan melepaskan diri dari blastostyle
keluar dari dalam gonotheca dari golongan gonangium,
melalui lubang yang disebut gonapori (Kastawi, 2005).

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 34


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

Gambar 34. Bagian struktur Obelia dengan siklus


hidupnya (Jasin, 1992).
Hydrocauli adalah merupakan batang tubuh yang
mengandung cabang tipe hydrant maupun tipe
gonangium. Batang tubuh ini bagian dalamnya tersusun
atas jaringan sel sederhana yang disebut coenosarc,
sedangkan bagian luarnya merupakan lapisan tipis non-
selular dan bersifat transparan yang disebut perisac.
Secara histologis baik bagian blastostyle, kuncup calon
medusa maupun bagian coenosarcs adalah semua bagian
dinding Hydra (Kastawi, 2005).
5. Sistematika Hydrozoa
a. Ordo Hydroidea, contoh spesies Hydra
permatohydra (hidup di air tawar, soliter, tidak
memiliki fase medusa) dan Obelia seltularia
plumularia.
b. Ordo Hydrocorallina, contoh spesies Millepora
(merupakan koral dengan alat jelatang, habitat
sepanjang pantai)
c. Ordo Trachillina, contoh spesies Liriope,
Gonionemus, Aglantha, Cunina, Aegina,
Terraplatia.

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 35


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

d. Ordo Siphonohora, contoh spesies Physalia


pelagic (Rusyana, 2011).
4.6.2 Kelas Schypozoa
1. Pengertian
Schypozoa berasal dari bahasa Yunani, skyphos-
zoon (scyphos sama dengan mangkok, zoon adalah
hewan) jadi Scyphozoa berarti hewan yang bentuk
tubuhnya menyerupai mangkok. Kelompok ini yang lebih
menonjol fase medusa, contoh yang amat populer adalah
Aurelia aurita atau ubur-ubur (Kastawi, 2005).
2. Habitat dan Habitusnya
Ubur-ubur merupakan anggota kelas Scyphozoa
yang mudah dikenal karena bentuknya yang unik, yakni
seperti payung, dengan warna putih bening, ukurannya
relatif besar, sering ditemukan di tepi pantai dan banyak
dimanfaatkan. Polip Aurelia berukuran kurang lebih 5
mm, terikat pada suatu objek didasar laut. Ubur-ubur
biasanya ditemukan di kawasan perairan pantai,dan
berenang-renang bebas, adakalanya beristirahat dengan
menempelkan diri di batu-batu karang (Kastawi, 2005).
Tubuh ubur-ubur berwarna jernih-transparan,
sampai-sampai bentuk seperti Kristal yang ada pada

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 36


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

mesogela tidak tampak. Walaupun begitu, di bagian


tubuh tertentu tampak berwarna putih kebiru-biruan atau
putih kemerah-merahan. Tubuh ubur-ubur jernih
transparan maka gonad yang ada didalam tubuhnya akan
nampak jelas dari permukaan (Kastawi, 2005).
3. Makanan dan Sistem Pencernaan
Saluran pencernaan makanan pada ubur-ubur
(Aurelia) gastrovaskular. Dari tengah-tengah permukan
tubuh sebelah bawah (permukaan sub-umbrella),
munculah semacam kerongkongan pendek menggantung
kebawah yang disebut manubrium. Di ujung distal
manubrium tersebut terdapat lubang mulut yang berisi
empat, setiap sisi atau sudut mulut dilengkapi semacam
juluran pita yang menelungkup panjang yang disebut
lengan-lengan mulut (Kastawi, 2005).
Tempat lengan mulut tersebut dibagian basisnya
menyatu sedemikian rupa sehingga mengelilingi rongga
atau lubang mulut. Rongga mulut ini selanjutnya akan
bersambungan dengan saluran manubrium dan bermuara
kedalam rongga perut yang terdiri atas sebuah rongga
sentral dan 4 buah kantong gastrik. Masing-masing
dilengkapi dengan tentakel internal endodermal yang

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 37


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

dapat digunakan untuk reparalitis (menghancurkan) dan


kantong gastrik akan menjulur ke saluran yang
gagasannya baru ditekan (Kastawi, 2005).

