Anda di halaman 1dari 3

Nama anggota kelompok : Anisa Septiasari

Ika Kusmiyanti
Kavita Febriani Putri
Mata kuliah : Bioetika

(M0414011)
(M0414032)
(M0414040)

Bioetika Dalam Pemanfaatan Biodiversitas


Biodiversitas atau sering disebut dengan keanekaragaman hayati merupakan
semua makhluk hidup di bumi (tumbuhan, hewan, mikroorganisme) termasuk di
dalamnya keanekaragaman genetik yang dikandungnya dan keanekaragaman
ekosistem yang dibentuknya. Keanekaragaman hayati itu sendiri terdiri atas tiga
tingkatan : keanekaragaman genetik, keanekaragaman spesies, dan keanekaragaman
ekosistem (Kusmana, 2015). Menurut Keputusan Menteri Negara Riset dan
Teknologi tahun 2009 tentang Pedoman Umum Bioetika Sumber Daya Hayati,
keanekaragaman hayati merupakan keanekaragaman di antara makhluk hidup dari
semua sumber (daratan, lautan, dan ekosistem akuatik lainnya) serta ragam-ragam
ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya (keanekaragaman di dalam
spesies, antara spesies, dan ekosistem). Biodiversitas menjadi suatu kajian yang
menarik untuk dipelajari dikarenakan terdapat banyak aspek pembahasan di
dalamnya.

Gambar 1. Peta Konsep Biodiversitas


Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang mendapatkan julukan
sebagai negara mega biodiversitas. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan
diperkirakan ada sekitar 28.000 jenis tumbuhan, 350.000 jenis binatang dan 10.000
mikroba hidup secara alami di Indonesia. Luas daratan Indonesia ternyata menjadi
habitat 10% jenis spermatophyta, 12% mamalia, 16% reptilia dan amfibia, 17%
burung, 25% ikan, dan 15% serangga yang ada di dunia (Mc Neely et al. dalam

Astirin, 2000). Selain itu, terdapat dua (dari total 35 daerah hotspot biodiversitas di
dunia) daerah hotspot biodiversitas di Indonesia, yaitu no.31 : Sundaland dan no.34 :
Wallacea (Sutarno dan Setyawan, 2015).
Biodiversitas merupakan dasar dari munculnya beragam jasa ekosistem, baik
terlihat (barang/produk) maupun tidak terlihat (jasa lingkungan yang mendukung
kehidupan organisme, terutama manusia) (Kusmana, 2015). Secara garis besar,
biodiversitas memiliki 4 peran. Pertama, peran ekologi yaitu biodiversitas menjaga
keseimbangan suatu ekosistem. Kedua, peran ekonomi yaitu biodiversitas sebagai
reservoir sumber daya untuk pembuatan makanan, farmasi (obat), industri, maupun
untuk pariwisata dan rekreasi. Ketiga, peran ilmiah yaitu biodiversitas memberikan
petunjuk mengenai kehidupan, perkembangan, fungsi serta peran masing-masing
spesies. Keempat, peran etika yaitu biodiversitas sebagai indikator yang baik dari
keadaan hubungan manusia dengan makhluk hidup lain, serta bagian dari warisan
spiritual banyak budaya.
Biodiversitas yang Indonesia miliki sebagian telah dimanfaatkan, sebagian
baru diketahui potensinya, dan masih banyak yang masih belum diketahui. Dalam
pengelolaan biodiversitas dibutuhkan pemahaman, konservasi dan pemanfaatan yang
bijak. Pemahaman karakter biodiversitas yang luas dan adanya kebersamaan di atas
nilai-nilai keadilan untuk kesejahteraan manusia, efisiensi dan efektivitas
pengelolaan biodiversitas dapat terwujud (Sugiyarto, 2011). Namun, kenyataannya di
lapangan masih banyak terjadi permasalahan yang berakar dari tekanan kegiatan
manusia dalam pengelolaan biodiversitas itu sendiri.
Berbagai hal menjadi ancaman terhadap keanekaragaman hayati, di
antaranya perusakan habitat, adanya perburuan liar terhadap satwa, penggunaan
pupuk kimia (pestisida) yang berlebihan, dan eksploitasi berlebihan dapat
menyebabkan kepunahan spesies. Faktor lainnya yaitu pengembangan bioteknologi
berbasis rekayasa genetika, seperti adanya produk GMO Food, tanaman transgenik,
tanaman monokultur, serta organisme hasil kloning menyebabkan erosi plasma
nutfah.
Manusia memanfaatkan keanekaragaman hayati untuk memenuhi kehidupan
sehari-hari, tetapi didalam pemanfaatan keanekaragaman hayati sering tidak sesuai
aturan sehingga menimbulkan kerusakan. Oleh karena itu diperlukan solusi untuk
pemecahan masalah tersebut yaitu melalui bioetika. Bioetika adalah ilmu hubungan
timbal balik sosial (quasi-social science) yang menawarkan pemecahan terhadap
konflik moral yang muncul dalam penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan
sumber daya hayati (Kemenristek, 2009). Bioetika dalam penelitian, pengembangan
dan pemanfaatan sumber daya hayati bertujuan untuk: memberikan pedoman umum
etika bagi pengelola dan pengguna sumber daya hayati dalam rangka menjaga
keanekaragaman dan pemanfaatannya secara berkelanjutan. Bioetika dalam
pemanfaatan biodiversitas maksudnya bioetika digunakan untuk mengontrol dalam
pemanfaatan makhluk hidup sehingga akan tetap terjaga kelestariannya, karena

keanekaragaman hayati yang tinggi lebih seimbang lingkungannya dibanding dengan


keanekaragaman yang rendah.
Dengan demikian diperlukan kegiatan pengkajian dan pengelolaan resiko
yang memadai sehubungan dengan penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan
sumber daya hayati harus dilaksanakan untuk meminimalisasi kerugian dan resiko
yang dihadapi masyarakat. Selain itu bisa dibentuk suatu Komite Etik Penelitian,
Pengembangan dan Pemanfaatan Sumber daya Hayati yang bersifat independen,
multidisiplin dan berpandangan plural. Keanggotaan Komite Etik Penelitian,
Pengembangan dan Pemanfaatan Sumber daya Hayati harus terdiri dari para ahli dari
berbagai departemen dan institusi yang relevan.

Anda mungkin juga menyukai