Anda di halaman 1dari 5

Tugas

EKOLOGI PANGAN
(Perspektif Ekologi dalam Pangan dan Gizi)

Oleh:

Silpana Ahadu

432418051

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGE-RI GORONTALO
2021
NARATIF REVIEW 3 JURNAL/ARTIKEL
PERSPEKTIF EKOLOGI DALAM PANGAN DAN GIZI
Bio : Proses alamiah atau proses biologisetelah pangan/zat gizi masuk ke dalam tubuh kita
dan mempunyai pengaruh untuk proses pengoptimalan tumbuh kembang & kesehatan
menjadi produktif. Contohnya kerja organ tubuh ginjal dan jantung.
Eco : Pangan sebagai pelestari fungsi (sustainablity), bukan hanya sebagai pemenuhan
kebutuhan. Hubungan timbal balik bagaimana pangan itu bisa lestari dan juga
menghasilkan sumber daya alam yang baik. Contohnya adalah proses pengolahan makanan
yang mempengaruhi kualitas.
Culture : Faktor budaya sangat penting dalam hubungan alam dan manusia, budaya
mempengaruhi jenis pangan yang dikonsumsi. Bagaimana mengolahnya, jumlahnya, kapan
dan dimana mengonsumsinya. Faktor budaya menyangkut aspek, sosial, ekonomi dan
politik.
Dimensi dalam Konsep Bio-Eco-Culture
1. Dimensi Politis Hankam
Meliputi kebijakan pemerintah yang mengikat dan bersifat mutlak mengenai
pengaturan pengolahan pangan di area tertentu.
2. Dimensi Sosial Budaya Ekonomi
Meliputi identitas budaya, simbol keagaaan, nilai sosial, nilai ekonomi dan
hospitality.
3. Dimensi Ekologis
Meliputi pelestarian fungsi dan kualitas sumber daya alam lokal.
4. Dimensi Biologis
Meliputi fungsi dan kebutuhan gizi untuk kualitas hidup serta ketahanan, kemandirian
dan kedaulatan pangan.
- Konsep bio-eco-culture dalam pangan dan gizi
Konsep bio-eco-cultureberkaitan dengan ketahanan, kemandirian
dankedaulatan pangan yang harus dipahami dan diartikan dengan benar.
Ketahananpangan adalah kondisi dimana setiap orang sepanjang waktu, baik fisik
maupunekonomi, memiliki akses terhadap pangan yang cukup, aman, dan bergizi
untukmemenuhi kebutuhan gizi sehari-hari sesuai dengan preferensinya (FAO). Pangan
merupakan kebutuhan dasar dan salah satu hak asasi manusia.Pangan mempunyai arti
dan peran yang sangat penting bagi kehidupan suatubangsa. Ketersediaan pangan yang
lebih kecil dibandingkan kebutuhannya dapat menciptakan ketidak-stabilan ekonomi.
Berbagai gejolak sosial dan politik dapatjuga terjadi jika ketahanan pangan terganggu.
Kondisi pangan yang kritis inibahkan dapat membahayakan stabilitas ekonomi dan
stabilitas Nasional.Pengertian ketahanan pangan, tidak lepas dari UU No. 18/2012
tentangPangan.
Disebutkan dalam UU tersebut bahwa Ketahanan Pangan adalah
"kondisiterpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang
tercermindari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,
aman,beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan
agama,keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan
produktifsecara berkelanjutan". Perspektif atau sudut pandang dapat diartikan sebagai
cara seseorangdalam menilai sesuatu yang bisa dipaparkan baik secara lisan maupun
tulisan.Hampir setiap hari orang-orang selalu mengungkapkan perspektif dan
sudutpandang mereka mengenai berbagai macam hal. Menurut Soemarwoto (1998),
pandangan manusia kepada lingkungan (ekosistem) dapat dibedakan atas duagolongan
yaitu pandangan imanen dan transenden. Menurut pandangan imanen (holistic) manusia
dapat memisahkan dirinya dengan system biofisik sekitarnya(hewan, tumbuhan, sungai
dan gunung) namun merasa adanya hubungan fungsional dengan factor biofisik itu
sehingga membentuk satu kesatuan sosiobiofisik.
- Konsep dan prinsip ekosistem
Ekosistem merupakan Suatu kawasan alam yang di dalamnya tercakup unsur-
unsur hayati (organisme) dan unsur2 non hayati (zat tak hidup) serta antara unsur2
tersebut terjadi hubungan timbal-balik. Cara kerja ekosistem dengan sistem sosial
bersifat selektif dan adaptif.
Lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya
yang menentukan perikehidupan serta kesejahteraan manusia dan makhluk hidup
lainnya (UU No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup).
Ilmu lingkungan mempelajari hubungan manusia dengan lingkungan hidup
untuk memperoleh manfaat dengan upaya dan biaya tertentu. Contohnya adalah