Gambar 35. Struktur Tubuh Ubur-ubur (Barnes, 1987).


Ubur-ubur ini makanannya berupa hewan-hewan
kecil yang merupakan zooplankton, misalnnya udang-
udang kecil, cacing, larva-larva insekta, ataupun telur-
telur hewan lain yang bergerombol bersama onggokan
plankton. Hewan yang hidupnya terapung-apung
diperairan, zat lendir atau mukosa yang menutupi
tubuhnya, terutama pada permukaan bawah, sangat
membantu dalam hal pengumpulan hewan-hewan kecil
yang akan jadi mangsanya (Kastawi, 2005).

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 38


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

Mangsa yang telah masuk ke dalam mulut,


kemudian melalui lorong manubrium selanjutnya
ditampung dalam rongga gastrovaskuler, dirongga
tersebut mangsa yang belum sempat mati akan digarap
oleh nematokist-nematokist yang terdapat difilamen
gastrik untuk diparaliskan. Di dalam rongga
gastrovaskuler, makanan tersebut dicampur dengan
enzim yang dihasilkan oleh sel-sel kelenjar. Enzim
tersebut sanggup mencerna zat makanan yang berupa
protein, karbohidrat, lemak bahkan zat kimia sekalipun
(Kastawi, 2005).
Sel pengembara khususnya di dalam vakuola
makanan, sari-sari makanan yang belum jadi sederhana
susunan molekul-molekulnya akan dicerna lebih lanjut.
Proses pencernaan yang terjadi di dalam vakuola
makanan semacam ini dinamakan proses pencernaan
intra-selular (Kastawi, 2005).
4. Respirasi dan Ekskresi
Kedua proses respirasi dan ekskresi dilakukan
secara langsung melalui seluruh permukaan tubuh.
Dalam hal ini sistem saluran air dan sistem saluran
gastrovaskuler secara difusi (Kastawi, 2005).

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 39


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

5. Sistem Syaraf
a. Jaringan syaraf utama, terletak di bagian
permukaan sub umbrella. Susunan syaraf ubur-
ubur berkorelasi dengan sistem muscular yang
berada dibagian itu. Menjulur masuk ke dalam
bagian tengah mulut, manubrium, tentakel, dan
rhopalia. Susunan syaraf dari syaraf bipolar dan
serabut-serabut syaraf.
b. Susunan syaraf difusi, susunan syaraf ini meliputi
badan-badan sel saraf yang kecil-kecil. Fungsi
berhubungan dengan respon lokal.
c. Ganglion rhopalia, ganglion rhopalia merupakan
kumpulan dari neuron. Kedelapan buah ganglion
masing-masing terletak dekat dengan bagian basal
(Kastawi, 2005).
6. Alat Indera
a. Tentakulosit
Alat ini merupakan indera keseimbangan yang
merupakan hasil modifikasi dari suatu tentakel. Alat
ini disamping sebagai alat keseimbangan juga
berfungsi untuk mengontrol irama gerak
mengembang kempisnya badan payung. Dengan alat

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 40


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

tersebut, ubur-ubur dapat menavigasi arah geraknya.


Setiap tentakulosit terdiri atas suatu kantung yang
disebut statokist yang didalamnya dilengkapi dengan
bentuk penting yang statolith (Kastawi, 2005).
b. Oselli
Oselli merupakan badan berpigment yang
sensitif terhadap rangsangan cahaya atau berfungsi
untuk membedakan gelap dan terang (Kastawi,
2005).

Gambar 36. Struktur Rhopalia pada Ubur-ubur (Rupert


dan Barnes, 1994).

c. Celah Olfaktorius
Pada Ubur-ubur celah olfaktoriuos sebagai
indera pembau, yang berfungsi untuk mengenai
zat makanan yang akan dimasukkan ke dalam
mulutnya (Kastawi, 2005).

