Anda di halaman 1dari 5

PESTISIDA 2,4D: MANFAAT DAN DAMPAK

PENGGUNAANNYA
Oleh: Hesty Churul Aini, A.Md

Asam 2,4-Diklorofenoksiasetat (2,4-D) adalah senyawa kimia yang banyak


digunakan sebagai herbisida (pembunuh tanaman pengganggu atau gulma). Herbisida
berbahan 2,4-D pertama kali digunakan pada tahun 1940 di Amerika Serikat. 2,4-D
merupakan jenis herbisida yang telah lama dan sampai saat ini paling banyak digunakan
dalam budidaya tanaman di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Dipicu oleh semakin
langkanya tenaga kerja dan tersedianya herbisida yang relatif mudah dan murah,
peningkatan penggunaan pestisida di Indonesia, khususnya herbisida, semakin terlihat
nyata pada 20 tahun terakhir. Saat ini, ketergantungan perkebunan, baik skala besar
maupun kecil, perkebunan rakyat, perkebunan milik negara, maupun perkebunan swasta,
pada herbisida sebagai alat pengendali gulma semakin tinggi karena alasan keefektifan,
ekonomi dan kelangkaan tenaga kerja.
2,4-D merupakan senyawa berbentuk kristal putih dan tidak berbau dengan titik
leburnya 140,5 0C dan mendidih pada suhu 160 0C. 2,4-D sukar larut dalam air, dengan
mereaksikan 2,4-D dengan garam dapat dibuat menjadi sangat larut, bersifat cepat larut dan
menyebar merata di dalam air tanpa memerlukan pengadukan terus-menerus. 2,4-D
merupakan golongan fenoksi, memiliki rantai yang mempunyai gugus karboksil dipisahkan
oleh karbon atau karbon dan oksigen sehingga memberikan aktivitas yang optimal. 2,4-D
datang dalam berbagai bentuk kimia, termasuk garam, ester, dan bentuk asam. Nama
bahan aktifnya antara lain : asam 2,4-D butil sihalofop; 2,4-D amina; 2,4-D butil ester; 2,4-D
dimeti amina; 2,4-D IBE; 2,4-D iso propil amina dan 2,4-D natrium.
Struktur Kimia 2,4-D (Asam 2,4-Diklorofenoksiasetat) :

Sifat fisis 2,4-D (Asam 2,4-Diklorofenoksiasetat) :


Nama IUPAC

: (2,4-dichlorophenoxy) acetic acid

Nama lain

: Hedonal, trinoxol

Rumus Molekul

: C6H6Cl2O3

Massa Molar

: 222.04 g mol-1

Asam 2,4-D adalah salah satu auksin (hormon tumbuhan) yang berperan dalam
pertumbuhan kalus dari eksplan dan menghambat regenerasi pucuk tanaman. 2,4-D adalah
sintesis auksin dan karena itu sering digunakan dalam laboratorium untuk penelitian
tanaman dan sebagai suplemen di pabrik kultur sel media seperti media MS. 2,4-D pernah
dipakai sebagai campuran bagi pembuatan 2,4,5-T (asam 2,4,5-trichlorophenoxyacetic)
yang dikenal sebagai orange agent. Formula ini pernah dipakai tentara Inggris di Malaysia
serta tentara Amerika di vietnam untuk penggundulan hutan dalam rangka penumpasan
pemberontakan. Dampaknya terhadap kesehatan manusia diketahui hingga beberapa tahun
kemudian. Penyebab kanker, kesehatan reproduksi, mutasi gen, kerusakan mata dan
kerusakan kulit. Akan tetapi dalam konsentrasi rendah 2,4-D dapat berfungsi sebagai zat
pengatur tumbuh yang mampu merangsang dan menggiatkan pertumbuhan tanaman dan
bisa digunakan untuk menghambat perkecambahan benih dalam penyimpanan.
2,4-D adalah herbisida yang bersifat selektif (tidak berbahaya untuk tanaman utama)
dan sistemik. Herbisida ini dapat digunakan untuk mengendalikan gulma pra dan purna
tumbuh baik yang berdaun lebar maupun tekian di sawah pada penanaman tanaman
kacang-kacangan, jagung, sorgum, padi di daerah berumput, tebu, karet, kakao, kelapa
sawit dan teh. Di Indonesia 2,4-D terutama ditujukan pada penanaman jagung dan kakao.
Waktu yang dibutuhkan herbisida sistemik untuk mematikan gulma biasanya lebih lama,
yaitu 1-2 minggu. Herbisida ini dipasarkan sebagai bentuk tunggal atau dikombinasikan
dengan herbisida lain seperti glifosat dan butakhlor, dengan nama dagang, antara lain
Hedonal 818 L, Indamin 720 HC, Keris 520 AS, serta Lindomin 865 AS (Komisi Pestisida
Indonesia, 2013). Banyak dipakai di US, Amerika Selatan, Eropa dan bekas Uni Soviet.
Pabrik-pabrik yang banyak memproduksi antara lain Inggris (Agrolinz, Atanor, Dow, AH
Marks), Australia (Nufarm), China (Polikemia, Rhone-Poulenc, Sanachem, Sinochem) dan
Rusia (Ufa).
2,4-D membunuh gulma berdaun lebar tetapi kurang efektif pada rumput-rumputan.
Cara Kerjanya menirukan auxin (hormon pertumbuhan). Setelah terserap pada tanaman,
selanjutnya akan terakumulasi pada titik tumbuh akar dan menghambat pertumbuhan. Pada
jaringan tumbuhan akan menyebabkan produksi etilen meningkat dan perkembangan
dinding sel tumbuhan menjadi abnormal (batang ikal-over, daun layu, dan akhirnya
menyebabkan kematian tanaman).
Kelebihan dari Herbisida jenis 2,4-D ini tergolong ideal, karena relatif murah dan
efektif untuk mengontrol gulma dan tidak meninggalkan racun pada hewan. Selain berguna
untuk membunuh gulma di lahan pertanian, hutan, dan jalan darat, senyawa 2,4-D juga