kawasan konversasi, modernisasi ekologi.
Ekologi manusia mempelajari hubungan bagaimana hubungan alam dan
manusia bisa selaras/seimbang. Sedangkan sosiologi lingkungan mempelajari tentang
bagaimana perilaku manusia terhadap alam.
Lingkungan hidup berdasarkan konsep ekologi manusia.
1. Lingkungan alam
Manusia memiliki 2 habitat yaitu area teritorial (area fisik yang ditinggali sekarang)
dan culture area (situasi sosial yang ada di masyarakat). Begitu juga dengan hewan,
mereka hidup di habitat aslinya misalkan hutan dan juga interaksinya dengan hewan
lain. Contohnya adalah singa yang menerkam rusa karena rusa tersebut berada di
wilyah kekuasaannya.
2. Lingkungan sosial (community interactions)
 Competition
 Predation
 Parasitism
 Coevolution
 Succession
 Climax Communities
3. Lingkungan budaya
Lingkungan budaya dibagi menjadi material dan non-material. Material adalah
sesuatu yang terlihat wujudnya dan fisiknya. Contohnya adalah bangunan, jalanan,
sarana dan prasarana. Lingkungan budaya non-material adalah sesuatu yang tidak
terlihat bentuk fisiknya namun dapat kita rasakan dampaknya. Contohnya adalah
peraturan, adat istiadat, norma, hukum yang berlaku, dan sistem pemerintahan
setempat.
4. Lingkungan buatan
Lingkungan yang tercipta melalui campur tangan manusia.
5. Lingkungan biotik dan abiotik
Lingkungan abiotik mencakup benda – benda mati di alam seperti tanah, air, udara
dan sinar matahari. Lingkungan biotik mencakup makhluk hidup seperti flora, fauna
dan manusia.
- Data SUSENAS tahun 2008 menunjukkan bahwa skor keragaman konsumsi pangan di
Indonesia baru mencapai 81.9 dari total skor Pola Pangan Harapan senilai 100 dengan
tingginya kontribusi konsumsi padi - padian yang mencapai 64.1% (anjuran 50%) (BPS
2009). Skor pola konsumsi pangan ini masih mencerminkan ketidakseimbangan pola
konsumsi antara lain dicirikan oleh masih sangat tingginya kontribusi beras, rendahnya
konsumsi sayuran, buah-buahan, pangan hewani dan kacang-kacangan dalam pola
konsumsi pangan masyarakat. Kajian Rachman dan Ariani (2008) menunjukkan bahwa
sejak tahun 2005 mayoritas masyarakat Indonesia di kota atau desa, kaya atau miskin
memiliki satu pola pangan pokok yaitu beras dan mie. Konsumsi pangan masyarakat
masih belum beragam dan seimbang, dan peranan pangan import seperti terigu, susu,
kedele meningkat, sementara konsumsi pangan lokal seperti sagu, jagung dan umbi-
umbian cenderung menurun. Konsumsi pangan sumber protein, vitamin dan mineral
berupa pangan hewani, sayuran dan buah masih rendah.
Departemen Pertanian R.I mengupayakan suatu percepatan pencapaian
diversifikasi konsumsi pangan. Pada tahun 2015, diharapkan pola konsumsi pangan yang
beragam dan bergizi seimbang berbasis pada sumberdaya pangan lokal akan dapat
tercapai dengan indikasi skor PPH mendekati 100, pangan yang tersedia aman
dikonsumsi dan penurunan kejadian keracunan pangan sampai level minimum (BKP
2007). Oleh karena itu pemerintah daerah perlu mengakselerasi pelaksanaan program
diversifikasi konsumsi pangan 2015 yang ditetapkan oleh pemerintah. Akselerasi
tersebut dapat diaktualisasikan ke dalam kebijakan dan program daerah yang terjabar
dalam perencanaan, sosialisasi dan sinkronisasi pelaksanaan program. Untuk mencapai
tujuan tersebut maka kesesuaian persepsi para pemangku kepentingan (stakeholders)
mengenai konsepsi dan aplikasi kebijakan yang telah digariskan menjadi salah satu poin
penting. Upaya percepatan diversifikasi konsumsi pangan menuju tahun 2015
memerlukan dukungan dan fasilitasi pejabat sebagai pemangku kepentingan mulai dari
tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota hingga tingkat desa (BKP 2007). Dengan adanya
perubahan sistem ketatanegaraan yang memberikan kewenangan lebih besar kepada
pemerintah daerah dalam perencanaan dan penganggaran berbagai program, termasuk
diversifikasi konsumsi pangan, maka menjadi sangat penting untuk mengetahui beragam
persepsi yang dimiliki pejabat daerah dalam merespon kebijakan tersebut dan menggali
pendapat para pejabat dan pakar mengenai strategi pencapaiannya.

Anda mungkin juga menyukai