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 41


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

7. Siklus Hidup
Ubur-ubur (Aurelia) bersifat dioecious atau
berkelamin terpisah. Ubur-ubur jantan dan ada yang
betina. Spermatozoid dari ubur-ubur jantan setelah
dipancarkan masuk ke dalam air lalu berenang-renang
mencari ubur-ubur betina. Saat bertemu lalu masuk ke
dalam tubuhnya melalui mulut yang selanjutnya ke dalam
enteron (Kastawi, 2005).
Spermatozoid yang terdapat di dalam enteron ubur-
ubur betina, membuahi sel telur yang dihasilkan yaitu
ovarium. Zigot yang merupakan hasil peleburan
selanjutnya akan dikeluarkan dari dalam tubuh betina
melalui mulutnya. Setelah keluar dari mulutnya, zigot
tersebut akan didukung oleh tangan-tangan mulut, dan di
tempat tersebut berkembang menjadi larva yang
berambut getar (planula) (Kastawi, 2005).
Planula dengan rambut-rambut getarnya akan
mengembara untuk sementara waktu, dan selanjutnya
mengikat diri pada suatu substrat yang berada di dasar
laut. Di tempat tersebut planula melepaskan rambut-
rambut getarnya dan tumbuh menjadi polip baru yang
disebut skifistoma. Skifistoma berbentuk seperti

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 42


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

terompet, dengan bagian-bagian tubuh seperti cakram


basal, batang tubuh, mulut, dan tentakel. Skifistoma yang
berubah menjadi strobila, sedangkan bentuk cakram
sebagai hasil pembelahan secara transversal akan menjadi
ubur-ubur muda dan dinamakan efira (ephera), (Kastawi,
2005).

Gambar 37. Siklus Hidup Ubur-ubur (Barnes, 1987).


8. Sistematika
a. Ordo Stauromedusae, berbentuk piala, pada tepi
tubuh tidak memiliki indra peraba atau bentuk
modifikasi tentakel, hidup sesil, habitat
teluk/pantai yang airnya dingin, contoh spesies:
Heliclystus, lucernaria.
b. Ordo Cubomedusa, berbentuk genta dengan
bagian tepi melekuk ke dalam, memiliki tentakel,

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 43


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

habitat laut tropis/subtropics, contoh spesies:


Tamoya.
c. Ordo Decomedusae, sudut-sudut mulutnya
diperpanjang dengan 4 lekukan oval, terdapat
terutama di perairan pantai, sebagian besar ubur-
ubur masuk ke dalam ordo ini, contoh spesies:
Aurelia, Cynea, Pellagra (Sub ordo
Simaeostomae) Cassipera (Sub ordo
Rhizostomae) (Rusyana, 2011).
4.6.3. Kelas Anthozoa
1. Ciri-ciri umum
Penamaan kelas Anthozoa berasal dari Bahasa
Yunani, anthos dan zoon (anthos = bunga, zoon = hewan)
yang berarti hewan yang menyerupai bunga. Semua
anggota ini hidup di laut, dari kawasan pantai hingga
kedalaman 6000 meter, terutama di perairan yang hangat
(tropical), tetapi ada juga yang dijumpai di daerah kutub.
Anthozoa merupakan polip yang menetap dengan
meletakkan diri pada suatu objek yang terdapat di dasar
laut. Anggota dari kelas anthozoa fase medusanya telah
tereduksi, sehingga hanya memiliki fase polip saja
(Kastawi, 2005).

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 44


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

Perbedaan pokok antara polip Anthozoa dengan


Hydrozoa:
a. Mulut pada polip Hydrozoa langsung
berhubungan dengan rongga enteron
(gastrovaskular), sedang mulut anthozoa tidak
langsung behubungan dengan rongga enteron
melainkan dengan saluran faring/stomodium.
b. Pada Hydrozoa dinding rongga enteronnya tidak
mengadakan pelipatan (septum), sedangkan
dinding rongga anthozoa mengadakan pelipatan-
pelipatan secara konsentris yang disebut septa.
c. Pada polip Hydrozoa mesogleanya bersifat
nonselular, sedangkan pada polip anthozoa
bersifat selular.
d. Pada polip Hydrozoa gonad berasal dari lapisan
epidermal, polip anthozoa berasal dari lapisan
gastrodermal (Kastawi, 2005).
Diantara anggota keluarga Anthozoa yang paling
terkenal adalah Anemone laut, karang batu/karang kapur
dan karang tanduk. Salah satu spesies yang dibahas
dalam kelas ini adalah Anemon laut (Kastawi, 2005).