dapat membunuh gulma di lingkungan perairan. Contoh lingkungan perairan tersebut adalah
kanal, sungai, danau, kolam, dan waduk.
Adapun beberapa jenis gulma yang dapat dikendalikan dengan herbisida 2,4-D atau
2,4-dikloro fenoksi asetat misalnya Limnocharis flava (genjer), Monochoria vaginalis (eceng),
Salvinia natans, Spenochlea zeylanica, Cyperus iria (teki). Fimritys miliaceae, Scirpus
juncoides di lahan sawah, kangkung, keladi dan lain-lain.
2,4-D murni, rendah toksisitas jika dimakan, dihirup, atau jika kontak kulit, dan
beberapa bentuk rendah toksisitas pada mata. Namun, bentuk asam dan garam 2,4-D
dapat menyebabkan iritasi mata parah. Orang yang minum produk yang mengandung 2,4-D
akan mengalami muntah, diare, sakit kepala, bingung dan agresif. Beberapa orang juga
mengalami gagal ginjal dan kerusakan otot rangka. Orang-orang yang kena tumpahan 2,4-D
pada kulit mereka, mengalami iritasi kulit. Untuk Pernafasan, uap 2,4-D dapat menyebabkan
batuk, rasa terbakar di jalan nafas, dan pusing.
Pada lingkungan, 2,4-D akan mengalami perubahan tergantung pada bentuk
lingkungan dan dampak apa yang mungkin, terutama pada ikan. Salah satu bentuk dari 2,4D adalah Ester butoksietil dapat sangat beracun bagi ikan dan kehidupan akuatik lainnya.
Bentuk garam mungkin hanya sedikit beracun untuk hewan air. Hewan air lebih sensitif
terhadap 2,4-D. Dalam sedimen air 2,4-D dipecah oleh bakteri air dan memiliki waktu paruh
yang lebih lama yaitu 186 hari. Sedang di dalam tanah sebagian besar 2,4-D rusak,
sehingga setengah dari jumlah aslinya hilang dalam 1-14 hari. 2,4-D ditemukan dalam air
tanah dangkal dan sungai di daerah pedesaan maupun perkotaan pada tingkat yang
rendah.
Pada manusia dan mamalia

2,4-D terserap lewat kulit dan paru-paru. Setelah

terserap 2,4-D menyebar ke seluruh tubuh manusia tetapi tidak berkembang di setiap
jaringan dan hampir seluruhnya kembali dikeluarkan lewat urine. Lebih dari 75% 2,4-D yang
terserap akan meninggalkan tubuh dalam 4 hari pertama setelah terpapar. Akan tetapi dari
berbagai penelitian dilaporkan bahwa para pekerja pertanian yang sering menggunakan
herbisida ini di lahannya akan mengalami kerusakan mata serta iritasi kulit.
WHO menggolongkan herbisida 2,4-D sebagai pestisida golongan dua, moderat
pestisida berbahaya sekelas endosulfan, lindane, paraquat dan toxaphene. Walaupun telah
lama hampir beberapa dekade digunakan, masih ada keraguan negatif penggunaannya
terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Pada tahun 2004, EPA memutuskan bahwa
2,4-D tidak dapat diklasifikasikan berkaitan dengan kemampuannya untuk menyebabkan
kanker karena tidak ada data yang cukup. Para ilmuwan belum menemukan hubungan yang
jelas antara 2,4-D dan kanker pada manusia. Karena 2,4-D sering dicampur dengan
herbisida lain, sulit untuk mengetahui apakah 2,4-D atau salah satu herbisida lainnya
mungkin terkait dengan kanker.

Manusia akan terpapar 2,4-D jika menggunakan herbisida ini dan mengenai kulit
atau terhidup, kemudian makan atau tanpa mencuci tangan terlebih dahulu. Penggunaan
sunscreen, penolak serangga, dan minum alkohol dapat meningkatkan 2,4-D yang diserap
melalui kulit. Untuk mengurangi terpaparnya produk yang mengandung 2,4-D dapat
dilakukan dengan mengikuti label dan berhati-hati jika menggunakannya.
Residu pemakaian pestisida, khususnya yang berbahan aktif 2,4-D secara terus
menerus dan tidak memperhatikan petunjuk serta saran penggunaannya dapat mengancam
keselamatan lingkungan karena keberadaan residu pestisida yang tertinggal di dalam tanah
dan di dalam air dapat berpotensi menghasilkan masalah lingkungan yang serius, contohnya
pemakaian 2,4-D yang tidak terkontrol pada lahan-lahan pertanian merupakan tekanan yang
sangat berat bagi ekosistem lingkungan perairan pantai/laut. Dengan demikian dapat
digolongkan sebagai bahan pencemar (polutan). Begitu juga residu pestisida pada produk
pangan selalu dipertanyakan konsumen karena menyangkut kesehatan manusia maupun
kelestarian lingkungan, sehingga perlu dipikirkan untuk menanggulangi residu yang
berbahaya itu seperti kandungan bahan aktifnya harus semakin dicermati karena merugikan
konsumen dalam waktu yang lama.
Mengantisipasi dampak dari pemakaian 2,4-D yang tidak terkendali, Kementerian
Pertanian memperkirakan bahwa Pengujian Residu Herbisida 2,4-D dapat dilakukan sampai
limit deteksi 0,01 ppm dengan menggunakan derivatisasi dengan Gas Chromatography.
Atau Menggunakan metode fotolisis menggunakan lampu UV dengan panjang gelombang
365 nm. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa metode fotolisis dapat mendegradasi
senyawa 2,4-D dengan konsentrasi 20 mg/L sebanyak 12,05% dengan waktu irradiasi
selama 180 menit. Untuk senyawa 2,4-D pada konsentrasi yang sama, waktu irradiasi
selama 120 menit dengan penambahan TiO2 anatase sebanyak 0,100 gram tanpa
pengadukan terdegradasi sebanyak 80,12% dan dengan pengadukan sebanyak 95,42%.
Berdasarkan kesiapan peralatan maka pengujian ini dimungkinkan pelaksanaannya
di beberapa Laboratorium penguji pestisida seperti Laboratorium pengujian mutu hasil
pertanian di pasar minggu, Laboratorium pengujian mutu hasil pertanian dan kehutanan
Prov. DKI Jakarta di Cibubur, Laboratorium Fakultas Pertanian UGM, dll. Diharapkan residu
2,4-D dapat dideteksi secara dini.
Sebagai bahan acuan untuk menentukan Batas Maksimum Residu (BMR) untuk
tanaman perkebunan yang mengandung 2,4-D, sebagai berikut (SNI 7313-2008) :
1. Teh

: 0,1 mg/kg

2. Kelapa Sawit

: 0,05 mg/kg

3. Kakao

: 0,1 mg/kg

4. Tebu

: 0,05 mg/kg

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2013, herbisida 2,4-D, http://pupukpestisida.com/herbisida-24-d.html, diakses 2
Mei 2014.
Anonymous, "Industry Task Force II on 2,4-D Research Data". 24d.org. 2010-07-15.
Retrieved 2014-05-03, http://en.wikipedia.org/wiki/2,4-Dichlorophenoxyacetic_acid.
Arif, 2013, http://arif1505.blogspot.com/2013/01/petunjuk-pemekaian-pestisida.html, diakses
21 Mei 2014.
Baim, 2011, 2,4-D Diklorofenoksiasetat, http://baim87-bio.blogspot.com/2011/05/24diklorofenoksiasetat-24-d.html,diakses tgl. 21 Mei 2014.
Muh.Riadi, http://www.unhas.ac.id/lkpp/tani-2/MUH.RIADI-tdk-angk. 1-pertan.pdf
OSU, 2009, 2,4-D general fact sheet, http://npic.orst.edu/factsheets/24Dgen.html, diakses
20 Mei 2014.

Anda mungkin juga menyukai