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 45


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

Anemon laut merupakan anggota Anthozoa yang


paling indah, tentakelnya teratur sedemikian rupa
mengelilingi celah mulutnya seperti daun mahkota bunga
krisan. Anemone laut merupakan polip yang hidup soliter
dengan warna yang beraneka ragam, ada yang merah,
biru, jingga, pink, purple, kuning bahkan ada yang
berbintik-bintik maupun bergaris-garis. Bagian pangkal
tubuhnya terbenam di pasir, lumpur menempel pada
bekas cangkang gastropoda yang ditempati unang-unang
atau keong. Anthozoa menempel pada suatu objek
dengan bagian tubuhnya yang disebut diskus kaki (pedal
disc). Meskipun menempelkan diri, namun Anthozoa
juga dapat bergerak walau hanya sedikit bahkan juga
dapat berenang, contoh yang biasa dipelajari adalah
Metridium (Kastawi, 2005).
2. Bentuk, Warna, dan Bagian-Bagian Tubuh
Tubuh Metridium berbentuk silindris dengan
bagian oral agak melebar seperti corong yang dihiasi
dengan rangkaian tentakel-tentakel yang membentuk
seperti mahkota bunga. Panjang tubuhnya sekitar 5-7 cm,
tetapi ada juga yang membentuk seperti mahkota bunga.
Tubuhnya radial simetris dengan warna yang bervariasi,

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 46


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

tetapi biasanya warnanya kecoklatan atau kekuning-


kuningan (Kastawi, 2005).
Tubuh Metridium terbagi menjadi 3 bagian utama,
yaitu: diskus pedal atau bagian kaki, bagian kolumna atau
skapus atau bagian batang tubuh, dan bagian diskus oral
atau kapitulus. Antara bagian diskus pedal dengan bagian
skapus dihubungkan oleh apa yang disebut limbus,
sedangkan antara bagian skapus dengan bagian diskus
oral dihubungkan oleh kollar atau parapet (Kastawi,
2005).
3. Makanan dan Pencernaannya
Metridium, seperti halnya anemon laut lainnya
bersifat karnivora, makanannya berupa hewan
invertebrata kecil, disamping itu juga berupa ikan-ikan
kecil. Untuk jenis ikan tertentu dapat bersimbiosis, jenis
ikan tersebut termasuk pada genus Amphiprion, makanan
atau mangsanya terlebih dahulu dilumpuhkan dengan
racun. Selanjutnya makanan ditelan melalui stomodium
dan akhirnya sampai di dalam rongga gastrovaskularnya
(Kastawi, 2005).
Selanjutnya, sari-sari makanan akan diserap oleh
dinding gastrodermis, sedangkan bagian atau partikel

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 47


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

yang tak tercernakan akan dimuntahkan kembali melalui


mulutnya. Proses pencernaan makanan berlangsung baik
secara ekstraselular maupun secara intraselular. Getah
pencernaan dihasilkan oleh sel-sel kelenjar yang
ditemukan di bagian filamen digestif, maupun didalam
akonsia (Kastawi, 2005).

Gambar 38. Struktur tubuh metridium dalam irisan


longitudinal (Hegner dan Engemannn,
1968).

4. Respirasi dan Ekskresi


Pemasukan oksigen yang terlarut di dalam air laut,
maupun pengeluaran gas CO2 berlangsung secara difusi-
osmosis secara langsung melalui permukaan tubuhnya
(Kastawi, 2005).

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 48


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

5. Sistem Reproduksi
Perkembangbiakan secara aseksual dengan cara
pembentukan kuncup berlangsung sebagai berikut, mula-
mula di bagian kolumna atau skapus timbul semacam
tonjolan yang makin berkembang sehingga akhirnya
terbentuklah Metridium baru. Metridium anakan tersebut
kelak bila sudah tiba saatnya akan melepaskan diri dari
tubuh induknya dan hidup secara mandiri (Kastawi,
2005).
Pada perkembangbiakan yang terjadi secara seksual
Metridium, ada jenis yang bersifat hemaprodit. Pada jenis
yang hemaprodit, perkembangan antara sel telur dengan
spermatozoid tidak bersama masaknya. Perkawinan sel
telur dengan spermatozoid yang telah masak akan
dikeluarkan melalui mulut, perkawinan berlangsung di
alam bebas. Dari hasil pembelahan zigot tersebut akan
terbentuk coeloblastula. Coeloblastula tersebut
selanjutnya dengan proses gastrulasi akhirnya
membentuk larva yang berambut getar atau planula
(Kastawi, 2005).

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 49


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

6. Sistem Muskular (Perototan)


Susunan muskular ini ditemukan baik di bagian
epidermis maupun gastrodermis. Muskular yang
ditemukan di bagian epidermis adalah hanya terbatas
pada serabut-serabut memanjang atau longitudinal dan
serabut radial. Serabut longitudinal dijumpai pada bagian
tentakel sedangkan serabut radial ditentukan pada bagian
diskus. Muskular yang dijumpai pada lapisan
gastrodermis terdiri atas serabut-serabut sirkular. Di
bagian dinding kollar, serabut sirkular ini menebal dan
membentuk spincter berfungsi untuk menutup rongga
coelenteron yang ada bagian kapus bila anemon sedang
memendekkan tubuhnya (Kastawi, 2005).
Di samping itu masih ada ditemukan lagi susunan
muskular yang lain, yaitu otot retractor, yaitu otot
longitudinal yang membujur dan menempel pada salah
satu permukaan mesentris (septa). Pada bagian tepi sisi
dalam (Kastawi, 2005).
7. Sistem Syaraf
Susunan syaraf pada anemon laut sangat sederhana,
dan pada dasarnya serupa dengan susunan syaraf pada
Coelenterata lainnya. Susunan syarafnya bersistem difusi

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 50


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

dan belum tampak adanya susunan syaraf pusat. Sistem


syaraf tersebut terdiri atas pleksus epidermal dan pleksus
gastrodermal, yang masing-masing tersusun atas serabut
syaraf dan ganglion yang besar. Pleksus tersebut makin
intensif terutama di bagian tentakel, diskus oral maupun
stomodenum.Tentang alat indera pada anemone laut ini
belum ditemukan spesifik (Kastawi, 2005).
8. Klasifikasi
a. Ordo Octocorallia, memiliki 8 tentakel bercabang
yang berduri dan memiliki 8 septa tunggal yang
sempurna, meiliki siponoglip ventral, memiliki
endoskeleton, hidup berkoloni, contoh spesies:
Clarularia, Telesto, Tubipora musica, Xenis,
Aleyonium, Heliopora, Corallum, Gorgonia,
Pematula.
b. Ordo Hexacoralia, bertentakel sedikit, terkadang
tentakel tersebut bercabang, siponoglip 2 (atau tidak
ada, skeletonnya kuat bila ada), contoh spesies:
Metridium, Gonactinia, Anthopleura, Adamsia,
Actinia, Ptychodactis, Dactylanthus, Corynactis,
Fungia, Anthipathi.

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 51


ZOOLOGI INVERTEBRATA 2017

4.7 Peranan Coelenterata


a. Sebagai bahan makanan, contoh : ubur-ubur
b. Anemon laut/mawar laut sebagai hiasan di bawah
laut atau akuarium air laut.
c. Terumbu karang yang bagus dan eksotik bisa
menarik wisatawan berkunjung untuk wisata laut
dengan menyelam, contoh : Taman Laut Bunaken
d. Karang merupakan tempat persembunyian dan
tempat perkembangbiakan ikan.
e. Karang atol, karang pantai, dan karang
penghalang dapat melindungi pantai dari abrasi
air laut.

Muhammad Anang |FILUM COELENTERATA 52

Anda mungkin juga menyukai